Post on 05-Aug-2019
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 6 Biluhu Kecamatan
Biluhu Kabupaten Gorontalo, kelas V dengan jumlah siswa 20 orang, terdiri dari
10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
Penelitian ini dilaksnakan dalam dua siklus , tiap siklus satu kali
pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 19
November 2012. Proses pembelajaran Bercerita dilaksanakan dengan mengacu
pada rencana pelaksanaan pembelajaran sebagaimana terdapat pada lampiran I
halaman 54 alokasi waktu untuk setiap kali pertemuan adalah 2 jam pelajaran atau
70 menit. Sebelum peneliti melukakan observasi awal terhadap subjek penelitian
sabagai data awal.
4.1.1 Tahap Perencanaaan
Penelitian tindakan kelas direncanakan dalam dua siklus I dan siklus II.
Siklus I dilaksanakan dalam I kali pertemuan dan Siklus II juga dilaksanakan
dalam I kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masinh siklus 2 jam
pelajaran atau 70 menit.
4.1.2 Tahap Observasi Awal
Observasi awal dilaksanakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa
dalam menyimak cerita. Berdasarkan observasi awal tentang kemampuan
bercerita siswa kelas V SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo
33
34
sangat rendah. Adapun aspek yang diamati meliputi : (1) Pemilihan kosa kata ; (2)
struktur kalimat ; (3) ; Kelancaran bercerita.
Data hasil observasi awal tentang kemapuan bercerita pada siswa kelas V
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Data Observasi Awal Kemampuan Bercerita
Nilai yang diperoleh
Nilai = = 100 %
Total Nilai
35
Berdasarkan tabel 1 hasil observasi awal nampak bahwa dari 20 orang
siswa, hanya 6 siswa atau 30 % yang mampu bercerita dengan memperoleh nilai
ketuntasan 65 keatas dan 14 siswa atau 70% yang tidak mampu bercerita dengan
nilai 64 ke bawah.
Dari hasil pengamatan di atas, peneliti mengupayakan untuk meningkatkan
kemampuan siswa setiap aspek dalam bercerita melalui model Cooperatif Script
terhadap pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini
dilakukan secara bertahap atau berkelanjutan dalam bentuk siklus pembelajaran
berdasarkan materi yang telah ditentukan dan setiap siklusnya terdiri dari empat
tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan, dan tahap
refleksi.
4.1.3 Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, peneliti merencanakan persiapan/perangkat pembelajaran
yang akan dilaksanakan pada proses pelaksanaan tindakan, yakni dengan
menyiapkan naskah cerita, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
media pembelajaran, lembar penilaian dan lembar observasi. Selanjutnya dalam
perencanaan terdapat tahap pelaksanaan tindakan yakni siklus I sebagai berikut.
4.1.4 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini, perencanaan yang disusun
dalam kegiatan penelitian tindakan siklus I dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan dengan waktu pembelajaran 2 x 35 menit. Pelaksanaan pada hari
senin, 19 November l 2012. Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan dan untuk menangani permasalahan yang akan
36
dihadapi peneliti dan guru mitra menyusun suatu persiapan yang merupakan
acuan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi bercerita. Selain
itu tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini diuraikan dalam kegiatan – kegiatan
berikut :
1. Kegiatan Pendahuluan
Pada kegiatan ini peneliti memberikan apersepsi dengan melakukan tanya
jawab tentang bercerita. Tanya jawab ini dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dalam hal bercerita. Setelah itu peneliti memberikan
motivasi kepada siswa dengan cara menyampaikan skenario pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan pertama ini peneliti mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan
pertanyaan tersebut secara bersama untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa
dituntut lebih mandiri dalam mengelolah informasi yang dia dapat, kemudian
peneliti meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk
mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada
tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya, pada tahap
akhir penelit i meminta kepada untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas
tentang apa yang telah mereka diskusikan, ini efektif dilakukan dengan cara
bergilliran pasangan, atas dasar hasil diskusi peneliti mengarahkan pembicaraan
pada materi / permasalahan yang belum diungkap siswa lalu siswa dibimbing
menyimpulkan materi pembelajaran.
37
3. Kegiatan Penutup
Pada akhir pembelajaran peneliti melakukan refleksi dan menyuruh siswa
merangkum pembelajaran. Selain itu peneliti melakukan pengukuran hasil
kegiatan pembelajaran baik pada proses dan pada akhir pembelajaran serta
menutup pembelajaran dengan berdoa bersama.
