Post on 12-Jul-2019
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SDN 1 Telaga merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, yang dipimpin oleh Ibu. Marni
Yadjitala, A.Ma.Pd. Sebelumnya nama SDN I Telaga Kabupaten Gorontalo ini
adalah SDN I Bulila. Sekolah ini berdiri pada tahun 1928 yang memiliki
bangunan darurat pada masanya.
a. Keadaan Guru
SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo memiliki 11 tenaga Pendidik / guru.
Dan 1 orang tenaga administrasi. Namun dari beberapa tenaga pendidik / guru di
atas hanya 10 orang PNS dan 2 orang lainya adalah tenaga honor. Dari masing-
masing orang sudah dibagi berdasarkan keahlian masing-masing seperti tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Daftar Keadaan Guru SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo
No Nama Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Marni Yadjitala A.Ma.Pd
Hadidjah Ahmad, S.Pd
Saripa Akuba, A.Ma.Pd
Ramli A. Ahbabuna, S.Pd
Maryam Inaku, A.Ma.Pd
Rusmiati Suai
Aminah Rahman
Martin Tomayahu, S.Pd
Rita Ilahude, S.Pd
Wisda Ibrahim, S.Pdi
Syafril Dangkau, S.Pd
Astuty Laiya
Kepala Sekolah
Guru Kelas VI
Guru Kelas V
Guru Kelas IV
Guru Kelas III
Guru Kelas IIA
Guru Kelas IIB
Guru Kelas IA
Guru Kelas IB
Guru Mata Pelajaran
Guru Mata Pelajaran
Administrasi
b. Keadaan Siswa
Jumlah siswa di SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo setiap periode tidak
tetap, hal ini disebabkan oleh siswa yang pindah dari sekolah lain maupun siswa
yang pindah dari sekolah itu sendiri. Selain itu, diperoleh data bahwa jumlah
siswa di SD 1 Telaga Kabupaten Gorontalo yang terdaftar pada tahun ajaran
2012/2013 berjumlah 174 siswa. Adapun jumlah siswa kelas IV yang menjadi
sampel penelitian ini berjumlah 24 siswa seperti yang ada pada table dibawah ini.
Table 2. Daftar Keadaan Siswa kelas IV SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo
No Nama Siswa Jenis Kelamin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Abd Rahman Lamusu
Ismail Ahmad
Suaib Abdul
Jein malinggolor
Rahmat Yudistira Mohi
Faiz Fauzan Ramidi
Moh. Ichsan Maliki
Moh. Aditiya otta
Moh. Akhirudin Susanto
Wahyumi Ishak
Mario Basiru
Yeyen tangoi
Irvan Mustapa
Tri Agnes Anggraini Samsudin
Nurhayati Manto
Risti Dayanti Halanggi
Nadia Indah Pertiwi
Febiola Yusuf
Febrina Syarif
Anisa Bagoe
Dwi Andra V Putri Mulyadi
Fidya Liputo
Putri Mahmud
Rosiful Hasan
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
c. Keadaan Sekolah
1) Keadaan Fisik Sekolah
a) Luas Tanah : 1660 m2
b) Jumlah ruang kelas : 8 buah
c) Ukuran Ruang Kelas : 56 m2
Bangunan lain yang ada :
a) Musholah : 36 m2
b) Ruang dewan Guru : 56 m2
c) Ruang Kepala Sekolah : 28 m2
d) Ruang perpustakaan : 56 m2
e) Lapangan olahraga (semua jenis olahraga) : 180 m2
f) WC guru dan siswa : 5 m2
2) Keadaan Lingkungan Sekolah
1. Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah :
Pada bagian depan sekolah terdapat tempat ibadah berupa musholah dan
taman sekolah, di bagian samping kiri dan kanan sekolah terdapat bangunan
rumah-rumah penduduk sekitar, dan pada bagian belakang sekolah terdapat kantin
dan beberapa perumahan untuk pegawai.
2. Kondisi lingkungan sekolah
Sesuai dengan wawancara peneliti dengan kepala sekolah dan mengamati
sekolah tersebut, untuk kondisi sekolah mendukung untuk proses belajar
mengajar, meski pada beberapa bangunan sekolah merupakan bangunan tua atau
telah lama berdiri,sehingga kelihatan rusak seperti atap, dinding, dan pagar
sekolah.
3) Fasilitas sekolah
a. Perpustakaan : bangunan baik, Luasnya 56 m2
b. Ruang dewan guru : bangunan baik, Luasnya 56 m2
c. Buku-buku mata pelajaran : disediakan sesuai jumlah siswa.
d. Meja dan bangku sekolah : tidak sedikit juga yang mengalami
kerusakan karena sering digunakan.
4) Guru dan siswa
1. Jumlah guru : 10 orang
2. Jumlah kelas : 8 kelas
3. Jumlah siswa per kelas : rata-rata 15-30 orang setiap kelas
4. Jumlah siswa seluruhnya : 174 orang
4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Dalam proses pelaksanaan penelitian kualitatif ini dilakukan untuk melihat
apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran PKn di kelas IV SDN I Telaga Kabupaten Gorontalo tahun ajaran
2012/2013.
Proses pengumpulan data dimulai pada hari Rabu tanggal 15 Mei tahun
2013, dengan terlebih dahulu peneliti melakukan wawancara kepada siswa-siswa
kelas IV SDN I Telaga, Kabupaten Gorontalo untuk mengetahui secara langsung
bagaimana motivasi siswa didalam menerima materi dari guru khususnya mata
pelajaran PKn. dalam wawancara pertama peneliti tidak mendapatkan masalah
yang menjadi tolok ukur untuk melakukan penelitian tentang motivasi siswa
didalam menerima materi PKn.
Kemudian pada hari Kamis tanggal 16 Mei tahun 2013 merupakan
kunjungan yang kedua dimana peneliti melakukan wawancara kepada guru wali
kelas IV SDN I Telaga, Kabupaten Gorontalo.
