Post on 03-Feb-2018
BAB III
MUHAMMAD HATTA; TOKOH DAN PEMIKIR EKONOMI
Muhammad Hatta Memberikan barometer sikap nasionalisme
kebangsaan dalam Fifty Years Of The National Movement, Pikiran Rakyat, 19
Mei 19581 Dengan mengatakan:
Kalau kita sungguh-sungguh mencintai Indonesia yang merdeka, yang bersatu, tidak terpecah belah, adil dan makmur, marilah bercermin sebentar, kembali kepada cita-cita dulu yang begitu suci, dan mengembalikan pemimpin yang jujur berpadu dengan semangat yang siap melakukan pengorbanan. Rakyat kita masih tetap miskin dari pada sebelumnya, ditengah-tengah kekayaan yang melimpah ruah. Paling baik kita merenungkan keadaan rakyat kita sekarang, yang sungguh-sungguh berhak untuk mendapatkan nasib yang lebih baik, nasib yang sesuai dengan tujuan kita semula
Cetusan keprihatinan Muhammad Hatta pada tahun 1958 ini masih
sangat relevan diacu disini karena kondisi ekonomi-politik bangsa Indonesia
dewasa ini banyak persamaannya dengan kondisi ekonomi-politik bangsa pada
waktu itu, dimana ketimpangan ekonomi jawa dan luar jawa membesar, dan
keinginan bagi peningkatan otonomi daerah juga besar. Bedanya adalah bahwa
jika pada tahun 1958 pemerintah pusat nampak “enggan” memperluas otonomi
daerah, maka sebaliknya justru pemerintah pusatlah dewasa ini hampir
menunjukkan ketidaksabaran untuk segera memperluas otonomi daerah, bahkan
sampai daerah tingkat II.
1 Pidato (dipadatkan) pada Annual Memorial Lecture Bung Hatta, Acara Tahunan ke-
IV, diselenggarakan oleh Yayasan Genta Budaya, Padang, 21 Agustus 1991.
45
46
Tulisan Muhammad Hatta yang “Keras” memang cukup kuat dasarnya
karena sudah meletakkan jabatan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 1 Desember 1956. Muhammad Hatta menggunakan sebagian besar
tahun 1957 untuk berkeliling Sumatra, dan menemukan bahwa kebijakan-
kebijakan ekonomi pemerintah pusat memang banyak merugikan wilayah-wilayah
luar jawa yang notabene-nya sangat kaya akan sumber daya alam, dan berarti
memberikan sumbangan besar bagi perolehan devisa negara. tahun-tahun
berikutnya adalah tahun-tahun ujian bagi negara kesatuan Indonesia, dan ternyata
Indonesia berhasil ”Lulus” dari aneka ujian dan cobaan tersebut, meskipun
dengan banyak “Luka” dalam bidang politik. Pada tahun 1959 ( 5 Juli ), setelah 14
tahun “Mencoba” sistem demokrasi parlementer, Indonesia kembali ke UUD
1945,meskipun tanpa wakil presiden sampai pemerintahan Orde Baru 1968.2
Dimata Muhammad Hatta ilmu ekonomi termasuk ilmu moral (dan
kemanusiaan). Dan di Indonesia ia terkait erat pada Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, sila pertama pancasila. Pada sistem itu ekonomi Indonesia sebagaimana
diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945 bukanlah sistem ekonomi liberal ala
political economy (economic) mazhab klasik yang masih mempercayai negara
sebagai kontrol ekonomi dan neo klasik. yang menghendaki campur tangan
sekecil mungkin negara atas sistem ekonomi pasar. Di dalam ekonomi terpimpin,
pemerintah mengambil keputusan ekonomi sesuai dengan cita-cita UUD 1945,
2 Mubyarto, Ekonomi Kerakyatan Program IDT dan Demokrasi Indonesia, Ed. II, Cet.
I, Yogyakarta: Aditya Media, 1997, hlm.16
47
dan tidak berdasarkan pada mekanisme pasar bebas “tak terkendali” seperti pada
sistem ekonomi liberal.3
Sikap (dan sifat) anti liberalisme dan anti kapitalisme dari sistem
ekonomi Indonesia bersemi serta berkembang pada diri para pemimpin
pergerakan kebangsaan, karena liberalisme yang dipraktekkan pemerintah
kolonial Belanda tidak membawa kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan,
sebagai yang dislogankan di Eropa Barat. Sebaliknya yang dirasakan di Indonesia
adalah pemerasan kaum buruh, perampasan tanah rakyat, penindasan
kemerdekaan dan perkosaan dasar-dasar perikemanusiaan.4
Dalam praktek perekonomian selama 46 tahun Indonesia merdeka, apa
yang “dicita-citakan” para pemimpin Indonesia tersebut tidak mudah
perwujudannya. Ini pun sudah diantisipasi oleh Muhammad Hatta yang
membedakan tujuan pembangunan jangka panjang dengan politik kemakmuran
jangka pendek. Pandangan praktis Muhammad Hatta bahwa ada perbedaan yang
harus diterima antara politik perekonomian jangka panjang dan politik
kemakmuran jangka pendek, yang membolehkan siapapun “yang sanggup
melaksanakannya”, bisa diintepretasikan sebagai pemberian kesempatan pada
perusahaan-perusahaan swasta kuat (cina maupun pribumi) yang berorientasi
keuntungan.
Muhammad Hatta sebagai seorang ekonom, yang merumuskan pasal 33
UUD 1945 sebagai manifestasi cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, tidak
pernah merasa enggan “berterus terang” mengkritik politik perekonomian yang
3 Muhammad Hatta, Pikiran-Pikiran Dalam Bidang Ekonomi Untuk Mencapai Kemakmuran Yang Merata, Cet. III, Jakarta: Yayasan Idayu, 1976, hlm.2
4 Ibid, hlm. 234
48
dilaksanakan pada teknokrat pemerintahan orde baru, dan tidak jarang diucapkan
langsung dihadapan mereka dalam forum-forum ISEI. Politik perekonomian
pemerintah orde baru tidaklah bisa disamakan dengan politik perekonomian
liberal periode 1950-1959, lebih-lebih dari masa penjajahan 1930-1942. Dalam
pemerintahan orde baru pemerintah Indonesia justru sangat aktif berperan, baik
dalam perencanaan (sentral) kebijaksanaan pembangunan (repelita), maupun
dalam bentuk pemilikan dan penguasaan perusahaan-perusahaan negara (BUMN),
termasuk lembaga-lembaga non-Departemental dan non-BUMN seperti Bulog.
