Post on 29-Nov-2015
SEJARAH PERADABAN ISLAM;PENGERTIAN, RUANG LINGKUP,
DAN URGENSI PEMBAHASANNYA
A. Pendahuluan
Sebelum berbicara tentang berbagai hal yang terkait dengan
sejarah peradaban Islam, lebih dahulu perlu dijelaskan pengertian, ruang
lingkup pembahasan, dan urgensi dari mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam yang akan dibahas dalam kajian ini. Penjelasan ini perlu untuk
memberikan arahan dan batasan tentang pokok-pokok masalah yang
akan dikaji dan dibicarakan dalam mata kuliah ini. Untuk itu, pada bagian
ini, akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan ketiga masalah pokok
tersebut. Lebih jauh, untuk memberikan gambaran umum yang lebih rinci
tentang ruang lingkup kajian ini, juga akan dikemukakan periodesasi atau
pembabakan sejarah umat Islam sejak masa-masa awal sampai zaman
moderen.
Dengan demikian, diharapkan para pembaca akan memiliki
panduan yang jelas tentang sosok dan berbagai aspek serta ruang dan
waktu yang menjadi pusat dan lapangan kajian mata kuliah ini. Kejelasan
ini juga diperlukan oleh para pembaca untuk mengambil langkah-langkah
efektif dalam memperkaya pengetahuannya dengan merujuk berbagai
literatur dan referensi yang tersedia. Diharapkan agar pembaca
senantiasa memperkaya pemahaman dengan aneka ragam buku-buku
sejarah Islam yang sudah tersedia di berbagai perpustakaan.1
1Pembahasan materi sejarah yang komprehensif dan objektif menuntut kajian terhadap aneka ragam literatur yang terkait. Memahami sejarah secara baik tidak mungkin hanya dengan mengandalkan satu literatur tertentu saja. Untuk itu, disarankan bagi pembaca uraian ini agar membaca berbagai karya tulis yang terkait dengan pokok-pokok bahasan yang dibicarakan. Di bagian akhir tulisan ini, disediakan daftar kepustakaan yang dapat memperkaya sumber informasi dalam memahami uraian yang disajikan.
0
B. Pengertian Sejarah Peradaban Islam
Mata kuliah ini diberi nama Sejarah Peradaban Islam, yaitu sebuah
ungkapan yang terdiri atas tiga kata: sejarah, peradaban, dan Islam.
Untuk mengetahui arti yang terkandung di dalam ungkapan ini, terlebih
dahulu, perlu dijelaskan makna dari masing-masing kata tersebut. Setelah
itu, akan disimpulkan pengertian dari ungkapan yang terdiri atas tiga kata
ini secara keseluruhan.
Secara etimologis, kata sejarah berasal dari kata Arab syajarah
yang berarti pohon2 yang bercabang-cabang. Pada mulanya, kata ini
dipakai dengan pengertian silsilah atau asal-usul keturunan karena bahan
pembicaraan pertama dari sejarah adalah silsilah keturunan dari suatu
keluarga, terutama silsilah keluarga para raja dan pemuka masyarakat.
Pembicaraan tentang silsilah suatu keluarga bagaikan melihat sebatang
pohon yang memiliki banyak cabang dan ranting. Bila percabangan
genealogis dari suatu kelompok keluarga tertentu dibuat dalam bentuk
bagan niscaya akan tampak seperti profil pohon yang bercabang-cabang.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa kata sejarah
berarti: 1 silsilah; asal-usul (keturunan); 2 kejadian dan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat; tambo.3
Kata sejarah masuk ke dalam perbendaharaan kata Indonesia sejak
abad ke-13 M, seiring dengan terjadinya akulturasi kebudayaan Indonesia
dengan kebudayaan Islam. Meskipun kata sejarah berasal dari bahasa
Arab, namun orang Arab sendiri tidak menggunakan kata ini untuk
menyebut sesuatu yang kita sebut sejarah. Untuk pengertian yang kita
sebut sejarah, mereka memakai kata tarikh. Hal itu dapat dilihat pada
ungkapan Tarikh al-Islam (Sejarah Islam) atau Tarikh al-Syu’ub
al-‘Arabiyyat (Sejarah Bangsa-bangsa Arab), dan lain-lain.
2Lihat William H. Frederick dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum & Sesudah Revolusi, (Jakarta: LP3ES, 1984), hal. 1.
3Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 794.
1
Sedangkan secara terminologis, kata sejarah berarti cerita tentang
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.4
Sejarah merupakan pemaparan secara sistematis mengenai peristiwa
atau kejadian yang benar-benar terjadi di masa lalu. Ia adalah hasil
rekonstruksi masa lampau yang dapat dilakukan oleh sejarawan. Sejarah
bukanlah cerita fiktif, dongeng, atau mitos yang hanya bersumber dari
khayalan semata, melainkan cerita yang didasarkan atas realitas yang
ada. Ia juga bukan sekedar catatan kronologis mengenai berbagai
kejadian masa lalu, tetapi paparan dari suatu peristiwa yang punya
hubungan dengan berbagai aspek kehidupan sosial pada suatu masa
tertentu.
Sejarah tidak menguraikan semua peristiwa yang terjadi di masa
lampau karena hal itu tidak mungkin dan tidak perlu dilakukan. Hanya
bagian-bagian tertentu yang dinilai penting yang diungkap dan
diceritakan dalam sejarah. Sebagai cerita, isi dan sistematika sejarah
ditentukan oleh manusia yang menyusun dan memaparkannya.
Penentuan kejadian masa lalu yang dinilai penting untuk diceritakan
dalam sejarah dilakukan oleh manusia yang menceritakannya. Pada sisi
lain, kemampuan manusia juga terbatas untuk dapat mengungkap atau
merekonstruksi secara utuh peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Oleh
karena itu, manusia memegang peranan yang utama dalam sejarah.
Kenyataan inilah yang menyebabkan penulisan sejarah sering dinilai
bersifat subjektif.
Sejarah tidak sama dengan dongeng, legenda, silsilah, dan kronik.
Dongeng dan legenda, betapa pun populernya, adalah cerita yang tidak
jelas asal-usulnya. Ia merupakan cerita fiktif yang hidup di tengah-tengah
suatu masyarakat. Meskipun dongeng dan legenda disusun dengan baik
dalam suatu rangkaian cerita yang bermakna, namun isinya tidak
berdasarkan peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi. Sementara
itu, silsilah dan kronik hanyalah kumpulan catatan tentang asal-usul
4 Hugiono dan PK. Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), hal. 1.
2
keturunan dan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang disusun secara
kronologis sesuai dengan urut-urutan kejadiannya. Silsilah dan kronik
bersumber dari fakta yang ada, namun tidak disusun dalam suatu sajian
cerita yang bermakna. Sejarah harus didasarkan atas fakta-fakta yang
ada serta disusun dalam suatu rangkaian cerita yang dapat memberikan
pengertian yang utuh dan bermakna tentang peristiwa dan kejadian yang
diceritakan tersebut. Uraian sejarah tidak hanya memuat apa yang
terjadi, tetapi juga kenapa peristiwa itu terjadi serta saling hubungan dan
pengaruhnya terhadap berbagai aspek kehidupan lainnya.
Dari paparan di atas, dapat dipahami kenapa sejarah suatu
masyarakat disajikan dengan isi dan cara yang berbeda-beda oleh para
penulis yang berlainan. Perbedaan itu bisa terjadi pada pilihan peristiwa
yang hendak diceritakan atau pada sistematika dan rangkaian cerita yang
disajikan. Bahkan, kadang-kadang terdapat pertentangan cara pandang
antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya, sejarah Indonesia yang
ditulis oleh orang-orang Belanda belum tentu sama dengan yang ditulis
oleh penulis Indonesia sendiri. Begitu pula, sejarah Indonesia masa orde
lama yang ditulis pada masa orde lama akan berbeda dengan yang ditulis
pada masa orde baru. Berdasarkan kenyataan demikian, seorang
pembaca sejarah harus berhati-hati dan cermat dalam mengikuti cerita
sejarah yang dibacanya. Ia harus bersikap kritis sebab sejarawan akan
bercerita sesuai dengan latar belakang pengetahuan, ideologi, tujuan, dan
riwayat hidupnya masing-masing. Di sinilah, terletak subjektifitas para
sejarawan. Namun, walaupun sejarawan sering dinilai bersifat subjektif,
namun hal itu tidak berarti bahwa semua sajian sejarah mesti subjektif.
