Post on 25-Feb-2018
7/25/2019 Chlorella (2014)
1/18
1
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi masalah utama di
masyarakat. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg.1
Hipertensi merupakan penyakit yang sudah menjadi masalah dunia dengan
total penderita 690 juta jiwa. Di Amerika Serikat 50 juta orang (1 dari 4 orang
dewasa) memiliki tekanan darah sistolik >140 mmHg atau diastolik >90 mmHg.1,2
Hipertensi berhubungan erat dengan berbagai risiko komplikasi. Jumlah
penderita hipertensi di India pada tahun 2000 sekitar 60,4 juta pada laki-laki dan 57,8
juta pada wanita. Penderita ini diperkirakan akan meningkat menjadi 107,3 juta
penderita pada tahun 2025. Pada beberapa negara lain di Asia,pada tahun 2000
tercatat 38,4 juta orang penderitahipertensi dan pada tahun 2025 diperkirakan akan
meningkat menjadi 67,4 juta orang.2
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Departemen
kesehatan (Depkes) tahun 2009 menunjukkan kejadian hipertensi dan penyakit
kardiovaskular cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari
perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi, serta
kurangnya sarana dan prasarana dalam penanggulangan hipertensi. Tingginya angka
7/25/2019 Chlorella (2014)
2/18
2
hipertensi juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas, pola makan
yang tidak sehat, obesitas dan stres.
2
Pengobatan hipertensi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah dengan
menggunakan antihipertensi. Selain antihipertensi yang biasa diberikan dokter,
ternyata banyak pasien menggunakanherbal atau kombinasi konvensional-herbal.
Faktanya, terdapat rumah sakit yang melayani konsultasi herbalseperti RS Puri
Mandiri dan RS Harapan Bunda yang membuka Unit TCM (Traditional Chinese
Medicine) diwilayah Jakarta.
3
Dunia (WHO)
memperkirakan bahwa 80% penduduk dunia masih
menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisionaltermasuk penggunaan obat
yang berasal dari tanaman.Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan
tanaman berkhasiat obat sebagai salahsatu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarpada pengalaman
dan keterampilan yang secara turuntemurun telah diwariskan dari satu generasi ke
generasiberikutnya.
3
Salah satu upaya penanggulangan hipertensi dengan bahan alam atau herbal
yang dapat digunakan adalah mikroalga hijau spesies Chlorella. Hal ini dibuktikan
selain dengan adanya penelitian-penelitian uji klinis juga dengan diproduksinya
suplemen makanan menggunakan bahan dasar Chlorella, yang kemudian beredar di
masyarakat dengan nama Sun Chlorella.4
7/25/2019 Chlorella (2014)
3/18
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1Chlorella
A. Definisi
Chlorella berasal dari bahasa latin chloros yang berarti hijau dan ella yang
berarti kecil. Chlorellasudah berada di bumi sejak masa pre cambrian kira-kira
2,5 milyar tahun yang lalu. Tumbuhan ini merupakan yang pertama kali memiliki
bentuk sel berinti dimana kelangsungan generasinya yang dapat mencapai zaman
modern merupakan tanda kestabilan dan ketangguhan sifat genetiknya.5
Keutuhan genetiknya dijaga oleh kekuatan kulitnya, yaitu senyawa selulosa
dan ligma. Chlorella mampu bertahan dalam kondisi apapun karena tingkat
ketahanan genetis dan mekanisme perbaikan DNA-nya yang tinggi. Hal ini
membut Chlorelladapat bertahan di cuaca dan iklim yang bervariasi, mulai dari
iklim tropis, sub-tropis, dingin, bahkan di kutub.5
A. Klasifikasi6
Nama Chlorella berasal dari zat bewarna hijau (chlorophyll) yang juga
berfungsi sebagai katalisator dalam proses fotosintesis. Chlorelladikategorikan
7/25/2019 Chlorella (2014)
4/18
4
ke dalam kelompok alga hijau yang memiliki jumlah generasi sekitar 450 dan
jumlah spesies lebih dari 750. Chlorella diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcaales
Family : Chlorellacea
Genus : Chlorella(Bougis, 1979)
Menurut habitat hidupnya ada dua macam Chlorella, yaitu Chlorella yang
hidup di air tawar maupun yang hidup di air laut. Contoh Chlorellayang hidup di
air laut adalah C. minutissima, C. vulgaris, C. pyrenoidosa, C. virginica.
