Post on 24-Nov-2020
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Selama peneliti melakukan penelusuran terhadap beberapa skripsi,
penulis belum mendapatkan karya yang sama persis dengan penelitian yang
akan penulis teliti. Namun ada beberapa karya yang berkaitan, yaitu
mengenai penelitian karya sastra, pembaruan Islam. Di antaranya:
1. Skripsi Novyandha Tiara Andriawan (UMP, Fakultas Agama Islam, 2014)
yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Kubah Karya
Ahmad Tohari mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai
pendidikan agama Islam dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari.
Mengungkapkan tentang nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung
dalam novel Kubah karya Ahmad Tohari. Nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung dalam novel Kubah di antaranya adalah nilai
I‟tiqadiyyah, yaitu berkaitan dengan pendidikan keimanan. Nilai
Khulukuyyah, yaitu berkaitan dengan pendidikan etika. Dan yang terakhir
adalah nilai Amaliyyah, yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku
sehari-hari meliputi ibadah. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
peneliti saat ini adalah pada obyek dan hal-hal yang terkandung di dalam
penelitian antara nilai-nilai dengan pembaruan pendidikan Islam.
2. Skripsi Ahmad Syauki Mubarak (UMP, Fakultas Agama Islam, 2007)
yang berjudul Studi Analisis tentang Aspek-aspek Pendidikan Islam dalam
8
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
9
Ibadah Kurban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang aspek-
aspek pendidikan Islam yang terkandung dalam ibadah Kurban. Penelitian
ini bersifat deskriptif analisis yang berusaha memaparkan aspek-aspek
pendidikan Islam. Hasil penelitian ini adalah bahwa di dalam ibadah
Kurban terdapat aspek-aspek pendidikan Islam yaitu aspek aqidah, akhlaq,
rasa keindahan dan sosial kemasyarakatan yang semua saling melengkapi
dimana dalam pendidikan Islam dibutuhkan penanaman aqidah dan akhlak
sesuai dengan ajaran Islam yang disertai dengan rasa keindahan tanpa
mengesampingkan rasa sosial kemasyarakatan. Gambarannya pendidikan
Islam adalah pendidikan yang berlandaskan firman Allah dan Sunah Rasul
dan beserta Sunah Pencipta Alam. Tujuannya adalah menciptakan manusia
yang berkualitas yang diharakan mampu berperan sebagai khalifah di
bumi. Perbedaan yang nampak dalam penelitian yang dilakukan peneliti
saat ini terletak pada sifat penelitian, yaitu deskriptif analisis dengan
content analysis.
3. Skripsi Syamsul Ma‟arif (UMP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
2013) yang berjudul Perbandingan Religiusitas Tokoh Utama Antara
Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasery Basral dengan Jejak Sang
Pencerah Karya Didik L. Hariri. Obyek penelitian ini adalah kereligiusitas
tokoh utama yang terdapat pada novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery
Basral dengan Jejak Sang Pencerah karya Didik L. Hariri. Data yang di
gunakan adalah teks yang mengandung religiusitas tokoh utama yang
terdapat pada novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral dengan
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
10
Jejak Sang Pencerah karya Didik L. Hariri. Pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan struktural dan pendekatan moral. Pendekatan struktural
untuk mengetahui tokoh utama pada kedua novel dan pendekatan moral
digunakan untuk menguji kereligiusitasnya. Hasil penelitian ini
kereligiusitas yang di temukan meliputi lima aspek yaitu, aspek Ilmu,
aspek Amal, aspek Ihsan, aspek Islam, aspek Iman. Di dalam
perbandingan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan persamaan dan
perbedaan kereligiusitasnya tokoh utama yang terdapat pada beberapa
aspek religiusitas tokoh utama. Perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan peneliti saat ini adalah pada obyek dan hal-hal yang terkandung
di dalam penelitian antara perbandingan antara dua novel dengan
pembaruan pendidikan Islam.
Tiga penelitian di atas merupakan beberapa judul yang mengungkap
tentang seni sastra dan pemikiran pembaruan, dan pendidikan Islam.
