Post on 08-Feb-2021
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT. Paradise Island Funiture
1. Gambaran Umum Lokasi
Perseroan Terbatas Paradise Island Furniture(PT. Paradise Island
Furniture) adalah perusahaan swasta investasi asing Jerman yang ada di
Indonesia PT. Paradise Island Furniture ini adalah produsen eksportir
furniturekayu jati. Untuk bahan baku biasanya industri mengambil dari
daerah yang tidak jauh dari lokasi produksi yaitu seperti di kota Kulon
Progo dan Klaten, dan yang paling jauh diambil dari daerah Sulawesi.
Industrifurniture atau mebel ini sudah berdiri sejak tahun 2001 hingga
saat ini produksi mebel tersebut terus meningkat kaena mereka
mengekspor ke beberapa negara yaitu Amerika, Belanda, dan Cina. Hasil
produksi yang sering di eksport yaitu berupa meja dan kayu berbagai
model sesuai kebutuhan di indoor ataupun outdoor.
2. Proses Produksi Furniture
Gambar 4.1 Diagram alir proses produksi furniture
Berikutini adalah uraian tentang proses produksi furniture di PT.
Pradise Island Furniture:
59
a. Oven Tungku
Pada proses ini oven yang berbentuk persegi dan berbahan bakar
dari potongan-potongan kayu yang sudah tidak digunakan untuk
produksi berfungsi untuk mengeringkan kayu yang akan digunakan
untuk proses produksi membuat furniture. Proses pembakaran
dilakukan dengan cara membakar kayu sisa yang sudah tidak digunakan
untuk pembuatan furniture lalu kayu-kayu tersebut diletakkan di tungku
dan pembakaran dibantu dengan dinamo oven yang berfungsi untuk
menggerakkan fan belt atau baling baling kipas untuk mempertahankan
api agar tetap menyala dalam proses pengeringan kayu di oven tungku
tersebut.
Durasi untuk proses pengovenan kayu tergantung tingkat ukuran
kayu yang tersedia, lama durasi pengovenan sekitar 20-40 hari.
b. Gudang
Gudang pada umumnya adalah ruangan yang digunakan untuk
menyimpan berbagai macam barang, pada industri mebel di PT.
Paradise Island Furnituregudang berfungsi untuk menyimpan kayu
yang sudah di oven dan sudah siap digunakan untuk proses produksi
dalam membuat berbagai macam furniture. Sistem dalam pengolahan
kayu yang sudah di oven di angkut dengan grobak lalu diletakkan di
gudang, penyimpanan kayu di gudang tersebut dengan cara ditumpuk
sesuai ukuran kayu, hal tersebut guna untuk mempermudah dalam
pekerja dalam meletakannya dan juga agar tertata rapih secara estetika.
60
Kemudian bagian gudang terutama operator yang berada di gudang
menyiapkan kayu sesuai ukuran yang diperlukan di mesin 1 untuk dapat
diproses, dalam sehari kebutuhan kayu yang digunakan untuk
pembuatan furniture dapat mencapai 1-100 papan/hari.
c. Mesin 1
Tahap di mesin 1 ini adalah tahap awal atau dapat disebut dengan
tahap dasar untuk proses produksi pembuatan furniture di PT. Paradise
Island Furniturekarena di tahap ini lembaran kayu dipotong menjadi
bagian-bagian yang berukuran sesuai kebutuhan dalam pembuatan
furniture seperti kursi, meja, dan lain-lain. Pada mesin 1 terdapat mesin-
mesin untuk membuat dasar furniture yaitu:
1) Panel saw
Pada umumnya panel saw juga dapat disebut dengan table saw
karena berbentuk meja dimana bagian tengah terdapat priringan
pisau bergerigi, dalam proses produksi pembuatan furniture
berfungsi untuk memotong kayu, mengatur ketebalan pemotongan
kayu, mengatur pisau untuk kemiringan potongan dan juga
panjang/lebar kayu.
2) Cross Cut
Mesin cross cut ini memiliki posisi daun gergaji menonjol
keluar dari permukaan meja dan daun gergaji diputar dengan motor
penggerak. Dengan bantuan adanya pembatas atau juga dapat
dijadikan sebagai pelindung dalam proses pemotongan kayu. Mesin
61
ini dapat digunakan untuk membelah kayu dengan ketebalan yang
dibutuhkan untuk melanjutkan proses pembuatan furniture. Namun
fungsi lain di mesin cross cut ini dapat berfungsi sebagai mesin
untuk mengiris kayu, membuat alur memotong urat kayu, membuat
tirus, membuat purus, dan membuat cekung kayu.
3) Moulding
Mesin moulding atau dapat disebut dengan mesin pembentuk
dalam proses produksi pembuatan furniture di PT. Paradise Island
Furnitureberfungsi untuk membuat permukaan kayu yang
menjadikan kayu dapat membentuk sudut, lengkungan untuk
mempermudah peroses selanjutnya.
4) Planner
Mesin planner dapat disebut juga dengan mesin serut kayu
dalam proses produksi pembuatan furniture di PT. Paradise Island
Furniture, permukaan kayu hasil dari tahapan sebelumnya atau
tahap pemotongan karena penyerutan ini memiliki prinsip agar dapat
membersihkan kayu sehingga seluruh permukaan sama tinggi dam
membuat keempat sisi kayu dapat bersudut menjadi 90o.
d. Laminasi
Laminasi dalam bidang teknologi bisa diartikan sebagai pembuatan
material dengan merekatkan lapisan- lapisan menggunakan adhesive
atau biasa disebut dengan proses perekatan antara kayu yang sudah
dipotong dengan kayu lainnya untuk membuat komponen dalam proses
62
produksifurnitureyaitu pembuatan kaki meja ataupun kursi, dan bagian
top untuk meja ataupun juga kursi. pada tahap ini adalah perekatan kayu
yang dapat dilakukan secara manual dengan proses potongan kayu yang
berasal dari tahapan sebelumnya direkatkan menggunakan lem
kemudian diletakkan diklem dengan cara dikunci menggunakan
dongkrak klem agar dapat rekat antara kayu satu dengan lainnya.
e. Mesin 2
Tahap di mesin 2 adalah tahapan dimana melanjutkan proses
produksi furniture dari tahapan sebelumnya, dimana sistem kerjanya
menjadikan komponen yang akan dibuat, menyelesaikan komponen-
komponen dasar, dan juga melakukan pengeboran. Pada mesin 2 ini
terdapat mesin-mesin untuk melanjutkan proses produksi furniture
yaitu:
1) Spindle
Mesin spindledalam proses produksi furniture berfungsi untuk
membuat bentuk khusus pada komponen kayu sesuai yang akan
dijadikan sebagai furniture.
2) Cross Cut
Mesin cross cut yang ada pada di mesin 2 ini memiliki fungsi
sama seperti cross cut yang ada di mesin 1 dimana posisi daun
gergaji menonjol keluar dari permukaan meja dan daun gergaji
diputar dengan motor penggerak. Dengan bantuan adanya pembatas
atau juga dapat dijadikan sebagai pelindung dalam proses
63
pemotongan kayu. Mesin ini dapat digunakan untuk membelah kayu
yang sudah berkomponen dengan ketebalan yang dibutuhkan untuk
melanjutkan proses pembuatan furniture. Namun fungsi lain di
mesin cross cut ini dapat berfungsi sebagai mesin untuk mengiris
kayu, membuat alur memotong urat kayu, membuat tirus, membuat
purus, dan membuat cekung kayu.
3) Bandsaw
Dalam proses produksi furniture mesin bandsaw bekerja
menggunakan pita besi atau mata gergaji yang dapat memastikan
pemotongan kayu tersebut bisa konsisten dan kontinyu agar hasil
pemotongannya rapi, konsisten, dan juga dapat presisi. Selain itu
juga bandsaw ini dapat memotong kayu dalam ukuran yang lebih
kecil dan beragam bentuk pola.
4) Tenon
Kayu yang sudah sesuai dengan ukuran yang akan dijadikan
furniture pada mesin tenon ini dapat membuat lubang pen di area
luar yang sudah mulai membentuk komponen kemudian dapat
mencacah area sisi lubang.
5) Bor
Pada mesin 2 ini tahap yang selanjutnya ini adalah ada pada bor.
Fungsi bor ini untuk melubangi kayu yang sudah sesuai dengan
bentuk yang akan dijadikan furniture agar dapat mempermudah
proses selanjutnya.
64
f. Asssembling
Tahap assemblingadalah suatu proses penyambungan atau
penggabungan komponen-komponen furniture yang sudah dibentuk
ditahap sebelumnya. Dalam proses ini terdapat mesin-mesin yang
mendukung untuk proses assemblingyaitu:
1) Planner
Fungsi planner dalam tahap ini adalah untuk merapihkan
kembali komponen-komponen yang sudah digabungkan untuk
menjadi furniture agar menjadi rata permukan kayu ataupun sama
tinggi.
2) Tatah
Alat ini biasa disebuut dengan pisau tatah atau pisau pahat yang
dapat mendukung kelanjutan proses produksi furniture yang
berfungsi sebagai membuat bentuk siku pada bagian tepi furniture
yang hebdak di pahat, selain itu juga dapat meratakan atau
merapihkan hasil pahatan secara manual dengan tangan.
3) Hand circle
Hand circle juga menjadi salah satu alat pendukung dimana alat
ini termasuk gergaji listrik berbentuk bundar yang harus dipegang
dengan tangan, dalam proses Assemblingyang dapat memotong kayu
yang akan menjadi furniture secara melingkar atau dapat membuat
lekukan agar furniture dapat membentuk sesuai pemesanan.
65
g. Sanding
Tahap ini adalah proses menuju akhir dimana furniture sudah
berwujud menjadi bentuk sesuai pesanan, hanya saja ditahap ini dapat
disebut juga menjadi proses penyempurnaan karena adanya proses
bukan hanya dengan alat-alat seperti tahap lainnya tetapi juga dengan
bahan kimia, Berikutadalah pendukung di tahapan Sandingyaitu:
1) Gerinda
Mesin gerinda ini memiliki banyak manfaat, kegunaan untuk
proses produksi furniture yaitu untuk mengikis ataupun
menghaluskan kayu yang akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya agar
dapat di finishing.
2) Weir Brush
Alat ini salah satu yang ada di gerinda atau dapat disebut dengan
steel weir brush fungsinya untuk mengelupaskan lapisan permukaan
kulit kayu atau memunculkan serat kayu, dengan tujuan untuk
menghilangkan lapisan tersebut, kemudian untuk selanjutnya dapat
dilakukan pemrosesan lebih lanjut pada kayu yang telah dihilangkan
kulitnya.
