Post on 15-May-2019
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak Geografis
Desa Huta Moputi adalah salah satu desa yang termasuk dalam wilayah
provinsi Gorontalo, adapun luas wilayah keseluruhan desa Huta Moputi ini adalah
3.196 Km2
. Luas wilayah yang dimiliki oleh daerah tersebut merupakan salah
satu modal utama dan faktor pendukung dalam pengembangan pembangunan
dari wilayah tersebut. Wilayah yang lus serta di dukung oleh kondisi tanah yang
subur menjadi faktor penentu dalam peningkatan produksi sektor pertanian
yang pada umumnya. Adapun batas- batas wilayah desa Huta Moputi Kecamatan
Dengilo sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan desa Karya Baru, desa Padengo, dan
desa Karangetan
Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Mananggu, dan Kec. Paguat
Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popaya
Sebelah Barat berbatasan dengan desa Popaya.
Desa ini dapat di tempuh dengan jarak 3 jam dari kota Gorontalo dengan
kendaraan bermotor, sedangkan menggunakan mobil dapat di tempuh dengan
jarak 4 jam.
4.1.2 Demografi
Keadaan penduduk suatu wilayah merupakan salah satu keuntungan yang
dimiliki wilayah tersebut , jika penduduk tersebut memiliki kualitas yang baik.
Penduduk suatu wilayah merupakan sumber daya yang dapat berpengaruh
terhadap perkembangan pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu maka
peningkatan kualitas penduduk suatu wilayah sangat penting dilakukan melalui
peningkatan pendidikan maupun pengetahuan serta keterampilannya.
Adapun pada aspek kependudukan, masyarakat desa Huta Moputi
kebanyakan merupakan masyarakat yang homogen yakni suku Gorontalo. Luas
wilayah keseluruhan desa Huta Moputi adalah 3.196 Km2
yang di bagi dalam 3
dusun. Yakni dapat dilihat tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan berdasarkan
Dusun di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo.
No
Nama Dusun
Jumlah ( Jiwa )
Jumlah KK Perempuan Laki-Laki
1. Saripi 303 335 168
2. Dulamayo 172 149 90
3. Bubalango 183 165 120
Jumlah
keseluruhan
658 649 378
1.307 jiwa
Sumber : kantor desa Huta Moputi Kec. Dengilo
Terlihat dari Tabel di atas bahwa sebagian dari masyarakat desa Huta
Moputi baik dilihat dari segi dusun yang terbanyak masyarakatnya adalah
perempuan yakni berjumlah 658 jiwa dengan presentase 50.34 % untuk penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 649 jiwa atau dengan presentase
49.65% dari jumlah penduduk keseluruhan 1.307 jiwa.
Struktur umur penduduk di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat
kelahiran, kematian dan migrasi. Oleh karena itu, jika angka kelahiran di suatu
daerah sangat tinggi maka akan mengakibatkan daerah tersebut tergolong sebagai
daerah yang berpenduduk usia muda.1 Keadaan struktur penduduk di desa Huta
Moputi berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Huta Moputi Kec. Dengilo Kab.
Pohuwato.
Kelompok Umur
(tahun)
Laki-laki
( L )
Perempuan
( P )
Jumlah
( L + P )
0 – 4
5 – 9
10 - 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 69
56
59
68
78
75
83
47
41
45
33
29
14
12
9
76
68
65
56
78
84
55
34
43
34
29
10
13
13
132
127
133
134
153
167
102
75
88
67
58
24
25
22
Jumlah Total 649 658
1.307
Sumber : Kantor Desa Huta Moputi Kec. Dengilo Kab. Pohuwato tahun 2013.
Dapat dilihat pada Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2013
jumlah penduduk desa Huta Moputi yang masih tergolong usia muda
1 Muhamad Alkausar, “keterancaman ritual mappandesasi dalam masyarakat nelayan etnik
mandar kelurahan Bungkutoko Sulawesi Tenggara”, Tesis, program paska sarjana, universitas
Udaya Denpasar 2011.
persentasinya adalah 40,24 % atau sekitar 526 jiwa yang berumur dibawah 20
tahun. Sedangkan yang yang tergolong dalam usia non produktif (usia 0-14 tahun
dan usia 60 tahun ke atas) lebih kecil yakni 33% atau 439 jiwa, bila dibandingkan
dengan kategori usia produktif (usia 15-59 tahun) berjumlah 66,41% atau 868
jiwa.
Apabila ditinjau dari besarnya jumlah penduduk desa Huta Moputi
berdasarkan jenis kelamin, ternyata jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah
laki-laki. Perempuan berjumlah 658 jiwa atau 50,34% sedangkan laki-laki
berjumlah 649 jiwa atau 49,65%.
