Post on 22-Mar-2019
SISTEM INFORMASI, ORGANISASI DAN
PROSES ADMINISTRASI PUBLIK
Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah
Sistem Informasi Manajemen Sektor Publik
Kelas E
Disusun Oleh:
1) Ricke Silva Lorenza (145030100111034)
2) Devi Sheila Ismaya (145030100111046)
3) Tasyakurnia Laili Putri (145030101111051)
4) Anastasia Jumriati B. (145030101111057)
5) Yualita Windy Lestari (145030101111086)
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Munculnya Sistem Informasi Publik. Perkembangan yang mencolok selama
beberapa dasa warsa menjelang dimulainya abad ke-21 ditandai dengan semakin
pentingnya informasi dan pengolahan data di dalam banyak aspek kehidupan
manusia. Seiring dengan lajunya gerak pembangunan, organisasi-organisasi publik
maupun swasta semakin banyak yang mampu memanfaatkan teknologi informasi baru
yang dapat menunjang efektifitas, produktifitas, dan efisiensi mereka. Perkembangan
teknologi informasi dalam hal ini teknologi komputer dapat menunjang pengambilan
keputusan di dalam organisasi-organisasi modern yang memungkinkan pekerjaan-
pekerjaan di dalam organisasi dapat diselasaikan secara tepat, akurat, dan efisien.
Perkembangan sistem informasi manajemen telah menyebabkan terjadinya perubahan
yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun pimpinan pada
semua jenjang. Perkembangan ini juga telah menyebabkan perubahan-perubahan
peran dari para manajer dalam pengambilan keputusan, mereka dituntut untuk selalu
dapat memperoleh informasi yang paling akurat dan terkini yang dapat digunakannya
dalam proses pengambilan keputusan. Meningkatnya penggunaan teknologi
informasi, khususnya internet, telah membawa setiap orang dapat melaksanakan
berbagai aktivitas dengan lebih akurat, berkualitas, dan tepat waktu. Setiap organisasi
dapat memanfaatkan internet dan jaringan teknologi informasi untuk menjalankan
berbagai aktivitasnya secara elektronis. Para manajer sekarang ini dituntut
kemampuan mereka untuk dapat memanfaatkan informasi yang membanjiri organisasi
dan membuat keputusan secara tepat berdasarkan informasi tersebut. Termasuk juga
dalam organisasi publik, permasalahan utama dalam organisasi publik adalah masalah
pelayanan publik.
Pelayanan publik menurut Thaha (1994:14) merupakan suatu kegiatan yang
harus mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik,
mempersingkat waktu pelayanan, dan memberikan kepuasan kepada publik. Seiring
dengan diberlakukannnya otonomi daerah sejak dikeluarkannya UU No. 22 Tahun
1999 UU No. 32 Tahun 2004 yang memberi 2 hak dan kewenangan pada pemerintah
daerah untuk mengukur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakatnya serta dalam menghadapi era perdagangan bebas, peranan administrasi
pemerintahan dan perijinan perkotaan menjadi sangat penting. Keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah sangat ditentukan oleh kinerja administrasi pemerintahan
dan perizinan, karena masyarakat menilai baik buruknya otonomi daerah berdasarkan
baik buruknya administrasi dan perijinan. Sementara itu era perdagangan bebas dan
globalisasi juga menuntut tingkat kinerja administrasi pemerintahan dan perijinan
yang tinggi, karena administrasi pemeritahan dan perijinan akan sangat
mempengaruhi tingkat daya saing daerah dan juga produk-produk daerah yang pada
gilirannya akan sangat menentukan kinerja keuangan daerah atau Negara (Ratminto,
2003). Beberapa studi menunjukkan bahwa akar permasalahan administrasi
pemerintahan dan perijinan kota adalah prosedur yang berbelit-belit dan tidak
transparan. Sehingga konsep birokrasi lebih dikenal dan diartikan sebagai suatu yang
menyusahkan karena rumit, tidak efisien dan korup. Oleh karena itu prosedur
pemerintahan dan perijinan perkotaan merupakan salah satu hal yang harus dikelola
secara lebih baik demi untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah
dan memenangkan persaingan di era globalisasi ini (Ratminto, 2003). Pemenuhan hak
orang lain (masyarakat) yang merupakan tujuan dari fungsi pelayanan publik harus
terus ditingkatkan, baik dari sisi kualitas maupun dari sisi kuantitas. Sisi kuantitas
dapat dilakukan dengan memperbanyak jumlah masyarakat yang dapat dilayani dan
menambah waktu pelayanan, sedangkan sisi kualitas dapat dikurangi dengan
mengurangi kesalahan pelayanan, mempercepat pelayanan, dan kemudahan
pelayanan. Beberapa studi dilakukan terkait dengan kepuasan pelanggan terhadap
kualitas pelayanan publik. Diantaranya dilakukan oleh Ratminto (2003) dengan
melakukan survey kepuasan pelangan di Unit Pelayanan Terpadu Perijinan Satu Atap
(UPTPSAP) Kecamatan Sleman, menyimpulkan bahwa pelayanan perizinan berjalan
secara lambat yang disebabkan karena panjangnya prosedur pelayanan dan berbelit-
belit, tidak transparan ditambah lagi dengan penilaian tentang kemampuan aparat
yang masih rendah, sehingga konsep birokrasi lebih dikenal dan diartikan sebagai
seuatu yang menyusahkan karena berbelit-belit, tidak efisien dan korup. Selain itu
menurut Dwiyanto (2001:1) hasil survey menunjukkan bahwa 59% masyarakat
pengguna pelayanan menilai pelayanan publik buruk. Dan masih dijumpai berbagai
bentuk patologi birokrasi seperti kelambatan dan sebagainya. Untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan tersebut dan upaya mengantisipasi perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pemanfaatan teknologi
informasi instansi pemerintah selaku penyelenggara pelayanan publik menerapkan E-
government (electronic government).