3) Hand Sander
Hand sander adalah sebuah alat yang dialiri listrik untuk
mengamplas, fungsinya yaitu mampu membuat permukaan kasar
menjadi halus sehingga siap untuk dilakukan finishing.
4) Bleaching
66
Pada proses pembuatan furniture bleaching atau pemutihan
kayu ini memiliki banyak manfaat seperti dapat menghilangkan
noda, mencerahkan kayu, dan juga dapat membuat warna kayu
menjadi seragam. Untuk menjadikan seperti itu pada proses
pemutihan kayu menggunakan bahan kimia yaitu white agent.
h. Finishing
Tahap ini adalah tahap terakhir dalam proses produksi furniture
dimana hasil-hasil yang sudah melalui tahap-tahap sesuai alur akan
disempurnakan dan di packing pada finishing. Tahap finishingjuga
untuk tahap akhir merakit meja yang akan dipacking kemudian untuk
furniture lain dapat langsung di packing kedalam kerdus sesuai ukuran
furniture tersebut dan ditutup dengan lakban lalu disusun dan siap
dikirimkan kepada pemesan.
B. Hasil Penelitian
1. Data Kuesioner
Untuk mendukung kegiatan penelitian terkait kecelakaan kerja di
perusahaan meubel PT. Paradise Island Furniture. Dilakukan wawancara
secara langsung dengan pekerja perusahaan yang terbagi dalam 8 sub
bidang pekerjaan (Oven Tungku, Gudang, Mesin 1, Laminasi, Mesin 2,
Assembling, Sanding, Finishing) yang bejumlah 119 responden. Berikut
ini adalah data kuesioner yang didapatkan :
a. Jenis kelamin
67
Responden yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 119
pekerja. Dengan persentase pekerja laki-laki lebih banyak dari pada
pekerja perempuan sebagai mana dijelaskan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 112 94.1 94.1 94.1
Perempuan 7 5.9 5.9 100.0
Total 119 100.0 100.0
b. Umur
Terkait usia responden dikelompokan berdasarkan per-10 tahun
mulai dari pekerja temuda yang masuk pada kelompok usia dibawah 20
tahun dan kelompok usia tertua lebih dari 50 tahun. Berikut adalah tabel
kelompok usia responden yang tercantum pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden menurut umur responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 50 7 5.9 5.9 100.0
Total 119 100.0 100.0
68
Tabel 4.2 di atas diketahui umurresponden terbanyak berada di
kelompok 40-49 tahun, yaitu 39 orang (32,8%) dan terkecil dikelompok
10 tahun. Berikut adalah tabel
kelompok lama bekerja yang tercantum padatabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden menurut lama bekerja
Tabel 4.3 terkait distribusi responden menurut lamanya bekerja
menunjukan bahwa pekerja paling banyak bekerja pada kisaran 5-9
tahun dengan 59 orang pekerja atau 49,6%, dan paling sedikit pada
kisaran kurang dari 1 tahun sebnayak 5 orang pekerjaatau4,2%. Durasi
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 10 Tahun 11 9.2 9.2 100.0
Total 119 100.0 100.0
69
lamanya bekerja selaras dengan frekuensi usia pekerja yang hampir
50% lebih berada di atas usia 30 tahun.
d. Pendidikan terakhir
Terkait data pendidikan terakhir responden dikelompokan
berdasarkan strata pendidikan mulai dari hanya tamat (SD), (SMP),
(SMA)/ (SMK). Berikut adalah tabel kelompok pendidikan terakhir
responden yang tercantum pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden menurut pendidikan terakhir
Tabel 4.4 terkait distribusi frekuensi responden menurut
pendidikan terakhir menunjukan banyaknya pekerja adalah pada
tingkatan SMA/SMK dengan 97 orang pekerja atau81,5%, dan
pendidikan terendah adalah SD dengan 3 orang pekerja atau2,5%.
Untuk PT.Paradise Island Furniture ini sendiri pekerja tidak
ditentukan oleh strata pendidikan, selama lulus uji seleksi dan dapat
mengikuti pekerjaan dengan baik sudah dizinkan untuk bekerja.
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 3 2.5 2.5 2.5
SMP 19 16.0 16.0 18.5
SMA/SMK 97 81.5 81.5 100.0
Total 119 100.0 100.0
70
e. Penilaian cara kerja pekerja
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang
terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.
Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.
Berdasarkan metode skala guttman responden memilih “ya”
mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”
mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan
dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan
rumus :
Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100%
Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “penilaian cara kerja
pekerja” untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir
pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil scoring “Penilaian cara kerja pekerja”
Unit Produksi Score(%)
Oven Tungku 88,89
Gudang 11,11
Mesin 1 90,74
Laminasi 83,66
Mesin 2 84,97
Assembling 85,19
Finishing 83,33
Sanding 85,19
rata – rata 76,635
Tabel 4.5 terkait Score dari kuesioner tentang “penilaian cara kerja
pekerja” menggunakan persentase dengan menggunakan metode
scoringguttman dengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar :
71
Score 0% = Tidak paham
Score 0%-50% = Mendekati tidak paham
Score 50% = Mendekati tidak paham dan Mendekati paham
Score 50%-100% = Mendekati paham
Score 100% = Paham
Berdasarkan hasil scoring “Penilaian cara kerja pekerja” seluruh
pekerja bagian produksi mendekati paham untuk cara kerja pekerja
dalam mengoperasikan alat. Pada bagian gudang mendapatkan 11,11%
karena pekerja tidak mengoperasikan alat.
f. Pengetahuan K3
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang
terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.
Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.
Berdasarkan metode skala guttman responden memilih “ya”
mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”
mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan
dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan
rumus :
Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100
Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “Pengetahuan K3”
untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir pada
tabel 4.6.
72
Tabel 4.6 Hasil scoring “Pengetahuan K3”
Unit Produksi Score(%)
Oven Tungku 75
Gudang 88
Mesin 1 86,67
Laminasi 76,47
Mesin 2 80
Assembling 85,56
Sanding 77,78
Finishing 74,44
rata – rata 80,49
Tabel 4.6 terkait Score dari kuesioner tentang “Pengetahuan K3”
pekerja menggunakan persentase dengan menggunakan Metode
scoringguttmandengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar :
Score 0% = Tidak paham
Score 0%-50% = Mendekati tidak paham
Score 50% = Mendekati tidak paham dan Mendekati paham
Score 50%-100% = Mendekati paham
Score 100% = Paham
Hasil scoring “Pengetahuan K3” seluruh pekerja bagian produksi
mendekati paham untuk pengetahuan K3. Hal tersebut menunjukan
bahwa pengetahuan dasar terkait K3 sudah dimiliki oleh pekerja.
g. Alat pelindung diri
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang
terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.
Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.
Berdasarkan metode skala gutman responden memilih “ya”
73
mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”
mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan
dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan
rumus :
Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100
Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “Alat pelindung diri”
untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir pada
Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil scoring “Alat pelindung diri”
Unit Produksi Score(%)
Oven Tungku 87,5
Gudang 86,67
Mesin 1 93,52
Laminasi 87,25
Mesin 2 89,22
Assembling 87,96
Sanding 89,81
Finishing 84,26
rata – rata 88,27
Tabel 4.7 terkait Score dari kuesioner tentang “Alat pelindung diri”
pekerja menggunakan persentase dengan menggunakan Metode
Scoring Guttman dengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar:
Score 0% = Tidak paham
Score 0%-50% = Mendekati tidak paham
Score 50% = Mendekati tidak paham dan Mendekati paham
Score 50%-100% = Mendekati paham
Score 100% = Paham
74
Hasil scoring “Alat pelindung diri” seluruh pekerja bagian
produksi mendekati paham untuk Alat pelindung diri. Hal tersebut
menunjukan bahwa pengetahuan dasar terkait APD dan kesadaran
sudah dimiliki oleh pekerja untuk menggunakan APD namun masih
perlu didukung oleh perusahaan untuk menunjang sarana APD yang
memadai.
h. Kecelakaan kerja
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang
terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.
Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.
Berdasarkan metode skala gutman responden memilih “ya”
mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”
mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan
dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan
rumus :
Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100
Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “Kecelakaan kerja”
untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir pada
Tabel 4.8
Tabel 4.8 Hasil scoring “Kecelakaan kerja”
Unit Produksi Score(%)
Oven Tungku 56,25
Gudang 42,5
Mesin 1 59,02
Laminasi 69,85
75
Mesin 2 63,24
Assembling 49,3
Sanding 50,69
Finishing 46,53
rata – rata 54,67
Tabel 4.8 terkait Score dari kuesioner tentang “Kecelakaan kerja”
pekerja menggunakan persentase dengan menggunakan metode scoring
guttman dengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar :
Score 0% = Tidak terjadi kecelakaan kerja
Score 0%-50% = Mendekati tidak terjadi kecelakaan kerja
Score 50% = Mendekati tidak terjadi kecelakaan kerja dan Mendekati
terjadi kecelakaan kerja
Score 50%-100% = Mendekati terjadi kecelakaan kerja
Score 100% = Terjadi kecelakaan kerja
Hasil scoring “Kecelakaan kerja” hanya 3 bagian bidang produksi
mendekati tidak terjadi kecelakaan kerja atau tingkat potensi
kecelakaan kerjanya rendah yaitu: gudang sebesar 42,5%,
Assemblingsebesar49,3%, dan Finishingsebesar46,53%. Sedangkan
bagian bidang produksi lainnya berada pada kondisi mendekati terjadi
kecelakaan kerja. Tentunya perlu dilakukan evaluasi untuk menurunkan
potensi bahaya pada bagian produksi yang saat ini masih memiliki
persentase yang tinggi.
i. Lingkungan kerja
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada responden yang
terdiri dari semua bagian produksi PT. Paradise Island Furniture.
76
Didapatkan hasil berupa pilihan ya/tidak pada setiap pertanyaannya.