4.1.2.1 Pekerjaan
Dalam hal tenaga kerja, masyarakat desa Huta Moputi tidak mengalami
kesulitan karena jumlah penduduknya yang tergolong dalam usia non produktif
(usia 0-14 tahun dan usia 60 tahun ke atas) lebih kecil yakni 33% atau 439 jiwa,
bila dibandingkan dengan kategori usia produktif (usia 15-59 tahun) berjumlah
66,41% atau 868 jiwa. Melihat kenyataan tersebut berada pada usia produktif.
Hal ini merupakan salah satu modal utama yang dimiliki oleh daerah tersebut
dalam pembangunan daerah.
Dalam peningkatan pembangunan suatu daerah di tentukan oleh berbagai
faktor salah satunya pekerjaan yang di geluti oleh masyarakat tersebut, dilihat dari
pekerjaan masyarakat desa Huta Moputi, secara umum sumber mata pencaharian
utama masyarakat desa Huta Moputi adalah bertani. Selain bertani beberapa orang
berprofesi sebagai pedagang, penambang emas, supir, wiraswasta, URT, menjadi
tukang (membuat rumah/lemari kayu/ menjahit) sebagai pekerjaan sambilan untuk
memperoleh penghasilan tambahan dan sebagian kecil bermata pencaharian
sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Komposisi mata pencaharian penduduk di
desa Huta Moputi dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di desa Huta Moputi
No Mata Pencaharian Jumlah ( jiwa )
1. Pegawai Negeri 7
2. Pedagang 23
3. Tukang 15
4. Penambang Emas 124
5. Petani 343
6. Supir 13
7. Wiraswasta 8
8. URT 221
Jumlah 754
Sumber : Kantor Desa Huta Moputi tahun 2013
Dilihat dari tabel 3 , maka mata pencaharian masyarakat desa Huta Moputi
kebanyakan sebagai petani yang dipresentasikan berjumlah 49,46% atau 343 jiwa,
sedangkan yang bekerja sebagai URT adalah urutan ke dua pekerjaan yang
banyak mereka geluti yakni dengan jumlah 221 jiwa atau dengan presentasi 29.
31% dan yang sedikitnya berprofesi sebagai wiraswasta dengan presentasi 1,07%
atau 8 jiwa.
4.1.2.2 Pendidikan
Dalam upaya peningkatan pembangunan daerah maka salah satu faktor
yang penting di samping pekerjaan yang digeluti oleh masyarakatnya terdapat
pula faktor pendidikan, yang mana ditunjang oleh ketersediaan sarana
pendidikan yang sesuai dengan keadaan penduduk setempat. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam masa pembangunan.
Maka salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya
kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai perhatian utama yaitu dengan
menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.
Adapun sarana pendidikan yang terdapat di desa Huta Moputi Kecamatan
Dengilo yakni tersedianya sekolah tingkat TK sampai tingkat SD.
Selanjutnya dilihat dari segi pendidikan masyarakat desa Huta Moputi
yang terbanyak adalah tidak sekolah dan tidak tamat sekolah dasar (SD), seperti
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4. Pendidikan Masyarakat desa Huta Moputi
No. Pendidikan Laki-laki
( L )
Perempuan
( P )
Jumlah
1. Belum Sekolah 56 76 132
2. TK 25 27 52
2. SD 133 145 278
3. SMP 54 57 111
4. SMA 34 40 74
5. MAHASISWA 12 9 21
6. D3 1 2 3
7. S1 2 3 5
8. Tidak Sekolah dan
tidak tamat sekolah
316 315 631
Jumlah Total 633 674 1.307
Sumber : Kantor Desa Huta Moputi tahun 2013
Terlihat pada tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang
terbanyak adalah pada tingkat Tidak Sekolah dan tidak tamat sekolah dasar, laki-
laki berjumlah 316 dan perempuan 315 dengan jumlah keseluruhan 631 orang
dengan presentasi 48.27%. Sedangkan pada tingkat pendidikan S1 laki-laki
berjumlah 2 orang dan perempuan berjumlah 3 orang sehingganya yang memiliki
pendidikan tinggi hanyalah berjumlah 5 orang, atau dapat dipresentasikan
berjumlah 0.38%. Dan dapat dilihat pula dari kalangan perempuan, yang banyak
pada tingkat pendidikannya yang rendah. Sehingga banyak dari mereka yang
tergolong kaum ibu bergelut di dalam rumah saja (URT).
4.1.2.3 Agama
Sebagai upaya dalam peningkatan keimanan dan ketakwaan serta
kehidupan keagamaan masyarat, serta untuk memperlancar pelaksanaan ibadah
masyarakat , maka ketersediaan sarana peribadatan merupakan hal yang sangat
dibutuhkan. Sarana peribadatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan . Sarana
peribadatan yang terdapat disuatu daerah menunjukkan agama yang di anut oleh
masyarakat tersebut.
