Post on 18-Jul-2018
TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH B3
BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR
101 TAHUN 2014
TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH B3
Direktorat Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Padang, 23 Oktober 2015
OUTLINE PRESENTASI :
Pengurangan Limbah B3
Penyimpanan Limbah B3
Pengumpulan Limbah B3
Pemanfaatan Limbah B3
Pengangkutan Limbah B3
Pengolahan Limbah B3
Penimbunan Limbah B3
Dumping Limbah B3
Penetapan Limbah B3
Pengecualian Limbah B3
Notifikasi Ekspor Limbah B3
Rekomendasi Impor Limbah Non B3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PENGELOLAAN LIMBAH B3 …… (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 :
Pasal 1 Angka 11 :
Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi : pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan.
Pasal 5 Ayat (1) :
Dalam hal terdapat limbah di luar daftar limbah B3 sebagaimana tercantum dalam
lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah yang
terindikasi memiliki karakteristik limbah B3, Menteri wajib melakukan uji karakteristik
untuk mengidentifikasi limbah.
Pasal 9 ayat (2) :
Berdasarkan hasil rapat koordinasi, Menteri menetapkan limbah sebagai limbah B3
kategori 1 atau kategori 2.
Pasal 191 :
Limbah B3 dari sumber spesifik dapat dikecualikan dari pengelolaan limbah B3
berdasarkan PP ini.
PENGELOLAAN LIMBAH B3 …… (2) Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 :
Pasal 195 ayat (1) huruf a :
Menteri berdasarkan rekomendasi Tim Ahli limbah B3 menetapkan pengecualian dari
Pengelolaan limbah B3 terhadap Limbah B3 dari sumber spesifik.
Pasal 74 ayat 1 : Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah 83 tidak mampu
melakukan sendiri Pemanfaatan Limbah B3 yang dihasilkannya:
a. Pemanfaatan Limbah 83 diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3; atau
b. Dapat melakukan Ekspor Limbah B3 yang dihasilkannya.
Pasal 75 : Tatacara Ekspor
Pasal 123 ayat 1: Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah 83 tidak mampu
melakukan sendiri PPengolahan Limbah B3 yang dihasilkannya:
a. Pengolahan Limbah 83 diserahkan kepada Pengolah Limbah B3; atau
b. Dapat melakukan Ekspor Limbah B3 yang dihasilkannya.
Pasal 124 : Tatacara Ekspor
Keputusan Presiden Nomor : 61 tahun 1993 tentang Ratifikasi Konvensi Basel.
Peraturan Presiden Nomor : 47 tahun 2005 tentang Ratifikasi Ban Amendement.
PENGURANGAN LIMBAH B3
Diatur dalam Pasal 10 s.d. Pasal 11 PP Nomor 101 Tahun 2015
Pengurangan Limbah B3 dilakukan melalui :
Substitusi bahan;
Modifikasi proses; dan/atau
Penggunaan teknologi ramah lingkungan.
Pelaporan kepada Menteri 1 x dalam 6 bulan
PENGURANGAN LIMBAH B3
1
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Diatur dalam Pasal 12 s.d. Pasal 30 PP Nomor 101 Tahun 2015
Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilakukan oleh setiap orang yang menghasilkan limbah B3.
DILARANG melakukan pencampuran limbah B3 yang disimpannya.
Penyimpanan Limbah B3 WAJIB dilengkapi dengan IZIN pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah B3.
Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan Limbah B3 diterbitkan oleh bupati/walikota.
2
FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH B3
NO FASILITAS
LIMBAH B3 YANG DAPAT DISIMPAN
KATEGORI 1
KATEGORI 2
SUMBER
TIDAK
SPESIFIK
SPESIFIK
UMUM
SPESIFIK
KHUSUS
1 bangunan
2 tangki dan/atau kontainer
3 silo
4 penumpukan limbah (waste
pile)
5 waste impoundment
6 bentuk lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
FASILITAS TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH B3
PENGEMASAN LIMBAH B3 Pengemasan Limbah B3 dilakukan dengan menggunakan kemasan
yang: terbuat dari bahan yang dapat mengemas Limbah B3 sesuai dengan
karakteristik Limbah B3 yang akan disimpan; mampu mengungkung Limbah B3 untuk tetap berada dalam kemasan; memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat
dilakukan penyimpanan, pemindahan atau pengangkutan; dan berada dalam kondisi baik, tidak bocor, tidak berkarat, atau tidak rusak.
Kemasan Limbah B3 wajib dilekati Label Limbah B3 dan Simbol Limbah B3.
Label Limbah B3 paling sedikit meliputi keterangan mengenai: nama Limbah B3; identitas Penghasil Limbah B3; tanggal dihasilkannya Limbah B3; dan tanggal Pengemasan Limbah B3.
11
Papan penirisan Produk kayu telah diberi larutan pengawet
Pembatas
Sistem pengumpul cairan
CONTOH 1 :
GAMBAR FASILITAS PENIRISAN (DRIP PAD)
12
TANGKI TANGGUL
Pelapis Eksternal
PENAMPANG
MELINTANG
TANGGUL
Pondasi beton yang
diperkuat
Tanah dasar
Penampung
kedua untuk
pemipaan Pompa &
motor
CATATAN:
Volume dalam tanggul
minimum harus 110%
dari volume tangki
CONTOH 2 :
GAMBAR FASILITAS PENYIMPANAN TANGKI
Liner ganda
Tanggul atau penghalang
Sistem pengumpulan dan pengambilan
lindi (leachate) ganda
13
Penampang Melintang
Fasilitas Penumpukan Limbah
(waste pile)
CONTOH 3 :
GAMBAR FASILITAS PENYIMPANAN WASTE PILE
Sumur pantau air tanah
Liner ganda
Sistem pengumpulan dan pengambilan
lindi (leachate)
Tanggul atau penghalang
14
Penampang Melintang
Impoundment di Permukaan
CONTOH 4 :
GAMBAR FASILITAS PENYIMPANAN WASTE
IMPOUNDMENT
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH 14/2013
TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH B3
45o
B A
A
25 cm
25 cm
Ukuran simbol
(minimal):
ALAT ANGKUT
25 cm x 25 cm
WADAH/KEMASAN
10 cm X 10 cm
Hitam (R=0, G=0, B=0)
Jingga (R=255, G=153, B=83)
Merah (R=255, G=0, B=0)
CONTOH PEMBERIAN SIMBOL PADA TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH B3 YANG
MENYIMPAN LEBIH DARI 1 (SATU) KARAKTERISTIK LIMBAH B3
PENYIMPANAN KEMASAN LIMBAH B3 DENGAN
MENGGUNAKAN RAK
Kemasan berisi limbah B3 yang tidak
saling cocok harus disimpan secara
terpisah, tidak dalam satu blok, dan
tidak dalam bagian penyimpanan yang
sama.
