Post on 19-Jun-2018
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kecemasan
a. Pengertian
Cemas adalah suatu keadaan perasaan dimana individu merasa
lemah sehingga tidak berani untuk bersikap dan bertindak secara
rasional sesuai dengan yang seharusnya. Seseorang yang cemas akan
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas
asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2007).
Menurut Stuart (2007), ada beberapa teori yang menjelaskan
mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain :
1) Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya seseorang.
Ego atau aku berfungsi mengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2) Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan
dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri
rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
3) Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai
suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam
diri untuk menghindari kepedihan.
4) Teori Keluarga
Teori ini menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih
antara gangguan kecemasan dan depresi.
5) Teori Biologis
Teori ini menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang
berperan penting dalam biologis yang berhubungan dengan
kecemasan.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Kecemasan (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap
penilaian individu yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah
sadar dan tidak diketahu secara khusus penyebabnya (Depkes, 2008).
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi
sebagai stimulus ansietas (Videbeck, 2008).
Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa
khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu
kegiatan yang berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum
tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi
(Sadock & Sadock, 2010). Kecemasan adalah suatu keadaan tegang
yang berhubungan dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan-
perasaan bersalah, perasaan tidak aman dan kebutuhan akan kepastian.
Kecemasan pada dasarnya merupakan sebuah respons terhadap apa
yang terjadi atau antisipatif, namun faktor dinamik yang dapat
mempercepat kecemasan tidak disadari (Semiun, 2006).
Berdasarkan beberapa pengertian dari cemas di atas, dapat
disimpulkan, cemas adalah suatu reaksi emosional terhadap penilaian
individu yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan
tidak diketahui secara pasti penyebabnya.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Manfaat Kecemasan
Kecemasan juga dibutuhkan dalam hidup ini, tanpa ada sedikit
kecemasan yang sesuai dengan kenyataan, individu mungkin tidak
akan memperhatikan peristiwa-peristiwa akan datang yang sangat
penting bagi perlindungan dirinya. Tetapi kecemasan yang tidak wajar
(tidak sehat) akan memberatkan individu dan menyebabkan
kelumpuhan dalam memberikan keputusan dan melakukan tindakan-
tindakan (Semiun, 2006).
c. Ciri-Ciri Kecemasan
Menurut Nevid (2005), seseorang yang mengalami kecemasan
akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Ciri fisik dari kecemasan
Gelisah, gugup, banyak berkeringat, mulut atau
kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas
pendek, jantung berdetak kencang, suara yang bergetar, pusing,
merasa lemas, tangan yang dingin, sering buang air kecil, terdapat
gangguan sakit perut atau mual, muka memerah, leher atau
punggung terasa kaku, merasa sensitif atau mudah marah.
2) Ciri perilaku dari kecemasan
Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya akan
menunjukkan perilaku menghindar, perilaku melekat dan
dependen, ataupun perilaku terguncang.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3) Ciri kognitif dari kecemasan
Khawatir tentang sesuatu bahkan terhadap hal-hal sepele,
perasaan terganggu terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa ada
penjelasan yang jelas, sangat waspada, khawatir akan ditinggal
sendiri, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran, pikiran
terasa bercampur aduk atau kebingungan, ketakutan akan
ketidakmampuan menghadapi masalah, berpikir tentang hal-hal
yang mengganggu secara berulang-ulang.
d. Tingkat Kecemasan (Anxiety)
Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasan dibagi menjadi:
1) Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2) Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan
sesuatu yang terarah.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3) Ansietas berat
Kecemasan yang sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang cenderung memusatkan pada sesuatu yang
terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
memusatkan pada suatu area lain.
4) Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.
Pola pikir terpecah dari proporsinya karena mengalami
kehilangan kendali, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan pengarahan. Terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional,
dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
e. Penyebab Kecemasan
1) Kontribusi biologis
Daerah otak yang paling sering berhubungan dengan
kecemasan adalah sistem limbik, yang bertindak sebagai mediator
antara batang otak dan korteks. Batang otak yang lebih primitif
memonitor dan merasakan perubahan dalam fungsi-fungsi
jasmaniah kemudian menyalurkan sinyal-sinyal bahasa potensial
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
ini ke proses-proses kortikal yang lebih tinggi melalui sistem
limbik (Durand, 2007).