Selanjutnya, pengertian kata peradaban dapat dijelaskan sebagai
berikut. Dalam banyak uraian, para penulis menggunakan kata peradaban
dalam pengertian yang sama dengan kata kebudayaan sehingga terdapat
beberapa buku yang isinya hampir sama tetapi judulnya ada yang ditulis
Sejarah Kebudayaan Islam dan ada pula yang ditulis Sejarah Peradaban
Islam. Bahkan, ada pula yang menulis judul buku Sejarah dan Kebudayaan
Islam atau Sejarah dan Peradaban Islam. Sementara itu, tidak sedikit pula
3
penulis yang memakai kedua kata itu dalam pengertian yang berbeda.
Dalam buku ini, kedua ungkapan tersebut dipahami dengan arti yang
berbeda.
Untuk memahami perbedaan antara kebudayaan dan peradaban,
dapat disimak penjelasan Kuntjaraningrat. Baginya, kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya
dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya itu5.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang pernah dihasilkan manusia
yang menguasai planet ini sejak ia muncul di muka bumi sampai
sekarang. Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta budhayah,
bentuk jamak dari kata budhi yang berarti akal. Dengan begitu,
kebudayaan adalah produk manusia sebagai makhluk berakal, baik yang
berbentuk materi maupun yang berbentuk non materi.
Sedangkan kata peradaban dipakai dalam pengertian bagian-
bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah seperti
kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan santun dan sistem pergaulan
yang komplek dalam suatu masyarakat dengan struktur yang komplek.
Sering juga istilah peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan
yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem
kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang maju dan komplek6 Dari
keterangan ini dapat dipahami bahwa peradaban adalah bagian lahir atau
wujud nyata dari kebudayaan. Dengan kata lain, setiap peradaban adalah
kebudayaan, tetapi kebudayaan tidak hanya peradaban. Kebudayaan
memiliki pengertian yang lebih luas dari peradaban. Dalam pengertian ini,
peradaban membicarakan hal-hal yang terkait dengan sistem politik yang
dipakai oleh suatu masyarakat untuk mengatur hidup bernegara,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan kesenian,
serta sistem pengelolaan tata ekonomi dalam suatu masyarakat.
5Lihat Kuntjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia, 1985), hal. 10.
6Ibid., hal. 10.
4
Seiring dengan itu, Kuntjaraningrat mengemukakan lebih jauh
bahwa wujud kebudayaan itu terdiri atas 3 macam, yaitu:
1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya;
2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas kelakuan berpola dari manusia yang ada dalam suatu
masyarakat; dan
3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan dalam bentuk benda-benda
hasil karya dari suatu masyarakat.7
Dari ketiga wujud kebudayaan di atas, hanya dua bentuk yang terakhir
yang masuk dalam lingkup peradaban. Dengan kata lain, Kuntjaraningrat
ingin menegaskan bahwa yang dimaksud peradaban hanyalah wujud
kebudayaan yang kedua dan ketiga, yaitu wujud aktivitas kelakuan
berpola dari manusia di dalam suatu masyarakat dan wujud benda-benda
hasil karya dari suatu masyarakat.
Sebagian penulis membedakan secara tegas antara kebudayaan
dan peradaban dengan menyatakan bahwa kebudayaan adalah apa yang
kita rindukan. Dalam pengertian ini, kebudayaan bersifat ideal dan
abstrak. Sementara itu, peradaban adalah apa yang kita gunakan yaitu
sesuatu yang bersifat praktis dan lebih nyata. Kebudayaan terefleksi
dalam seni, sastra, religi, dan moral. Sedangkan, peradaban terefleksi
dalam politik, ekonomi, dan teknologi.8 Pengertian seperti inilah,
tampaknya, yang menyebabkan kata kebudayaan dipakai untuk
menunjuk hal-hal yang berkaitan dengan kesenian dalam berbagai
bentuknya serta upacara-upacara adat yang tumbuh dalam suatu
masyarakat.
Bila kata-kata tersebut (kebudayaan dan peradaban) dikaitkan
dengan Islam, perlu ditegaskan bahwa Islam bukanlah bagian dari
keduanya, melainkan sebagai landasan tempat tumbuh dan tegaknya
kebudayaan dan peradaban yang ditimbulkan oleh para pemeluknya.
7Ibid., hal. 5.8Ibid.