B. Morfologi
Bentuk sel bulat atau bulat telur, merupakan alga bersel tunggal, tetapi
kadang-kadang dijumpai bergerombol. Diameter selnya berkisar 2-8 mikron,
berwarna hijau karena klorofil merupakan pigmen yang dominan, dinding selnya
keras terdiri atas selulosa dan ligma. Sel ini mempunyai protoplasma yang
berbentuk cawan.7
7/25/2019 Chlorella (2014)
5/18
5
Dalam selChlorella mengandung 50% protein, lemak serta vitamin A, B, D,
E dan K disamping juga terdapat klorofil yang befungsi sebagai katalisator dalam
proses fotosintesis. Sel Chlorellaumumnya dijumpai sendiri dan kadang-kadang
bergerombol.6,7
C. Sifat-sifat ekologi dan fisiologi
Chlorellabersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana, kecuali pada
tempat yang sangat kritis bagi kehidupan. Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 0-
35 ppt. Salinitas 10-20 ppt merupakan salinitas optimum untuk pertumbuhan alga
ini. Alga ini masih dapat bertahan hidup pada suhu 400C, tetapi tidak tumbuh.
Kisaran suhu 25-300C merupakan kisaran suhu yang optimal.
6,7
Umumnya Chlorella bersifat planktonis yang melayang di dalam perairan,
namun beberapa jenis Chlorella juga ditemukan mampu bersimbiosis dengan
hewan lain misalnya Hydra dan beberapa Ciliata air tawar seperti Paramecium
bursaria.6
Alga ini berproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat
dengan pemisahan utospora dari sel induknya. Reproduksi sel ini diawali dengan
pertumbuhan sel yang membesar. Periode selanjutnya adalah terjadinya
peningkatan aktivitas sintesa sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel
anak, yang merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap selanjutnya terbentuk sel
7/25/2019 Chlorella (2014)
6/18
6
induk muda yang merupakan tingkat pemasakan akhir, yang akan disusul dengan
pelepasan sel anak.
8
D. Prinsip kultur
Chlorella merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan sering
hanya disebut alga. Kultur Chlorella murni atau monospesifik species dimulai
dari kegiatan isolasi kemudian dikembangkan secara sedikit demi sedikit secara
bertingkat. Media kultur yang digunakan mula-mula hanya beberapa liter saja,
kemudian berangsur-angsur meningkat ke volume yang lebih besar hingga
mencapai skala massal.8
Kultur hingga volume 3 liter masih dilakukan didalam laboratorium sehingga
sering disebut dengan kultur skala laboratorium. Selanjutnya dilakukan kultur
outdoor yang dapat mencapai volume 60-100 liter yang merupakan tahapan
kultur selanjutnya. Karena kultur ini menggunakan proses yang bertingkat-
tingkat dari volume kecil ke volume yang lebih besar, maka prinsip kultur ini
disebut dengan kultur bertingkat atau berlanjut.9
Kultur massal Chlorella dilakukan diwadah terbuka yang digunakan berupa
bak beton berkapasitas 50 ton. Bak dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pipa
pengeluaran air serta aerasi. Pipa aerasi diletakkan didasar bak agar fitoplankton
7/25/2019 Chlorella (2014)
7/18
7
teraduk dengan sempurna sehingga setiap sel mendapat sinar matahari yang
merata.
9
Pertumbuhan Chlorella sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara makro
dan mikro serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Faktor-faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Chlorellaantara lain cahaya, suhu,
tekanan osmotik, dan pH air. Kultur Cholorella skala laboratorium biasanya
memerlukan kondisi lingkungan terkendali. Hal ini dimaksudkan agar
pertumbuhannya optimal sehingga didapatkan bibit yang bermutu tinggi untuk
skala kultur selanjutnya.8,9
E. Fase Perkembanganbiakan kultur7,8,9
Perkembangbiakan fitoplankton dalam media kultur dapat diamati dengan
melihat pertambahan besar ukuran sel fitoplankton atau dengan mengamati
pertambahan jumlah sel dalam satuan tertentu. Cara kedua lebih sering
digunakan untuk mengetahui perkembangbiakan fitoplankton dalam media
kultur, yaitu dengan menghitung kelimpahan atau kepadatan sel fitoplankton dari
waktu ke waktu.
Selama pertumbuhannya fitoplankton dapat mengalami beberapa fase
pertumbuhan, yaitu :
1. Fase lag (fase istirahat)
7/25/2019 Chlorella (2014)
8/18
8
Dimulai setelah penambahan inokulum ke dalam media kultur hingga
beberapa saat sesudahnya. Pada fase ini peningkatan paling signifikan terlihat
pada ukuran sel karena secara fisiologis fitoplankton menjadi sangat aktif.