Sedangkan penulis mencoba membuka ranah seni sebagai sarana dalam
penyampaian pembaruan yang digunakan dalam melakukan penelitian pada
novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral dengan judul pembaruan
pendidikan Islam K.H Ahmad Dahlan dalam novel Sang Pencerah karya
Akmal Nasery Basral. Menjadi fokus penelitian adalah analisis dan
pengungkapan tentang isi cerita yang terkandung dalam novel, yang
mengandung dan selaras dengan pembaruan pendidikan Islam, sehingga
kemudian memberikan penguatan bahwa dengan media karya sastra,
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
11
terutama novel, dapat pula memberikan kontribusi dan tambahan referensi
untuk materi di dalam pembaruan ajaran agama Islam.
B. Pembaruan
Istilah pembaruan berasal dari kata “baru”, yang dapat di sama artikan
dengan “kekinian”, “akhir”, “up-todate”, atau semacamnya. Bisa dikatakan
sebagai kebalikan dari “lama”, “kolot”, atau semacamnya. (Azizy, 2004: 5).
Istilah “pembaruan” berasal dari kata “baru” yang bermakna sesuatu
yang tidak pernah ada, tidak pernah dilihat, tidak pernah diketahui atau di
dengar sebelumnya. Pembaruan juga mengandung pengertian memperbaiki
supaya menjadi baru atau mengganti dengan yang baru (Harahap, 1997: 171).
Pembaruan perlu menjadi arah yang terbaik dalam menghadapi
perkembangan zaman yang begitu cepat berubah dari masa ke masa.
Pembaruan adalah proses, cara, perbuatan memperbarui (Moeliono,
2005: 109).
Pembaruan sesungguhnya lebih merupakan upaya atau usaha
perbaikan keadaan, baik dari segi cara, konsep dan serangkaian metode yang
bisa diterapkan dalam rangka mengantarkan keadaan yang lebih baik.
(Suwito, 2008: 161)
Harun Nasution dalam Lestari (2010: 88) pembaruan adalah suatu
aliran, gerakan, pemikiran, dan usaha untuk mengubah paham, adat istiadat
lama agar semuanya disesuaikan dengan pendapat dan keadaan baru yang
timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
12
Pembaruan sama halnya dengan modernisasi yang dasarnya adalah
suatu bentuk tindakan kultural yang amat penting dan berlangsung dalam
perangkat tradisi yang dinamis. (Madjid, 2000: 454)
Menurut Al-Maududi dalam Lestari (2010: 89) suatu gerakan dapat
disebut sebagai pembaruan jika:
1. Merupakan usaha perbaikan kondisi masyarakat dengan membersihkan
penyakit yang meracuninya.
2. Mencari letak permasalahan untuk menyelesaikannya.
3. Identifikasi kemampuan dirinya untuk melakukan pembaruan.
4. Upaya menciptakan perombakan pandangan dan pola pikir masyarakat ke
arah yang lebih baik.
5. Berijtihad
6. Active dan responsive mengembangkan aplikasi Islam
Menurut Azizy (2005: 9) langkah pembaruan pada dasarnya lebih
menekankan pada tiga hal, yaitu:
1. Progressive (kemajuan),
2. Scientific (ilmiah),
3. Rational (segala sesuatu harus masuk akal).
Jadi pada intinya, pembaruan merupakan suatu upaya positif membawa
kemajuan yang dilakukan dengan persiapan yang matang, sikap terbuka
terhadap perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan bertujuan untuk
mengimbangi serta menyetarakan bahkan mengoreksi kekurangan masa lalu
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
13
dengan kondisi saat ini dan saat yang akan datang agar terwujudnya keadaan
yang lebih baik.
C. Pendidikan Islam
Kegiatan pendidikan amat banyak macamnya, antara lain disebabkan
beranekanya segi kepribadian yang harus dibina oleh pendidikan. Pendidikan
Islam tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah Islam yang
telah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Pola pendidikan Islam memiliki
corak dan karakteristik yang berbeda, sejalan dengan upaya pembaruan yang
dilakukan secara terus menerus pasca generasi Nabi. pengertian yang luas
pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. (Tafsir, 2011: 5)
Pendidikan Islam terus mengalami perubahan baik dari segi kurikulum
(mata pelajaran), maupun dari segi lembaga pendidikan Islam yang dimaksud.