Adapun ketersediaan sarana peribadatan di desa Huta Moputi Kecamatan
Dengilo dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel. 5. Ketersediaan Sarana Peribadatan yang terdapat di desa Huta Moputi
No Sarana Peribadatan Jumlah (Unit)
1.
2.
Mesjid
Gereja
2
1
Jumlah 3
Sumber: Kantor Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo
Pada tabel 5 , terlihat bahwa jenis sarana peribadatan yang terdapat di
desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo yaitu terdiri atas mesjid berjumlah 2 unit
dan Gereja berjumlah 1 unit . Hali ini disebabkan karena sebagian besar
penduduk atau masyarakat di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo adalah
pemeluk agama islam.
Sedangkan dilihat dari segi agama/kepercayaan Penduduk desa Huta
Moputi dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6. Agama/Kepercayaan Penduduk desa Huta Moputi
No. Agama Jumlah (orang)
1. Islam 1300
2. Kristen 7
Jumlah total 1.307
Sumber : kantor desa Huta Moputi tahun 2013
Terlihat pada tabel di atas, penduduk desa Huta Moputi Kec. Dengilo Kab.
Pohuwato sekitar 99% masyarakatnya beragama islam atau dengan jumlah 1300
jiwa yang memeluk agama islam dari 1307 jumlah penduduk secara keseluruhan,
lainnya menganut agama Kristen.
4.1.3 Fenomena Gosip Kaum Ibu di Desa Huta Moputi
Dalam penelitian ini, fenomena gosip bisa diartikan sebagai, suatu
kebiasaan bercerita yang di lakukan oleh setiap orang ketika berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungannya dan hal ini biasanya dinamakan dengan pergaulan,
dalam bergaul ada perasaan sedih/bahagia, marah/sabar, dan bisa mengontrol
emosi. Peranan percakapan inilah yang sangat berpengaruh dalam menentukan
kualitas pergaulan. Percakapan antarmanusia ini akan produktif jika bertujuan
untuk hal-hal yang positif, seperti belajar, berdakwah, bisnis dan lainnya. Tidak
produktif jika tanpa tujuan yang jelas, seperti ngobrol tanpa arah, dan bergosip.
Bergosip dalam masyarakat Gorontalo disebut dengan “Karlota” yang
artinya membicarakan pribadi orang lain, begitupun sama halnya dengan
masyarakat yang ada di desa Huta Moputi. Hal ini hanya merupakan perbedaan
pada penyebutanya saja, yang pada intinya membicarakan pribadi orang lain, baik
itu bersifat positif maupun negatif. Tetapi dalam penelitian ini, penyebutanya
dijabarkan secara umum yakni Gosip.
Dalam kalangan masyarakat di desa Huta Moputi khususnya kaum ibu,
secara struktur sosial, Pada umumnya struktur sosial di pedesaan ini adalah
struktur sosial yang bersifat sederhana karena dilihat dari mata pencahariannya
yang mayoritas sama atau seragam, aktivitas pedesaannya yang hanya terbatas
pada persoalan bagaimana cara mempertahankan hidup dan mencapai
kebutuhannya. Dari hasil observasi dilapangan, mayoritas penduduk desa Huta
Moputi bermata pencaharian sebagai petani, adapun kaum ibunya sekitar 29%
bekerja di dalam rumah (URT). Karena banyak dari pada kaum ibu yang bergelut
di dalam rumah, kegiatan atau pun aktivitasnya sehari-hari hanya disekitaran itu
saja . Oleh karena itu tidak mengherankan ketika disela-sela aktivitas mereka, ada
kegiatan lain yang dilakukan, yakni bergosip. Dari segi pendidikan masyarakat
desa Huta Moputi terbanyak yang tergolong pada tingkat tidak lulus sekolah dasar
dan tidak sekolah. Dan hal inipun kaum perempuan berjumlah 315 jiwa, selisi 1
dengan laki-laki atau berjumlah 316 jiwa.
