Post on 26-Feb-2021
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Energi
2.1.1 Pengertian Manajemen Energi Manajemen energi adalah suatu program yang direncanakan dan
dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan energi secara efektif dan
efisien dengan melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi
secara kontinu tanpa mengurangi kualitas produksi dan pelayanan. Manajemen
energi mencakup perencanaan dan pengoperasian unit konsumsi dan produksi yang
berkaitan dengan energi. Tujuan manajemen energi yaitu penghematan sumber
daya, perlindungan iklim, dan penghematan biaya. Bagi konsumen, manajemen
energi membuat mereka gampang untuk mendapatkan akses terhadap energi sesuai
dengan apa dan kapan yang mereka butuhkan. Manajemen energi berkaitan dengan
manajemen lingkungan, manajemen produksi, logistik, dan fungsi yang
berhubugan dengan bisnis lainnya [16].
Verein Deutscher Ingenieure (VDI) memberikan definisi manajemen energi
adalah kegiatan yang proaktif, pengadaan barang yang terorganisasi dan sistematik,
konversi, distribusi dan penggunaan energi yang memenuhi kebutuhan, dengan
memperhitungkan tujuan lingkungan dan ekonomi. Tujuan dari manejemen energi
dalam industri adalah : [16]
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya energi dan energi
Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya energi dan energi
Pemanfaatan peluang untuk meningkatkan daya saing perusahaan
Manajemen energi sangatlah penting dalam sebuah organisasi sebuah
industri agar hasil dan rekomendasi dari manajemen energi dapat di realisasikan.
Ada 2 strategi pokok dalam manajemen energi, yaitu:
II-2
1) Konservasi Energi Listrik
Konservasi energi adalah penggunaan energi listrik secara efisien tinggi
dengan melalui langkah-langkah penurunan berbagai kehilangan (loss) energi
listrik pada semua taraf pengelolaan, mulai dari pembangkit, pengiriman
(transmisi), sampai dengan pemanfaatan, sederhananya dengan kata lain yang lebih
sederhana, konservasi energi listrik adalah penghematan energi [7].
2) Efesiensi Energi
Efisiensi energi adalah perbandingan antara energi yang dapat dimanfaatkan
terhadap energi yang dibutuhkan. Semakin tinggi tingkat efisiensi energi maka
penggunaan energi akan semakin sedikit untuk hasil yang sama.
2.2 Audit Energi Listrik
Audit energi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai sebuah proses
untuk mengevaluasi di mana sebuah bangunan atau pabrik yang menggunakan
energi, dan mengidentifikasi peluang untuk mengurangi konsumsi. Audit energi
bertujuan mengetahui gambaran penggunaan energi listrik dan mencari upaya yang
perlu dilakukan untuk meningkatan efisiensi penggunaan energi listrik dengan cara
untuk mengurangi penggunaan energi per produksi dan mengurangi biaya operasi
atau biaya produksi [8].
Dalam operasional perusahaan yang berskala besar memerlukan asupan
energi listrik yang tidak sedikit. Dalam hal ini energi listrik menjadi energi vital
penggerak operasional perusahaan. Masalah yang kemudian muncul adalah ketidak
efisiensian penggunaan energi listrik ini yang pada akhirnya berimbas pada
membengkaknya tagihan listrik per bulannya. Untuk mengefisiensikan pemakaian
listrik, maka perlu dilakukan manajemen audit energi listrik dimana dengan audit
tersebut akan didapatkan potret pengunaan energi listrik pada suatu bangunan,
mengetahui kondisi peralatan yang terpasang dan mengetahui peluang untuk
penghematan energi [8].
Bahasan audit energi yaitu prosedur audit energi, audit energi awal, audit
energi rinci, identifikasi peluang hemat energi, analisi peluang hemat energi,
laporan dan rekomendasi. Hasil audit energi diharapkan mampu menentukan
II-3
efesiensi penggunaan energi listrik per konsumen, dan langkah apa saja yang harus
dilakukan untuk dilakukan peningkatan efisiensi [8].
2.1.2 Standar Audit Energi
Audit energi tidak akan terlepas dari yang namanya standarisasi. Standar
yang baik digunakan yaitu standar yang sudah level Internasional. Untuk negara
Indonesia sendiri sudah memiliki standar yaitu bernama Standar Nasional Indonesia
dengan nama lebaga Badan Standarisasi Nasional (BSN). Adapun Kegunaan dari
standar ini sebagai pembanding dan acuan bagi para perancang, pemilik, pelaksana,
pengelola dan pemakai. Sedangkan bagi seorang auditor, standar berfungsi untuk
memberi gambaran dan membandingkannya dengan hasil audit agar ia dapat
melakukan konservasi energi. Serta menentukan prioritas penerapan konservasi
energi yang layak untuk dilakukan berdasarkan rekomendasi hasil audit energi yang
memerlukan biaya sedang/tinggi dan dikonsultasikan dengan manajemen
perusahaan dan melakukan analisis tekno ekonomi, financial dan desain teknis [8].
2.2.2 Proses Audit Energi
Melihat perkembangannya secara teknis Standarisasi Nasional Indonesia
(SNI) antara prosedur atau proses audit energi dan konservasi energi tidak dapat
dipisahkan. Proses audit energi ini berdasarkan Standarisasi Indonesia No. 03-
6196-2000 yang dimulai dari audit energi awal, ini dapat dilakukan dengan
menggunakan rincian penggunaan energi. Dari audit awal akan menghasilkan nilai
Intensitas Konsumsi Energi (IKE). Sehingga dapat direkomendasikan perlu
tidaknya dilakukan audit energi rinci. Jika nilai intensitas konsumsi energi lebih
tinggi dari target, maka diperlukan audit rinci yang mana dapat menghasilkan
rekomendasi lain sampai dengan target terpenuhi. Rekomendasi yang dilakukan
berupa cara yang harus dilakukan untuk mencari peluang hemat energi. Proses audit
energi dilakuakn secara bertahap sebagaimana dilakukan pada gambar 2.1 dibawah
ini [6].