4.1.5 Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan pemantauan terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan peneliti, kegiatan belajar siswa, serta kemampuan siswa dalam
bercerita Pengamatan terhadap pembelajaran tersebut diamati menggunakan
lembar observasi yang telah dipersiapkan. Adapun kegiatan pembelajaran siklus 1
diperoleh data sebagai berikut :
1. Hasil Pengamatan Aktivitas guru dalam Proses pembelajaran
Hasil pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran diadakan perbandingan
antara peneliti dan guru mitra. Adapun hasil perbandingan antara peneliti dan
guru mitra dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
38
Dari tabel nampak pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan
oleh peneliti dan guru mitra sedikit ada perbedaan yang diperoleh pada aktifitas
pembelajaran yang menerapkan Model Coopetive Script pada pembelajaran
bercerita. Kegiatn guru dalam pembelajaran diamati oleh pengamat atau observer
dengan menggunakan lembar observasi adapun kegiatan guru dalam pembelajaran
39
yang diamati terdiri dari 24 aspek. Keseluruhan aspek tersebut disusun peneliti
bersama guru mitra berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan model
pembelajaran cooperatif script. Adapun yang diperoleh peneliti 16 aspek atau
63%. Artinya masih 8 aspek yang harus dilakukan peneliti dalam melaksanakan
pembelajaran guna meningkatkan kemampuan bercerita
2. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
Pada kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran diamati
oleh peneliti, kegiatan siswa yang diamati selama mengikuti proses pembelajaran
berjumlah 7 aspek, dari aspek kegiatan siswa yang diamati dan dinilai 4 aspek
atau 57% mencapai kriteria (B), sedangkan 3 aspek atau 43% mencapai
kriteria cukup (C). Uraian hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus 1 secara
lngkap terdapat pada lampiran 4. Hasil pengamatan kemampuan bercerita pada
siklus 1 dinilai berdasarkan insrumen yang terdapat pada lampiran 4.
3. Evaluasi ini dilakukan untuk memenuhi efek pelaksanaan tindakan dengan
melihat proses pada saat pembelajaran berlangsung dalam hal proses bercerita
dari 20 orang siswa yang dikenakan tindakan,12 orang atau 60% mampu bercerita
dengan nilai 65 keatas, sedangkan yang tidak mampu bercerita sebanyak 8 orang
atau 40%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
40
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa Bercerita Melalui Model
Cooperatif Script dari Aspek Siswa Siklus I
Keterangan :
1. Kemampuan memilih kosa kata
2. Kemampuan menyusun struktur kalimat
3. Kemampuan bercerita
Dari data tabel 3 terlihat bahwa dari 20 orang siswa yang dikenakan tindakan,
12 orang atau 60% mampu bercerita dengan nilai 65 ke atas, sedangkan yang
tidak mampu bercerita sebanyak 8 orang atau 40% dengan nilali 64 ke bawah.
a. Tahap Analisis dan refleksi
Refleksi terhadap pembelajaran siklus I dilakukan melalui diskusi dengan
guru mitra sebagai sebagai pengamat tentangn pelaksanaan pembelajaran, baik
menyangkut kegiatan guru membelajarkan materi bercerita melalui model
41
Cooperative Script dan kegiatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran,
serta dampaknya terhadap peningkatan kemampuan bercerita. Pada tahap
ini peneliti dan pengamat melakukan diskusi guna melihat kembali pelaksanaan
siklua apakah tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan
serta mampu meningkatkan kemampuan bercerita.
Dari kegiatan refleksi tersebut diketahui bahwa masih ada beberapa
aspek kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam pembelajaran yang perlu perbaikan
dan penyempurnaan, karena belum terlaksana secara optimal. Demikian halnya
dengan kemampuan bercerita yang berlum mencapai indikator keberhasilan
yang ditetapkan.
Jika dihubungkan hasil pengamatan pembelajaran yang menggunakan
Cooperative Script dengan hasil pengamatan kemampuan bercerita, jelaslah
bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus I memberi efek pada kemampuan
bercerita, yaitu 20 siswa yang dikenakan tindakan 14 siswa atau 70% memiliki
kemampuan bercerita. Hal ini berarti masih terdapat 6 siswa atau 30% siswa yang
dinyatakan tidak mampu bercerita.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siklus
I, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih di bawah standar
ketuntasan minimal dan oleh sebab itu harus dilanjutkan ke siklus berikutnya
yakni siklus II.