A. Biografi Muhammad Hatta
Muhammad Hatta lahir di Bukit Tinggi, Sumatra Barat, tanggal 12
Agustus 1902. Ayahnya bernama Haji Mohammad Djamil dan ibunya
bernama Siti Saleha. Ayahnya meninggal dalam usia 30 tahun, pada waktu
Muhammad Hatta masih berusia 8 (delapan) bulan. Mohammad Djamil
berasal dari Batu Hampar, putera Syeikh Abdurrahman pimpinan surau Batu
Hampar yang merupakan pusat organisasi tarekat Naqsabandiyah.
Aktifitasnya selain di kegiatan keagamaan, juga aktif dalam usaha
perdagangan.5
Sedangkan ibunya berasal dari keluarga pedagang. Sepeninggal
Mohammad Djamil, ibunya kemudian menikah lagi dengan Haji Ning,
seorang pedagang yang berasal dari Palembang. Hal ini menyebabkan
kedekatan Muhammad Hatta dengan ayah tirinya. Bahkan Muhammad Hatta
menyangka bahwa Haji Ning adalah ayah kandungnya. Dia baru sadar, bahwa
5 Masduki, Pemikiran Muhammad Hatta tentang Demokrasi, Skripsi Sarjana Syari’ah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2004.
49
Haji Ning bukan ayah kandungnya tetapi ayah tirinya setelah berumur 10
tahun. Namun demikian, ini tidak hubungan mereka menjadi renggang.6
Seluruh usianya disumbangkan untuk mencapai kemerdekaan tanah
air, sebagai penganjur cita-cita dan sebagai pemimpin pergerakan rakyat,
dengan mengalami penderitaan dalam bui dan pembuangan bertahun-tahun
lamanya, dan akhirnya menjadi pemimpin negara. Sebagai pemimpin ia
berpedoman kepada prinsip, bahwa tugas seorang pemimpin demokrat ialah
mencarikan gantinya sekelas-kelasnya. Makin cepat ia digantikan makin baik.
Itu suatu tanda bahwa demokrasi hidup. Hidup seorang terbatas, tetapi hidup
negara atau pergerakan terus menerus. Jangan nasib negara tergantung pada
seorang pemimpin. Pada waktu usia 50 tahun, beberapa orang kawannya
memperingati saat itu dengan menerbitkan kembali karangan-karangannya
yang tersebar dalam berbagai majalah dan surat kabar atau yang telah
diterbitkan sebagai brosur.7
Kalau benar, bahwa turunan berpengaruh atas tabiat dan karakter
seseorang, pada Muhammad Hatta dapat dilihat kesannya itu. Dari pihak
bapaknya beliau turunan ulama’, sedangkan dari pihak ibunya turunan
saudagar. Dari dua cabang turunan itu, ulama’ dan saudagar, lahirlah
Muhammad Hatta dengan menggabungkan dua bakat pada dirinya. Taatnya
kepada agama dan cintanya kepada kebenaran, juga keteguhan iman dan kuat
kepercayaannya, sebagai turunan alim ulama’. Pengaruh keturunan dari pihak
ibunya kelihatan minatnya pada ekonomi, akan tetapi bukan dagang condong
6 Ibid. 7 Muhammad Hatta, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, Ed.II, Cet. I,
Jakarta: Inti Idayu, 1907, hlm. 277.
50
hatinya, melainkan kepada ilmu ekonomi, terutama kepada ekonomi
teoretika.8 Hidup Muhammad Hatta waktu mudanya hampir sejalan dengan
timbulnya pergerakan kebangsaan di Indonesia. Inilah yang menjadi dorongan
apa sebab dia dalam usia yang muda sekali, selagi duduk di bangku sekolah
menengah, telah tertarik kepada pergerakan. Sebagai biasa bermula dari
pergerakan pemuda, pergerakan kebangsaan yang dipelopori oleh Budi Utomo
dalam tahun 1908 dan berkobar sejak tahun 1913,membuka hati pemuda
Indonesia untuk menginsyafi kewajiban mereka terhadap tanah air. Berturut-
turut dari tahun 1916 lahirlah perkumpulan-perkumpulan pemuda, seperti Jong
Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa dan Jong Ambon. Dengan
sendirinya Muhammad Hatta yang bersifat pengabdi kepada cita-cita akhirnya
terseret ke dalam perkumpulan Jong Sumatranen Bond. Sejak berumur 16
tahun Muhammad Hatta sudah aktif dalam perkumpulan, pelajaran yang
dituntutnya pada PHS-sekolah dagang menengah di Jakarta, memberikan
pengertian dan alat kepadanya tentang membereskan organisasi dan
administrasi.
Di masa mudanya, ketika Muhammad Hatta masih kanak-kanak, dia
sudah belajar kenal dengan soal-soal politik yang hangat dan hebat yang
dipersoalkan dalam pers dan rapat-rapat umum.9 Tahun 1921 Muhammad
Hatta meneruskan sekolah di Handels Hogeschool (Nederlandsche Economi
Che Hogeschool yang berkembang menjadi Rijksuniversiteit Rotterdam).
Dengan sendirinya dia tertarik ke dalam perkumpulan mahasiswa Indonesia
8 Ibid, hlm. 279 9 Ibid, hlm. 281
51
yang waktu itu masih bernama Indische Vereniging. Pemuda Indonesia di
Nederland waktu itu berada dalam masa perpisahan. Setelah kelihatan, bahwa
politik kerjasama tidak membawa hasil, hati mulai condong kepada politik
Non-Cooperation dan nama Indische Vereniging diganti dengan Indonesische
Vereniging (tahun 1922), kemudian tahun 1925 nama tersebut diganti lagi
dengan nama Perhimpunan Indonesia. Mulai tahun 1924 Muhammad Hatta
terus-menerus menjadi bendahara dalam pengurus yang berganti-ganti dari
tahun 1922-1925. Dialah yang mengusahakan agar perkumpulan mempunyai
majalah sendiri yang terbitnya teratur. Tahun pertama (1923) meneruskan
penerbitan Hindia Poetra, yang dulunya diterbitkan bersama-sama dalam
hubungan Indonesische Verbond.
