Post on 20-Oct-2015
description
METODE STERILISASI
Saat ini informasi yang diperoleh dari bidang mikrobiologi memberikan sumbangan yang
sangat besar, khususnya dalam mengawasi penyakit menular. Selain itu, mikroorganisme
telah digunakan untuk mempelajari berbagai proses biokimia yang diketahui terjadi pula pada
bentuk kehidupan yang lebih tinggi. Banyak fakta tentang metabolisme manusia yang
diketahui sekarang mula-mula diketahui terjadi pada mikroorganisme. Demikian pula dengan
teknologi yang sekarang sedang popular, misal Rekayasa Genetik, yang tidak lain merupakan
perkembangan genetika molekuler yang menjelaskan bagaimana gen mengatur aktivitas
sel.Semua ini berasal dari studi tentang mikroorganisme. Jadi, bidang mikrobiologi tidak
hanya studi tentang penyebab penyakit tetapi merupakan studi tentang semua aktivitas hayati
mikroorganisme.
Mikroorganisme banyak dipelajari di laboratorium untuk banyak tujuan. Derajat perinciannya
untuk mempelajari itu tergantung kepada maksud pemerikasaan laboratories tersebut.
Tersedianya pula teknik untuk menentukan ukuran,bentuk, danstruktur sel-sel individu serta
beberapa prosedur untuk menumbuhkan (membiakkan) mikroorganisme di laboratorium.
Pada bahasan berikut ini dititikberatkan pada metode/prosedur untukmembebaskan suatu
bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan atau yang biasannya dikenal dengan istilah
sterilisasi.Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang
teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu
penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia
(etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo,
1993).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut.
Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan
mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara
mekanik, misalnya dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling
banyak digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter
chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan
dan benda yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan
penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan
ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan
steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi
mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu,
sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan
untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap panas seperti serum,enzim,toksin
kuman,ekstrak sel,dsb.
Menyaring cairan
Hal dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang menggunakan
saringan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang mempergunakan
filter yang terbuat dari tanah diatom; saringan chamberland, yang mempergunakan filter yang
terbuat dari porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter yang terbuat dari
serbuk gelas. Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah daripada saringan porselen.
Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila
dibuang, tetapi terlalu sulit untuk dibersihkan.
Menyaring udara
Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh mikroba atau untuk
menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain, maka alat-alat
tersebut harus ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat
menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas
yang basah memungkinkan kuman menembus kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh
kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang
disebut laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring terlebih dahulu
dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan harus diganti
dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi lagi.
2. Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
· Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat :
jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok
untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
· Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi
Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.
Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol.
Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang
sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya
disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik
untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu
toksik untuk dipakai sebagai antiseptik.
Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek
yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan
kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain
yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu
kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.
Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik
Desinfeksi meja kerja
a. Singkirkan semua barang yang tidak diperlukan dari meja dan ruang kerja
b. Semprotkan meja kerja denga alkohol 70 % beberapa kali hingga merata
c. Kemudian semprotkan lagi alkohol pada tlapak tangan
d. Letakkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan pada meja kerja dan semprotkan kembali
alkohol pada semua peralatan.
e. Setelah itu diamkan beberapa saat dan kembali semprotkan alkohol ke seluruh permukaan
tangan ketika hendak mulai bekerja.
f. Letakkan pembakar spiritus lalu biarkan.
Memindahkan Biakan secara Aseptis
a. Persiapkam alat dan bahan seperti spirirtus,jarum inokulum(jarum ose),rak tabung dan dua
buah tabung tertutup yang berisi biakan bakteri/virus.
b. Bakarlah ujung hingga pangkal jarum inokulum dengan pembakar spirirtus.
c. Buka tutup kedua tabung dan bakar mulut kedua buah tabung tersebut dengan pembakar
spiritus agar kontaminan mati.
d. Ambil satu ulasan pada tabung pertama dengan jarum inokulum kemudian masukkan jarum
tadi pada tabung kedua dengan teknik spread zig-zag.
e. Bakar kembali mulut tabing agar kontamina pada proses transfer mati.
f. Tutup kembali tabung tersebut, dan bakar ujung jarum inokulum untuk memebunuh sisa
bakteri yang ada.
Memindahkan Biakan dari Cawan
a. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Bakar mulut cawan bagian tepi dengan memutarnya di atas api, serta pijarkan jarum
inokulum dan di dinginkan.
c. Buka mulut cawan yang berisi biakan koloni dan ambil koloni tunggalnya dengan
menempelkan jarum inokulum loop.
d. Kemudian tanamkan kembali koloni yang sudah diambil tadi pada media yang baru dengan
teknik spread kontinyu.
e. Panaskan kembali mulut cawan dan tutup rapat serta panaskanjarum inokulum yang telah
digunakan.
Memindahkan Cairan dengan pipet
a. Persiapkan alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.
b. Lepaskan bungkus pipat dan panaskan ujung pipet pada pembakar spiritus. (Usahakan
daerah ujung pipet berdekatan dengan api).
c. Ambil dua buah tabung dan buka tutpnya untuk dipanaskan bagian ujung mulut tabung.
d. Pipet cairan pada tabung pertama dengan menekan tombol S pada filter dengan volume
tertentu. Kemudian pindahkan ke tabung lainnya dan keluarkan cairan tersebut dengan
menekan E pada filter.
e. Setelah itu bakar kedua mulut tabung tadi dan tutup kembali dengan rapat.
Menuangkan Media
a. Persiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Panaskan mulut erlenmeyer yang berisi media pertumuhan mikroorganisme.
c. Tuangkan media dalam erlemneyer ke cawan petri yang berisi biakan murni.
d. Ratakan dengan menggoyangkan cawan.
Prinsip cara kerja autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan
tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C.
Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan.
Cara Penggunaan :
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf.Jika air kurang
dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil
destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus
dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang
keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan
terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan
tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga
sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka
nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.
Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan
kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya
untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa)
selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih
pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di
permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang
diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada
suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak
pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf
diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya
tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika
dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan
uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam
autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam
autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi
dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber
panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak
boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba
pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus,
lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore
strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu
ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja
dengan baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
- Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
- Paelarut organik, seperti fenol
- Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya
substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
- Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
- Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam
mineral lain.
- Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
- Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
- Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan
kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi
diatur dengan waktu 30 menit.
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika
terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu
saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter
yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.
Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini merip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak
tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang
disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan
pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.
Cara kerja :
Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat atau
aluminium foil.
Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar
menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).
Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C kemudian
hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan mematikan mikroba).
Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang waktu ini
dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang belum mati untuk
tumbuh sehingga mudah dibunuh.
Sterilisasi dengan udara panas ( Dry heat sterilization )
Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri,
pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan
timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas.
· Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
· Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.
Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet
Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja mikrobiologi.
BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor
(dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.
BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flowhood atau Class II
vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang bersirkulasi
didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar masuk dan udara di
dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC.
Udara yang keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas
keluar ke ruangan lain.
Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.
BSC yang dimiliki Lab mikrobiologi merupakan BSC kelas II yang memiliki konfigurasi
udara seperti gambar disamping ini. Udara yang berasal dari luar kabinet akan langsung
terserap masuk kesaluran bawah yang bergabung dengan udara dari meja kerja yang
dimungkinkan mengandung bakteri yang digunakan untuk kerja. Udara dari meja kerja
disedot dari depan meja kerja. Kemudian udara kotor ini disaring oleh penyaring HEPA dan
disirkulasikan keluar kabinet atau kembali lagi ke meja kerja sebagai udara bersih.
