Post on 07-Nov-2021
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi memiliki unsur-unsur yang sangat penting, berdasarkan penjelasan
menurut Lasweell unsur-unsur komunikasi tersebut memiliki lima jenis yang saling
berkaitan satu sama lain (Mulyana, 2013:69-71), yaitu :
a. Sumber (source) Sering disebut sebagai pengirim (sender), penyandi (encoding),
komunikator, pembicara (speaker). Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.
b. Pesan yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan
merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut. Pesan sebenarnya adalah
suatu hal yang sifatnya abstrak (konseptual, ideologis, dan idealistik).
c. Saluran atau media yaitu alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan
pesannya kepada penerima. Saluran dibagi menjadi dua yaitu langsung (tatap
muka) atau melalui media (cetak dan elektronik).
d. Penerima (receiver) Sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikan,
penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar, penafsir, yaitu orang yang
menerima sumber.
e. Efek Yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.
Efek komunikasi ini berupa efek psikologis yang terdiri dari tiga hal:
1. Pengaruh kognitif Dengan komunikasi, seseorang menjadi tahu tentang
sesuatu. Komunikasi berfungsi untuk memberikan informasi.
2. Pengaruh afektif Dengan pesan yang disampaikan terjadi perubahan perasaan
atau sikap.
8
3. Pengaruh konatif Pengaruh yang berupa tingkah laku atau tindakan. Karena
menerima pesan dari komunikator atau penyampai pesan, komunikan bisa
bertindak untuk melakukan sesuatu.
Salah satu dari unsur-unsur komunikasi diatas dapat mewakili bagaimana
simbol nonverbal yang digunakan dalam tradisi Male memiliki unsur pesan, dimana
simbol nonverbal ini memiliki perasaan, nilai, gagasan, atau maksud dari jalannya
sebuah tradisi Male tersebut. Sehingga masyarakat yang menjadi penerima pesan
akan memahami maksud dari adanya penggunaan simbol nonverbal tersebut di
dalam tradisi Male.
2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal
2.2.1 Sifat Komunikasi
Menurut Effendy dalam bukunya (Bungin, 2009:34) menjelaskan sifat
komunikasi sebagai berikut :
a. tatap muka (face –to face)
b. Bermedia (mediated)
c. Verbal (verbal)
1) Lisan (oral)
2) Tulisan/cetak (written/printed)
d. Nonverbal (non-verbal)
1) Kial/isyarat badaniah (gestural)
2) Bergambar (pictorial)
2.2.2 Pengertian Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal sederhananya merupakan komunikasi yang tidak
menggunakan kata – kata, melainkan gerakan tubuh atau bahasa isyarat, selain itu
juga penggunan bahasa nonverbal dapat melalui penggunaan objek seperti pakaian
yang di gunakan, gaya rambut atau objek lainnya yang memiliki sebuah makna dan
tidak menggunakan sebuah kata. Sedangkan menurut Burgoon dan Saine dalam
bukunya Alo Liliweri mengatakan bahwa komunikasi nonverbal merupakan
tindakan atribusi (lebih dari penggunaan kata-kata) yang dilakukan seseorang
9
kepada orang lain untuk bertukar makna, yang selalu dikirimkan dan diterima
secara sadar dan untuk mencapai umpan balik atau tujuan tertentu (Liliweri,
2002:175).
Hal ini tampak jelas bagaimana komunikasi nonverbal sebagai cara untuk
berkomunikasi melalui pernyataan wajah, gerakan tubuh ataupun kontak mata.
Sehingga cara-cara yang dilakukan melalui komunikasi nonverbal sangatlah
penting bagi kehidupan sehari-hari.
2.2.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal
Dilihat dari fungsinya, dalam hubungannya dengan prilaku nonverbal
mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut.
• Komunikasi Nonverbal menyampaikan Makna
Komunikasi nonverbal dapat menyampaikan banyak makna ketika
komunikasi verbal tidak efektif dikarenakan hambatan bahasa. Hambatan
bahasa hadir ketika seseorang belum belajar berbicara atau kehilangan
kemampuan untuk berbicara. Misalnya, bayi yang belum mengembangkan
keterampilan bahasa membuat ekspresi wajah, pada usia beberapa bulan, yang
mirip dengan orang dewasa yang dapat menghasilkan makna (Leonard,
2012:186).