Berdasarkan metode skala gutman responden memilih “ya”
mendapatkan nilai = 1, sedangkan responden menjawab “tidak”
mendapatkan nilai = 0. Kemudian untuk masing masing pertanyaan
dikelompokan hasilnya berdasarkan kelompok pertanyaan. Dengan
rumus :
Score = 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎
𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋 100
Berikut ini adalah hasil perhitungan Score “Lingkungan kerja”
untuk masing masing bidang produksi sebagaimana terlampir pada
tabel 4.9
Tabel 4.9 Hasil scoring “Lingkungan kerja”
Unit Produksi Score(%)
Oven Tungku 78,13
Gudang 80
Mesin 1 76,38
Laminasi 89,7
Mesin 2 72,06
Assembling 69,44
Sanding 69,44
Finishing 72,22
rata – rata 75,92
Tabel 4.9 terkait Score dari kuesioner tentang “Lingkungan kerja”
pekerja menggunakan persentase dengan menggunakan Metode
Scoring Guttman dengan pendekatan kuantitatif yang memiliki standar
:
Score 0% = Lingkungan kerja tidak aman
Score 0%-50% = Mendekati lingkungan kerja tidak aman
77
Score 50% = Mendekati lingkungan tidak aman dan Mendekati
lingkungan kerja aman
Score 50%-100% = Mendekati lingkungan kerja aman
Score 100% = Lingkungan kerja aman
Pada hasil scoring “Lingkungan kerja” seluruh pekerja bagian
produksi mendekati lingkungan kerja aman. Hal tersebut menunjukan
bahwa lingkungan kerja PT.Paradise Island Furniture sudah mendekati
aman untuk pekerja dapat bekerja dengan baik. Melihat persentase
berada pada Score 50%-100% dengan nilai rata-rata 75,92%
2. K3
Terkait data K3perusahaan mebelPT. Paradise Island furniture
didapatkan data kecelakaan kerja periode tahun 2018 dan 2019
sertastatistik kecelakaan kerja yang terdiri dari jumlah kecelakaan kerja,
bulan terjadinya kecelakaan kerja, durasi waktu kerja, dan lamanya waktu
hilang kerja. Berikutini adalah data K3 yang didapatkan:
a. Data kecelakaan kerja
Tabel 4.10 Laporan Kecelakaan Kerja PT. Paradise Island FurniturePeriode
Tahun 2018
Bulan Jenis
Kelamin
Faktor kecelakaan kerja Jumlah hari kerja
hilang karena
kecelakaan kerja
Mei Laki-laki Jari tangan terkena akibat kayu lepas dari
pegangan di spindle
-
Mei Laki-laki Mata kiri terkena pir rotating pres yang
patah
-
78
Mei Laki-laki Jari tangan trjepit ketika ganti kayu di
tenon
-
Mei Perempuan Dahi terantuk drum ketika berdiri -
Juli Laki-laki Tangan kanan terluka akibat pisau tatah,
cidera ringan dan sementara tidak bekerja
-
Agustus Laki-laki Kaki kanan terluka akibat hand sander
sehinggan sementara tidak bekerja
-
November Laki-laki Jari tangan kanan terluka akibat pisau
planner sehingga cidera ringan dan
sementara tidak bekerja
-
Tabel4.10 terkait data tahun 2018 angka kecelakaan kerja memiliki
frekuensi sebanyak 7 kasus kecelakan kerja apabila melihat dari jenis
kecelakaan kerja menurut data kecelakaan sangat bervariasi namun
tidak ada keterangan lokasi kejadian pada data rekap kecelakaan kerja
tahun 2018.
Tabel 4.11 Laporan Kecelakaan Kerja PT. Paradise Island FurniturePeriode
Tahun 2019
Waktu
kejadian
Jenis
Kelamin
Cidera Sumber Upaya
Penanggulangan
/ Tindakan
Penyebab Kecelakaan
2 Januari
2019
Laki-laki Jari Tangan
Mesin
Router
Dibawa ke RS
Mitra Sehat
Stopper mal lepas
31 Januari
2019
Laki-laki Jari Tangan
Mesin
Jointer
Dibawa ke RS
Mitra Sehat
Pegangan kayu lepas
13 Maret
2019
Laki-laki Pelipis Vertikal
Press
Dibawa ke RS
Mitra Sehat
Klem F patah
29 April
2019
Laki-laki
Jari Tangan
Kiri
Mesin
Bor
Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan mengebor
handle lepas sehingga
mengenai jari telunjuk
kiri
11 Mei
2019
Laki-laki Jari Tangan
Kiri
Radial
Armsaw
Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan memotong
kayu jempol tangan kiri
79
terhimpit kayu dan
pisau
13 Mei
2019
Laki-laki Jari Tangan
Kiri
Planner Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan meratakan
permukaan kayu
dengan planner,
pegangan terlepas
sehingga jari tengah kiri
terkena pisau planner
4 Juli
2019
Laki-laki
Jari Tangan
Kiri
Mesin
Spindle
Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan mengebor
handle lepas sehingga
mengenai jari telunjuk
kiri
31 Juli
2019
Laki-laki
Jari Tangan
Kiri
Mesin
Mortise
Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan memotong
kayu jempol tangan kiri
terhimpit kayu dan
pisau
21
Agustus
2019
Laki-laki Jari
Kelingking
Tangan Kiri
Tatah
tangan
Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan meratakan
bagian barang, tatah
meleset sehingga
mengenai jari
kelingking tangan kiri
27
Agustus
2019
Laki-laki Jari telunjuk
tangan kiri
Cutter Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan membuka
spare part dengan cutter
jari tangan terkena
cutter
19
November
2019
Laki-laki
Tangan Troli
Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan
memindahkan barang
jari tangannya terhimpit
pertemuan dua troli
3
Desember
2019
Laki-laki
Sesak nafas Bahan
kimia
Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan
mengapliasi furniture
dengan bahan kimia
tidak sengaja
menghirup uap dari
bahan kimia tersebut
19
Desember
2019
Laki-laki Pergelangan
tangan kiri
Gergaji
Dibawa ke
trauma centre
Ketika akan memotong
kayu dengan mesin
bensaw gergaji putus
80
Berdasarkan tabel 4.11. terkait Laporan Kecelakaan Kerja PT.
Paradise Island FurniturePeriode Tahun 2019 diketahui bahwa angka
kecelakaan kerja meningkat dibandingkan tahun 2018. Frekuensi
kecelakaan kerja pada tahun 2019 sebanyak 14 kasus kecelakaan kerja.
Namun sudah ada peningkatan dalam perekapan data kecelakaan kerja
yakni diberikan keterangan cidera yang diderita, sumber penyebab
kecelakaan kerja, dan upaya penanggulangan. Sebagian besar
kecelakaan terjadi karena unsafe conditioncontohnya: stopper mal
lepas, klem F lepas, pegangan kayu patah, handle lepas, dan bandsaw
gergaji putus.
b. Statistik kecelakaan kerja
Tabel 4.12 Statistik kecelakaan kerja tahun 2018
Bulan Kalender
Hitung Insiden
Hari
Hilang Libur Cuti Sakit
Hari
Aktif
Jam
Kerja
Januari 31 0 0 9 0 0 22 176
Februari 28 0 0 9 0 0 19 152
Maret 31 0 0 10 0 0 21 168
April 30 0 0 10 0 0 20 160
Mei 31 4 8 11 0 0 20 160
Juni 30 0 0 13 0 0 17 136
Juli 31 1 2 9 0 0 22 176
Agustus 31 1 3 10 0 0 21 168
September 30 0 0 11 0 0 19 152
Oktober 31 0 0 8 0 0 23 184
November 30 1 2 9 0 0 21 168
Desember 31 0 0 11 0 0 20 160
Total 365 7 15 120 0 0 245 1960
Statistik kecelakaan kerja PT. Paradise Island Furniture Periode
Tahun 2018 sebagaimana terlampir pada tabel4.12 menunjukan bahwa
selama 365 kalender memiliki hari aktif bekerja 245 hari. Hari aktif
81
adalah hari hitung kalender dikurangi hari libur. Dengan jumlah hari
libur sebanyak 120 hari yang terdiri dari : libur nasional, sabtu dan
minggu terhitung libur. Sedangkan total jam kerja 1960 adalah jam
kerja yang dibutuhkan satu orang pekerja dalam satu tahun dengan
ketentuan setiap hari bekerja selama 8 jam.
Tabel 4.13 Statistik kecelakaan kerja tahun 2019
Bulan Kalender
Hitung Insiden
Hari
Hilang Libur Cuti Sakit
Hari
Aktif
Jam
Kerja
Januari 31 2 4 9 0 0 22 176
Februari 28 0 0 9 0 0 19 152
Maret 31 1 2 11 0 0 20 160
April 30 1 2 10 0 0 20 160
Mei 31 2 6 10 0 0 21 168
Juni 30 0 0 14 0 0 16 128
Juli 31 2 5 8 0 0 23 184
Agustus 31 3 7 9 0 0 22 176
September 30 0 0 9 0 0 21 168
Oktober 31 0 0 8 0 0 23 184
November 30 1 2 9 0 0 21 168
Desember 31 2 5 10 0 0 21 168
Total 365 14 33 116 0 0 249 1992
Statistik kecelakaan kerja PT. Paradise Island FurniturePeriode Tahun
2019 sebagaimana terlampirpada tabel4.13 menunjukkan bahwa selama
365 kalender memiliki hari aktif bekerja 249 hari. Hari aktif adalah hari
hitung kalender dikurangi hari libur. Dengan jumlah hari libur sebanyak
116 hari yang terdiri dari : libur nasional, sabtu dan minggu terhitung
libur. Sedangkan total jam kerja 1992 jam adalah jam kerja yang
dibutuhkan satu orang pekerja dalam satu tahun dengan ketentuan
setiap hari bekerja selama 8 jam.