Karena peneliti merasa kurang mendapat masalah dengan jawaban hasil
wawancara siswa yang dilakukan didalam kelas, dimana siswa merasa takut
mengungkapkan bagaimana yang sebenarnya yang terjadi didalam proses belajar
mengajar di kelas, maka peneliti mengambil inisiatif melakukan wawancara ulang
tapi kali peneliti melakukan wawancara kepada siswa dengan datang langsung ke
rumah siswa yang diwawancarai. Hal ini dilakukan dua hari berturut yaitu hari
Selasa dan hari Rabu yakni tanggal 21-22 Mei Tahun 2013.
Namun data yang didapat masih kurang, sehingga peneliti melakukan
wawancara kembali. Kali ini dengan kepala sekolah yakni pada tanggal 11 Juni
2013. Kemudian pada tanggal 12 Juni peneliti datang ke rumah siswa melakukan
wawancara kembali.
Untuk lebih lengkapnya data, peneliti juga melakukan wawancara dengan
orang tua siswa pada tanggal 6 Juli 2013.
Berdasarkan dari hasil wawancara wali kelas, kepala sekolah, orang tua
siswa, dan siswa kelas IV SDN I Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun Ajaran
2012/2013, didapat hasil analisis data sebagai berikut:
1. Temuan Umum
Secara umum peneliti menemukan gambaran umum yang terjadi didalam
proses belajar mengajar. Dalam hal ini proses pembelajaran masih kurang. Guru
menggunakan metode yang kurang relevan dengan mata pelajaran PKn. Penyajian
materi cenderung berlangsung dalam bentuk komunikasi satu arah, yakni guru
berceramah dan siswa mendengarkan. Kemudian diakhiri dengan pemberian tugas
dan evaluasi. Keterlibatan yang diberikan guru pada siswa dalam proses
pembelajaran pun hanya diberikan tugas. Sehingga masalah yang dihadapai guru
dalam proses pembelajaran selama ini yakni siswa merasa bahwa tugas yang
diberikan merupakan suatu beban bagi mereka. Ini berarti kualitas partisipasi
siswa dalam belajar masih rendah.
Dalam menghadapi masalah tersebut guru hanya mengambil tindakan
mengundang orang tua siswa. Begitu juga dalam menghadapi siswa yang
mengalami kesulitan belajar, hanya dibebankan pada orang tua dan guru
pembimbing. Seorang guru yang baik seharusnya dapat memahami situasi dan
kondisi siswa. Guru harus melakukan inovasi atau perubahan terhadap
pelaksanaan pembelajaran yakni dengan menggunakan strategi pembelajaran yang
dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Inovasi yang dilakukan guru selama
ini juga tidak maksimal. Guru hanya mengulang materi yang tidak dimengerti.
Dalam hal ini inovasi yang dilakukan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Hal ini
dapat menyebabkan motivasi belajar siswa mempelajari materi-materi PKn sukar
untuk dibangkitkan.
Terkait dengan uraian diatas Khairusy (2004, http://vicray.wordpress.com
diakses tanggal 2 Juni) mengungkapkan bahwa guru yang kreatif lebih mampu
menemukan inovasi-inovasi untuk mengendalikan proses pembelajaran yakni
menciptakan sesuatu yang baru, baru dalam artikata memang benda yang baru,
ataupun memperbaharui objek yang lama, merupakan sebuah hasil kerja keras dari
guru-guru yang kreatif. Guru yang mampu berinovasi akan mampu menciptakan
sesuatu yang baru dalam pengajarannya. Siswa akan lebih tertarik dan tidak
jenuh dengan bentuk pengajaran yang inovatif atau tidak monoton. Hal ini dapat
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
2. Temuan Khusus
Temuan khusus yang didapat oleh peneliti dari wawancara yang dilakukan
kepada siswa kelas IV SDN I Telaga Kabupaten Gorontalo pada wawancara yang
pertama dimana peneliti merasa kurang puas dengan hasil wawancara yang
dilakukan di dalam kelas, karena siswa merasa takut mengatakan yang sebenarnya
apa yang mereka rasakan didalam proses belajar mengajar dikelas, hal ini yang
mendorong peneliti melakukan wawancara kembali tapi wawancara kali ini
dilakukan dirumah siswa masing-masing dan hasilnya pun tidak seperti yang
mereka katakan sewaktu di dalam kelas.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa, peneliti
menemukan dari beberapa responden yang diwawancarai, semua siswa tidak
menyukai cara mengajar guru. Sesuai pendapat yang diungkapkan dari masing-
masing responden selaku siswa didapat bahwa hal ini disebabkan karena guru
terlalu bersikap keras terhadap siswa, sehingga siswa merasa takut. Selain itu,
guru saat mengajar suaranya terlalu keras, penjelasan materi hanya sedikit
langsung diberi tugas, cara mencatat guru dipapan tulis tidak jelas tulisannya,
belum mengerti langsung diberi tugas, siswa merasa tidak senang dengan tugas
yang diberikan karena terlalu banyak, belajar tidak terlalu serius guru sering
keluar kelas, proses pembelajaran biasa saja tidak menyenangkan, dan kadang
belajar hanya mencatat materi.
Peneliti juga menemukan dari beberapa responden yakni siswa yang
diwawancarai, semua mengatakan bahwa guru mengajar tidak pernah
menggunakan media pembelajaran. Kemudian strategi pembelajaran yang
dilakukan guru hanya menjelaskan lalu diberi tugas. Guru tidak pernah
menggunakan model-model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan tidak
menyenangkan, serta tugas yang diberikan merupakan suatu beban bagi siswa.
Sedangkan dalam proses pembelajaran PKn memerlukan keterlibatan siswa secara
aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis agar proses
pembelajaran tersebut dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Dari beberapa responden yang diwawancarai pun mengatakan bahwa
pembelajaran yang mereka inginkan itu seperti diskusi dan bermain game yang
berhubungan dengan pembelajaran. Selain itu mereka akan tertarik jika
pembelajaran yang dilakukan menggunakan media pembelajaran sebab dengan
adanya media pemebelajaran siswa mudah mengerti dengan penjelasan yang
diberikan. Namun guru tidak pernah menerapkan pembelajaran seperti itu.