II-4
MULAI
PENGUMPULAN DAN PENYUSUNAN DATA HISTORIS ENERGI TAHUN
SEBELUMNYA
DATA HISTORIS ENERGI TAHUN SEBELUMNYA
MENGHIYUNG BESARNYA INTENSITAS KONSUMSI ENERGI (IKE) TAHUN
SEBELUMNYA
PERIKSA “IKE” TARGET
LAKUKAN PENELITIAN DAN PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI
DATA KONSUMSI ENERGI HASIL PENGUKURAN
ANALISA “PHE”
REKOMENDASI “PHE”
STOP
AUDIT ENERGI AWAL
AUDIT ENERGI RINCI
TIDAK
YA
PERIKSA “IKE” TARGET
IDENTIFIKASI KEMUNGKINAN “PHE”
IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI&
MONITORING
PERIKSA “IKE” TARGET
YA
TIDAK
TIDAK
YA
Gambar II.1 Bagan Alur Proses Audit Energi .[13]
II-5
Berdasarkan bagan alur diatas ada tiga tahap yang dilakukan untuk
melakukan Audit Energi, yaitu :
1) Audit Energi Awal [13]
Pada prinsipnya audit awal dapat dilakukan oleh pemilik atau pengelola dari
sebuah bangunan , gedung atau industri yang bersangkutan. Ini dapat dilakukan
dengan menggunakan data rekening data pembayaran energi yang dikeluarkan.
Audit awal bertujuan untuk mengetahui peluang hemat energi dengan satuan energi
dan biaya energi yang mungkin diperoleh ( % penggunaan energi , Rp/th ).
Adapun data-data yang diperlukan untuk melakukan audit awal yaitu :
a) Dokumentasi data konsumsi dari beban.
b) Desain bangunan.
c) Dokumentasi produksi.
d) Nilai Intensitas Konsumsi Energi (kWh/m3 per tahun).
e) Pembayaran rekening listrik bulanan satu tahun terakhir.
Setelah pengumpulan data terpenuhi, lalu cari peluang hemat energi dengan adanya
peluang energi tersebut lakukan rekomendasi. Jika rekomendasi Intensitas
Konsumsi Energi lebih kecil dari targetnya maka cukuplah sampai audit awal. Hasil
dari rekomendasi dapat digunakan sebagai landasan untuk penyusunan laporan
hasil audit awal.
2) Audit Energi Rinci [13]
Audit rinci hampir sama dengan audit awal, yaitu audit energi listrik yang
diksanakan berdasarkan rekening listrik dan pembayaran energi listrik. Hanya saja
audit rinci dapat dilakukan jika nilai Intensitas Konsumsi Energi lebih besar dari
target yang ditentukan. Audit energi akan bersifat continue, jika Intensitas
Konsumsi Energi lebih besar dari target yang ditentukan. Audit energi bertujuan
mengetahui penggunaan energi apa saja yang pemakaian energinya cukup besar,
sehingga penghematan energi yang didapat cukup tinggi.
Saat nilai Intensitas Konsumsi Energi lebih kecil dari target, atau dalam kata
lain sudah sesuai dengan target rekomendasi penghematan energi akan muncul.
Rekomendasi mengenai penghematan energi tersebut berupa analisis berupa
laporan hasil audit rinci yang meliputi:
II-6
a) Penyusunan Baseline Pengguna Energi.
b) Benchmarking Indeks Pemakaian Energi.
c) Analisa teknis ( konsumsi energi/spesifik, neraca masa dan energi,
distribusi dan pola pemakaian energi, efisiensi/kinerja sistem dan
peralatan, peluang penghematan, dsb).
3) Rekomendasi dan implementasi [13]
Rekomendasi yang akan dibuat mencakup pengelolaan energi,
termasuk program manajemen energi yang perlu diperbaiki, implementasi
hasil audit yang lebih baik, dan cara meningkatkan kesadaran penghematan
energi. Rekomendasi langkah-langkah penghematan energi didasarkan pada
kriteria:
a. Biaya rendah atau tanpa biaya
Rekomendasi penghematan energi dengan biaya rendah atau tanpa biaya
rendah dapat diperoleh melalui :
Peningkatan kesadaran dan penciptaan budaya hemat energi di
kalangan karyawan.
Pengoperasaian peralatan pada beban maksimal.
Penerapan sistem penggunaan energi.
Penerapan sistem perawatan peralatan yang baik sehingga kinerja
peralatan selalu optimal.
b. Biaya sedang dan tinggi
Penggantian kontrol sistem
Perbaikan/perubahan proses sistem produksi.
Dari hasil analisa peluang hemat energi akan mengeluarkan
beberapa rekomendasi yang bertujuan untuk :
Memperbaiki kinerja peralatan.
Menggunakan sumber energi yang lebih murah
Menekan pengguna energi hingga serendah mungkin (mengurangi
daya terpasang/terpakai dan jam operasi).
Dalam proses audit energi ini dibuat bagan alur sesuai penelitian yang dilakukan,
seperti gambar dibawah ini
II-7
MULAI
PENGUMPULAN DAN PENYUSUNAN DATA HISTORIS ENERGI TAHUN
SEBELUMNYA
DATA HISTORIS ENERGI TAHUN SEBELUMNYA
MENGHIYUNG BESARNYA INTENSITAS KONSUMSI ENERGI (IKE) TAHUN
SEBELUMNYA
PERIKSA “IKE” TARGET
LAKUKAN PENELITIAN DAN PENGUKURAN KONSUMSI ENERGI
DATA KONSUMSI ENERGI HASIL PENGUKURAN
ANALISA “PHE”
REKOMENDASI “PHE”
STOP
AUDIT ENERGI AWAL
AUDIT ENERGI RINCI
TIDAK
YA
Gambar II.2 Bagan Proses Audit yang dilakukan
2.3 Intensitas Konsumsi Energi
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) adalah besar energi yang digunakan suatu
bangunan gedung perluas area yang dikondisikan dalam satu bulan atau satu tahun.
[20]. IKE adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya jumlah
penggunaan energi ( kW/waktu) dan digunakan sebagai penunjang dalam sebuah
penelitian sebagai contoh yaitu tagihan listrik setiap waktu yang berjangka,
spesifikasi beban dan lain sebagainya. Nilai dari tagihan listrik dapat mengetahui
energi yang perlukan dalam satuan waktu.
Menurut pedoman pelaksanaan konservasi energi listrik dan Badan
Standarisasi Nasional (BSN) dalam menentukan prestasi penghematan energi untuk
gedung ber-AC adalah sebagai berikut:
II-8
a. Sangat efisien : 4,17 – 7,92 kWh/m2 /bulan,
b. Efisien : 7,93 – 12,08 kWh/m2 /bulan,
c. Cukup efisien : 12,08 – 14,58 kWh/m2 /bulan,
d. Agak boros : 14,58 – 19,17 kWh/m2 /bulan,
e. Boros : 23,75 – 37,5 kWh/m2 /bulan,
f. Sangat boros : 23,75 – 37,5 kWh/m2 /bulan.