82
3. WorksheetJSA
a. Oven tungku
Nama Pekerjaan :
Pengeringan kayu
Halaman: 1 JSA
No. 1
Tanggal :
1 April 2020
Baru/Revisi : Baru
Peralatan : Alat
potong kayu
Analisis oleh : Alfa Baetin Nurul
Ilmy
Bagian : Produksi
APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Sarung tangan, Safety shoes
Langkah Kerja Bahaya Pengendalian
1. Memasukkan kayu
kedalam oven
tungku kemudian
tutup pintu oven
2. Mengangkut kayu
yang akan
dijadikan bahan
untuk pembakaran
ditungku
3. Memasukkan kayu
yang akan
dijadikan bahan
pembakaran
4. Menyalakan api
untuk
menghidupkan
tungku agar oven
panas
5. Menyalakan kipas
yang dibantu
dengan dinamo
6. Menjaga panas
tungku dengan
menambahkan
kayu untuk bahan
pembakaran agar
panas tetap terjaga
7. Matikan api yang
sudah selesai
digunakan
8. Buka pintu oven
kemudian kayu
1. Tangan dapat
terjepit kayu yang
akan disusun di
oven tungku
2. Kepala tersampar
kayu yang akan
disusun di oven
tungku
3. Mata terkena abu
pembakaran kayu
ditungku
4. Jari tangan tertusuk
pinggiran kayu saat
akan memasukkan
ke tungku
5. Fan belt yang
berada dilorong
oven tungku dapat
mengenai bajju
hingga robek
6. Tangan terkena api
yang ada ditungku
7. Kepala dapat
terbentur besi
disekitar oven
tungku
8. Tangan dapat
terjepit di sela pintu
saat akan membuka
ataupun menutup
pintu
1. Dapat memberi jarak kayu yang
diletakkan agar tidak terjepit
2. Dapat menggunakan helm
safetykhusus bagian oven tungku
bagi pekerja yang mengangkut
memasukkan kayu yang akan di
oven ataupun mengeluarkan kayu
setelah teroven
3. Kaca mata wajib dipakai ketika
akan menyalakan api ditungku dan
selama proses pembakaran agar
mata tidak iritasi terkena percikan
abu kayu yang sedang menjadi
bahan pembakaran proses
pengeringan kayu di oven tungku
4. Penerangan yang cukup perlu agar
memudahkan pekerja saat berjalan
supaya pakaian tidak robek karena
menyenggol fan belt dibelakang
oven tungku
5. Agar tangan terlindung dari
goresan dan tertusuk kayu yang
halus dapat menggunakan sarung
tangan yang sudah disediakan oleh
industri
6. Pintu dapat ditutup ketika kayu
selesai dimasukkan atau
dikeluarkan agar menghindari
bahaya yang tidak diinginkan
7. Dapat menggunakan sepatu safety
shoes agar kaki tetap aman ketika
proses pengangkutan kayu ke
83
diangkut
menggunakan
gerobak untuk
diletakkan
digudang dan siap
menjadi bahan
baku produksi
furniture
9. Kaki tertindih roda
gerobak yang
mengangkut kayu
yang akan di oven
dan juga kayu
sesudah
dikeringkan di
oven tungku
10. Sesak nafas
akibat terkena
debu hasil
pembakaran di
oven tungku
dalam oven untuk dikeringkan
maupun mengeluarkan kayu
setelah selesai melakukan
pengeringan, dan mengamankan
kaki ketika proses pengangkutan
kayu akan disimpan di gudang
untuk siap menjadi bahan baku
proses produksi furniture.
8. Dapat menggunakan masker agar
sistem pernafasan tidak terhambat
akibat asap yang dihasilkan dari
proses pengeringan di oven
tungku
b. Gudang
Nama Pekerjaan :
Penyimpanan kayu
Halaman :
2
JSA No. 2 Tanggal : 1
April 2020
Baru/Revisi : Baru
Peralatan : Gerobak Analisis oleh : Alfa Baetin Nurul
Ilmy Bagian : Produksi
APD yang diperlukan :Helm safety, Masker, Sarung tangan, Safety shoes
Langkah Kerja Bahaya Pengendalian
1. Menata kayu yang
sudah terpotong sesuai
posisi tatanan yang
diinstruksikan
2. Menata kayu sesuai
dengan ukuran, jenis,
dan kualitas
3. Memilih bahan baku
yang akan digunakan
4. Menyiapkan kayu
yang akan digunakan
sebagai bahan baku
produksi furniture
1. Kayu dapat runtuh
ketika penyusunan
tumpukan kayu tidak
sesuai
2. Gerobak yang
mengangkut kayu
dapat menimpa kaki
pekerja jika tidak
seimbang
3. Kayu yang diangkut
dapat melukai bagian
kepala
4. Tangan dapat tertusuk
bagian kayu yang
halus saat akan
mengangkut kayu atau
sedang menyusun
kayu agar rapih
1. Menata kayu sesuai dengan
instruksi yang dikoordinasikan
agar tidak runtuh dan menimpa
anggota badan pekerja
2. Menggunakan helm safetyagar
dapat melindungi kepala tidak
terrimpa kayu dari tumpukan
kayu yang ada digudang
3. Sepatu yang digunakan untuk
bekerja di area atau di tahap
gudang ini dapat diwajibkan
setiap pekerja menggunakan
safety shoes
4. Saat menyusun atau
mengangkut kayu yang akan
digunakan menjadi bahan baku
produksi furniture setiap
pekerja menggunakan sarung
84
5. Jari tangan dapat
terjepit ketika menata
kayu
tangan agar tangan lebih
terlindung
c. Mesin 1
Nama Pekerjaan :
Proses dasar untuk
memproduksi furniture
Halaman : 3 JSA
No. 3
Tanggal : 1
April 2020
Baru/Revisi : Baru
Peralatan :Panel saw,
Cross cut, Moulding,
Planner
Analisis oleh : Alfa Baetin Nurul Ilmy
Bagian : Produksi
APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Ear plug, Apron, Sarung tangan, Safety shoes
Langkah Kerja Bahaya Pengendalian
1. Koordinasi dengan
bagian gudang untuk
kayu yang akan
digunakan sebagai
bahan dasar proses
produksi furniture
2. Kayu diproses
dengan mesin yang
ada di mesin 1
3. Kayu dipotong
dengan panel saw
untuk mengatur
ketebalan,
kemiringan, panjang,
dan lebar
4. Kayu yang butuh
dicekungkan, diiris,
dipotong urat kayu,
dan dibuat menjadi
purus dapat diproses
dengan cross cut
5. Kayu dapat
membentuk sudut
1. Pisau yang terbuka
di mesin 1 dapat
membalikkan
kayu dan
mengenai anggota
badan
2. Kayu yang
dipotong di mesin
1 jika kurang
dorongan dapat
menganai perut
3. Potongan kayu
yang membalik
dapat mengenai
bagian kepala
pekerja terutama
bagian pelipis
4. Tangan memar
akibat kayu saat
akan memotong
5. Jari tangan dapat
putus jika
1. Dalam melakukan pekerjaan di
tahapan mesin 1 perlu fisik yang
benar-benat fit karena peeerlu
konsentrasi yang cukup agar dapat
fokus ketika memotong kayu di
mesin 1 karena mesin yang berada
di mesin 1 sangat berisiko
2. Pekerja yang berada di tahapan ini
perlu memiliki keahlian khusus agar
dapat menguasai keadaan mesin
yang ada di mesin 1
3. Kepatuhan penggunaan APD harus
diperketat
4. Pekerja di mesin 1 wajib
menggunakan penutup muka agar
dapat meminimalisir benturan kayu
yang membalik dan mengenai
kepala
5. Apron yang digunakan pekerja di
mesin 1 dapat yang berbahan kuat
dan meminimalisir benturan di
bagian dada maupun perut
85
lengkungan dengan
moulding
6. Kayu diserut dengan
planner agar
permukaan menjadi
sama tinggi
terpotong pisau
mesin 1
6. Kayu yang pecah
ketika akan
dipotong dapat
melukai tangan
6. Kaca mata untuk pekerja di mesin 1
diusahakn yang tidak mudah
mengembun ketika terkena uap
darimanapun agar tidak
mengganggu konsentrasi pekerja
d. Laminasi
Nama Pekerjaan :
Pengeleman potongan
kayu
Halaman : 4 JSA
No. 4
Tanggal : 1
April 2020
Baru/Revisi : Baru
Peralatan : Klem,
Dongkrak, Lem
Analisis oleh : Alfa Baetin Nurul
Ilmy
Bagian : Produksi
APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Earplug, Sarung tangan, Safety shoes
Langkah Kerja Bahaya Pengendalian
1. Menerima kayu yang
sudah terpotong
2. Dijejerkan sesuai
ukuran yang
diperlukan di klem
3. Kayu yang sudah rapih
dilem di klem
4. Ditekan menggunakan
hidrolik agar menekan
kayu yang sudah dliem
rekat dan kuat
5. Kayu yang sudah
meerkat satu sama lain
dapat dilepas dari
klem dan disusun
ditempat yang tersedia
agar tertata
1. Pelipis terluka
akibat terkena alat
manual laminas/
klem yang patah
2. Besi klem yang
lepas dapat
melukai anggota
badan terutama
bagian kepala
yang sangat
berbahaya
3. Tertimpa kayu
yang sudah selesai
dilamanasi dan
akan dilepaskan
dari klem
4. Terkena dongkrak
hidrolik ketika
akan melakukan
laminasi di klem
5. Tangan terjepit
kayu yang akan
dilaminasi
6. Mata terkena lem
jika pekerja
1. Pada bagian klem diberi
pelindung agar jika terjadi
kejadian klem patah tidak
terlalu bahaya jika mengenai
pelipis atau bagian lainnya
2. Pekerja yang akan melaminasi
dengan klem dapat memastikan
kondisi klem aman dan kuat
untuk melaminasi kayu
3. Pekerja yang berada di laminasi
dapat menggunakan alat
pelindung kepala yang aman
jika terkena besi klem yang
patah
4. Ketika akan melaminasi dapat
menggunakan sarung tangan
agar tangan dapat terhindar dari
lem dan juga memngurangi
bahaya tangan ke anggota
badan yang sensitive seperti
mata, hidung, dan mulut
5. Pekerja wajib menggunakan
safety shoes agar kaki tetap
aman jika tertimpa kayu
sebelum atau setelah dilaminasi
86
mengelap mata
dengan kondisi
tangan terkena
lem
e. Mesin 2
Nama Pekerjaan :
Pembuatan komponen
yang akan digunakan
Halaman : 5 JSA
No. 5
Tanggal
: 1 April
2020
Baru/Revisi : Baru
Peralatan :Spindle,Cross
cut, Bandsaw,Tenon, Bor
Analisis oleh : Alfa Baetin
Nurul Ilmy
Bagian : Produksi
APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Apron, Ear plug, Sarung tangan,
Safety shoes