• Komunikasi Nonverbal Mempengaruhi Orang Lain
Komunikasi nonverbal dapat digunakan untuk mempengaruhi orang dalam
berbagai cara, tetapi cara yang paling umum adalah melalui penipuan.
Penipuan biasanya dianggap sebagai tindakan yang disengaja mengubah
informasi untuk memengaruhi orang lain, yang berarti bahwa hal itu
melampaui kebohongan untuk menyembunyikan, menghilangkan, atau
membesar-besarkan informasi. Sementara komunikasi verbal yang harus
disalahkan atas konten penipuan, komunikasi nonverbal yang menyatakan
dengan bahasa melalui tindakan menipu menjadi lebih meyakinkan, karena
sebagian besar orang-orang percaya bahwa komunikasi nonverbal lebih
kredibel dari pada komunikasi verbal. Seseorang mengendalikan komunikasi
nonverbal ketika seseorang tersebut terlibat dalam hal penipuan. Demikian
10
juga, mencoba untuk mengevaluasi komunikasi nonverbal orang lain untuk
menentukan kebenaran pesan mereka. Misalnya: orang-orang yang terlibat
dalam penipuan karena berbagai alasan, termasuk untuk memaafkan
kesalahan-kesalahan orang, bersikap sopan kepada orang lain, atau untuk
mempengaruhi perilaku serta persepsi orang lain (Leonard, 2012:186).
• Komunikasi Nonverbal Mempengaruhi Hubungan
Pesan nonverbal yang dikirim dan diterima mempengaruhi hubungan
dengan cara positif dan negatif dan dapat bekerja untuk menyatukan orang atau
memisahkan. Komunikasi nonverbal dalam bentuk tanda ikatan, perilaku
kedekatan, dan ekspresi emosi hanyalah tiga dari banyak contoh yang bisa
menggambarkan bagaimana komunikasi nonverbal mempengaruhi hubungan
antara manusia. (Leonard, 2012:186).
• Komunikasi Nonverbal Mengatur Aliran Percakapan
Interaksi percakapan disamakan dengan tarian, di mana setiap orang harus
bergerak dan bergiliran tanpa menginjak kaki orang lain. Komunikasi
nonverbal dapat membantu untuk mengatur sebuah percakapan, sehingga saat
memulai pembicaraan suasana canggung dapat terhindarkan. Pitch, yang
merupakan bagian dari vokal, membantu dalam memberi petunjuk kepada
orang lain tentang niat percakapan komunikator. Pitch naik biasanya
menunjukkan pertanyaan dan pitch turun menunjukkan akhir pemikiran atau
akhir giliran percakapan. Seseorang menggunakan nada turun untuk
menunjukkan penutupan, yang bisa sangat berguna di akhir pidato untuk
memberi sinyal kepada audiens bahwa telah menyelesaikan pidato tersebut,
yang memberi tanda tepuk tangan dan mencegah keheningan yang canggung
yang akhirnya diakhiri oleh pembicara seperti kata " Terima kasih. " (Leonard,
2012:186).
11
• Komunikasi Nonverbal Mengungkap Identitas Seseorang
Komunikasi nonverbal dapat mengekspresikan atau mengungkapkan
identitas seseorang, dalam hal ini identitas seseorang dapat terlihat dari cara
orang tersebut mengatur ruang hidup, bekerja, pakaian yang digunakan,
pembawaan diri, dan aksen serta nada suara. Tubuh fisik juga dapat memberi
kesan kepada orang lain tentang identitas seseorang.
