Post on 03-Feb-2021
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Tindakan
4.1.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kaliwungu 04 yang beralamatkan di desa
Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Dalam
hal sarana dan prasarana, SD Negeri Kaliwungu 04 sudah memadai, yang terdiri dari 6
(enam) ruang kelas, 1 (satu) ruang guru, 1 (satu) ruang kepala sekolah, 1 (satu) ruang
perpustakaan, 1 (satu) ruang penerima tamu, 1 (satu) gudang sekolah, 2 (dua ruang)
WC/kamar mandi dan fasilitas penunjang lainnya antara lain pesawat telepon, alat-alat
peraga IPA/IPS yang ada adalah bantuan dari pemerintah dan kondisinya pun masih
terawat. Adapun jumlah pengajar yang ada di SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Semarang berjumlah 6 (enam) guru pegawai negeri, 3 (tiga) wiyata
bakti dan 1 penjaga sekolah. Sedangkan jumlah siswa di SD Negeri Kaliwungu 04
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang dari kelas I sampai kelas VI adalah sebanyak
107 siswa. Kesemuanya berasal dari wilayah sekitar sekolah dengan keadaan bakat,
minat, ketrampilan, kemampuan intelegensi yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan
dikelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang yang
berjumlah 15 siswa, siswa laki-laki 8 dan siswa perempuan 7.
4.1.2 Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas IV SD Negeri Kaliwungu
04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang semester II Tahun Pelajaran 2011/2012
yang berjumlah 15 siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terlihat bahwa
tingkat pemahaman siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil
evaluasi peserta didik pada mata pelajaran IPS yang telah dilakukan dimana sebagian
besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65).
Ditunjukkan dengan deskpripsi hasil belajar IPS sebelun dilakukan tindakan (Pra siklus)
pada tabel 4.1 sebagai berikut:
39
Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan (Pra siklus)
Jumlah siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata - rata
15 40 85 63,33
Hasil belajar sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui dari tabel 4.1 bahwa nilai
terendah siswa adalah 40 dan nilai tertinggi siswa adalah 85. Rata – rata nilai siswa kelas
IV sebelum dilakukan tindakan adalah 62,33.
Data hasil belajar IPS sebelum dilakukan tindakan dapat dilihat dalam tabel 4.2 sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan (Pra siklus)
No Nama siswa Jenis
kelamin Nilai Kualifikasi
1 BP L 60 Tidak Tuntas
2 DN P 70 Tuntas
3 MT L 60 Tidak Tuntas
4 BA L 85 Tuntas
5 EW L 65 Tuntas
6 JE L 50 Tidak Tuntas
7 OG P 65 Tuntas
8 RM L 60 Tidak Tuntas
9 SA P 75 Tuntas
10 WT L 60 Tidak Tuntas
11 WF P 60 Tidak Tuntas
12 BN P 60 Tidak Tuntas
13 IS P 80 Tuntas
14 NG P 60 Tidak Tuntas
15 JS L 40 Tidak Tuntas
Jumlah nilai 950
Rata – rata nilai 63,33
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 85
Untuk lebih jelasnya, hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dapat dijabarkan
pada tabel distribusi hasil belajar sebelum dilakukan tindakan (pra siklus) pada tabel 4.3
sebagai berikut:
40
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Belajar Sebelum Dilakukan Tindakan
No Nilai Sebelum Dilakukan Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas Tidak tuntas
1 95 - 100 - 0 - -
2 89 - 94 - 0 - -
3 83 - 88 1 6,67 √ -
4 77 - 82 1 6,67 √ -
5 71 - 76 1 6,67 √ -
6 65 - 70 3 20 √ -
7
41
Untuk lebih jelasnya, ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04
sebelum dilakukan tindakan (Pra siklus) dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4. 4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Sebelum Dilakukan Tindakan
No Ketuntasan Belajar Jumlah
Siswa Persentase (%)
1 Tuntas (≥ 65) 6 40 %
2 Belum Tuntas (≤ 65) 9 60 %
Jumlah 15 100 %
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas sebanyak 40% (6
orang siswa) dan yang tidak tuntas sebanyak 60% (9 orang siswa). Berdasarkan tabel
ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, dapat dijabarkan dalam
gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Belajar
Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan
Berdasarkan data nilai sebelum dilakukan tindakan pada mata pelajaran IPS,
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Kaliwungu 04 masih rendah.