Telah tampak dan terjadi upaya perubahan secara alamiah (nature) dalam
pendidikan Islam (Suwito, 2008: 158).
Menurut Arifin (2011: 7) pendidikan Islam berarti sistem pendidikan
yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah
menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.
Menurut Arief (2002: 16) pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang
dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan
bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
14
khalifah Allah di muka bumi, berdasarkan kepada ajaran Al Qur‟an dan
sunah.
Sependapat dengan pengertian di atas, Daulay (2007: 3) Pendidikan
Islam adalah proses pembentukan manusia ke arah yang di cita-citakan Islam.
Menurut Jamal (1980: 7) yang dikutip Idi (2006: 46) pendidikan Islam
adalah usaha yang dilakukan Islam dalam rangka pembentukan masyarakat
baru sebagai lawan dari masyarakat Jahiliyyah.
Dari beberapa pendapat yang telah dikutip di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa
berakhlak mulia, mengajarkan ajaran agama Islam secara utuh diarahkan
kepada pembentukan kepribadian anak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan serta harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan
sebagaimana diharapkan oleh cita-cita Islam sebagai pemimpin di dunia,
sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Pendidikan Islam tetap terbuka
terhadap tuntutan kesejahteraan umat manusia baik tuntutan bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi maupun tuntutan pemenuhan kehidupan rohaniah.
Pendidikan Islam bersifat akomodatif terhadap tuntutan kemajuan jaman
sesuai acuan norma-norma kehidupan Islam.
Menurut Ramayulis (2011: vii) pendidikan Islam terdapat dua bagian,
yaitu pelaku pendidikan Islam dan komponen-komponen dasar pendidikan
Islam. Dapat di jelaskan lebih terperinci dua bagian tersebut, yaitu:
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
15
1. Pelaku Pendidikan Islam
a. Pendidik dalam Pendidikan Islam
Menurut Ramayulis (2011: 56) pendidik dalam pendidikan Islam
adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya
bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Sedangkan
yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah
agama, dan wewenang pendidik dilegitimasi oleh agama, sementara
yang menerima tanggung dan amanat adalah setiap orang dewasa.
Menurut Saebani (2009: 224) pendidik merupakan orang pilihan,
yang bukan hanya memiliki kelebihan ilmu pengetahuan melainkan
juga memiliki tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Tirtarahardja (2008:
54) pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik.
Moh. Fadhil al-Djamil yang dikutip Ramayulis (2011: 58)
menyebutkan bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan
manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat
kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh
manusia.
Pendidik adalah orang yang mendidik, karenanya secara implisit
ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung
jawab pendidikan yang dipikul di pundak orang tua, selain itu pendidik
juga menjadi pemimpin bagi anak didiknya dan sebagai pemimpin akan
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
16
diminta pertanggungjawabannya terhadap apa yang dipimpin, sesuai
dengan firman Allah pada Q.S Al Thuur: 21) yang artinya: “tiap-tiap
manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya” (Sutoyo dalam
Djamil, 2005: 229)
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu
mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah
SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai
makhluk individu yang mandiri. Di dalam Al Qur‟an dijelaskan
beberapa aspek karakter pendidik, yaitu (1) al-murabbi; (2) al-muallim;
(3) al-muzakki; (4) al-ulama; (5) al-rasikun fi al-„ilm; (6) ahl-al-dzikr;
(7) ulu al-bab; (8) al-muaddib; (9) al-mursyid; (10) al-muwa‟idz; (11)
al-faqih. (Nata, 2010: 160)
Tugas pendidik dalam pandangan Islam adalah mendidik, yaitu
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi
psikomotor, kognitif maupun potensi afektif. Potensi itu harus
dikembangkan secara seimbang sampai ke tingkat setinggi mungkin
menurut ajaran Islam. (Tafsir, 2012: 120)
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
17
Ahmadi (2014: 120) menggolongkan pendidik dalam pendidikan
Islam dipandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang
pendidik berperan sebagai:
1) Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
2) Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar
secara terus-menerus untuk mengembangkan penguasaan
keilmuannya.
3) Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi
setiap peserta didik di sekolah.
4) Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh para peserta didik, dan
5) Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik
diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan pendidiknya.
