Post on 28-Mar-2019
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Anak
1. Pengertian Anak
Secara umum apa yang dimaksud dengan anak adalah keturunan atau
generasi sebagai suatu hasil dari hubungan kelamin atau persetubuhan
(sexual intercoss) antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
baik dalam ikatan perkawinan maupun diluar perkawinan.
Kemudian didalam hukum adat sebagaimana yang dinyatakan oleh
Soerojo Wignjodipoero yang dikutip oleh Tholib (2010), menyatakan
bahwa:
”kecuali dilihat oleh orang tuanya sebagai penerus generasi juga
anak itu dipandang pula sebagai wadah di mana semua harapan
orang tuanya kelak kemudian hari wajib ditumpahkan, pula
dipandang sebagai pelindung orang tuanya kelak bila orang tua itu
sudah tidak mampu lagi secara fisik untuk mencari nafkah”.
Berikut ini merupakan pengertian anak menurut beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia antara lain:
a. Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah
mencapai umum 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18
(delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
11
b. Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan
belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
c. Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan.
d. Convention On The Rights Of Child (1989) yang telah diratifikasi
pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990.
Anak adalah mereka yang berusia 18 tahun kebawah.
e. UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0
sampai dengan 18 tahun.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat dinyatakan
bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun (0-18 tahun).
2. Hak-hak Anak
Berikut ini merupakan hak-hak anak menurut beberapa peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia antara lain:
a. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Dalam Bab II Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, mengatur tentang hak-hak anak atas
kesejahteraan, yaitu:
1) Hak atas pelayanan.
2) Hak atas pemeliharaan dan perlindungan.
3) Hak atas perlindungan lingkungan hidup.
4) Hak mendapatkan pertolongan pertama.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
12
5) Hak untuk memperoleh asuhan.
6) Hak untuk memperoleh bantuan.
7) Hak diberi pelayanan dan asuhan.
8) Hak untuk memeperoleh pelayanan khusus.
9) Hak untuk mendapatkan bantuan dan pelayanan.
b. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Hak anak dalam Undang-undang ini diatur dalam Bab III bagian
kesepuluh, pasal 52-66, yang meliputi:
1) Hak atas perlindungan
2) Hak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan
3) taraf kehidupannya.
4) Hak atas suatu nama dan status kewarganegaraan.
5) Bagi anak yang cacat fisik dan atau mental hak: (a) memperoleh
perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus. (b) untuk
menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan,
(c) berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
6) Hak untuk beribadah menurut agamanya.
7) Hak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan,
dan dibimbing.
8) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
9) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
10) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
11) Hak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan
hukum.
Selain itu, secara khusus dalam Pasal 66 Undang-undang 39
Tahun 1999 tentang hak anak-anak yang dirampas kebebasannya,
yakni meliputi:
1) Hak untuk tidak dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur
hidup.
2) Hak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan
dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai
dengan usianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali
demi kepentingannya.
3) Hak untuk memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya
secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
13
4) Hak untuk membela diri dan memperoleh keadilan di depan
Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang
yang tertutup untuk umum.
c. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Dalam Undang-undang Perlindungan Anak ini, hak-hak anak diatur
dalam Pasal 4 - Pasal 18, yang meliputi:
1) Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
2) Hak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status
kewarganegaraan.
3) Hak untuk beribadah menurut agamanya.
4) Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial.
5) Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
6) Bagi anak yang menyandang cacat juga hak memperoleh
pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki
keunggulan juga hak mendapatkan pendidikan khusus.
3. Kewajiban Anak
a. Pasal 19 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan
Anak. Setiap anak berhak untuk;
1) Menghormati oran tua, wali dan guru
2) Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman
3) Mencintai tanah air, bangsa dan negara
4) Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya,dan
5) Melaksanakan etika dan akhlam yang mulia.
b. Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
“Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak
mereka yang baik”.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
14
c. Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
“Jika anak telah dewasa wajib memelihara menurut
kemampuannya orang tua dan keluarga dala garis lurus keatas
bila mereka itu memerluka bantuanya”.
d. Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
“Anak yang belum mencapai umur (delapan belas) tahun atau
belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah
kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicbut dari
kekuasaannya”.
e. Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
“Jika anak telah dewasa wajib memelihara menurut
kemampuannya orang tua dan keluarga dala garis lurus keatas
bila mereka itu memerluka bantuanya”.
f. Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
“Anak yang belum mencapai umur (delapan belas) tahun atau
belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah
kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicbut dari
kekuasaannya”.
4. Perlindungan Anak
Salah satu instrumen yang digunakan dalam perlindungan anak
adalah hukum. Perlindungan Hukum bagi anak dapat diartikan sebagai
upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kekerasan dan hak anak
serta berbagai upaya yang berhubungan dengan kesejahteraan anak, ada
beberapa konsep dan pengertian yang telah dikemukakan menegenai
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
15
perlindungan anak. perlindungan anak menurut arief gosita merupakan
suatu usaha mengadakan kondisi dan situasi yang memungkinkan
pelaksanaan hak dan kewajiban anak secara manusiawi (Gosita, 2005).
Oleh karena itu, setiap hak anak harus dijunjung tinggi demi
pencapaian tujuan yaitu lahirnya generasi muda yang sehat untuk
kelangsungan kehidupan berbangsa. Anak adalah manusia yang
merupakan pembawa hak, yaitu segala sesuatu yang mempunyai hak dan
kewajiban yang disebut subjek hukum. Pengertian anak diatur dalam
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan
Anak yang berbunyi sebagai berikut:
“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Tiap-tiap peraturan perundang-undangan mengatur secara tersendiri
mengenai kriteria anak. Kriteria anak berpengaruh pada kedudukan
hukum anak sebagai subjek hukum. Dalam hukum indonesia terdapat
pluralisme mengenai batasan usia, hal ini yang menyebabkan tiap-tiap
peraturan perundang-undangan mengatur secara tersendiri mengenai
kriteria tentang anak (Prints, 2001).
Negara memiliki kewajiban untuk melindungi seluruh warga
negaranya dan sudah sewajarnya negara memberikan perhatian lebih
kepada para korban kejahatan yang mungkin mengalami penderitaan baik
secara ekonomi, fisik maupun psikis. Negara juga mempunyai tanggung
jawab untuk memrikan kesejahteraan pada masyarakatnya warga
negaranya. Dengan demikian pada saat anggota masyarakatnya
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
16
mengalami kejadian/peristiwa yang mengakibatkan kesejahteraannya
terusik dan menjadi korban kejahatan, maka sudah sewajarnya apabila
negaranya bertanggung jawab untuk memulihkan kesejahteraan warga
negaranya, mengingat mengingat negara telah gagal dalam memberikan
kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Mengabaikan perlindungan anak adalah suatu yang tidak dapat
dipeertanggung jawabkan, dan juga kurang perhatian dan tidak
diselanggarakannya perlindungan anak akan membawa akibat yang
sangat merugikan diri sendiri dikemudian hari. Salah satu contoh kurang
diperhatikannya maslah penegakan hukum pidan dimana masalah ini
berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap korban tindak pidan, dan
dalam penyelesaian perkara pidana, banyak ditemukakan korban
kejahatan kurang memperoleh hukum yang memadai, baik perlindungan
yang sifatnya immteril maupun material.
Pengertian perlindungan anak berdasarkan pasal 1 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak menyatakan
bahwa:
“Perlindungan Anak Adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”.