5
Islam sebagaimana dipahami penganutnya adalah landasan atau sumber
inspirasi dari kebudayaan umat Islam. Islam adalah agama wahyu yang
diturunkan oleh Allah swt. melalui perantaraan Rasul-Nya sebagai
pedoman hidup bagi manusia agar manusia dapat menjalani hidupnya
sesuai dengan rencana Allah. Islam adalah ajaran yang bersumber pada
al-Quran dan al-Sunnah al-Nabawiyah. Dalam Islam, yang masuk
kebudayaan adalah keberagamaan seseorang, bukan agama Islam yang
bersumber pada al-Quran dan al-Sunnah.
Peradaban Islam ialah manifestasi dari kebudayaan umat Islam
dalam berbagai aspek kehidupannya. Islam sebagaimana diwahyukan
bukanlah kebudayaan karena ia bukan gagasan atau ide yang timbul dari
manusia, melainkan petunjuk yang diberikan oleh Allah melalui utusan-
Nya. Yang termasuk Islam dalam pengertian ini adalah teks al-Quran dan
sunnah Rasul-Nya. Islam dalam pengertian inilah yang menjadi dasar dan
sumber ide dan gagasan umat Islam dalam membangun kebudayaan.
Selama ide dan gagasan itu tidak merupakan ketetapan langsung dari al-
Quran dan/atau sabda Rasul, maka ia merupakan produk ijtihad atau
pemahaman umat Islam yang tentu saja telah melibatkan manusia yang
melakukan ijtihad itu. Dalam pengertian ini, yang merupakan kebudayaan
umat Islam adalah hal-hal yang tertuang dalam kajian filsafat, fikih dan
ilmu kalam. Sementara itu, peradaban adalah prilaku, adat-istiadat, dan
institusi-institusi yang dibangun umat Islam bukan atas ketetapan
langsung dari al-Quran dan al-Sunnah, melainkan atas dasar kreatifitas
umat Islam sendiri sesuai dengan keberagamaan masing-masing.
Dinamika keberagamaan umat Islam inilah yang menyebabkan peradaban
Islam juga bersifat dinamis, mengalami pasang surut.
Berdasar pengertian ini, bahasan mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam tidak mencakup kajian tentang Ilmu Kalam, Fikih/Ushul Fikih,
Filsafat, dan lain-lain. Mata kuliah ini hanya membahas hal-hal yang
terkait dengan pola kehidupan politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan,
teknologi, serta kesenian yang telah berhasil dikembangkan oleh umat
6
Islam di berbagai kawasan sepanjang sejarah Islam mulai sejak masa Nabi
sampai pada masa-masa sekarang ini.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Sejarah Peradaban
Islam adalah suatu disiplin ilmu yang membahas perkembangan
kehidupan politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
kesenian umat Islam di berbagai kawasan konsentrasi umat Islam dalam
rentangan waktu sejak masa Nabi Muhammad saw sampai dengan masa-
masa sekarang ini.
B. Ruang Lingkup Kajian Sejarah Peradaban Islam
Bertolak dari pemahaman seperti dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa ruang lingkup pembahasan Sejarah Peradaban Islam
mencakup realisasi dari berbagai gagasan dan ide sebagai
pengejawantahan ajaran Islam oleh umatnya dalam berbagai lapangan
kehidupan sosial, seperti politik, ekonomi, pengetahuan dan teknologi,
serta kesenian.
Mata kuliah ini diberi nama Sejarah Peradaban Islam karena
sasaran yang hendak dituju adalah pembahasan tentang perkembangan
kehidupan politik, ekonomi, pengetahuan dan teknologi, serta kesenian
yang pernah dijalani dan dikembangkan oleh umat Islam. Mata kuliah ini
membahas bagaimana umat Islam menata kehidupan politik, mengelola
kehidupan ekonomi, mengembangkan pengetahuan dan teknologi, serta
kesenian dalam upaya mereka mengejawantahkan ajaran Islam untuk
meresponi berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan nyata.
Mata kuliah ini tidak memusatkan perhatian pada aspek ide atau gagasan
seperti yang dibahas dalam teologi dan fikih. Ia lebih difokuskan pada
realitas yang wujud sebagai manifestasi dari ide dan gagasan tersebut.
Agaknya, nama mata kuliah tidak perlu ditulis dengan Sejarah dan
Peradaban Islam karena fokusnya hanya satu, yaitu sejarah atau cerita
tentang berbagai hal yang terkait dengan peradaban umat Islam.