Penempatan kemasan harus dengan
syarat bahwa tidak ada kemungkinan
bagi limbah-limbah tersebut jika
terguling/tumpah akan
tercampur/masuk ke dalam bak
penampungan bagian penyimpanan
lain.
WAKTU PENYIMPANAN LIMBAH B3
LIMBAH B3 YANG DISIMPAN WAKTU PENYIMPANAN (MAKSIMUM)
Limbah B3 yang dihasilkan 50 (lima puluh)
kilogram per hari atau lebih;
90 (sembilan puluh) hari sejak Limbah B3
dihasilkan
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50
(lima puluh) kilogram per hari untuk
Limbah B3 kategori 1;
180 (seratus delapan puluh) hari sejak Limbah
B3 dihasilkan
Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50
(lima puluh) kilogram per hari untuk
Limbah B3 kategori 2 dari sumber tidak
spesifik dan dari sumber spesifik umum;
365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak
Limbah B3 dihasilkan
Limbah B3 kategori 2 dari sumber spesifik
khusus.
365 (tiga ratus enam puluh lima) hari sejak
Limbah B3 dihasilkan
Catatan:
• Jumlah 50 (lima puluh) kilogram per hari merupakan jumlah kumulatif dari 1 (satu) atau lebih nama limbah B3
• Jika melebihi jangka waktu penyimpanan, lakukan pemanfaatan dan/atau pengolahan dan/atau penimbunan
dan/atau menyerahkan kepada pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
PENGUMPULAN LIMBAH B3
Pengumpulan Limbah B3 wajib dilakukan oleh setiap orang
yang menghasilkan limbah B3 bagian dari penyimpanan
Limbah B3 dan tidak memerlukan Izin Pengumpulan Limbah
B3.
Dalam hal Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3 tidak
mampu melakukan sendiri pengumpulan Limbah B3 yang
dihasilkannya, Pengumpulan Limbah B3 diserahkan kepada
Pengumpul Limbah B3.
Penyerahan Limbah B3 kepada Pengumpul Limbah B3 disertai
dengan bukti penyerahan Limbah B3.
Pengumpul Limbah B3 wajib memiliki Izin Pengelolaan
Limbah B3 untuk kegiatan Pengumpulan Limbah B3.
3
PRINSIP-PRINSIP PENGUMPULAN LIMBAH B3
Pengumpul limbah B3 DILARANG melakukan pemanfaatan
dan/atau pengolahan Limbah B3 yang dikumpulkannya
sebagaian atau seluruhnya.
Pengumpul limbah B3 DILARANG menyerahkan limbah B3
yang dikumpulkannya kepada pengumpul limbah B3
lainnya.
Pengumpul DILARANG melakukan pre-treatment
(pengolahan awal) limbah B3 yang dikumpulkannya.
Memiliki izin lingkungan.
SKALA PENGUMPULAN LIMBAH B3
PENGUMPULAN SKALA KABUPATEN/KOTA;
PENGUMPULAN SKALA PROVINSI
PENGUMPULAN SKALA NASIONAL.
PERSYARATAN PENGUMPULAN LIMBAH B3
PERSYARATAN LOKASI PENGUMPULAN:
Lokasi harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
Merupakan daerah bebas banjir 100 tahunan, atau daerah yang di upayakan melalui rekayasa teknologi sehingga aman dari kemungkinan terkena banjir dan longsor serta mempunyai sistem drainase yang baik;
Mempertimbangkan faktor geologi (aktivitas seismik, gempa bumi, aktivitas vulkanik) dan karakteristik tanah (komposisi dan permeabilitas, potensi erosi) untuk mencegah sedini mungkin kerusakan terhadap fasilitas tempat penyimpanan limbah B3.
Luas tanah termasuk untuk bangunan pengumpulan dan fasilitas lainnya wajib disesuaikan dengan jumlah dan/atau kapasitas limbah yang dikumpulkan;
PERSYARATAN PENGUMPULAN LIMBAH B3
Fasilitas tempat dan/atau bangunan pengumpulan merupakan fasilitas khusus yang harus dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang dengan tata ruang yang tepat sehingga kegiatan pengumpulan dapat berlangsung dengan baik dan aman bagi lingkungan;
Setiap bangunan pengumpulan limbah B3 di rancang khusus hanya untuk 1 (satu) karakteristik limbah, dan di lengkapi dengan bak penampung tumpahan/ceceran limbah yang dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pengangkatannya;
Fasilitas pada bangunan pengumpulan harus di lengkapi dengan: peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
pembangkit listrik cadangan;
fasilitas pertolongan pertama;
peralatan komunikasi;
gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;
pintu darurat dan alarm.