Tahun 1923 Muhammad Hatta lulus dalam ujian Handels Economie,
mula-mula dia bermaksud akan menempuh ujian doktoral ilmu ekonomi pada
penghabisan 1925. pada penghabisan 1926 atau permulaan 1927 dia
merencanakan akan menempuh ujian doktoral, tetapi perubahan dalam
pelajaran itu menjadi sebab, bahwa dia jauh lebih lama di Eropa dari yang
dimaksudkannya. Karena tidak terdesak lagi untuk mengadakan examen pada
akhir 1925, maka dia terpaksa menyerah untuk menerima jabatan sebagai
ketua perhimpunan Indonesia untuk tahun 1926 dia menerima tugas untuk
memimpin yang muda-muda dalam perkumpulan jadi pengurus. Penerimaan
jadi ketua untuk tahun 1926 itu fatal bagi dia sendiri, sebab setiap tahun
setelah itu sampai tahun 1930 Muhammad Hatta terus dipilih menjadi ketua
kembali. Pada kongres liga menentang penjajahan di Brussel (1927) dia
52
mendapat kontak dengan Jawaharlal Nehru, dan dari kontak tersebut terjadilah
persahabatan yang erat antara keduanya.
Berhubung dengan aktivitas Perhimpunan Indonesia yang luar biasa
itu, yang besar pengaruhnya dalam Pergerakan rakyat di Indonesia, maka
pemerintah Nederland, atas Advis yang salah dari penasehat kolonialnya, telah
mengambil tindakan terhadapnya, Muhammad Hatta bersama-sama tiga orang
pengurusnya ditangkap dan ditahan dalam penjara selama 5 tahun 6 bulan
lamanya. Akan tetapi mahkamah di Den Haag membebaskan mereka dari
segala tuntutan pada bulan maret 1928. Muhammad Hatta menamatkan
studinya di Rotterdam tahun 1932, tidak lama setelah itu Muhammad Hatta
kembali ke Indonesia, setelah 11 tahun beliau meninggalkan tanah airnya.
Sekembalinya di Indonesia Muhammad Hatta hanya dapat bergerak ditengah-
tengah rakyat kira-kira satu setengah tahun lamanya. Dimasa satu setengah
tahun itu aktivitas politiknya besar sekali, seperti juga ternyata dari karangan-
karangannya dalam daulat rakyat, dan dari sikap yang diperlihatkan oleh
partainya, pendidikan nasional Indonesia. Atas dirinya dilakukan oleh
pemerintah Hindia Belanda Exorbitante Rechten, setelah itu satu tahun ditahan
di dalam bui, Muhammad Hatta dibuang di Boven Digul di Nieuw-Guineq
(Irian Jaya) dan disana dia tinggal satu tahun. Dari situ tempat internirannya
bersama dengan Sjahrir dipindahkan ke Banda Neira, dan disana dia tinggal 6
tahun lamanya.
Waktu tentara Jepang mendarat di Ambon, cepat-cepat Muhammad
Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke tempat interniran baru di Suka Bumi, pada
53
bulan februari 1942 dia merdeka kembali waktu pemerintahan Hindia Belanda
menyerah kepada Jepang, yaitu tanggal 9 maret 1942. persis sama tanggal
bulannya ketika dia dibebaskan dari tahanan bui oleh hakim Den Haag (tahun
1928). Waktu selama dalam bui dan pembuangan digunakan untuk studi dan
karang-mengarang. Dalam bui Glodok tahun 1934 lahir krisis ekonomi dan
kapitalisme. Dari tempat pertapaan di Boven Digoel lahir konsep dari pada
alam pikiran Yunani, di tempat pembuangannya di Banda Neira lahir
perjanjian Volken Bond, mencari Volken Bond dari abad ke abad,
konsionalisasi, petunjuk bagi rakyat dalam hal ekonomi, teori dan praktek dan
banyak lagi karangan-karangannya dalam majalah yang sebagian besar telah
dikumpulkan menjadi beberapa fasal ekonomi jilid I dan II. Beberapa
karangan itu terdapat kembali dalam kumpulan karangan yang terbit dalam
tahun 1952 dan seterusnya.10
Zaman pendudukan Jepang tahun 1942-1945 bagi Muhammad Hatta
yang sangat prinsipil, adalah menjadi cobaan besar, yang hanya dapat
diatasinya karena imannya yang teguh dan kepercayaannya yang besar akan
tercapainya cita-cita Indonesia merdeka. Jepang didesak oleh Muhammad
Hatta untuk mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia dan akhirnya pada
bulan september 1944 baru diakui bahwa Indonesia sudah merdeka atas
penjajahan pemerintah Hindia Belanda.
Sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
agustus 1945 Muhammad Hatta aktif memimpin bangsa Indonesia sebagai
10 Ibid, hlm. 286.
54
Wakil Presiden, dan di dalam waktu yang sangat sulit dia merangkap sebagai
perdana menteri (tahun 1948-1949). Politik yang dibimbingnya akhirnya
mencapai pengakuan Indonesia sebagai satu negara yang merdeka dan
berdaulat oleh kerajaan Nederland. Waktu Indonesia Serikat berdiri dialah
yang menjadi perdana menteri yang pertama dan juga yang terakhir. Setelah
negara kesatuan Republik Indonesia terbentuk kembali menurut cita-cita
proklamasi 17 agustus 1945, pada perayaan 5 tahun proklamasi itu,
Muhammad Hatta dipilih kembali oleh parlemen sementara untuk jadi Wakil
Presiden. Muhammad Hatta sebagai Wakil Presiden negara kesatuan Republik
Indonesia yang kedua sudah berlainan kedudukannya dari pada Wakil
Presiden pada Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus
1945. Dalam Republik Indonesia yang pertama Presiden dan Wakil Presiden
mempunyai kedudukan benar-benar sebagai Dwi Tunggal. Tahun 1951
Muhammad Hatta berkunjung ke Universitas Gajah Mada di Yogyakarta yang
pada waktu itu masih bernama “Universitet Gadjah Mada”, Muhammad Hatta
didesak oleh Prof. Sardjito untuk membantu perkembangan Gajah mada
dengan memberikan pelajaran dalam ilmu pengetahuan politik perekonomian.
Muhammad Hatta bersedia menerima ajakan tersebut tetapi beliau minta
waktu satu sampai dua tahun untuk mendalami lagi mata kuliah yang akan
diajarkannya. Muhammad Hatta mulai mengajar di Universitas Gajah Mada
tahun 1954, beliau membantu mengajar di Universitas Gajah Mada sampai
pada pertengahan tahun 1961.11
11 Amrin Imron, Muhammad Hatta Pejuang Proklamator, Pemimpin Manusia Biasa,
55
Sebelum Muhammad Hatta mengajar pada Universitas Gajah Mada,
dia sudah diminta oleh kepala Staf Angkatan Darat untuk memberikan
pelajaran dalam hal Pancasila dan Tata Negara pada SSKAD yang didirikan
pada tahun 1951. Dia mengajar di SSKAD dari tahun 1951 sampai dengan
tahun 1959. Tahun 1955 Muhammad Hatta mengumumkan apabila parlemen
dan konstituante pilihan rakyat sudah terbentuk, dia akan mengundurkan diri
sebagai Wakil Presiden. Setelah berita tentang Muhammad Hatta akan
mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden, terburu-buru menteri PPK
(Sarino) mendesak kepada Muhammad Hatta supaya dia menerima
pengangkatan kehormatan menjadi Doctor Honoris Causa dalam ilmu hukum
oleh Universitas Gajah Mada sebagai balas jasa atas apa yang telah dia
kerjakan selama itu untuk bangsa, tanah air dan negara.