2) Kontribusi psikologis
Sense of control (perasaan mampu mengontrol) sejak dini
yang tinggi pada seseorang merupakan faktor psikologis yang
sangat rentan mengakibatkan kecemasan (Durand, 2007)
3) Kontribusi sosial
Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang menimbulkan
stress dapat memicu kerentanan terhadap kecemasan. Misalnya
masalah di sekolah, tekanan sosial untuk selalu menjadi juara
kelas, kematian orang yang dicintai, dan lain sebagainya
(Durand, 2007).
f. Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang meliputi hal berikut:
1) Potensi stresor
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang,
sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau
penyesuaian diri untuk menanggulanginya.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2) Maturasi (kematangan)
Individu yang matang yaitu yang memiliki kematangan
kepribadian sehingga akan lebih sukar mengalami gangguan
kecemasan, sebab individu yang matang mempunyai daya
adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul. Sebaliknya
individu yang berkepribadian tidak matang akan bergantung dan
peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami
gangguan kecemasan.
3) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan
dibanding dengan mereka yang tingkat pendidikannya tinggi.
Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh
terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan
akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi
baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru (Sarwono,
2000). Menurut Kemendikbud (2013), dalam Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan di Indonesia dibagi menjadi 2 tingkat yaitu tingkat
pendidikan dasar 9 tahun (SD, SMP) dan tingkat pendidikan
tinggi (SMA, PT).
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
4) Status ekonomi
Status ekonomi yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan
dibanding dengan mereka yang status ekonominya tinggi.
Menurut Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/60
Tahun 2013, tanggal 18 Nopember 2013 tentang Upah Minimum
Kabupaten (UMK) di Provinsi Jawa Tengah, dapat memberi
gambaran tentang status ekonomi masyarakatnya. Di Kabupaten
Banyumas, UMK mengalami kenaikan dari Rp 877.500,- pada
tahun 2013 menjadi Rp 1.000.000,- pada tahun 2014. Berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur tersebut, maka status ekonomi
masyarakat, dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Di bawah UMK (penghasilan ≤ Rp 1.000.0000)
b) Di atas UMK (penghasilan > Rp 1.000.000)
5) Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah pada seseorang akan
menyebabkan orang tersebut mudah mengalami gangguan
kecemasan.
6) Keadaan fisik
Individu yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,
penyakit badan, operasi, cacat badan lebih mudah mengalami
kecemasan. Disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik
juga akan lebih mudah mengalami kecemasan.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
7) Tipe kepribadian
Individu dengan tipe kepribadian tipe A lebih mudah
mengalami gangguan kecemasan dari individu dengan
kepribadian B. Adapun ciri – ciri individu dengan kepribadian A
adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna,
merasa buru – buru waktu, sangat setia (berlebihan) terhadap
pekerjaan, agresif, mudah gelisah, tidak dapat tenang dan diam,
mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot – otot mudah
tegang. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe B
mempunyai ciri – ciri yang berlawanan dengan individu
kepribadian tipe A.
8) Sosial Budaya
Cara hidup individu di masyarakat yang sangat
mempengaruhi pada timbulnya kecemasan. Individu yang
mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai falsafah
hidup yang jelas maka pada umumnya lebih sukar mengalami
gangguan kecemasan. Demikian juga keyakinan agama akan
mempengaruhi timbulnya kecemasan.
9) Lingkungan atau situasi
Individu yang tinggal pada lingkungan yang dianggap
asing akan lebih mudah mangalami kecemasan dibanding bila dia
berada di lingkungan yang biasa dia tempati.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
10) Usia
Ada yang berpendapat bahwa faktor usia muda lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada usia tua,
tetapi ada yang berpendapat sebaliknya. Miller (1992) dalam
Dariyo (2004) menyatakan bahwa tahap dimana seorang individu
mulai menunjukkan kematangan emosionalnya yaitu saat mulai
memasuki tahap usia dewasa. Dalam tahap ini, kemampuan
kognitif dan psikososialnya berkembang pesat sehingga mampu
berpikir secara abstrak, logis dan sistematis terutama pada saat
menghadapi suatu masalah yang menimbulkan kecemasan.