Dengan demikian, dalam mata kuliah ini akan dibahas hal-hal yang
berhubungan dengan:
7
1) Sistem politik yang dipakai umat Islam untuk mengatur kehidupan
sosial sejak masa-masa awal pertumbuhannya sampai masa
kontemporer. Dalam hal ini, pembahasannya tertuju pada pengaturan
kehidupan kenegaraan yang pernah dikuasai dan dikendalikan oleh
umat Islam. Persoalannya, bagaimana tokoh-tokoh dan pemimpin
Muslim mengatur kehidupan bernegara dalam setiap negara yang
pernah muncul dalam sejarah Islam.
2) Sistem ekonomi yang dijalankan oleh umat Islam, khsususnya ekonomi
masyarakat. Dalam hal ini, pembicaraannya terpusat pada sumber-
sumber ekonomi yang ada serta tata cara pengelolaannya sehingga ia
dapat mendukung pengembangan kehidupan sosial kenegaraan pada
masanya masing-masing.
3) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai jenis
kesenian yang pernah dilakukan umat Islam dalam setiap kelompok
masyarakat dan negara Islam untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
ideal yang dicita-citakan.
Dalam pembahasan semua hal ini, tentu saja, perlu diperhatikan
latar belakang, langkah-langkah pengembangan, dan tingkat pencapaian
masing-masing aspek serta dampak dan pengaruhnya, baik yang positif
maupun yang negatif, terhadap kehidupan umat Islam khususnya dan
kehidupan umat manusia umumnya. Dengan kata lain, pembahasan ini
mencoba untuk mengedepankan usaha dan peranan umat Islam dalam
membina dan mengembangkan peradaban umat manusia sebagai
pengejawantahan ajaran Islam di berbagai kawasan dan pada setiap
periode masa yang dilalui.
Pembahasan Sejarah Peradaban Islam dapat mengacu pada tema-
tema tertentu, seperti sejarah politik, ekonomi, kesenian, dan lain-lain.
Pembahasan seperti ini disebut kajian tematis tentang sejarah peradaban
Islam. Di samping itu, pembahasan dapat pula mengacu pada kawasan
atau tahapan waktu tertentu. Pembahasan Sejarah Peradaban Islam yang
mengacu pada lingkungan masing-masing daerah atau kawasan dikenal
dengan studi kawasan tentang sejarah Islam. Sementara itu, pembahasan
8
berkenaan tahapan waktu mengundang kajian tentang periodesasi
sejarah Islam, seperti masa Nabi, Khulafa` Rasyidin, Bani Umayyah, dan
lain-lain.
Secara tradisional, kawasan yang menjadi tempat tumbuh dan
berkembangnya peradaban Islam terbentang dari Semenanjung Iberia
(Spanyol) di sebelah Barat sampai ke Papua (Indonesia) di sebelah Timur.
Secara garis besar wilayah ini dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
daerah budaya: Jazirah Arab, Afrika Utara, Spanyol (Eropa Barat), Eropa
Timur, Asia Kecil, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan lain-lain.
Namun, dalam perkembangan moderen, kajian tentang Islam telah
mencakup seluruh pelosok dunia, termasuk Amerika Utara, Amerika
Selatan, dan Australia.
Sementara rentangan waktu yang menjadi objek kajian Sejarah
Peradaban Islam bermula dari masa Nabi sampai sekarang ini. Rentangan
waktu yang demikian panjang dapat dibagi-bagi menjadi beberapa
tahap/periode. Beberapa cara pentahapan sejarah Islam dapat dibuat
seperti terlihat pada uraian berikut.
C. Periodesasi Sejarah Umat Islam
Sejarah peradaban Islam telah berlangsung dalam rentangan waktu
yang lebih dari 14 abad (tahun 11 sH - 1424 H/610 – 2003 M). Selama
masa ini, telah terjadi berbagai peristiwa dan kejadian yang perlu dan
menarik untuk dibahas. Untuk memudahkan pembahasan sejarah
peradaban Islam yang sudah berlangsung demikian lama, rentangan
waktu tersebut perlu dibagi menjadi beberapa tahap atau periode sejarah.
Periodesasi merupakan upaya untuk membagi-bagi sejarah ke dalam
beberapa periode atau tahapan waktu.