Undang-Undang No.35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak ini
dibentuk mempunyai tujuan, yakni untuk menjamin terpenuhinya
kebutuhan anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
17
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, demi terwujudnya anak indonesia yang berkualitas,
berakhalak mulia, dan sejahtera. Seseorang manusia mempunyai hak
asasi manusia yang telah diundangkan oleh Negara kepada warga
negaranya, berarti seseorang manusia mempunyai hak asasi sedari sejak
diahirkan, begitupun dengan anak, anak mempunyai hak yang sedikit
berbeda dengan orang yang sudah dewasa menurut undang-undang yang
berlaku di Indonesia ini.
Setiap anak selama dalam pengasuahan orang tuanya yang
bertanggung jawab atas pengasuhan, layak mendapatkan perlindungan
dan perlakuan yang salah menurut peraturan yang berlaku di Indonesia
saat ini. Masalah perlindungan hukum bagi anak-anak merupakan salah
satu sisi pendekatan untuk melindungi anak-anak, oleh sebab itu
masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis, tetapi perlu
pendekatan yang lebih luas, yaitu ekonomi, sosial dan budaya.
Negara Indonesia ini terdapat kenyataannya yang dapat kita lihat
bahwa kondisi anak di Indonesia masih memprihatinkan dan menjadi
korban dari berbagai bentuk tindakan kejahatan. Tindak kejahatannya
seperti penelantaran anak yang dapat dikatakan sebagai tidak manusiawi
terhadap anak. Pemajuan dan perlindungan yang berpihak pada anak dan
memegang tegak prinsip non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi
anak serta partisipasi anak dalam setiap hal yang menyangkut dirinya
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
18
merupakan prasyarat yang mutlak dalam upaya perlindungan anak yang
efektif.
Pada prinsipnya perlindungan anak berdasarkan Undang-Undang
No. 35 Tahun 2014 yang dilakukan berdasarkan Pancasila dan UUD
tahun 1945. Prinsip perlindungan tersebut diatur berdasarkan kepentigan
terbaik bagi anak (The best interest of the Child), dimana prinsip ini
mengatur bahwa dalam semua tindakan yang nenyangkut anak dilakukan
oleh pemerintah, masyarakat, badan legislative dan yudikatif, maka
kepentingan anak harus menjadi pertimbangan yang utama.
Realitas keadaan dan nasib mereka belum seperti ungkapan yang
kerap kali memposisiskan anak bernilai penting, penerus, masa depan
bangsa dan sejumlah simbolik lainnya. Pada tataran hukum, kebutuhan
yang diberikan kepada anak belum sepenuhnya bisa ditegakkan.
Pemenuhan kebutuhan anak sebagaimana dimaksud dalam dokumen
hukum mengenai perlindungan anak masih belum cukup bisa
menyingkirkan keadaan yang buruk bagi anak.
Anak sebenarnya merupakan harta yang tak ternilai harganya baik
dilihat dari perspektif sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum, maupun
perspektif keberlanjutan sebuah generasi keluarga, suku dan bangsa.
Dilihat dari sosial sebagai kehormaatan harkat martabat keluarga
tergantunga pada sikap dan prilaku anak untuk berprestasi, dan budaya
anak merupakan harta dan kekayaan yang harus dijagadan sekaligus
merupakan lambang kesuburan sebuah keluarga, dari politik anak
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
19
merupakan penerus suku, bangsa, dan ekonomi dilihat dari segi hukum,
anak mempunyai posisi dan kedudukan strategis di depan hukum, tidak
saja sebagai penerus dan ahli waris keluarga tetapi sebagai bagian dari
subyek hukum dengan segala pemenuhan kebutuhan uuntuk anak yan
mendapat jaminan hukum (Krisnawati, 2005).
Anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap
ransangan-ransangan yang berasal dari lingkungannya. Anak juga
tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecendrungan
untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan,
anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya
dari aturan-aturan bersifat memaksa (Soemitro, 2000).
Anak didalam masa pertumbuhan secara fisikmdan mental
membutuhkan perawatan, perlindungan, khusus serta perlindungan
hukum sebelum maupun sesudah lahir. Disamping itu, juga patut diakui
bahwa keluarga merupakan lingkungan alami bagi pertumbuhan dan
kesejahteraan anak. Untuk perkembaangan kepribadiannya maka
membutuhkan lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang.
B. Tinjauan Perlindungan Hukumn
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan
perlindungan hukum adalah perbuatan untuk menjaga dan melindungi
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
20
subyek hukum, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Kemendikbud, 2009).
Menurut Mertokusumo (2005) perlindungan hukum adalah suatu hal
atau perbuatan untuk melindungi subyek hokum berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku disertai dengan sanksi-
sanksi bila ada yang melakukan wanprestasi.
Dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang No. 31
Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban menyebutkan:
“Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian
bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban
yang wajib dilaksanakan oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini”.
Dalam hal ini undang-undang tersebut menyatakan bahwa suatu
perlindungan telah diberikan kepada setiap orang, baik orang dewasa
maupun anak-anak yang menjadi saksi dan/atau korban dalam suatu
tindak pidana.
Upaya perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia telah
memiliki suatu aturan hukum yang nantinya digunakan sebagai pedoman
dalam meningkatkan kesejahteraan anak dan memperkecil kemungkinan
anak menjadi korban tindak pidana, hal ini dikarenakan Negara Indonesia
adalah negara yang berdasarkan atas hukum sehingga segala sesuatu
yang dilakukan dan dijalankan di Negara ini haruslah didasarkan pada
hukum.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
21
2. Perlindungan Hukum terhadap Anak
Dalam kaitannya dengan perlindungan hukum terhadap anak di
Indonesia, telah ditegaskan dalam Pasal 34 Undang-undang Dasar 1945
bahwa:
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.
Menindaklanjuti hal tersebut maka pemerintah telah membuat
berbagai peraturan perundang-undangan yang memuat mengenai
hak-hak anak.
Soetodjo (2010) mengklasifikasikan hak-hak anak sebagai berikut:
a. Bidang hukum, melalui Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang
Peradilan Anak.
b. Bidang kesehatan melalui Undang-undang No. 9 Tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Kesehatan, diatur dalam Pasal 1, Pasal 3 ayat (1), dan
Pasal 9 ayat (2).
c. Bidang pendidikan
1) Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1).
2) Undang-undang No. 12 Tahun 1954 tentang Dasar-dasar
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, diatur dalam Pasal 19
dan Pasal 17.
d. Bidang ketenagakerjaan, melalui Ordonansi tanggal 17 Desember
1925 tentang Peraturan Pembatasan Kerja Anak dan Kerja Malam
bagi Wanita jo Ordonansi tanggal 27 Februari 1926 stbl. No. 87
Tahun 1926 ditetapkan tanggal 1 Mei 1976 tentang Peraturan
Mengenai Keselamatan Kerja Anak-anak dan Orang-orang muda di
atas Kapal jo Undang-undang No. 1 Undang-undang Keselamatan
Kerja stbl. 1947 No. 208 jo Undang-undang No. 1 Tahun 1951 yang
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
22
memberlakukan Undang-undang Kerja No. 12 Tahun 1948 di
Republik Indonesia.
e. Bidang kesejahteraan sosial, melalui Undang-undang No. 4 Tahun
1979 tentang Kesejahteraan Anak.