TATA RUANG FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH B3
Fasilitas tambahan yang wajib dimiliki dalam melakukan kegiatan pengumpulan limbah B3, meliputi:
Laboratorium
Fasilitas Pencucian
Fasilitas Bongkar – Muat
Kolam Penampungan Darurat
Peralatan Penanganan Tumpahan
Sarana lain yang harus tersedia peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
pagar pengaman;
pembangkit listrik cadangan;
fasilitas pertolongan pertama;
peralatan komunikasi;
gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;
pintu darurat;
alarm.
PEMANFAATAN LIMBAH B3
Pemanfaatan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3.
Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri, Pemanfaatan Limbah B3 diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3.
Pemanfaatan Limbah B3 meliputi: Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku;
Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi;
Pemanfaatan Limbah B3 sebagai bahan baku; dan
Pemanfaatan Limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemanfaatan Limbah B3 dilakukan dengan mempertimbangkan: ketersediaan teknologi;
standar produk apabila hasil Pemanfaatan Limbah B3 berupa produk; dan
baku mutu atau standar lingkungan hidup.
4
UJI COBA PEMANFAATAN
Ketentuan mengenai uji coba hanya berlaku untuk kegiatan PEMANFAATAN dan PENGOLAHAN Limbah B3.
Uji coba diwajibkan untuk Pemanfaatan Limbah B3: 1. sebagai substitusi bahan baku yang tidak memiliki Standar Nasional
Indonesia; dan
2. sebagai substitusi sumber energi.
Uji coba diwajibkan untuk Pengolahan Limbah B3 dengan cara: 1. termal; dan
2. cara lain sesuai perkembangan teknologi yang tidak memiliki Standar Nasional Indonesia.
Uji coba pemanfaatan atau pengolahan dilakukan untuk: uji coba peralatan, metode, teknologi, dan/atau fasilitas Pemanfaatan atau Pengolahan Limbah B3.
PENGANGKUTAN LIMBAH B3
Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat
angkut yang tertutup untuk Limbah B3 kategori 1.
Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan dengan menggunakan alat
angkut yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2.
Pengangkutan Limbah B3 wajib memiliki:
rekomendasi Pengangkutan Limbah B3; dan
izin Pengangkutan Limbah B3.
Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 menjadi dasar diterbitkannya izin
Pengangkutan Limbah B3 oleh Menteri Perhubungan.
Rekomendasi Pengangkutan Limbah B3 diterbitkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Copyright from : @skary 2015 presentation
5
Pengangkutan Limbah B3 wajib disertai dengan manifes
Pengangkutan Limbah B3
Pengangkut Limbah B3 wajib dilakukan oleh badan usaha
berbadan hukum (PT, Koperasi, Yayasan) tidak termasuk
CV, NV, UD. cirinya terdaftar sebagai badan hukum di
Kementerian Hukum dan HAM
Dasar Hukum:
UU 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
PP 74 Tahun 2014; dan
PP 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3.
PENGANGKUTAN LIMBAH B3
POLA PENGANGKUTAN VS REKOMENDASI & MANIFES
31
POLA 1 POLA 2 POLA
3
POLA 4 POLA
5
REKOMENDASI
MANIFES
Bagian Pertama: No. 1-12
diisi oleh pengirim/penghasil LB3: pengumpul, pemanfaat, pengolah
Bagian Kedua: 13-22
diisi oleh pengangkut LB3
Bagian Ketiga: No. 23-36
diisi oleh penerima LB3: pengumpul, pemanfaat, pengolah LB3
Dokumen Limbah B3
33
Pengirim
LB3 KLH
Pengangkut
LB3
Penerima
LB3
Gubernur
1
2
3
4
5
6
7
Putih
Kuning
Hijau
Merah Muda
Biru
Krem
Ungu
Pengirim
Pengangkut
KLH
Penerima
Gubernur
3 7
1
2 5
4
6
DISTRIBUSI MANIFES (DOKUMEN
LIMBAH B3)
Kementerian Lingkungan Hidup
Mulai tahun 2013, manifes menggunakan
STIKER BARCODE
Bagian dari pengawasan, dapat diperoleh
di KLH, akan ditetapkan kuota,
direncanakan dengan PNBP, ditempelkan
pada setiap lembar manifes
• Dalam Surat rekomendasi memuat nomor unik [KODE] manifes yang berbeda-beda untuk setiap pengangkut, contoh: JV, BC, AA, XU, dan lain-lain yang dirangkai dengan nomor urut manifes
Manifes Limbah B3
[MANUAL]
Kementerian Lingkungan Hidup
DIMANA BARCODE
DITEMPATKAN ?
[saat ini] Ditempelkan pada
bagian sebelah kiri
atas.
Ditempelkan pada
setiap lembar
manifes
Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang
yang menghasilkan Limbah B3.
Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri,
Pengolahan Limbah B3 diserahkan kepada Pengolah Limbah B3.
Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan cara:
termal;
stabilisasi dan solidifikasi; dan/atau
cara lain sesuai perkembangan teknologi.
Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan mempertimbangkan:
ketersediaan teknologi; dan
baku mutu atau standar lingkungan.
PENGOLAHAN LIMBAH B3
6
Copyright from : @skary 2015 presentation
STANDAR PELAKSANAAN PENGOLAHAN
LIMBAH B3
Standar pelaksanaan Pengolahan Limbah B3 yang dilakukan dengan cara termal meliputi standar: emisi udara;
efisiensi pembakaran dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99% (sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan per seratus); dan
efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa Principle Organic Hazardous Constituents (POHCs) dengan nilai paling sedikit mencapai 99,99% (sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan per seratus).
Standar efisiensi pembakaran tidak berlaku untuk Pengolahan Limbah B3 dengan menggunakan kiln pada industri semen.
Standar efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa Principle Organic Hazardous Constituents tidak berlaku untuk Pengolahan Limbah B3 dengan karakteristik infeksius.