Proses sintesis protein baru juga terjadi dalam fase ini. Metabolisme berjalan
tetapi pembelahan sel belum terjadi sehingga kepadatan sel belum meningkat
karena fitoplankton masih beradaptasi dengan lingkungan barunya.
2.Fase logaritmik (fase eksponensial)
Fase ini dimulai dengan pembelahan sel dengan laju pertumbuhan yang
meningkat secara intensif. Bila kondisi kultur optimum maka laju
pertumbuhan pada fase ini dapat mencapai nilai maksimal dan pola laju
pertumbuhan dapat digambarkan dengan kurva logaritmik. Menurut
Isnansetyo dan Kurniastuty
3. Fase penurunan laju pertumbuhan
Pembelahan sel tetap terjadi pada fase ini, namun tidak seintensif fase
sebelumnya, sehingga laju pertumbuhan juga mengalami penurunan
dibandingkan fase sebelumnya.
4. Fase stasioner
7/25/2019 Chlorella (2014)
9/18
9
Pada fase ini laju reproduksi dan laju kematian relatif sama. Penambahan dan
pengurangan jumlah fitoplankton seimbang sehingga kepadatannya relative
tetap (stasioner).
5. Fase kematian
Fase ini ditandai dengan laju kematian yang lebih besar daripada laju
reproduksi sehingga jumlah sel mengalami penurunan secara geometrik.
Penurunan kepadatan sel fitoplankton ditandai dengan perubahan kondisi
optimum yang dipengaruhi oleh suhu, cahaya, pH media, ketersediaan hara,
dan beberapa faktor lain yang saling terkait satu sama lain.
F. Pemanenan
Berdasarkan pola pertumbuhan phytoplankton, maka pemanenan
phytoplankton harus dilakukan pada saat yang tepat yaitu pada saat
phytoplankton tersebut mencapai puncak populasi. Apabila pemanenan
phytoplankton terlalu cepat atau belum mencapai puncak populasi, sisa zat hara
masih cukup besar sehingga dapat membahayakan organisme pemangsa karena
pemberian phytoplankton pada bak larva kebanyakan dengan cara memindahkan
massa air kultur phytoplankton. Sedangkan apabila pemanenan terlambat maka
sudah banyak terjadi kematian phytoplankton sehingga kualitasnya turun. Khusus
untuk phytoplankton jenis Chlorella pemanenan dilakukan pada saat 4 hari
7/25/2019 Chlorella (2014)
10/18
10
karena phytoplankton tersebut mencapai puncak populasi pada saat hari ke 4
setelah pembibitan maka sebaiknya segera dipanen.
7,9
Pemanenan phytoplankton dapat dilakukan dengan berbagai macam alat
sesuai dengan kebutuhan dan jumlah phytoplankton. Adapun peralatannya antara
lain: centrifuge, plate separator dan berbagai macam filter. Pemanenan dapat
dilakukan secara total atau sebagian. Apabila panen dilakukan sebagian,
phytoplankton yang telah siap dipanen diambil sebanyak 2/3 bagian. Kemudian
kedalam sisa phytoplankton yang 1/3 bagian tersebut ditambahkan air laut
dengan salinitas tertentu (10-20 ppt). selanjutnya dilakukan pemupukan sekitar
dosis. Panen sebagian ini sebaiknya dilakukan tidak lebih dari tiga kali pada bak
budidaya yang sama, setelah itu harus dilakukan panen total.7,8
G. Bahan aktif
Mikroalgae dapat diandalkan sebagai sumber protein karena mengandung
asam-asam amino cukup lengkap. Tidak hanya sebagai sumber protein sel
tunggal (single cell protein), bahan makanan dari mikroalgae kualitasnya jauh
lebih baik dari bahan protein nabati, karena mengandung hampir semua
vitamin.5,6
Alga hijau (Chlorophyceae) seperti Chlorella adalah sumber protein sel
tunggal yang baik. Bila diproses dengan baik, dapat dicerna dengan baik oleh
7/25/2019 Chlorella (2014)
11/18
11
mamalia dan nilainya lebih tinggi dari protein nabati, yaitu sebesar 80% casein.