Dalam perkembangannya perlindungan terhadap anak di bidang
hukum juga ditur dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak. Perlindungan hukum terhadap anak di
Indonesia, telah diatur dalam berbagai peraturan perUndang-undangan,
namun secara khusus diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Menurut pasal 1 nomor 2, Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak disebutkan
bahwa: Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, meliputi:
a. Perlindungan di bidang agama
1) Perlindungan untuk beribadah menurut agamanya.
2) perlindungan anak dalam memeluk agamanya dijamin oleh
negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali, dan
lembaga sosial. Perlindungan anak dalam memeluk agamanya
meliputi pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan ajaran
agama bagi anak.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
23
b. Perlindungan di bidang kesehatan
1) Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan
upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak.
2) Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan
anak jika tidak mampu melaksanakan tanggung jawab, maka
pemerintah wajib memenuhinya.
3) Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib
mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari penyakit yang
mengancam kelangsungan hidup dan/atau menimbulkan
kecacatan.
4) Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi
anak dari upaya transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain.
5) Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi
anak dari perbuatan:
a) pengambilan organ tubuh anak dan/atau jaringan tubuh anak
tanpa memperhatikan kesehatan anak;
b) jual beli organ dan/atau jaringan tubuh anak; dan
c) penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek
penelitian tanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakan
kepentingan yang terbaik bagi anak.
c. Perlindungan di bidang pendidikan
1) Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal
9 (sembilan) tahun untuk semua anak.
2) Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan
kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh
pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.
3) Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan
aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus.
4) Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya
pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus
bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak
yang bertempat tinggal di daerah terpencil.
5) Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah
atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau
lembaga pendidikan lainnya.
d. Perlindungan di bidang sosial
1) Pemerintah wajib menyelenggarakan pemeliharaan dan
perawatan anak terlantar dalam hal penyelenggaraan
pemeliharaan dan perawatan pengawasannya dilakukan oleh
Menteri Sosial.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
24
2) Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan
perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak
dapat:
a) berpartisipasi;
b) bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati
nurani dan agamanya;
c) bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan
tahapan usia dan perkembangan anak;
d) bebas berserikat dan berkumpul;
e) bebas beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan
berkarya seni budaya; dan
f) memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat
kesehatan dan keselamatan.
3) Anak terlantar karena suatu sebab orang tuanya melalaikan
kewajibannya, maka lembaga, keluarga, atau pejabat yang
berwenang dapat mengajukan permohonan ke pengadilan untuk
menetapkan anak sebagai anak terlantar.
4) Penetapan pengadilan sebagaimana dimaksud sekaligus
menetapkan tempat penampungan, pemeliharaan, dan perawatan
anak.
e. Perlindungan Khusus
1) Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi pengungsi
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum humaniter.
2) Perlindungan khusus bagi anak korban kerusuhan, korban
bencana, dan anak dalam situasi konflik bersenjata, meliputi:
a) pemenuhan kebutuhan dasar, yaitu: pangan, sandang,
pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi,
jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan
b) pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang
cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial.
3) Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum,
anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak
pidana, meliputi:
a) perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan
martabat dan hak-hak anak;
b) penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini;
c) penyediaan sarana dan prasarana khusus;
d) penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang
terbaik bagi anak;
e) pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap
perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum;
f) pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan
dengan orang tua atau keluarga; dan
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
25
g) perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media
massa dan untuk menghindari labelisasi.
4) Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak
pidana meliputi:
a) upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun di luar
lembaga;
b) upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui
media massa dan untuk menghindari labelisasi;
c) pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi
ahli, baik fisik, mental, maupun sosial; dan
d) pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi
mengenai perkembangan perkara.
5) Perlindungan khusus bagi anak dari kelompok minoritas dan
terisolasi dilakukan melalui penyediaan prasarana dan sarana
untuk dapat menikmati budayanya sendiri, mengakui dan
melaksanakan ajaran agamanya sendiri, dan menggunakan
bahasanya sendiri.
6) Perlindungan khusus bagi anak yang dieksploitasi secara
ekonomi dan/atau seksual, meliputi:
a) penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan
anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual;
b) pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi; dan
c) pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat
pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat
dalam penghapusan eksploitasi terhadap anak secara
ekonomi dan/atau seksual.
7) Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban
penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya (napza), dan terlibat dalam produksi dan distribusinya,
dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan,
dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat.
8) Perlindungan khusus bagi anak korban penculikan, penjualan,
dan perdagangan anak dilakukan melalui upaya pengawasan,
perlindungan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi oleh
pemerintah dan masyarakat.
9) Perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan meliputi
kekerasan fisik, psikis, dan seksual dilakukan melalui upaya:
penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan perUndang-
undangan yang melindungi anak korban tindak kekerasan; dan
pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi.
10) Perlindungan khusus bagi anak yang menyandang cacat
dilakukan melalui upaya:
a) perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat
dan hak anak;
b) pemenuhan kebutuhan-kebutuhan khusus; dan
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
26
c) memperoleh perlakuan yang sama dengan anak lainnya
untuk mencapai integrasi sosial sepenuh mungkin dan
pengembangan individu.
11) Perlindungan khusus bagi anak korban perlakuan salah dan
penelantaran dilakukan melalui pengawasan, pencegahan,
perawatan, dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat.
C. Tinjauan Tindak Pidana
1. Pengertian Tindak Pidana
Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dikenal dengan istilah strafbaar feit dan dalam kepustakaan
tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan
pembuat undang-undang merumuskan suatu undang-undang
mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau
tindak pidana. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung
suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum sebagai istilah yang dibentuk
dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum
pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari
peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana,
sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan
ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang
dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat (Kartonegoro, 2008).
Poernomo (2000), pengertian strafbaar feit dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Defenisi menurut teori memberikan pengertian “strafbaar feit”
adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang dilakukan karena
kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
27
mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan
umum;
b. Definisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian “strafbaar
feit” adalah suatu kejadiaan (feit) yang oleh peraturan perundang-
undangan dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.
Tindak pidana menurut Moeljatno (2008) yaitu:
“perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi
barangsiapa melanggar larangan tersebut.
Menurut E.Utrecht (2003) pengertian tindak pidana dengan istilah
peristiwa pidana yang sering juga disebut delik, karena peristiwa itu
suatu perbuatan (handelen atau doen positif) atau suatu melalaikan
(natalen-negatif), maupun akibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena
perbuatan atau melalaikan itu).
Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum
pidana, tindak pidana adalah pengertian yuridis, lain halnya dengan
istilah perbuatan atau kejahatan yang diartikan secara yuridis atau secara
kriminologis. Tindak pidana secara umum dapat diartikan sebagai
perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun secara
materiil (Nawawi, 2003).
2. Unsur-unsur Tindak Pidana
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tindak pidana maka harus
memenuhi beberapa unsur. Unsur-unsur tindak pidana yang diberikan
beberapa tokoh memiliki perbedaan, tetapi secara prinsip intinya sama.
Adapun unsur-unsur tindak pidana dapat dibedakan menjadi 2 (dua) segi
yaitu:
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
28
a. Unsur Subyektif
Yaitu hal-hal yang melekat pada diri si pelaku atau berhubungan
dengan si pelaku, yang terpenting adalah yang bersangkutan dengan
batinnya. Unsur subyektif tindak pidana meliputi:
1) Kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa);
2) Niat atau maksud dengan segala bentuknya;
3) Ada atau tidaknya perencanaan;
b. Unsur Obyektif
Merupakan hal-hal yang berhubungan dengan keadaan lahiriah
yaitu dalam keadaan mana tindak pidana itu dilakukan dan berada
diluar batin si pelaku.