Berbagai cara telah dilakukan para penulis untuk membuat
periodesasi sejarah Islam. Masing-masing tentu didasarkan atas kriteria
tertentu yang dijadikan landasan oleh penyusunnya. Hanya saja, perlu
diingatkan bahwa yang penting dalam penetapan periodesasi ini ialah
pemahaman dan kejelasan tentang:
9
1) Tonggak-tonggak sejarah yang menjadi titik awal dan titik akhir suatu
periode, yaitu peristiwa atau kejadian yang dipandang sebagai
moment yang melahirkan perubahan dari suatu periode ke periode
berikutnya. Misalnya penghancuran kota Bagdad oleh pasukan Hulagu
Khan dipandang sebagai titik akhir periode Klasik dan titik awal
periode Pertengahan karena kondisi umat Islam sebelum dan sesudah
peristiwa itu mengalami perubahan yang cukup berarti.
2) Kekhususan masing-masing periode dalam berbagai aspek dan tingkat
perkembangan. Misalnya, suatu periode ditandai dengan kemajuan
dalam bidang pemerintahan atau kemunduran dalam bidang ekonomi,
dan lain-lain.
Sehubungan dengan itu, berbagai cara untuk menyusun periode
sejarah peradaban Islam dapat dilakukan. Hal itu ditentukan oleh sudut
pandang serta acuan yang dipakai masing-masing penulis. Misalnya,
periodesasi dengan mengacu pada masa-masa kekuasaan dari setiap
negara yang pernah dibangun dan dipandang sebagai pimpinan umat
Islam. Berdasarkan acuan ini, periodesasi sejarah Islam dapat disusun
sebagai berikut:
i. Masa Nabi Muhammad saw. (610 - 632 M)
ii. Masa Khulafa` Rasyidin (632 - 661 M)
iii. Masa Pemerintahan Bani Umayyah (661 - 750 M)
iv. Masa Pemerintahan Bani Abbas (750 - 1258 M)
v. Masa Kekuasaan Dinasti Mamluk (1260 - 1517 M)
vi. Masa Kekuasaan Turki Usmani (1517 - 1924 M)
vii. Masa Negara-negara Nasional (1924 - sekarang).9
Sementara itu, sebagian penulis membagi sejarah Islam menjadi
tiga periode besar, yaitu Periode Klasik (650 - 1250 M), Pertengahan
9Pembagian ini tidak sepenuhnya didasarkan atas masa pemerintahan dari masing-masing negara, khususnya Masa Kekuasaan Turki Usmani. Negara ini didirikan sejak tahun 1299 M. Akan tetapi, negara yang dipandang sebagai pemimpin dunia Islam ketika itu adalah Dinasti Mamluk. Pemerintah Turki Usmani mengambil alih kekuasaan tersebut sejak mereka berhasil mengalahkan Dinasti Mamluk pada tahun 1517M.
10
(1250 -1800 M), dan Moderen (1800 s/d sekarang).10 Pembabakan ini
bersifat sangat umum, dan tampaknya didasarkan atas penilaian
terhadap gejala umum dari sifat perkembangan dan kondisi yang dihadapi
umat Islam pada masing-masing periode. Masing-masing babak dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Periode Klasik bermula dari kedatangan Islam (610 M) sampai jatuhnya
kota Bagdad ke tangan pasukan Mongol (1258 M). Titik awal periode
ini adalah kedatangan agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad
saw, dan titik akhirnya adalah kehancuran kota Bagdad. Kedua
peristiwa ini dinilai telah membawa pengaruh yang sangat luas bagi
perkembangan masyarakat pada masa-masa sebelum dan
sesudahnya. Sementara itu, kekhususan periode ini terletak pada
kemajuan yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang seperti
politik, ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun,
secara politis, periode ini dibagi lagi menjadi dua tahap, yaitu periode
Kemajuan I (610 - awal abad ke10 M) dan periode Disintegrasi (awal
abad ke-10 s/d 1258 M). Pada awal abad ke-10 M, muncul tiga
kerajaan Islam yang sama-sama mengaku sebagai khilafah. Ketiga
kerajaan itu adalah Dinasti Fathimiah di Mesir (diproklamirkan sebagai
khilafah Islamiah pada tahun 909 M), Dinasti Bani Umayyah di Spanyol
(sejak tahun 929 M), dan Dinasti Bani Abbas di Bagdad, yang sudah
berkuasa sejak tahun 750 M. Kehadiran ketiga negara ini menunjukkan
kepemimpinan umat Islam telah terpecah ke dalam tiga kekuasaan.