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang disajikan masih rendah dikarenakan guru kurang memiliki ketrampilan menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif atau selalu menggunakan pembelajaran yang
monoton atau konvensional, dimana metode ceramah masih mendominasi proses
42
kegiatan pembelajaran, sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik yang
berakibat tingkat pemahaman siswa menjadi rendah dan siswa pun kurang aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran, sehingga terjadi hambatan dalam transformasi ilmu
pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.
Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas IV di SD Negeri
Kaliwungu 04 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012, penulis akan melakukan sebuah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan
pada BAB sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan model
pembelajaran Make a Match, guna meningkatkan pemahaman belajar siswa yang akan
dilakukan dalam dua siklus. Siklus I pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar
“Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, dan
siklus II pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “Mengenal perkembangan
teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”.
4.1.3 Siklus I
4.1.3.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus I diuraikan sebagai berikut :
Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi
yangdipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar “Mengenal pentingnya koperasi
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut,
kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materi yang
digunakan dalam siklus I tentang koperasi. Berdasarkan materi tersebut kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam RPP
di berikan alokasi waktu sebanyak 4 x 35 menit, artinya RPP disampaikan dalam 2 kali
pertemuan (tatap muka).
Pada siklus I persiapan yang dilakukan peneliti adalah menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran Make a Match, menyiapkan kartu-kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik tentang pengertian koperasi,tujuan dan manfaat koperasi, lambang dalam koperasi
jenis-jenis koperasi dan pentingnya usaha bersama dalam koperasi, kemudian
menyiapkan lembar observasi atau pengamatan.
43
Pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran Make
a Match dimana pembelajaran ini dengan menggunakan kartu yang berisi soal maupun
jawaban kemudian dibagikan kepada setiap siswa. Setiap siswa yang mendapatkan kartu
berisi soal, siswa tersebut harus mencari jawaban dari kartunya tersebut. Begitu juga
sebaliknya yang mendapatkan kartu jawaban harus mencari soal yang sesuai dengan soal
dari kartunya tersebut. Adapun skenario pembelajaran diatur dan alokasi waktu
direncanakan sebagai berikut:
Waktu pembelajaran 2 x 35 menit = 70 menit terdiri dari:
1. Pra pembelajaran (apersepsi dan motivasi) 5 menit
2. Penyampaian materi, pemberian informasi tata cara melakukan pembelajaran
dengan model pembelajaran Make a Match 20 menit
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match 35 menit
4. Tanya jawab tentang materi 5 menit
5. Kegiatan penutup 5 menit
4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksankan pada hari Jumat, 13 April 2012.
Pada tahap apersepsi guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang koperasi
yang ada di sekolah. Setelah apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari
ini dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang
akan di sampaikan hari ini tentang pengertian koperasi, tujuan dan manfaat
koperasi, lambang koperasi, dilanjutkan tata cara melaksanakan model
pembelajaran Make a Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau
topik tentang pengertian koperasi, tujuan dan manfaat koperasi, lambang koperasi.
Selanjutnya guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada
siswa. Setelah peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal
dari kartu – kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit.
Setelah siswa yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa
tersebut maju kedepan kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa
yang belum menemukan kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut
diarahkan untuk menempati tempat duduknya kembali. Setelah itu kartu
44
dikumpulkan kembali dan dikocok dan dibagikan kepada siswa secara acak,dan
begitu seterusnya. Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat
kesimpulan dari pembelajaran ini.
2. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 April 2012.
Pada tahap apersepsi guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang
pembelajaran kemarin. Setelah apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran
hari ini dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi
yang akan di sampaikan hari ini tentang jenis-jenis koperasi dan peranan usaha
bersama dalam koperasi, dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran
Make a Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang
jenis-jenis koperasi dan pentingnya usaha bersama dalam koperasi. Selanjutnya
guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada siswa. Setelah
peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal dari kartu –
kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit. Setelah siswa
yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa tersebut maju
kedepan kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa yang belum
menemukan kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut diarahkan
menempati tempat duduknya kembali. Setelah itu kartu dikumpulkan kembali dan
dikocok dan dibagikan kepada siswa secara acak,dan begitu seterusnya.
Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari
pembelajaran hari ini, kemudian guru memberikan soal evaluasi siklus I.
4.1.3.3 Observasi
Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar
observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan
pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan
rencana tindakan pada pertemuan berikutnya.