Menurut Depkes RI (2009), kategori usia dewasa dibagi menjadi
2, yaitu:
a) Usia dewasa: 26-45 tahun
b) Usia lanjut : ≥ 46 tahun
11) Jenis kelamin
Menurut Sadock dan Sadock (2010), perempuan lebih
cenderung mengalami gangguan kecemasan dari pada laki-laki.
Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuralita dan
Hadjam (2002), mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan
tingkat kecemasan antara pasien laki-laki dan perempuan yang
sedang menjalani rawat inap di rumah sakit.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
g. Pencegahan Kecemasan
Menurut Hawari (2008), kecemasan dapat dicegah dengan:
1) Makanan yang baik dan halal secara tidak berlebihan dan
mengandung gizi seimbang.
2) Tidur secukupnya, 7-8 jam semalam.
3) Olahraga, untuk meningkatkan kekebalan fisik dan mental,
minimal dengan jalan kaki, lari pagi atau senam.
4) Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
5) Banyak bergaul.
6) Pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari (manajemen
waktu yang baik dan kedisiplinan diri).
7) Rekreasi.
8) Mengatur keuangan dengan baik.
9) Kasih sayang, support dan motivasi.
h. Epidemiologi
Sekitar 6% dari populasi umum mengalami gangguan cemas.
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah gangguan yang paling
sering ditemui, terjadi pada 2-4% populasi. Gangguan ansietas lebih
sering terjadi pada perempuan dan usia paruh baya. Angka yang lebih
rendah terjadi pada laki-laki muda dan orang lanjut usia, walaupun
angka yang lebih rendah pada usia lebih dari 65 tahun mungkin
disebabkan karena kesulitan yang lebih besar mendeteksi
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
ansietas dengan instrumen standar pada populasi ini. Gangguan
ansietas juga dihubungkan dengan kesulitan sosio-ekonomi
(Katona, Cooper & Robertson, 2008).
i. Penanganan Gangguan Kecemasan
Jika kecemasan itu sudah sangat mengganggu dalam
kehidupan sehari-hari maka diperlukan tindakan untuk mengatasinya,
meliputi:
1) Terapi humanistika
Terapi yang berfokus pada membantu klien
mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan
dengan bereaksi pada kecemasan setiap kali perasaan-perasaan
dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati mulai muncul ke
permukaan (Nevid, 2005).
2) Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka berfokus pada penggunaan obat anti
cemas (anxiolytic) dan obat-obat anti depresan seperti Diazepam,
Clobazam, Bromazepam, Lorazepam, Meprobamate, Alprazolam,
Oxazolam, chlordiazepoxide HCl, Hidroxyzine HCl
(Hawari, 2008).
3) Terapi somatik
Terapi somatik dilakukan dengan memberikan obat-obatan
untuk mengurangi keluhan-keluhan fisik pada organ tubuh yang
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari stres, kecemasan
dan depresi yang berkepanjangan (Hawari, 2008).
4) Psikoterapi
Terapi dilakukan dalam sebuah group dan biasanya dipilih
group terapi dengan kondisi anggota yang satu tidak jauh beda
dengan anggota yang lain sehingga proses penyembuhan dapat
berjalan lebih efektif. Dalam psikoterapi ini dilakukan terapi
pernafasan dan teknik relaksasi ketika menghadapi kecemasan
serta sugesti bahwa kecemasan yang muncul adalah tidak realistis
(Hawari, 2008).
5) Terapi psikososial
Terapi psikososial adalah untuk memulihkan kembali
kemampuan adaptasi agar yang bersangkutan dapat kembali
berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-hari baik di
rumah, sekolah/kampus, di tempat kerja maupun di lingkungan
pergaulan sosialnya (Hawari, 2008).
6) Terapi psikoreligius
Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap
pikiran, kedekatan kepada Allah, dzikir dan doa-doa yang
disampaikan akan memberikan harapan positif (Hawari, 2008).
7) Pendekatan Keluarga
Dukungan (support) keluarga cukup efektif dalam
mengurangi kecemasan (Nevid, 2005).
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
8) Konseling
Konseling dapat dilakukan secara efisien dan efektif bila
ada motivasi dari kedua belah pihak, antara klien (orang yang
mendapat konsultasi) dan konselor (orang yang memberikan
konsultasi) (Hawari, 2008).
2. Diabetes Melitus
a. Definisi
Menurut ADA (2005), DM merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya dan
menurut kriteria diagnostik. Seseorang dikatakan menderita DM jika
memiliki kadar GDP ≥126 mg/dl atau GDS ≥200 mg/dl
(Perkeni, 2011).
Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Gustaviani, 2006).
b. Epidemiologi
Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalam rangka transisi
epidemiologik, suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan
dan penyakit. Konsep tersebut hendak mencoba menghubungkan
hal-hal tersebut dengan morbiditas dan mortalitas pada beberapa
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
golongan penduduk dan menghubungkannya dengan faktor sosio-
ekonomi serta demografi masyarakat masing-masing (Suyono,
2006).
c. Diabetes Melitus di Masa Datang
Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan
meningkat jumlahnya di masa datang, diabetes melitus adalah salah
satu diantaranya. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di
beberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di
negara bersangkutan. Peningkatan pendapatan perkapita dan
perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan
peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit
jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia, diabetes melitus,
dan lain-lain.
Data epidemiologik di negara berkembang memang masih
belum banyak. Oleh karena itu angka prevalensi yang dapat
ditelusuri terutama berasal dari negara maju (Suyono, 2006).
Diabetes melitus dapat menyerang masyarakat segala lapisan umur
dan sosial berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini
diperkirakan pada tahun 2020 nanti atau ada 178 juta penduduk
berusia > 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi diabetes melitus
sebesar 4% akan didapatkan 7 juta penderita (Utoyo, 2003).
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Diabetes melitus adalah penyakit menahun yang akan
diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam
pengelolaannya tidak hanya tim medis dan paramedis tetapi lebih
penting lagi keikutsertaan pasien sendiri dan keluarganya.
Diagnostik diabetes melitus didasarkan atas pemeriksaan kadar
glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan dengan
cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena
(Askandar, 2003; Darmono, 2007).
Tabel 2.1 Kadar GDS dan GDP sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosa DM
No. Teknik Bahan Konsentrasi (mg/dl)
Bukan DM
Belum pasti DM DM
1 GDS Plasma vena <100 100-199 ≥200 Darah kapiler <90 90-199 ≥200
2 GDP Plasma vena <100 100-125 ≥126 Darah kapiler <90 90-99 ≥100
(Sumber : Perkeni, 2011)
d. Kelompok risiko tinggi diabetes melitus:
1) Kelompok usia dewasa tua ( ≥ 45th )
2) Punya riwayat keluarga penderita diabetes melitus
3) Obesitas {Berat Badan(BB)(kg) ≥ 120%, dan BB ideal
(tinggi badan (cm)– 100 ) –10%}
4) Riwayat diabetes melitus pada kehamilan
5) Riwayat melahirkan bayi ≥ 4000 gr
6) Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
7) Dislipidemia (kadar HDL < 35 mg/dl dan atau
trigliserid > 250 mg/dl)
8) Pernah mengalami Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
e. Kriteria diagnostik diabetes melitus :
1) Kadar GDS (plasma vena) ≥ 200 mg/dl atau
2) Glukosa Darah Puasa (GDP) (plasma vena) ≥ 126 mg/dl (puasa
berarti tidak ada masukan kalori sejak 10 jam terakhir )
3) Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban
glukosa 75 gr pada Test Tolerance Glucosa Oral
(Suyono, 2006)
f. Menurut American Diabetes Association (2005), diabetes melitus
diklasifikasikan menjadi :
1) Diabetes melitus tipe I : Destruksi sel beta, umumnya menjurus
ke defisiensi insulin absolut. Terjadi melalui proses imunologik
dan idiopatik.
2) Diabetes melitus tipe II : Bervariasi mulai yang predominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3) Diabetes melitus tipe lain :
a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A,
leprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes
lipoatrofik, lainnya.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
c) Penyakit eksokrin pankreas: pancreatitis,
trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik,
hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya.
d) Endokrinopati: akromegali, sindroma cushing,
feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma,
aldosteronoma, lainnya.
e) Karena obat/zat kimia
f) Infeksi : rubella kongenital, CMV, lainnya.
g) Imunologi (jarang) : sindrom”Stiff-man”, antibodi anti
reseptor insulin, lainnya.
h) Sindrom genetik lain : sindrom Down, sindrom Klinefelter,
sindrom Turner, sindrom Wolfram’s, ataksia Friedreich’s,
chorea Huntington, sindroma Laurence-Moon-Biedl,
distrofi miotonik, porfiria, sindroma Prader Willi, lainnya.