1) Memenuhi rumusan undang-undang
2) Sifat melawan hukum;
3) Kualitas si pelaku;
4) Kausalitas, yaitu yang berhubungan antara penyebab tindakan
dengan akibatnya.
Pada dasarnya unsur tindak pidana tidak terlepas dari dua faktor
yaitu faktor yang ada dalam diri si pelaku itu sendiri dan faktor yang
timbul dari luar diri si pelaku atau faktor lingkungan.
3. Jenis Tindak Pidana
Menurut sistem KUHP, dibedakan antara Kejahatan terdapat dalam
Buku II dan Pelanggaran dimuat dalam Buku III. Kejahatan adalah
perbuatan yang bertentangan dengan keadilan meskipun peraturan
perundang-undangan tidak mengancamnya dengan pidana. Sedangkan
Pelanggaran atau tindak pidana undang-undang adalah perbuatan yang
oleh masyarakat baru dirasa sebagai tindak pidana karena ada peraturan
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
29
perundang-undangan yang mengaturnya. Menurut M.v.T (Memorie van
Toelichting) yang dikutib oleh Moeljatno, bahwa kejahatan adalah
“rechtsdelicten” yaitu perbuatan-perbuatan yang meskipun tidak
ditentukan dalam undang-undang, sebagai perbuatan pidana, telah
dirasakan sebagi perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.
Sedangkan pelanggaran adalah “wetsdelicten” yaitu perbuatan-perbuatan
yang sifatnya melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada
ketentuan yang menentukan demikian (Moeljanto, 2003).
a. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, pembagian atas kejahatan dan
pelanggaran didasarkan pada berat ringannya pidana. Kejahatan
terdapat dalam Buku II, dan Pelanggaran diatur dalam Buku III.
Ancaman pidana dalam kejahatan relatif lebih berat daripada
pelanggaran. Beberapa perbedaan tersebut dapat dilihat dari:
1) Dalam hal percobaan, hanya kejahatan yang dapat dipidana,
sedangkan percobaan dalam pelanggaran tidak dipidana.
2) Hal pembantuan, pembantuan dalam hal melakukan tindak
pidana kejahatan dapat dipidana, dalam hal pembantuan
melakukan tindak pidana pelanggaran tidak dipidana.
3) Dalam hal penyertaan yang dilakukan terhadap tindak pidana
menggunakan alat percetakan hanya berlaku bagi kejahatan,
sedangkan dalam pelanggaran tidak berlaku.
4) Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia hanya
diberlakukan bagi setiap pegawai negeri yang di luar wilayah
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
30
hukum Indonesia melakukan kejahatan jabatan, dan bukan
pelanggaran jabatan.
5) Tenggang daluwarsa, baik untuk hak menentukan maupun hak
penjalanan pidana bagi pelanggaran adalah lebih pendek dari
pada kejahatan.
6) Dalam hal perbarengan perbuatan (concursus), system
penjatuhan pidana dalam concursus kejahatan menggunakan
sistem absorbsi yang diperberat, sedangkan dalam concursus
pelanggaran menggunakan sistem kumulasi murni.
b. Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan dengan
menitik beratkan pada perbuatan yang dilarang. Jika seseorang telah
berbuat sesuai dengan rumusan delik maka orang itu telah
melakukan tindak pidana (delik), tidak dipermasalahkan bagaimana
akibat dari perbuatan itu.
c. Sedangkan tindak pidana materiil adalah tindak pidana yang
dirumuskan dengan menitik beratkan pada akibat yang dilarang atau
tidak dikehendaki. Tindak pidana ini baru selesai jika akibatnya
sudah terjadi sedangkan cara melakukan perbuatan itu tidak
dipermasalahkan.
d. Tindak pidana dolus adalah tindak pidana yang memuat unsur
kesengajaan dalam rumusannya.
e. Tindak pidana Comissionis yaitu tindak pidana yang berupa
perbuatan aktif. Perbuatan aktif adalah perbuatan yang untuk
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
31
mewujudkannya diisyaratkan adanya gerakan dari anggota tubuh
orang yang berbuat. Terdapat delicta commisionis perommisionem
commissa yaitu delik-delik yang umumnya terdiri dari berbuat
sesuatu, tetapi dapat pula dilakukan dengan tidak berbuat
(Moeljanto, 2003)
f. Tindak pidana aduan merupakan tindak pidana yang timbul karena
adanya pengaduan dari korban atau keluarga korban yang dirugikan.
Contoh: Pasal 310 KUHP tentang pencemaran nama baik.
g. Tindak pidana biasa merupakan tindak pidana yang sebagian besar
telah tercantum dalam KUHP dimana dalam tindak pidana biasa
tersebut tanpa ada aduan dari siapapun, pelaku dari tindak pidana
tersebut dapat dituntut secara hukum.
h. Tindak pidana communia adalah tindak pidana yang dapat dilakukan
oleh semua orang pada umumnya, tindak pidana memang
diberlakukan pada semua orang. Tindak Pidana Propia adalah tindak
pidana yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas
tertentu (Moeljanto, 2003). Contoh: Pasal 346 KUHP tentang
seorang wanita yang menggugurkan kandungannya sendiri.
i. Tindak pidana dalam bentuk pokok dirumuskan secara lengkap,
artinya semua unsur yang tercantum dalam rumusan pasalnya telah
ditulis secara lengkap dengan kata lain terkandung pengertian
yurudis dari tindak pidana tersebut, contoh: Pasal 362 tentang
pencurian. Sedangkan dalam bentuk yang diperberat maupun yang
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
32
diperingan menyebutkan kualifikasi pasal dalam bentuk pokoknya,
yang kemudian ditambahkan unsur yang bersifat memberatkan atau
meringankan secara tegas dalam rumusan.
D. Tinjauan Tindak Pidana Anak
1. Pengertian Tindak Pidana Anak
Tindak pidana anak adalah tindak pidana yang dilakukan oleh anak-
anak. Tindak pidana anak dapat dihubungkan dengan istilah Juvenile
Deliquency, yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan beragam
istilah, yaitu kenakalan anak, kenakalan remaja, kenakalan pemuda,
taruna tersesat, ataupun jalin quersi anak. Secara etimologis dapat
dijabarkan bahwa “Juvenile” berarti “anak” sedangkan “Deliquency”
berarti “kejahatan”. Dengan demikian “Juvenile Deliquency” adalah
“Kejahatan Anak”, sedangkan apabila menyangkut subjek atau
pelakunya, maka Juvenile Deliquency berarti penjahat anak atau anak
jahat.
Soetodjo (2010) menyebutkan bahwa yang dimaksud juvenile
delinquency adalah:
Setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang anak di bawah umur 18
tahun dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap
norma-norma yang berlaku serta dapat membahayakan
perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan.
Rusli Muhammad (2007) merumuskan bahwa yang dikatakan
sebagai juvenile delinquency adalah:
Perilaku jahat/dursila, atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda,
merupakan gejala sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
33
remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial
sehingga mereka itu mengembangkan bentuk pengabaian tingkah
laku yang menyimpang.
Tingkah laku orang dewasa adalah tingkah laku yang sempurna,
sedangkan perangai anak si anak apabila diselidiki adalah merupakan
suatu kritik nilai saja, karena dalam proses pertumbuhan ke masa remaja,
sedang dalam proses mencari identitas diri. Dalam proses pencarian jati
diri tersebut terkadang anak-anak tidak dapat mengendalikan diri
sehingga mudah melakukan kenakalan yang menjurus pada tindak
kejahatan.