Standar efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa POHCs tidak berlaku untuk Pengolahan Limbah B3: berupa Polychlorinated Biphenyls; dan
yang berpotensi menghasillkan: Polychlorinated Dibenzofurans; dan
Polychlorinated Dibenzo-p-dioxins.
38
STANDAR PELAKSANAAN PENGOLAHAN
LIMBAH B3
39
NO. LIMBAH B3
STANDAR EFISIENSI
PENGHANCURAN DAN
PENGHILANGAN
1 Polychlorinated Biphenyls
(PCBs) > 99,9999%
2 berpotensi menghasilkan
Polychlorinated Dibenzofurans > 99,9999%
3 berpotensi menghasilkan
Polychlorinated Dibenzo-p-
dioxins
> 99,9999%
INSINERATOR
(PENGATURAN UNTUK LIMBAH MEDIS SAAT INI)
Efisiensi pembakaran > 99,95%;
Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber)
minimum 800oC (temperatur operasional);
Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber)
minimum 1000oC (temperatur operasional), dengan waktu tinggal
minimum 2 (dua) detik;
Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah;
dan
Memenuhi baku mutu emisi.
Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC. 40
Ruang Bakar 2 Rotary Kiln Ruang Bakar 1
Water Scrubber
PENGOLAHAN LIMBAH B3 MENGGUNAKAN INSINERATOR
42
ALAT ANGKUT LIMBAH B3
SATELIT
PROVIDER
SERVER JASA TRACKING
KLHK
END USER
SISTEM PENGAWASAN
PENGANGKUTAN LIMBAH B3
MELALUI GPS TRACKING
END USER 45
Pengumpulan:
8
Pemanfaatan:
5
Pengangkutan:
10
Pengumpulan:
2
Pengolahan: 1
Pengangkutan:
4
SUMBAR
Pemanfaatan:
1
Pengangkutan:
1
Pengumpulan:
15
Pemanfaatan:
14
Pengolahan: 4
Pengangkutan:
28 JAMBI
Pengumpulan:
1
SUMSEL
Pengumpulan:
3
Pemanfaatan:
1
Pengangkutan:
1
LAMPUNG
Pengumpulan:
2
Pemanfaatan:
2
Pengangkutan:
3
BANTEN
Pengumpulan:
14
Pemanfaatan:
25
Pengolahan: 4
Pengangkutan:
47
DKI JAKARTA
Pengumpulan: 14
Pemanfaatan: 6
Pengolahan: 6
Pengangkutan:
181
BALI
Pengumpulan:
2
Pengangkutan:
1
KALBAR
Pengumpulan:
1
Pengangkutan:
1
Pengumpulan:
17
Pemanfaatan:
1
Pengolahan: 2
Pengangkutan:
24
NTB
Pengumpulan:
2
Pengangkutan:
1
JOGJA
Pengumpulan:
1
Pemanfaatan:
2
JABAR
Pengumpulan:
28
Pemanfaatan:
62
Pengolahan: 4
Penimbunan: 1
Pengangkutan:1
49
SULTENG
Pengumpulan:
1
SULSEL
Pengumpulan:
3
Pemanfaatan:
1
Pengangkutan:
6
PETA SEBARAN JASA PENGELOLAAN LIMBAH B3 2011-2014
JATENG
Pengumpulan:
2
Pemanfaatan:
3
Pengangkutan:
6
Pengumpulan:
4
Pemanfaatan:
1
Pengangkutan:
4
JATIM
Pengumpulan:
16
Pemanfaatan:
40
Pengolahan: 1
Pengangkutan:
79
SULUT
Pengumpulan:
4
Pengangkutan:
1
DISTRUBISI JASA PENGELOLAAN LIMBAH B3 YANG RELATIF SEMAKIN MERATA [KHUSUSNYA DI INDONESIA BAGIAN BARAT] TELAH MENURUNKAN BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH B3 ~50%. PENURUNAN BIAYA ANTARA LAIN DARI BIAYA TRANSPORTASI.
46
KOORDINASI DENGAN SEKTOR
1. Pengaturan penarikan kembali produk kedaluwarsa dan/atau kemasan
bekas B3 (misal: lampu TL, aki, kemasan B3, limbah elektronik, dll)
2. Pengembangan kawasan industri terpadu
3. Penyimpanan bahan tambang (low grade ore, tailing) untuk
penambangan kembali (re-mining)
4. Pemanfaatan Limbah B3 (misal: slag, fly ash, bottom ash, dll) untuk
material konstruksi atau road base untuk kegiatan ke-PU-an
5. dll.
PENIMBUNAN LIMBAH B3
48
1. Penimbunan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh Setiap Orang yang menghasilkan Limbah B3.
2. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri, Penimbunan Limbah B3 diserahkan kepada Penimbun Limbah B3.
3. Penimbunan Limbah B3 dapat dilakukan pada fasilitas Penimbunan Limbah B3 berupa:
a. penimbusan akhir (Landfill);
b. sumur injeksi;
c. penempatan kembali di area bekas tambang;
d. dam tailing; dan/atau
e. fasilitas Penimbunan Limbah B3 lain sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR
(LANDFILL)
49
Fasilitas Penimbunan Limbah B3 berupa penimbusan akhir terdiri
atas fasilitas penimbusan akhir:
A. kelas I;
B. kelas II; dan
C. kelas III.
Penentuan kelas berdasarkan uji total konsentrasi zat pencemar
PERSYARATAN LOKASI
PENIMBUNAN LIMBAH B3
a. Bebas Banjir;
b. Permeabilitas tanah;
c. Merupakan daerah yang secara geologis aman, stabil, tidak rawan bencana, dan di luar kawasan lindung; dan
d. Tidak merupakan daerah resapan air tanah, terutama yang digunakan untuk air minum.