4.1.3.4 Hasil Analisis Data Tes Formatif Siklus I
Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif yang
45
dikerjakan siswa pada akhir pembelajaran siklus I. Deskripsi hasil belajar tes formatif I
pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
Jumlah siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata – rata
15 55 90 71,67
Hasil belajar siswa pada Tes Formatif siklus I dapat diketahui dari tabel 4.5 bahwa
nilai terendah siswa adalah 55 dan nilai tertinggi siswa adalah 90. Rata- rata nilai siswa
kelas IV pada siklus I adalah 71,67. Rata – rata nilai siswa mengalami peningkatan
dibandingkan dengan rata – rata nilai siswa sebelum dilakukan tindakan (63,33). Data
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No Nama siswa Jenis
kelamin Nilai Kualifikasi
1 BP L 85 Tuntas
2 DN P 60 Tidak Tuntas
3 MT L 60 Tidak Tuntas
4 BA L 90 Tuntas
5 EW L 75 Tuntas
6 JE L 65 Tuntas
7 OG P 55 Tidak Tuntas
8 RM L 80 Tuntas
9 SA P 75 Tuntas
10 WT L 85 Tuntas
11 WF P 70 Tuntas
12 BN P 60 Tidak Tuntas
13 IS P 80 Tuntas
14 NG P 60 Tidak Tuntas
15 JS L 75 Tuntas
Jumlah nilai 1075
Rata – rata nilai 71,67
Nilai Terendah 55
Nilai Tertinggi 90
46
Untuk lebih jelasnya, hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I dapat dijabarkan pada
tabel distribusi hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I yang dapat dilihat pada tabel
4.7 sebagai berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No Nilai Sesudah Siklus I Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas Tidak tuntas
1 95 - 100 - 0 - -
2 89 - 94 1 6,67 √ -
3 83 - 88 2 13,33 √ -
4 77 - 82 2 13,33 √ -
5 71 - 76 3 20 √ -
6 65 - 70 2 13,33 √ -
7
47
Gambar 4.3 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa
Pada Siklus I
Untuk lebih jelasnya, ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I kelas IV SD
Negeri Kaliwungu 04 dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No Ketuntasan Belajar Jumlah
Siswa Persentase (%)
1 Tuntas (≥ 65) 10 66,67%
2 Belum Tuntas (≤ 65) 5 33,33%
Jumlah 15 100 %
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas sebanyak 66,67% (10
orang siswa) dan yang tidak tuntas sebanyak 33,33% (5 orang siswa). Berdasarkan tabel
ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus I, dapat dijabarkan dalam gambar
4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
48
4.1.3.5 Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan model Make a Match, hasil
belajar siswa pada siklus I telah mengalami peningkatan. Tetapi masih ada beberapa
siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM dan belum mencapai ketuntasan 80%. Siswa
yang mencapai nilai tuntas menjadi 10 orang siswa, yang sebelumnya hanya 6 orang
siswa. Selain itu, sebagian besar siswa sudah aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran Make a Match. Berdasarkan kekurangan hasil belajar dari
pembelajaran siklus I, maka peneliti akan memperbaiki hasil belajar dengan melakukan
pembelajaran pada siklus II.
4.1.4 Siklus II
4.1.4.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan pada siklus I diuraikan sebagai berikut :
Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi yang
dipilih dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar “Mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”. Berdasarkan
materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Materi yang digunakan dalam siklus I tentang perkembangan
teknologi. Berdasarkan materi tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam RPP di berikan alokasi waktu sebanyak 4 x 35
menit, artinya RPP disampaikan dalam 2 kali pertemuan (tatap muka).
Pada siklus II persiapan yang dilakukan peneliti adalah menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS dengan menggunakan model
pembelajaran Make a Match, menyiapkan kartu-kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi, transportasi pada masa lalu
dan masa sekarang, kemudian menyiapkan lembar observasi atau pengamatan.