2. Bentuk Tindak Pidana Anak
Menurut Sudarsono (2004) norma-norma hukum yang sering
dilanggar oleh anak-anak remaja pada umumnya adalah pasal-pasal
tentang:
a. Kejahatan-kejahatan kekerasan
1) Pembunuhan
2) Penganiayaan
b. Pencurian
1) Pencurian biasa
2) Pencurian dengan pemberatan
c. Penggelapan
d. Penipuan
e. Pemerasan
f. Gelandangan
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
34
g. Anak sipil
h. Remaja dan narkotika
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dinyatakan bahwa
tindak pidana anak merupakan salah satu dari pelanggaran terhadap pasal
489, 490, 492, 497, 503, 505, 514, 517, 518, 519, 526, 531, 532, 536, dan
540, yaitu:
a. Pelanggaran keamanan umum, seperti:
1) Mabuk di muka umum dan merintangi lalu lintas, menganggu
ketertiban, atau mengancam keamanan orang lain.
2) Menyebabkan kebakaran di muka umum.
b. Melakukan pelanggaran terhadap ketertiban, meliputi:
1) Membuat kegaduhan, keramaian sehingga mengaganggu
masyarakat.
2) Menggelandang.
3) Penadah.
4) Pemalsuan.
5) Perusakan informasi di muka umum.
c. Melakukan pelanggaran kesusilaan, meliputi:
1) Menyanyikan lagu, berpidato, dan menyebarkan tulisan yang
melangggar kesusilaan di muka umum.
2) Mabuk di muka umum.
E. Tinjauan Sanksi Pidana
1. Pengertian Sanksi Pidana
Sanksi pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah
kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan
memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain
dari pihak berwajib. Sanksi pidana merupakan suatu jenis sanksi yang
bersifat nestapa yang diancamkan atau dikenakan terhadap perbuatan
atau pelaku perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat menggangu
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
35
atau membahayakan kepentingan hukum. Sanksi pidana pada dasarnya
merupakan suatu penjamin untuk merehabilitasi perilaku dari pelaku
kejahatan tersebut, namun tidak jarang bahwa sanksi pidana diciptakan
sebagai suatu ancaman dari kebebasan manusia itu sendiri.
Pidana adalah penderitaan atau nestapa yang sengaja dibebankan
kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur syarat-
syarat tertentu. Pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu
nestapa yang dengan sengaja dilimpahkan Negara kepada pembuat delik
(Chazawi, 2002).
2. Jenis-jenis Pidana
Jenis-jenis pidana sebagaimana telah diatur dalam Pasal 10 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdiri atas:
a. Pidana Pokok
1) Pidana mati;
2) Pidana penjara;
3) Pidana kurungan;
4) Pidana denda;
5) Pidana tutupan
b. Pidana Tambahan
1) Pencabutan hak-hak tertentu;
2) Perampasan barang-barang tertentu;
3) Pengumuman putusan hakim.
Tujuan pemidanaan adalah mencegah dilakukannya kejahatan pada
masa yang akan datang, tujuan diadakannya pemidanaan diperlukan
untuk mengetahui sifat dasar hukum dari pidana. Muladi (2000)
mengistilahkan teori tujuan sebagai teleological theories dan teori
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
36
gabungan disebut sebagai pandangan integratif di dalam tujuan
pemidanaan yang beranggapan bahwa pemidanaan mempunyai tujuan
yang plural, yang merupakan gabungan dari pandangan utilitarian yang
menyatakan bahwa tujuan pemidanaan harus menimbulkan konsekuensi
bermanfaat yang dapat dibuktikan, keadilan tidak boleh melalui
pembebanan penderitaan yang patut diterima untuk tujuan penderitaan itu
sendiri, misalnya bahwa penderitaan pidana tersebut tidak boleh melebihi
ganjaran yang selayaknya diberikan pelaku tindak pidana.
3. Jenis Pidana bagi Anak
Berdasarkan ketentuan Pasal 69 Undang-undang No. 11 tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dinyatakan bahwa seorang anak
dapat dijatuhi pidana setelah berumur 14 tahun, sedangkan anak yang
belum berusia 14 tahun hanya dapat dikenai tindakan. Selanjutnya jenis
pidana dan tindakan yang dapat dijatuhkan bagi anak nakal. Selanjutnya
dalam Pasal 71 Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, anak dapat dijatuhi pidana sebagai berikut:
a. Pidana pokok
1) Pidana peringatan
2) Pidana dengan syarat:
a) pembinaan di luar lembaga
b) pelayanan masyarakat, atau
c) pengawasan
3) Pelatihan kerja
4) Pembinaan dalam lembaga, dan
5) Penjara
b. Pidana tambahan terdiri atas:
1) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, atau
2) Pemenuhan kewajiban adat
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
37
Selanjutnya apabila dalam hukum materiil diancam pidana kumulatif
berupa penjara dan denda, pidana denda diganti dengan pelatihan kerja.
Pelaksanaan pidana yang dijatuhkan kepada Anak dilarang melanggar
harkat dan martabat anak.
Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak menurut Pasal 82 ayat
(1) Undang-undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, meliputi:
a. Pengembalian kepada orang tua/Wali
b. Penyerahan kepada seseorang
c. Perawatan di rumah sakit jiwa
d. Perawatan di LPKS
e. Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang
diadakan oleh pemerintah atau badan swasta
f. Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau
g. Perbaikan akibat tindak pidana
F. Tinjauan tentang Narkotika
1. Pengertian Narkotika
Segi yuridis, menurut Undang-undang Narkotika Nomor 35 tahun
2009, arti narkotika dapat dilihat dalam Bab I Pasal 1 ayat (1)
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini.”
Memberikan suatu pengertian atau definisi tentang narkotika dewasa
ini tidaklah menimbulkan kesulitan, oleh karena narkotika bukan lagi
merupakan sesuatu hal yang baru di Negara ini, terutama dikalangan
ilmuwan dan prakrisi dari beberapa disiplin ilmu.Dimana narkotika
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
38
dalam perkembangan di era globalisasi saat ini sudah dibahas dalam
berbagai media baik itu media cetak ataupun media elektronik.Narkotika
dalam perkembangan saat ini sudah merupakan masalah yang global
yang dihadapi oleh hampir seluruh Negara di Dunia.
Narkotika berasal dari bahasa Yunani “narke” yang berarti terbius,
sehingga tidak merasakan apa-apa.Jadi narkotika merupakan suatu
bahan-bahan yang menumpulkan rasa, menghilangkan rasa nyeri dan
sebagainya (Soedarto, 2001).
Narkotika atau sering disebut sebagai drug adalah sejenis zat.Zat
narkotika ini merupakan zat yang memiliki ciri-ciri tertentu.Narkotika
adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi
mereka yang menggunakan dengan memasukkan ke dalam tubuh.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan , hilangnya rasa sakit, rangsangan
semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan
(Dirdjosisworo, 2003).
Narkotika atau zat yang menyebabkan ketidaksadaran atau
pembiusan, karena zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf
sentral atau saraf pusat dengan cara menghisap atau menyuntikan zat
tersebut secara terus menerus kedalam badan (Wresniwiro, 1999).