4) Diabetes melitus kehamilan/gestasional
Secara tradisional diabetes kehamilan merupakan istilah
yang digunakan untuk perempuan yang menderita diabetes
selama kehamilan dan kembali normal sesudah hamil.
g. Gejala Klinis
Menurut Waspadji (2003) dari sudut pasien diabetes melitus
sendiri, hal yang paling sering menyebabkan pasien datang berobat
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
ke pelayanan kesehatan dan kemudian di diagnosis sebagai diabetes
melitus ialah keluhan :
1) Kelainan Kulit : gatal, bisul-bisul
2) Kelainan ginekologi : keputihan
3) Kesemutan, rasa baal
4) Kelemahan tubuh
5) Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
6) Infeksi saluran kemih
Pada pasien dengan diabetes melitus, sering terdapat keluhan
yang berbeda-beda. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi
pada daerah genital, ataupun daerah lipatan kulit lain seperti di
ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama
tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele
seperti luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Pada
perempuan, keputihan merupakan salah satu keluhan yang sering
menyebabkan pasien datang ke pelayanan kesehatan dan sesudah
diperiksa lebih lanjut ternyata diabetes melitus yang menjadi latar
belakang keluhan tersebut. Rasa baal dan kesemutan akibat sudah
terjadinya neuropati, juga merupakan keluhan pasien, disamping
keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-laki
terkadang keluhan impotensi menjadi alasan untuk datang berobat.
Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien datang berobat
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
ialah keluhan mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun
gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa yang
disebabkan hiperglikemia. Keluhan kabur tersebut mungkin pula
disebabkan kelainan pada corpus vitreum. Diplopia binokuler akibat
kelumpuhan sementara bola mata dapat pula merupakan salah satu
sebab pasien berobat ke pelayanan kesehatan (Waspadji, 2003).
h. Komplikasi Diabetes Melitus
Mansjoer, et al (2001) menyebutkan Diabetes melitus
merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan
terjadinya penyakit lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan
dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus, sehingga
berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal
lainnya. Komplikasi Diabetes melitus baik akut maupun kronis akan
mulai muncul setelah menderita lebih dari 3 tahun (Perkeni, 2006).
Komplikasi pada Diabetes melitus dibagi menjadi dua (Perkeni,
2006), yaitu :
1) Komplikasi Akut
a) Koma hipoglikemi
b) Ketoasidosis
c) Koma hiperosmolar nonketotik
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2) Komplikasi kronik
a) Makroangiopati,mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung (Acute Myocard Infark), pembuluh darah tepi,
dan pembuluh darah otak (stroke)
b) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetika
c) Neuropati diabetika
d) Katarak
e) Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru, gingivitis dan
infeksi saluran kemih
f) Kaki diabetika.
i. Pengelolaan Diabetes melitus
Tujuan pengelolaan diabetes melitus dibagi 2 (Perkeni, 2006), yaitu :
1) Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala diabetes melitus
dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.
2) Jangka panjang: mencegah penyulit baik makroangiopati,
mikroangiopati dan neuropati dengan tujuan akhir menurunkan
morbiditas dan mortalitas diabetes melitus.
Dengan kegiatan mengelola pasien secara holistik dan
mengajarkan perawatan mandiri. Pilar utama pengelolaan diabetes
melitus adalah penyuluhan, perencanaan makan, latihan jasmani, dan
obat berkhasiat hipoglikemi (Suyono, 2006). Dalam hal ini peran
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
psikiatri banyak diperlukan pada pilar pertama pengelolaan diabetes
melitus yaitu penyuluhan dengan menunjang perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya dan penyesuaian
keadaan psikologis serta kualitas hidup yang lebih baik (Suyono,
2006; Budihalim, Mudjadid dan Sukatman, 2006).
Salah satu prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi
diabetes melitus adalah memberikan dukungan dan nasehat positif
dan menghindari terjadinya kecemasan dan depresi dengan
mengingat sifat penyakit diabetes melitus yang menahun dan
berlangsung seumur hidup (Budihalim dan Sukatman, 2003).
Kriteria pengendalian diabetes melitus digunakan untuk dapat
dipergunakan sebagai acuan pengendalian diabetes melitus dan dapat
mendeteksi terjadinya komplikasi kronik. Perjalanan penyakit
diabetes melitus dapat terjadi komplikasi akut dan menahun.