Pengembangan E-government merupakan upaya mengembangkan
penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam
meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisian (Instruksi Presiden
No.3/2003 tentang kebijakan dan strategi nasional). Perkembangan birokrasi
selanjutnya akan mengacu pada knowledge and skill dengan kebutuhan kerja tim.
Oleh karena itu Team dan Information Technology merupakan 2 hal yang sangat
penting dalam pengembangan organisasi (Don Makin Susan. G, 1998 dalam Kaiman
Turnip, 2003). Dengan Global Network, Sistem Informasi Birokrasi, Sistem Informasi
Manajemen, dalam pengambilan keputusan akan bersifat terbuka dan transparan serta
diakses oleh berbagai lapisan sehingga informasi dapat menyebar merata.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi organisasi publik dan organisasi swasta
Organisasi Publik sering dilihat pada bentuk organisasi pemerintah yang
dikenal sebagai birokrasi pemerintah (organisasi pemerintahan). Atau satu-satunya
organisasi didunia yang mempunyai wewenang “merampok” harta rakyat (pajak),
“membunuh” rakyat (hukuman mati), dan “memenjarakan” rakyat. Organisasi Publik
adalah organisasi yang terbesar yang mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan
ruang lingkup Negara dan mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di
bidang politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara terlembaga sehingga
mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya,
sebaliknya berhak pula memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman
sebagai sanksi penegakan peraturan.
Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam
operasionalnya. Organisasi berorientasi pada pelyanan kepada masyarakat tidak pada
profit/laba/untung.
Sedangkan Organisasi Swasta atau organisasi laba adalah organisasi yang juga
bergerak di bidang pelayanan barang dan atau jasa yang kepemilikannya yang
dibedakan dari kemampuanya membayar barang dan jasa tersebut sesuai dengan hukum
pasar oleh satu orang atau lebih yang berorientasi pada keuntungan / laba. Dengan
demikian, jelas organisasi ini mempunyai tujuan utamanya adalah untuk mencari laba
atau untung sebesar-besarnya. Organisasi laba meliputi antara lain perusahaan-
perusahaan berskala kecil hingga berskala besar baik bertaraf local, nasional maupun
internasional. Ciri-cirnya antara lain Dimiliki oleh satu orang atau lebih, berorientasi
pada keuntungan. Organisasi publik identik dengan administrasi pemerintah Seperti
diketahui bahwa kegiatan pemerintah itu bermacam-macam baik dalam hal pelaksanaan
kegiatan tertentu ataupun dalam hal pelayanan yang bersifat monopoli. Jenis kegiatan
yang pertama dapat meliputi hubungan external, pelaksanaan hukum-hukum internal
dan aturan-aturan, pekerjaan sosial, penarikan pajak, dan juga pertahanan. Sedangkan
pelayanan yang bersifat monopoli dapat berupa pelayanan pos, mengontrol imigrasi,
pengaturan listrik, transportasi kereta api. dll.
Identifikasi organisasi publik didasarkan dengan peraturan negara, dibiayai oleh
keuangan negara, dan dioperasionalisasikan oleh aparat yang mempunyai jenjang kariri
tertentu. Konsekuensi pertama dari realitas ini adalah bahwa kewenangan publik
menjadi dibawah kontrol politik.
Departemen-departemen pemerintahan akan menjadi lembaga-lembaga yang
sangat diatur oleh peraturan yang sering membatasi pencapaian tujuan pada pelayanan
publik itu sendiri. Kenyataan bahwa antara negara yang satu dengan negara lain dalam
pelayanan ada perbedaan seperti di Inggris misalnya pemerintah telah bekerja sama
dengan organisasi sosial lainnya dalam rangka pelayanan pada publik. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa administrasi negara bukan sinonim dengan organisasi
pemerintah. Karena administrasi negara akhirnya mencakup semua organisasi sosial,
organisasi swasta yang bersama-sama melaksanakan aspek-aspek kebijakan publik
(publik policy).
Sifat-sifat administrasi organisasi publik berorientasi pada publik
Kaarakteristis khas yang mempunyai sifat-sifat yang berorientasi pada publik, seperti
memiliki perhatian yang tinggi dengan masalah-masalah sosial dan nilai-nilai sosial,
adanya kesadaran yang tinggi dengan pendapat umum, respek pada tanggung jawab
publik.
Melihat administrasi negara berbentuk organisasi publik memiliki ciri khusus
dalam melaksanakan kebijakan publik seperti control politik, akuntabilitas, pemakian
birokrasi pemerintah, pembuatan kebijakan pemerintahan penegakan hukum yang
berbeda dilakukan oleh swasta. Pada hakekatnya pelayanan publik bukan monopoli
pemerintah seperti yang telah dikatakan diatas organisasi swastapun mampu juga
melakukan pelayanan publik. Hanya pada sifat-sifat tertgentu sebagaimana yang
diungkapkan pada pendekatan keempat hal ini menjadi monopoli pemerintah.
Memfokuskan pada sifat publicness Mengutip pendapat dari Robert Danhardt dalam
“Toward A Critical Theory of Public Organization” dari public Administration Review,
1981, maka sifat publikness dijawab dengan perlunya organisasi public memfokuskan
pada demokratisasi hubungan social. Menurut dia administrasi Negara harus
mengkonsentrasikan pada administrasi public yang demokratis daripada orientasi pada
administrsi Negara yang otokratis, dan manajemen partisipatif daripada manajemen
hirarkis.
Perbedaan dan persamaan organisasi publik dan organisasi swasta
Setelah kita pelajari pengertian dari masing-masing jenis organisasi di atas,
maka kita dapat melihat perbedaan-perbedaan diantaranya, yang antara lainnya adalah
sebagai berikut:
1) Orientasi
Organisasi laba berorientasi pada laba atau untung, sedang organisasi public
berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat (tidak mencari untung). Sementara
organisasi nirlaba hanya sebagai suatu organisasi yang didirikan untuk mendukung
suatu isu di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil,
tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
2) Kepemilikan
Kepemilikan organisasi nirlaba tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’
organisasi apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas
memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Sementara pemilikan organisasi
public adalah milik Negara yang dimana telah diatur oleh konstitusi.