Dalam kajian ini, peneliti akan membahas mengenai Fenomena Gosip
Kaum Ibu di Desa Huta Moputi. Dimana dalam teorinya, Gosip menurut Foster
merupakan pertukaran informasi (bisa positif maupun negatif) terhadap pihak
ketiga yang tak hadir dari kejadian pertukaran informasi tadi. Tentunya dengan
definisi tadi perlu dipertegas dengan tiga hal utama yang membedakanya, yaitu
(1) pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang sedang
berlangsung ; (2) isi dari komunikasi tersebut utamanya adalah evaluasi atau
penilaian terhadap orang atau pihak yang dibicarakan, baik itu bersifat negatif
maupun positif ; dan (3) pentingnya faktor situasional dalam percakapan. 2
Adapun temuan dari pada fenomena gosip kaum ibu di desa Huta Moputi
Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato yakni terkait mengenai gosip yang
menurut Foster pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang sedang
berlangsung, peneliti menemukan pada saat observasi, terhadap kegiatan kaum ibu
khususnya ibu-ibu rumah tangga yang ada di desa Huta Moputi Kecamatan
Dengilo Kabupaten Pohuwato. Terlihat dalam kegiatan mereka sehari-hari,
mereka sering berinteraksi atau bercerita dengan orang lain terlebih dengan
sesamanya (kaum ibu), yang pada umumnya masyarakat lainpun sering
melakukannya, walaupun dalam pembicaraan mereka awali dengan bentuk
sapaan, namun pada akhirnya mereka membicarakan orang lain, yang kemudian
tadinya hanya beberapa orang saja yang ikut dalam pembicaraan, selang berapa
menit kemudian sudah bertambah menjadi tiga dan seterusnya.3
Hal ini berdasarkan penuturan dari ibu JL mengenai kebiasaan bercerita
dalam kehidupan sehari-hari.
“ …ia, jaba bacirita dengan orang-orang tantu, kalau tidak ba cerita baru
bagaimana…”4
2 Eko Meinarno, Op.cit., hal. 80
3 Observasi tanggal 15 maret 2013 hari sabtu pukul 09.30 Wita
4 Wawancara dengan ibu JL tanggal 20 maret 2013 pukul 11.30 Wita
Maksud perkataan dari ibu JL
“ ia, sering bercerita dengan orang tentunya, jika tidak bercerita lalu
bagaimana….”
Isi dari gosip atau biasanya dikenal dengan kata “karlota” ini pun
beragam, karena pada dasarnya gosip merupakan heterogen fenomena dalam isi,
bentuk, dan fungsi, ini dapat diwujudkan secara berbeda seluruh rentang
kehidupan. Oleh sebab itu tema yang banyak di ceritakan oleh masyarakat
setempat biasanya mengenai perselingkuhan, keluarga, sesekali mengenai
perekonomian mereka maupun orang lain.
Seperti yang dikatakan oleh ibu SN (28 Thn) saat di wawancarai :
“…yang biasa di cerita, paling-paling mengenai keluarga…apalagi
mengenai anak. Kalau mengenai orang lain bo sadiki…”5
Maksud perkataan dari ibu SN
“ yang sering diceritrakan biasanya mengenai keluarga, khususnya
mengenai anak. Hanya Sedikit mengenai orang lain.
Hal ini menunjukan bahwa interaksi dalam masyarakat pada umumnya
adalah salah satu hal yang utama, akan tetapi kebiasaan bercerita inilah yang
kebanyakan mengarah kepada hal-hal yang kurang menyenangkan contohnya saja
gosip yang awal mulanya terbentuk dari kebiasaan seseorang yang sering
membicarakan orang lain. Walaupun dalam isi gosip tersebut tidak semuanya
mengarah kepada hal-hal yang negatif, akan tetapi kebanyakan gosip yang beredar
dalam masyarakat di desa Huta moputi lebih banyak mengarah pada hal-hal yang
negatif.
5 Wawancara dengan ibu SN tanggal 21 Maret pukul 10.00 Wita
Berdasarkan wawancara dengan ibu SR (46 thn) terhadap kebiasaan kaum
ibu yang berada di sekitar rumahnya, seakan mempertegas fenomena gosip pada
kaum ibu di desa Huta Moputi, dalam isi wawancara tersebut dengan ibu SR, ia
menuturkan bahwa ;
“… yang biasanya dorang cerita, mengenai orang pe apa……macam
orang mo dapa bili kursi ke..yang mo dapa bili yang di dalam rumah, baru
dorang cerita dia itu dapa bili ini amm..bagitu yang dorang mo
karlota…”6
Maksud dari perkataannya ibu SR ;
“ yang biasanya mereka ceritakan seperti ini, jika salah seorang yang
mampu membeli perabotan rumah tangga, itu akan menjadi topik atau
bahan untuk diceritakan kepada orang lain.”