Makanan dari ganggang hijau dan biru tersebut gizinya lebih baik dari sayuran
hijau karena mengandung vitamin B12. Sayuran hijau biasanya tidak
mengandung vitamin B12. Vitamin ini sebenarnya juga tidak disintesa oleh alga
hijau. Alga tersebut menyerap vitamin B12 yang dikeluarkan oleh bakteri di
perairan.7
Chlorella kaya akan asam amino, karbohidrat kompleks (10-20 g), vitamin,
mineral, RNA (sampai 10%), DNA(3%), klorofil (3-7 g), fitonutrient dan
karotenoid, enzim (termasuk di dalamnya pepsin untuk pencernaan), polisakarida
dan Chlorella Growth Factor (CGF).6
Mineral pada Chlorella terdiri dari besi (53 g), kalsium (94 g), potassium
(1360 g), magnesium (264 g), sodium (50 g) dan fosfor (1680 g). Chlorella
mempunyai kadar klorofil yang paling tinggi jika dibandingkan dengan alga
hijau dan tumbuhan lainnya. Klorofil pada Chlorella dapat mencapai 7% dari
total berat badan dan jauh 5 sampai 10 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan
dengan Spirulinadan 10 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan denganAlfafa.6
Asam amino pada Chlorella terdiri dari dua yaitu, asam amino essensial dan
asam amino non-essensial. Asam amino essensial terdiri dari isoleusin (2230 g),
leusin (5070 g), methionine (1300 g), fenilalanin (2910 g), threonin (2800 g),
tryptophan (1180 g) dan valin (3230 g). Sedangkan asam amino non-essensial
7/25/2019 Chlorella (2014)
12/18
12
terdiri dari alanine (4550 g), arginine (3670 g), asam aspartat (5210 g), sistein
(790 g), histidin (1200 g), asam glutamate (6670 g), glisin (3360 g), prolin (2810
g), serin (2370 g), tirosin (2400 g).6
Untuk vitamin sendiri, Chlorella mengandung banyak vitamin, diantaranya
adalah alpha-caroten (24,0 mg), beta-caroten (86,0 mg), vitamin B1 atau thiamin
(2,32 mg), vitamin B2 atau riboflavin (5,02 mg), vitamin B3 atau niacin (24,5
mg), vitamin B5 atau panthothenic acid (1,92 mg), vitamin B6 atau piridoksin
(2,52 mg), asam folat (560 g), vitamin B12 (8 g), biotin (230 g), kolin (180
g), inositol (281 g), vitamin C (70 mg), vitamin D (37700 IU), vitamin E (14,5
mg) dan vitamin K (506 g).6
Penatalaksanaan hipertensi non farmakologi diantaranya terdiri dari
pengurangan berat badan, modifikasi diet, olahraga dan penghentian konsumsi
alkohol. Fokus dari modifikasi diet adalah mereduksi intake sodium dan
meningkatkan intake makanan rendah lemak, kalsium, magnesium, potassium
dan serat.6
H. Hipertensi dan Chlorella
Penggunaan Chlorella dalam menurunkan tekanan darah adalah ke arah
modifikasi diet karena Chlorella mengandung banyak vitamin, mineral, serat,
asam amino enzim, potassium dan substansi nutrisi lainnya dalam konsentrasi
7/25/2019 Chlorella (2014)
13/18
13
tinggi yang sudah terbukti berhasil dalam menurunkan tekanan darah. Selain itu
Chlorella membantu dalam proses detoksifikasi dimana yang berperan dalam
detoksifikasi adalah Chlorelaa Growth Factor (CGF) yang juga menstimulasi
perkembangan sistem imun.5,6
Chlorella membantu menurunkan tekanan darah pada orang dengan
hipertensi. Vegetarian biasanya jarang atau mempunyai risiko yang lebih kecil
untuk terkena hipertensi jika dibandingkan dengan non vegetarian yang biasanya
mengkonsumsi lebih banyak sodium. Vegetarian cenderung mengkonsumsi lebih
banyak potassium, karbohidrat kompleks, asam lemak essensial, serat, kalsium,
magnesium, vitamin C dan kurang konsumsi lemak sedangkan non vegetarian
adalah kebalikannya.6
Konsumsi berlebihan makanan yang mengandung tinggi sodium dan rendah
potassium cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
Pada beberapa studi ditemukan bahwa restriksi sodium saja tidak cukup untuk
mengontrol atau menurunkan tekanan darah. Hasil yang signfikan pada
perubahan tekanan darah terjadi ketika restriksi sodium diikuti dengan intake
potassium yang tinggi.6,8
Cara mudah dalam mengontrol intake sodium adalah dengan menghindari
makanan cepat saji dan konsumsi garam yang berlebih. Dalam meningkatkan
intake potassium, ditemukan terdapat tinggi pada buah, sayur juga mikroalga
7/25/2019 Chlorella (2014)
14/18
14
seperti Chlorella. Untuk itulah Chlorella digunakan sebagai pengobatan
hipertensi yang efektif dalam menurunkan tekanan darah seseorang.