Sedangkan untuk gedung tidak ber-AC digolongkan
a. Efisien : 0,84 – 1,67 kWh/m2 /bulan,
b. Cukup efisien : 1,67 – 2,5 kWh/m2 /bulan,
c. Boros : 2,5 – 3,34 kWh/m2 /bulan,
d. Sangat boros : 3,34 – 4,17 kWh/m2 /bulan.
Penentuan Intensitas Konsumsi Energi listrik untuk IKE yang tidak bergerak dalam
jasa tidak dapat menggunakan kWh/m2 /bln
“Konsumsi energi yaitu merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menyatakan besarnya pemakaian energi yang diperlukan untuk memproduksi
sesuatu” (Raharjo,Budi Agung, dkk) [8]. Untuk dapat mengetahui besarnya nilai
konsumsi energi yaitu dengan cara :
Konsumsi energi = Daya ( Watt ) x satuan waktu pemakaian..........................(2-1)
Nilai Intensitas Energi yang baik bernilai sama dengan atau lebih kecil dari
target yang ingin dicapai. Untuk mendapatkan nilai intensitas konsumsi energi yang
harus disiapkan adalah:
Banyaknya konsumsi energi dalam waktu tertentu (kWh/tertentu).
Banyaknya jumlah produski selama waktu tertentu.
Intensitas Konsumsi energi = 𝑘𝑤ℎ
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 ......... ............................(2-2)
2.4 Peluang Hemat Energi Peluang hemat energi merupakan salah satu usaha yang mungkin dapat
mengurangi pemborosan energi. Peluang hemat energi ini mencakupi peluang
hemat energi ini mencakupi peluang hemat energi dari beban penerangan dan daya.
II-9
Potensi peluang hemat energi dapat dilihat dari nilai intensitas konsumsi energinya.
Dimana semakin jauh rentang nilai intensitas energi yang didapat dengan target
intensitas energinya maka peluang akan semakin tinggi. Target yang diinginkan
harus sesuai standarisasi. Jadi peluang hemat energi dapat diartikan yaitu hasil
analisis Intensitas Konsumsi Energi untuk selanjutnya dibandingkan dengan
standarisasi baik berupas SNI atau BSN. Jika didapati IKE lebih besar dari IKE
standar maka teradapat potensi untuk dilakukan penghematan [2].
Potensi Penghematan = ∆ 𝐼𝐾𝐸 (𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖) 𝑥 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘
12 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛/𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛...............(2-3)
2.5 Konsumsi Listrik
Konsumsi energi listrik merupakan penggunaan listrik yang digunakan oleh
konsumen. Besar kecilnya konsumsi energi listrik yang digunakan memiliki
hubungan yang sangat erat dengan upaya efisiensi penggunaan energi. Beberapa
parameter penggunaan energi listrik akan berpengaruh terhadapat efisiensi energi
diantaranya tegangan tidak seimbang , faktor daya, dan harmonisa.
2.6 Daya Listrik
Pembahasan tentang daya listrik ini mencakupi kualitas daya, segitiga daya,
dan faktor daya.
2.6.1 Kualitas daya
Kualitas daya adalah tenaga listrik yang andal , energi listrik dengan kualitas
yang baik dan memenuhi standar [1].
Daya merupakan kombinasi dari nilai tegangan dan arus yang dibangkitkan
oleh generator di pusat pembangkit. Idelanya, bentuk gelombang tegangan dan arus
yang dibangkitkan berbentuk sinus yang mulus (smooth sine wave). Akan tetapi,
fakta dilapangan menunjukan bahwa bentuk gelombang tegangan maupun arus
tidak semulus yang diinginkan. Penyimpangan dari bentuk gelombang yang ideal
tersebut sering dinyatakan sebagai Total Harmonic Distortion (THD). Atau THD
bisa dipergunakan untuk menyatakan besaran harmonisa yang terkandung dalam
gelombang tersebut [21].
II-10
Arus harmonisa ini lebih dominan mengalir pada impedansi rendah,
misalkan pada kapasitor karena kapasitor memiliki impedansi rendah untuk
frekuensi tinggi. Harmonisa sendiri terdiri dari dua komponen harmonisa layaknya
listrik pada umumnya. Yaitu harmonisa tegangan dan harmonisa arus. Menurut
sebuah sumber harmonisa tegangan lebih membahayakan dibandingkan harmonisa
arus [21].
Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) telah menetapkan
standar pada Point of Common Coupling (PCC) dengan rating tegangan 120 V
hingga 69 kV sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.
Tabel II.1 Standar IEEE 519-1992 untuk Harmonisa arus.
Isc / IL
Orde harmonisa dalam (%) terhadap IL
< 11 11≤h≤17 17≤h≤23 23≤h≤35 35≤h THD < 20 4.0 2.0 1.5 0.6 0.3 5.0
20 – 50 7.0 3.5 2.5 1.0 0.5 8.0 50 – 100 10.0 4.5 4.0 1.5 0.7 12.0
100 – 1000 12.0 5.5 5.0 2.0 1.0 15.0 > 1000 15.0 7.0 6.0 2.5 1.4 20.0
Sumber : IEEE 519-1992 [5]
Dimana :
1) Harmonisa genap dibatasi hingga 25% daribatas harmonisa ganjil diatasnya.
2) Cacat arus yang menyebabkan terjadinya DC offset, tidak diperkenankan. 3) Isc = arus maksimum hubung singkat pada Poin Of Common Coupling (PCC). 4) IL = Arus beban maksimum (Komponen Fundamental)pada PCC semua peralatan
pembangkitan ditetapkan pada nilai ini, untuk berapa pun nilai Isc/IL sebenarnya. Tabel II.2 Standar IEEE 519-1992 untuk Harmonisa Tegangan.