Sebagian besar manusia suka berbicara dengan orang lain, yang biasa
dinamakan dengan “ngobrol”. Karena kita ketahui bersama bahwa interaksi
merupakan syarat utama terbentuknya sebuah masyarakat. Dari hasil wawancara
di atas menunnjukkan bahwa kebiasaan bercerita merupakan proses interaksi
antara seseorang dengan orang lain dan hal ini sudah merupakan keharusan dalam
proses bermasyarakat, namun dengan kebiasaan bercerita ini, berbagai macam
yang terjadi , baik disadari maupun tidak. Salah satunya yakni membicarakan
pribadi orang lain. Pada awalnya, gosip terbentuk dikarenakan rasa keingintahuan
seseorang terhadap hal-hal yang dianggap menarik baginya, Rasa ingin tahu ini
pulalah yang berbuah teori dan penemuan-penemuan di dunia ini. Semua
penemuan yang ada saat ini, tidak akan ada kalau manusia tidak dikaruniai
anugrah tersebut. Oleh karena itu gosip dalam masyarakat sudah dianggap wajar-
6 Wawancara dengan ibu SR pada tanggal 20 maret 2013 hari rabu pukul 08.30 Wita
wajar saja. Gosip pun bagi individu bisa berfungsi sebagai hiburan, pengisi waktu,
hingga kompensasi atas ketidakpuasan pribadi. Karena itulah banyak orang
menyukainya. Tapi, tak jarang gosip terkadang disebarkan untuk tujuan jahat.
Seperti yang telah dikemukakan oleh ibu TN (35 thn) mengenai adanya orang-
orang yang bergosip di desa Huta Moputi, dalam isi wawancara ini ia menuturkan
bahwa ;
“ banyak yang jaga bakarlota di sini ini, cuman jaga lia-lia kasana”7
Maksud dari pernyataan ibu TN:
“ banyak yang sering bergosip di desa ini, hanya saja saya tidak
menanggapinya”
Kaum ibu lainnya menyatakan bahwa, gosip dapat mereka gunakan
sebagai alat untuk menjatuhkan orang lain yang tidak mereka sukai, dalam hal
ini dapat dikaitkan dengan isi dari gosip menurut Foster, komunikasi tersebut
utamanya adalah evaluasi atau penilaian terhadap orang atau pihak yang
dibicarakan, baik itu bersifat negatif maupun positif, hal ini sesuai wawancara
dengan ibu LS (46 thn) ia menuturkan ;
“kalau orang yang bacuri itu, saya rasa perlu diberitahukan kepada yang
lain, karna orang bagitu sudah melakukan pelanggaran”.8
Maksud dari pernyataan ibu LS ;
“ jika seseorang yang mencuri, saya fikir perlu diberitahukan kepada yang
lainnya, dikarenakan orang yang seperti orang yang sudah melakukan
pelanggaran”
7 Wawancara dengan ibu TN tanggal 21 maret 2013 pukul. 15.30 Wita
8 Wawancara dengan ibu LS tanggal 20 Maret 2013 hari Rabu pukul 10.00 Wita
Pernyataan salah satu kaum ibu ini mengindikasikan bahwa gosip
digunakan untuk “serangan” terhadap orang yang di pandang bertentangan dengan
norma. Gosip juga dapat dilihat sebagai suatu proses interaksi yang bisa
merekatkan hubungan antar satu dan lainnya, dalam hal ini bisa berbagi cerita
dengan yang lainnya. Kedua cuplikan di atas dari kaum ibu, menegaskan bahwa
gosip memang bisa membangun citra positif maupun negatif. Citra diri yang
buruk akan membuat dirinya sulit bergerak di dalam masyarakatnya.
Berdasarkan hasil observasi bertempat di sungai, peneliti melihat ada 2
orang ibu-ibu yang sedang mencuci pakaian, di mana tadinya kaum ibu ini
kegiatannya hanya sekedar mencuci, tetapi tidak berselang lamanya sudah
bertambah menjadi 3 orang, dan kemudian dalam kegiatan mereka terdengar
membicarakan perilaku orang lain yakni keluarga mereka sendiri. 9
Hal ini
berdasarkan wawancara dengan ibu SR (46 Thn) selaku orang yang memiliki
rumah berdekatan dengan sungai, sebagai mana yang ia ungkapkan dalam
wawancara ;
“ bakumpul dorang, apalagi yang bacuci di sungai so di situ itu dorang
bakarlota akan….” 10
Maksud dari pernyataan ibu SR ;
“ berkumpul mereka, apalagi yang sedang memcuci di sungai, sudah di
situlah mereka bergosip.”
Gosip umumnya muncul dari kelompok lain kepada kelompok lainnya,
begitupun dari individu satu terhadap individu lainnya. Menurut Foster mengenai
9 Observasi tanggal 16 maret 2013 pada pukul 11.00 Wita
10 Ibu SR, Op.cit
gosip, pentingnya faktor situasional dalam percakapan. Sehingga tempatpun
menjadi salah satu yang menjadi pertimbangan dalam bergosip.