Sterilisasi dan Metode SterilisasiIlmu Farmasi : Artikel ini akan membahas mengenai sterilisasi dan metode sterilisasi atau macam macam sterilisasi, jenis jenis sterilisasi (seterilisasi panas lembab, sterilisasi panas kering, sterilisasi ultraviolet/EM, sterilisasi gas, filterisasi dan sterilisasi pengion/sinar gamma)
Steril adalah kondisi sediaan yang terbebas dari partikel asing non self, tidak terdapat/tercemar mikroorganisme serta memenuhi persyaratan yang menyatakan sediaan tersebut steril. Sterilisasi adalahtahapan atau proses yang bertujuan sediaan tersebut menjadi steril.
Secara umum metode pembuatan sediaan steril dibagi menjadi 2 : metode sterilisasi akhir dan metode aseptis. Pemilihan metode disesuaikan dengan stabilitas zat aktif, formula dan metode sterilisasi yang digunakan.1. Metode sterilisasi akhirMetode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode sterilisasi yang sering digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan berbagai metode (panas kering, filterisasi, EM, pengion, gas, dsb), pertimbangan untuk memilih metode sterilisasi yang sesuai adalah dengan mempertimbangkan kestabilan bahan dan zat yang terhadap panas atau kelembaban (Stabilitas, Kompatibilitas dan Efektifitas serta Efisiensi).2. Cara aseptikCara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi, antibiotik dan beberapa hormon merupakan contoh sediaan dengan perlakuan metode aseptis.Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan cara mencegh kontaminasi jasad renik/partikel asing kedalam sediaan. Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan (pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk mencegah kontaminasi. Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu dilakukan.
Macam Macam Metode Sterilisasia. Sterilisasi Panas/thermalsterilisasi panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas/rusak karna panas, sterilisasi panas dibagi menjadi 2 : Sterilisasi Panas Lembab : Sterilisasi panas lembab adalah sterilisasi dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan berlangsung didalam autoklaf, umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama dan suhu tergantung bahan yang disterilisasi, untuk mengetahuinya lihat farmakope indonesia
Sterilisasi Panas Kering : metode sterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu160-170 C selama 1-2 jam. umumnya sterilisasi panas dilakukan pada jenis minyak, serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, dan alat-alat gelas ukur yang tidak digunakan untuk pengukuran (Bukan alat ukur)b. Sterilisasi RadiasiSterilisasi radiasi dibagi menjadi 2 :
Radiasi elektromagnetik (EM) adalah sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV). sinar UV ini memotong DNA mikroorganisme sehingga ekspresi DNA tidak terjadi. keterbatasannya sterilisasi cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak bisa menembuh bahan padat.
Radiasi pengion adalah metode sterilisasi yang menggunakan sinar gamma untuk merusak DNA mikroorganisme, kelebihannya bisa menembus zat padat
c. Sterilisasi Gas
Sterilisasi menggunakan gas etilen oksida, kelemahannya zat ini mudah terbakar, bersifat mutagenik dan toksik, sehingga dikhawatirkan terdapat residu setelah sterilisasi. Pilihan sterilisasi cara gas biasanya pilihan akhir bila zat tidak tahan panas ataupun uap air.
d. Sterilisasi FiltrasiSterilisasi yang menggunakan alat khusus yang menggunakan penyaring/filter matriks pori pori tertentu. menggunakan pori pori 10 nm untuk virus dan 0,22 nm untuk bakteri.
1. Sterilisasi Panas/thermal
Sterilisasi panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi
kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan
panas/rusak karna panas, sterilisasi panas dibagi menjadi dua :
o Sterilisasi Panas Lembab : Sterilisasi panas lembab adalah sterilisasi
dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan berlangsung di
dalam autoklaf, umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu
30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama dan suhu tergantung
bahan yang di sterilisasi, untuk mengetahui nya lihat farmakope
indonesia
o Sterilisasi Panas Kering : metode sterilisasi dengan menggunakan
oven pada suhu 160-170 C selama 1-2 jam. umumnya sterilisasi
panas dilakukan pada jenis minyak, serbuk yang tidak stabil
terhadap uap air, dan alat-alat gelas ukur yang tidak digunakan
untuk pengukuran (Bukan alat ukur)
2. Sterilisasi Radiasi
Sterilisasi radiasi dibagi menjadi dua :
o Radiasi elektromagnetik (EM) adalah sterilisasi menggunakan sinar
ultraviolet (UV). sinar UV ini memotong DNA mikroorganisme
sehingga ekspresi DNA tidak terjadi. keterbatasannya sterilisasi
cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak bisa menembus
bahan padat.
o Radiasi pengion adalah metode sterilisasi yang menggunakan sinar
gamma untuk merusak DNA mikroorganisme, kelebihannya bisa
menembus zat padat
3. Sterilisasi Gas
Sterilisasi menggunakan gas etilen oksida, kelemahannya zat ini mudah
terbakar, bersifat mutagenik dan toksik, sehingga dikhawatirkan terdapat
residu setelah sterilisasi. Pilihan sterilisasi cara gas biasanya pilihan akhir
bila zat tidak tahan panas ataupun uap air.
4. Sterilisasi Filtrasi
Sterilisasi yang menggunakan alat khusus yang menggunakan
penyaring/filter matriks pori pori tertentu. menggunakan pori pori 10 nm
untuk virus dan 0,22 nm untuk bakteri.
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari
segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba. Alat-alat dan medium yang steril
sangat diperlukan dalam praktek mikrobiologi.Adanya pertumbuhan mikroorganisme
menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan proses sterilisasi
tidak sempurna. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang
merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikroba diluluhkan. Proses sterilisasi
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sterilisasi dengan udara kering
(oven) dan sterilisasi dengan uap panas bertekan dengan autoclave.
Dalam praktek sterilisasi alat-alat dan atau medium dapat dikerjakan secara mekanik
(misalnya penyaringan), secara kimia (misalnya dengan disinfektan), maupun secara
fisik (misalnya dengan pemanasan, sinar UV, sinar X). cara sterilisasi yang dapat
dipakai tergantung pada macamnya bahan dan sifat bahan yang disterilkan, seperti
ketahanan terhadap panas, bentuk bahan : padat, cair, atau gas.
Sterilisasi dengan pemanasan merupakan cara yang paling banyak dipakai. Sterilisasi
dengan pemanasan dibedakan atas 4 macam, yaitu :
1. Sterilisasi dengan pemijaran
2. Sterilisasi dengan udara panas (kering); biasanya dipakai oven
Pensterilisasian dengan menggunakan oven dilakukan selama 2 ajm dengan suhu
1700C
1. Sterilisasi dengan uap air panas; biasanya dipakai steamer
1. Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan;
menggunakan autoclave.
Pensterilisasian dengan menggunakan oven dilakukan selama 15 menit dengan suhu
1210C dan tekanan 2 atm.