Pada dasawarsa Universitas Hasanudin di Ujung Pandang,
Muhammad Hatta diminta suatu pidato Dies, oleh karena dialah dulu sebagai
Wakil Presiden yang menjadikan Universitas itu menjadi Universitas negara.
Pidato Diesnya sekaligus dianggap sebagai pidato yang mengukuhkannya
sebagai Guru Besar pada perguruan tinggi tersebut. Pada 17 Juni 1967 sebagai
pengukuhan jabatan itu diucapkannya pidato ilmiah yang berjudul Teori
Ekonomi, Politik Ekonomi, dan Orde Ekonomi.
Tahun 1963 Muhammad Hatta jatuh sakit dan perlu berobat ke-luar
negeri (ke Swedia), pekerjaan yang telah dilakukannya jadi terbengkalai.
Kemudian waktu itu dia mendapatkan kesempatan untuk menyelidiki suatu
Jakarta : Mutiara, hlm. 37
56
masalah Indonesia di East West Center di Honolulu, dicobanya menimbulkan
kembali ingatan yang mengenai masalah kemerdekaan kita. Sekembalinya dari
Honolulu ditulisnya buku kecil sekitar proklamasi 17 Agustus 1945, sebagai
jilid I. rencananya uraian itu akan menjadi empat jilid, akan meliputi masa
perjuangan Republik Indonesia dari memproklamasikan kemerdekaan sampai
penyerahan kedaulatan. Jilid II, sudah dimulainya tetapi pekerjaan itu
terhalangi lagi, karena presiden meminta beliau menjadi penasehat kepada
Presiden dan kepada Komisi IV, untuk meninjau masalah korupsi. Pekerjaan
itu kira-kira memakan waktu lima bulan.12
Sejak tahun 1976 kesehatan Muhammad Hatta mulai menurun, dalam
minggu pertama bulan Maret 1976 dia sering merasa pusing. Karena itu dia
memeriksakan kesehatannya ke Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangun
Kusumo. Menurut dokter, dibelakang otaknya terjadi pengapuran. Selain itu
dia juga menderita penyakit wasir, dokter meminta supaya Muhammad Hatta
bersedia dirawat di rumah sakit, karena kondisinya yang cukup
menghawatirkan. Akhirnya dia dirawat di rumah sakit untuk dioperasi
penyakit wasirnya pada tanggal 25 Maret 1976 dan berjalan dengan lancar.
Tetapi beberapa hari kemudian Muhammad Hatta jatuh pingsan.
Kesehatannya memburuk secara tiba-tiba, seluruh anggota keluarganya
dipanggil ke rumah sakit, Muhammad Hatta terbaring tak sadarkan diri.
Beberapa jam kemudian dia sadar dan dapat berbicara, sementara itu usianya
semakin lanjut. Daya tubuhnya pun semakin berkurang. Tanggal 3 Maret 1980
12 Muhammad Hatta, Kumpulan Pidato III, Cet. II, Jakarta : PT. Toko Gunung Agung,
2002, hlm. 210
57
Muhammad Hatta kembali dirawat di rumah sakit, tanggal 11 Maret 1980 dia
susah tidur, semalaman itu ia gelisah. Keesokan harinya sudah enggan untuk
diajak berbicara. Dokter berusaha untuk memulihkan kembali kesehatan
proklamator itu tetapi keadaannya tambah memburuk. Muhammad Hatta
sudah sangat letih, dia sudah tidak dapat makan dan minum.
Kemudian pada sore hari tanggal 14 Maret 1980 tepat pukul 18.45
Dr. Muhammad Hatta, proklamator dan mantan Wakil Presiden Republik
Indonesia menutup mata untuk selamanya dalam usia menjelang 78 tahun.
Sesuai dengan amanatnya, Jenasah Muhammad Hatta diberangkatkan dari
kediamannya untuk dimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir Jakarta
pada tanggal 15 Maret 1980.13
B. Muhammad Hatta Sebagai Pemikir Ekonomi
Muhammad Hatta sebagai pelopor atau peletak dasar pemikir
ekonomi yang berbasis kerakyatan, konsep yang dia bangun adalah
merupakan tonggak pertama dalam membangun perekonomian di Indonesia.
Bangunan konsep ini dikembangkan berdasarkan kondisi riil masyarakat
Indonesia. Berikut ini penulis akan memaparkan beberapa konsep ekonomi
yang diturunkan oleh Muhammad Hatta. Pemikiran ekonomi tersebut sebagai
wujud bahwa Muhammad Hatta adalah seorang pemikir ekonomi.
Pada waktu pemerintahan Indonesia dalam tahun 1945 mulai
melaksanakan fungsinya, peraturan pasal 27 ayat 2 itu tepat dilaksanakan.
Upah minimum sehari ditentukan sama dengan harga 5 kg beras. Apabila
13 I Wangsa Widjaya, Mengenang Bung Hatta, Cet. II, Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 2002, hlm. 293
58
dasar ini dipegang sekarang, upah minimum sehari tentunya tak kurang dari
Rp.200 (upah minimum), bukan upah pekerja yang mempunyai kualitas,
seperti tukang berbagai rupa. Tentang gaji pegawai negeri pernah dibuat
peraturan, yang menyatakan bahwa perbedaan gaji pegawai yang terendah
dengan gaji pegawai yang tertinggi, dari pegawai yang paling bawah sampai
dengan Gubernur, tidak boleh lebih dari 20 kali. Ini adalah langkah pertama
yang digunakan menuju arah kemakmuran yang merata.
Dalam pasal 33 terkandung pokok-pokok dari pelaksanaan
kesejahteraan sosial, dalam pasal ini ditentukan tiga macam bidang ekonomi.
Kepada rakyat jelata dianjurkan membangun perusahaannya dengan bentuk
koperasi. Dengan koperasi yang bersendikan kerjasama dan oto-aktivitas
diharapkan perekonomian orang kecil maju dan berkembang selangkah demi
selangkah. Kemajuan yang dicapai dalam 7 tahun pertama sesudah tahun 1950
memberi suatu kenyataan bahwa harapan itu mempunyai alasan yang benar.