Hal ini menjadikan siswa kurang bersemangat dalam belajar, dengan kata
lain siswa kurang termotivasi dalam belajar. Ini ditandai dengan sikap negatif,
seperti tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, di dalam kelas hanya diam
mendengarkan penjelasan guru atau berperan sebagai pengikut saja, kadang saat
belajar hanya bermain karena siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang
dilakukan guru, jika ada yang tidak mengerti tidak mau memberikan pertanyaan
karena takut.
Kemudian peneliti juga menemukan bahwa yang mempengaruhi
kurangnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn ini karena dengan
jadwal pembelajaran PKn setelah istirahat siswa tidak semangat lagi menerima
pelajaran. Sebab keadaan siswa yang sudah lelah dan berkeringat sehabis bermain.
Selain itu, dipengaruhi juga dengan kondisi kelas yang ribut, kotor, dan panas.
Sehingga siswa tidak bersemangat menerima pelajaran.
Ada juga faktor ektern lain yakni faktor dari keluarga. Faktor yang
dimaksud adalah faktor keadaan ekonomi yang kurang mampu yaitu kurang
terpenuhinya kebutuhan fasilitas belajar siswa. Sehingga dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa.
4.2 Hasil Pembahasan
Berdasarkan penelitian deskriptif ini peneliti menemukan beberapa temuan
umum dan temuan khusus, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo,
ada faktor internal (faktor dari dalam diri anak) dan ada juga faktor eksternal
(faktor dari luar).
4.2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar siswa Pada
Mata Pelajaran PKn di SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo
Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan
atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Motivasi dan
belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar
memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang
dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi juga mempunyai energi
yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dalam hal ini ada beberapa
faktor yang mempengaruhi belajar. Dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar kita bisa dapat mengetahui juga faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar siswa.
Menurut Sadirman (2004 : 89) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
ada dua. Yang pertama, motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Kedua, motivasi
ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada rangsangan
dari luar.
Hal yang sama juga terjadi dalam belajar, menurut Slameto (2010: 54-71)
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada dua yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern (faktor dari dalam diri anak) seperti faktor
jasmaniah, fshikologis, dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern (faktor dari luar)
seperti faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Dengan temuan umum dan temuan khusus yang didapat dari hasil
wawancara kepala skolah, guru dan siswa SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo,
yang akan dibahas dari faktor-faktor motivasi belajar siswa tersebut antara lain:
1. Faktor Intern
a. Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Keadaan
jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan
jasmani sangat mempengaruhi proses belajar.
Dalam wawancara dengan salah satu responden yakni siswa (Febrina)
mengatakan bahwa Ia tidak semangat belajar disebabkan karena keadaan
kondisinya yang sakit (wawancara : 21 Mei 2013). Hal ini dapat menurunkan
motivasi belajar siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Dimyanti dan Mudjiono
(2009: 97) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa
adalah keadaan siswa itu sendiri. Apabila kondisi stabil dan sehat maka motivasi
siswa akan bertambah dan prestasinya akan meningkat.
Apabila seseorang sakit, jangankan belajar, makan pun terasa malas maka
dari itu faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Dengan keadaan fisik yang sehat kita akan semangat belajar.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis seperti intelegensi, minat dan motivasi, perhatian, bakat
dan sikap.
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan
proses belajarnya. Menurut Syah(2003, http://seputarkampusorange.blogspot.com)
sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam wawancara dengan beberapa
responden yakni siswa, peneliti menemukan bahwa siswa kurang termotivasi
dalam belajar. Ini ditandai dengan sikap negatif, seperti tidak aktif dalam
pembelajaran berlangsung, di dalam kelas hanya diam mendengarkan penjelasan
guru atau berperan sebagai pengikut saja, kadang saat belajar hanya bermain
karena siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan guru, jika ada
yang tidak mengerti tidak mau memberikan pertanyaan karena takut (wawancara:
12 Juni 2013).
Seperti kita ketahui sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh
perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif
dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan
bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang
empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan
pelajaranyang dimampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa
dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan
siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
c. Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kondisi
fisik dalam keadaan lelah, umumnya motivasi belajar seseorang akan menurun.
Sebaliknya jika kondisi fisik berada dalam keadaan bugar dan segar, motivasi
belajar bisa meningkat.
Seperti halnya yang ditemukan peneliti pada siswa kelas IV SDN 1 Telaga
bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa ada juga dipengaruhi
dari faktor kelelahan. Dengan jadwal pembelajaran PKn setelah jam istrahat,
siswa merasa lelah, berkeringat, dan gerah. Sehingga pada saat proses
pembelajaran siswa tidak semangat lagi menerima pelajaran (wawancara: 12 Juni
2013).
Sangatlah jelas dan sering dirasakan oleh siapapun jika kondisi fisik dalam
keadaan lelah, umumnya motivasi belajar seseorang akan menurun. Sebaliknya
jika kondisi fisik berada dalam keadaan bugar dan segar, motivasi belajar bisa
meningkat. Berarti, kondisi fisik seseorang mempengaruhi motivasi belajarnya.
Orang yang sudah sangat lelah tidak baik kalau belajar. Demikian juga kalau
sedang sakit, tidak baik untuk dipaksa belajar. Dalam kondisi psikologis
terganggu, sebutlah misalnya stress, juga tidak bisa mengkonsentrasikan diri
terhadap hal-hal yang dipelajari. Karena tidak bisa konsentrasi, maka gairah
belajarnya menurun. Keadaan demikian ini, bisa menjadikan seseorang belajar
merasa terpaksa dan tidak banyak termotivasi. Jelaslah bahwa kondisi siswa, baik
yang bersifat fisik maupun psikis, sama-sama berpengaruh terhadap motivasi
belajarnya.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern dalam pembahasan ini, akan dibahas antara lain:
1) Faktor Sekolah
a. Metode Mengajar
Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau
mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Untuk mencapai hasil pembelajaran
yang maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Guru harus cermat
memilih dan menetapkan metode yang sesuai. Namun, Sejauh ini pembelajaran
PKn di kelas mayoritas masih dilaksanakan dengan metode ceramah.
Hal yang sama terjadi di kelas IV SDN 1 Telaga kabupaten Gorontalo.