Sterilisasi Dengan Autoclave(dengan uap panas bertekanan)
Metode yang umum untuk sterilisasi yaitu dengan menggunakan panas. Untuk alat-alat
seperti pipet, cawan petri dan alat gelas lainnya digunakan sterilisasi udara panas,
terutama dengan uap air panas bertekanan yaitu menggunakan autoclave. Sterilisasi
bagi berbagai media-media atau bahan-bahan lain yang dapat rusak oleh pemanasan
tinggi dan kering dapat dilakukan sterilisasi dengan uap panas bertekanan yaitu
menggunakan autoclave dengan kondisi suhu 1210C selama 15 menit.
Autoclave ini biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan serta alat-alat yang
dipakai dalam melakukan penelitian-penelitian atau praktikum mikrobiologi. Pada
prinsipnya sterilisasi dengan autoclave adalah membunuh mikroba dengan
menggunakan panas dan tekanan dalam keadaan basah. Panas dapat diperoleh
dengan cara memanaskan dengan api gas atau dengan listrik, sedangkan kondisi basah
diperoleh dengan mengalirkan uap air atau memanaskan air dalam autoclave.
Adapun cara sterilisasi dengan autoclave adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan disterilkan seperti pipet, cawan petri, beacker
glass dan tabung reaksi.
2. Menyumbat mulut alat-alat seperti tabung Erlenmeyer yang akan disterilkan dengan
kapas (sumbat harus banyak supaya tidak ada rongga pada mulut). Untuk tabung
erlenmeyer setelah disumbat ditutup lagi atasnya dengan kertas kemudian ikat
sekencang mungkin.
3. Untuk alat-alat seperti pipet dan cawan petri dibungkus sedemikian rupa dengan
kertas pembungkus sehingga tidak ada rongga udara yang dapat menembus masuk ke
alat tadi. “Kalau menggunakan kertas bekas, yang berisi tulisan, berada di luar sehingga
yang bersih tanpa tulisan yang di dalam.
4. Autoclave yang telah disediakan tadi diisi dengan air kira-kira setengah dari rangsang.
5. Memasukkan alat-alat tadi yang akan disterilisasi dan menyusunnya dengan rapi.
6. Mengencangkan semua sekrup, menyalakan kompor dan membiarkan katup
pengatur uap terbuka sampai uap air banyak yang keluar. “Membuka katup pengatur
uap diusahakan tidak secara langsung tapi perlahan dan dipertahankan selama
beberapa menit”. Membuka katup ini dapat dengan menggunakan penjepit kayu dimana
katup uap ini tegak lurus bila terbuka, diusahakan konstan, jangan dengan tiba-tiba
menutup katup pengatur uap ini.
7. Setelah uap banyak yang keluar kemudian menutup katup uap ini sehingga tekanan
perlahan akan naik hingga mencapai 2 atm dan suhu mencapai 1210C selama 15 menit.
Petunjuk suhu dapat dilihat secara langsung pada thermometer. Dimana thermometer
ini biasanya bersatu dengan alat pengatur tekanan uap air, sehingga besar tekanan dan
suhu segera terbaca pada alat yang sama.
8. Setelah 15 menit, matikan kompor, membiarkannya dingin beberapa saat kemudian
melonggarkan sekrup.
Maka alat-alat yang disterilisasi tadi siap dipakai dalam praktikum mikrobiologi terutama
untuk membiakan mikroba.
* Prinsip kerja menggunakan autoclave.
Membunuh segala macam bentuk hidup dari mikroba dengan menggunakan uap air
panas dan tekanan.
Tekanan sebenarnya tidak mempunyai efek apa-apa, hanya untuk mempertahankan
suhu uap air di atas 1000C. Panas/suhu yang biasanya digunakan untuk dapat
membunuh mikroba dapat tercapai bila disertai tekanan uap. Suhu 1210C merupakan
batas yang baik bila dipertahankan beberapa saat. Waktu diperlukan untuk memberi
kesempatan pada uap air agar meresap ke dalam sel/ bahan yang akan disterilkan.
Udara yang tersisa dalam rongga sterilisasi beratnya lebih dari 2 kali berat uap air pada
suhu sterilisasi.
Sterilisasi dengan udara kering (oven), dengan cara:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan disterilisasikan
2. Menyumbat mulut alat-alat yang akan disterilkan dengan kapas atau
tutup sekrup.
3. Meletakkan di atas rak dengan rapi.
4. Meletakkan di atas rak dengann rapi.
5. Menutup rapat dengan mengencangkan sekrup, menekan tombol “on”,
menunggu sampai suhu naik secara perlahan.
6. Apabila suhu telah mencapai 170˚C, mengatur tombol “timer” pada
angka 2 (yang berarti 2 jam).
Kultur dan Teknik Isolasi
Kultur dan Teknik IsolasiBoedhy Rahardjo, Lab. Bakteriologi DIII Analis Medis-FK UNAIR
PendahuluanMikroorganisme harus memiliki suplai gizi konstan jika mereka ingin bertahan hidup.
Organisme yang hidup bebas memperoleh nutrisi dari lingkungan sedangkan organisme
parasit memperoleh nutrisi dari tuan rumah mereka. Ketika kita mencoba untuk
menumbuhkan mikroba di laboratorium harus disediakan gizi yang memadai dalam
media buatan. Mungkin media cair (kaldu) atau padat (agar). Gizi yang dikehendaki
dapat dimasukkan ke dalam kaldu atau media agar (ekstrak dari rumput laut) yang
meleleh pada 100 o C dan membeku di sekitar 42 o C. Kebanyakan bakteri patogen lebih
suka tumbuh pada 37 o C sehingga agar memungkinkan untuk digunakan sebagai media
padat pada suhu inkubator. Agar tetap padat hingga mencapai 100 o C, media padat
masih bisa digunakan untuk Bakteri thermophiles yang lebih suka tumbuh pada suhu
diatas 50 o C . Bila Organisme ditumbuhkan dalam media kaldu akan menimbulkan
kekeruhan, atau tampak seperti kabut dalam kaldu. Pada media agar, massa sel, yang
dikenal sebagai koloni, muncul setelah masa inkubasi. Teknik-teknik tertentu akan
memungkinkan sel-sel bakteri tumbuh secara terpisah pada media
agar sehingga koloni akan dapat dipisahkan dari koloni lain dan dapat dipelajari
karakteristik pertumbuhannya. Koloni berasal dari satu sel bakteri, semua sel dalam
satu koloni berasal dari spesies yang sama. Koloni yang Terisolasi/terpisah diasumsikan
sebagai kultur murni
PrinsipKultur atau biakan campuran mengandung dua atau lebih spesies bakteri dan dapat
dengan mudah dipisahkan berdasarkan karakteristik koloni atau dengan uji biokimia. .
Secara berkala organisme harus dipindahkan ke media segar supaya bisa terus hidup.
Teknik Kultur tidak hanya menyediakan organisme tetapi juga memungkinkan untuk
pemisahan sel-sel bakteri untuk mendapatkan koloni terisolasi. Prosedur kultur ini
dikenal sebagai teknik isolasi.
Streak pada lempeng agar memungkinkan untuk pertumbuhan koloni terisolasi pada
permukaan agar. Koloni terisolasi adalah koloni yang tidak menyentuh koloni lainnya dan
lainnya diasumsikan sebagai kultur murni
Koloni ini dapat diakses dengan mudah untuk melakukan pewarnaan dan
Identifikasi. Morfologi koloni sangat berguna dalam mengidentifikasi organisme. Saat
organisme dapat tumbuh secara berbeda pada berbagai media, jenis media yang
digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari morfologi kolonial. Unsur-unsur lain
deskripsi kolonial koloni meliputi warna, hemolisis (jika ditanam di agar darah), bentuk,
elevasi dan margin.