Pemerintah ditentukan tugasnya untuk membangun perusahaan besar, yang
menguasai hajat hidup orang banyak. Diantara dua bidang itu masih luas
medan ekonomi yang dapat digarap oleh swasta. Swasta warga negara
Indonesia sendiri atau swasta Indonesia dengan kerjasama dengan swasta
asing. Semua itu tentu dengan pengawasan pemerintah Indonesia untuk
melindungi warga negara sendiri dan alam negara sendiri. Perusahaan
pemerintah tidak berarti bahwa pemerintah sendiri menjadi usahawan dengan
segala birokrasi yang melekat padanya. Apabila dalam kalangan rakyat
Indonesia tidak ada orang yang bisa memimpin, pimpinan diserahkan kepada
59
tenaga ahli luar negeri dengan perjanjian bahwa pimpinan orang asing itu
dalam sekian waktu mendidik penggantinya orang Indonesia. Seperti diketahui
sistem semacam itu sudah pernah dijalankan dengan pada pabrik semen
Gresik. Dan percobaan itu berhasil dengan baik. Apabila contoh yang berhasil
itu diperbanyak pemerintah mempunyai sumber keuangan yang
menguntungkan. Dengan hasil itu, dapat dibiayai berbagai tugas
pemerintahan. Pemimpin-pemimpin perusahaan bertambah banyak yang
terdidik dalam teori dan praktek yang akan menjadi tiang dalam pembangunan
seterusnya.14
Sejak bangsa ini merdeka, pemerintah dengan bantuan panitia
pemikiran siasat, telah memikirkan kemakmuran yang merata dengan jalan
mengkoordinasikan transmigrasi dan industri. Transmigrasi sudah lama
dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Indonesia merdeka
hendaknya meneruskan tugas yang penting itu dengan menyebarkan pula
industri yang akan dibangun sampai ke tanah seberang. Melihat luasnya
daerah Indonesia, yang panjangnya kira-kira sepersembilan lingkaran bumi
pada katulistiwa, industri tidak dapat dikonsentrasikan pada pulau jawa saja.
Apabila industri berkumpul di pulau jawa, bagi daerah seberang lebih murah
mendatangkan barang-barang industri dari luar negeri dari pada dari pulau
jawa. Sebab itu industri harus terpencar ke seluruh Indonesia. Dengan adanya
industri yang terpencar itu, lebih mudah pula menyebarkan penduduk yang
berlebih di pulau jawa ke tanah seberang.
14 Muhammad Hatta, Pikiran-Pikiran Dalam Bidang Ekonomi Untuk Mencapai
Kemakmuran Yang Merata, Cet. I, Jakarta : Yayasan Idayu, 1976, hlm. 11
60
Rakyat yang ditransmigrasikan itu hendaklah terdiri dari orang-orang
muda, dalam masa usia yang banyak melahirkan anak. Dengan cara begitu,
tambahan penduduk di pulau Jawa dapat pula ditekan selain dari pada
mengadakan keluarga berencana. Yang muda-muda yang dipindahkan itu
hendaklah terdiri dari keluarga tani, keluarga tukang berbagai rupa, mereka
yang kerjanya terutama membuat rumah, mereka yang spesialisasi-nya
membuat meja, kursi, dan perabotan rumah, dari kayu, rotan dan lain-lain.
Dalam daerah transmigrasi itu sekaligus dapat diadakan pembagian pekerjaan
antara mereka yang datang. Bersama dengan mereka dipindahkan pula guru-
guru yang akan mengajar anak-anak para transmigran dalam perbandingan
yang tepat.15
Apabila politik transmigrasi dan industri dijalankan secara teratur,
akibatnya terutama bagi pulau jawa adalah : kesengsaraan hidup berkurang,
kemakmuran bertambah berangsur-angsur, sebab lebih banyak tanah yang
tersedia bagi keluarga yang tinggal. Selain dari pada itu industri-industri baru
dapat diadakan secara berangsur-angsur, pertanian yang lebih intensif dapat
dijalankan dengan koperasi yang lebih baik organisasinya. Tenaga pembeli
rakyat bertambah besar. Di daerah seberang pintu kemakmuran baru terbuka
karena politik transmigrasi dan organisasi yang teratur tadi. Banyak bagian-
bagian tanah hutan berganti dengan tanah usaha. Kota-kota baru timbul, yang
dengan sendirinya mendorong timbulnya industri-industri atau kerajinan baru
yang lambat laun disusul pula oleh pembangunan tenaga listrik, dengan itu
15 Ibid, hlm. 13
61
timbul pula jabatan baru timbul. Apabila kota-kota baru sudah mulai ada,
jalan-jalan baru mendesak pula supaya diadakan. Beserta dengan itu, timbul
pula alat-alat perhubungan baru, yang menuntut pula adanya pengemudi-
pengemudinya, bengkel-bengkel tempat memperbaiki kendaraan yang rusak.