Maximum distorsi (In %) System Voltage
Below 69 kV 69-138 kV >138 kV Individual Harmonic (%) 3.0 1.5 1.0
Total Harmonic (%) 5.0 2.5 1.5
Sumber : IEEE 519-1992 [5]
Harmonisa adalah gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga
listrik akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan tenang harmonisa, diantaranya :
1) Penyebab timbulnya harmonisa
II-11
Harmonisa bisa muncul akibat adanya beban-beban non linier yang
terhubung ke sistem distribusi. Beban non liner ini umumnya adalah
peralatan elektronik yang di dalamnya banyak terdapat komponen semi
konduktor, yang dalam proses kerjanya berlaku sebagai sakelar yang
bekerja pada setiap siklus gelombang dari sumber tegangan. Beberapa
contoh beban non linier adalah berupa aplikasi elektronika daya, antara lain:
static power converter (rectifiers atau inverters), pengisi batere (bateray
chargers) dll [14].
Distorsi harmonisa diterjemahkan melalui suatu distorsi dari
gelombang arus dan tegangan di jaringan yang tidak lagi sinusodial, hal
tersebut akan menyebabkan timbulnya arus, tegangan dan daya harmonik di
dalam jaringan yang mengandung beban-beban non linier. Distorsi
harmonisa, yang membentuk suatu bentuk distorsi mutu dari pada arus,
tegangan, daya jaringan adalah besaran variabel yang berubah-ubah,
besaran distorsi tersebut dapat dinyatakan dengan total harmonic distortion
(THD). Beban non liner antara lain: variable speed drive, komputer, printer,
lampu fluorescent yang menggunakan elektronik ballast [14].
2) Pengaruh Harmonisa
Pada sistem distribusi listrik aliran harmonisa menurunkan kualitas
daya listrik sehingga akan menimbulkan beberapa masalah. Secara garis
besar pengaruh harmonisa terhadap sistem tergantung dari sumber
harmonik, letak sumber harmonik, dan karakteristik jaringan [22].
Umumnya harmonisa pada arus membawa dampak lebih jika
dibandingkan dengan harmonisa pada tegangan. Pada sistem distribusi
listrik dampak utama yang ditimbulkan dari pengaruh harmonisa pada arus
adalah mengakibatkan bertambahnya nilai rms fundamental [22].
Beberapa dampak lain yang dapat ditimbulkan akibat adanya
harmonic dalam sistem tenaga listrik: [22]
a) Panas berlebih pada kawat netral sebagai akibat timbulnya harmonik
ketiga yang dibangkitkan oleh peralatan listrik. Pada keadaan
normal, arus beban setiap fasa dari beban linier yang seimbang pada
frekuensi dasarnya akan saling mengurangi sehingga arus netralnya
II-12
menjadi nol. Sebaliknya beban non-linier akan menimbulkan
harmonik kelipatan ganjil yang disebut triplen harmonic (harmonik
ke-3, ke-9, ke-15 dan seterusnya) yang sering disebut zero sequence
harmonic.
b) Harmonik dapat menimbulkan tambahan torsi pada kWh meter jenis
elektromagnetis yang menggunakan piringan induksi berputar.
Akibatnya putaran piringan akan lebih cepat atau terjadi kesalahan
ukur kWh meter, karena piringan induksi tersebut dirancang hanya
untuk beroperasi pada frekuensi dasar
c) Interferensi frekuensi pada sistem telekomunikasi, karena biasanya
kabel untuk keperluan telekomunikasi ditempatkan berdekatan
dengan kawat netral. Harmonik ketiga pada kawat netral dapat
memberikan induksi harmonik yang mengganggu sistem
telekomunikasi.
d) Pemutusan beban dapat bekerja tidak normal. Pemutusan beban
yang dapat terhindar dari gangguan harmonik pada umumnya adalah
pemutus beban yang mempunyai respon terhadap arus rms
sebenarnya (true-rms current)
3) Pengaruh Harmonisa Terhadap Losses Daya
Pada sistem distribusi listrik aliran harmonisa menurunkan kualitas
daya sehingga akan menimbulkan beberapa masalah. Secara garis besar
pengaruh harmonisa terhadap sistem tergantung dari sumber harmonisa
[19].
Harmonisa pada arus lebih besar jika dibandingkan dengan
harmonisa pada tegangan. Sehingga harmonisa arus memiliki implikasi
yang besar pula. Dampak utama yang ditimbulkan dari pengaruh harmonisa
pada arus adalah mengakibatkan bertambahnya harga nilai rms fundamental
(awalnya Irms = I1) [19].
Harmonisa menyebabkan penambahan arus rms pada setiap
peralatan listrik (Irms>I1). Sehingga dapat menimbulkan losses dan panas
berlebih pada penghantar/kabel tersebut yang dapat menyebabkan
kebakaran dan peralatan cepat rusak [19].
II-13
Berikut rumus untuk mencari Losses Daya :
𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖 (ℎ) = (Irms)2 x R .........................................................(2-4)
𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖 = (I1)2 x R............................................................(2-5)
𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠% = 𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖(ℎ)−𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖
𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖(ℎ)𝑥 100%........................(2-6)
Keterangan :
𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖 (ℎ) = Rugi-rugi daya setelah harmonisa (Watt)
𝑃𝑟𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖 = Rugi-rugi daya sebelum harmonisa (Watt)
Irms = Arus harmonisa (A)
I1 = Arus sebelum harmonisa
Irms =√𝐼12 + 𝐼2
2 + 𝐼32 + ⋯ + 𝐼𝑛
2 ......................................................................(2-7)
Vrms =√𝑉12 + 𝑉2
2 + 𝑉32 + ⋯ + 𝑉𝑛
2 .................................................................(2-8)
2.6.2 Segitiga daya
Dalam sistem listrik arus bolak-balik ada tiga jenis daya yang dikenal,
khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu:[19]
1) Daya semu (S/VA/Volt Ampere) adalah suatu daya dinyatakan dengan satua
volt ampere, menyatakan kapasitas peralatan listrik, seperti yang tertera
pada peralatan generator dan transformator.
2) Daya aktif (P/W/Watt) adalah suatu daya rata-rata yang diukur dengan
satuan watt dan daya ini membentuk energi aktif persatuan waktu yang
diukur dengan kWh meter, yang digunakan oleh beban untuk melakukan
tugas tertentu.
3) Daya Reaktif (Q/VAR/Volt ampere reaktif) merupakan daya yang terpakai
sebagai pembangkitan flux magnetik sehingga menimbulkan magnetisasi
dan daya ini dikembalikan ke sistem karena efek induksi elektromagnetik
itu sendiri, sehingga daya ini sebenarnya merupakan beban (kebutuhan)
pada suatu sistem tenaga listrik
II-14
Gambar II.3 Segitiga Daya [9].