Bentuk mengacu pada penampilan keseluruhan koloni. Elevasi adalah ketinggian
yang dicapai koloni pada permukaan agar. Tepi koloni disebut sebagai margin.
Prosedur Transfer Secara Aseptis Berikut sebuah panduan untuk mencegah terjadinya kontaminasi organisme yang berasal dari lingkungan
TRANSFER PLATE-to-TUBE Perhatikan gambar secara seksama :
A. Sterilisasi loop dengan api bunzen sampai merah membara
B. Dinginkan loop dengan tanpa menyentuh apapun (termasuk menyentuh pada tepi
media agar plate), ambil koloni bakteri yang terisolasi.
C. Inokulasikan kedalam media dalam tabung.
Perhatikan posisi tangan dalam memegang loop, membuka plate / tutup tabung.
Sterilkan kembali loop setelah digunakan.
TRANSFER TUBE-to-TUBE
Inoculating loop disterilkan di api sampai kawat merah-membara. .
Tabung ( dua tabung) dipegang dalam posisi miring dan tutup ditarik keluar (seperti
yang ditunjukkan) dengan tangan yang memegang inoculating loop.
Lewatkan mulut tabung di atas api secara singkat. Celupkan loop steril pada
biakan dalam media tabung dan transfer inokulum ke tabung lain berisi kaldu/media
Loop yang mengandung organisme harus disterilkan kembali sebelum disimpan.
Lewatkan mulut di atas api dan pasang kembali tutup tabung
STREAK-PLATE
Metode streak pada media plate merupakan teknik sederhana dalam menebar sel-sel
di atas permukaan media. Tujuan utama adalah untuk mendapatkan koloni yang
terisolasi dengan baik sehingga dapat diperoleh suatu biakan murni dari masing-
masing spesies dalam suatu specimen atau biakan campuran. Meskipun teknik tampak
sederhana namun sangat diperlukan keahlian dari ahli bakteriologi.
Inoculating loop adalah perangkat yang digunakan untuk melakukan streak. Periksa
kawat loop, gunakan loop yang sudah dikalibrasi.
Siapkan specimen / suspensi sel Sterilkan loop (Setelah kawat loop merah
membara, biarkan sampai dingin tanpa menyentuh apa pun), lemudian celupkan loop
dalam specimen/biakan campuran.
Keberhasilan dalam memperoleh koloni terisolasi adalah tergantung dari jumlah dan
kepadatan inokulum dan teknik streak. Prosedur menjadi lebih merupakan seni
daripada sains, dan konsisten keberhasilan dicapai dengan latihan. Dua pola dasar
diilustrasikan pada gambar di atas. Pola tiga tahap streak dianjurkan bagi pemula,
karena kemungkinan besar akan memberikan hasil yang memuaskan dengan suspensi
yang memiliki beragam kepadatan mikroba .
Buka tutup atas hanya cukup untuk memungkinkan masuknya loop dari kanan (dari arah
yang berlawanan jika Anda kidal). Lihat gambar pola streak di atas. Dengan gerakan
pergelangan tangan, goreskan loop bolak-balik di atas permukaan medium, mulai dari
yang paling kiri (dari arah yang berlawanan jika Anda kidal) dan bergerak menuju pusat
plate. Goreskan dengan tekanan sangat lembut. Setiap ayunan Loop harus serapat
mungkin ketika bergerak di permukaan medium. Dalam pola streak multiphase, loop
disterilkan setelah tahap pertama selesai, didinginkan, dan (plate diputar ke 90
° ) streak lagi dari tepi kiri menuju pusat dengan menyentuhkan beberapa kali di atas
goresan/streak tahap pertama (Jangan memasukkan/mengambil lagi dari specimen atau
biakan campuran). Ini diulang untuk setiap fase-fase berikutnya. Ganti tutup segera bila
Anda sudah selesai men-streak, dan sterilkan loop setelah selesai digunakan.
TEKNIK aseptis untuk menuangkan ke PLATE
Buka tutup plate secukupnya , dalam hal ini tutup dibuka hanya untuk memungkinkan
masuknya mulut botol atau tabung.
Catatan :
Untuk semua situasi transfer, ujung inoculating loop dan jarum harus dibakar sampai
merah membara (red hot sterilization) . Perhatikan bahwa penutup cawan petri dibuka
hanya cukup untuk memungkinkan masuknya jarum. Selalu ketika inoculating tabung,
tutup atau plug diperlakukan seperti ditunjukkan pada gambar dimana jari kelingking
membuka dan menahan tutup tabung sementara jari lainnya pada tangan yang sama
mengoperasikan loop atau jarum, dan tabung selalu dipegang dalam posisi miring , -
tidak lurus ke atas atau ke bawah atau berdiri di rak tabung reaksi.
Prosedur Inokulasi dari Biakan CairBahan
Kultur campuran dalam kaldu
Inoculating loop
Bacticinerator
Inkubator
Hara kaldu steril
Siswa bekerja secara individu.
1. Label media kaldu steril dengan sumber kultur dan inisial anda.
2. sterilkan loop.
3. gunakan teknik aseptik yang tepat, ambil kultur campuran dari media kaldu
dengan menggunakan loop/ose .
4. Masukkan loop ke dalam tabung kaldu steril dan putar perlahan. Sterilkan loop.
5. Inkubasi kaldu pada 37 o C selama 24-48 jam.
6. Perhatikan kekeruhan kaldu . Catat hasilnya dalam tabel di bagian akhir prosedur .
Inoculating Pada Agar SlantBahan
Kultur campuran dalam kaldu
Inoculating loop
Bacticinerator
Inkubator
Media agar miring steril
Siswa bekerja secara individu.
1. Label media agar miring steril dengan sumber kultur dan inisial.
2. sterilkan loop.
3. gunakan teknik aseptik yang tepat, ambil biakan campuran pada media kaldu
dengan menggunakan loop/ose.
4. Masukkan loop ke media agar miring steril, mulai dari dasar slant, tarik ke atas dengan
membuat lingkaran-lingkaran
. Jangan sampai merobek agar. sterilkan loop.
5. Inkubasi media agar miring pada 37 o C selama 24-48 jam.
6. Perhatikan kemiringan untuk pertumbuhan. Catat hasil dalam tabel di akhir bagian
prosedur.
Streak PlateBahan
Kultur campuran dalam kaldu
Inoculating loop
Bacticinerator
Inkubator
Plate agar steril
Siswa bekerja secara individu.
1. Label media agar plate steril dengan sumber kultur dan inisial.
2. sterilkan loop.
3. gunakan teknik aseptik yang tepat, Dengan menggunakan loop/ose, ambil kuman
campuran dari biakan kaldu .
4. Angkat tutup plate agar hingga setengah terbuka. Goreskan ose pada permukaan
media agar. Loop harus sejajar dengan
permukaan untuk mencegah supaya media agar tidak tercongkel
5. Tutup kembali plate ,. sterilkan loop. Angkat plate agar dan buat satu lapisan ke
bagian plate yang diinokulasi . .
6. Tutup kembali plate . sterilkan loop. Angkat plate agar dan buat satu lapisan ke dua
pada
bagian plate yang diinokulasi . Sterilkan loop/ose
7. Tutup kembali plate, inkubasi 37 o C selama 24-48 jam. Amati pertumbuhan
dan catat hasil
Anda dalam tabel yang disediakan di akhir bagian prosedur.