4.1.4 Gosip kaum ibu dapat merubah hubungan sosial mereka dalam
masyarakat di desa Huta Moputih
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi
pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk
mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Hal inipun terjadi pada
masyarakat di desa Huta Moputi, tersebarnya gosip dalam masyarakat menjadikan
sikap ataupun pola pikir mereka tentang seseorang yang digosipkan berubah.
Perubahan tersebut bisa positif maupun negatif, sesuai isi dari gosip itu sendiri.
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa gosip terkait dengan
kehidupan sosial. Sehingganya gosip menjadi salah satu alternatif yang sering
dianggap oleh sebagian kaum perempuan terutama kaum ibu yang berada di desa
Huta Moputi Kecamatan Dengilo ini sebagai salah satu kegiatan pengisi waktu,
hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu NN (45 Thn) ia menuturkan :
“ sifat yang bagitu itu…orang yang tidak ada pekerjaan jadi bo Cuma
bakumpul-kumpul orang pe cerita, da jadi itu orang bawa-bawa ka
rumah-rumah ke atau kalau mo pigi di kios mo ba beli mo bakarlot di
kios….”11
Maksud dari pernyataan ibu NN :
“sifat yang begitu adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga
mengumpulkan cerita tentang orang lain, sehingganya cerita itu ketika
didengar oleh orang lain maka, mereka memberitahukan lagi ke rumah-
rumah atau ketika membeli sesuatu di warung, mereka menceritakannya
lagi di tempat tersebut”.
11
Wawancara dengan ibu NN tanggal 21 maret 2013 hari kamis pukul 16.10 Wita
Dapat di simpulkan bahwa ketika ada yang membicarakan keburukan atau
pribadi orang lain mereka itulah ciri-ciri orang yang kurang memiliki pekerjaan,
sehingga mencari-cari kegiatan tersendiri untuk mengisi waktu luang mereka.
Pernyataan dari salah satu kaum ibu ini mengindikasikan bahwa gosip dilakukan
untuk mencari kesibukan tersendiri sekaligus membuat kaum ibu mudah akrab
dengan temannya, walaupun dengan orang yang baru saja dikenalinya. Ketika
tidak ada topik yang ingin dibicarakan, bergosip merupakan pilihan yang tepat
bagi mereka. Pembicaraan mengenai orang lain takkan pernah ada habisnya,
sehingga gosip membantu pembicaraan terus mengalir.
Ungkapan informan ibu NN di atas menunjukan bahwa fenomena gosip
ini, sudah menjadi kebiasaan tersendiri bagi kaum ibu di desa Huta Moputi.
Sebagian lainnya juga menyatakan bahwa pernah ada di desa Huta Moputi
dikarenakan adanya gosip, menyebabkan kedua keluarga menjadi bertengkar,
sehingga diproses di kantor desa dan kepolisian, terungkap sebuah pernyataan dari
ibu SR ( 46 Thn) pada saat wawancara seakan mempertegas hal tersebut ;
“ ada ini terjadi di dengilo ini ee…kebetulan suami istri, istri ini ada
turun dirumah baru…..depe paitua tanya..eeeee kenapa so dari turun
dirumah? Baruu….tidak ada depe jawaban akhirnya karna dia turun
laki-laki juga turun, baru ada orang menampung, dia bilang eee….ngana
pe maitua itu so turun bagitu lebe olo ngana ee..turun. baru tinggal pa
kita pe rumah, katanya bagitu ada dengar-dengar itu, baru...dia ada
tampung kasian, ini depee..maitua orang so depe keluarga so ini kamari
baru depe keluarga bilang pulang saja karumah nou kinapa so bajalan-
bajalan bagini, baru ehh dia s pulang ka rumah. Akhirnya ini laki-laki ee..
dorang tampung yang suami istri baru serta dorang ada karlota dorang
bilang so kawin… ini laki-laki, aa… marontak ini parampuan, ada
marontak parampuan baru eyii…dia pigi kamari ini yang ba tampung
padia ini depe suami ini baru sampe..baku bawa di ini..di kantor desa,
disitu tidak boleh dorang mo ini dorang pe suara so talalu, pokoknya
sobaaa….ini..apa…so basinggung macam-macam pokoknya so kasar-
kasar dorang bicara..baruueee kita pe laki kinapa tidak mo kasi turun
kamari dirumah mala kamu Cuma ada sambunyi bagini-bagini, ii…. Jadi
parampuan kase depe istri ada lapor di kantor polisi ini yang ada ba
tampung ini ee..depe suami baru baku bawa sampe di kantor polisi. Baru
disitu bo dorang polisi so pigi amankan kamari, yang mana itu yang
menampung itu yang salah kata, kinapa tidak kase turun kata, karna ini
eee…yang suami istri ini yang salah kinapa jaga tampung-tampung,
bagitu depe cerita.”12
Maksud dari pernyataan ibu SR :
“Pernah terjadi di Dengilo suatu kasus mengenai suami istri. Ketika itu
ada salah satu kaum ibu yang mengetahui permasalahan diantara suami
istri yang sedang bertikai dan hal tersebut ia sampaikan kepada suaminya
maupun tetangganya bahwa suami dari pada istri yang sedang bertikai ini,
sudah menikah lagi, sehingganya tersebarlah gosip tersebut yang tentunya
keadaan itu tidak pernah terjadi, hanyalah sebuah perkiraan atau gosip
semata. Dan hal inipun sempat diproses oleh kepala desa dan kepolisian,
dikarenakan oleh gosip salah satu kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi
tersebut.”