Mungkin jalan kereta api lambat laun timbul juga. Sekalipun pada masa
sekarang ini masalah ini masih dihadapi oleh perbedaan pendapat. Dengan
sendirinya, kalau ada manusia yang terpencar tempat tinggalnya, berbagai
macam akan timbul. Kelanjutan dari semua itu timbul lagi permintaan rakyat
akan irigasi dan pengairan dan lain-lainnya. Permintaan akan perbaikan
pelabuhan lama supaya sesuai dengan kemajuan zaman dan kehendak akan
pelabuhan baru yang akan melancarkan perhubungan dengan sendirinya akan
datang.16
Pada waktu bangsa Indonesia baru merdeka dipertimbangkan,
berdasarkan keadaan dimasa itu, kira-kira 20 juta penduduk Jawa akan
dipindahkan ke tanah seberang. Disebar berangsur-angsur ke 150 jurusan di
Indonesia. Tetapi karena dimasa yang lampau transmigrasi dijalankan dengan
program yang tidak teratur, tugas dalam hal ini banyak ketinggalan. Malahan
kita mengalami yang sebaliknya. Kurang lebih 12 tahun terakhir lebih banyak
rakyat dari tanah seberang yang datang ke pulau Jawa. Sebabnya adalah lebih
banyak kemungkinan memperoleh pekerjaan di pulau Jawa dari pada di tanah
asal. Di pulau Jawa jumlah penduduknya sudah sangat padat, lebih banyak
mata pencaharian dari pada di tanah seberang, keadaan seperti ini sangat
16 Muhammad Hatta, op. cit, hlm. 218
62
membahayakan. Apabila pemerintah tidak lekas mengambil tindakan yang
serius. Transmigrasi ke tanah seberang diatur sedemikian rupa, sehingga tiap-
tiap tahun lebih banyak orang-orang yang ditransmigrasikan. Berdasarkan
jumlah penduduk di pulau jawa sekarang, sekurang-kurangnya 30 juta harus
ditransmigrasikan. Sanggupkah kita melaksanakan hal itu dalam waktu 30
tahun?. Tentu dengan bantuan alat-alat besar, kapal pengangkut, alat-alat
penggaruk tanah, penggergajian dan lain-lainnya. Dan dengan sendirinya
pembangunan industri di tanah seberang dipikirkan secara teratur dan
mendalam. Pada langkah pertama corak industri yang akan dibangun
hendaklah sesuai dengan kekayaan alam yang didapat disana. Selain dari
pemerintah, golongan swasta hendaklah memikirkan masalah penyebaran
tempat kedudukan industri daerah seberang berhubung dengan itu timbul juga
masalah pengangkutan. Pengangkutan di darat dan di laut. Ekonomi dan
pengangkutan adalah dua sejoli yang tidak dapat dipisahkan. Setiap kali
negara kita mengalami masalah yang sulit, setiap kali itu pula terbentur
dengan masalah ongkos yang diperlukan. Sebagian dapat kita biayai dengan
pinjaman luar negeri dengan jangka pembayaran kembali dalam waktu yang
lama. Dalam pada itu BAPENAS harus menghitungkan secara ekonomi yang
rasional, bagaimana meletakkan pinjaman itu supaya pinjaman itu membawa
multipler-nya, perlipatan pendapat dari pada tiap-tiap kapital baru yang
diletakkan, yang berupa injeksi kemakmuran. Sebagian kecil dapat kita biaya
dengan pinjaman dalam negeri, berhubung dalam hal ini terasa sekali, bahwa
kemiskinan rakyat menjadi halangan besar untuk menggerakkan hatinya untuk
63
melakukan perekonomian yang rasional, sebab itu pendapatan rakyat harus
dinaikkan, perlu ada peraturan yang menentukan upah minimum bagi tenaga
buruh, upah terendah bagi seorang buruh yang tidak bersekolah. Upah bagi
seorang buruh yang bersekolah dan mempunyai keahlian khusus harus
memperoleh penghasilan yang lebih tinggi, upah yang memberikan sedikit
cahaya hidup kepada kaum buruh. Seorang buruh yang memiliki tenaga beli
dapat pula membeli barang-barang hasil industri nasional yang diperlukannya
dan dapat pula mereka menyimpan untuk keperluan hari tua yang sementara
dapat dipinjamkan untuk pembangunan.17
Seperti pernah diperhitungkan dahulu, kekayaan alam kita, jika
dipelihara dengan baik dapat dipergunakan untuk biaya pembangunan. Hutan,
minyak, serta hasil tambang yang lainnya serta kekayaan laut kita tidak sedikit
jumlahnya untuk dipakai guna membiayai berbagai macam pengeluaran
negara.
Kemakmuran yang merata ke segala lapisan dan jurusan tidak dapat
dicapai dalam waktu setahun dua tahun. Tujuan itu baru akan tercapai setelah
berpuluh tahun. Banyak tergantung kepada usaha kita semuanya, terutama
kepada pemerintah yang diberi tugas untuk melaksanakannya menurut rencana
yang teratur. Yang terpenting adalah adanya niat untuk mencapainya, dan ada
ketekunan dalam usaha untuk melaksanakannya.
17 op. cit, hlm. 14
64
C. Karya-Karya Muhammad Hatta
Kehidupan Muhammad Hatta sebagai seorang pemimpin tidak
menghilangkan geliat pemikirannya. Sebuah fakta sejarah, Muhammad Hatta
tetap menjadi pemikir yang produktif. Beliau telah menghasilkan banyak
pokok pikiran. Kebanyakan dari pemikirannya telah dibukukan dan tidak
sedikit karya tersebut menjadi pokok pikiran dalam pembangunan konsep
ekonomi Indonesia. Berikut ini, penulis akan menjabarkan beberapa karya
Muhammad Hatta:
a. Beberapa pasal ekonomi I18
Buku ini ditulis sendiri oleh Muhammad Hatta yang diterbitkan
pada tahun 1954. dalam buku ini berisi tentang ekonomi dan kemakmuran,
faktor-faktor produksi, perekonomian kota dan desa, koperasi, industri dan
transmigrasi
Dalam buku ini Muhammad Hatta lebih banyak menghasilkan
tentang perekonomian yang merata di segala bidang, misalnya saja ia
menganjurkan rakyat indonesia untuk bertransmigrasi supaya penyebaran
penduduknya merata dan dapat menekan pertumbuhan penduduk yang ada
di pulau Jawa. Apabila penyebaran penduduknya sudah merata maka
perekonomiannya pun akan ikut berkembang
b. Beberapa Pasal Ekonomi II19
18 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi, Djalan Ekonomi dan Kooperasi,
Djakarta: Perpustakaan, Perguruan Kementerian P.P. dan K., Cet. V, 1954. 19 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi, Djalan Ekonomi dan Bank, Djakarta:
Dinas Penerbitan Balai Pustaka, 1958.
65
Muhammad Hatta melanjutkan tulisannya kembali, tetapi yang ini
berbeda berbeda karena didalamnya lebih mendalam mengulas tentang
renten dalam pandangan islam. Buku ini dicetak pada tahun 1958
c. Kumpulan Pidato III20
Dalam buku kumpulan pidato III berisi tentang pidato-pidato
Muhammad Hatta semasa hidupnya, misalnya saja pidato Muhammad
Hatta pada khutbah hari raya. Disitu Muhammad Hatta berbicara panjang
lebar mengenai hari raya idhul fitri puasa ramadhan serta mengenai
penjajahan belanda dan jepang yang sudah merusak moral dan mental
bangsa indonesia. Dicetak pada tahun 2002
d. Pikiran-Pikiran Dalam Bidang Ekonomi Untuk Mencapai
Kemakmuran Yang Merata21
Pada tahun 1978 Muhammad Hatta menerbitkan buku ini, buku
ini berisi tentang pikiran-pikiran perilaku tentang ekonomi yang berguna
untuk mencapai kemakmuran yang merata. Dia berbicara panjang lebar
tentang anjuran untuk berkoperasi dan bertransmigrasi supaya
perekonomian indonesia tidak hanya berpusat di pulau jawa tetapi merata
di seluruh pulau yang ada di indonesia. Buku ini dicetak pada tahun 1976
e. Ekonomi Terpimpin22
Dalam buku ini hanya mengulas dua bab yang pertama ekonomi
terpimpin kedua ekonomi terpimpin bagi bangsa indonesia. Buku ini
20 Muhammad Hatta, Kumpulan Pidato III, op. cit. 21 Mohammad Hatta, Pikiran-Pikiran Dalam Bidang Ekonomi Untuk Mencapai
Kemakmuran Yang Merata, op. cit. 22 Mohammad Hatta, Ekonomi Terpimpin, Djakarta: Fasco, Cet. II, 1960.