4.2 Tahap Persiapan
Pelaksanaan tindakan siklus II ini diawali dengan penyajian materi yang
merupakan lanjutan kegiatan siklus I.
42
Mengacu pada hasil refleksi pembelajaran siklus I, maka sebelum
pembelajaran siklus II dilaksanakan penelitian merencanakan perbaikan dan
penyempurnaan terhadap aspek-aspek pembelajaran yang belum terlaksana
dengan baik pada siklus I, baik menyangkut kegiatan guru maupun kegiatan siswa
selama proses pembelajaran serta menggunakan Cooperative Script dalam
pembelajaran siklus II peneliti lebih mengoptimalkan keunggulan Cooperative
Script dan mengatasi pengaruh kelemahan model Cooperative Script
Menyangkut penggunaan Cooperative Script, dalam melaksanakan
pembelajaran, terdapat beberapa aspek yang perlu diperbaiki dan disempurnakan.
Aspek-aspek dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Guru lebih memperdalam materi
2) Pemberian latihan untuk menyimak cerita masih perlu ditingkatkan.
Selanjutnya menyangkut kegiatan siswa yang berhubungan dengan
menggunakan Cooperative Script
1) Menjawab pertanyaan tentang cerita yang didengar
2) Mengemukakan tanggapan terhadap cerita yang didengar
3) Menceritakan secara ringkas cerita yang baru didengarnya
4.2.1 Tahap Pelaksanaan Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 26 Novemberl 2012
dengan materi bercerita. Jumlah siswa yang hadir pada pelaksanaan siklus II
sebanyak 20 orang siswa.
Adapun tahap pelaksanaan yang dilakukan guru adalah mula-mula guru
menggali pengetahuan awal siswa dengan melakukan tanya jawab tentang cerita
43
yang pernah didengar. Selanjutnya guru mengoptimalkan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai siswa, guru menjelaskan materi secara singkat, guru membagi
siswa secara berpasangan, guru membagi siswa secara berpasangan, guru
membagi lembar kerja siswa serta lembar cerita. Melalui lembar kerja siswa
(LKS) siswa melakukan kegiatan dalam kelompok pasangan sesuai apa yang
ada dalam LKS. Siswa secara berpasangan melakukan kegiatan bercerita dan
mengisi setiap anjuran yang ada dalam LKS. Siswa dan guru menyimpulkan
materi pembelajaran, kemudian siswa siap diuji untuk bercerita.
4.2.2 Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukanb pemantauan terhada kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru, kegiatan belajar siswa, serta kemampuan siswa dalam bercerita.
Pengamatan terhadap pembelajaran tersebut diamati menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan. Adapun kegiatan siklus II diperolah data
sebagai berikut.
1. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran
Pengamatan terhadap proses pembekajaran dilakukan oleh guru mitra sebagai
pengamat penelitian yang dimaksudkan untuk melihat jalannya kegiatan
pembelajaran yang menggunakan model cooperatif script pada pembelajaran
bercerita. Aspek kegiatan guru yang menjadi sasaran pengamatan dari 24
aspek. Keseluruhan aspek tersebut disusun peneliti bersama guru mitra
berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan model Cooperatif Script.
44
Dari tabel 4 nampak pengamatan terhadap proses pembelajaran dilakukan
oleh penelti dan guru mitra sedikit ada perbedaan yang diperoleh pada aktivitas
pembelajaran yang menerapkan Model Cooperatif Script pada pembelajaran
bercerita. Kegiatan guru dalam pembelajaran diamati oleh pengamat atau observer
dengan menggunakan lembar observasi. Adapun kegiatan guru dalam
45
pembelajaran yang diamati terdiri dari 24 aspek. Keseluruhan aspek tersebut
disusun peneliti bersama guru mitra berdasarkan teori-teori yang berkaitan
dengan model pembelajaran Cooperatif Script. Adapun yang diperoleh guru mitra
sebanyak 21 aspek atau 88% dan yang diperoleh 22 aspek atau 92% aspek yang
dilaksanakan.
2. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan peneliti diamati
oleh guru mitra sebagai pengamat menggunakan lembar pengamatan kegiatan
siswa, uraian hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus II secara lengkap
terdapat lampiran 10, hasi l pengamatan kemampuan bercerita pada siklus II
dinilai berdasarkan instrumenyang terdapat pada lampiran 11. Data hasil
pengamatan diperoleh data kemampuan bercerita pada siklus II siswa kelas V
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
46
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa Berderita Melalui Model
Cooperatif Script dari Aspek Siswa Siklus II
Dari data tabel 4 terlihat bahwa dari 20 siswa yang dikenakan tindakan
bercerita, 17 orang atau 85% yang memiliki kemampuan bercerita dan 3 orang
atau 15% tidak mampu bercerita.