Langkah Kerja Bahaya Pengendalian
1. Membuat komponen-
komponen dasar
2. Kayu dapat dibentuk
menjadi komponen
khusus dengan spindle
3. Kayu yang sudah
terbentuk
komponennya dapat
dipotong sesuai
kebutuhan
menggunakan cross
cut
4. Pita besi yang ada di
bandsaw dapat
merapihkan
komponen yang sudah
dibentuk secara
kontinyu, dan dapat
memotong dengan
1. Tangan dapat
terpotong spindle
jika teledor saat
memotong kayu
2. Kayu yang sedang
diproses di spindel
dapat memental
karena melawan
serat kayu
3. Tekanan yang
jurang juat saat
mendorong kayu
untuk dipotong
dapat membuat jari
tangan robek
4. Pisau yang terbuka
pada spindle dapat
melukai tangan dan
berakibat fatal
1. Dalam melakukan
pekerjaan di tahapan mesin
2 perlu fisik yang benar-
benat fit karena perlu
konsentrasi yang cukup
agar dapat fokus ketika
memotong kayu di mesin 2
karena mesin yang berada
di mesin 2 sangat berisiko
2. Pekerja yang berada di
tahapan ini perlu memiliki
keahlian khusus agar dapat
menguasai keadaan mesin
yang ada di mesin 2
3. Kepatuhan penggunaan
APD harus diperketat
4. Pekerja di mesin 2 wajib
menggunakan penutup
muka agar dapat
meminimalisir benturan
87
ukuran yang lebih
kecil
5. Kayu yang
komponennya sudah
seusai dengan ukuran
dapat dicacah pada
area lubang yang
dibuat dengan tenon
6. Kayu yang sudah
selesai dibentuk
komponennya dapat
dilubangi sesuai
kebutuhan untuk
dibuat furniture
5. Gergaji yang
berbentuk
selendang dan
sambungan di
bandsaw dapat
patah dan mengenai
anggota badan
terutama pada muka
6. Tangan yang terlalu
dekat dengan mesin
dapat
mengakibatkan jari
terpotong jika
lengah
7. Jari tangan dapat
terjepit mesin press
tenon
8. Jenis kayu yang
keras dapat
terlempar sehingga
mengenai tangan
saat memotongnya
tidak kuat
kayu yang membalik dan
mengenai kepala
5. Apron yang digunakan
pekerja di mesin 2 dapat
yang berbahan kuat dan
meminimalisir benturan di
bagian dada maupun perut
6. Kaca mata untuk pekerja di
mesin 2 diusahakn yang
tidak mudah mengembun
ketika terkena uap
darimanapun agar tidak
mengganggu konsentrasi
pekerja
7. Mesin yang berbahaya
dapat diberi pelindung
agar dapat meminimalisir
kecelakaan akibat kerja
f. Assembling
Nama Pekerjaan :
Penggabungan
komponen
Halaman : 6 JSA No. 6 Tanggal : 1
April 2020
Baru/Revisi :
Baru
Peralatan :Planner,
Tatah, Hand circle
Analisis oleh : Alfa Baetin
Nurul Ilmy
Bagian : Produksi
APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Ear plug, Sarung tangan, Safety shoes
Langkah Kerja Bahaya Pengendalian
1. Langkah ini adalah
untuk merakit
komponen yang
sudah dibuat uuntuk
furniture
2. Sebelum dirakit
komponen dapat
dirapihkan kembali
1. Tangan dapat terkena
mesin planner
2. Baju pekerja dapat masuk
ke mesin planner
3. Pisau tatah/pahat dapat
melukai tangan
4. Kayu yang membalik
saat di hand circle dapat
1. Mesin planner dapat
diberi tanda peringatan
bahwasannya mesin
tersebut termasuk
kategori berbahaya agar
para bekerja dapat lebih
berhati-hati lagi saat
melakukan pekerjaan
88
menggunakan
planner
3. Komponen yang
terpasang dibagian
siku furniture dapat
dipahat terlebih
dahulu agar dapat
lebih rapih
4. Untuk mendukung
kemudahan merakit
komponen yang
akan di pasang pada
furniture dapat
dibantu dengan hand
circle untuk
mengepaskan
komponen
mengenai bagian anggota
badan terutama pada
muka
5. Tangan dapat terjepit
oleh tandem press akibat
kurang kencang
6. Tangan dapat tergores
oleh pisau tatah/pahat
7. Kabel hand circle yng
berada dilantai dapat
menyandungkan kaki
pekerja
8. Telapak tangan dapat
tertancap kayu saat akan
merakit komponen untuk
membuat furniture
9. Saat memotong kayu
untuk merakit komponen,
jari dapat terpotong oleh
gergaji
2. Pekerja yang melakukan
kegiatan pekerjaan
berisiko seperti
menggunakan pisau
tatah/pahat dapat
menggunakan sarung
tangan agar melindungi
tanga dari goresan
3. Untuk tatanan kabel yang
ada pada area Assembling
dapat dilakukan penataan
yang rapih agar dapat
mengurangi terjadinya
risiko kecelakaan kerja
4. Melakukan perawatan
mesin ataupun alat-alat
yang digunakan agar
dapat tetap digunakan
g. Sanding
Nama Pekerjaan :
Penyempurnaan
furniture, pewarnaan
furniture,
Halaman : 7 JSA No. 7 Tanggal
: 1 April
2020
Baru/Revisi :
Baru
Peralatan : Gerida, Weir
brush, Hand sander
Analisis oleh : Alfa Betin
Nurul Ilmy
Bagian : Produksi
APD yang diperlukan : Kaca mata, Masker, Ear plug, Sarung tangan, Safety shoes
Langkah Kerja Bahaya Pengendalian
89
1. Tahap kerja ini
termasuk dalam
proses
penyempurnaan
2. Proses
pengamplasan secara
kasar dengan weir
brush dimana
berfungsi untuk
memunculkan serat
kayu
3. Untuk furniture yang
di amplas secara
halus menggunakan
hand sander
4. Setelah furniture di
amplas sesuai
dengan kebutuhan
kemudian dilakukan
proses bleaching
atau pemutihan kayu
menggunakan bahan
kimia
1. Ketika proses
pengamplasan kasar kayu
halus dapat menancap
dijari-jari tangan
2. Ketika proses merusting
tangan dapat tergores
3. Ketika mengeslap dan
kayu pecah dapat
melukai anggota badan
terutama tangan dan kaki
4. Tangan dapat melepuh
ketika terkena saat
menggunakan bahan
kimian untuk
memutihkan kayu
5. Pernafasan dapat sesak
ketika sedang mensprai
bahan kimia ke furniture
6. Terpeleset karena
ceceran cairan bahan
kimia
7. Mata gerinda yang
meleset dapat melukai
bagian kaki
8. Mata dapat terkena
cipratan bahan kimia
untuk bleaching
1. Untuk terhindar dari
serpihan kayu ahlus dapat
menggunakan APD
seperti kaca mata dan
sarung tangan
2. Dapat menggunakan
sarunng tangan agar
tangan saat mengamplas
secara kasar maupun
halus aman dari luka atau
goresan akibat alat yang
digunakan dan kayu yang
di amplas
3. Sebelum melakukan
pewarnaan menggunakan
bahan kimia dapat dilihat
tata cara pakai atau
penggunaannya agar
tidak mengenai dan
melukai anggota badan
4. Dapat menjaga jarak
ketika sedang berkontak
langsung dehan bahan
kimia agar tidak terkena
mata
5. Jika terdapat ceceran dari
bahan kimia segera untuk
di bersihkan agar dapat
menghindari terjadiinya
insiden yang dapat
melukai pekerja lainnya
6. Jika menggunakan bahan
kimia yang berbentuk
spray dapat menjaga
jarak dan menggunakan
kaca mata dan juga
masker agar tidak
terciprat dan sesak nafas
90
h. Finishing
Nama Pekerjaan :
Pengecekan, dan
pengepakan
Halaman : 8 JSA No. 8 Tanggal
: 1
April
2020
Baru/Revisi :
Baru
Peralatan :Cutter, Lakban Analisis oleh : Alfa Baetin
Nurul Ilmy Bagian : Produksi
APD yang diperlukan : Masker, Sarung tangan, Safety shoes
Langkah Kerja Bahaya Pengendalian
1. Menerima hasil dari
Sandingkemudian
dapat melanjutkan
penyempurnaan
sebelum dipacking
2. Setelah dilakukan
pemutihan di tahap
Finishingdilakukan
pewarnaan bertahap
3. Kemudian dilakukan
top coat agar dapat
melindungi warna
pada furniture
4. Furniture yang sudah
diberi warna
kemudian dikeringkan
dengan cara dijemur
dibawah sinar
matahari
5. Furniture yang sudah
kering dapat
disempurnakan
dengan melengkapi
pemasangan aksesoris
6. Furniture ditata dan di
packing di masukkan
ke dalam kardus dan
sebagainya
1. Bahan untuk pewarnaan
yang secara tahap dapat
terkena mata
2. Bahan pewarnaan secara
tahap dapat menganggu
pernafasan dan
penciuman
3. Ketika akan melakukan
top coat dapat terkena
mata dan juga dapat
mengganggu pernafasan
4. Ketika menambahkan
aksesoris tangan dapat
terkena palu
5. Ketika menambahkan
aksesoris tangan dapat
terkena drei
6. Tangan dapat terluka
akibat terkena cutter saat
melakukan packing
7. Dapat kejatuhan
tumpukan kardus yang
sudah di packing
8. Mata terkena lem akibat
kayu yang dilem belum
kering saat akan
dilakukan pengamplasan
1. Ketika memberi
pewarnaan secara tahap
jika menggunakan
bahan kimia yang
berbentuk spray dapat
menjaga jarak dan
menggunakan kaca mata
dan juga masker agar
tidak terciprat dan sesak
nafas
2. Ketika menambahkan
aksesoris dapat
menggunakan sarung
tangan agar terlindungi
dari goresan dan lainnya
3. Saat bekerja terutama
berhadapan dengan
benda tajam agar lebih
berhati-hati dan
berkonsentrasi
4. Menghindari dari
bahaya terkena
tumpukan kardus dapat
ditumpuk sesuai
ketentuan dan tidak
overload
5. Segera membersihkan
tangan yang terkena lem
agar bersih kembali dan
aman
91
4. Pemetaan
Untuk melakukan pemetaan Area risikobahaya kecelaakan kerja PT.
Paradise Island Furniture membutuhkan tabel identifikasi potensi bahaya
kecelakaan kerja (Tabel 4.14) dengan metode likelihood matrixserta sebagai
upaya pengamanan dari bahaya tersebut dibutuhkan rekomendasi penanganan
berdasarkan worksheet dari setiap tahapan pekerjaan proses roduksi. Adapun
hasil pemetaan Area risikobahaya kecelaakan kerja PT. Paradise Island
Furniture terlampir pada Gambar 4.1.