3) Dalam hal donatur
Organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda
dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari
keuntungan usahanya, sedangkan organisasi public didanai oleh pendapatan Negara
atau daerah yang didapat dari pajak.
4) Dalam hal penyebaran tanggung jawab
Pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang
kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal
ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’ organisasi,
sementara di organisasi public yang bertanggung jawab adalah Negara yang
didelgasikan kepada pejabat atau orang tertentu untuk mengelolanya dan kalau tidak
maka dikenai sanksi.
5) Sistem akuntansi yang digunakan
Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Pada sektor
swasta sistem akuntansi yang biasa digunakan adalah akuntansi yang berbasis
akrual (accrual accounting). Sedangkan pada sektor publik lebih banyak menggunakan
sistem akuntansi berbasis kas (cash basis accounting).
Tabel perbandingan organisasi publik dan privat secara umum, yaitu:
No Organisasi
Publik
Organisasi
Privat
1. Tujuan Laba non laba
2. Produk yang
dihasilkan
Publics goods Privat goods
3. Cara
pengambilan
keputusan
demokratis Strategis
bisnis
4. Ukuran kinerja Social
welfare
efisiensi
5. Misi organisasi “melakukan
kebaikan”
“untung rugi”
Meskipun Organisasi Publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda
dengan Organisasi Swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:
Kedua sektor tersebut, yaitu sektor publik dan sektor swasta merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber daya
yang sama untuk mencapai tujuan organisasi. Keduanya menghadapi masalah yang
sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya (scarcity of resources), sehingga baik
sektor publik maupun sektor swasta dituntut untuk menggunakan sumber daya
organisasi secara ekonomis, efektif dan efisien. Proses pengendalian manajemen,
termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya sama di kedua sektor. Kedua sektor
sama-sama membutuhkan informasi yang handal dan relevan untuk melaksanakan
fungsi manajemen, yaitu: Perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
· Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama,
misalnya: baik pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak di bidang transportasi
massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya. Kedua sektor terikat
pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain yang disyaratkan.
Pada dasarnya antara manajemen publik dan manajemen swasta ada beberapa
persamaan dalam pengelolaan sistem informasinya. Tetapi disamping persamaan
persamaan yang ada, diantara manajemen publik dan manajemen swasta ada juga
perbedaan yang cukup besar dalam konteks, orientasi nilai, sasaran pelayanan.
Persamaan-persamaan yang anda antara sektor publik dan sektor swasta adalah pada
peran dan fungsi manajemen. Sementara itu perbedaannya cukup besar, antara lain
sistem nilai dan landasan ideologinya berbeda. Dunia bisnis merupakan produk dari
ideologi kapitalistik: yang mengurus soal : pemasukan, biaya, keuntungan, dan
pengembangan investasi dengan aplikasi sistem informasi sebagai berikut :
1.Sistem informasi akuntansi (accounting information systems), menyediakan informasi
dan transaksi keuangan.
2.Sistem informasi pemasaran(marketing information systems), menyediakan informasi
untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-
kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.
3.Sistem informasi manajemen persediaan(inventory management information
systems).
4.Sistem informasi personalia (personal information systems)
.5.Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development
information systems).
6.Sistem informasi teknik(engineering information systems).
Sedangkan manjemen publik, yang terkait erat dengan adminsitrasi publik,
landasan ideologinya muncul dari konstitusi, seperti: kedaulatan rakyat, pembagian
wewenang, hak-hak asasi, pluralisme, keuntungan publik, barang-barang publik (public
goods), kebebasan mengakses informasi, perwakilan (representativeness), persamaan
kesempatan, dan persaan dalam perlakuan. Dilihat dari penjelasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi privat adalah sistem komputer yang digunakan
level organisasi untuk mengubah sasaran, pengoperasian, produk, jasa, atau relasi
lingkungan untuk membantu organisai meraih keunggulan kompetitif. Berbeda dengan
sektor public yang berorientasi pada pelayanan. Secara lebih jauh dijelaskan
manajemen sistem informasi publik adalah suatu sistem yang dirancang untuk
menyediakan informasi guna mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan
manajemen yang berhubungan dengan kebutuhan pemerintahan maupun masyarakat
(perencanaan, penggerakan, pengorganisasian, dan pengendalian) dalam organisasi
publik.
Contoh aplikasi penerapan manajemen sistem informasi di sektor publik antara lain :
1. E-Government adalah contoh aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
administrasi publik, sebagai upaya untuk merevitalisasi organisasi dan manajemen
pemerintahan agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara prima, baik
dalam pengelolaan kebijakan, pelayanan informasi, maupun dalam pengelolaan
pelayanan publik.
2. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan/Decision-Support Systems (DSS)
3. Sistem Kelompok Pendukung Pengambilan Keputusan/Group Decision-Support
Systems (GDSS)
4. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive-Support Systems
(ESS)
5. Sistem Pakar/Expert System
2.2 Kerangka Sistem Informasi Pada Organisasi Publik
Semua sistem informasi mempunyai tiga kegiatan utama, yaitu menerima data
sebagai masukan (input), kemudian memprosesnya dengan melakukan penghitungan,
penggabungan unsur data, pemutakhiran dan lain-lain, akhirnya memperoleh informasi
sebagai keluarannya (output).