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik yang sintetis maupun semi sintetisnya yang dapat
menyebabkan penurunan atau penambahan kesadaran, hilangnya rasa,
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
39
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Menurut istilah kedokteran, narkotika adalah obat yang dapat
menghilangkan trauma rasa sakit dan nyeri yang berasal dari daerah
viresal atau alat-alat rongga dada dan rongga perut, juga dapat
menimbulkan efek stupor atau bengong yang lama dalam keadaan masih
sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Mardani, 2007).
Bosu (2002) memberikan pengertian bahwa narkotika adalah:
“sejenis zat yang apabila dipergunakan atau dimasukkan kedalam
tubuh sipemakai akan menimbulkan pengaruh-pengaruh seperti
berupa menenangkan, merangsang dan menimbulkan khayalan atau
halusinasi”.
Supramono (2009) menyatakan bahwa pengertian narkotika adalah:
“suatu obat yang merusak pikiran menghilangkan rasa sakit,
menolong untuk dapat tidur dan dapat menimbulkan kecanduan
dalam berbagai tingkat”
2. Jenis-jenis Narkotika
Setiap jenis obat dapat membahayakan tubuh bila digunakan
berlebihan dan tidak sesuai dengan aturan.Akibat atau efek yang
ditimbulkan terhadap tubuh manusia tergantung pada jenis narkotika
yang dipakai oleh sipemakai. Oleh karena bahaya narkotika tersebut
seperti pendapat para sarjana dan perundang- undangan, maka
Pemerintah Indonesia membagi penggolongan jenis-jenis narkotika
sebagaimana diatur dalam Bab III Pasal 6 ayat (1) Undang-undang No.35
Tahun 2009 Tentang Narkotika, terdiri atas 3 (tiga) golongan:
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
40
a. Narkotika Golongan I
Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Adapun jenis-jenis Narkotika
Golongan I yaitu:
1) Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya
termasuk buah dan jeraminya, kejuali bijinya.
2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh
dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya
mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan
pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
3) Opium masak terdiri dari:
a) Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui
suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan,
pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan
bahan-bahan lain dengan maksud mengubahnya menjadi
suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
b) Jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa
memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun
atau bahan lain.
c) Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing
d) Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon
dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya
e) Daun koka yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam
bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari
keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara
langsung atau melalui perubahan kimia.
f) Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun
koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan
kokaina.
g) Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan
semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami,
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
41
hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja
termasuk dammar ganja dan hasis.
b. Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Adapun jenis-jenis Narkotika
Golongan II misalnya, alfasetilmetadol, alfameprodina, alfametadol,
alfaprodina, alfentanil, alilprodina, anileridina, asetilmetadol,
benzetidin, benzilmorfina, betameprodina, betasetilmetadol,
bezitramida, dll.
c. Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Adapun jenis-jenis Narkotika
Golongan III misalnya, kodeina, nikodikodina, nikokodina,
norkadeina, dll.
Dari jenis-jenis narkotika diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis
narkotika sangat berpeluang besar menimbulkan ketergantungan dan
kecanduan bagi para pemakainya.Semua narkotika tersebut merupakan
obat-obat keras yang berbahaya, itu dikarenakan daya kerja obat ini
sangat keras dan dapat memberi efek ketagihan, merusak fisik dan psikis
manusia jika disalahgunakan dan dipakai berlebihan.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
42
3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika
Terdapat 3 (tiga) faktor yang dapat dikatakan sebagai “pemicu”
seseorang dalam penyalahgunaan narkotika menurut Badan Narkotika
Nasional Republik Indonesia (BNN RI) Tahun 2004 yaitu sebagai
berikut:
a. Faktor diri :
1) Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau
berfikir panjang tentang akibatnya di kemudian hari.
2) Keinginan untuk mencoba-coba karena penasaran.
3) Keinginan untuk bersenang-senang.
4) Keinginan untuk dapat diterima dalam suatu kelompok
(komunitas) atau lingkungan tertentu.
5) Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan
stimulant (perangsang).
6) Lari dari masalah, kebosanan.
7) Mengalami kelelahan dan menurunnya semangat belajar.
8) Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini
merupakan gerbang ke arah penyalahgunaan narkotika.
9) Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas-
puasnya.
10) Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan
menggunakan obat penghilang rasa lapar yang berlebihan.
11) Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima, atau tidak
disayangi, dalam lingkungan keluarga atau lingkungan
pergaulan.
12) Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
13) Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan
narkotika.
14) Pengertian yang salah bahwa mencoba narkotika sekali-kali
tidak akan menimbulkan masalah.
15) Tidak mampu atau tidak berani mengahadapi tekanan dari
lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan
narkotika.
16) Tidak dapat atau tidak mampu berkata tidak pada narkotika.
b. Faktor lingkungan:
1) Keluarga bermasalah (broken home).
2) Ayah, ibu, atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau
penyalahguna atau bahkan pengedar gelap narkotika.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
43
3) Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau
beberapa atau bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna
atau pengedar gelap narkotika.
4) Sering berkunjung ke tempat hiburan (cafe, diskotik, karaoke,
dll).
5) Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau
menganggur.
6) Lingkungan keluarga yang kurang atau tidak harmonis.
7) Lingkungan keluarga dimana tidak ada kasih sayang,
komunikasi, keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di
antara anggotanya.
8) Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh,
kurang/tanpa pengawasan.
9) Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar
rumah.
10) Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.\
11) Kehidupan perkotaan yang hirup piruk, orang tidak dikenal
secara pribadi, tidak ada hubungan primer, ketidakacuhan,
hilangnya pengawasan sosial dari masyarakat.
12) Pengangguran, putus sekolah dan keterlantaran.
c. Faktor ketersediaan narkotika:
1) Narkotika semakin mudah didapat dan dibeli.
2) Harga narkotika semakin murah dan dijangkau oleh daya beli
masyarakat.
3) Narkotika semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan
bentuk kemasan.
4) Modus operandi tindak pidana narkotika makin sulit diungkap
aparat hokum
5) Masih banyak laboratorium gelap narkotika yang belum
terungkap.
6) Sulit terungkapnya kejahatan komputer dan pencucian uang
yang bisa membantu bisnis perdagangan gelap narkotika.
7) Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi
pembuatan narkotika.
8) Bisnis narkotika yang menjanjikan keuntungan besar.
9) Perdagangan narkotika dikendalikan oleh sindikan yan kuat dan
profesional. Bahan dasar narkotika (prekursor) beredar bebas di
masyarakat. 10) 11
Faktor terjadinya penyalahgunaan narkotika secara garis besar
dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu (Mardani, 2008):
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
44
1) Kemudahan didapatinya obat secara sah atau tidak, status hukumnya
yang masih lemah dan obatnya mudah menimbulkan
ketergantungan;
2) Kepribadian meliputi perkembangan fisik dan mental yang labil,
kegagalan cita-cita, cinta, prestasi, jabatan dan lain-lain, menutup
diri dengan lari dari kenyataan, kekurangan informasi tentang
penyalahgunaan obat keras, bertualang dengan sensari yang penuh
resiko dalam mencari identitas kepribadian, kurangnya rasa disiplin,
kepercayaan agamanya minim;
3) Lingkungan, meliputi rumah tangga yang rapuh dan kacau,
masyarakat yang kacau, tidak adanya tanggung jawab orang tua dan
petunjuk serta pengarahan yang mulia, pengangguran, orang tuanya
juga kecanduan narkotika, penindakan hukum yang masih lemah,
dan kesulitan zaman.