Menurut Muchtar (2008: 155) secara umum tugas pendidik
adalah:
1) Mujadid (مجادد) yakni sebagai pembaharu ilmu, baik dalam teori
maupun praktek, sesuai syariat Islam.
2) Mujtahid ( مجتهد ) yaitu sebagai pemikir yang ulung, dan
3) Mujahid (مجاهد) yaitu sebagai pejuang kebenaran terhadap agama
Allah SWT.
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
18
Pendidik adalah orang yang melakukan pertolongan kepada
peserta didik dalam proses pendidikan, pengajaran penanaman ilmu
yang tidak hanya di lingkungan sekolah, melainkan di dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat. Semua kegiatan yang di dalamnya terdapat
penanaman nilai Islam, norma Islam dan pengetahuan Islam maka
sudah dikatakan sebagai langkah mendidik sesuai tujuan Islam.
b. Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
Menurut Ramayulis (2011: 77) peserta didik adalah orang yang
sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara
fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri
dari seorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.
Menurut Mujib (2008: 103) peserta didik dalam pendidikan islam
adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia
dan di akhirat kelak.
Peserta didik cakupannya lebih luas daripada anak didik. Peserta
didik tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga orang dewasa.
Penyebutan istilah peserta didik ini bukan hanya orang-orang yang
belum dewasa dari segi usia, melainkan juga orang-orang yang dari segi
usia sudah dewasa, namun dari segi mental, wawasan, pengalaman,
keterampilan, dan sebagainya masih memerlukan bimbingan. (Nata,
2012: 173)
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
19
Menurut Mochtar (2008: 159) dalam menuntut ilmu (belajar)
terdapat beberapa prinsip peserta didik yang harus diperhatikan:
1) Ilmu yang dituntut adalah ilmu yang diridhai Allah SWT. Bukan
yang dilarang karena bertentangan dengan agama Islam.
2) Berniat baik dan ikhlas karena Allah SWT.
3) Beribadah dengan benar dan taat melaksanakan perintah Allah SWT
serta menjauhi larangan-Nya.
4) Bersungguh-sungguh, rajin dan ulet.
5) Bersikap hormat dan sopan kepada siapapun, terutama kepada
orangtua dan pendidik.
6) Mengajarkan dan mengamalkan ilmu yang telah di dapat.
Berdasarkan pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa
peserta didik adalah individu yang sedang memerlukan bimbingan dari
seorang pendidik. Peserta didik harus memiliki adab yang baik terhadap
pendidik supaya dapat memiliki ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain.
2. Komponen-komponen dasar Pendidikan Islam
a. Sumber Pendidikan Islam
Menurut Hans Wehr dalam Nata (2012: 73) kata Sumber dapat
diartikan starting point (titik tolak), point of origin (sumber asli), origin
(asli), source (sumber), infinitive (tidak terbatas), verbal nounce
(kalimat kata kerja), dan absolute or internal object (mutlak atau tujuan
yang bersifat internal).
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
20
Menurut Nizar (2005: 179) sumber pendidikan Islam dapat dibagi
kepada Al Qur‟an dan Hadist, yang kemudian akal (rasional) dan
intuisi (qalb) menjadi penerjemah dalam setiap isi ajarannya.
Menurut Razak (2011: 102) Sumber pendidikan Islam adalah Al
Qur‟an dan Sunnah. Kitab Al Qur‟an adalah kumpulan firman Allah
SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
Sunah adalah kumpulan kata-kata, perbuatan dan sikap nabi
Muhammad SAW yang dijadikan teladan bagi umat Islam
Lebih luas dijelaskan menurut Langgulung yang dikutip Nata
(2012: 75) bahwa sumber pendidikan Islam adalah Al Qur‟an, as
Sunah, ucapan para sahabat (mazhab al Shahabi), kemaslahatan umat
(mashalih al-mursalah), tradisi atau adat yang sudah di praktikkan
dalam kehidupan masyarakat (al-„urf), dan hasil ijtihad para ahli.