SIM merupakan upaya organisasi pertama yang tujuan utamanya adalah
Menyediakan informasi bagi manajemen (karena itu dinamakan sisteminformasi
manajemen). Ternyata dalam praktiknya SIM pada suatu organisasi menyediakan juga
informasi bagi orang-orang selain paramanajer. Ketika suatu organisasi semakin
memiliki pengalaman dalam menerapkan rancangan SIM yang mencakup kebutuhan
seluruh organisasi, paramanajer di wilayah-wilayah tertentu, baik ditingkat pusat
maupun daerah, mulai menerapkan konsep sesuai kebutuhan yang mereka perlukan.
Sistem informasi mulai akan memasuki wilayah yang sudah tersegmentasi, yang dapat
disebut sebagai sub-sub sistem SIM yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan
penggunanya. Sebagai contoh pada tataran organisasi pemerintah pusat sudah
mengimplementasikan beberapa aplikasi sistem informasi antara lain:
•Sistem akuntansi keuangan negara (SKAN),
INPUT(data - data)
PROSES(Perhitungan,
penggabungan data, pemutakhiran,dll)
OUTPUT( Informasi )
•Sistem akuntansi barang milik negara (SABMN),
•Sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD),
•Sistem Informasi Kependudukan,
•Sistem Informasi Kepegawaian dan pengembangan-pengembangan subsub sistem tata
kelola pemerintahan lainnya
2.3 Hubungan antara Organisasi dengan Sistem Informasi
Hubungan antara organisasi dengan sistem informasi yaitu sangat erat
kaitannya. Sistem Informasi juga sebagai alat penunjang berkembangnya suatu
organisasi. Dengan adanya sistem informasi, organisasi dapat dimudahkan misalnya
dalam hal publikasi kegiatan apa saja yang sudah mereka lakukan sehingga masyarakat
luas dapat memantau kegiatan yang sudah dilakukan oleh suatu organisasi tersebut.
SIM adalah penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung
informasi-informasi yg dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Kumpulan dari
interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan
mengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan
manajemen di dalam kegiatan pelaksanaan dan pengendalian. SIM berhubungan
dengan pengolahan informasi yang didasarkan oleh computer (user) yang menghasilkan
sebuah informasi.
a. Sistem Informasi Manajemen Publik (SIMP)
Suatu organisasi publik akan menjalankan fungsi-fungsi operasi yang harus
berjalan dalam organisasi tersebut untuk mencapai tujuan dari penyelenggaraan
pelayanan itu sendiri. fungsi-fungsi operasi dalam organisasi Publik meliputi fungsi
operasi dalam pelayanan. Untuk menjalankan fungsi-fungsi operasi tersebut dibutuhkan
manajemen di mana sudah barang tentu fungsi-fungsi manajemennya harus dapat
berjalan dengan baik. Fungsi-fungsi manajemen yang harus berjalan dalam
menggerakan fungsi operasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan sekurang-
kurangnya meliputi fungsi planning, organizing, staffing, directing, evaluating,
coordinating, dan budgeting.
Fungsi menajemen memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi dan tingkat
relasional yang kompleks antar fungsi operasi ketika harus menjalankan fungsi operasi
tersebut yang di bangun dalam organisasi publik. Ketika fungsi operasi dalam
organisasi berjalan sesuai fungsi manajemen, maka akan terjadi lalulintas data dan
informasi yang saling terkait dan saling membutuhkan sehingga tingkat kompleksitas
relasional antar fungsi tersebut kelihatan sekali.
Kompleksitas relasional data dan informasi tersebut meliputi tahap-tahap
pengumpulan data, klasifikasi data, pengolahan data supaya berubah bentuk, sifat, dan
kegunaan menjadi informasi, interpretasi informasi, penyimpanan informasi,
penyampaian informasi atau transmisi kepada pengguna dan penggunaan informasi
untuk kepentingan manajemen organisasi. Tahapan kompleksitas relasional data dan
informasi memungkinkan ditempuhnya delapan tahap penting dalam penanganan
informasi, yaitu penciptan informasi, pemeliharaan saluran informasi, transmisi
informasi, penerimaan informasi, penyimpanan informasi, penelusuran informasi,
penggunaan informasi.
Sistem komputer informal dikaitkan dengan penanganan komputer secara
personal dan pengunaan sistem formal. Sistem eksternal, formal, dan informal tidak ada
organisasi yang hidup dalam isolasi dan keterkaitan antara organisasi dengan
lingkungan eksternal yang terjadi.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasikan organisasi
publik:
Organisasi publik sebenarnya identik dengan administrasi pemerintahan.
Organisasi public dikaitkan pada peraturan Negara, dibiayai oleh keuangan
Negara, dan dioperasionalisasikan oleh aparat yang mempunyai jenjang karier
terentu.
Sifat-sifat administrasi organisasi publik berorientasi publi.
Administrasi Negara yang berbentuk organisasi publik memiliki ciri khusus
dalam melaksanakan kebijakan publik.
Organisasi publiK memfokuskan pada sifat “PUBLICNESS”.
b. Proses Penggunaan (SIMP) Dalam Meningkatkan Mutu Layanan Publik
Sistem Informasi Manajemen Publik (SIMP) adalah sistem yang didisain untuk
kebutuhan manajemen dalam upaya mendukung fungsi-fungsi dan aktivitas manajemen
pada suatu organisasi publik. Maksud dilaksanakannya SIMP adalah sebagai
pendukung kegiatan fungsi manajemen; planning, organizing, staffing, directing,
evaluating, coordinating, dan budgeting dalam rangka menunjang tercapainya sasaran
dan tujuan fungsi-fungsi operasional dalam organisasi publik.
Dengan adanya SIMP organissi publik akan merasakan beberapa manfaat
sebagai berikut:
- Pertama, tersedianya sistem pengeloaan data dan informasi publik.
- Kedua, terintegrasinya data dan informasi publik untuk mendukung proses
pengambilan keputusan.
- Ketiga, tersedianya data dan informasi publik yang lengkap bagi seluruh
stakholders yang berkepentingan dalam bidangnya.