Faktor-faktor tersebut diatas memang tidak selalu membuat
seseorang kelak menjadi penyalahgunaan obat terlarang.Akan tetapi
makin banyak faktor-faktor diatas, semakin besar kemungkinan
seseorang menjadi penyalahgunaan narkotika. Faktor individu, faktor
lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar
perannya dalam menyebabkan seseorang12menyalahgunakan narkotika.
Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang berasal dari
keluarga yang harmonis dan cukup komunikatif menjadi penyalahgunaan
narkotika (Mardani, 2008).
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
45
4. Dampak Penyalahgunaan Narkotika
Kondisi persoalan narkoba sangat rumit dan hampir tidak bisa
terdeteksi, karena terbentuknya jaringan antara produsen, pengedar, dan
pengguna merupakan jaringan yang bersifat underground terlebih lagi
keluarga juga sering cenderung menyembunyikan anggota keluarganya
yang menjadi korban narkotika karena berbagai alasan.
Tindak kekerasan atau kriminalitas sangat besar kemungkinan
muncul pada pecandu yang mulai kehabisan uang maupun barang untuk
dijual. Mereka sangat nekad dan tidak peduli, sehingga melakukan
kekerasan fisik, seperti pencurian, perampokkan serta berbagai tindakan
kriminal lainnya untuk mendapatkan apa yang diinginkan demi mendapat
pasokan narkotika (Suyono, 1999).
Berdasarkan efek yang ditimbulkan oleh narkotika itu sendiri dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Memberikan efek depresan, yaitu menekan sistem syaraf pusat dan
mengurangi aktivitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa
tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri.13
b. Bila dosis yang diberikan berlebihan dapat mengakibatkan kematian.
Jenis narkotika depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya
seperti morphin danheroin. Contohnya putaw.
c. Memberi efek stimulan, yaitu merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan antara lain
kafein, kokain, amphetamin. Contohnya shabu-shabu dan ekstasi.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
46
d. Memberi efek halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya
persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan
berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin
dari jamur-jamuran.
Selain itu ada juga yang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang
paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja (Abdalla, 2008).
Dampak penyalahgunaan narkotika seseorang sangat tergantung pada
jenis narkotika yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau
kondisi pemakai. Secara umum, dampak negatif penyalahgunaan
narkotika dapat terlihat pada fisik, psikis, maupun sosial seseorang.
a. Dampak fisik:
1) Gangguan pada sistem syaraf (neurologis) seperti: kejang-
kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti: infeksi akut otot jantung, gannguan peredaran darah.
3) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penanahan (abses),
alergi, eksim.
4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti : penekanan fungsi
pernafasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
5) Sering sakit kepala, mual-mual, muntah, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur. Dampak terhadap kesehatan
reproduksi adalah gangguan pada endokrin, seperti : penurunan
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
47
fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron),
serta gangguan fungsi seksual.
6) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan
antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi.
7) Bagi pengguna narkotika melalui jarum suntik, khususnya
pemakaian jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah
tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga
saat ini belum ada obatnya.
8) Penyalahgunaan narkotika bisa berakibat fatal ketika terjadi over
dosis yaitu konsumsi narkotika melebihi kemampuan tubuh
untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
b. Dampak psikis:
1) Lamban kerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah.
2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.
3) Menjadi ganas dan tingkah laku brutal.
4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh
diri.
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan
fisik akan mengakibat rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus
obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis
berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejala fisik dan
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
48
psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
membohongi orang tua, mencuri, pemarah dan manipulatif (Alkhaisar,
2013).
Menurut Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana (2008), akibat
dari penyalahgunaan narkotika dapat dibagi menjadi empat yaitu: 2215
a. Bagi diri sendiri, dampak pemakaian narkotika adalah sangat buruk
seperti:
1) Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal yaitu daya
ingat sehingga mudah lupa, sulit berkonsentrasi, perasaan yang
tidak rasional, turunnya motivasi dalam bidang kehidupan.
2) Intoksikasi (keracunan), gejala yang timbul akibat pemakaian
narkotika yang tidak sesuai dengan dosis atau takaran yang
dianjurkan cukup berpengaruh terhadap tubuh dan perilaku,
gejala yang ditimbulkan tergantung dari jenis, jumlah, dan cara
penggunaan seperti fly, mabuk, teler, dan koma.
3) Overdosis dapat menyebabkan kematian karena terhentinya
pernafasan atau pendarahan otak, dimana overdosis terjadi
karena pemakaian narkotika yang melebihi batas toleransi tubuh
atau karena pemakaian yang lama tanpa henti.
4) Gejala putus zat adalah gejala dimana apabila dosis yang dipakai
berkurang atau dihentikan pemakaiannya dimana berat atau
ringannya gejala tergantung pada jenis, dosis, serta lama
pemakaian.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
49
5) Berulang kali kambuh, ketergantungan akibat pemakian
narkotika menyebabkan crawling (rasa rindu) walaupun telah
berhenti memakai, baik itu terhadap narkotika atau
perangkatnya, kawan-kawan, suasana, serta tempat-tempat
pengguna terdahulu yang mendorong pengguna untuk memakai
narkotika kembali.
6) Gangguan mental/sosial dan perilaku adalah dimana
menimbulkan sikap acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri,
menarik diri dari pergaulan, serta hubungan dengan keluarga
yang terganggu. Terjadinya perubahan mentel dalam pemusatan
perhatian, belajar/bekerja yang lemah ide yang paranoid dan
lain-lain.
7) Masalah keuangan dan hukum, akibat keperluannya untuk
memenuhi kebutuhan akan narkotika maka si pemakai akan
berusaha untuk menipu, mencuri, menjual segala barang-barang
milik diri sendiri atau orang lain, akibat lain adalah ditangkap
polisi, ditahan, dan dihukum penjara, atau dihakimi masyarakat.
b. Bagi keluarga, dimana dampak yang ditimbulkan adalah suasana
nyaman dan tentram yang terganggu, orang tua yang menjadi malu
karena anggota keluarganya menjadi pengguna narkotika dan
kehidupan ekonomi keluarga yang merosot akibat penggunaan
narkotika oleh anggota keluarga tersebut.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
50
c. Bagi sekolah, narkotika dapat merusak disiplin dan motivasi yang
penting dalam proses belajar serta prestasi yang merosot dan
menciptakan iklim acuh tak acuh baik antara sesama murid maupun
guru serta pihak lainnya.
d. Bagi masyarakat, Bangsa dan Negara, narkotika dapat mengganggu
kesinambungan pembangunan, negara menderita kerugian karena
masyarakat yang tidak produktif serta tingkat kejahatan yang
meningkat.
5. Tindak Pidana Narkotika
UU. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika tidak memberikan definisi
secara khusus mengenai apa yang dimaksud dengan tindak pidana
narkotika itu sendiri, namun hanya merumuskan perbuatan-perbuatan
yang dianggap sebagai tindak pidana narkotika. Maka secara singkat
dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan tindak pidana narkotika
adalah suatu perbuatan yang melanggar ketentuan-ketentuan hukum
narkotika, dalam hal ini adalah UU No. 35/2009 Tentang Narkotika dan
ketentuan-ketentuan lain yang termasuk dalam ketentuan Undang-undang
tersebut.
Melihat tata hukum secara skematis, maka dapat dibedakan adanya
tiga sistem penegakan hukum, ialah sistem sistem penegakan hukum
perdata, sistem penegakan hukum pidana dan sistem penegakan hukum
administrasi. Berturut-turut sistem sanksi hukum perdata, sistem sanksi
hukum pidana dan sistemsanksi hukum administrasi (tata usaha negara).