Tabel 4.14.Identifikasi Potensi Bahaya Kecelakaan Kerja pada Proses Produksi
Furniture PT. Paradise Island Furniture
No. Proses/
Tahapan
Identifikasi Bahaya Penilaian
Risiko
Tingkat Risiko
L S RN
1. Oven
Tungku
Dinamo dan fan belt yang berada
di lorong oven tungku dapat
menyagkut di baju
1 3 3 LOW
Mata terkena abu dari
pembakaran tungku di oven
2 2 4 LOW
Tangan tergores pinggiran kayu
saat akan memasukkan kayu yang
akan di oven atau akan
mengelurakan kayu setelah di
oven
2 2 4 LOW
Kabel dinamo jika terkena air
dapat konslet dan menyetrum
1 3 3 LOW
Kepala terbentur besi disekitar
oven tungku
2 2 4 LOW
2. Gudang Kayu yang ditumpuk tidak sesuai
tatanan dapat jatuh mengenai
anggota badan pekerja
2 3 6 MODERATE
92
Gerobak yang mengangkut kayu
dapat menjepit kaki pekerja
2 2 4 LOW
Kayu yang diangkut dapat
mengenai kepala
2 3 6 MODERATE
Tertusuk ujung kayu yang akan
diangkut ke gerobak
3 1 3 LOW
Tangan terjepit saat akan menata
kayu
3 1 3 LOW
3. Mesin 1 Pisau yang terbuka di pisau jointer
dapat membalikkan kayu dan
mengenai anggota badan
5 3 15 HIGH
Mesin rap saw mengenai perut
karena kayu yang akan dipotong
membalik
5 3 15 HIGH
Pelipis terkena potongan kayu
yang membalik
4 3 12 HIGH
Tangan memar karena terkena
kayu saat akan memotong
4 2 8 MODERATE
Kaki terkilir karena terpeleset
menginjak tumpukan serbuk kayu
3 2 6 MODERATE
Potongan kayu yang membalik
saat dipotong dapat tertancap
ditangan
5 3 15 HIGH
Jari tangan dapat putus jika
terpotong pisau mesin yang
berada di mesin 1
5 4 20 EXTREME
Kayu yang pecah saat di jointer
dapat melukai tangan
5 3 15 HIGH
4. Laminasi Pelipis terluka karena terkena
mesin manual laminasi
5 3 15 HIGH
Besi klem yang terlepas dapat
mengenai anggota badan terutama
kepala
5 3 15 HIGH
Tekanan besar di rap saw ketika
membelah kayu dapat mengenai
5 4 20 HIGH
93
anggota tubuh karena kayu
membalik sendiri
Tertimpa kayu yang sudah selesai
dilaminasi
4 3 12 MODERATE
Klem patah dan mengenai kepala 5 3 15 HIGH
Tangan terjepit kayu yang
dilaminasi
4 2 8 MODERATE
5. Mesin 2 Tangan dapat terpotong spindle
saat memotong
5 4 20 EXTREME
Kayu yang sedang diproses di
spindel dapat memental karena
melawan serat kayu
5 4 20 EXTREME
Tekanan yang kurang kuat saat
mendorong kayu untuk dipotong
dapat membuat jari robek
5 3 15 HIGH
Pisau di spindel yang terbuka
dapat melukai tangan
5 4 20 EXTREME
Gergaji yang berbentuk selendang
dan sambungan di bandsaw dapat
mengenai badan atau muka
5 4 20 EXTREME
Tangan yang terlalu dekat dengan
mesin dapat terpotong jarinya
4 5 20 EXTREME
Jari tangan dapat terjepit mesin
press di tenon
4 5 20 EXTREME
Jenis kayu yang keras dapat
terlempar mengenai tangan saat
memotongnya tidak kuat
5 4 20 EXTREME
6. Assembli
ng
Tangan dapat terekena hand circle
saat kurang teliti
5 1 5 MODERATE
Pisau tatah/pahat dapat melukai
tangan jika meleset
3 3 9 MODERATE
Kayu yang membalik saat di hand
circle dapat mengenai muka
5 3 15 HIGH
94
Tangan dapat terjepit oleh tandem
press karena tidak kencang
4 2 8 MODERATE
Tangan tergores karena pisau
tatah
3 4 12 HIGH
Kabel hand circle dapat
menyangkut dan konslet
2 2 4 LOW
Telapak tangan dapat tertancap
kayu
3 3 9 MODERATE
Saat memotong kayu jari dapat
terpotong oleh gergaji
4 5 20 EXTREME
7. Sanding Ketika proses rusting tangan
tergores
5 3 15 HIGH
Ketika mengeslap dan pecah
dapat melukai tangan
5 3 15 HIGH
Gerinda dapat menggores tangan
saat meleset
5 3 15 HIGH
Slep dapat mengenai kaki 4 2 8 MODERATE
Tangan dapat melepuh ketika
menggunakan bahan kimia
4 3 12 HIGH
Terpeleset karena ceceran cairan
bahan kimia
4 2 8 MODERATE
Mata gerinda yang meleset dapat
melukai kaki
5 3 15 MODERATE
Mata terkena cipratan bahan
kimia
5 3 15 MODERATE
8. Finishin
g
Tangan terluka terkena cutter saat
melakukan kegiatan packing
2 3 6 LOW
Dapat kejatuhan tumpukan kardus
untuk packing
1 4 4 LOW
Kaki dapat membengkak jika
tertimpa besi poamsit
1 4 4 LOW
Sesak akibat terkena semprotan
untuk furniture
4 2 8 MODERATE
95
Mata terkena lem akibat kayu
yang dilem belum kering saat
akan diamplas
4 2 8 MODERATE
Dapat sesak nafas dan pingsan
akibat menghirup cat yang akan
dilapisi di furniture
4 2 8 MODERATE
Keterangan :
L : Likelihood (Kemungkinan)
S : Severity (Kerasnya)
RN : Risk Number (Nomerrisiko)
Low : Rendah
Moderate : Sedang
High : Tinggi
Extreme : Berbahaya
96
Gambar 4.2. Area risiko bahaya kecelaakan kerja PT.
Paradise Island Furniture
97
5. Statistik Kecelakaan kerja
Statistik kecelakaan kerja yang dipatakan pada penelitian kali ini
bersumber dari data kecelakaan kerja yang direkap oleh bagian K3 PT.
Paradise Island Furniture. Berikut adalah tabel statistik kecelakaan kerja
sebagaimana terlampir pada Tabel 4.15. dibawah ini.
Tabel 4.15. Statistik jumlah kecelakaan dan jam kerja
Tahun Insiden
(kali kejadian)
Hari kerja
hilang
(Hari)
Total jam
kerja
(Jam)
2018 7 15 1960
2019 14 33 1992
Berdasarkan data statistik diatas didapatkan kenaikan intensitas
kejadian dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 2 kali lipat atau 100%
kenaikan. Namun apabila melihat jumlah jam kerja yang dilakukan tahun
2019 memiliki jam kerja yang lebih banyak untuk itu perlu penilaian
yang seimbang. Pada penelitian kali ini dilakukan perhitungan Ratio
kekerapan kecelakaan, Rerata keparahan kecelakaan, Persentase
kejadian kecelakaan kerja, dan Safe T Score untuk menilai penerapan K3
yang telah dilakukan perusahaan secara seimbang. Berikutadalah
perhitungannya :
a. Ratio kekerapan kecelakaan (frequency rate)
FR = jumlah cidera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja x 1.000.000
jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan
Tahun 2018 = 7 x 1.000.000
206 x 1960 = 17,33 kejadian/ 1.000.000 jam kerja
98
Tahun 2019 = 14 x 1.000.000
206 x 1992 = 34,12 kejadian/1.000.000 jam
kerja.
Melihat hasil perhitungan Frequency Rate (FR) nilai tahun
2019 mengalami peningkatan yang sebelunya 17,33 menjadi 34,12
kejadian dalam setiap 1.000.000 jam kerja yang telah dilakukan
pekerja. Hal tersebut sejalan dengan jumlah kecekaan kerja yang
terjadi walaupun jumlah jam kerja lebih besar ditahun 2019.
b. Ratio keparahan kecelakaan (severity rate)
SR = jumlah hari kerja hilang x 1.000.000
jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan
Tahun 2018 = 15 x 1.000.000
206 x 1960 = 37,15 hari/1.000.000 jam kerja
Tahun 2019 = 33 x 1.000.000
206 x 1992 =80.42 hari/1.000.000 jam kerja
Peningkatan jumlah kecelakaan kerja berpengaruh terhadap
hilangnya hari kerja yang semula 37,15 menjadi 80,42
hari/1.000.000 jam kerja pekerja. Secara penilaian K3 menunjukkan
tidak ada perbaikan justru bertambah meningkat waktu hilang kerja.
c. Persentase kejadian kecelakaan kerja (incident rate)
IR = jumlah kasus x 100
jumlah tenaga kerja yang terpapar
Tahun 2018 = 7 x 100
206 = 3.4%
Tahun 2019 = 14 x 100
206 = 6,8%
99
Melihat persentase keelakaan kerja yang meningkat
menunjukan dalam bekerja seorang pekerja memiliki kesempatan
terkena kecelakaan kerja yang semula 3,4% naik menjadi 6,8%.
d. Rerata hilangnya waktu kerja (Average Time Lost Rate/ATLR)
ATLR = (Total hari hilang karena kecelakaan kerja/ total kasus
kecelakaan kerja)
Tahun 2018 = 15
7 = 2,143
Tahun 2019 = 33
14 = 2,357
Hasil perhitungan ALTR menunjukan peningkatan 0,214
dimana tahun 2018 bernilai 2,143 meningkat pada tahun 2019
menjadi 2,357 nilai ALTR merupakan ukuran indikator yang sering
disebut “duration rate”dari peningkatan nilai tersebut menunjukan
hasil kinerja program K3 yang belum maksimal.
e. Frequency Saverity Indicator (FSI)
FSI = (Fr x Sr)/1000
2018 = (17,33 X 37,15) = 643,81
2019 = (34,12 X 80.42) =2.743,9
Nilai Frequency Saferity Indikator adalah kombinasi dari
frequency dan severity rate. Nilai FSI dapat dijadikan rangking
kinerja antar periode di tempat kerja. Semakin kecil nilai FSI maka
semakin baik kinerjanya. Pada tahun 2018 memiliki rangking kinerja
yang lebih baik dengan nilai 643,81 dari pada tahun 2019 senilai
2.743,9.