66
diterbitkan pada tahun 1960 yang mengisahkan tentang pemerintah
mengambil keputusan ekonomi sesuai dengan cita-cita rakyat banyak,
sesuai dengan cita-cita undang-undang 1945 dan tidak berdasarkan pada
mekanisme pasar bebas
f. Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun23
Buku ini lebih banyak bercerita tentang pidato-pidato Muhammad
Hatta di berbagai tempat sewaktu hidupnya. Mengenai koperasi
didalamnya kurang lebih mengulas tentang cara pendirian koperasi yang
baik dan cara pengelolaannya. Buku ini dicetak 1987
D. Pemikiran Ekonomi Kerakyatan Muhammad Hatta
Dalam uraian mengenai “misi” pasal 33 UUD 1945, selalu
ditekankan bahwa pasal ini berisi politik perekonomian untuk mencapai
kemakmuran rakyat. Yang dimaksud dengan kemakmuran tidak lain adalah
kemampuan pemenuhan kebutuhan material dan kebutuhan dasar. Tetapi,
upaya peningkatan kemakmuran rakyat sebesar-besarnya, sangat ditekankan
peningkatan kemakmuran masyarakat (banyak), bukan kemakmuran seorang.
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, bagi kemakmuran bagi
semua orang. Bumi dan air dan kekayaan alam yang lainnya adalah pokok-
pokok kemakmuran rakyat.
Kemakmuran lebih urgen dari pada ekonomi atau kemakmuran,
terbukti dari terbentuknya kementerian kemakmuran yang menguasai
masalah-masalah ekonomi pada awal kemerdekaan dan bukan kementerian
23 Muhammad Hatta, Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun, op. cit.
67
ekonomi. Pasal 33 dan penjelasannya yang berjudul kesejahteraan sosial
menyebutkan kemakmuran rakyat yang tingkatnya memang sangat rendah
pada awal kemerdekaan, dan perekonomian disusun untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pasal 34 yang termasuk yang termasuk dalam bab
kesejahteraan sosial menegaskan, bahwa apabila melalui upaya – upaya politik
perekonomian dan politik kemakmuran, ada sebagian anggota masyarakat
yang miskin dan terlantar, maka negara berkewajiban untuk memeliharanya.
Inilah “kewajiban sosial” negara yang jika ditambah ketentuan pasal 27 ayat 2
menjadi semacam ukuran berhasil tidaknya negara atau pemerintah
menyelenggarakan kesejahteraan sosial seluruh rakyat. Kesejahteraan sosial
menyangkut pemenuhan kebutuhan materiil yang harus diatur dalam
organisasi dan sistem ekonomi yang berdasarkan kekeluargaan.24
Secara singkat dapatlah disimpulkan bahwa negara
menyelenggarakan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat melalui empat
cara, yaitu :
1. Penguasaan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak.
2. Penguasaan bumi dan air dan kekayaan alam yang ada didalamnya
3. Pemeliharaan fakir miskin dan anak terlantar
4. Penyediaan lapangan kerja
Masalah yang selalu dipertanyakan adalah bagaimana
menyelenggarakan kesejahteraan tersebut. Telah banyak ditulis perlunya
24 Mubyarto, op. cit., hlm. 20
68
dibedakan antara menguasai dan memiliki. Pemilikan faktor-faktor produksi
tetap diakui dan ada pada masyarakat, hanya saja pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan umum. Inilah prinsip dasar dalam ekonomi.
Soal peningkatan tenaga beli dan pembukaan lapangan kerja baru seluas
mungkin, telah digariskan oleh panitia pemikir siasat ekonomi yang dibentuk
tahun 1974 dan diakui oleh Muhammad Hatta sendiri.25
“Pembangunan harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga pada penutup rencana lima tahun pertama yang didasarkan ide ini pendapatan nasional naik merata dengan lima belas persen. Merata, sebab pendapatan seluruhnya, yaitu tenaga belinya, harus bertambah lima belas persen.”26
Dari kutipan di atas jelas bahwa politik ekonomi perlu
memprioritaskan upaya peningkatan daya beli rakyat, merupakan salah satu
jaminan bagi politik kemakmuran yang bersifat kerakyatan. Apabila cara
melaksanakan politik kemakmuran yang demikian itu dilaksanakan
konsekuen, maka “pertumbuhan ekonomi” merupakan kebijakan ekonomi
yang tidak bisa diterima Muhammad Hatta, karena: “Pendapatan nasional
keseluruhannya bisa bertambah, sedangkan pendapatan rakyat masing-masing
ditekan serendah-rendahnya. Ini tidak sesuai dengan cita-cita kemakmuran
rakyat, yang tertanam dalam UUD 1945.27
Sesudah kelahiran Budi Utomo (1908), pemimpin-pemimpin
pergerakan Indonesia bersemangat besar untuk meningkatkan peranan rakyat
25 Sri Edi Swasono, Demokrasi Ekonomi, Komitmen dan Pembangunan Indonesia, Pidato Pengukuhan Guru Besar, UI, 13 Juli 1988, hlm. 6
26 Muhammad Hatta, Ekonomi Terpimpin, op. cit., hlm. 55. 27 Ibid, hlm, 56.
69
dalam perekonomian, misalnya melalui pendirian Sarekat Dagang Indonesia
dan Sarekat Islam di Solo, termasuk pendirinya, AJB. Bumi Putra 1912
Magelang. Pejuang ekonomi rakyat ini selanjutnya selalu merupakan bagian
dari perjuangan politik kaum pergerakan nasional sampai tercapainya
kemerdekaan.
Sesudah kemerdekaan, Muhammad Hatta berusaha keras untuk
membangun ekonomi rakyat terutama melalui usaha-usaha koperasi di segala
bidang, semuanya diusahakan sebagai usaha realisasi perekonomian berasas
kekeluargaan sebagaimana diamanatkan oleh pasal 33 UUD 1945. Koperasi
inilah pengejawantahan perekonomian rakyat yang dipercaya oleh Muhammad
Hatta sebagai soko guru perekonomian nasional atau sebagai tiang penyangga
utama ketahanan ekonomi bangsa yang merdeka. Koperasi adalah “wadah”
kegiatan ekonomi rakyat yang mengarah pada nilai pemberdayaan dan
kesejahteraan.