PENENTUAN KARAKTERISTIK LIMBAH B3 &
FASILITAS PENIMBUNANNYA
a. Fasilitas Penimbusan Akhir (Landfill): Kelas I, Kelas II, atau Kelas III
b. Mengacu pada Total Konsentrasi Zat Pencemar (Limbah B3) Lihat KEPKA-BAPEDAL 04/1995
c. Jika Tingkat Kontaminasi Radioaktif tidak memenuhi ketentuan PP 101 tahun 2014 Pasal 146 ayat (4) Penimbusan Akhir Kelas II atau I (Sumber Spesifik Khusus)
Bahan Pencemar
Total Kadar Max (mg/kg berat kering)
Total Kadar Max (mg/kg berat kering)
KOLOM A KOLOM B
Ar 300 30
Cd 50 5
….. dst
Catatan: 1)Jika kadar bahan pencemar > kolom A landfill
kelas I 2)Jika kadar bahan pencemar < kolom A, > kolom B
landfill kelas II 3)Jika kadar bahan pencemar < kolom B landfill
kelas III
52
Lapisan pelindung ganda
Sumur pantau air bawah tanah
Sistem pengumpul air lindi ganda
Sistem pengumpul air lindi ganda
Pengendali air larian
PENAMPANG MELINTANG FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR (Landfill)
53
SISTEM PELAPISAN DASAR (LINER) PENIMBUSAN AKHIR
Geomembran
Geomembran
Lapisan Penutup
LIMBAH
Lapisan Pelindung
Sistem Pengumpul Lindi
Lapisan Tanah
Penghalang
Sistem Deteksi Kebocoran
Lapisan Dasar
Tanah Setempat
Penimbusan Akhir Kelas I
Geomembran
Lapisan Penutup
LIMBAH
Lapisan Pelindung
Sistem Pengumpul Lindi
Lapisan Tanah Penghalang
Sistem Deteksi Kebocoran
Lapisan Dasar
Tanah Setempat
Penimbusan Akhir Kelas II
Lapisan Penutup
LIMBAH
Lapisan Pelindung
Sistem Pengumpul Lindi
Lapisan Tanah Penghalang
Sistem Deteksi Kebocoran
Lapisan Dasar
Tanah Setempat
Penimbusan Akhir Kelas III
1 m
30 cm
30 cm
DUMPING LIMBAH B3
1. Setiap Orang untuk dapat melakukan Dumping Limbah B3 ke
media lingkungan hidup wajib memperoleh izin dari Menteri.
2. Limbah B3 yang dapat dilakukan dumping ke media lingkungan
hidup berupa laut meliputi:
a. tailing dari kegiatan pertambangan; dan
b. serbuk bor hasil pemboran usaha dan/atau kegiatan eksplorasi dan/atau
eksploitasi di laut menggunakan serbuk bor berbahan dasar sintetis
(synthetic based mud);
3. Limbah B3 yang akan dilakukan dumping wajib dilakukan
Netralisasi atau Pengurangan kadar racun sebelum dilakukan
dumping ke laut.
8
DUMPING LIMBAH B3 (TAILING)
58
1. Lokasi tempat dilakukan Dumping Limbah B3 harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. di dasar laut pada laut yang memiliki lapisan termoklin permanen; dan
b. tidak berada di lokasi tertentu atau daerah sensitif berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan.
2. Dalam hal tidak terdapat laut yang memiliki lapisan termoklin permanen, lokasi tempat dilakukan Dumping Limbah B3 berupa tailing dari kegiatan pertambangan harus memenuhi persyaratan lokasi yang meliputi:
a. di dasar laut dengan kedalaman lebih besar atau sama dengan 100 m (seratus meter);
b. secara topografi dan batimetri menunjukkan adanya ngarai dan/atau saluran di dasar laut yang mengarahkan tailing ke kedalaman lebih dari atau sama dengan 200 m (dua ratus meter); dan
c. tidak ada fenomena up-welling.
KEDALAMAN TITIK PEMBUANGAN (DUMPING)
TAILING
59
> 100 m
mengarah ke 200 m
PABRIK PENGOLAHAN BIJIH
PERPIPAAN TAILING
titik pembuangan Limbah B3 (outfall)
PERMUKAAN LAUT
PENETAPAN LIMBAH B3 :
Limbah – limbah yang belum terdapat didalam daftar
limbah Lampiran I PP 101/2014 yang terindikasi
memiliki karakteristik limbah B3 dan akan
ditetapkan sebagai limbah B3
9
PENETAPAN LIMBAH B3
PROSEDUR PENETAPAN LIMBAH B3
Penentuan limbah yang terindikasi memiliki karakteristik limbah B3
Verifikasi lapangan dan pengambilan sample limbah
Uji karakteristik untuk identifikasi limbah B3
Menteri menugaskan Tim Ahli limbah B3 untuk melakukan evaluasi terhadap uji karakteristik
Evaluasi oleh Tim Ahli Limbah B3
Rekomendasi dari Tim Ahli Limbah B3 terhadap hasil evaluasi kepada Menteri
Bila Tim Ahli merekomendasikan penetapan sebagai limbah B3, maka Menteri melakukan rapat koordinasi dengan kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian untuk membahas rekomendasi Tim Ahli Limbah B3
Berdasarkan hasil rapat koordinasi, Menteri menetapkan limbah sebagai : limbah B3 kategori 1 atau kategori 2.
TATA CARA UJI KARAKTERISTIK UNTUK PENETAPAN LIMBAH B3 (DILUAR LAMPIRAN I PP 101/2014) OLEH PEMERINTAH
62
Apakah limbah eksplosif, mudah menyala, reaktif,
infeksius, dan/atau korosif?
LIMBAH B3
KATEGORI 2
LIMBAH B3
KATEGORI 1
LD50 (lethal
dose-50)
TCLP (toxicity
characteristic
leaching
procedure)
Beracun sub-
kronis?