Pembelajaran yang direncanakan dengan menggunakan model pembelajaran Make
a Match dimana pembelajaran ini dengan menggunakan kartu yang berisi soal maupun
jawaban kemudian dibagikan kepada setiap siswa. Setiap siswa yang mendapatkan kartu
berisi soal, siswa tersebut harus mencari jawaban dari kartunya tersebut. Begitu juga
sebaliknya yang mendapatkan kartu jawaban harus mencari soal yang sesuai dengan soal
49
dari kartunya tersebut. Adapun skenario pembelajaran diatur dan alokasi waktu
direncanakan sebagai berikut:
Waktu pembelajaran 2 x 35 menit = 70 menit terdiri dari:
1. Pra pembelajaran (Apersepsi dan motivasi) 5 menit
2. Penyampaian materi, pemberian informasi tata cara melakukan pembelajaran dengan
model pembelajaran Make a Match 20 menit
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match 35 menit
4. Tanya jawab tentang materi 5 menit
5. Kegiatan penutup 5 menit
4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan pertama
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksankan pada hari Rabu, 18 April 2012.
Pada tahap apersepsi guru memperlihatkan sebuah gambar “Mesin jahit” dan
bertanyan kepada siswa kegunaan mesin jahit pada zaman sekarang. Setelah
apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini dan skenario pembelajaran
yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang akan di sampaikan hari ini
tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi pada masa lalu dan
masa sekarang, dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran Make a
Match dan menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang
perkembanga teknologi produksi dan komunikasi pada masa lalu dan masa
sekarang. Selanjutnya guru mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak
kepada siswa. Setelah peluit ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban
maupun soal dari kartu - kartu yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi
yaitu 1 menit. Setelah siswa yang menemukan kartu pasangannnya (soal dan
jawaban), siswa tersebut maju kedepan kelas dan di bahas bersama- sama.
Sedangkan bagi siswa yang belum menemukan kartu pasangannya (soal dan
jawaban), siswa tersebut diarahkan untuk menempati tempat duduknya kembali.
Setelah itu kartu dikumpulkan kembali dan dikocok dan dibagikan kepada siswa
secara acak, dan begitu seterusnya.
Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari
pembelajaran ini.
50
2. Pertemuan kedua
Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 19 April 2012.
Pada tahap apersepsi guru memperlihatkan gambar sebuah truk, kemudian
bertanya kepada siswa” Truk merupakan salah satu contoh teknologi?”. Setelah
apersepsi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini dan skenario pembelajaran
yang akan dilaksanakan, menjelaskan materi yang akan di sampaikan hari ini
tentang perkembangan teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang,
dilanjutkan tata cara melaksanakan model pembelajaran Make a Match dan
menunjukkan kartu-kartu yang berisi konsep atau topik tentang perkembangan
teknologi transportasi pada masa lalu dan masa sekarang. Selanjutnya guru
mengocok kartu tersebut dan dibagikan secara acak kepada siswa. Setelah peluit
ditiup, masing-masing siswa memikirkan jawaban maupun soal dari kartu - kartu
yang mereka pegang dengan waktu yang dibatasi yaitu 1 menit. Setelah siswa yang
menemukan kartu pasangannnya (soal dan jawaban), siswa tersebut maju kedepan
kelas dan di bahas bersama- sama. Sedangkan bagi siswa yang belum menemukan
kartu pasangannya (soal dan jawaban), siswa tersebut diarahkan menempati tempat
duduknya kembali. Setelah itu kartu dikumpulkan kembali dan dikocok dan
dibagikan kepada siswa secara acak,dan begitu seterusnya.
Setelah kegiatan dilakukan guru bersama siswa membuat kesimpulan dari
pembelajaran hari ini, kemudian guru memberikan soal evaluasi siklus II.
4.1.4.3 Observasi
Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar
observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan guru pada saat melakukan
pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan
rencana tindakan pada pertemuan berikutnya.
4.1.4.4 Hasil Analisis Data Tes Formatif Siklus II
Pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif
yang dikerjakan siswa pada akhir pembelajaran siklus II. Deskripsi hasil belajar tes formatif
pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:
51
Tabel 4.9
Deskripsi Hasil Belajar Tes Formatif Pada Siklus II
Jumlah siswa Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata - rata
15 70 100 84
Hasil belajar siswa pada tes formatif siklus II dapat diketahui dari tabel 4.9 bahwa
nilai terendah siswa adalah 70 dan nilai tertinggi siswa adalah 100. Rata- rata nilai siswa
kelas IV pada siklus II adalah 84. Rata – rata nilai siswa mengalami peningkatan
dibandingkan dengan rata – rata nilai tes formatif siswa pada siklus I yaitu 71,67.