Selain tubuh fisik, artefak yang merupakan objek dan harta benda yang
mengelilingi kebuTuhan kehidupan seseorang, juga salah satu yang bisa
mengkomunikasikan suatu identitas seseorang tersebut. Contoh artefak
termasuk pakaian, perhiasan, dan dekorasi ruangan yang ada di rumah. Dalam
semua contoh sebelumnya, norma implisit atau aturan eksplisit dapat
memengaruhi cara seseorang menampilkan diri secara nonverbal. Sebagai
contoh, di tempat kerja tertentu itu mungkin menjadi norma (implisit) bagi
orang-orang di posisi manajemen untuk berpakaian santai, atau mungkin aturan
(eksplisit) bahwa berbagai tingkat karyawan mengenakan seragam yang
berbeda atau mengikuti kode pakaian tertentu. seseorang Menggunakan
komunikasi nonverbal untuk mengekspresikan karakteristik identitas yang
tidak cocok dengan dirinya yang sebenarnya. Melalui perubahan pada sinyal
nonverbal, orang yang cakap dapat mencoba untuk terlihat tidak berdaya, orang
yang bersalah dapat mencoba untuk terlihat tidak bersalah, atau orang yang
tidak mendapat informasi dapat mencoba terlihat kredibel (Leonard,
2012:186).
Lima fungsi yang sudah dijelaskan tadi, salah satunya memiliki
keterkaitan dengan kajian yang akan peneliti bahas, dimana kajian ini ingin
mengetahui makna komunikasi nonverbal dari telur yang digunakan serta
waktu dalam pelaksanaan tradisi Male tersebut. fungsi yang berkaitan ini
adalah fungsi identitas diri. Seperti yang sudah dijelaskan beserta contohnya,
bagaimana fungsi komunikasi nonverbal dalam menyampaikan identitas diri
ini, bisa terlihat melalui artefak ataupun benda-benda yang sering digunakan,
ataupun juga benda-benda yang berada disekeliling kehidupan seseorang
12
tersebut. Hal ini bisa menggambarkan secara nonverbal bagaimana identitas
seseorang jika orang lain melihat, seperti budaya dan status sosialnya.
Peneliti bisa mengasumsikan bahwa, dalam fungsi komunikasi nonverbal
di atas, dan komunikasi nonverbal yang ada pada penelitian ini, memiliki
kesamaan fungsi, yang dimana tradisi Male ini memiliki suatu simbol
nonverbal yang digunakan dalam suatu perayaan untuk memperingati Maulid
Nabi ini entah itu penggunaan simbol artefak, maupun penggunaan simbol-
simbol nonverbal lainnya yang hal ini merupakan suatu identitas tradisi yang
berada di kampung loloan timur yaitu tradisi Male. Orang yang mengetahui
ataupun yang sudah pernah melihat tradisi Male ini akan memiliki penilaian
yang sama jika melihat suatu simbol-simbol tertentu yang digunakan pada saat
perayaan Maulid Nabi ini merupakan suatu tradisi Male yang berada pada
kelurahan Loloan Timur.
2.2.4 Klasifikasi Pesan Nonverbal
Prilaku nonverbal datangnya dengan secara tiba-tiba, tanpa disadari manusia
tidak pernah diajarkan dalam berkomunikasi melalui gerakan tubuh, komunikasi
nonverbal membantu seseorang dalam mempertegas komunikasi verbal atau
sebagai pertanda diri yang tidak disadari melalui objek yang digunakan ataupun
dilihat. Dalam hal ini asal usul komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari.
Klasifikasi komunikasi nonverbal terdapat sepuluh sub kategorti menurut Deddy
Mulyana, dalam bukunya Ilmu Komunikasi suatu pengantar, sebagai berikut:
a. Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh ini meliputi semua pergerakan anggota badan yang bisa
memberikan suatu isyarat yang mengandung suatu pesan yang bisa disampaikan.
Bahasa tubuh ini diklasifikasikan lagi menjadi :
• Isyarat Tangan
• Gerakan Kepala
• Postur Tubuh dan Postur Kaki
• Ekspresi wajah dan Tatapan Mata (Deddy Mulyana, 2013:353-372)
13
b. Sentuhan
Sentuhan bisa disebut haptika, haptika ialah studi tentang sentuh menyentuh.
Sentuhan ini menurut heslin, memiliki lima kategori, yang merupakan rentang
dari yang sangat impersonal hingga personal. Kategori ini sebagai berikut:
• Fungsional – profesional : sentuhan ini merupakan sentuhan yang bersifat
dingin dan mengarah keperluan bisnis, contoh seorang pelanggan dibantu
oleh pegawai toko untuk memilih baju.