Limbah
nonB3
YA TIDAK
Lamp III > TCLP kolom A
YA TIDAK
LIMBAH
< TCLP kolom A dan > TCLP
kolom B
< TCLP
kolom B
Nilai LD50 < 50
mg/kg BB hewan
uji
Nilai LD50 > 50 mg/kg dan <
5000 mg/kg BB hewan uji
Nilai LD50 >
5000 mg/kg BB
hewan uji
lampiran II PP 101/2014
PENGECUALIAN LIMBAH B3 :
Limbah – limbah yang tercantum didalam daftar
limbah Lampiran I PP 101/2014 Tabel 3 dan 4,
tetapi akan dikecualikan sebagai limbah Non B3
10
PENGECUALIAN LIMBAH B3
PROSEDUR PENGECUALIAN LIMBAH B3 …. (1)
Permohonan untuk mengajukan pengecualian limbah B3 kepada menteri dengan mengajukan Proposal
Limbah B3 yang dapat diajukan permohonan pengecualian dari Pengelolaan Limbah B3 harus:
1. Tercantum dalam lampiran I Tabel 3 dan Tabel 4 PP 101/2014;
2. Berasal dari proses produksi yang digunakan bersifat tetap dan konsisten;
3. menggunakan bahan baku dan/atau bahan penolong yang bersifat tetap dan konsisten; dan
4. limbah B3 yang dihasilkan bersifat tetap dan konsisten.
Pembahasan dengan Tim Ahli Limbah B3
Verifikasi Lapangan dan pengambilan Sample
• Melakukan Uji Karakteristik : a. Karakteristik uji mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius dan/atau korosif
sesuai lampiran II PP 101/2014. b. Karakteristik beracun melalui TCLP sesuai lampiran III PP 101/2014 lebih besar dari kolom
TCLP-A. c. Karakteristik beracun melalui uji Toksikologi LD50, dengan hasil uji < 50 mg/kg BB. d. Karakteristik beracun melalui uji Toksikologi LD50, dengan hasil uji < 50 mg/kg BB. e. Karakteristik beracun melalui uji toksikologi Sub-kronis sesuai lampiran II PP 101/2014.
• Penyampaian hasil Uji kerakteristik kepada Menteri dilengkapi dengan permohonan pengecualian limbah B3 yang dihasilkannya kepada Menteri.
• Menteri menugaskan Tim Ahli Limbah B3 untuk melakukan evaluasi.
• Tim Ahli menyampaikan rekomendasi hasil evaluasi.
• Menteri berdasarkan rekomendasi tim ahli menetapkan :
a. Pengecualian dari pengelolaan limbah B3 terhadap limbah B3 sumber spesifik.
b. Limbah B3 dari sumber spesifik tidak dikecualikan dari pengelolaan limbah B3.
PROSEDUR PENGECUALIAN LIMBAH B3 …. (2)
TATA CARA UJI KARAKTERISTIK UNTUK PENGECUALIAN LIMBAH B3 OLEH PEMOHON
66
Apakah limbah
eksplosif, mudah
menyala, reaktif,
infeksius, dan/atau
korosif?
LIMBAH B3
KATEGORI 2
LIMBAH B3
KATEGORI 1
LD50 (lethal
dose-50)
TCLP (toxicity
characteristic
leaching procedure)
Beracun sub-
kronis?
Limbah
nonB3
YA TIDAK
Lamp III > TCLP kolom A
YA TIDAK
LIMBAH
B3
< TCLP kolom A dan > TCLP
kolom B
< TCLP
kolom B
Nilai LD50 < 50 mg/kg
BB hewan uji
Nilai LD50 > 50
mg/kg dan < 5000
mg/kg BB hewan
uji
Nilai LD50 >
5000 mg/kg BB
hewan uji
lampiran II PP 101/2014
KLARIFIKASI LIMBAH a. Permohonan klarifikasi limbah kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah,
Limbah dan B3
b. Presentasi oleh pihak pemohon
c. Verifikasi lapangan oleh Tim KLHK untuk identifikasi limbah
d. Pencocokan Limbah dengan Kodefikasi Limbah yang tercantum pada Lampiran I PP 101/2014, berdasarkan:
- MSDS yang dimiliki karakteristik limbah
- Nomor CAS yang dimiliki
- Sumber limbah yang dihasilkan berdasarkan proses produksi
e. Surat Tanggapan klarifikasi limbah diterbitkan oleh Dirjen c.q. Direktur Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3:
Pernyataan bahwa limbah yang dimohonkan untuk diklarifikasi adalah limbah B3 dengan kodefikasi sesuai PP 101/2014 Lampiran I
Pernyataan bahwa limbah yang dimohonkan untuk diklarifikasi adalah limbah non B3
CONTOH KLARIFIKASI PENETAPAN LIMBAH
1. Q : Skrap Logam terkontaminasi Oli apakah limbah non B3?
A : Tidak, Skrap Logam terkontaminasi oli adalah limbah B3 sebagaimana tercantum pada Lampiran I, Tabel 1 PP 101/2014 dengan kode limbah A108d dan menunjukkan karakteristik mudah meledak sebagaimana Lampiran II PP 101/2014