Data hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Siklus II
No Nama siswa Jenis
kelamin Nilai Kualifikasi
1 BP L 90 Tuntas
2 DN P 85 Tuntas
3 MT L 70 Tuntas
4 BA L 100 Tuntas
5 EW L 75 Tuntas
6 JE L 85 Tuntas
7 OG P 95 Tuntas
8 RM L 80 Tuntas
9 SA P 85 Tuntas
10 WT L 75 Tuntas
11 WF P 100 Tuntas
12 BN P 85 Tuntas
13 IS P 80 Tuntas
14 NG P 75 Tuntas
15 JS L 80 Tuntas
Jumlah nilai 1260
Rata – rata nilai 84
Nilai Terendah 70
Nilai Tertinggi 100
Untuk lebih jelasnya, hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II dapat dijabarkan pada
tabel distribusi hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II yang dapat dilihat pada tabel
4.11 sebagai berikut:
52
Tabel 4.11
Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No Nilai Sesudah Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa Persentase (%) Tuntas Tidak tuntas
1 95 - 100 3 20 √ -
2 89 - 94 1 6,67 √ -
3 83 - 88 4 26,67 √ -
4 77 - 82 3 20 √ -
5 71 - 76 3 20 √ -
6 65 - 70 1 6,67 √ -
7
53
Gambar 4.5 Diagram Batang Distribusi Hasil Belajar Tes Formatif Siswa
Pada Siklus II
Untuk lebih jelasnya, ketuntasan hasil belajar tes formatif siswa pada siklus II kelas IV SD
Negeri Kaliwungu 04 dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
No Ketuntasan Belajar Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 Tuntas (≥ 65) 15 100%
2 Belum Tuntas (≤ 65) 0 0%
Jumlah 15 100 %
Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa persentase siswa yang tuntas sebanyak 100% dan
yang tidak tuntas sebanyak 0% .Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar tes formatif
siswa pada siklus II, dapat dijabarkan dalam gambar 4.6 sebagai berikut:
Gambar 4.6 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar
Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
54
4.1.4.5 Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang dilaksanakan dengan model Make a Match, hasil
belajar siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan. Nilai seluruh siswa kelas IV
100% tuntas pada siklus II dan mencapai KKM. Dan sudah mencapai indikator
keberhasilan yaitu 80%. Siswa sudah aktif dalam pembelajaran dengan model
pembelajaran Make a Match. Dan Indikator keberhasilan penelitian untuk variabel hasil
belajar sudah tercapai pada siklus II.
4.1.5 Analisis Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan,
Siklus I dan Siklus II
Perbandingan ketuntasan siswa sebelum dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II dapat
dijabarkan dalam tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.13 Perbandingan Ketuntasan Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan,
Siklus I dan Siklus II
No Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II
1 Tuntas (≥ 65) 6 10 15
2 Belum Tuntas (≤ 65) 9 5 0
Jumlah 15 15 15
Dari tabel 4.14, Perbandingan ketuntasan siswa diatas dapat dilihat adanya
peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan jumlah siswa yang tuntas hanya 6
orang, sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa dan siklus
II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa atau semua siswa tuntas. Pada klasifikasi
tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 9
orang pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, setelah siklus I jumlah siswa yang
belum tuntas sebanyak 5 orang dan siklus II tidak ada siswa tidak tuntas artinya semua
siswa atau 15 siswa mengalami ketuntasan belajar (≥ KKM=65). Hal ini membuktikan
bahwamelalui model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan table 4.13 diatas maka perbandingan siswa tuntas dan tidak tuntas dapat
dilihat pada gambar sebagai berikut:
55
Gambar 4.7 Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Siswa
Sebelum Dilakukan Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan,
siklus I dan siklus II, dapat dijabarkan dalam bentuk tabel 4.14 sebagai berikut:
Tabel 4.14 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dilakukan Tindakan,
Siklus I dan Siklus II
No Tindakan Persentase Ketuntasan
1 Sebelum Tindakan 40%
2 Siklus I 66,67%
3 Siklus II 100%
Dari tabel 4.14 diatas dapat dilihat persentase ketuntasan sebelum dilakukan
tindakan adalah 40%, pada siklus I persentase ketuntasan meningkat menjadi 66,67% dan
pada siklus II persentase ketuntasan menjadi 100%. Berdasarkan tabel ketuntasan hasil
belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II, dapat dijabarkan dalam
gambar 4.8 sebagai berikut:
56
Gambar 4.8 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Sebelum Dilakukan Tindakan, Siklus I dan Siklus II
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Kaliwungu
04 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang menyatakan tingkat pemahaman siswa
kelas IV khususnya Mata pelajaran IPS masih rendah, dan hasil belajar siswa masih
banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini salah satu
penyebabnya adalah karena guru dalam penyampaian pembelajaran masih menggunakan
model pembelajaran konvensional. Dimana guru hanya berceramah di depan kelas dan
siswa mendengarkan, sehingga siswa hanya pasif saat pembelajaran dan pembelajaran
terkesan membosankan. Siswa terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton
sehingga menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS rendah. Proses
pembelajaran sebelum dilakukan tindakan menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu
siswa yang nilainya memenuhi KKM sebanyak 6 siswa atau 40% dari 15 siswa dengan
nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 40 dengan rata-rata hanya 63,33.