Seperti dalam wawancara dengan responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni
2013) bahwa penyajian materi berlangsung dalam bentuk komunikasi satu arah,
yakni guru hanya berceramah dan siswa mendengarkan, kemudian diakhiri
dengan pemberian tugas dan evaluasi.
Hal ini dapat menyebabkan interaksi belajar mengajar yang lebih
melemahkan motivasi belajar siswa. Ruminiati (2007: 4) mengatakan bahwa
kelemahan metode ceramah ini, apabila metode ini selalu digunakan dan terlalu
lama maka pembelajaran akan terkesan membosakan, siswa menjadi pasif, dan
tidak memberi kesempatan untuk berdiskusi. Situasi yang demikian dapat
menyebabkan motivasi belajar siswa tidak akan terbangun karena siswa masih
merasa kesulitan dalam menerima pelajaran PKn, PKn dianggap sebagai pelajaran
yang membosankan. ini dapat dilihat dari wawancara dengan responden yakni
siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa mereka tidak senang dengan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Salah satu alasannya mereka tidak
mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Memotivasi siswa merupakan salah satu langkah awal yang harus
dilakukan oleh seorang guru dalam pengajaran dan pembelajaran. Dalam proses
mengajar dan belajar, guru dituntut memiliki berbagai pengetahuan dan
pemahaman yang bermanfaat untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi
siswanya semasa belajar, sehingga proses belajar yang dibimbingnya berjaya
secara optimal. Guru yang tinggi gairahnya dalam membelajarkan siswa,
menjadikan siswa juga bergairah belajar. Sehingga disini guru harus kreatif
menggunakan strategi pembelajaran yang menarik yang dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Seperti dalam wawancara dengan siswa (wawancara: 12
Juni 2013) mengatakan bahwa pembelajaran yang mereka inginkan adalah
pembelajaran dengan model diskusi dan bermain game.
Seorang guru yang baik harus dapat memahami situasi dan kondisi siswa.
Selain itu, guru harus bisa membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi
siswa. Siswa sebagai individu tidak terlepas dari permasalahan baik yang
menyangkut masalah belajar atau masalah yang berhubungan dengan pribadi.
Dalam menyikapi masalah tersebut, kecermatan dan ketepatan guru sangat
diperlukan, karena berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa harus segera
ditangani demi terciptanya situasi kondusif bagi proses belajar mengajar.
b. Hubungan guru dan siswa
Dua unsur terpenting dalam proses pembelajaran adalah guru dan siswa.
Hubungan guru dengan siswa di dalam proses pembelajaran merupakan faktor
yang sangat menentukan. Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan
interaksi antara guru dengan siswa terjadi secara intensif. Guru dapat merancang
model-model pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Guru
mempunyai peran ganda dan sangat strategis dalam kaitannya dengan kebutuhan
siswa. Peran dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru sebagai orang tua, dan
guru sebagai sejawat belajar.
Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti temukan bahwa
hubungan guru dengan murid kurang baik. Ini disebabkan karena sikap guru yang
kurang disenangi oleh siswa-siswanya. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan
responden selaku siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa gurunya
itu jahat, suka marah-marah dan suka membentak. Selain itu peneliti menemukan
siswa kurang menyukai cara mengajar guru. Ini sesuai wawancara dengan
responden selaku siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa mereka
tidak menyukai pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sebab pembelajarannya
hanya menjelaskan kemudian diberi tugas atau evaluasi. Mereka juga kurang
mengerti dengan penjelasan yang diberikan guru.
Melihat kondisi pembelajaran sperti itu, hal ini dapat dikatakan bahwa
hubungan guru dan siswa kurang baik. Ini dapat berpengaruh pada motivasi
belajar siswa. Dalam proses pembelajaran suasana sebuah kelas didukung oleh
peran guru dan anggota kelas. Jika suasana kelas tidak mendukung, maka dapat
menghambat proses belajar anak. Hubungan siswa dengan guru, siswa dengan
teman juga perlu dibangun sedemikian rupa sehingga tercipta suasana yang baik
dan nyaman bagi siswa, sehingga mereka betah menjadi bagian dari kelas.
c. Alat pengajaran/Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing
maka diharapkan guru dapat memilih dan menentukan macam-macam media
sesuai dengan topik bahasan dan karakteristik materi pelajaran. Dengan media
pembelajaran, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Jika pembelajaran
menarik siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut
Ruminiati (2007: 11) mengatakan bahwa media pembelajaran merupakan wahana
penyuluhan informasi belajar atau penyaluran pesan berupa materi ajar oleh guru
kepada siswa sehingga siswa menjadi lebih tertarik dengan pembelajaran yang
dilakukan.
Namun, kenyataannya peneliti temukan dilapangan pembelajaran yang
dilakukan di kelas IV SDN 1 Telaga tidak pernah menggunakan media
pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh responden yakni siswa (wawancara:
12 Juni 2013) mengatakan bahwa guru tidak pernah menggunakan media
pembelajaran saat mengajar. Padahal siswa akan tertarik jika pembelajaran itu
menggunakan media pembelajaran. Dengan alasan bahwa dengan media
pembelajaran tersebut siswa akan senang dan mudah mengerti dengan penjelasan
yang diberikan. Hal ini menjadikan motivasi belajar siswa sulit untuk
dipertahankan.
d. Keadaan gedung
Sudah umum diketahui bahwa yang menentukan motivasi belajar
seseorang, selain faktor individu juga faktor lingkungan, lebih-lebih lingkungan
belajar. Sebab, individu secara sadar ataukah tidak, senantiasa tersosialisasi oleh
lingkungannya. Seperti yang diungkapkan oleh Dimyanti dan Mudjiono (2009:
99) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah
keadaan lingkungan siswa, dalam hal ini lingkungan sekolah. Apabila kondisi
lingkungan sehat, aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.