2. Q: Serpihan sisa sabun yang tercecer dari proses finishing apakah limbah non B3?
A : Ya, limbah tersebut adalah limbah Non B3, sumber limbah tidak tercantum dalam Lampiran I PP 101/2014 dan tidak menunjukan karakteristik sebagaimana Lampiran II PP 101/2014
3. Q: Limbah Pyrolle dari kegiatan polimerisasi komponen elektronik apakah limbah non B3
A: Tidak, limbah Pyrolle adalah limbah B3 sebagimana tercantum pada Lampiran I, Tabel I PP 101/2014 dengan kode limbah B106d dan menunjukkan karakteristik beracun sebagaimana Lampiran II PP 101/2014
PENGELOLAAN LIMBAH NON B3 HASIL PENETAPAN
1) Tetap dikelola dan dipantau jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan
2) Limbah Non B3 yang dihasilkan tetap disimpan di Tempat Penyimpanan tersendiri sehingga tidak mencemari lingkungan
3) Tetap tercatat didalam log book limbah bilamana akan dilakukan 3R oleh penghasil sendiri dan/atau diserahkan kepada pihak ketiga
4) Limbah Non B3 dapat dikelola mengikuti teknologi pengelolaan limbah B3
5) Tidak memerlukan mekanisme perizinan, namun apabila dikemudian hari terdapat penetapan menjadi limbah B3 maka tetap harus dikelola sebagaimana ketentuan pengelolaan limbah B3
6) Limbah lainnya/limbah Non B3 tetap dilarang untuk diimpor masuk ke wilayah NKRI bilamana belum diatur oleh peraturan PUU lainnya
7) Limbah Non B3 dilarang untuk dibuang ke media lingkungan hidup
8) Bilamana akan mengekspor limbah Non B3 dan memerlukan notifikasi ke negara tujuan tetap dapat mengajukan notifikasi ekspor
Sekilas Konvensi Basel
• Mengatur perpindahan limbah B3 dan limbah-limbah lainnya lintas batas negara • Diadopsi pada tanggal 22 Maret 1989, entry into force 5 Mei 1992 • Ditandatangani Indonesia tahun 1989 dan diratifikasi (aksesi) tahun 1993 dengan
Keppres No. 61/1993 • Total negara yang meratifikasi Konvensi Basel sampai dengan Agustus 2015 sejumlah
183 negara Competent Authority:
Instansi pemerintah yang ditetapan oleh negara pihak yang bertanggungjawab untuk menerima, menginformasikan dan menanggapi notifikasi suatu perpindahan limbah B3 batas negara. (Indonesia: KLH, Deputi IV) KLHK, Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
Focal Point Konvensi: Person/orang yang bertanggungjawab penuh untuk penyampaian informasi dan mengkomunikasikan dengan Sekretariat. (Indonesia: KLH, Deputi IV) KLHK, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
Kategori Limbah yang diatur dalam Konvensi : Limbah-limbah yang masuk daftar sebagaimana yang terdapat
pada Annex I, II, VIII dan IX
Limbah-limbah yang memiliki karakteristik limbah B3 sebagaimana yang terdapat pada Annex III
Limbah-limbah yang berdasarkan peraturan nasional negara pihak merupakan limbah B3
Artikel 1: Limbah B3 adalah (a) limbah yang masuk di Annex I Konvensi Basel yang mempunyai karakteristik sebagaimana tercantum pada Annex III; (b) diatur oleh peraturan nasional negaranya sebagai limbah B3 Artikel 2: Limbah adalah bahan atau objek yang dibuang atau direncanakan akan dibuang atau diperuntukan untuk dibuang menurut ketentuan nasional
Definisi Limbah dalam Konvensi Basel
PERSYARATAN ADMINISTRASI DOKUMEN PERMOHONAN NOTIFIKASI EKSPOR LIMBAH B3
1) Formulir Aplikasi (yang dikeluarkan oleh KLH) yang berisi tentang data eksportir, sumber penghasil limbah B3, negara tujuan,
data importir berikut rencana pengolahan limbah, negara transit bila dilalui, deskripsi limbah B3 yang akan diekspor, rencana
ekspor (jumlah limbah dan jadwal pengiriman), nama pelabuhan untuk pengiriman barang, nama kapal, dan nama transporter
2) Formulir Notifikasi (sesuai lampiran V Konvensi Basel) memuat detail sebagaimana formulir Aplikasi hanya dengan format
berbeda serta tandatangan otoritas dari negara ekportir (Indonesia)
3) Formulir Transboundary Movement (sesuai lampiran pada Konvensi Basel) selain penjelasan tentang limbah B3, keterangan
pelaku ekspor-impor juga memuat tandatangan dari otoritas negara eksportir dan otoritas negara importir sebagai bukti
limbah B3 yang dikirim sudah diterima di negara tujuan
4) Hasil analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan bahan kimia dalam limbah B3 yang akan diekspor
5) Informasi data dan karakteristik limbah B3
6) Surat Asuransi untuk menjelaskan tanggung jawab terhadap kemungkinan potensi pencemaran yang terjadi dalam kegiatan
perpindahan limbah termasuk jika limbah B3 tersebut harus direekspor
7) Surat Persetujuan dari penghasil limbah yang memuat tentang (jenis limbah, jumlah limbah, nama pemilik, nama eksportir
yang ditunjuk, kesedian untuk menyerahkan limbah)
8) Surat keterangan kerjasama dengan importir negara tujuan ekspor (jenis limbah, jumlah limbah, nama pemilik, nama
eksportir yang ditunjuk, kesedian untuk menerima limbah)
9) Dokumen lainnya: SIUP, NPWP, Akta Pendirian Perusahaan, Kesesuaian Nomor HS
KEMENTRIAN LINGKUNGAN HIDUP (KLH) MINISTRY OF ENVIRONMENT
Permit application for Export of Hazardous Waste Note : Please use separate sheets(s) where the space provided in the form is not sufficient Permit Applicant (Notifier) Name of Company : _____________________________________________________________ Correspondence Address : _____________________________________________________________ Telp. No : ____ ______________________________________________________ Contact Person (Full Name) : _____ ________________________________________________________ Telp No : _____________________________________________________________ Fax : _____________________________________________________________ I.D. Card No : _______________________________________________ _____________ Permit Application/Notification For : i) { } Export of Waste to : _________________________________________________________ { } Import Waste From : ________________ __ ___________________________ ___________ ii) { } Single Shipment { } Multiple Shipments period (max. 1 year) from __________ to _________
• 1. EXPORTER Company Name : _____ ________________ ______________________ ________________ Address : _____________________ _________________ ________________ Telp.No : _______________________________________________________________ Fax No. : _______________________________________________ ________________ Contact Person (Full Name) : _____________________ ______________________________________ Reason (s) for Transboundary movement of waste : { } The state of export does not have the technical capacity and necessary facilities, capacity or suitable disposal sites in order to dispose
of the waste in question in an environmentally sound and efficient manner. { } The waste in question is required as a raw material for reuse or for a Reprocessing, recycling or recovery operation in the state of import { } The Transboundary movement in question is in accordance with other criteria to be decided by the Parties, provided those criteria do not differ from Objectives of Basel convention. {….} Others________________________________________________________________________ ______
UU No. 32/2009, Pasal 69, Ayat 1
Setiap orang dilarang : butir b. Memasukkan B3 yang dilarang menurut per-UU ke dalam
wilayah NKRI. butir c. Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah NKRI
ke media lingkungan hidup NKRI (Pasal penjelasan : kecuali bagi yg diatur dalam peraturan per-uu lainnya)
butir d. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah NKRI. butir e. Membuang limbah ke media lingkungan hidup. butir f. Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup.