Pour PlateBahan
Kultur campuran dalam kaldu
Inoculating loop
Bacticinerator
Inkubator
Nurient Agar Cair
Cawan petri steril
Pipet steril
Siswa bekerja berpasangan.
1. Label bagian bawah piring petri steril dengan sumber kultur dan inisial. Balikkan tutup
piring
sehingga menghadap ke atas.
2. Nutrient agar direbus (100 o C) untuk mencairkan agar. Agar pada temperatur ini akan
membunuh bakteri, maka dinginkan agar sampai 60 o C , masukkan dalam bak air untuk
menjaga suhu. Demikian ini supaya tidak membunuh bakteri ketika mereka
dituangi cairan agar dan juga akan mengurangi jumlah kondensasi yang akan
menempel pada tutup cawan petri.
3. Bekerjalah dengan cepat, karena agar akan memadat pada 42 o C. Masukkan 1 ml
kaldu yang berisi biakan campuran ke dalam petridish steril, kemudian tuangi dengan
agar cair bersuhu kira-kira 60oC. Tutup Goyangkan Lembut cawan petri dalam angka
delapan untuk benar-benar menutupi bagian bawah petri dengan agar.
4. Biarkan agar untuk mrmadat. Tambahkan ke pelabelan jumlah kultur campuran yang
digunakan dalam agar. Sebuah mililiter berisi sekitar 20 tetes. Dua tetes kira-kira 0,1 ml
dan 1 tetes akan menjadi sekitar 0,05 ml.
5. Inkubasi pada 37 o C selama 24-48 jam. Periksa petri untuk pertumbuhan dan catat
hasilnya dalam tabel di bawah ini.
Pour plate yang digunakan untuk menghitung organisme dalam suatu larutan. Volume
larutan standar dicampur dalam agar yang dicairkan. Setiap organisme dalam larutan
dipisahkan satu sama lain. Ketika agar membeku, sel terjebak dalam agar dan
berkembang menjadi koloni. Setiap koloni dapat dihitung dan mewakili satu sel aslinya
dalam larutan. Jika mililiter larutan dicampur dalam agar maka jumlah koloni mewakili
jumlah organisme per mililiter larutan. Biasanya sebagian dari mililiter yang dicampur
dalam agar-agar sedemikian rupa sehingga jumlah koloni yang dihitung harus dikalikan
dengan faktor pengenceran untuk menentukan jumlah organisme dalam mililiter larutan.
Apabila koloni pada agar-agar lebih dari 300 koloni akan sulit dihitung secara
akurat Sedangkan bila kurang dari 30 koloni pada plate dianggap secara statistik tidak
signifikan. Artinya, plate yang distribusi koloninya berjumlah antara 30 – 300 koloni
adalah yang memenuhi syarat untuk dievaluasi/dihitung, kemudian jumlah dikalikan
dengan faktor pengenceran.
.
Metode ini digunakan untuk mengevaluasi jumlah organisme dalam susu, air minum, dan
bahkan
air di pantai.
Meskipun sel-sel tumbuh dan terisolasi satu sama lain dalam media agar plate , mereka
tidak akan menghasilkan morfologi koloni khas dan tidak mudah diakses untuk
pengujian lebih lanjut.
Review Pertanyaan
Bagaimana Anda bisa tahu pertumbuhan telah terjadi dalam biakan kaldu?
Apa fungsi ‘agar’ pada media?
Pada suhu berapa agar mencair ?
Pada suhu berapa agar membeku/memadat?
Mengapa agar cair didinginkan sampai 60 o C sebelum menambahkan organisme?
Sebutkan dua metode untuk mendapatkan koloni terisolasi.
Apa tujuan utama dari streak plate?
Berapa banyak jenis koloni yang Anda amati di streak plate?
Gambarkan jenis setiap koloni diamati dengan menggunakan istilah standar.
Apa tujuan utama dari pour plate?
Berapa banyak koloni yang Anda amati di pour plate 0,1 ml?
Berapa banyak koloni yang Anda amati di pour plate 0,05 ml ?
Mungkinkah menentukan jumlah organisme dalam kultur campuran dari media kaldu?
Faktor pengenceran 0,1 ml adalah 10 dan untuk 0,05 ml faktor pengenceran adalah 20.
Apa rumus umum untuk menentukan jumlah organisme dalam suatu larutan dengan
menggunakan
sebuah pour plate?
Pengenceran serial dari susu. Diperoleh Informasi data sebagai berikut :.
Pengenceran Jumlah Koloni
1:100 312
1:1000 262
1:10000 22
Berapa banyak organisme berada dalam mililiter susu yang diuji?
Dalam melakukan perbenihan, dibutuhkan prinsip dasar perbenihan agar hasil perbenihan sesuai yang diharapkan. Dasar dari praktikum ini adalah perbenihan, inokulai, pemindahan bakteri dan sterilisasi alat. Jika kita mengikuti prinsip kerja perbenihan, hasil yang tercapai akan tidak sebagus di banding dengan perbenihan sesuai standar, kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada perbenihan ini diantaranya, mikroba terkontaminasi mikroba lain yang bukan onjek perbenihan, media yang di pakai tidak sesuai dengan objek perbenihan, pH dan tekanan osmosis tidak sesuai dengan lingkungan hidup mikroba, dan alat yang tidak steril.Media perbenihan adalah kumpulan bahan organik maupun anorganik yang dibutuhkan oleh mikroba sebagai nutrisi untuk tumbuh kembangnya dengan syarat tertentu. Pada saat perbenihan di usahakan di lakukan dekat dengan api radius 20 cm, sebagai area abiotik, meja praktikum pun harus dalam keadaan steril, kita bisa membersihkan meja praktikum dengan menyemprotkan alkohol dan mengelapnya.Berbagai analisis di laboraturium mikrobiologi memerlukan media untuk tujuan perbenihan atau pembiakan, isolasi, identifikasi, produksi sel mikroba dan pengujian-pengujian mekrobiologi lainnya. Media tersebut contohnya, media cair (kaldu pepton), media padat (Nutrient agar) dengan bentuk lempeng, tegak dan miring sesuai fungsinya masing-masing. Media pun di sesuaikan dengan jenis mikroba yan gakan di inokulasiPada umumnya media untuk tumbuh kembang mikroba mengandung air, nitrogen, hidrogen, mineral dan vitamin. Perbenihan biasanya digunakan untuk melakukan isolasi dan pengujian sifat-sifat fisiologi dan biokimia mikroba. Dengan mempelajari teknik perbenihan dalam praktikum ini, kita dapat menentukan macam dan jenis mikroba serta media yang tepat untuk medianya, sebagai contoh McConkey Agar dan Eosin Methylen Blue agar untuk E.Coli.
I.2 Tujuan Praktikuma. Melakukan teknik-teknik dasar perbenihan mikroba.
b. Melakukan prosedur kerja dan pemindahan mikroba dari satu media ke media lain secara aseptik.I.3 Manfaat PraktikumSetelah melakukan praktikum teknik dasar menanam dan memindahkan organisme, kita diharapkan mampu melakukan teknik-teknik dasar dalam perbenihan mikroba tanpa bantuan pembimbing, dimana penanaman mikroba harus sesuai dengan jenis mikroba yang akan dijadikan objek penanaman. Kita juga harus bisa memindahkan mikroba dari media satu ke media lainnya dengan prosedur agar didapat hasil yang diinginkan. Bila terjadi kesalahan atau praktikum tidak sesuai prosedur, mikroba yang kita tanam bisa saja tidak tumbuh, atau bahkan objek terkontaminasi oleh mikroba lain. Oleh karena itu, dibutuhkan prosedur kerja yang benar dan tepat.