6
7/25/2019 Chlorella (2014)
15/18
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi sebagai masalah utama di masyarakat diterapi secara
farmakologi dan non farmakologi. Terapi secara farmakologi dengan
menggunakan obat-obatan konvensional dan dapat pula dilengkapi dengan
pengobatan non konvensional berupa pengobatan dengan menggunakan
bahan-bahan dari alam atau dikenal dengan obat-obatan herbal.
Konsumsi berlebihan makanan yang mengandung tinggi sodium dan
rendah potassium cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah atau
hipertensi. Pada beberapa studi ditemukan bahwa restriksi sodium saja tidak
cukup untuk mengontrol atau menurunkan tekanan darah. Hasil yang
signfikan pada perubahan tekanan darah terjadi ketika restriksi sodium diikuti
dengan intakepotassium yang tinggi.
Terapi secara non farmakologi adalah terdiri dari pengurangan berat
badan, modifikasi diet, olahraga dan penghentian konsumsi alkohol. Chlorella
dalam bentuk suplemen makanan atau yang dimasyarakat dikenal dengan Sun
chlorella, merupakan pengobatan hipertensi non konvensional atau
merupakan pengobatan dengan bahan-bahan alam yang juga digunakan oleh
7/25/2019 Chlorella (2014)
16/18
16
masyarakat, dimana bahan aktif dari Chlorella itu sendiri membantu
memenuhi kebutuhan diet dari penderita hipertensi pada umumnya.
Lebih khusunya penggunaan Chlorella dalam menurunkan tekanan
darah adalah ke arah modifikasi diet karena Chlorella mengandung banyak
vitamin, mineral, serat, asam amino enzim, potassium dan substansi nutrisi
lainnya dalam konsentrasi tinggi yang sudah terbukti berhasil dalam
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Cara mudah dalam mengontrol intake sodium adalah dengan
menghindari makanan cepat saji dan konsumsi garam yang berlebih. Untuk
meningkatkan intake potassium, umumnya potassium yang ditemukan
terdapat tinggi pada buah, sayur juga mikroalga seperti Chlorella. Untuk
itulah Chlorella digunakan sebagai pengobatan hipertensi yang efektif dalam
menurunkan tekanan darah seseorang.
7/25/2019 Chlorella (2014)
17/18
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrisons principle of
internal medicine. Edisi 17. USA: The.McGraw-Hill Companies; 2008
2. Kementrian Kesehatan RI. Data tabulasi nasional. Jakarta: Depkes; 2010
3. Kharisna D, Dewi WN, Lestari W. Efektifitas konsumsi jus mentimun
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Volume 2. Nomor
2. Jakarta: Jurnal Ners Indonesia; 2012
4. De Fretes H, Susanto AB, Prasetyo B, Limantara L. Karotenoid dari
makroalgae dan mikroalgae: potensi kesehatan aplikasi dan bioteknologi.
Volume XXIII. Nomor 2. Teknologi Dan Industri Pangan; 2012
5. Tim Web RSUA. Chlorella, makhluk purba yang ajaib. Surabaya: Rumah
Sakit Universitas Airlangga; 2013
6. PTE LTD AD(S). Chlorella-teh most exciting nutritional discovery on planet
earth. Singapore: The Penisula Shopping Centre; 2000
7. Panggabean LMG. Mikroalgae: alternate pangan dan bahan industri dimasa
mendatang. Volume XXIII. Nomor 1. Oseanogafi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia; 1998
8. Merchant RE, Sica D, Carmack CA. Nutritional supplementation with
chlorella pyrenoidosa for patients with mild to moderate hypertension. Final
Report; 1998
7/25/2019 Chlorella (2014)
18/18
18
9. Makpol S, Yaacob N, Zainuddin A, Yusof YAM, Ngah WZW. Chlorella
vulgaris modulates hydrogen peroxide-induced DNA damage and telemore
shortening of human fibroblast derived from different afed individuals.
Malaysia: AJTCAM Research Paper; 2009