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
51
Ketiga sistem penegakan hukum tersebut masing-masing didukung dan
dilaksanakan oleh alat perlengkapan negara atau biasa disebut aparatur
(alat) penegak hukum, yang mempunyai aturannya sendiri-sendiri pula.
Jenis-jenis Tindak Pidana Narkotika yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Supramono, 2009):
1) Pasal 111
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan
Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman.
2) Pasal 112
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan
Narkotika Golongan I bukan tanaman.
3) Pasal 113
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I.
4) Pasal 114
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam
jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I.
5) Pasal 115
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengakut, atau mentransito Narkotika Golongan I.
6) Pasal 116
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan
Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain.
7) Pasal 117
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II
8) Pasal 118
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
52
9) Pasal 119
Setiap orang yang tanpa hak atau melawah hukum menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam
jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan II.
10) Pasal 120
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan II.
11) Pasal 121
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan II terhadap orang lain atau memberikan
Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain.
12) Pasal 122
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan
Narkotika Golongan III.
13) Pasal 123
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III.
14) Pasal 124
Setiap orang yang tanpa hak atau melawah hukum menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam
jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan III.
15) Pasal 125
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan III.
16) Pasal 126
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan III terhadap orang lain atau memberikan
Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain.
17) Pasal 127
Setiap Penyalah Guna Narkotika Golongan I, II, dan III bagi diri
sendiri.
18) Pasal 128
Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak
melapo.
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
53
19) Pasal 129
Memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Prekursor
Narkotika untuk perbuatan Narkotika; Memproduksi, menimpor,
mengekspor, atau menyalurkan Prekursor Narkotika untuk
pembuatan Narkotika; Menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
menyerahkan Prekursor Narkotika untuk pembuatan Narkotika;
Membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Prekursor
Narkotika untuk pembuatan Narkotika.
20) Pasal 130
Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak
pidana Narkotika.
21) Pasal 131
Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika.
22) Pasal 133
Setiap orang yang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu,
memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan,
memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan, melakukan
tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup umur untuk
melakukan tindak pidana Narkotika; Untuk menggunakan Narkotika.
23) Pasal 134
Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur dan dengan sengaja
tidak melaporkan diri; Keluarga dari Pecandu Narkotika yang
dengan sengaja tidak melaporkan Pecandu Narkotika tersebut.
Undang-undang Narkotika mengatur sanksi pidana maupun tindakan
seperti rehabilitasi tetapi jika melihat sebenarnya Undang-undang
Narkotika mempunyai perbedaan dengan KUHP, berikut adalah
perbedaan Undang-undang Narkotika dibandingkan dengan KUHP
(Supramono, 2011):
a. Dalam undang-undang narkotika terdapat hukuman mati, hukum
penjara, hukuman denda. Selain itu terdapat sanksi adminisratif
seperti teguran, peringatan, denda adminisratif, penghentian
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
54
sementara kegiatan dan pecambutan izin serta hukuman tambahan
yang diatur dalam pasal 130 ayat (2) UU Narkotika, berupa:
1) Pencabutan izin usaha; dan/atau
2) Pencabutan status badan hukum.
Sedangkan dalam KUHP hukumannya berupa:
1) Hukuman Pokok
a) Hukuman mati
b) Hukuman penjara
c) Hukuman kurungan
d) Hukuman denda.
e) Hukuman Pidana Tutupan
2) Hukuman Tambahan
a) Pencabutan beberapa hak yang tertentu.
b) Perampasan barang yang tertentu.
c) Pengumuman keputusan hakim.
b. Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika sebagaimana diatur dalam
Undang-undang narkotika tersebut dengan pidana penjara yang sama
dengan orang melakukan kejahatan atau pelanggaran terhadap
ketentuan dalam Undang-undang narkotika ini, misalnya percobaan
untuk menyediakan narkotika golongan 1, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00
(delapan miliar rupiah). Sedangkan dalam KUHP, hukuman terhadap
orang yang melakukan percobaan adalah maksimum hukuman utama
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
55
yang diadakan bagi kejahatan dikurangkan dengan sepertiganya,
dalam hal percobaan.
c. Undang-Undang Narkotika bersifat elastis, seperti perubahan dari
Undang-Undang Narkotika Tahun 1997 berubah menjadi Undang-
Undang No.35 Tahun 2009, sedangkan KUHP tidak bersifat elastis
karena didalamnya mengatur banyak hal.
d. Perluasan Berlakunya Asas Teritorial, dalam hal ini Undang-Undang
Narkotika beserta pemerintah mengupayakan hubungan kerjasama
secara bilateral ataupun multilateral guna untuk pembinaan dan
pengawasan Narkotika, sedangkan KUHP hanya berlaku di
Indonesia.
e. Penggunaan pidana minimal dalam undang-undang narkotika
memberikan asumsi bahwa undang-undang tersebut diberlakukan
untuk menjerat pihak-pihak yang melakukan kejahatan dan
pelanggaran terhadap narkotika. Misalnya pidana minimal yang
terdapat dalam pasal 113 ayat (1) UU No.35 tahun 2009, sedangkan
dalam KUHP tidak mengenal pidana minimal, yang ada hanya
pidana maksimal, seperti dalam pasal 362 KUHP tentang pencurian.
Sanksi merupakan aktualisasi dari norma hukum yang mempunyai
karakteristik sebagai ancamaan atau sebagai sebuah harapan. Sanksi akan
dapat memberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan
sosialnya, di samping itu, sanksi ialah merupakan penilaian pribadi
seseorang yang ada kaitannya dengan sikap perilaku serta hati nurani
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018
56
yang tidak mendapatkan pengakuan atau dinilai tidak bermanfaat bila
ditaati. Pengaruh hukum dan konsep tujuan dapat dikatakann bahwa
konsep pengaruh berarti sikap tindak atau perilaku yang dikaitkan dengan
suatu kaidah hukum dalam kenyataan, perpengaruh positif atau
efektivitasnya yang tergantung pada tujuan atau maksud suatu kaidah
hukum. Suatu tujuan hukum tidak selalu identik dinyatakan dalam suatu
aturan dan belum tentu menjadi alasan yang sesungguhnya dari pembuat
aturan tersebut (Nawawi, 2004).
G. Putusan Nomor 18/pid.sud-anak/2017/pn.bks
Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak dapat diselesaikan
melalui proses diversi pada tahap penyidikan. Pada praktik hukum
dilapangan, tidak semua perkara narkotika yang dilakukan oleh anak bisa
diterapkan upaya diversi pada tahap penyidikan, untuk pasal penyalahgunaan
narkotika yang bisa diupayakan diversi. Masih terdapat kasus anak pelaku
penyalahgunaan narkotika yang diselesaikan melalui peradilan biasa seperti
ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak. Seperti proses hukum yang dialami anak di yang bernama
Muhammad Ricky Adriano warga Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi
Jawa Barat dengan bomor putusan 18/Pid.Sud-Anak/2017/PN.Bks, dengan
alasan bersalah menggunakan narkotika golongan I jenis sabu. Anak pelaku
penyalahgunaan narkotika ini, diancam pidana kurungan 1 (satu) tahun dan 4
(empat) bulan, dan pelatihan kerja selama 6 (enam) bulan dengan melanggar
Perlindungan Hukum Anak..., Dico Prima Satriawan, Fak. Hukum UMP 2018