• Sosial – Sopan : sentuhan ini membangun dan untuk memperteguh
pengharapan. Contohnya berjabat tangan.
• Persahabatan – Kehangatan. : sentuhan ini merupakan sentuhan yang
memiliki suatu hubungan yang akrab atau afeksi. Contohnya dua orang
sahabat yang saling merangkul karena jarang bertemu.
• Cinta – Keintiman : sentuhan ini memiliki keterkaitan emosional yang satu
dengan yang lainnya. Contohnya orang yang sedang memeluk.
• Rangsangan seksual : sentuhan ini merupakan sentuhan yang memiliki
motif yang bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna
cinta atau keintiman
c. Parabahasa
Parabahasa, atau biasa disebut dengan vokalika (vocalics), ialah segala
sesuatu yang merujuk pada aspek-aspek suara yang tidak dapat dipahami, seperti
contoh:
• Kecepatan Berbicara
• Nada (tinggi atau rendah)
• Intensitas (volume)
• Intonasi
• Kualitas vokal (kejelasan)
• Warna suara
• Dialek
• Suara Serak
• Suara Sengau
Meskipun aspek-aspek dalam parabahasa ini erat kaitannya dengan
komunikasi verbal, namun aspek-aspek tersebut harus dianggap bagian dari
14
komunikasi nonverbal karena erat kaitannya dengan perasaan pembicara
mengenai pesannya.
d. Penampilan fisik
Ialah unsur-unsur seseorang dalam tampilan yang mengandung sebuah pesan,
setiap orang mempunyai persepsi sendiri mengenai tampilan fisik sesorang baik
itu dari busana dan karekteristik seseorang.
e. Bau-bauan
Bau-bauan juga bisa untuk menyampaikan pesan atau memberi suatu tanda
contohnya saja seperti hewan, hewan menggunakan bau-bauan mereka untuk
menandai suatu wilayah, atau bisa juga untuk memastikan keadaan musuh dan
menarik lawan jenis mereka. Hal ini juga dilakukan saat seseorang melakukan
sholat jum’at karena dianjurkan untuk menggunakan wewangian.
f. Orientasi ruang dan Jarak Pribadi
Orientasi ruang dan jarak pribadi dibagi menjadi dua :
• Ruang pribadi vs ruang publik.
Ruang pribadi disini dimaksudkan bahwa setiap orang memiliki ruang pribadi
mereka, dimana ruang pribadi tersebut jika ada yang memasukinya orang itu
akan terganggu dengan kehadirannya. Dalam wilayah publik, dimana seseorang
bebas memasuki atau meninggalkannya tetapi dengan pengecualian tertentu
seperti hanya boleh dimasuki oleh kalangan tertentu atau syarat tertentu.
Contonhnya rumah, yakni rumah adalah ruang pribadi yang bebas dimasuki dan
digunakan oleh orang yang memilikinya.
• Posisi duduk dan Pengaturan Ruang
Posisi duduk memiliki suatu pesan dan makna, bagaimana seseorang memilih
tempat duduk diruang kelas antara depan, tengah dan belakang boleh jadi
memilki penafsiran kalau di depan, mungkin dianggap orang pandai, kalau di
tengah diindentikkan dengan kerendahan hati, dan belakang diasosiakan
memiliki sifat bodoh atau pemalas.
Pengaturan ruangan juga mempengaruhi suasana komunikasi. Seperti
penataan furnitur, jika bos yang duduk dibelakang meja kantornya cenderung
15
ingin menunjukan statusnya sebagai atasan dan pesan nonverbalnya seakan akan
“mengajak untuk berbicara formal”
g. Konsep waktu
Waktu menentukan hubungan antar manusia. Pola hidup manusia dalam
waktu dipengaruhi budayanya. Bagaimana manusia memperlakukan waktu
secara simbolik menunjukan sebagian dari jati dirinya dan bagaimana kesadaran
seseorang akan lingkungannya tersebut. Bila seseorang memperlakukan waktu
dengan baik, maka waktu akan memberikan pesan terhadap dirinya (Mulyana,
2013:416)
h. Diam
Ruang dan waktu merupakan bagian hidup seseorang yang dapat diberi
makna. Jhon Cage mengatakan, tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong.