LARANGAN DALAM PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3
PERTIMBANGAN MENGIMPOR LIMBAH NON B3
1) Industri dalam negeri masih menggunakan limbah non B3 sebagai bahan baku dan/atau bahan penolong untuk kebutuhan proses produksinya
2) Ketersediaan limbah non B3 sebagai bahan baku dan/atau bahan penolong yang diperlukan untuk kebutuhan proses produksi industri tertentu tidak dapat diperoleh sepenuhnya dari sumber di dalam negeri, sehingga perlu dilakukan pengadaan tambahan dari sumber di luar negeri
3) Daftar Limbah Non B3 yang mendapat rekomendasi KLH dari tahun 2009 sampai saat ini : Kapas, Kaca, Kertas, Karet (Latex), Plastik, Scrap Logam dengan syarat bersih, tidak terkontaminasi limbah B3 dan bukan merupakan sampah (tersortir)
2015年
10月
23日星期五
Sam
ple footer
79
REKOMENDASI IMPOR LIMBAH NON B3
Dasar Hukum
UU No. 32/2009
PP No.18/1999
tentang Pengelolaan
Limbah B3
UU No. 18/2008
tentang
Pengelolaan Sampah
Pemendag No. 39/2009 tentang Impor Limbah Non B3
Definisi Limbah Non B3
Sisa atau usaha dan/atau kegiatan berupa sisa, skrap atau reja yang tidak termasuk dalam klasifikasi/kategori limbah B3.
Sisa : produk yang belum habis terpakai dalam proses produksi atau barang, yang masih mempunyai karakteristik yang sama namun fungsinya telah berubah dari barang aslinya
Skrap : barang yang terdiri dari komponen-komponen yang sejenis atau tidak, yang terurai dari aslinya dan fungsinya tidak sama dengan barang aslinya
Reja : barang dalam bentuk terpotong-potong dan masih bersifat sama dengan barang aslinya namun fungsinya tidak sama dengan barang aslinya
KETENTUAN IMPOR LIMBAH NON B3 PERMENDAG NO. 39 / 2009 TENTANG KETENTUAN IMPOR LIMBAH NON B3
1. Pasal 2, ayat 1 : Limbah Non B3 yang dapat diimpor hanya berupa sisa, skrap atau reja yang digunakan untuk bahan baku dan/atau bahan penolong industri.
2. Pasal 4, ayat 1 : Permohonan untuk mendapatkan Pengakuan sebagai IPL
Non B3 harus diajukan dengan melampirkan (g). Rekomendasi Deputi Bidang Pengelolaan B3 dan Limbah B3, KLH.
3. Pasal 4 ayat (1) poin g : Kewenangan KLH dalam penerbitan Rekomendasi Impor Limbah Non B3
KELENGKAPAN DOKUMEN PENGAJUAN REKOMENDASI IMPOR LIMBAH NON B3 (IPL NON B3) BARU
1. Surat permohonan rekomendasi Importir Produsen Limbah Non B3 2. Dokumen lingkungan (UKL/UPL atau AMDAL) 3. Fotokopi izin usaha industri/ Tanda Daftar Industri 4. Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 5. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 6. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) atau Angka Pengenal Importir
Terbatas (API-T) 7. Fotokopi Nomor Identitas Kepabeanan NIK 8. Diagram Alir Proses Produksi
1. Surat permohonan perpanjangan impor limbah non B3
2. Surat rekomendasi yang sudah diberikan oleh KLH (Tahun sebelumnya)
3. Data perbaikan teknis sesuai Berita Acara terdahulu (jika ada perbaikan)
4. Surat Pengakuan sebagai IP Limbah Non B3 dari Kementerian Perdagangan
5. Data realisasi impor limbah non B3 selama 1 tahun
6. Laporan UKL/UPL atau AMDAL yang dilengkapi dengan data monitoring kualitas lingkungan (udara ambien, emisi udara, limbah cair, limbah B3)
7. Ijin Tempat Penyimpanan Sementara (TPS LB3) dari Pemda setempat jika dalam proses produksi menghasilkan limbah B3
8. Angka Pengenal Importir (API) terbaru jika ada perubahan
Perpanjangan pengakuan sebagai importir produsen limbah non B3 dapat dilakukan sebelum berakhirnya masa berlaku IP Limbah Non B3 dan Perusahaan dapat mengajukan kembali rekomendasi ke KLH untuk perpanjangan sebagai IP Limbah Non B3 2 bulan sebelum habis masa berlakunya
Kelengkapan Dokumen Pengajuan Rekomendasi Impor Limbah Non B3 (IPL Non B3) Perpanjangan