SIMP digunakan oleh penggunanya sebagai alat bantu pengambil keputusan
dan oleh pihak lain yang tergabung dalam inter-organizational information system
sehingga organisasi publik dapat berinteraksi dengan pihak berkepentingan
(stakeholders) Nilai penting SIMP adalah : Sistem Informasi yang berbasis computer
(computer-based information systems) memungkinkan pendelegasian kegiatan rutin.
Teknologi informasi memungkinkan pengolahan data secara lebih akurat dan
andal. Pembuatan keputusan akan ditunjang dengan pilihan alternatif yang lebih
objektif dengan data pendukung yang lengkap Monitoring dan evaluasi memerlukan
penyerapan informasi secara cepat dan efisien.
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa SIMP sangat berguna dalam
meningkatkan mutu layanan publik.
c. Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Di Sektor Pemerintah
Walaupun sudah lebih 20 tahun Sistem Informasi dikenal di Indonesia,
implementasi di kantor pemerintah (baik pusat maupun daerah) relatif masih rendah
dibandingkan dengan sektor swasta .Hal tersebut disebabkan selain karena adanya
hambatan di dalam birokrasi, yaitu mulai dari UU, kebijakan pusat dan daerah, sampai
pada organisasi dan tata kerja yang tidak mudah untuk diubah atau disempurnakan, juga
karena keterbatasan yang dimiliki pada kantor pemerintah mendorong implementasi
sistem informasi sesuai dengan batasan yang ada. Berbeda dengan kondisi di kantor
pemerintah, implementasi sistem informasi di sektor swasta tidak memiliki hambatan
yang berarti, sehingga lebih mudah melakukan penyesuaian di dalam pemanfaatan
sistem informasi. Bagi sektor swasta, sistem informasi serta business process
reengineering dimanfaatkan untuk mencari solusi yang optimal di dalam meningkatkan
efisiensi dan kualitas kerja. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama ini, masih
rendahnya implementasi sistem informasi pada kantor pemerintah disebabkan antara
lain karena:
1. Belum adanya satuan kerja di suatu kantor pemerintah yang secara struktural
bertanggungjawab di dalam pembangunan dan pengembangan sistem informasi ;
2. Keterbatasan di dalam penguasaan sistem informasi diatasi dengan suatu solusi
yang „it oriented‟ sehingga berakibat berkembangnya pulau-pulau sistem
informasi;
3. Rancangan sistem informasi berkembang secara parsial sesuai dengan kebutuhan
masing-masing entitas kantor pemerintahan (satuan kerja), sehingga sulit untuk
di-integrasikan;
4. Sistem informasi dilaksanakan secara mandiri di masing-masing satuan kerja
tanpa adanya koordinasi sistem informasi antar satuan kerja, termasuk
membangun informasi yang bukan menjadi tanggung jawab satuan kerja
pembangun sistem;
5. Data dan informasi yang dibuat dan berada di luar kewenangan/tupoksi suatu
satuan kerja/lembaga tidak dapat dijamin keakuratan dan tanggungjawab
kelayakannya, sehingga akan menjadi suatu area yang berisiko tertinggi;
6. Belum terbangunnya budaya bekerja dengan suatu pola yang saling terintegrsi di
lingkungan kantor pemerintah;
7. Keterbatasan kemampuan sumberdaya manusia untuk pengelolaan sistem
informasi.
Pelaksanaan sistem informasi pada kantor pemerintah dapat diselenggarakan jika:
a) Ada suatu proses kerterbukaan serta manajemen data dan informasi yang tertib
serta terencana;
b) Birokrasi tidak lagi menjadi suatu hambatan;
c) Pembangunan sistem informasi dikembalikan pada tupoksi masing-masing
organisasi satuan pemerintahan;
d) Perlu dibuat suatu strategi dan kebijakan pendukung agar sistem informasi
dapat diselaraskan dengan birokrasi yang ada di sektor swasta;
e) Perlu peningkatan sumberdaya manusia;
f) Perlu adanya change management di lingkungan kantor pemerintahan.
2.4 Bagaimana Organisasi Mempengaruhi Sistem Informasi
Sistem informasi dan organisasi saling mempengaruhi satu sama lain. Sistem
informasi dibangun oleh manajer untuk melayani kepentingan perusahaan. Pada saat
yang bersamaan, organisasi harus waspada dan terbuka terhadap pengaruh sistem
informasi untuk mendapatkan manfaat dari teknologi tersebut. Manajer dan karyawan,
menjadi orang yang memutuskan sistem apa yang akan di bangun, apa yang dapat
dilakukan dengan sistem tersebut, dan bagaimana sistem akan diterapakan. Organsasi
mungkin tidak dapat mengantisipasi konsekuensi dari semua keputusan dan harus
menerima segala resiko dari apa yang telah putuskan.Organisasi mempengaruhi
sistem informasi karena:
a. Sistem informasi mampu mengubah cara hidup suatu organisasi. Beberapa sistem
informasi mengubah keseimbangan hak, priviliges, kewajiban, pertanggungjawaban
dan perasaan yang telah terbangun sekian lama pada suatu organisasi.
b. Karena organisasi akan berpengaruh terhadap sistem informasi melalui keputusan-
keputusan yang dibuat oleh manajer dan karyawan. Manajer membuat keputusan
tentang desain sistem. Mereka juga menggunakan teknologi informasi. Manajer
membuat keputusan tentang desain sistem. Karena menggunakan teknologi informasi,
manajer juga akan memutuskan siapa yang akan membuat dan mengoperasikan
sistem, dan pada akhirnya memberikan pertimbangan rasional dalam pembuatan
sistem. Maka manajer mempunyai alasan yang rasional baik menyangkut umum
ataupun khusus. Alasan yang paling pokok bagi manajer untuk memilih menggunakan
sistem adalah untuk mencapai alasan-alasan ekonomi, menyediakan pelayanan yang
baik. Dampak komputerisasi terhadap organisasi tergantung dari bagian dan
bagaimana manajer membuat keputusan.