Penyakit akut terdiri dari : ketoasidosis diabetika, hiperosmolar
non ketotik, dan hipoglikemia. Sedangkan pada penyakit
menahun terdiri dari : (1) Makroangiopati : pembuluh darah tepi
dan pembuluh darah otak, (2) Mikroangiopati : Retinopati diabetik,
dan Nefropati diabetik, (3) Neuropati, (4) Rentan infeksi, (5) Kaki
diabetik, dan (6) Disfungsi ereksi (Tjokroprawiro, 2003).
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3. Hubungan Antara Kecemasan dengan Diabetes Melitus
Perubahan besar terjadi dalam hidup seseorang setelah
mengidap penyakit DM. Ia tidak dapat mengkonsumsi makanan
tanpa aturan dan tidak dapat melakukan aktifitas dengan bebas tanpa
khawatir kadar gulanya akan naik pada saat kelelahan. Selain itu,
penderita DM juga harus melakukan pemeriksaan kadar gula darah
secara rutin dan pemakaian obat sesuai aturan. Seseorang yang
menderita penyakit DM memerlukan banyak sekali penyesuaian di
dalam hidupnya, sehingga penyakit DM ini tidak hanya berpengaruh
secara fisik, namun juga berpengaruh secara psikologis pada
penderita.
Saat seseorang didiagnosis menderita DM maka respon
emosional yang biasanya muncul yaitu penolakan, kecemasan dan
depresi, tidak jauh berbeda dengan penyakit kronis lain
(Taylor, 1995). Penderita DM memiliki tingkat depresi dan
kecemasan yang tinggi, yang berkaitan dengan aturan yang harus
dijalani dan terjadinya komplikasi serius. Kecemasan yang dialami
penderita berkaitan dengan aturan yang harus dijalani seperti diet
atau pengaturan makan, pemeriksaan kadar gula darah, konsumsi
obat dan juga olah raga. Selain itu, resiko komplikasi penyakit yang
dapat dialami penderita juga menyebabkan terjadinya kecemasan.
Penderita DM jika mengalami kecemasan, akan
mempengaruhi proses kesembuhan dan menghambat kemampuan
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
aktivitas kehidupan sehari-hari. Pasien diabetes yang mengalami
kecemasan memiliki kontrol gula darah yang buruk dan
meningkatnya gejala-gejala penyakit (Taylor, 1995). Kecemasan
merupakan hal yang tidak mudah untuk dihadapi oleh penderita DM.
Oleh karena itu, penderita DM tentu sangat membutuhkan dukungan
dari lingkungan sosialnya.
Gangguan kecemasan adalah perasaan yang tidak
menyenangkan yang meliputi perasaan khawatir, takut, was-was
yang ditimbulkan oleh pengaruh ancaman atau gangguan terhadap
sesuatu yang belum terjadi dan dapat mempengaruhi aktivitas.
Penderita DM merupakan suatu gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat, sehingga didapati hiperglikemi dan
glukosuria. Dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya.
Kecemasan dan depresi memang faktor-faktor yang
dapat membuat seseorang menjadi rentan dan lemah, bukan hanya
secara mental tetapi juga fisik. Penelitian terbaru membuktikan
kecemasan, depresi dan gangguan tidur malam hari adalah
faktor pemicu terjadinya penyakit diabetes khususnya di kalangan
pria (Amidah, 2002).
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
B. Kerangka Teori Penelitian
.
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
modifikasi teori menurut Stuart (2007), Perkeni (2006)
Karakteristik Pasien :
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
C. Kerangka Konsep Penelitian
.
Keterangan :
: Obyek yang diteliti
-----------> : Obyek yang tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Pasien :
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan suatu proposisi atau anggapan yang
mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan
atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut
(Supranto, 2009). Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan tingkat kecemasan pada pasien diabetes melitus.
2. Ada hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status ekonomi, dan lama di diagnosa DM) pada pasien
diabetes melitus dengan tingkat kecemasan.
3. Karakteristik lama di diagnosa diabetes melitus merupakan karakteristik
pasien yang paling dominan berhubungan dengan tingkat kecemasan.
Hubungan Karakteristik Pasien..., Ratna Trisnawati, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013