Uraian diatas bertolak belakang dengan keadaan di lapangan. Seperti hasil
wawancara dengan responden selaku siswa (wawancara 12 Juni) mengatakan
bahwa kondisi lingkungan kelas tempat belajar kotor, ribut, dan panas. Apalagi
pada waktu siang hari, suasana sangat panas. Ini disebabkan lingkungan sekolah
kurang ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan-tumbuhan hijau lainnya. Salah satu
Responden yakni Kepala Sekolah (wawancara: 11 Juni 2013) mengatakan juga
bahwa keadaan lingkungan sekolah, masih terhitung 75% baik. Ada sedikit 25%
kurang baik yakni masalah dinding, atap, dan pagar sekolah. Dengan melihat
kondisi lingkungan seperti itu, dapat menyebabkan semangat belajar siswa akan
terganggu. Sehingga motivasi belajar siswa dapat menurun. Dalam hal ini jika
motivasi belajar siswa menurun dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga
prestasi belajarnya pun dapat menurun. Seperti yang diungkap oleh Tarmidi
(2006, http://library.usu.ac.id) yang mengatakan bahwa iklim kelas berkorelasi
positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil pembelajaran siswa.
Dengan kata lain, iklim kelas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
efektifitas dan kualitas pembelajaran di kelas. Iklim kelas merupakan faktor
ekternal yang dapat mempengaruhi prestasi akademik siswa. Iklim kelas sendiri
meliputi ruangan kelas, lingkungan kelas dan lain-lain.
Segar , pengap, nyaman atau tidakkah tempat belajar, ini berpengaruh
terhadap motivasi belajar. Demikian juga yang amburadul, itu tidak akan
memberikan gairah bagi belajar seseorang. Sebaiknya tempat yang teratur, yang
tertata rapi, mendorong seseorang bergairah belajar. Tempat belajar yang berisik
oleh suara bisa menganggu belajar, yang tenang, bisa menimbulkan gairah belajar.
Jadi lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar.
e. Tugas yang terlalu banyak
Guru memberikan tugas untuk siswa merupakan hal yang wajar. Tetapi
siswa akan merasa jenuh dengan tugas yang terlalu banyak. Bagi sebagian siswa
tugas merupakan beban. Hal seperti inilah yang akan menghambat proses belajar
anak.
Dari uraian diatas, peneliti menemukan hal yang sama dilapangan. Tugas
yang diberikan guru merupakan suatu beban bagi siswa. Seperti hasil wawancara
dengan responden yakni guru (wawancara: 16 Mei 2013) mengatakan bahwa
masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran yakni siswa tidak mau
mengerjakan tugas, sebab tugas yang diberikan merupakan suatu beban bagi
mereka. Hal tersebut dikarenakan tugas yang diberikan terlalu banyak. Ini dapat
dilihat dari hasil wawancara dengan responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni
2013) mengatakan bahwa mereka tidak senang dengan tugas yang diberikan oleh
guru, sebab tugas yang diberikan terlalu banyak. Keadaan demikian akan
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Siswa akan tidak semangat lagi menerima
pelajaran.
Terlalu banyaknya tugas tersebut membuat siswa malas untuk
mengerjakannya. Karena terlalu banyak, mereka menjadi tidak fokus dan akhirnya
mengabaikan tugas-tugas tersebut. Setiap siswa tentu memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam menyelesaikan tugas. Sebagai seorang guru sebaiknya dapat
memperhatikan hal itu. Mengingat siswa tidak hanya mempelajari 1 mata
pelajaran dari guru tersebut saja. Sebaiknya seorang guru dapat berkomunikasi
dengan guru lain mengenai pemberian tugas kepada siswanya agar beban yang
ditanggungnya dapat terkontrol.
2) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama.Tetapi
dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Cara orang tua mendidik
Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anak-
anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan anak-anaknya,
akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam,
otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan
berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman
sebayanya, hingga lupa belajar. Pada umumnya orang tua tidak memberikan
dorongan kepada anaknya, hingga anak tidak menyukai belajar, bahkan karena
sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.
Dilapangan peneliti menemukan bahwa orang tua mendidik anaknya dengan
baik, mereka selalu memperhatikan perkembangan belajar anak, tidak
memaksakan anak atau bersikap keras terhadap anak, membantu anak dalam
kesulitan belajar, dan selalu memberikan dorongan atau motivasi kepada anak
untuk semangat belajar. Berbagai cara yang dilakukan orang tua agar anak
tersebut termotivasi untuk belajar. seperti dalam wawancara dengan salah satu
responden yakni orang tua (wawancara: 6 Juli 2013) mengatakan bahwa salah
satu cara agar anak giat belajar yakni dengan pemberian hadiah. Saya mencari
tahu kepada anak apa yang anak sukai. Tapi dengan syarat anak harus mendapat
juara atau setidaknya mendapat nilai yang bagus. Dari situ anak akan semangat
belajar dan berusaha mendapat nilai yang bagus dengan meningkatkan cara
belajarnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007:
20) mengatakan bahwa hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar
lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi.
Dari hasil wawancara dapat digambarkan bahwa terlihat perhatian orang
tua terhadap belajar anak sangat baik, ada kasih sayang orang tua, dan juga
pemberian motivasi untuk belajar.
b. Relasi antar anggota keluarga
Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak.Yang
dimaksud hubungan di sini adalah kasih sayang penuh pengertian, atau bahkan
kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan dan lain-lain. Kurangnya
kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian juga sikap keras,
kajam, acuh tak acuh akan menimbulkan hal yang serupa. Kasih sayang dari orang
tua dapat berupa: 1) Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk
omong-omong bergurau dengan anak-anaknya. 2) Biasakan orang tua
membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-anaknya, seorang anak akan
mengalami kesulitan belajar karena faktor-faktor tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menemukan bahwa hubungan
orang tua dengan anak itu terjalin dengan baik. Orang tua selalu memperhatikan
perkembangan anak dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak. Seperti dalam
wawancara dengan salah satu responden yakni orang tua (wawancara: 6 Juli 2013)
mengatakan bahwa dalam menanamkan sikap semangat belajar salah satu cara
yakni bermain sambil belajar. saya memotivasi belajar anak dalam matematika
yakni dengan bermain kartu remi. Dalam kartu itu ada bilangan 1 sampai 13. Jadi
ada perhitungan. Dari situ dia mulai paham terus. Jadi bermain diselingi belajar.