Berdasarka kedua point diatas, maka bagian akan dijelaskan mengenai :
1. Keputusan-Keputusan Tentang Peran Sistem Informasi
Organisasi mempunyai dampak langsung terhadap teknologi informasi melalui
keputusannya tentang bagaimana teknologi akan digunakan dan peran apa yang akan
dimainkan dalam organisasi. Dukungan terhadap perubahan peran telah merubah secara
teknikal serta sistem konfigurasi organisasi yang secara nyata telah memberikan
computing powerdan data, sehingga menjadi lebih dekat dengan pemakai akhir.
Mesin hitung elektronik dengan fungsi-fungsi yang terbatas dalam tahun 1950-
an telah memberikan cara baru. Mainframe yang tersentralisasi dapat melayani kantor
pusat dengan kantor cabang di beberapa lokasi yang terpencil pada tahun 1960-an. Pada
tahun 1970-an komputer mikro yang ditempatkan di sebuah departemen atau divisi
dihubungkan dengan komputer pusat. Tahun 1980-an, komputer mikro desktop pertama
kali digunakan secara independen, kemudian dihubungkan dengan minicomputer dan
komputer yang berukuran besar.
Dalam tahun 1990-an, rancangan jaringan organisasi secara penuh
dikembangkan. Dalam rancangan baru ini, central mainframe computer menyimpan dan
mengkoordinasi informasi dan mengalirkannya ke desktop-desktop dan bahkan ke
ratusan jaringan lokal yang lebih kecil. Sistem operasinya menyerupai sistem telepon.
Sistem informasi telah menjadi bagian integral, on-line, daninteractive tools yang
secara mendalam berfungsi dalam operasi dari menit ke menit serta pengambilan
keputusan organisasi. Dengan demikian organisasi menjadi sangat tergantung pada
sistem dan tidak akan mampu bertahan ketika sistem ini runtuh.
2. Keputusan Tentang Siapa Yang Menyediakan Pelayanan Teknologi lnformasi.
Cara kedua dimana organisasi mempengaruhi teknologi informasi adalah
melalui keputusan tentang siapa yang akan mendesain, membangun, dan
mengoperasikan teknologi di dalam organisasi. Teknologi komputer mirip dengan
teknologi yang lain, termasuk didalamnya teknologi otomotif. Disamping mobil,
masyarakat membutuhkan jalan bebas hambatan, bengkel, pompa bensin, insinyur
mesin, polisi, dan produsen spare-part. Automobile adalah sebuah paket pelayanan,
organisasi dan manusia/orang. Demikian pula sistem informasi mensyaratkan sub-unit
organisasi khusus, spesialis informasi, serta kelompok pendukung yang lain. Manajer
membuat keputusan penting tentang paket komputer: keputusan tentang apa yang
dilakukan oleh teknologi informasi.
Paket-paket itu terdiri dari tiga entitas. Pertama, fungsi atau unit organisasi
formal yang biasa disebut departemen sistem informasi. Kedua, ahli-ahli atau spesialis
sistem informasi seperti programer, sistem analis, project leader, manajer sistem
informasi. Demikian pula spesialis eksternal seperti supplier hardware dan manufaktur,
perusahaan software, dan konsultan yang berpartisipasi pada operasi harian dan
perencanaan sistem informasi jangka panjang. Ketiga, paket sistem informasi adalah
teknologinya itu sendiri, baik software maupun hardware.
Saat ini kelompok sistem informasi menjadi agen perubah yang sangat kuat
dalam organisasi, mendesak strategi baru dalam bisnis dan memaksa produk-produk
dihasilkan dengan berbasis informasi serta memerlukan koordinasi antara
pengembangan teknologi dan perencanaan perubahan organisasi. Ukuran dan
departemen sistem informasi sangat bervariasi dan sangat tergantung pada peran dan
sistem informasi dalam organisasi serta ukuran organisasi. Pada perusahaan dengan
ukuran menengah sampai besar kelompok sistem informasi terdiri dan 100 sampai 400
orang. Ukuran kelompok sistem informasi dan total pengeluaran untuk komputer sistem
informasi (khususnya organisasi yang menjual produk informasi) dapat menghabiskan
sampai 40 persen dari gross revenues.
Pada tahun-tahun pertama penggunaan komputer, ketika peran sistem informasi
dibatasi, kelompok sistem informasi umumnya terdiri dari programer dan ahli teknik.
Saat ini kebanyakan kelompok sistem informasi dan analis sistem tumbuh atau
bertambah secara proporsional. Sistem analis biasanya merupakan pihak yang
menghubungkan antara kelompok sistem informasi dengan fihak lain dalam organisasi.
Hal lain yang menjadi tugas analis adalah menterjemahkan masalah-masalah bisnis dan
kebutuhannya ke dalam persyaratan sistem dan informasi.
Manajer sistem informasi adalah pimpinan tim programer dan analis, manajer
proyek, manajer fasilitas fisik, manajer telekomunikasi, kepala kantor dan kelompok
automation, dan manajer operasi komputer dan staf data entry. End user adalah
representatif dan departemen diluar kelompok sistem informasi dimana aplikasi di
kembangkan. Pemakai (users) ini mempunyai peran penting dalam desain dan
pengembangan sistem informasi.
3. Keputusan Tentang Mengapa Membangun Sistem Informasi
Untuk membangun sistem informasi, manajer mempunyai beberapa alasan
rasional baik menyangkut umum ataupun khusus. Alasan yang paling pokok bagi
manajer untuk memilih menggunakan sistem adalah untuk mencapai alasan-alasan
ekonomi, menyediakan pelayanan yang lebih baik, atau menyediakan tempat kerja yang
lebih baik. Dampak komputer terhadap organisasi tergantung dari bagian dan
bagaimana manajer membuat keputusan.