Isi dari pada gosip seperti ini hanyalah membuat hubungan sosial
seseorang dalam masyarakat menjadi renggang dalam artian keadaan yang tadinya
harmonis antara satu dengan lainnya menjadi buruk ketika menggosipkan orang
lain terlebih mengenai pribadi ataupun masalah keluarga orang tersebut. Apa pun
bisa menjadi gosip. Bahkan, mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk
bergosip. Cerita kecil dan sederhana ini bisa mereka gosipkan melebar ke mana-
mana.
4.2 Pembahasan
Sebagian besar manusia suka berbicara dengan orang lain, yang biasa
dinamakan dengan „ngobrol‟. Obrolan yang dibicarakan pun beragam. Untuk pria,
12
Wawancara dengan ibu Sira pada tanggal 20 maret 2013
mereka biasanya membicarakan tentang politik, pekerjaan, olahraga, musik dan
bahan menarik lainnya. Untuk perempuan sedikit berbeda, mereka lebih berbicara
mengenai hubungannya dengan orang lain, masalah cinta, pasangannya ataupun
mengenai orang yang tidak mereka sukai. Obrolan perempuan tersebut biasa
dinamakan dengan „bergosip‟.13
Perempuan memiliki kecenderungan untuk
berbicara banyak saat bergosip dan seringkali mereka begitu bersemangat ketika
membicarakan tentang keburukan orang lain, namun hal tersebut hanyalah
perempuan tertentu saja yang melakukannya. Tidak semua dari perempuan yang
melakukan gosip dalam berinterksi dengan orang lain.14
Meski tahu bergosip itu bukan kebiasaan yang tidak baik, tapi hanya
sedikit orang yang dengan sadar menghindarinya. Begitu mendengar gosip,
mereka langsung penasaran ingin tahu lebih dalam walau topik yang digosipkan
adalah masalah pribadi orang lain. Meski ada banyak kategori pembicaraan
dengan orang lain, mulai dari salam, penjelasan, berbohong atau menceritakan
rahasia, namun yang paling disukai orang atau kaum ibu yang ada di desa Huta
Moputih ini adalah membicarakan orang lain. Bahkan, meski pembicaraan mereka
awali dengan topik tentang cuaca, pada akhirnya mereka akan membicarakan
orang lain.
Gosip menjadi fenomena saat ini di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo
Kabupaten Pohuwato, dikarenakan gosip saat ini menjadi suatu kebiasaan
bercerita pada umumnya kaum ibu, hal ini terlihat pada saat mereka sedang
13
Oktomagazine.com, selalu ada waktu untuk bergosip. [online]
www.http///selalu.ada.waktu.untuk.gosip-oktomagazine.com diakses tgl. 5/5/2013 pukul 08.29
Wita 14
Ibid.
berkumpul dengan sesamanya, walaupun pertemuan ini di dasari dengan
keinginan mereka untuk menyapa orang lain dan mencari kesibukan sendiri di
setiap sela-sela waktunya.
Percakapan antarmanusia ini merupakan kajian sosiologis, dikarenakan
gosip yang beredar dalam masyarakat khususnya, di Desa Huta Moputi pada
dasarnya merupakan hasil dari interaksi sosial di mana dalam interaksi sosial
terdapat proses sosial. Proses sosial ini merupakan hubungan timbal balik antara
bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui interaksi antar individu
masyarakat. Sehingganya gosip merupakan kajian dari pada sosiologi itu sendiri.
Terlepas dari gosip itu sebagai hasil dari proses sosial dalam masyarakat,
implementasi dari gosip itu sendiri bisa berdampak positif maupun negatif, sesuai
dari isi gosip tersebut. Sehingganya menyebabkan terjadinya perubahan sosial
dalam masyarakat. Perkembangan dan perubahan di dalam masyarakat terjadi
oleh karena masyarakat saling mengadakan hubungan (inter aksi).