Oleh karena itu, sejak abad ke-10 dan seterusnya disebut sebagai
periode Disintegrasi (Perpecahan).
2) Periode Pertengahan bermula dari kejatuhan kota Bagdad sampai
timbulnya gerakan pembaharuan di Mesir pada tahun 1800 M. Secara
keseluruhan, periode ini dinilai sebagai masa-masa kemunduran umat
Islam, khususnya dalam rentangan waktu antara tahun 1258 - 1500 M
10Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, tahun 1985), Jilid I, hal. 56. Dalam pembabakan ini, Harun Nasution melakukan pembulatan dalam pemakaian tahun-tahun yang digunakan. Untuk persisnya dapat dilihat uraian lebih lanjut.
11
dan tahun 1700 - 1800 M. Oleh karena itu, kedua tahapan waktu ini
dikenal sebagai periode Kemunduran I dan II. Di antara kedua periode
ini, terdapat masa kemajuan yang disebut periode Kemajuan II, yaitu
antara tahun 1500 - 1700 M. Masa ini disebut juga masa Kemajuan di
Zaman Tiga Kerajaan Besar (Turki Usmani, Mughal, dan Shafawi)
karena sepanjang masa ini, ketiga kerajaan itu berhasil mewujudkan
kemajuan, terutama di bidang politik dan militer.
3) Periode Moderen bermula dari gerakan pembaharuan yang
dikembang-kan di Mesir sejak pemerintahan Muhammad Ali
melakukan berbagai langkah untuk memajukan kembali umat Islam,
yaitu setelah umat Islam menyadari ketertinggalannya dibanding
bangsa-bangsa Eropa, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Gerakan pembaharuan di Mesir dipandang sebagai titik awal
zaman Moderen karena pengaruhnya yang cukup luas dan berkesan
bagi perkembangan dunia Islam pada masa-masa sesudahnya. Periode
ini ditandai dengan timbulnya berbagai usaha untuk memajukan
kembali umat Islam dalam berbagai lapangan kehidupan.
D. Urgensi Sejarah dalam Kajian Islam
Penuturan sejarah oleh seseorang atau suatu masyarakat bukanlah
suatu perbuatan yang tanpa tujuan. Ia dilakukan untuk tujuan tertentu.
Pekerjaan ini bukanlah sekedar bernostalgia dengan menyebut-nyebut
dan mengingat masa lalu yang cemerlang atau yang gelap. Meskipun,
sejarah berbicara tentang masa lalu, namun tujuan utamanya adalah
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Justru itu, tidak semua
kejadian mesti diungkap dan diceritakan, melainkan kejadian-kejadian
yang dipilih yang dipandang bermanfaat bagi penataan masa-masa
sekarang dan yang akan datang.
Banyak bukti empirik yang menunjukkan bahwa penuturan
berbagai aspek kehidupan yang dialami oleh suatu bangsa di masa
lampau mempe-ngaruhi tingkah laku dan pola tindak seseorang atau
suatu masyarakat. Pembicaraan masa lalu sering membentuk sikap untuk
12
menghadapi berbagai persoalan kontemporer. Dalam konteks Islam,
banyak ayat al-Quran yang mendorong untuk merenungkan dan
memahami masa lampau untuk menatap masa depan. Perhatikan antara
lain ayat-ayat berikut:
من الZZذين عاقبZZة كZZان كيف فينظروا فىاألرض يسيروا أولم أكZثر وعمروهZا األرض وأثZZاروا قZZوة منهم أشZد كانوا قبلهم اللZZه كZZان فمZZا بالبينZZات رسZZلهم وجZZاءتهم عمروهZZا ممZZا
)9 (الروم يظلمون أنفسهم كانوا ولكن ليظلمهم
Artinya: Tidakkah mereka melakukan pengembaraan di muka bumi, lalu memperhatikan nasib yang dialami orang-orang terdahulu dari mereka. Padahal, orang-orang terdahulu itu jauh lebih kuat dari mereka dan telah meninggalkan pengaruh dan menciptakan kemakmuran lebih dari yang mereka lakukan. Kemudian, datang kepada mereka para Rasul dengan petunjuk yang dibawanya. Ingatlah! jika mereka itu akhirnya hancur berantakan, itu bukanlah karena Allah menganiaya mereka, melainkan mereka sendiri yang berlaku aniaya terhadap dirinya.