Kemudian anak ini juga membacanya kurang, caranya juga diselingi bermain
sambil belajar yakni bermain kartu kuartet. Dalam permainan kuartet disitu kita
harus membaca apa yang ada dikartu itu, kemudian disamakan dengan lawan
bermain. Jadi harus tahu membaca. Nah, dari situ dia sudah mulai lancar
membaca. Bermain disini bukan dalam hal negatif, namun bermain sambil belajar.
dan itu dikontrol terus bahkan meluangkan waktu-waktu yang tersisa untuk
bermain bersama. Jadi, saya bisa tahu langsung bagaimana perkembagan
belajarnya.
Berdasarkan wawancara tersebut dapat digambarkan bahwa hubungan
orang tua dan anak terjalin dengan baik. Jarang orang tua memperhatikan anak
dengan meluangkan waktu untuk bermain bersama. Cara yang dilakukan juga
sangat baik, bermain sambil belajar.
c. Suasana Rumah
Suasana rumah atau keluarga yang sangat ramai/gaduh, selalu tegang,
selalu banyak masalah diantara anggota keluarga antara ayah dan ibu selalu ada
masalah atau membisu, menyebabkan anak tidak tahan di rumah, sehingga tidak
mustahil kalau prestasi belajar anak menurun.Untuk itu hendaknya suasana rumah
dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di
rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.
Yang terjadi dilapangan peneliti menemukan bahwa banyak anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh
terhadap kenyamanan belajar anak. Orang tua sangat memperhatikan waktu-waktu
belajar anak. Seperti dalam wawancara dengan salah satu responden yakni orang
tua siswa (wawancara : 6 Juli 2013) mengatakan bahwa dalam suasana rumah, ada
waktunya belajar, ada waktunya santai, dan ada waktunya bermain. Pada waktu
anak belajar itu diperhatikan dengan baik. Jika sementara belajar televisi harus
dimatikan, agar anak belajar aman dan tidak terganggu.
Jadi dalam hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa banyaknya
anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah tidak berpengaruh terhadap
ketidak nyamanan anak. Tinggal bagaimana kita bisa mengatur kondisi dan
waktu. Ada waktu belajar, waktu santai, dan waktu bermain.
d. Keadaan Ekonomi Keluarga
Ekonomi yang kurang atau miskin akan menimbulkan kurangnya alat-alat
belajar, kurangnya biaya yang disediakan olah orang tua, dan tidak mempunyai
tempat belajar yang baik. Keadaan seperti itu akan menghambat kemajuan anak.
Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting, karena belajar dan
kelangsungannya sangat memerlukan biaya.Misalnya untuk membeli alat-alat,
uang sekolah, dan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa
berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu. Karena keuangan
digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar
yang memadai, dimana tempat belajar itu merupakan tempat terlaksananya belajar
secara efisien dan efektif.
Ekonomi yang berlebihan atau kaya mereka akan menjadi segan belajar
karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga mereka terlalu dimanja
oleh orang tua, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah
payah. Keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.
Dalam wawancara dengan beberapa responden, dilapangan peneliti
menemukan bahwa orang tua siswa dominan berpenghasilan sebagai petani dan
ibu rumah tangga. Jadi penghasilan yang didapat kadang bisa mencukupi kadang
tidak. Namun sebagai orang tua, sekolah anak sudah merupakan kewajiban orang
tua terhadap anak. Seperti dalam wawancara dengan salah satu responden yakni
orang tua siswa (wawancara: 6 Juli 2013) mengatakan bahwa fasilitas belajar
yang disediakan yang ada hanya alat tulis menulis saja. Dengan kondisi ekonomi
kami, mungkin ibu juga bisa lihat dari kondisi rumah kami, kemudian dengan
membiayayi ketiga anak yang masih sekolah, kami tidak sanggup untuk membeli
meja belajar atau fasilitas belajar lain. Mungkin itu juga yang membuat mereka
malas untuk belajar. sebagai orang tua kami hanya bisa berusaha menyediakan
alat tulis menulis seadanya saja. Dapat digambarkan bahwa ekonomi juga
berpengaruh terhadap aktivitas belajar anak.
Dari uraian berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di
kelas IV SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo peneliti dapat menyimpulkan bahwa
proses pembelajaran yang terjadi di kelas IV SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo
belum maksimal. Banyak siswa yang tidak termotivasi untuk belajar. Seorang
guru, pasti mengetahui pentingnya motivasi belajar dalam kegiatan belajar
mengajar. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar seharusnya perlu
mempertahankan semangat belajar siswa. Bukti-bukti menunjukkan bahwa siswa
hanya giat belajar jika ia termotivasi untuk belajar. Dengan demikian maka guru
perlu mengenal cara-cara untuk memotivasi belajar siswa agar pembelajaran tetap
berlangsung seperti yang diinginkan guru. Relasi antara orang tua dan guru juga
perlu harus terjalin dengan baik. Orang tua dan guru harus bekerja sama untuk
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4.2.2 Kendala-kendala Yang Dihadapi Guru Dan Siswa Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas
IV SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo
Dalam masalah belajar pasti ditemui beberapa kendala. Begitu juga dalam
meningktakan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas IV SDN 1
Telaga Kabupaten Gorontalo, ditemui beberapa kendala yang dihadapi guru dan
siswa. Peneliti menemukan kendalanya tersebut terdapat dalam hubungan antara
guru dan siswa itu sendiri.
Keharmonisan hubungan guru dan siswa mempunyai efek terhadap
pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa membuat siswa menjauhinya.
Siswa lebih banyak menolak kehadiran guru itu. Rasa benci yang tertanam di
dalam diri siswa menyebabkan bahan pelajaran sukar diterima dengan baik.
Kecendrungan sikap siswa yang negatif lebih dominan. Sifat kemunafikan ini
menciptakan jurang pemisah antara guru dan siswa.