Dilihat pada struktur sosial masyarakat ini, pada umumnya struktur
sosialnya bersifat sederhana karena dilihat dari mata pencahariannya yang
mayoritas hampir sama atau seragam, yakni sebagai petani. Karena mayoritasnya
adalah petani maka struktur sosial di desa Huta Moputi banyak dipengaruhi oleh
kegiatan atau aktivitas sehari-hari adalah bertani. Aktivitas pedesaannya yang
hanya terbatas pada persoalan bagaimana cara mempertahankan hidup dan
mencapai kebutuhannya. Sedangkan dari kaum ibunya terbanyak bekerja dirumah
saja. Sehingganya aktivitas mereka hanya terdapat dalam ruang lingkup itu saja.
Maka tidak mengherankan jika dalam aktivitas mereka terdapat kegiatan bergosip
dengan teman, maupun tetangga sekitar.
Tempat dimana dilakukannya gosip menjadi pertimbangan bagi
sipenggosip, hal ini pun terjadi pada kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi
Kecamatan Dengilo, di mana dalam hal ini, kebiasaan bergosip banyak di lakukan
di sungai, warung, rumah, dan sebagainya. Hal ini dapat diindikasikan bahwa
tempat dan suasana yang nyaman serta adanya teman untuk berbagi cerita,
merupakan salah satu pertimbangan bagi kaum ibu untuk melakukan aktifitas
gosip.
Gosip digunakan sebagai media informasi yang terkait dengan kebutuhan
setiap individu ataupun kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi, tujuannya adalah
untuk mengetahui peta sosial yang ada disekelilingnya sehingga kebiasaan ini
dapat mereka lakukan baik dalam ruang lingkup sedang bekerja maupun tidak.
Dan isi dari gosip yang dilakukan oleh kaum ibu salah satunya mengenai
kebiasaan seseorang yang mencuri, ketika diketahui oleh masyarakat sekitar
bahwa ada yang melakukan pencurian, maka hal tersebut menurut salah satu kaum
ibu yang pada saat di wawancara ia mengatakan bahwa orang yang seperti itulah
adalah orang yang sudah melakukan pelanggaran sehingganya hal tersebut patut
untuk di ceritakan kepada orang lainnya. Dengan demikian adanya gosip,
individu maupun kelompok yang bertingkah laku tidak sesuai dengan aturan
sosial akan dibicarakan kepada orang lain. Penekanannya pada ketidak patuhan
orang tadi pada norma, sehingga orang yang mendengar gosip ini berfikir untuk
mengikuti aturan yang berlaku dari pada digosipkan.
Tersebarnya gosip dapat memberikan perubahan tersendiri bagi
sipenggosip dengan yang digosipkan, baik dalam hubungan sosialnya di
masyarakat atau dengan individu itu sendiri. Fenomena gosip kaum ibu di desa
Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, secara signifikan
memberikan dampak pada hubungan sosialnya dalam masyarakat, hubungan yang
dimaksud adalah gosip dari pada kaum ibu itu sendiri ketika tersebar dalam
masyarakat. Maka, tentunya kondisi maupun keadaan yang tadinya harmonis atau
stabil dalam artian tidak ada masalah, ketika tersebarnya gosip oleh salah seorang
atau kaum ibu kepada ibu-ibu lainnya maka, keadaan atau kondisi tadi menjadi
berubah. Mengapa demikian karena tersebarnya gosip tadi menyebabkan
seseorang dari yang digosipkan menjadi malu, merasa terasing, dan bahkan susah
untuk berkomunikasi lagi dengan sesamanya atau dalam masyarakat tersebut.
Gosip bagi individu memang bisa berfungsi sebagai hiburan, pengisi
waktu, hingga kompensasi atas ketidakpuasan pribadi. Karena itulah banyak orang
menyukainya. Tapi, tak jarang gosip terkadang disebarkan untuk tujuan jahat.
Penyebaran gosip akan disebut sukses jika orang yang digosipkan menjadi resah,
malu, nama baiknya cemar, bahkan karakter bagusnya bisa dirusak. Jahatnya lagi,
sambil menyebarkan gosip, biasanya penggosip sembari menepuk dada,
menonjolkan apa yang dianggap kelebihannya. Sayangnya, tanpa sadar terkadang
banyak orang yang tergiring ikut menjahati orang lain yang belum tentu seburuk
yang digosipkan.
Dalam pergaulan sehari-hari, fenomena gosip memang kadang sulit kita
hindari. Baik peran kita sebagai penggosip, pendengar gosip, atau objek yang
digosipkan. Gosip telah menjadi menu harian masyarakat. Bahkan, kini kebiasaan
buruk itu bukan saja terjadi di desa Huta Moputi saja, tetapi sudah mengharu-biru
di industri dunia hiburan.