Sehubungan dengan pendapat di atas dapat di tarik suatu
kesimpulan bahwa sumber pendidikan Islam adalah yang utama adalah
Al Qur‟an yang memuat wahyu Allah SWT, dimana ajarannya
mencakup seluruh ilmu pengetahuan dan Sunnah yang merupakan
segala sesuatu yang datangnya dari Rasulullah SAW yang menjelaskan
lebih terperinci isi kandungan Al Qur‟an.
b. Tujuan Pendidikan Islam
Perlu diuraikan istilah “tujuan” atau “sasaran”, atau “maksud”
yang dalam bahasa bahasa Arab dinyatakan dengan kata-kata ghayat,
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
21
atau ahdaaf, atau maqasid. Dalam bahasa Inggris “tujuan” dikatakan
dengan goal, purpose, objectives atau aim. (Arifin, 2011: 53)
Ramayulis (2012: 22) pendidikan Islam bertujuan meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami
dalam pribadi manusia didik yang di ikhtiarkan oleh pendidik muslim
melalui proses yang terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian
Islam yang beriman, bertakwa, dan berilmu pengetahuan yang sanggup
mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat. (Arifin, 2011:
54). Sedangkan bertujuan untuk membina atau mengembalikan manusia
kepada fitrahnya yaitu kepada Rubbubiyah Allah sehingga mewujudkan
manusia yang berjiwa tauhid, takwa kepada Allah SWT, rajin beribadah
dan beramal shalih, ulil albab, serta berakhlakul karimah. (Muchtar,
2008: 128).
Di dalam Laporan Hasil World Conference on Muslim Education
yang pertama di Mekkah tanggal 31 Maret sampai 8 April 1977, yang
dikutip Idi (2006: 49) disebutkan:
“Education should aim at balanced growht of the total
personality of man through the Training of Mans spirit, intellect,
the rational self, feelings, and bodily senses. Education should
therefore carter for the growth of man in alk Ita aspects: spiritual,
Intellectual, imaginative, physical, Scientific, linguistic bot
individually and collectively and motivate al these aspect towards
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
22
goodness and the attainment of perfection. The ultimate aim of
Muslim Education lies in the realization of complete submission to
Allah on the level of individual, the community and humanity at
large”
(Pendidikan seharusnya bertujuan menimbulkan
pertumbuhan kepribadian total manusia secara seimbang, melalui
latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan
tubuh manusia. Oleh karena it
u, pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi
pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual,
imajinasi, fisik, ilmiah, linguistik baik secara individual maupun
kolektif dan memotivasi aspek tersebut untuk mencapai kebaikan
dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan Muslim terletak pada
realisasi kepasrahan mutlak kepada Allah pada tingkat individual,
masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya)
Demikian pula yang terjadi dalam tujuan pendidikan Islam,
bahwa penetapan tujuan akhir itu mutlak diperlukan dalam rangka
mengarahkan pembaruan segala proses, latihan, sejak dari perencanaan
program sampai dengan pelaksanaannya, untuk membentuk manusia
yang berkepribadian Islam yang beriman, bertakwa, dan berilmu
pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya agar tetap
konsisten dan tidak mengalami deviasi (penyimpangan) dari aturan dan
nilai-nilai agama. Tujuan pendidikan Islam lebih pada upaya
kebahagiaan di dunia dan di akhirat, menghamba diri kepada Allah
SWT, memperkuat keislaman, melayani kepentingan masyarakat Islam
dan akhlak mulia.
c. Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata
“Manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
23
bersama peserta didiknya untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap mereka. (Arief, 2002: 30)
Kurikulum (Manhaj) adalah seperangkat perencanaan dan media
untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan. (Mujib, 2008:122)
Adapun tentang pengertian kurikulum dalam pendidikan, maka
jika kita kembali kepada kamus-kamus bahasa Arab, maka kita dapati
kata-kata “manhaj” (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang, atau
jalan terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan.
(Nata, 2012: 121)
Menurut Hasan Langgulung (1988: 303) yang dikutip Ramayulis
(2011: 153) ada empat komponen kurikulum yaitu:
1) Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu.
2) Pengetahuan (knowledge), informasi-informasi, data-data, aktifitas-
aktifitas dan pengalaman-pengalaman.
3) Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai pendidik untuk
mendidik dan memotivasi.
4) Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam menilai dan
mengukur kurikulum.