Adanya perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas karena
siswa yang sudah mencapai ketuntasan (6 siswa) telah mampu menangkap materi yang
disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah, dan mempunyai kemampuan
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang lain, sedangkan 9 siswa yang
belum bisa menangkap materi yang disampaikan guru dengan ceramah karena
kemampuan dalam belajar mereka masih rendah jika menerima pembelajaran dengan
57
bentuk ceramah. Oleh karena itu diperlukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajara
siswa di kelas agar lebih baik dalam memahami materi pembelajaran.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nana sudjana (2010 : 8) menyatakan
bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang
dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses
belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa didapatkan dari hasil perolehan nilai siklus I dan II adalah
sebagai berikut:
i. Siklus I
Pada Siklus I melalui model pembelajaran Make a Match, rata-rata kelas meningkat
menjadi 71,67. Siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=65) sebanyak 5 siswa atau 33,33% dan siswa yang memenuhi KKM sebanyak
10 siswa atau 66,67%. Dengan nilai terendah siswa yaitu 55 dan nilai tertinggi siswa
yaitu 95.
ii. Siklus II
Pada Siklus II melalui model pembelajaran Make a Match, rata-rata kelas meningkat
menjadi 84. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak
15 siswa atau 100% dan artinya semua siswa telah tuntas. Dengan nilai terendah
siswa yaitu 70 dan nilai tertinggi siswa 100.
Dari uraian diatas dapat dilihat kondisi sebelum dilakukan tindakan nilai rata-rata
siswa 63,33 dan terdapat 6 siswa tuntas (40%) dari 15 siswa. Pada Siklus I nilai rata-rata
siswa meningkat menjadi 71,67 dan terdapat siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa
(66,67%) dari 15 siswa. Pada Siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 84 dan 15
siswa tuntas (100%). Dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa pembelajaran melalui model
pembelajaran Make a Match lebih baik digunakan pada saat proses pembeljaran karena
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagus Edi
Rosanto “Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Pada Mata Pelajaran IPS
Tentang Keadaan Alam Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V
di SD Negeri Semanggi 02 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora “. Selain itu penelitian
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Rejeki, Edi Sukrisno,
58
Raehanum, dan Heny Ambarwati. Peneliti menggunakan model pembelajaran Make a
Match dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran sebelum
dilakukan tindakan, siklus I dan siklus II terjadi peningkatan rata-rata kelas dan persentase
ketuntasan hasil belajar. Adanya peningkatan ini menunjukan bahwa model pembelajaran
Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar.
Tujuan pembelajaran Make a Match ini untuk mengembangkan atau membangun
keaktifan dan pengetahuan siswa dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran Make a
Match tidak lain sebagai fasilitator, moderator, motivator dan evaluator pada proses
pembelajaran yang selanjutnya mengarahkan atau membimbing siswa. Model
pembelajaran Make a Match sangat efektif karena siswa akan terlihat aktif saat
pembelajaran dan sistem kerja sama, komunikasi antar siswa terjalin dengan baik. Kondisi
pembelajaran seperti ini berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, karena siswa akan
lebih memahami materi ketika siswa menemukan pengetahuannya sendiri yaitu dengan
cara berdiskusi atau bekerjasama dengan temanya. Pada akhirnya model pembelajaran
Make a Match membawa perubahan positif pada siswa dalam pembelajaran IPS. Dan
siswa tidak akan merasa bosan dalam pembelajaran, karena dengan model pembelajaran
make a match ini, siswa bisa belajar sambil bermain.