Selalu ada sesuatu untuk dilihat, sesuatu untuk di dengar. Sebenarnya
bagaimanapun seseorang berusaha untuk diam, hal itu tidak dapat
melakukannya. (Mulyana, 2013:424)
i. Artefak
Artefak merupakan benda apa saja yang dihasilkan oleh kecerdasan manusia.
Aspek ini merupakan perluasan yang lebih jauh dari pakaian dan penampilan.
Benda yang digunakan setiap hari untuk memenuhi kebuTuhan hidup manusia
dan dalam interkasi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu.
Contohnya bila barang mahal sering terpajang di rumah seseorang mungkin saja
pemilikinya adalah orang yang berduit padahal orang yang memilikinya hanya
pekerja buruh yang rajin menabung.
j. Warna
Warna juga bisa menunjukan atau menggambarkan suasana emosional, cita
rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama. Contohnya di
bendera Indonesia bagaimana warna putih menggambarkan kesucian serta warna
merah melambangkan keberanian. Warna bersifat simbolik sehingga bisa juga
menimbulkan pertikaian. (Mulyana, 2013:429).
16
Berdasarkan hasil dari klasifikasi di atas, komunikasi nonverbal yang terdapat
dalam tradisi Male memasuki klasifikasi yang pertama adalah artefak dimana
artefak ini meliputi telur Male dan beberapa jenis replika yaitu replika perahu,
masjid dan buah. Sedangkan klasifikasi yang kedua adalah konsep waktu yang
menjelaskan bagaimana penggunaan waktu dalam tradisi Male dilakukan saat
perayaan Maulid.
2.3 Makna
Makna merupakan suatu hal yang sulit untuk dipahami dan di mengerti, karena
harus mengetahui apa maksud dari suatu kata tersebut. Menurut Tjiptadi Jika suatu
kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu
maka seseorang tersebut tidak bisa memperoleh arti makna dari kata itu
(Honayapto, 2015:2). Para ahli juga mengakui bahwa istilah makna memang
merupakan kata dan istilah yang memang membingungkan. Dalam bukunnya The
Meaning of Meaning, Ogden dan Richards (1972-187) telah mengumpulkan tidak
kurang dari 22 batasan mengenai makna. (Sobur, 2006:255). Tetapi para filsuf dan
linguis juga telah mencoba untuk menjelaskan istilah makna, dan ada tiga hal yang
sehubungan dengan usaha untuk menjelaskan istilah dalam makna ini, yaitu
(Sobur, 2006:256) :
1. menjelaskan makna kata secara alamiah.
2. mendeskripsikan kalimat secara alamiah.
3. menjelaskan makna dalam proses komunikasi.
Makna memerlukan kesepakatan kata maupun bahasa secara bersama-sama
untuk mendefinisikan suatu kata yang ada dipikiran, sehingga kata itu bermakna
sama bagi setiap orang. Makna bersifat intersubjektif karena ditumbuh kembangkan
secara individual, namun makna tersebut dihayati secara bersama, diterima, dan
disetujui oleh masyarakat (Wardani, 2010:6). Sehingga makna dari kata-kata itu
dibuat oleh manusianya sendiri, tergantung dari cara mereka memakainya. Ada
beberapa pandangan yang menjelaskan konsep makna itu sendiri, salah satunya
adalah model proses makna Wendell Johnsosn (Sobur, 2006:258).
17
1. Makna ada dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata
melainkan pada manusia.
2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis.
3. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu
pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana ia mempunyai
kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.
4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan
gagasan bahwa makna membutuhkan acuan adalah masalah komunkasi yang
timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengkaitkan dengan acuan yang
kongkret dan dapat diamati.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam
suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu, kebanyakan
kata mempunyai banyak makna.
6. Makna dikomunikasin hanya sebagian. Makna yang didapatkan dari suatu
kejadian bersifat multitaspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja
makna itu dapat dijelaskan.