Organisasi mengadopsi sistem informasi adalah untuk menjadi lebih efisien,
menghemat uang, dan mengurangi jumlah tenaga kerja. Meskipun respon-respon yang
demikian secara umum benar untuk masa-masa yang lalu, namun alasan-alasan itu
bukanlah alasan-alasan pokok untuk mengadopsi sistem.
Sistem yang ada saat sekarang dibangun dengan tujuan efisiensi untuk hal- hal
yang menyangkut pekerjaan pikiran. Namun alasan lain yang lebih mendasar dan
mudah diterima, sistem informasi merupakan sesuatu yang sangat penting jika ingin
tetap bertahan dalam bisnis. Sistem informasi merupakan sesuatu yang sangat vital
sebagaimana peningkatan modal seperti bangunan-bangunan modern atau corporate
headquarter. Peningkatan dalam pengambilan keputusan (kecepatan, akurasi,
keterpaduan), pelayanan yang lebih baik kepada customer dan harapan klien,
koordinasi kelompok-kelompok yang terpencar, serta menguji kekuatan kontrol
terhadap personal maupun pengeluaran menjadi alasan penting untuk membangun
sistem (Huff dan Munro, Husein, M.F. dan Wibowo, A. 2002).
Alasan terkini, organisasi mengadopsi sistem karena ingin mendapatkan
competitive benefit (manfaat kompetitif). Beberapa organisasi sekedar ingin menjadi
lebih inovatif untuk mendapatkan benefit ekonomi secara langsung. Untuk beberapa
kasus, sistem informasi dibangun karena ambisi dari beberapa kelompok dalam
organisasi dan antisipasi dampak dan konflik yang tengah berlangsung dalam
organisasi.
Selain itu, faktor-faktor lingkungan eksternal adalah faktor eksternal organisasi
juga yang mempengaruhi adopsi dan desain sistem, beberapa faktor lingkungan
eksternal adalah:
a. peningkatan biaya tenaga kerja atau sumber daya yang lain,
b. persaingan dan perusahaan lain, dan
c. perubahan regulasi pemerintah (Undang-undang).
Secara umum faktor-faktor lingkungan eksternal ini dapat dianggap sebagai
batasan-batasan lingkungan. Namun pada saat yang sama, lingkungan juga
menyediakan beberapa kesempatan kepada organisasi, seperti teknologi baru, sumber
modal baru, pengembangan proses produksi baru, memaksa kompetitor untuk keluar,
program-program baru pemerintah yang dapat meningkatkan permintaan produk-
produk tertentu.
Faktor institusional adalah faktor internal organisasi yang mempengaruhi proses
adopsi dan desain sistem informasi. Faktor ini mencakup :
a. tata nilai (value),
b. norma, dan
c. hal-hal penting yang dapat membentuk strategi penting dalam organisasi.
Sebagai contoh adalah manajemen puncak dapat memutuskan bahwa
perusahaan perlu menerapkan sistem kontrol yang lebih ketat terhadap proses
persediaan, dan oleh sebab itu memutuskan untuk membangun sistem informasi
persediaan (inventory information systems). Sistem itu kemudian diadopsi,
dikembangkan, dan dioperasikan hanya untuk keperluan internal dan alasan-alasan
kelembagaan.
2.5 Bagaimana Sistem Informasi Mempengaruhi Organisasi
Sistem informasi dan organisasi dimana keduanya digunakan untuk saling
berinteraksi dan mempengaruhi. Sistem informasi juga terhubung dengan struktur,
budaya, proses bisnis organisasi. Sistem baru mengacaukan pola kerja dan hubungan
kekuatan yang telah mapan, sehingga sering ada kejanggalan yang cukup besar dari
organisasi ketika sistem tersebut diperkenalkan.
a) Teori Ekonomi
Dalam teori ekonomi, sistem informasi dapat dipandang sebagai faktor produksi
yang dapat menjadi subtitusi bebas (freely subtituted) bagi kapital dan tenaga kerja.
Dengan semakin murahnya teknologi informasi, TI menggantikan (menjadi subtitusi)
tenaga kerja yang semakin lama semakin mahal. Teknologi infomasi juga dapat
memperkecil ukuran organisasi karena TI dapat menurunkan biaya transaksi
(transaction cost), yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan karena membeli sesuatu
yang tidak dapat dihasilkannya sendiri. Membeli barang/jasa dari pasar adalah mahal,
karena terdapat biaya lokasi, komunikasi dengan pemasok yang jauh, pengawasan
komplain kontrak, pembelian asuransi, biaya pencarian informasi tentang produk, dan
sebagainya. Secara tradisional, perusahaan berusaha mengurangi biaya transaksi
dengan menjadi besar, menyewa lebih banyak karyawan atau membeli pemasok dan
distributor sendiri, seperti yang dilakukan General Motor.
Teknologi informasi, terutama penggunaan jaringan, dapat membantu
perusahaan mengurangi biaya keterlibatan dengan pasar (biaya transaksi). Dengan TI
lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk menghubungi pemasok dari luar dari pada
menggunakan sumber-sumber internal. Sebagai contoh, Chrysler Corporation
menggunakan 70 persen komponen dari luar perusahaannya sendiri. Perusahaan Cisco
System dan Dell Computer melakukan outsource produksinya kepada perusahaan lain
seperti Flextronics.