Muhammad Hatta mengatakan bahwa gerakan koperasi sebagai basis
ekonomi kerakyatan adalah gerakan demokrasi dan sukarela dan tidak dapat
dipaksakan. Sistem suka rela itulah, beserta menanam rasa cinta kepada
masyarakat yang ditanam dalam jiwa anggota-anggota koperasi, yang
mendorong perkembangan koperasi di mana-mana.28
Menurut Muhammad Hatta untuk menghidupkan koperasi dengan
baik, harus memenuhi beberapa syarat, antara lain:29
1. Rasa solidaritas, rasa setia kawan;
28 Muhammad Hatta, Kumpulan Pidato III, op. cit., hlm. 219. 29 Ibid. Lihat juga I Wangsa Widjaya, op. cit., hlm. 124.
70
2. Individualisme, tahu harga diri;
3. Kemauan dan kepercayaan pada diri sendiri dalam persekutuan untuk
melaksanakan self-help – tolong diri sendiri dan oto-aktivitas, guna
kepentingan bersama;
4. Cinta kepada masyarakat, yang kepentingannya harus didahulukan dari
kepentingan diri sendiri atau golongan sendiri;
5. Rasa tanggung jawab moril dan sosial.
Program Ekonomi Kerakyatan
Muhammad Hatta sebagaimana dikutip oleh Sirtua Arief dalam
bukunya “Ekonomi Kerakyatan Indonesia Mengenang Bung Hatta”
mengemukakan bahwa ekonomi kerakyatan memiliki beberapa program di
antaranya:30
1. Melaksanakan Etika Produksi
Etika produksi dimaksudkan sebagai struktur produksi nasional di
mana komposisi produksi nasional berbeda dari yang ada sekarang. Hasil
produksi nasional dalam struktur produksi nasional dengan etika produksi
baru sebagian besar terdiri dari barang-barang kebutuhan pokok rakyat dan
pertumbuhan barang-barang ini mendominasi pertumbuhan produksi
nasional. Hasil produksi umumnya merupakan hasil proses pada karya,
yaitu mengandung pelibatan tenaga kerja yang banyak dengan imbalan
30 Sirtua Arief, Ekonomi Kerakyatan Indonesia Mengenang Bung Hatta, Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2002, hlm. 192-197.
71
yang layak secara kemanusiaan. Yakni imbalan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok dan ada sisa untuk tabungan.31
2. Melaksanakan Demokrasi Ekonomi
Sistem ekonomi yang akan dijalankan ialah sistem ekonomi yang
termaktub dalam UUD 1945, yaitu suatu sistem ekonomi yang sudah
cukup dipikirkan oleh para pendiri negara Republik Indonesia. Sistem itu
dapat disebut sebagai sistem kapitalisme rakyat berdasarkan koperasi
dengan peranan negara di bidang-bidang yang menyangkut hajat hidup
rakyat. Kendatipun negara berperanan besar, tetapi proses ekonomi
sebagian besar diselenggarakan oleh rakyat atas dasar setiap usaha
mempunyai fungsi sosial yang tercermin dalam distribusi yang adil dari
hasil-hasil usaha dan juga tercermin dalam organisasi unit-unit usaha
sedang dan besar yang berbentuk koperasi. Prinsip utama yang diutamakan
oleh demokrasi ekonomi adalah “kemakmuran masyarakat bukan
kemakmuran orang seorang”.32
3. Strategi Industrialisasi
Untuk melaksanakan etika produksi baru seperti yang diuraikan
dalam poin (1), maka industri berbagai macam barang, terutama barang-
barang konsumsi rakyat banyak (wage goods) industri dan berskala kecil
dan menengah serta menyebar di seluruh daerah.
4. Pembangunan Koperasi
31 Ibid. hlm. 192. 32 Revrisond Baswir, Agenda Ekonomi Kerakyatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997,
hlm. 132.
72
Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa koperasi merupakan
soko guru perekonomian Indonesia, maka dalam rancangan program
ekonomi kerakyatan, pembangunan koperasi harus ditumbuh-kembangkan
sebagai usaha bersama mewujudkan cita-cita perekonomian masyarakat.33
Dari keempat program di atas, Muhammad Hatta lebih memfokuskan
pada pembangunan koperasi sebagai agenda ekonomi kerakyatan. Usaha-
usaha rakyat yang berbagai macam diusahakan melalui koperasi, dan berhasil
mencapai kemajuan. Para anggota koperasi rakyat ini pun lambat laun dapat
menaikkan kemakmuran hidupnya.
Hal tersebut perlu dilakukan karena menurutnya masalah ekonomi
yang selalu dihadapi masyarakat adalah:34
Pertama, manusia mempunyai keperluan hidup yang minta dipuaskan
terus-menerus dan sewaktu-waktu. Dengan bertambahnya kemajuan
masyarakat dan kecerdasan, keperluan hidup itu semakin besar pula dan boleh
dikatakan tidak berhingga. Sebagaimana yang dikatakan Charles Gide, bahwa
keperluan manusia terbatas dalam besarnya, tetapi tidak terbatas dalam
jumlahnya.
Kedua, alat memuaskan keperluan itu tidak mencukupi untuk
memuaskan segala keperluan yang terasa. Oleh karena itu manusia merasa
kekurangan kemakmuran.
Ketiga, oleh karena keperluan hidup tidak berhingga banyaknya dan
alat pemuasnya terbatas, manusia memilih setiap waktu, mana di antara
33 Sirtua Arief, op. cit., hlm. 195. 34 Muhammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi I, op. cit., hlm. 31-33.
73
keperluan yang sebanyak itu dapat dipuaskan dengan alat yang ada padanya.
Sebab itu tindakan ekonomi ialah tindakan memilih.
Keempat, oleh karena memuaskan keperluan itu dicapai semuanya
dengan alat yang sama (kerja manusia, uang, bahan-bahan pemberian alam
dan lain-lain), maka terdapatlah persamaan dasar penghasilan. Faktor-faktor
produksi dapat dikerahkan pemakaiannya dari cabang produksi yang satu ke
cabang produksi yang lain.
Kelima, penghidupan ekonomi berlaku di dalam masyarakat
majemuk. Lingkungan orang bergaul, keadaan masyarakat, kebudayaan
bangsa tempat kita dilahirkan dan hidup sebagai anggota masyarakat, undang-
undang negeri, organisasi yuridis dan sosial, cita-cita kemasyarakatan dan
agama, kekuatan moril dan moral bangsa, semuanya itu berpengaruh atas
tujuan kemakmuran.