4.2.3 Refleksi Pembelajaran Siklus II
Refleksi dilaksanakan bersama guru melalui diskusi pada akhir
pembelajaran siklus II. Refleksi dimaksudkan untuk melihat pelaksanaan
pembelajaran dan dampaknya terhadap kemampuan bercerita. Berdasarkan
kegiatan refleksit tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan kualitas
47
pembelajaran, baik menyangkut kegiatan guru dalam menggunakan Cooperative
Script maupun kegiatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut berdampaka pada peningkatan
kemampuan bercerita. Hal ini sesuai hasil pengamatan kemampuan siswa
bercerita selama proses pembelajaran siklus II, dimana siswa yang dinyatakan
mampu bercerita cerita berjumlah 17 orang atau 85%.
Memperhatikan analisis data hasil pelaksanaan pembelajaran dan
dampaknya terhadap kemampuan bercerita, diketahui indikator yang ditetapkan
telah tercapai. Dari refleksi tersebut disepakati bahwa pelaksanaan tindakan
dinyatakan selesai.
4.3 Pembahasan
Dari hasil penelitian, baik pada siklus I maupun siklus II menunjukkan
bahwa ada peningkatan kemampuan bercerita melalui model Cooperative
Script pada siswa kelas V SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten
Gorontalo. Hal ini nampak dari hasil analisis data, baik data menyangkut
pengamatan kegiatan guru dan siswa maupun pengamatan kemampuan bercerita
baik secara individual maupun klasikal.
Peningkatan kemampuan bercerita ini erat kaaitannya dengan penggunaan
model Cooperative Script yang diterpakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Meskipun kemampuan bercerita, tetapi masih perlu pengembangan
lebih lanjut. Hal ini karena sesuai analisis dat masih terdapat 3 (tiga) orang siswa
yang dinyatakan tidak mampu bercerita. Pada pembelajaran siklus II, karena tidak
mencapai skor minimal yang ditetapkan. Ketiga siswa tersebut masih memerlukan
48
pengananan lebih lanjut setelah tindakan kelas dilaksanakan, yakni dengan
memberikan tugas individual agar mereka mampu bercerita.
Hal yang perlu diperhatikan oelh guru dalam menerapkanb model
Cooperative Script dalam pembelajaran bercerita yaitu mengoptimalkan
bimbingan kepada siswa yang tidak mampu menjawab cerita tentang cerita,
menanggapi cerita yang disimak serta menceritakan dengan ringkasan cerita yang
disimak. Beberapa aspek tersebut diperlukan agar penyajian materi bercerita
menjadikan siswa mampu pada pembelajaran pertama, tanpa ada lagi
pembelajaran perbaikan atau pengayaan. Tetapi pada penelitian tindakan kelas ini
yang dilakukan terhadap pada siswa kelas V SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu
Kabupaten Gorontalo, pembelajaran perbaikan tetap dilakukakan, karena hasil
yang diperoleh dari pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan
penelitian yang ditetapkan.
Untuk lebih jelasnya, perbandingan kemampuan bercerita, pada observasi
awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Perbandingan Kemampuan Siswa Bercerita Melalui Model
Cooperative Script pada siswa Kelas V SDN 6 Biluhu
Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo
Kegiatan Jumlah Siswa
yang Mampu
Persentase
(%)
Jumlah Siswa
Tidak Mampu
Persentase
(%)
Observasi Awal
Siklus I
Siklus II
6
12
17
30
60
85
14
8
3
70
40
15
49
Berdasarkan data pada tabel 6 dapat dilihat bahwa kemampuan bercerita
pada siswa kelas V SDN 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo,
mengalami peningkatan dari 6 orang siswa atau 30% menjadi 12 orang siswa atau
60% pada siklus I, selanjutnya menjadi 17 orang siswa atau 85% pada siklus II,
dengan demikian, hipotesis tindakan kelas yaitu “Jika guru menggunakan model
pembelajaran Cooperative Script maka kemampuan bercerita pada siswa kelas V
SDN 6 Biluhu dapat meningkat” dinyatakan diterima, sehingga penelitian
tindakan kelas ini dikatan berhasil.