BAB IISTUDI PUSTAKA
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yangakan digunakan pada saat prakek inokulasi harus dalam keadaan steril atau bebas dari kehidupan lain, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan, ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan dalam labotarium pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca.
2. Dalam melakukuan penanaman bakteri, kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja, setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala.
Salah satu metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme yaitu metode gores. Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni. Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik, teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium, tapi tujuannya sama yaitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempengan media, cara menggores dapat dilihat seperti gambar di bawah ini,Ada beberapa teknik inokulasi, diantaranya:
a. Inokulasi dalam media cair
Bila inokula dalam bentuk cair, inokulasi sebaiknya menggunakan pipet, sedangkan bila inokula berasal dari media padat, lebih baik menggunakan jarum Ose, dimana jarum Ose digunakan untuk mengambil bakteri kemudian di celupkan lalu dikocok ke dalam media cair hingga semua masa inokula masuk dan tersebar dalam media cair tersebut.
b. Inokulasi dalam media padat Cara gores (streak Method)
Bila media berupa agr miring, inokulasi dilakukan dengan cara goresan rapat memakai jarum Ose bundar, dimulai dari bagian bawah, di gores secara zig-zag berangsur-angsur hingga sampai bagian atas.
Cara tusuk (stab Method)Bila media berupa agar tegak dalam tabung reaksi, inokulasi dilakukan dengan cara memasukkan jarum Ose bentuk lurus tepat pada poros tengah tabung sampai mendekati dasar tabunng, kemudian angkat perlahan.
Cara Sebar (Spread Method)Inokulasi pada media agar denan cara sebar di lakukan dengan cara menggoreskan jarum Ose bundar ke permukaan agar yang padat dalam cawan petri.
Cara tuang (Pour Method)Inokulasi dengan cara tuang dilakukan dengan cara menuangkan sampel ke dalam media agar yang masih cair dalam cawan petri kemudian di homogenkan dengan cara menggoyangkan cawan petri tersebut.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
I. Alat dan Bahana. Alat Tabung reaksi Cawan petri Jarum Ose bulat dan lurus Pembakar api spirtus Rak tabung Inkubatorb. Bahan dan media yang di gunakan Suspensi biakan bakteri dan jamur Perbenihan kaldu pepton Nutrient agar (untuk bakteri) Kaldu pepton
II. Cara kerja1. Inokulasi pada media padat Alat-alat di sterilkan dahulu sebelum digunakan Panaskan Ose bentuk bulat hingga merah membara Ambil tabung reaksi berisi bakteri, buka penutup kapasnya, panaskan sekitar mulut tabung
dengan api sebentar. Tusukkan jarum Ose, ambil bagian putih yang berisi bakteri. Ambil cawan petri yang berisi media padat, panaskan mulut cawan sebelum di buka. Buka cawan dengan ibu jari dan telunjuk sedikit saja, goreskan jarum Ose bulat ke media
padat dengan goresan seperti gambar di bawah ini.
2. Inokulasi pada media cair Panaskan jarum Ose hingga merah membara Ambil tabung reaksi berisi bakteri, buka penutup kapasnya, panaskan sekitar mulut tabung
dengan api sebentar. Tusukkan jarum Ose, ambil bagian putih yang berisi bakteri. Ambil tabung berisi media cair, panaskan mulut tabung. Tusukkan jarum Ose hingga hampir ke dasar tabung, angkat perlahan. Panaskan mulut tabung sebelum di tutup kapas. Sterilkan jarum Ose dengan bara api hingga merah membara.
BAB IVHASIL dan PEMBAHASAN
IV.1 Hasil perbenihan mikroba Staphylococcus aureus setelah 24 jamNama Mikroba Uji
1. Bakteri : Staphylococcus aureus
NamaMedia
Jenis Media MetodeInokulasi
Gambar Morfologi dan/atau Pola pertumbuhan
Nutrient agar Agar tegak Stab method *terlampir Pola:Morfologi: tidak
beraturan
Agar miring Streak method *terlampir Pola: echinulateMorfologi: beraturan
Agar lempeng Spread method *terlampir Pola: arborescentMorfologi: tidak
beraturan
Kaldu pepton Cair Stab method *terlampir Pola: turbidityMorfologi: flokulen
IV.2 PembahasanSetelah 24 jam, hasil pengamatan menunjukkan setiap teknik perbenihan akan menghasilkan koloni mikroba dengan pola yang berbeda yaitu; pola filiform, arborscent, beaded, effuse, rhizoid, echinulate, blangko, pelikel, endapan, turbidity, dan flokulen.
BAB VKESIMPULAN
Setelah praktikum dan media di inokulasikan selama 24 jam, hasil yang di dapat masing-masing media berbeda pola tergantung pada media perbenihan, jarum Ose dan goresan hingga terbentuk koloni dengan pola yang berbeda. Dari satu mikroba, bila di inokulasi pada media yang sesuai dan mengandung cukup nutrisi, dalam 24 jam akan berkembang biak menjadi jutaan mikroba berbentuk koloni.
BAB VIDAFTAR PUSTAKA
Pelczar dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.
Ermila, Mila. 2005. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Maksum,radji. Buku Ajar MIKROBIOLOGI Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
LAMPIRAN
media : Nutrient Agarjenis media : Agar tegakSifat fisik : KeruhMetode inokulasi : stab methodPola : ~Morfologi : tidak beraturan
Keterangan : berkembang biak
media : Nutrient Agarjenis media : Agar miringSifat fisik : KeruhMetode inokulasi : Streak MethodPola : echinolate
Morfologi : beraturan Keterangan : berkembang biak
media : Nutrient Agarjenis media : Agar miringSifat fisik : KeruhMetode inokulasi : Streak MethodPola : arborscent
Morfologi : tidak beraturan Keterangan : berkembang biak
media : Nutrient Agarjenis media : Agar lempengSifat fisik : KeruhMetode inokulasi : Spread MethodPola : filamen
Morfologi : tidak beraturan Keterangan : berkembang biak
media : kaldu peptonjenis media : cairSifat fisik : KeruhMetode inokulasi : stab MethodPola : turbidity
Morfologi : flokulen Keterangan : berkembang biak
Untuk menanam mikroba diperlukan alat dan bahan yang steril agar pertumbuhan
mikroba tidak terganggu. Pada penanaman ini sebagai suspensi mikroba adalah air
kolam yang diencerkan dengan aquadest dan dihomogenkan.
1. 1. Metode Goresan
Dalam hal proses penanaman mikroba dengan menggunakan goresan ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu sterilisasi medium biakan, alat mengambil biakan dan
tempat penanaman. Pada metode ini terlebih dahulu kawat inokulasi dipijarkan dengan
api spiritus, dinginkan di dekat api lalu dimasukkan ke dalam suspensi mikroba dan
digoreskan pada medium agar yang sudah steril dalam cawan petri secara zig zag.
Kemudian memijarkan kembali kawat inokulasi serta mendinginkan dan
mengoreskannya pada sisi yang lain, tetapi dengan goresan yang lebih renggang.