Hal yang sama terjadi dilapangan. Kendala yang dihadapi guru adalah
keberadaan siswa itu sendiri. Seperti dalam hasil wawancara dengan salah satu
responden guru (wawancara: 16 Mei 2013) mengatakan bahwa dalam masalah
proses belajar yang dialami selama ini yakni jika diberikan tugas mereka kadang
tidak mau mengerjakan tugas karena tugas yang diberikan merupakan beban bagi
siswa. Jadi, dalam hal ini siswa kurang bersemangat dalam belajar. Belajar sudah
menjadi beban bagi siswa. Namun guru tidak menyadari bahwa kendala yang
dihadapi guru tersebut disebabkan dari guru itu sendiri. Sehingga kendala yang
dihadapi siswa adalah dari guru itu sendiri. Guru terlalu bersikap keras terhadap
siswa. Jadi siswa kurang menyukai cara mengajar guru. Dari beberapa responden
yang diwawancarai yakni siswa (wawancara: 12 Juni 2013) mengatakan bahwa
semua siswa tidak menyukai cara mengajar guru. Sesuai pendapat yang
diungkapkan dari masing-masing responden selaku siswa didapat bahwa hal ini
disebabkan karena guru terlalu bersikap keras terhadap siswa, sehingga siswa
merasa takut. Selain itu, guru saat mengajar suaranya terlalu keras, penjelasan
materi hanya sedikit langsung diberi tugas, cara mencatat guru dipapan tulis tidak
jelas tulisannya, belum mengerti langsung diberi tugas, siswa merasa tidak senang
dengan tugas yang diberikan karena terlalu banyak, belajar tidak terlalu serius
guru sering keluar kelas, proses pembelajaran biasa saja tidak menyenangkan, dan
kadang belajar hanya mencatat materi.
Peneliti juga menemukan dari beberapa responden yakni siswa yang
diwawancarai, semua mengatakan bahwa guru mengajar tidak pernah
menggunakan media pembelajaran. Kemudian strategi pembelajaran yang
dilakukan guru hanya menjelaskan lalu diberi tugas. Guru tidak pernah
menggunakan model-model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
dalam pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kendala-kendala yang dihadapi guru dan
siswa dalam meningktakan motivasi belajar pada mata pelajaran PKn di kelas IV
SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo adalah terdapat dalam hubungan guru dan
siswa itu sendiri.
Proses pembelajaran akan efektif, jika komunikasi dan interaksi antara
guru dengan siswa terjadi secara intensif. Guru dapat merancang model-model
pembelajaran sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Guru mempunyai
peran ganda dan sangat strategis dalam kaitannya dengan kebutuhan siswa. Peran
dimaksudkan adalah guru sebagai guru, guru sebagai orang tua, dan guru sebagai
sejawat belajar.
1. Guru sebagai guru
Pekerjaan utama guru adalah mengajar dan mendidik siswa siswa, yang
berusaha agar semua siswanya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diajarkan dengan baik.
2. Guru sebagai orang tua
Tempat mencurahkan segala perasaan siswa, tempat mengadu siswa ketika
mengalami gangguan. Siswa merasa aman dan nyaman ketika dekat dengan guru,
bahkan merasa rindu jika tidak bertemu guru. Interaksi guru dan siswa bagaikan
hubungan orang tua dan anak, hangat, akrab, harmonis, dan tulus.
3. Guru sebagai teman
Sebagai pasangan untuk berbagai pengalaman dan beradu argumentasi
dalam diskusi secara informal. Guru tidak merasa direndahkan jika siswa tidak
sependapat, atau memang pendapat siswa yang benar, dan menerima saran siswa
murid yang masuk akal. Hubungan guru dan siswa mengutamakan nilai-nilai
demokratis dalam proses pembelajaran (dalam http://eksan.web.id/archives/235).
4.2.3 Upaya Untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa Di Kelas IV
SDN 1 Telaga Kabupaten Gorontalo
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam
kegiatan belajar siswa di sekolah, seperti yang diungkapkan oleh (Djamarah dan
zain, 2006 : 149) yaitu:
1. Memberi angka
Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil
aktifitas anak didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua anak didik
mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi. Pemberian angka kepada anak didik
diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih
ditingkatkan lagi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menemukan di lapangan, dalam
pemberian nilai sewaktu-waktu dapat berubah sesuai sikap siswa di kelas itu
bagaimana. Ini dapat dilihat dalam hasil wawancara dengan responden yakni
siswa (wawancara: 21 Mei 2013) mengatakan bahwa jika siswa berkelahi atau
berbuat masalah, nilai akan dikurangi. Jika nilai 100 akan dikurangi menjadi 75.
Jadi,tadinya nilainya tinggi akan berubah menjadi nilai yang rendah. Ini akan
berpengaruh pada keadaan siswa. Semangat belajarnya akan menurun. Karena
siswa sudah berusaha belajar mendapat nilai yang baik tapi hanya karena ada
masalah dengan teman nilainya menjadi turun. Apalagi siswa yang merasa tidak
bersalah akan lebih menurun semangat belajarnya. Dalam proses pembelajaran
guru harusnya memberikan penjelasan pada siswa, bahwa sikap juga ada penilaian
tersendiri. Bisa saja berpengaruh pada nilai akhir siswa. Jika sikapnya didalam
kelas baik nilai akhir yang didapat juga akan baik. Jika sikapnya tidak baik nilai
akhirnya juga akan tidak baik,walaupun siswa itu sering mendapat nilai yang baik
pada setiap tugas dan ujian yang diberikan. Jadi, guru tidak seharunya
menghukum siswa dengan mengurangi hasil belajarnya. Akan tetapi
membimbing anak itu dan memberikan hukuman atas perbuatannya, hukuman
yang dimaksud disini adalah hukuman yang mendidik. Seperti menyapu lantai
mencatat bahan pelajaran yang ketinggalan, atau apa saja yang sifatnya mendidik.
Jadi sebaiknya guru tidak mengambil tindakan seperti itu. Sebab dalam kasus ini
bukan motivasi yang akan tumbuh melainkan motivasi belajar akan menurun.
2. Hadiah
Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak
didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan
semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu penghargaan
yang sangat berharga bagi siswa.
Dalam pengamatan peneliti selama ini yang terjadi di lapangan upaya
untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan pemberian hadiah dalam
proses pembelajaran itu tidak ada. Padahal hadiah ini sangat berpengaruh terhadap
gairah belajar siswa. Apalagi pada siswa sekolah dasar, mereka akan semangat
melakukan sesuatu jika diberikan hadiah. Namun hadiah juga tidak bisa sering
diberikan. Hanya saja sebagai penghargaan atas prestasi anak di kelas. Jika sering
diberi tugas dikhawatirkan siswa akan giat belajar jika ada hadiah yang diberikan.