2.6.3 Faktor daya
Faktor daya adalah perbandingan antara daya nyata (kW) dengan daya semu
(kVA). Daya nyata adalah daya yang menghasilkan kerja, sedangkan daya semu
adalah daya yang dihitung berdasarkan arus reaktif. Berikut rumus untuk
mementukan faktor daya:[19]
S = √ V.I …….....……………………………………………….……...(2-9)
P= √ V.I. cos φ…...……….………………………………..………....(2-10)
Q = √ V.I.sin φ………………………………………………..………(2-11)
Faktor daya = 𝑘𝑊
𝑘𝑉𝐴…..............................................................................(2-12)
Keterangan :
S = Daya Semu (VA)
P = Daya Aktif (Watt)
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
Faktor kerja (cos φ), yaitu merupakan faktor yang mempengaruhi
efisiensinya penggunaan daya nyata (kW), yang digunakan oleh beban daya aktif
(kVA) yang dibangkitkan dan daya reaktif (kVAR) yang dibutuhkan oleh beban.
Ada dua faktor beban, yaitu:[19]
1. Displacement
II-15
Displacemet disebabkan dari pergeseran antara tegangan dan arus. Perbedaan
sudut antara tegangan dan arus tesebutlah yang menyebabkan displacement
dimna bila arus tertinggal tegangan disebut lagging dan bila arus mendahului
tegangan disebut leading.
2. Distorsi
Distorsi disebabkan dari munculnya arus sekunder pada orde-orde ganjil yang
menyebabkan gelombang sinus yang dihasilkan tidak sempurna. Hal ini akan
menyebabkan losses pada sisi penghantar, dan bila terjadi pada frekuensi yang
tinggi akan mengganggu sistem informasi lainnya yang berada pada frekuensi
sama.
2.6.4 Perbaikan Faktor Daya
Jika seluruh beban daya yang dipasok oleh PLN memiliki faktor daya satu,
maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistem
pendistribusian. Sehingga, jika sudut φ nya diperkecil, maka untuk daya semu yang
sama akan menghasilkan daya nyata (kW) yang semakin besar, sementara daya
reaktif (kVAR) akan semakin kecil. Dan bila beban listrik bekerja dengan daya
konstan, maka semakin kecilnya sudut φ akan menghasilkan daya semu (kVA) yang
semakin kecil. Oleh karena itu, dengan memperkecil sudut φ , daya beban terpasang
dapat diperbesar. Memperkecil nilai sudut φ sama halnya dengan memperbesar
nilai cos φ [9].
Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban
tinggi. Bila faktor daya kurang dari 0,85, maka akan terkena denda oleh pihak PLN.
Faktor daya dapat diperbaiki dengan memasang kapasitor pengkoreksi faktor daya
pada sistem distribusi listrik/instalasi listrik di pabrik atau industri.
Kapasitor yang akan digunakan untuk memperbesar faktor daya dipasang
paralel dengan rangkaian beban. Bila rangkaian itu diberi tegangan maka elektron
akan mengalir masuk ke kapasitor. Pada saat kapasitor penuh dengan muatan
elektron maka tegangan akan berubah. Kemudian elektron akan ke luar dari
kapasitor dan mengalir ke dalam rangkaian yang memerlukannya dengan demikian
pada saat itu kapasitor membangkitkan daya reaktif. Bila tegangan yang berubah
itu kembali normal (tetap) maka kapasitor akan menyimpan kembali elektron. Pada
II-16
saat kapasitor mengeluarkan electron (Ic) berarti sama juga kapasitor menyuplai
daya reaktif ke beban. Karena beban bersifat induktif (+) sedangkan daya reaktif
bersifat kapasitor (-) akibatnya daya reaktif yang berlaku menjadi kecil. Kapasitor
bertindak sebagai pembangkit daya reaktif dan oleh karenanya akan mengurangi
jumlah daya reaktif, juga daya semu yang dihasilkan oleh bagian utilitas [15].
Capasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat
kapasitif..yang akan berfungsi sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitas
kapasitor dari ukuran 5 KVAR sampai 60 KVAR, dari tegangan kerja 230 V sampai
525 Volt. Berikut rumus untuk memperbaiki faktor daya:
Qc = P x ( tan φ awal - tan φ yang diinginkan )……………............................(2-13)
C = Qc/ 2 π f V2……………………………………………............................(2-14)
Keterangan :
Qc = Daya Reaktif Koreksi (VAR)
Xc = Beban Kapasitif (Ω)
C = Kapasitor (Farrad)
Gambar II.4 Perbaikan faktor daya.[9]
Beberapa keuntungan pemakaian capasitor bank antara lain :
1) Menghilangkan denda/kelebihan daya (KVARh).
2) Menghindari kelebihan beban transformator (Over Load).
3) Sehingga memberikan tambahan daya yang tersedia.
4) Menghindari kenaikan arus/suhu pada kabel.
5) Memaksimalkan pemakaian daya (kVA)
Capasitor bank digunakan untuk :
II-17
1) Menghilangkan KVARH PLN sehingga pembayaran PLN tidak muncul
biaya atau denda kVARH lagi.
2) Menghindari kenaikan arus atau suhu pada kabel.
3) Penghematan energi listrik.
4) Drop tegangan pada line khir.
5) Memperbaiki cos phi.
6) Memperbaiki faktor daya sehingga menghemat pemakaian.
7) Memproteksi beban lebih yang dihasilkan oleh arus harmonik dan juga
tegangan labih.
Cara pemasangan instalasi kapasitor bank dapat dibagi menjadi 3 bagian
yaitu :[15]
1) Global Compensation
Dengan metode ini kapasitor dipasang di induk panel (MDP). Arus yang
turun dari pemasangan model ini hanya di penghantar antara panel MDP
dan transformator. Sedangkan arus yang lewat setelah MDP tidak turun
dengan demikian rugi akibat disipasi panas pada penghantar setelah MDP
tidak terpengaruh. Terlebih instalasi tenaga dengan penghantar yang cukup
panjang Delta Voltage nya masih cukup besar.
2) Sectoral compensation
Dengan metoda ini kapasitor yang terdiri dari beberapa panel kapasitor
dipasang dipanel SDP. Cara ini cocok diterapkan pada industri dengan
kapasitas beban terpasang besar sampai ribuan kVA dan terlebih jarak
antara panel MDP dan SDP cukup berjauhan.