Setelah itu melakukan hal yang sama pada sisi yang lainnya, tetapi dengan goresan
yang lebih renggang lagi sebagai pengisolasian mikroba. Pemijaran kawat tersebut
bertujuan agar kawat menjadi steril. Pada saat menggoreskan suspensi diusahakan
cawan petri tidak dibuka dalam waktu yang lama, karena dikhawatirkan akan
terkontaminasi oleh lingkungan di sekitarnya.
Setelah selesai, kemudian pada bagian sisi sekeliling cawan petri dipanaskan dengan
api spiritus, kemudian membungkusnya dengan kertas pembungkus dengan posisi
cawan petri yang terbalik. Setelah itu cawan petri beserta medium dan biakan mikroba
yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam oven selama 1-3 hari dengan suhu kamar
yaitu 37ºC. Dengan menggunakan cara demikian diperoleh koloni-koloni yang
menggerombol dan koloni-koloni yang memencil. Piaraan ini disebut piaraan lempengan
(plate atau steak culture).
1. 2. Metode Tuang
Dalam proses penanaman mikroba dengan metode tuang bakteri yang digunakan dapat
diperoleh dari piaraan medium cair atau dari suatu koloni pada medium padat. Apabila
digunakan bakteri dari suatu koloni pada medium padat maka sampel yang diambil dari
koloni itu perlu diencerkan dulu dalam air steril sehingga terjadi suatu suspensi.
Penanaman mikroba dengan metode ini lebih rumit dari pada dengan metode goresan.
Begitu juga apabila digunakan bakteri dari suatu koloni pada medium cair, pertama-tama
menyediakan 3 tabung reaksi, tabung reaksi pertama berisi aquadest 9 ml dengan air
kolam sebanyak 1 ml, tabung reaksi kedua berisi 9 ml aquadest juga, tetapi disini
cairannya berasal dari tabung reaksi pertama tetapi diambil sama ukurannya yaitu I ml,
tabung reaksi ketiga hampir sama dengan perlakuan kedua tetapi cairannya diambil dari
tabung reaksi kedua. Kemudian dengan menggunakan pipet tetes volumetrik mengambil
campuran yang ada di tabung reaksi ketiga, memasukkannya kedalam cawan petri yang
sudah disterilkan selanjutnya masukkan juga Na agar yang ada dalam labu erlenmeyer
(untuk labu erlenmeyer ini tutupnya disterilkan dengan lampu spritus terlebih dahulu).
Cawan petri yang berisi campuran tadi disterilkan juga dengan lampu spritus agar steril
dan terhindar dari kontaminasi, setelah itu lalu di aduk silang angka delapan supaya
suspensi bercampur dengan medium dan dibungkus dengan kertas dan terakhir
masukkan di dalam oven dan di inkubasi selama 1-3 hari dengan suhu kamar 370C. Jika
bakteri-bakteri sudah tumbuh merupakan koloni-koloni.
.
3.Metode Tusuk
Dalam proses penanaman mikroba dengan metode tusuk yang perlu diperhatikan
adalah lesterilan jarum ose yang akan digunakan.Jarum harus dalam keadaan
steril,maka jarum terlebih dahulu dipanaskan pada api diatas pembakar spiritus hingga
merah menyala.
Kemudian dinginkan sesaat agar tidak terlalu panas saat penusukan dilakukan.Lalu
jarum dirusukkan pada medium yang telah disiapkan dengan perlahan dan jangan
sampai mengenai dasar medium, atau dengan kata lain cukup setengahnya
saja.panaskan kembali jarum ose,dan bungkus medium dengan kertas yang telah
disediakan.
Inkubasi selama 1-3 hari pada suhu 37ºC.
ACARA IV
PENANAMAN KULTUR MIKROBIA DENGAN METODE ASEPTIS
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum penanaman kultur mikrobia dengan metode aseptis adalah untuk
mempelajari cara menanam kultur mikrobia secara aseptis.
Tinjauan Pustaka
Saat bekerja dengan mikrobia hal yang paling penting adalah sterilisasi. Sterilisasi
merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu
benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas
(pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam
perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Plezar dan Chan, 2005).
Menurut Suriawiria (2005), sterilisasi merupakan hal yang penting dalm melakukan
aktivitas laboratorium terutama yang melibatkan mikrobia. Karena pada umumnya
percobaan yang dilakukan menggunakan kultur murni. Seandainya sterilisasi tidak
dikerjakan maka mikroba kantaminan akan tumbuh dan hasil yang seharusnya diperoleh
dari percobaan menggunakan kultur murni akan menimpang. Sterilisasi yang umum
dilakukan dapat berupa sterilisasi secara fisik, kimia dan mekanik, Sterilisasi secara fisik
(pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa
kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan
tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat bejana atau ruang panas (oven dengan
temperatur 170osampai 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya
untuk peralatan gelas). Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan,
larutan alkohol, larutan formalin). Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa
bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan,
misalnya adalah dengan saringan atau filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain
adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah
mikroba)
Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau
mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial
dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak
melakukan analisis mikrobiologi (Pelczar dan Chan, 2005).
Teknik aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari
kontaminan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan
sepanjang kegiatan berlangsung baik alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya,
untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode sterilitas. Penguasaan teknik
aseptic ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan hal tersebut
merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram,
2001).
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan
ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari
kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan
komplek. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam
bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat
beribu-ribu mikroorganisme sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti
pengisolasian. (Pelczar dan Chan, 2005).
Materi dan Metode
Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum metode aseptis adalah ose bermata,
ose jarum dan lampu spiritus.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kultur jamur benang
yaitu Aspergillus niger, Saccharomyces cerevisiae; kultur bakteri yaitu Lactobacillus
bulgaricus. Media bakteri dan jamur yatitu MRS(de Man Rogosa and Sharpe) , MEA (Malt
Extract Agar). dan PDA (Potato Dextrosa Agar).
Metode
Penanaman Kultur Bakteri. Media, kultur dan alat yang akan dipakai disiapkan.
Alat yang akan digunakan diseterilisasi. Ose dipegang dengan tangan kanan, tabung
dipegang dengan tangan kiri. Ose dibakar pada api spiritus sampai ose berwarna merah
membara. Bakteri dipindahkan pada media tegak menggunakan ose jarum dengan cara
ditusukan 3 kali kedalam media ¾ dari permukaan. Mulut tabung dibakar sebelum dan
sesudah memasukan ose. kapas dan mulut tabung dipanaskan di atas api spiritus. Tabung
kultur dan tabung media ditutup kembali. Tabung media yang sudah diinokulasi kemudian
diinkubasi.
Penanaman Kultur Jamur. Media, kultur dan alat yang akan dipakai disiapkan. Alat
yang akan digunakan diseterilisasi. Ose dipegang dengan tangan kanan, tabung dipegang
dengan tangan kiri. Ose dibakar pada api spiritus sampai ose berwarna merah membara.
Jamur dipindahkan pada media miring menggunakan ose cincin dengan cara dirakatan
secara zig-zag pada medium sebanya 2 kali. Mulut tabung dibakar sebelum dan sesudah
memasukan ose. Kapas dan mulut tabung dipanaskan di atas api spiritus. Tabung kultur dan
tabung media ditutup kembali. Tabung media yang sudah diinokulasi kemudian diinkubasi.