كZZانوا الذين عاقبة كان كيف فينظروا فىاألرض يسيروا أولم ذهمخZZفأ فىاألرض وأثارا قوة منهم أشد هم كانوا قبلهم من)21 (المؤمن واق من الله من لهم وماكان بذنوبهم الله
Artinya: Apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhati-kan betapa kesudahan orang-orang sebelum mereka. Orang-orang dahulu itu jauh lebih kuat dan berpengaruh dibanding mereka. Namun, mereka diazab Allah karena dosa-dosa yang mereka perbuat. Ingatlah! bahwa mereka yang kuat dan berpengaruh itu pun tidak dapat membela dirinya dari azab Allah.
Ayat-ayat yang senada dengan kedua ayat ini banyak terdapat di
dalam al-Quran. Semuanya memberikan dorongan kepada umat Muham-
mad untuk memperhatikan sejarah umat sebelumnya, yaitu berbagai
kelompok masyarakat yang tidak mengindahkan petunjuk Allah dalam
menata kehidupan pribadi dan sosialnya. Meskipun mereka memiliki fisik
yang kuat serta hebat dalam berbagai lapangan kehidupan, namun
kemudian lupa diri dan melanggar ketentuan Allah, maka pada akhirnya
mereka hancur berantakan.
13
Pada hakikatnya, sejarah adalah upaya untuk memahami sunnah
Allah, khususnya, yang berlaku dalam kehidupan sosial. Kajian sejarah
mengajarkan kepada manusia tentang prinsip-prinsip penataan kehidupan
sosial yang baik serta memberitahukan hal-hal yang dapat menghancur-
kannya. Sering dikatakan bahwa sejarah senantiasa berulang sehingga
dengan mempelajari sejarah, kita dapat memahami hukum-hukum dan
ketentuan Allah yang senantiasa berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Mereka yang memahami sejarah dengan cermat, niscaya akan menyadari
adanya sunnatullah yang abadi sebagaimana dinyatakan ayat seperti:
) 30 (الروم تبديال الله لسنة تجد فلن
Artinya: Kamu tidak akan mendapatkan pengganti/perubahan bagi sunnatullah.
Dengan demikian, kajian Sejarah Peradaban Islam ini diharapkan
dapat memberikan gambaran kepada generasi muda Islam tentang:
1. Berbagai usaha dan aktivitas yang telah dilakukan oleh umat Islam
terdahulu dalam merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan nyata
beserta berbagai kejadian yang ditimbulkannya, dan
2. Berbagai problema dan kendala yang dihadapi oleh umat Islam dalam
mewujudkan ajaran Islam yang ideal, serta
3. Hasil dan pengaruh dari masing-masing usaha, aktivitas, dan kejadian
yang terjadi.
Pemahaman tersebut pada akhirnya diharapkan dapat memberikan bahan
pertimbangan bagi umat Islam dalam menyikapi berbagai tantangan dan
problem yang sedang dihadapi serta untuk merancang masa depan yang
lebih baik. Al-Quran menegaskan: Hendaklah setiap individu memperhati-
kan masa-masa silamnya untuk kepentingan masa depannya. (QS; 59:18).
Untuk mencapai sasaran ini, kajian sejarah peradaban Islam harus
dilakukan dengan senantiasa memelihara sikap-sikap objektif dan penuh
tanggung jawab. Kajian sejarah hendaknya jangan melahirkan rasa
bangga dan sikap sombong yang berlebihan, tetapi juga jangan
menimbulkan kesan yang penuh menyeramkan.
14
Sedangkan kajian khusus tentang sejarah hidup Rasul Allah, pada
hakikatnya, adalah pemahaman terhadap al-Sunnah yang menjadi dasar
kedua dari ajaran Islam. Ia berisi penjelasan bagi wahyu (al-Quran) yang
dibawa Nabi, terutama penjelasan dalam bentuk perbuatan dan tindakan
sebagai penerapan ajaran al-Quran itu sendiri. Berbagai ajaran yang
dibawa al-Quran tidak dapat dipahami secara benar tanpa pemahaman
yang baik mengenai al-Sunnah.
15