3) Individual compensation
Dengan metoda ini kapasitor langsung dipasang pada masing masing beban
khususnya yang mempunyai daya yang besar. Cara ini sebenarnya lebih
efektif dan lebih baik dari segi teknisnya. Namun ada kekurangan nya yaitu
harus menyediakan ruang atau tempat khusus untuk meletakkan kapasitor
tersebut sehingga mengurangi nilai estetika. Disamping itu jika mesin yang
II-18
dipasang sampai ratusan buah berarti total cost yang di perlukan lebih besar
dari pada metode diatas.
2.7 Tegangan Tidak Seimbang
Tegangan tidak seimbang artinya tegangan yang tersedia di ketiga fasanya
tidak sama, ini dapat terjadi di sistem kelistrikan yang terdapat pada industri.
Fenomena ini dapat menimbulkan persoalan serius pada motor dan peralatan-
peralatan listrik dengan sistem induksi tiga fasa. Memang kondisi seimbang secara
sempurna tidak akan pernah tercapai, namun harus dilakukan upaya untuk
meminimalkan [19].
Kondisi unbalance voltage lebih sering disebabkan oleh variasi dari beban.
Ketika beban satu fasa dengan fasa lain berbeda, maka saat itulah kondisi unbalance
terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh impendansi, tipe beban, atau jumlah beban
berbeda [19].
Faktor yang kemungkinan besar menjadi penyebab terjadinya unbalance
voltage yaitu jumlah beban setiap fasa berbeda dengan fasa lain karena cukup
banyaknya beban 1 fasa yang digunakan untuk kepentingan perkantoran.
Ketidakseimbangan tegangan akan mengakibatkan aliran arus yang tidak
merata antar fase-fase belitannya. Pengaruh tegangan tak seimbang ini adalah
pemanasan terhadap motor listrik dan rugi-rugi energi (rugi-rugi besi) meningkat.
Tegangan tak seimbang antar fase didefinisikan sebagai berikut :[19]
Vu = 𝑉𝑚𝑎𝑥−𝑉𝐴
𝑉𝐴 𝑥 100% ....................................................................................(2-15)
Keterangan :
Vu = presentasi ketidakseimbangan tegangan (%),
Vmax = tegangan maximum (Volt),
VA = tegangan rata-rata (Volt),
Besarnya ketidak seimbangan tegangan yang dipersyaratkan oleh US
Department of Energy dan NEMA memberikan rekomendasi bahwa Vunbalance
maksimum adalah 1%.
II-19
Gambar II.5 Tegangan tak seimbang vs rugi-rugi.[14]
Rekomendasi ini didasarkan pada kenyataan empiris bahwa :
1) V unbalance 3% akan mengakibatkan rugi daya sebesar 15%.
2) V unbalance 5% akan mengakibatkan rugi daya sebesar 15 % di dalam
sistem.
3) Ketidakseimbangan tegangan akan mengakibatkan aliran arus yang tidak
merata antar fase-fase belitannya. Pengaruh tegangan tak seimbang
diantaranya adalah pemanasan terhadap motor listrik dan rugi-rugi
energi(rugi-rugi besi) meningkat.
2.8 Beban Listrik
Beban listrik yang dimaksud adalah motor listrik, AC dan penerangan.
2.8.1 Motor Listrik
Motor listrik merupakan sebuah benda yang mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Motor listrik kadangkala disebut "Pekerjaan kuda "nya
industri sebab diperkirakan bahwa motor menggunakan energi listrik sekitar 70%
dari total energi listrik yang dikonsumsi oleh industri tersebut [10].
Efisiensi motor dapat didefinisikan sebagai perbandingan keluaran daya
motor yang digunakan terhadap keluaran daya totalnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi adalah usia, kapasitas, kecepatan, jenis, dan suhu.
Beberapa motor listrik didesain untuk beroperasi pada 50% hingga 100% beban
nominal. Efisiensi maksimum adalah yang mendekati 75% pada beban nominal
[10].
II-20
2.8.1.1 Motor Induksi Satu Fasa
Motor jenis ini diklasifikasikan berdasarkan metoda yang digunkan untuk
pengasutannya dan mengacu pada nama metoda yang digunakannya, seperti
resistenace star (split phase ), capasitor-start, capasitor-run, dan shaded pole,
kontruksi motor induksi satu fasa hampir sama dengan motor induksi tiga fasa rotor
sangkar, yang membedakannya pada kumparan stator yang berupa kumparan satu
fasa. Motor induksi satu fasa biasanya dilengkapi saklar setrifugal yang diperlukan
saat pengasutan, saklar akan memutuskan suplai tegangan ke kumparan bantu
setelah motor mencapai kecepatan 75% s/d 100% dari kecepatan nominal motor
[9].
Gambar II.6 Motor Induksi Satu Fasa [15].
2.8.1.2 Motor Induksi Tiga Fasa
Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh pasokan tiga fasa yang
seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan daya yang tinggi, dapat memiliki
kadang tupai atau gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai);
dan penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri
menggunakan jenis ini, sebagai contoh pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan
listrik , dan grinder [15].
II-21
Gambar II.7 Motor Induksi Tiga Fasa [15].
2.8.2 Penerangan
Intensitas penerangan harus ditentukan di tempat pekerjaan yang akan
dilakukan.Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan tergantung pada jenis kegiatan
yang dilakukan. Banyaknya cahaya yang dihasilkan oleh suatu lampu disebut fluks
luminus dengan satuan lumen. Efisiensi penerangan lampu bertambah dengan
bertambahnya daya lampu. Rugi-rugi ballast harus ikut diperhitungkan dalam
menentukan efisiensi sistem lampu [17].
2.8.2.1 Persyaratan dan Ketentuan Teknis
Persyaratan dan ketentuan teknis ini meliputi persyaratan pencahayaan,
pencahayaan buatan, dan pencahayaan alami.
2.8.2.2 Persyaratan Pencahayaan
Sistem pencahayaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : [3]
1) Sistem pencahayaan buatan yang dirancang.
a. Tingkat pencahayaan minimalnya sesuai yang direkomendasikan
b. Daya listrik untuk pencahayaan sesuai makasimum yang di
ijinkan.
c. memenuhi tingkat kenyamanan visual.
2) Sistem pencahayaan alami yang dirancang memanfaatkan
semaksimal mungkin pencahayaan siang hari.