Untuk itu, alangkah baiknya guru memberikan hadiah tidak memberi tahu terlebih
dahulu pada siswa sebelum siswa itu menyelesaikan tugas dengan baik dan benar.
3. Pujian
Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang
diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian
yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar
akan tinggi. Pujian disini seperti berkata “kerjamu bagus”, “kerjamu rapi”,
“selamat sang juara baru” dan sebagainya.
Uraian tersebut bertolak belakang dengan keadaan dilapangan, peneliti
justru menemukan pujian yang diberikan itu sangat kurang bahkan mungkin tidak
ada. Dengan karakter guru yang keras malah yang didapat siswa, bukan pujian
melainkan setiap proses pembelajaran siswa merasa takut dengan adanya guru.
Guru hanya sering marah-marah dan bersuara keras yang membuat siswa takut.
Jangankan memberikan pujian bertanya saja siswa merasa takut karena dibentak
dan tidak dihargai, bahkan tidak disuruh bertanya. Seperti dalam hasil wawancara
dengan salah satu responden yakni siswa (wawancara 12 Juni 2013) Jein
mengatakan bahwa Ia takut bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti karena
jika bertanya guru hanya mengatakan kenapa bartanya, tidak bisa bertanya harus
dipikir sendiri. Ini akan menyebabkan adanya pembunuhan karakter terhadap
siswa. Siswa seperti tidak dihargai. Sehingga yang ada motivasi belajar siswa
menurun, tidak mau bertanya jika ada yang tidak dimengerti dan berperan sebagai
pengikut saja. Padahal pujian ini merupakan alat motivasi yang positif. Setiap
orang tentunya senang dipuji, sama halnya dengan siswa itu sendiri.
4. Gerakan tubuh
Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan
kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa
didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.
Dalam penelitian dilapangan ditemukan gerakan tubuh saat mengajar
hanya menimbulkan ketekanan siswa dalam belajar. Sebab dengan karakter guru
yang keras, guru kurang memberikan senyuman bahkan yang ada hanya
memperlihatkan wajah yang melotot. Ini sesuai hasil wawacara salah satu
responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni 2013) Dwi mengatakan bahwa cara
mengajar guru tidak baik sebab jika mengajar selalu melotot. Dengan gerakan
tubuh seperti itu dapat mengurangi semangat belajar siswa. Padahal gerakan tubuh
merupakan penguatan yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa,
sehingga proses pembelajaran akan lebih menyenangkan.
5. Memberi tugas
Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera
diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan
motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang
disampaikan.
Namun yang terjadi dilapangan tugas yang diberikan tugas yang diberikan
merupakan suatu bebab bagi siswa, sebab tugas yang diberikan terlalu banyak.
Seperti dari hasil wawancara dengan responden yakni siswa (wawancara: 12 Juni
2013) mengatakan bahwa mereka tidak senang dengan tugas yang diberikan oleh
guru, sebab tugas yang diberikan terlalu banyak. Untuk itu, sebagai seorang guru
sebaiknya dapat memperhatikan hal itu. Mengingat siswa tidak hanya
mempelajari 1 mata pelajaran dari guru tersebut saja. Sebaiknya seorang guru
dapat berkomunikasi dengan guru lain mengenai pemberian tugas kepada
siswanya agar beban yang ditanggungnya dapat terkontrol.
6. Memberikan ulangan
Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil
pengajaran dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk
mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru. Dalam
penelitian di lapangan seperti halnya tugas, pemberian ulangan juga sering
dilakukan.
7. Mengetahui hasil
Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu
sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil
pekerjaan yang dilakukannya. Namun yang terjadi dilapangan siswa kurang
mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya. Kadang tugas yang diberikan
dibiarkan saja. Seperti dari hasil wawancara dengan salah satu responden yakni
siswa (wawancara: 21 Mei) Irvan mengatakan bahwa tugas yang diberikan kadang
dibiarkan saja. Hal ini menjadikan siswa tidak mengetahui kesalahan atas tugas
yang dikerjakan. Padahal dengan mengetahui hasil siswa akan bisa mengetahui
kesalahan atas tugas yang dikerjakannya. Sehingga siswa akan terdorong untuk
lebih menambah semangat belajarnya demi mendapat hasil yang lebih baik lagi.
8. Hukuman
Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang
melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan
meningkatkan perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada siswa
yang bersangkutan.
Namun, kenyataan yang ditemukan dilapangan hukuman yang diberikan
terlalu keras. Ini disebabkan karena karakter guru yang keras.seperti wawancara
dengan salah satu responden yakni siswa (wawancara 12 Juni 2013) Agil
mengatakan bahwa menurunya gurunya jahat, suka memukul.
Dalam dunia pendidikan ini tidak dibenarkan. Seharusnya guru
memberikan hukuman dengan cara mendidik. Seperti menyapu lantai mencatat
bahan pelajaran yang ketinggalan, atau apa saja yang sifatnya mendidik. Hal ini
sejalan dengan pendapat responden yakni kepala sekolah (wawancara: 11 Juni
2013) mengatakan bahwa dalam memberikan sanksi kepada anak yang melakukan
pelanggaran atau kesalahan sanksinya harus sesuai dengan pendidikan. Jadi,
misalnya siswa diberikan tugas kemudian tidak melaksanakan, maka siswa itu
diberikan tugas kembali, tapi diupayakan tidak mengganggu siswa itu belajar.
Mungkin sanksinya akan diberikan sesudah belajar. Jadi, orang lain sementara
istrahat, siswa itu hanya melaksanakan tugas. Kemudian tidak boleh ada yang
membantu. Agar siswa itu bisa bertanggung jawab melakukan pelanggaran dan
tahu bagaimana rasanya kalau tidak melaksanakan tugas. Dengan salah satu upaya
tersebut siswa akan berusaha untuk bersikap tenang dengan memfokuskan
perhatiannya kepada bahan pelajaran dijelaskan kembali oleh guru.