Teknologi informasi juga dapat mengurangi biaya manajemen internal. Menurut
teori agen (agency theory), perusahaan dapat dipandang sebagai nexus of contracts
diantara individu-individu yang berkepentingan, perusahaan bukanlah entitas tunggal
yang bertujuan memaksimalkan keuntungan. Pemilik perusahaan mempekerjakan
karyawan (agen) untuk mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki pemilik. Namun
karyawan (agen) membutuhkan pengawasan dan manajemen terus-menerus, jika tidak
agen akan bertindak untuk kepentingannya sendiri bukan untuk kepentingan pemilik
perusahaan. Dengan semakin besar dan semakin luasnya cakupan perusahaan, biaya
agensi atau biaya koordinasi meningkat karena pemilik harus mengeluarkan lebih
banyak usaha dan biaya untuk mengawasi dan manajemen karyawan. Teknologi
informasi mengurangi biaya agensi dengan mengurangi biaya dalam mendapatkan dan
menganalisis informasi, sehingga manajer lebih mudah untuk memperhatikan karyawan
dalam jumlah besar.
b) Teori Perilaku
Teori perilaku berusaha menjelaskan organisasi dari sudut pandang sosiologi,
psikologi dan ilmu politik. Penelitian perilaku telah menemukan sedikit bukti bahwa
sistem informasi secara otomatis mentransformasi organisasi. Teknologi informasi
dapat mengubah hirarki pengambilan keputusan di dalam organisasi dengan
menurunkan biaya pengambilan dan penyebarluasan informasi. Teknologi informasi
dapat membawa informasi secara langsung dari unit operasional kepada manajer senior,
sehingga mengurangi manajer menengah dan pekerja klerikal. Teknologi komunikasi
memungkinkan manajer senior menghubungi unit operasional tanpa melalui
perantaraaan manajemen menengah. TI juga memungkinkan penyebaran informasi
secara langsung ke pekerja level bawah, sehingga mereka dapat membuat keputusan
berdasarkan Pengetahuan dan informasi sendiri tanpa campur tangan manajemen.
Namun beberapa penelitian menyarankan agar manajer menengah diberi lebih banyak
informasi, sehinggamanajer menengah lebih berdaya dalam mengambil keputusan
penting dan dapat mengurangi sejumlah pekerja level bawah.
Bagaimana Sistem Informasi mempengaruhi Organisasi
1. Dampak Ekonomi
Ukuran perusahaan biasanya berkembang untuk mengurangi biaya transaksi.
Teknologi informasi secara potensial mengurangi biaya pada ukuran tertentu, membuka
kemungkinan pertumbuhan pendapatan tanpa menambah ukuran, atau bahkan
pertumbuhan pendapatan yang disertai ukuran yang menyusut.
2. Dampak Organisasi dan Perilaku
a) Teknologi Informasi atau TI meratakan organisasi, yaitu perataan hierarki dengan
memperluas distribusi informasi untuk memberikan kekuatan kepada karyawan
tingkat rendah dan meningkatkan efisiensi manajemen
b) Organisasi pascaindustri, yaitu wewenang semakin bergantung kepada
pengetahuan dan kompetensi, dan tidak hanya pada posisi formal.
c) Memahami penolakan organisasi terhadap perubahan. Terdapat beberapa cara
untuk memvisualisasikan penolakan organisasi yang saling berhubungan untuk
membawa perubahan dengan mengubah teknologi, tugas, struktur, dan orang-
orang secara bersamaan.
3. Internet dan Organisasi
Internet meningkatkan aksesibiltas, penyimpanan, dan distribusi informasi dan
pengetahuan untuk organisasi, dan untuk mengurangi biaya transaksi dan keagenan
yang dihadapi kebanyakan organisasi.
4. Implikasi Rancangan dan Pemahaman Sistem Informasi
Faktor organisasi utama yang harus dipertimbangkan saat merencanakan sistem
baru adalah sebagai berikut :
Lingkungan dimana organisasi berfungsi
Struktur organisasi : hierarki, spesialisasi, rutinitas, proses bisnis
Budaya dan politik organisasi
Jenis organisasi dan gaya kepemimpinan
Kelompok kepentingan utama yang dipengaruhi oleh sistem dan sikap dari karyawan
yang akan menggunakan sistem
Jenis tugas, keputusan dan proses bisnis dimana sistem info dirancang untuk
membantunya.
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi informasi dalam beberapa dasawarsa terakhir berkembang
begitu cepat. Meski dalam penerapannya dunia bisnis sudah terlebih dahulu mendalami
pentingnya sistem informasi, namun sektor publik juga semakin lama menyadari pentingnya
sistem informasi untuk memperbaharui struktur organisasinya dan meningkatkan sistem
pelayannya untuk kepentingan masyarakat. dengan masuknya sistem informasi telah
terjadinya perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh manajemen baik pada tingkat operasional (pelaksana teknis) maupun
pimpinan pada semua jenjang. Perkembangan ini juga telah menyebabkan perubahan-
perubahan peran dari para manajer dalam pengambilan keputusan, mereka dituntut untuk
selalu dapat memperoleh informasi yang paling akurat dan terkini yang dapat digunakannya
dalam proses pengambilan keputusan seperti dalam pengambilan keputusan yang
menggunakan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive Support
Systems (ESS) dan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan –Decision Support Systems
(DSS)Yang paling menonjol penerapan SIM di sektor public ditandai dengan
dicanangkannya sistem E-Government yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang
lebih efektif dan efisian serta menjamin transparansi kepada masyarakat. Sehubungan dengan
misis tersebut ada beberapa patokan pelayanan informasi publik yang tertuang dalam UU
NO.14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik yang harus diingat oleh setiap
pelayan public. Yakni :
1. transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai
perusahaan.
2. kemandirian adalah suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak mana pun yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat.
3. akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
4. pertanggungjawaban adalah kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan dan prinsip korporasi yang sehat;
5. kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak pemangku
kepentingan(stakeholder) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan.
Terlepas dari semua itu perkembangan sistem informasi manajemen dalam
administrasi public memang belum sempurna apalagi dikaitkan dengan pemerintahan daerah.
Banyakkendala yang dihadapi dan belum terlesaikan hingga saat ini. Salah satu permasalahan
penerapan sistem informasi manajemen yang ideal adalah kurangnya pemahaman mengenai
konsep ini terlebih pada sumber daya manusia yang belum cukup mampu menerapkan konsep
ini disetiap sisi pemerintahan. Hingga saat ini Indonesia masih dalam proses mengembangkan
SIM nya dalam rangka mewujudkan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat luas.