II-22
2.8.2.3 Pencahayaan buatan
1) Tingkat Pencahayaan [3]
a. Tingkat pencahayaan yang direkomendasikan tidak boleh kurang dari
tingkat pencahayaan standar diukur pada bidang kerja. Pada tabel 2.3
ditunjukan tingkat pencahayaan untuk beberapa macam pekerjaan.
b. Kenyamanan visual tidak hanya ditentukan oleh tingkat pencahayaan
minimum, tetapi juga kualitas pencahayaan. Kualitas pencahayaan yang
dimaksud adalah kualitas warna cahaya dan tingkat penyilauan.
2) Penggunaan energi untuk pencahayaan buatan [3]
Pencahayaan energi untuk pencahayaan buatan dapat diperkecil dengan
mengurangi daya terpasang, melalui pemilihan lampu dengan efikasi tinggi,
seta ballast dan armature yang efisien. Tabel II.3 Tingkat Pencahayaan
No Macam Pekerjaan Lux Contoh Penggunaan
1 Pencahayaan untuk daerah yang tidak terus menerus diperlukan
20 Iluminasi minimum agar bias membedakan barang-barang
50 Parkir dan daerah sirkulasi didalam ruangan
2 pencahayaan untuk bekerja didalam ruangan
100 kamar tidur hotel, memeriksa dan menghitung stok barang secara kasar,merakit barang besar
200 membaca dan menulis yang tidak terus menerus
3 Pencahayaan setempat untuk pekerjaan yang teliti
350 pencahayaan untuk perkantoran,pertokoan, membaca,gudang,menulis
400 ruang gambar
750 pembacaan untuk koreksi tulisan,merakit barang-barang kecil
1000 gambar yang sangat teliti 2000 perkerjaan secara rinci dan presisi
Sumber; Petunjuk Teknis Konservasi Energi Bidang Audit
3) Ketentuan daya listrik maksimum untuk pencahayaan ruang. Daya listrik
maksimum yang diijinkan untuk sistem pencahayaan didalam
gedung/ruangan permeter persegi tidak boleh melebihi nilai maksimun
untuk masing-masing jenis ruangan sebagaimana tercantum pada tabel 2.4.
II-23
4) Pencahayaan energi untuk pencahayaan buatan dapat diperkecil dengan
mengurangi daya terpasang, melalui pemilihan lampu dengan efikasi tinggi,
serta ballast dan armatur yang efisien.
5) Penggunaan pencahayaan setempat disamping pencahayaan umum dengan
tingkat pencahayaan yang lebih rendah akan lebih efisien dibandingkan
pencahayaan umum saja dengan tingkat pencahayaan yang tinggi.
Tabel II.4 Daya Listrik Maksimum untuk Pencahayaan
Jenis ruangan bangunan Daya pencahayaan maksimum
W/m2 (termasuk rugi-rugi ballast)
Ruang kantor 15 Auditorium 25 pasar swalayan 20 Hotel 1. Kamar tamu 17 2. Daerah umum 20 Rumah sakit 1. Ruang pasien 15 Gudang 5 Kafetaria 10 Garasi 2 Restoran 25 Lobby 10 Tangga 10 Ruang parkir 5 Ruang perkumpulan 20 Industri 20 Pintu masuk denga kanopi 1. lalu lintas sibuk seperti hotel,bandara,teater 30
2. lalu lintas sedang seperti rumah sakit,kantor,dan sekolah 15
Jalan dan lapangan 1. Tempat penimbunan atau tempat kerja 20 2. Tempat untuk santai seperti taman,tempat rekreasi, dan tempat piknik
10
3. Jalan untuk kendaraan dan pejalan kaki 15
4. Tempat parkir 20
Sumber ; SNI 03-6197-2000
II-24
6) Prosedur perhitungan dan optimasi dan pemakaian daya listrik untuk
pencahaayaan.
a) Tingkat pencahaayaan dalam suatu gedung perkantoran maupun
bangunan komersial akan menentukan kenyamanan visual penghuninya,
dan akhirnya akan memepengaruhi produktivitas kerja.
𝐸𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝑘𝑝 𝑥 𝑘𝑑
𝐴 .......................................(2.16)
Dimana :
Erata-rata = Tingkat pencahayaan (Lux)
Ftotal = Fluks luminus total (lumen)
A = Luas bidang kerja (m2)
Kp = Koefisien Pengguna
Kd = Koefisien depresiasi (penyusutan)
Untuk menghitung jumlah lampu yang diperlukan (n) dapat menggunakan
persamaan:
n= 𝐸 𝑥 𝑃 𝑥 𝐿
𝐹𝑎 𝑥 𝐾𝑝 𝑥 𝐾𝑑 ......................................................................................(2-17)
Dimana:
N = jumlah lampu
E = iluminansi (lux)
A = luas permukaan (m2)
Fa = Fluks luminus
Kp = Koefisien pengguna
Kd = Koefisien depresi
b) Kebutuhan pencahayaan dalam suatu gedung perkantoran dapat
diperoleh melalui sistem pencahayaan buatan dan melalui sistem
pencahayaan alami atau kombinasi keduanya.
c) Berdasarkan kenyataan yang ada besar energi yang digunakan untuk
pencahayaan buatan didalam suatu gedung perkantoran maupun
bangunan komersial merupakan bagian yang cukup besar dari seluruh
konsumsi energi yang digunakan didalam gedung tersebut.
II-25
2.8.2.4 Pencahayaan alami
Pencahayaan alami siang hari harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Cahaya alami harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pencahayaan siang
hari.
2. Dalam pemanfaatan cahaya alami, masuknya radiasi matahari langsung
3. Kedalam bangunan harus dibuat semaksimal mungkin. Cahaya langit harus
diutamakan dari pada cahaya langsung.
4. Pencahayaan alami siang hari dalam bangunan gedung harus memenuhi
ketentuan SNI 03 – 2396 -1996 yang berlaku tentang “Tata Cara
Peracangan Pencahayaan Alami Siang Hari untuk Rumah dan Gedung.
2.9 Jenis-jenis Lampu
2.9.1 Lampu Tube Lamp (TL) [2]
Lampu TL, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar standar dan
dapat bertahan 10 hingga 20 kali lebih hemat. Dengan melewatkan listrik
melalui uap gas atau logam akan menyebabkan radiasi elektromagnetik pada
panjang gelombang tertentu sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya.
Tabung neon memiliki uap merkuri bertekanan rendah, dan akan memancarkan
sejumlah kecil radiasi biru/hijau, namun kebanyakan akan berupa UV pada
253,7nm dan 185nm.