Kurikulum yang baik dan relevan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan Islam adalah yang bersifat intergrated dan komprehensif
serta menjadiakan Al Qur‟an dan Hadist sebagai sumber utama dalam
penyusunannya. Al Qur‟an dan Hadist merupakan sumber utama
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
24
pendidikan Islam berisi kerangka dasar yang dapat dijadikan sebagai
acuan operasional penyusunan dan pengembangan kurikulum
pendidikan Islam. (Ramayulis, 2011: 155)
Menurut Ramayulis (2011: 155) kerangka dasar kurikulum
pendidikan Agama Islam, kerangka itu adalah tauhid dan perintah
membaca.
Dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan Islam adalah
suatu jalan yang dilalui dalam pencapaian tujuan pendidikan, yang
berisikan tujuan, pengetahuan, cara-cara mengajar, dan cara menilai,
yang bersifat integrated dan komprehensif .
d. Metode Pendidikan Islam
Metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya
pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana dalam menyampaikan
materi. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat
berproses secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar. (Arifin,
2011: 144)
Menurut Ahmadi (2014: 55) pengertian metode adalah suatu cara
atau pola yang digunakan dalam pendidikan, memberikan petunjuk
kepada pengajar dalam setting pengajaran maupun setting lainnya.
Menurut Ramayulis (2011: 185) metode adalah seperangkat cara,
jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
25
atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam suatu
model.
Metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam
penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan didasarkan atas
asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai suprasistem.(Mujib,
2006: 165).
Menurut Arief (2002: 41) metode pendidikan Islam adalah cara
yang dapat di tempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan
pendidikan Islam. Pengertian ini sependapat dengan Saebani (2009:
260) yang mengemukakan metode pendidikan Islam adalah cara-cara
yang ditempuh dan dilaksanakan dalam pendidikan Islam agar
mempermudah tercapainya tujuan pendidikan. Kemudian Saebani juga
menjelaskan metode yang diterapkan adalah:
1) Metode Al-Hikmah, yakni metode pendidikan Islam dengan
pemberian pemahaman ajaran Islam secara filosofis yang
bersandarkan pada nilai-nilai cinta dan kebijaksanaan, kemudian
bersifat persuasif dan menekankan pendekatan kasih sayang kepada
semua peserta didik.
2) Metode Al-Mau‟idhah, yakni metode pendidikan Islam yang
menerapkan nasihat-nasihat secara lisan maupun tulisan, melalui
berbagai perumpamaan, cerita, dan sindiran.
3) Metode Mujadalah atau debat, yakni metode pendidikan Islam yang
menggunakan perdebatan baik debat langsung atau polemik.
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
26
Menurut Muchtar (2008: 18) metode pendidikan Islam secara
garis besar terdiri dari lima metode, yaitu:
1) Metode Keteladanan (Uswah Hasanah), yaitu dengan memberikan
contoh atau teladan terhadap peserta didik bagaimana cara berbicara,
bersikap dan mengerjakan sesuatu atau cara beribadah.
2) Metode Pembiasaan, yaitu melaksanakan tugas atau kewajiban
secara benar dan rutin terhadap peserta didik diperlukan pembiasaan.
3) Metode Nasihat, yaitu pemberian petuah dan nasihat yang
bermanfaat kepada peserta didik.
4) Metode Memberi Perhatian, yaitu dengan memberikan pujian dan
penghargaan.
5) Metode Hukuman, yaitu penghargaan (reward/targhib)dan hukuman
(punishment/tarhib)
Peran metode dalam pendidikan sangatlah penting. Sehubungan
itu dianjurkan agar menggunakan metode yang menarik perhatian
peserta didik. Misalnya dalam pemberian nasihat di selingi oleh kisah-
kisah para Nabi, sahabat, atau orang-orang salih. Juga hendaknya
jangan hanya menggunakan satu metode saja, tapi gunakan juga
metode-metode yang lainnya. Lebih baik lagi apabila dengan disertai
menggunakan alat peraga (media). (Muchtar, 2008: 15)
Metode menjadi hal penting dalam setiap proses pendidikan Islam
melalui prosedur umum dalam menyampaikan materi dan penanaman
nilai-nilainya, karena dalam suatu pendidikan pasti akan membutuhkan
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
27
cara dalam penyampaiannya, agar materi yang disampaikan dapat
dipahami secara utuh oleh peserta didik yang ada.
e. Media Pendidikan Islam
Menurut Daradjat pengertian media pendidikan adalah sumber
belajar dan juga pengantar yang dapat membuat siswa mungkin
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. (Ramayulis, 2011:
203)
Menurut Saebani (2009: 245) pengertian media pendidikan adalah
sebuah perangkat atau alat yang digunakan dalam melaksanakan dan
dimanfaatkan untuk pendidikan, yang secara umum media pendidikan
bukan hanya perangkat dalam bentuk benda, tetapi ada yang bersifat
abstrak.