100
f. Safe T Score
Safe T Score = FR sekarang−FR sebelumnya
FR sebelumnya
Safe T Score = 34,12 −17,33
17,33 = 16,79 / 17,33
= 0.968
Perhitungan nilai safe T Score (STS) dilakukan guna
mengetahui tingkat perubahan (peningkatan/perubahan) kinerja K3
yang berkaitan dengan kecelakaan kerja/insiden kerja. Dari hasil
diatas nilai STS PT. Paradise Island Furniture memiliki nilai 0,968.
C. Pembahasan
1. Job Safety Analysis
a. Oven tungku
Beberapa potensi bahaya pada proses pekerjaan ini adalah tangan
dapat terjepit kayu yang akan disusun di oven tungku, kepala tersampar
kayu yang akan disusun di oven tungku, mata terkena abu pembakaran
kayu ditungku, jari tangan tertusuk pinggiran kayu saat akan
memasukkan ke tungku, fan belt yang berada dilorong oven tungku
dapat mengenai baju hingga robek, tangan terkena api yang ada
ditungku, kepala dapat terbentur besi disekitar oven tungku, tangan
dapat terjepit di sela pintu saat akan membuka ataupun menutup pintu,
kaki tertindih roda gerobak yang mengangkut kayu yang akan di oven
dan juga kayu sesudah dikeringkan di oven tungku.
Potensi bahaya yang diprediksikan seperti itu timbul karena kurang
hati-hati dalam bekerja hal ini sesuai dengan Suma’mur (2009) bahwa
101
faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan kerja sangat penting.
Selalu di temui dari hasil-hasil penelitian sebanyak 80-85% kecelakaan
kerja di sebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia (unsafe human
act).
Untuk upaya pengendalian mungkin dilakukan untuk menghindari
potensi potensi bahaya tersebut dengan menggunakan Alat Pelindung
Diri (APD). Alat Pelindung Diri (APD) menurut OSHA (Occupational
Safety and Health Administration) didefenisikan sebagai alat yang
digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya atau hazard di tempat
kerja. APD yang dapat digunakan karywan bagian produksi di oven
tungku adalah kaca mata, masker, sarung tangan, safety shoes. Kaca
mata berguna untuk melindungi mata dari paparan api dan abu sisa
pembakaran di tungku oven, sepatu safety berguna untuk melindungi
pekerja oven tungku dari benda-benda berbahaya disekitar lokasi kerja,
sarung tangan berguna untuk melindungi bagian tangan pekerja oven
tungku pada saat memindahkan kayu pembakaran ataupun material
lainnya dan masker berguna untuk perlindungan atau menghindari dan
mengurangi kemungkinan akan tercemar debu dan zat sisa pembakaran
lainnya yang membahayakan pernafasan.
Berdasarkan hasil penelitian di proses produksi ditemukan bahwa
rambu-rambu yang di pasang masih belum lengkap dan rambu yang
sudah ada terbengkalai tertutup oleh debu akibat proses produksi.
102
Untuk itu disarankan pemasangan rambu-rambu K3 dan perlu diletakan
pada lokasi strategis yang mudah dilihat oleh pekerja.
Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah
dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 56,25% hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor pengetahuan K3 yang masih rendah
yaitu pada pengetahuan K3 dengan nilai 75% sedangkan faktor lainnya
seperti penilaian cara kerja, lingkungan kerja dan alat pelindung diri
berada pada level yang lebih baik. Untuk itu perlu peningkatan
pengetahuan K3 pada karyawan oven tungku dengan dilakukan brifing
setiap sebelum melakukan pekerjaan. Memaksimalkan penggunaan
rambu-rambu K3 dan
Sedangkan berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian oven
tungku mendapatkan nilai sebesar 0-25% karena memiliki sifat bahaya
rendah berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada
proses produksi furniture PT. Paradise Island Furniture. Dengan
pemasangan rambu-ranbu K3 setidaknya mampu menurunkan 20%
potensi kecelakaan kerja. Seperti yang disampaikan (Santoso,2004) 80-
85% kecelakaan kerja dipengaruhi oleh faktor manusia yang salah
satunya kurangnya pengetahuan K3. Untuk itu penataan kembali
rambu K3 dan pemeliharaan rambu K3 adalah upaya peningkatan
pengetahuan K3 melalui rambu-rambu yang dipasang.
103
b. Gudang
Pada bagian gudang yang dilakukan adalah penataan kayu yang
sudah dipotong, dan menyiapkan bahan untuk produksi di temukan
potensi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja yaitu
tumpukan kayu yang tersusun tinggi, serpihan kayu sisa pemotongan
dangrobak pengangkut hal tersebut berpotensi melukai pekerja.
Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih disebabkan karena pekerja
tidak berhati-hati saat menyusun dan mengangkut kayu untuk ditata
ataupun untuk diolah ke bagian produksi lainnnya. Sesuai dengan teori
Domino Effect oleh Heinrich (1980) penyebab kasus kecelakaan kerja
berasal dari faktor kelalaian manusia sebesar 88% (unsafe action)
meliputi dari sikap dan tingkah laku yang kurang baik, kurang
pengetahuan dan keterampilan atau keahlian. Tindakan pengendalian
yang dapat dilakukan adalah pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) seperti sepatu safety, sarung tangan, dan helm safety.
Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah
dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 42,5% hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor penilaian cara kerja yang masih rendah
yaitu dengan nilai 11,11%, sedangkan faktor lainnya seperti
pengetahuan K3, lingkungan kerja dan alat pelindung diri berada pada
level yang lebih baik. Rendahnya nilai pengetahuan cara kerja
dipengaruhi oleh tidak adanya standar pengoperasian alat pada tahapan
tersebut. Untuk itu dikarenakan tidak adanya prosedur penggunaan alat
104
setidaknya dibuat prosedur penataan barang yang akan masuk dan
keluar dari gudang karena masih ditemukan kesalahan pada
penyusunan sehingga meningkatkan potensi kecelakaan.
Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian gudang sebesar
0-25% karena memiliki sifat bahaya rendah berdasarkan hasil
identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi furniture
PT. Paradise Island Furniture. Dengan kondisi tersebut perlu dilakukan
pengendalian administratif dan penggunaanAPD sebagai perlindungan
terakhir untuk meminimalisir dampak kecelakaan kerja. Menurut
(Nanda,2019) penggunaan APD setidaknya mampu menurunkan 33,7%
potensi kecelakaan kerja dari hasil statistik penelitian yang sudah
dilakukan.
c. Mesin 1
Proses produksi pada mesin 1 berpotensi menimbulkan bahaya
diantaranya : Pisau yang terbuka di mesin 1 dapat membalikkan kayu
dan mengenai anggota badan,pisau mesin 1 dapat melukai pekerja yang
salah dalam prosedurpekerjaan, pekerja dapat terluka akibat kayu yang
diolah pada mesin 1. Hal ini di sebabkan metode kerja yang salah dalam
mengeluarkan alat kerja dan penggunaan alat pada saat bekerja.
Sependapat dengan (Maringan, 2016) tingkat pendidikan sangat
mempengaruhi kecakapan seseorang dalam melakukan
pekerjaan.Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan cepat atau
lambatanya tenaga kerja dalam mengambil keputusan. Tentunya pada
105
saat mengambil keputusan menentukan pula pada metode kerja yang
digunakan.
Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah
dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 59,02% hal
tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih
rendah yaitu dengan nilai 76,38% sedangkan faktor lainnya seperti
pengetahuan K3, penilaian cara kerja dan alat pelindung diri berada
pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja
dipengaruhi oleh banyaknya mesin yang digunakan pada proses
produksi ini dan kondisi dari mesin-mesin tersebut berada pada kondisi
yang sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja.
Tindakan pengendalian untuk mencegah potensi bahaya pada
proses produksi mesin 1 adalah menggunakan APD seperti sarung
tangan dan sepatu safety, dan bekerja sesuai instruksi kerja perusahaan.
Serta melakukan edukasi terkait K3 dan pencegahan kecelakaan kerja.
Selaras dengan pendapat Suma’mur (2011) yang mengemukakan
bahwa pengalaman untuk waspada terhadap kecelakaan kerja
bertambah baik sesuai dengan pertambahan masa kerja dan lama
bekerja di tempat kerja yang bersangkutan. Ketika masa kerja masih
minim perlu ditopang dengan edukasi yang mumpuni.
Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian Mesin 1 sebesar
50-75% karena memiliki sifat bahaya tinggi berdasarkan hasil
identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi Furniture
106
PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya
mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana
dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan solusi peningkatan
fokus kerjasetidaknya mampu menurunkan 10% potensi kecelakaan
yang diakibatkan faktor manusia sebagaimana dijelaskan (Santoso,
2004) dengan total penurunan 43,7% potensi bahaya yang mampu
diminimalisir dari proses sanding.
d. Laminasi
Potensi bahaya saat proses produksi laminasi adalah terkena alat
manual laminas/ klem yang patah, anggota tubuh terkena lem, anggota
tubuh terluka akibat kayu bahan produksi, Terkena dongkrak hidrolik
ketika akan melakukan laminasi di klem. Berdasarkan keterangan
pekerja dan data kecelakaan kerja sering terjadi. Untuk menghindari
kecelakaan tersebut perlu peningkatan fokus saat pengoperasian alat
dongkrak hidrolik, alat laminasi dan peralatan kerja pendukung lainnya.
Untuk upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah menggunakan
helm safety, sarung tangan, serta sepatu safety. Pastikan pekerja dalam
kondisi fit dan fokus bekerja dalam mengoperasikan alat untuk
menghindari kelalaian bekerja.
Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah
dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 69,85% hal
tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor pengetahuan K3 yang masih
rendah yaitu dengan nilai 76,47% sedangkan faktor lainnya seperti
107
penilaian cara kerja, lingkungan kerja dan alat pelindung diri berada
pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor pengetahuan K3
dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran untuk peduli terhadap
pentingnya pengetahuan terkait K3 yang sebenarnya mampu untuk
meminimalisir kecelakaan kerja.
Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian laminasi sebesar
50-75% karena memiliki sifat bahaya tinggi berdasarkan hasil
identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi furniture
PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya
mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana
dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan pengendalian
kecelakaan kerja dari faktor manusiaberupa peningkatan keterampilan
kerja, fokus kerja, motivasi kerja, dan pengetahuan kerja setidaknya
mampu menurunkan 40% potensi kecelakaan yang diakibatkan faktor
manusia sebagaimana dijelaskan (Santoso, 2004). dengan total
penurunan 66,3% potensi bahaya yang mampu diminimalisir dari
proses sanding.
e. Mesin 2
Proses produksi pada Mesin 2berpotensi menimbulkan bahaya
diantaranya: spindle pemotong kayu, pisau yang terbuka pada spindle,
gergaji yang berbentuk selendang dan sambungan di bandsaw dapat
patah dan mengenai anggota badan, jari tangan dapat terjepit mesin
press tenon, tangan yang terlalu dekat dengan mesin dapat
108
mengakibatkan jari terpotong jika lengah. Selaras dengan penelitian
(Lilian, 2017) kecelakaan kerja bisa terjadi karena adanya kontak
dengan sumber bahaya yang berlebihan sehingga menyebabkan suatu
kecelakaan. Kontak yang dimaksud disini adalah kondisi dari alat kerja
yang tidak baik atau perilaku pekerja yang tidak aman. Kondisi
lingkungan kerja yang sudah berpotensi membahayakan, jarak aman
yang terlalu dekat dengan sumber bahaya, dan faktor internal dari
aktifitas pekerja yang membahayakan.
Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusaan adalah
pemberian APD lengkap pada pekerja. Pada prakteknya masih
ditemukan kecelakaan kerja yang berakibat pada anggota tubuh yang
terluka walau sudah menggunakan APD. Perlu dilakukan pengendalian
lainnya (Wikaningrum, 2014) hal tersebut belum efektif sebaiknya
memberikan pelatihan kepada tenaga kerja tentang bekerja aman dan
selamat serta penyuluhan tentang K3 secara berkala sehingga tenaga
kerja mengetahui arti pentingnya keselamatan kerja dan kesadaran
untuk bekerja aman dapat meningkat, sehingga risiko kecelakaan kerja
dapat diminimalisasi sekecil mungkin.
Menurut (Nyco, 2016) pengendalian sesuai dengan ISO
31000:2009 dengan urutan eliminasi, substitusi, pengendalian teknik,
administrasi dan alat pelindung diri. Pengendalian risiko hendaknya
mengikuti risk ratting yang tertinggi yaitu potensi bahaya dengan risiko
bahaya urgent, karena pekerja berpotensi mengalami kecelakaan.
109
Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah
dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 63,24% hal
tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih
rendah yaitu dengan nilai 72,06% sedangkan faktor lainnya seperti
penilaian cara kerja, pengetahuan K3 dan alat pelindung diri berada
pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja
dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh banyaknya mesin yang digunakan
pada proses produksi ini dan kondisi dari mesin-mesin tersebut berada
pada kondisi yang sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja.
Dengan metode substitusi bahaya tidak dapat dihilangkan secara
permanen namun bisa di turunkan dengan perawatan mesin secara
teratur. Setidaknya mesin yang aman untuk dioperasikan mampu
mengurangi potensi kecelakaan kerja. Kemudian ditambah metode
administrasi dengan pengaturan jam kerja, pengawasan fokus pekerja
dalam mengoperasikan alat, dan meningkatkan standar pekerja dalam
mengoperasikan alat dengan memberikan pelatihan dan uji kelayakan
mengoperasikan alat.
Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian mesin 2 sebesar
75-100% karena memiliki sifat bahaya sangat tinggi berdasarkan hasil
identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi furniture
PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya
mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana
dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan pengendalian
110
kecelakaan kerja dari faktor manusia berupa peningkatan fokus kerja,
motivasi kerja, pengetahuan kerja, keterampilan kerja dan mengurangi
stress fisik setidaknya mampu menurunkan 33,15% potensi kecelakaan
yang diakibatkan faktor manusia sebagaimana dijelaskan (Santoso,
2004) dengan total penurunan 66,85% potensi bahaya yang mampu
diminimalisir dari proses mesin 2.
f. Assembling
Potensi bahaya saat proses produksi assembling adalah terkena
mesin planner, pisau tatah/pahat, terjepit oleh tandem press, tertancap
kayu saat akan merakit komponen. Munculnya potensi bahaya tersebut
berdasarkan data kecelakaan kerja yang terekap, wawancara terhadap
pekerja, dan identifikasi lingkungan kerja pada proses produksi secara
langsung. Untuk menghindari kecelakaan tersebut perlu diberikan
peringatan tanda bahaya pada mesin planner. Hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kehati-hatian pekerja dan fokus kerja saat
menggunakan mesin planner.
Untuk upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah
peningkatan pengawasan dan selalu memberikan peringatan apabila
penggunaan APD diabaikan. Kerena pengendalian untuk mencegah
potensi bahaya menggunakan APD mengingat penggunaan alat
pelindung diri (APD) bagi pekerja sangat diwajibkan oleh perusahaan
sesuai dengan jenis bahaya dan jenis pekerjaan yang di lakukan
tersebut. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Keselamatan
111
Kerja Nomor 1 Tahun 1970 pasal 14C, mengatakan bahwa suatu
perusahaan menyediakan secara cuma-cuma sesuai dengan jenis
pekerjaan dan bahayanya. Ketika APD sudah disediakan sejatinya perlu
menumbuhkan kesadaran untuk menggunakan sebagai upaya
partisipasi dalam menjaga keselamatan dalam bekerja.
Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah
dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 49,3% hal
tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih
rendah yaitu dengan nilai 69,44% sedangkan faktor lainnya seperti
penilaian cara kerja, pengetahuan K3 dan alat pelindung diri berada
pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja
dipengaruhi oleh banyaknya mesin yang digunakan pada proses
produksi ini dan kondisi dari mesin-mesin tersebut berada pada kondisi
yang sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja.
Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian assembling
sebesar 25-50% karena memiliki sifat bahaya sedang berdasarkan hasil
identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi furniture
PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya
mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana
dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan ditambah
pengendalian kecelakaan kerja dari faktor manusia berupa
peningkatanfokus kerja, motivasi kerja, pengetahuan kerja,
keterampilan dan stress fisik setidaknya mampu menurunkan 13,26%
112
potensi kecelakaan yang diakibatkan faktor manusia sebagaimana
dijelaskan (Santoso, 2004) dengan total penurunan 46,96% potensi
bahaya yang mampu diminimalisir dari proses assembling.
g. Sanding
Beberapa potensi bahaya pada proses pekerjaan ini adalah proses
merusting, terkena bahan kimiauntuk memutihkan kayu, Pernafasan
sesak ketika sedang mensprai bahan kimia, dapat terkena cipratan
bahan kimia untuk bleaching.Latar belakang ditentukannya prediksi
potensi bahaya tersebut berdasarkan data kecelakaan kerja periode
sebelumnya sebagai pertimbangan, informasi dari pekerja yang telah
bekerja pada bagian sanding, dan terakhir pertimbangan pengamatan
penelitin secara langsung.
Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah
penggunaan APD pada pekerja seperti sarung tangan, sepatu safety, dan
masker. Namun masih terjadi kecelakaan kerja salah satunya pekerja
mengalami sesak nafas. Seharusnya untuk mengantisipasi kecelakaan
yang mungkin terjadi dikemudian hari adalah penggunaan masker yang
memiliki kerapatan tinggi dan tahan terhadap unsur-unsur kimia. Upaya
terbaik dalam bagian ini adalah penggunaan metode administrasi yaitu
pengadaan peningkatan kualitas peralatan APD yang telah tersedia
yaitu masker khusus bahan kimia.
Bahaya ini sejalan dengan penelitian oleh (Mulyati, 2013) bahwa
debu di inhalasi menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan
113
non spesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan
fagositosis oleh makrofag. Otot polos di sekitar inhalasi dapat
terangsang sehingga menimbulkan penyempitan.
Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah
dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 50,69% hal
tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih
rendah yaitu dengan nilai 69,44% sedangkan faktor lainnya seperti
penilaian cara kerja, pengetahuan K3 dan alat pelindung diri berada
pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja
dipengaruhi oleh banyaknya mesin yang digunakan pada proses
produksi ini dan kondisi dari mesin-mesin tersebut berada pada kondisi
yang sangat berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja
Berdasarkan identifikasi potensi bahaya di bagian sanding sebesar
50-75%karena memiliki sifat bahaya tinggi berdasarkan hasil
identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja pada proses produksi Furniture
PT. Paradise Island Furniture. Dengan penggunaan APD setidaknya
mampu menurunkan 33,7% potensi kecelakaan kerja sebagaimana
dijelaskan hasil pada penelitian (Nanda,2019) dan pengendalian
kecelakaan kerja dari faktor manusia berupa peningkatan fokus kerja,
motivasi kerja, dan stress fisik setidaknya mampu menurunkan 19,89%
potensi kecelakaan yang diakibatkan faktor manusia sebagaimana
dijelaskan (Santoso, 2004) dan total penurunan 53,59% potensi bahaya
yang mampu diminimalisir dari proses sanding.
114
h. Finishing
Beberapa potensi bahaya pada proses pekerjaan Finishing adalah
bahan pewarna mengganggu pernafasan, anggota tubuh terluka akibat
peralatan kerja (palu dan cutter), terluka akibat terkena drei, anggota
tubuh terkena lem, anggota tubuh terluka akibat tidak menggunakan
APD. Penentuan potensi bahaya ditentukan berdasarkan pengamatan
peneliti secara langsung, wawancara dengan pekerja, dan
mempertimbangkan data kecelakaan kerja.
Pengendalian pada proses Finishing adalah pengendalian prilaku
kerja pekerja. Karena pada temuan dilapangan banyak pekerja yang
hanya menggunakan sandal saat bekerja, tidak menggunakan sarung
tangan, dan masih minim kesadaran akan penggunaan APD. Tentunya
kesadaran akan penerapan APD pada saat bekerja berpengaruh terhadap
kecelakaan kerja, hal tersebut terbukti dari penelitian (Zainal, 2016)
terkait hubungan kelalaian kerja dengan kecelakaan kerja. Terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan kelalaian kerja terhadap
kecelakaan kerja. Artinya, bahwa bila kelalaian kerja meningkat, maka
kecelakaan kerja akan meningkat.
Adapun keterkaitan antara hasil observasi wawancara yang telah
dilakukan score kecelakaan kerja berada pada persentase 46,53% hal
tersebut dipengaruhi oleh penilaian faktor lingkungan kerja yang masih
rendah yaitu dengan nilai 72,22% sedangkan faktor lainnya seperti
penilaian cara kerja, pengetahuan K3 dan alat pelindung diri berada
115
pada level yang lebih baik. Rendahnya nilai faktor lingkungan kerja
dipengaruhi oleh lingk