Hasil dan Pembahasan
Media yang digunakan pada percobaan adalah MRS (de Man Rogosa and Sharpe),
PDA (Potato Dextrosa Agar), dan MEA (Malt Extract Agar). Media MRS untuk penanaman
bakteri Lactobacillus bulgaricus, PDA untuk penanaman jamurAspergillus niger dan MEA
untuk penanaman jamur Saccharomyces cerevisiae. Media MEA dilakukan dengan teknik
media tegak. Media MEA dilakukan dengan teknik media tegak. Media MRS dan PDA
dilakukan dengan teknik media miring.
Penanaman Kultur Bakteri. Hal yang harus diperhatikan pada saat menanam
bakteri adalah harus dilakukan secara aseptis. Aseptis adalah menjaga kondisi lingkungan
dan kultur tetap steril. Memindahkan kultur pada media yang pertama dilakukan adalah
menyemprotkan alkohol pada lingkungan termasuk pada tangan. Menurut Suriawiria (2005),
salah satu cara sterilisasi adalah dengan sterilisasi secara kimia misalnya dengan
penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin. Larutan alkohol akan mencegah
bakteri untuk tumbuh. Hal selanjutnya yaitu memegang kedua tabung pada tangan kiri dan
ose pada tangan kanan, kedua tutup tabung dibuka dan dijepitkan pada jari tangan kiri.
Menurut margono et al (1993) dalam Adji (2007) Alkohol yang umum dipakai untuk
sterilisasi adalah konsentrasi 70%% karena efektif memecah protein yang ada dalam
mikroorganisme.
Ose yang digunakan adalah ose jarum. Ose dibakar terlebih dahulu. Ose dibakar
hingga merah membara dan mendinginkanya sebelum digunakan untuk mengambil bakteri
dari kultur. Pemindahan kultur juga harus membakar mulut tabung sebelum dan sesudah
memasukan Ose. Menurut Anonim (2013), proses pembakaran bertujuan untuk
mesterilisasi kawat menggunakan api langsung dari bunsen sebelum dan sesudah
ose digunakan. Ose harus dipanaskan sampai merah panas untuk memastikan bahwa tidak
terdapat spora bakteri. Gagang osedipegang seperti memegang pena. Jari kelingking bebas
untuk bebas untuk mengambil atau memedang penutup tabung.
Saat melakukan pemindahan hal-hal yang harus diperhatikan menurut anonim
(2013) adalah jangan berbicara. Bekerjalah di dekat api (pembakar bunsen) dan di dalam
Laminar Air Flow. Bukalah tabung atau cawan di atas api dan jauhkan dari hidung dan mulut
anda. Usahakan jangan meletakkan tutup (kapas penutup) tabung reaksi di atas lantai/alas
meja atau laminar. Penanaman pada cawan petri sebaiknya miringkan tutup cawan petri
yang akan dibuka sebagai penghalang antara kultur dengan mulut dan hidung anda. Jangan
buka tutup cawan petri terlalu lebar dan terlalu lama. Bekerjalah dengan cepat.
Dari praktikum ini didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 1 : Media MRS Lactobacillus bulgaricus
Menurut litelatur sebagai berikut : Gambar 2 : Lactobacillus bulgaricus
Gambar 1 merupakan Lactobacillus bulgaricus yang ditanam setelah 3 hari dan
gambar 2 merupakan gambar dari literatur. Bakteri tumbuh dengan baik pada medium MRS,
terlihat pada bagian permukaan dan Ose bakteri berwarna putih merata. Metode aseptis
yang dilakukan telah benar terbukti bahwa tidak ada kontaminan. Menurut Plezar dan Chan
(2005), Lactobacillus bulgaricusmerupakan salah satu bakteri asam laktat. Salah satu faktor
penting dalam pertumbuhan bakteri adalah nilai pH. Apabila pH dalam suatu medium atau
lingkungan tidak optimal, maka akan mengganggu kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh
bakteri sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri itu sendiri
Penutup kapas berfungsi mencegar terdapatnya oksigen didalam tabung. Terlihat
bahwa Lactobacilus bulgaricus merupakan bakteri anaerob yang dapat tumbuh dengan baik
pada bagian dalam media yang ditusuk jarum. Bakteri anaerob adalah bakteri yang hanya
mampu hidup pada lingkungan tidak ada oksigen karena pada bakteri ini oksigen bersifat
toksik (racun) yang dapat membuat bakteri mati (Suriawiria 2005). Kemampuan bakteri
anaerob hidup dalam suasana non-oksik membuat bakteri ini menggunakan akseptor
elektron selain oksigen (nitrat atau fumarat) untuk dapat menghasilkan energi dan
melangsungkan proses metabolisme (Purwoko,1999).
Penanaman Kultur Jamur. Jamur yang digunakan pada percobaan adalah jeniis
jamur Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae. Media yang digunakan adalah
media miring.Memindahkan kultur jamur menggunakan ose bermata atau ose
cincin. Menurut Suharjo (2007), bahwa inokulasi jamurmenggunakan ose bermata atau ose
cincin karena hifa yang berbentuk seperti benang mudah diambil dengan ose cincin.
Berikut ini adalah gambar hasil penanaman setelah 3 hari. Gambar 3 merupakan
hasil percobaan Saccharomyces cerevisiae pada media MAE dan gambar 5 merupakan
gambar dari literatur. Metode aseptis yang dilakukan telah baik terlihat bakteri tumbuh
merata pada bagian permukaan dan tidak terdapat kontaminan.
Gambar 4: Media PDA Aspergilus niger
Gambar 3: Media MEA Saccharomyces cerevisiae
Berikut ini gambar jamur menurut literatur. Hasil percobaan dan literature
menunjukan kesamaan bakteri tumbuh tanpa kontaminan.
Gambar 6: Aspergilus
niger
Gambar 5 : Saccharomyces cereviceae
Gambar 4 merupakan aspergillus niger dengan media PDA Potato Dextrosa hasil
percobaan setelah ditanam selama 3 hari Agar menunjukan bahwa jamur dapat tumbuh
dengan baik diatas permukaan media. Warna dari jamur ini adalah hitam. Jamur tumbuh
memenuhi di seluruh permukaan agar miring. Jamur tumbuh secara berkoloni. Metode
aseptis yang dilakukan telah benar karena tidak terlihat kontaminan pada media. Menurut
Fardiaz (1992) dalam Wuryanti (2008)Ciri–ciri Aspergillus niger yaitu mempunyai kepala
konidia yang besar, bulat dan berwarna hitam, coklat hitam atau ungu coklat. Konidianya
kasar dan mengandung pigmen, hifa septat dan miselium bercabang. Konidiofora
membengkak membentuk vesikel pada ujungnya membawa sterigmata dimana tumbuh
konidia.Konidia membentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam, Jamur ini tumbuh baik
pada suhu kamar dan pada medium pH asam.
Jamur dapat tumbuh karena medium mengandung yang dibutuhkan untuk
tumbuh. Menurut suriawiria ( 2005) Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen,
hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau
kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higienis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba
sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Jamur tersebut dapat
tumbuh karena kondisi anaerob. Organisme anaerob obligat hanya dapat hidup dalam
lingkungan bebas oksigen. Bagi organism ini oksigen bersifat toksik.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sterilisasi
dan metode aseptic dilakukan agar dalam proses penanaman bakteri tidak terjadi
kontaminan atau bakteri lain yang tumbuh. Bakteri dan jamur dapat tumbuh pada media
yang mengandung nutrisi dan kondisi udara sesuai dengan jenisnya yaitu aerob atau
anaerob.