Ramayulis (2011: 204) mengklasifikasikan media/alat pendidikan
kepada dua bagian yaitu media pendidikan yang bersifat benda
(materiil) dan media pendidikan yang bukan bersifat benda (non
materiil).
Dapat disimpulkan bahwa media dalam pendidikan Islam adalah
seperangkat alat yang digunakan untuk membantu ketercapaian dalam
penanaman dan pemahaman peserta didik dalam mempelajari
pendidikan Islam melalui bantuan benda ataupun bukan bersifat benda.
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
28
f. Lembaga Pendidikan Islam
Menurut Nata (2010: 189) lembaga pendidikan adalah badan atau
organisasi yang melakukan kegiatan pendidikan yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai dan aturan.
Lembaga pendidikan Islam adalah suatu bentuk organisasi yang
diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga sosial, baik yang
permanen (rukun iman, rukun Islam) maupun yang berubah-ubah
(ijtihad, fiqih, akhlak, lembaga ekonomi, lembaga seni, lembaga politik,
lembaga negara), serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat
mengikat individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga
ini mempunyai kekuatan hukum tersendiri. (Mujib, 2008: 222)
Lembaga pendidikan Islam adalah suatu bentuk organisasi yang
diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga Islam, dan
mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan fungsinya, serta
mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang
berada di bawah naungannya, sehingga mempunyai kekuatan hukum
tersendiri (Ramayulis, 2011: 279)
Menurut Ramayulis (2011: 281) jenis lembaga pendidikan Islam
dari aspek penanggung jawabnya terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1) Lembaga Pendidikan In-Formal (keluarga)
2) Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah/Madrasah)
3) Lembaga Pendidikan Non-Formal (Masyarakat)
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
29
Menurut Hasbullah (2001: 131) wujud dari lembaga pendidikan
Islam adalah:
1) Masjid (surau, langgar, mushalla dan muanasah)
2) Madrasah dan pondok pesantren (kuttab)
3) Pengajian dan penerangan Islam (majelis ta‟lim)
4) Kursus-kursus keislaman (training)
5) Badan-badan pembinaan rohani
6) Badan-badan konsultasi keislaman
7) Musabaqah Tilawatil Quran.
Dari pemaparan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa lembaga pendidikan Islam adalah badan atau organisasi untuk
mengembangkan lembaga-lembaga Islam, lembaga dapat berupa
keluarga, sekolah dan masyarakat melalui jalur pendidikan yang
memuat nilai-nilai Islam dan terdapat dasar kekuatan hukum tersendiri.
D. Pembaruan Pendidikan Islam
Pembaruan pendidikan Islam merupakan suatu yang sangat penting
dalam menghadapi tantangan zaman. Pembaruan pendidikan Islam yang
dimaksud adalah pembaruan dalam pola pikir dan praktis. Sebagaimana
pendapat Lestari dalam bukunya (2010: 93), bahwa pembaruan pendidikan
Islam diartikan sebagai pembaruan pemikiran yang dilakukan dalam bidang
pemikiran maupun praktek pendidikan Islam.
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
30
Pembaruan pendidikan Islam pada dasarnya suatu upaya menciptakan
sosok Muslim yang memiliki kombinasi harmonis antara tradisi keulamaan
dan sifat intelektualisme dengan melalui peralatan ilmu dan wawasan
keislaman yang kokoh. (Shihab, 1999: 309)
Pembaruan pendidikan Islam memiliki langkah akselerasi (percepatan
menuju kesempurnaan dan kecanggihan) dengan adanya kemauan yang kuat,
komitmen yang tinggi dan konsistensi terhadap proses. Tanpa ada akselerasi,
pendidikan akan mengalami set back, tidak mampu mengikuti dinamika
zaman, apalagi memandu perubahan zaman yang berjalan secara cepat.