Bagian dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih
untuk menyerap radiasi UV dan meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini
memiliki efisiensi sekitar 50%. Tabung neon merupakan lampu katoda panas,
sebab katoda dipanaskan sebagai bagian dari proses awal.
Gambar II.8 Rangkaian Lampu TL[2].
II-26
2.9.2 Lampu Hemat Energi (LHE) [2]
Lampu LHE yang tersedia saat ini membuka seluruh pasar bagi lampu
neon. Lampu-lampu ini dirancang dengan bentuk yang lebih kecil yang dapat
bersaing dengan lampu pijar dan uap merkuri. Di pasaran lampu dan memiliki
bentuk bulat atau segi empat. Produk di pasaran tersedia dengan gir pengontrol
yang sudah terpasang (GFG) atau terpisah (CFN).
Gambar II.9. Lampu LHE [2]
Ciri-ciri LHE
a. Efikasi – 60 lumen/Watt b. Indeks Perubahan Warna – 1B c. Suhu Warna – Hangat, Menengah d. Umur Lampu – 7-10.000 jam
2.10 Split Air Conditioner
AC Split adalah AC yang evaporator dan kondensor berada di 2 mesin yang
berbeda. Evaporatornya terletak di dalam ruangan. Sedangkan kondensornya
terletak di luar ruangan. AC split memisahkan sisi panas dan sisi dingin sistem. Sisi
yang dingin terdiri atas katup ekspansi dan kumparan evaporator yang pada
umumnya ditempatkan dalam suatu Air Handler Unit (AHU). Sedangkan sisi panas
yang biasa disebut dengan unit kondensasi atau kondenser biasanya diletakkan di
luar bangunan. Unit kondensor ini seperti terlihat pada (Gambar II.10b).
AC dimanfaatkan sebagai pemberi kenyamanan. Di lingkungan tempat
kerja AC juga dimanfaatkan sebagai salah satu cara dalam upaya peningkatkan
produktivitas kerja. Karena dalam beberapa hal manusia membutuhkan lingkungan
udara yang nyaman untuk bekerja secara optimal.
II-27
(a) (b) Gambar II.10 (a). Prinsip unit AC split , (b) Unit Kondensor
Dilihat dari gambar di atas AHU menghembuskan udara melalui kumparan
evaporator dan udara, setelah melalui kumparan evaporator menjadi dingin. Udara
dingin ini kemudian disalurkan ke ruangan dalam gedung yang didinginkan Gambar
II.10 (a)[4]. Unit ini kondensor terdiri dari kumparan spiral yang panjang yang
berbentuk silinder. Di dalam kumparan ini ada sebuah kipas angin yang
menyemburkan udara, dilewatkan melalui kumparan untuk melepaskan kalor
dalam kisi-kisi pipa kumparan tersebut. Akibatnya suhu udara keluar dari unit ini
lebih panas dari suhu lingkungan sekitar. Kondensor jenis ini banyak dipakai karena
di samping murah, juga tidak menimbulkan kebisingan di dalam ruangan. Namun,
eksesnya adalah kebisingannya di luar bangungan menjadi meningkat. Jadi, pada
prinsipnya tidak ada perbedaan antara AC jendela dan AC split, kecuali ukuran AC
split lebih besar, seperti kumparan kondenser, evaporator dan kompresor karena AC
split untuk keperluan yang lebih besar dibandingkan AC jendela. Pada bangunan-
bangunan seperti mal, supermarket, dan lain-lain, unit kondensasi ini biasanya
diletakkan di atas atap bangunan dan bisa menjadikan pemandangan yang tidak
menarik. Ada lagi yang berukuran kecil dipasang pada atap berdekatan dengan
AHU kecil untuk keperluan ruangan khusus. Memang benar AC split
pemakaiannya untuk beban yang lebih besar dibandingkan AC jendela, namun
untuk semakin besar bangunan, dimana daerah yang harus didinginkan cukup jauh
dari AHU, unit ini mengalami kesulitan. Kesulitannya terletak pada pipa saluran
II-28
udara dingin antara kondenser dan AHU yang melampaui batas maksimumnya
(permasalahan lubrikasi kompresor), atau permsalahan pada ductingnya (kapasitas
dan panjang). Jika, hal ini terjadi, maka sistem yang cocok adalah yang
menggunakan sistem air yang didinginkan (chilled water sistem).[4]
Gambar II.11 Unit AC split[4].
2.11 Alat Ukur Metrel Power Q4 Plus
Alat ukur metrel adalah alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
beban 3 fasa. Besaran listrik yang diukur oleh Metrel diantaranya; Tegangan line to
line , tegangan line to netral, Arus, Daya, THD I, THD V, frekuensi dan lain-lain.
Kelebihan alat ukur Metrel Power Q4 Plus :
1) Dapat mengukur besaran listrik di L1, L2, L3 secara bersamaan.
2) Hasil dari pengukuran dapat di record/direkam dan disimpan di alat ukur
langsung maupun disambungkan di ke komputer.
Kekurangan alat ukur Metrel Power Q4 Plus :
Alat ukur ini tidak konstan menggunakan baterai melainkan
menggunakan sumber. Sedangkan pada saat dilapangan banyak ruangan
yang tidak ada stop kontaknya.
Langkah-langkah menggunakan alat ukur Metrel Power Q4 Plus :
1) Sebelum melakukan pengukuran pastikan kabel-kabel terpasang ke alat
ukur, maksudnya jangan sampai kabel R,S,T dan N tertukar.
II-29
2) Pasang kabel yang melingkar yang berbentuk cincin sesuai urutan fasanya
yang tertera pada label kabel. Kabel yang berbentuk cincin ini bertujuan
untuk mengukur besaran arus.
3) Pasang kabel yang didepannya berbentuk seperti penjepit ke setiap fasa dan
netralnya. Kabel ini bertujuan untuk mengukur besaran tegangan. Kabel ini
harus langsung tersambung ke tembaga penghantar tidak boleh ke isolasi
penghantar.
4) Setelah terpasang cek kembali kesesuaian lebeling pada kabel yang
berbentuk cincin maupun yang berbentuk penjepit.
5) Jika sudah benar berikan sumber untuk Metrel Power Q4 Plus.
6) Sambungkan pada laptop (jika diperlukan).
Gambar II.12 Metrel Q4 plus