(Asmani, 2011: 227).
Pembaruan pendidikan Islam sebagai suatu upaya melakukan proses
perubahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan kondisi pendidikan Islam
dari yang tradisional (orthodox) ke arah yang lebih rasional, dan profesional
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suwito,
2008: 162).
Menurut Zuhairini (2011: 117) pola-pola pembaruan pendidikan Islam
pada garis besarnya terdapat tiga golongan yaitu:
1. Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat.
Melalui proses pendidikan dengan meniru (imitasi) pola pendidiakan yang
dikembangkan oleh negara Barat, sebagaimana dulu dunia Barat pernah
meniru dan mengembangkan sistem pendidikan Islam.
2. Gerakan pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber
Islam yang murni. Pola ini berpandangan bahwa Islam sendiri merupaka
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
31
sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu
pengetahuan modern. Islam sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada
hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan
kesejahteraan serta kekuatan bagi umat manusia.
3. Usaha pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada nasionalisme.
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola
kehidupan modern. Adanya keyakinan di kalangan pemikir-pemikir
pembaruan di kalangan umat Islam , bahwa pada hakikatnya ajaran Islam
bisa diterapkan dan sesuai dengan segala zaman dan tempat. Ide
pembaruan yang berorientasi pada nasionalisme sesuai dengan ajaran
Islam.
Sedangkan menurut Abuddin Nata (2004: 188) yang
mengklasifikasikan pola-pola pembaruan dalam pendidikan Islam menjadi
tiga yaitu golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern Barat,
gerakan pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber Islam
yang murni, dan pembaruan pendidikan Islam yang ber orientasi pada
nasionalisme.
Masalah pembaruan pendidikan Islam sebenarnya bermula dari
munculnya kesadaran kaum Muslim terpelajar pada kondisi pendidikan Islam
disertai keinginan untuk memperbaikinya dengan membuka diri terhadap ide-
ide pemikiran dari luar yang membawa perubahan (perbaikan). Mengenai
prosesnya sangat tergantung pada budaya dan tradisi masing-masing wilayah
atau negara bersangkutan. (Zurqoni, 2001: 108)
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
32
Tuntutan pembaruan pendidikan menjadi suatu keharusan dan
“pembaruan” pendidikan selalu mengikuti dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat. Baik pada konsep, kurikulum, sumber, proses, fungsi, tujuan,
lembaga-lembaga pendidikan dan sumber daya pengelola pendidikan
(Barnadib, 2003: 5).
Pembaruan pendidikan Islam adalah upaya perubahan melalui
pemikiran dan praktek pendidikan Islam dimulai dari konsep (berupa sumber
pendidikan), kurikulum, proses (berupa metode dan media pendidikan)
fungsi, tujuan, lembaga pendidikan dan sumber daya pengelola pendidikan
(berupa pendidik) dengan menggunakan langkah akselerasi (percepatan)
menggunakan pola imitasi yang diambil dari barat, pola pengamalan melalui
ajaran agama Islam yang murni dan pola nasionalisme dalam perubahan yang
berorientasi pada keislaman yang kokoh.
Pengaplikasian teori dalam pengkajian pembaruan pendidikan Islam K.H
Ahmad Dahlan dalam novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral, peneliti
mencoba mengkaji pembaruan pendidikan Islam yang dlilakukan K.H Ahmad
Dahlan semasa hidupnya dari sisi sebagai pelaku pendidikan Islam dan juga
menyikapi komponen-komponen dasar pendidikan Islam pada kurun waktu
tertentu. Peneliti menfokuskan penelitian ini pada pelaku pendidikan Islam dan
komponen-komponen dasar pendidikan Islam. Penelitan pelaku pendidikan Islam
yang dimaksud adalah pembaruan pendidik. Sedangkan penelitian komponen-
komponen dasar pendidikan Islam yang dimaksud adalah pembaruan dalam
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015
33
sumber pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam,
metode pendidikan Islam, media pendidikan Islam dan lembaga pendidikan Islam.
Pembaruan Pendidikan Islam..., Aji Yoga Piguna, Fakultas Agama Islam UMP, 2015