Kesalahpahaman suatu makna saat proses berkomunikasi sangat sering terjadi.
Orang yang berbeda latarbelakang budaya maupun berbeda tempat tinggal memiliki
perbedaan dalam mengartikan suatu benda maupun yang lainnya, karena perbedaan
pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya, maka dalam berkomunikasi dengan
seseorang, komunikator harus mengetahui latarbelakang seseorang itu dan
mengetahui apa yang dikatakan orang tersebut serta apa yang dimaksudkannya,
agar apa yang kamunikator pahami dan orang lain pahami dapat selaras dengan isi
pesan yang dimaksud, sehingga tidak terjadinya kesalahpahaman suatu makna
dalam hal berkomunikasi.
Begitu juga dengan pemaknaan waktu, replika dan telur Male. Masyarakat di
Loloan Timur telah menyepakati secara bersama-sama bahwa telur yang ada pada
perayaan Male ini lebih dari telur biasa, telur ini lebih istimewa karena digunakan
sebagai simbol dalam perayaan Maulid Nabi, dan replika yang berbentuk
bermacam-macam dalam setiap saat tradisi Male berlangsung serta, waktu yang
dilaksanakan bukan seperti waktu biasa, karena waktu saat diselenggarakan Maulid
Nabi ini merupakan waktu yang spesial karena bertepatan pada hari Maulid Nabi.
18
2.4 Simbol
Simbol merupakan suatu tanda yang bisa memberitahukan sesuatu hal kepada
seseorang yang melihat dan merasakan (Sobur:2006:155). Hal ini membuat
seseorang yang melihat dan merasakan suatu tanda tersebut dapat memaknainya
sesuai apa yang mereka pikirkan dalam melihat sebuah tanda tersebut. Simbol juga
dapat diartikan sebagai sesuatu yang terdiri atas sesuatu yang lain
(Liliweri,2002:179), sebagai contoh, cincin merupakan simbol perkawinan dan
kupu-kupu hitam sebagai tanda kematian yang hal ini terlihat bagaimana makna
dapat ditunjukan sebagai simbol. Sebenarnya simbol dapat dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu (Sobur:2006:157) :
• Simbol universal adalah Simbol yang berkaitan dengan arketipos.
Contohnya tidur melambangkan kematian.
• Simbol kultural adalah Simbol yang melatarbelakangi suatu kebudayaan
tertentu. Misalanya keris tayuhan dalam kebudayaan Bali.
• Simbol indiviual adalah Simbol yang dapat ditafsirkan dalam konteks
keseluruhan karya seorang pengarang.
Pemahaman dalam simbol bukanlah hal yang mudah, karena banyak dari orang
yang selalu mengartikan suatu simbol dengan tanda itu mempunyai arti yang sama.
penjelasan dari simbol dan tanda sebenarnya memiliki arti yang berbeda bagaimana
simbol itu memerlukan suatu proses pemaknaan yang lebih setelah menghubungkan
dia dengan objek dan tanda merupakan suatu yang berkaitan langsung dengan
objeknya (Sobur,2006:160).
2.5 Tinjauan Budaya
2.5.1 Definisi Budaya
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara Formal budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,
makna, hinarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam
semesta,objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari
19
generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana dan Rakhmat,
2010:18)
Budaya sendiri memperlihatkan diri dalam pola-pola bahasa dalam bentuk
kegiatan dan prilaku yang berfungsi sebagai tindakan penyesuaian diri dan gaya
komunikasi untuk memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyarakat
disuatu lingkungan geografis tertentu. Budaya juga sehubungan dengan sifat-sifat
dari objek materi yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karena budaya sendiri tidak hanya
menentukan bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana seseorang memaknai
pesan, kondisi dalam mengirim serta memperhatikan dan mengartikan pesan
tersebut. Budaya Memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karena
menentukan tujuan hidup yang berbeda, dan cara dalam berkomunikasi sangat
bergantung pada budayanya sendiri terutama bahasa, aturan, dan norma masing-
masing.
Prilaku manusia memang tidak bersifat acak. Semakin seseorang mengenal
budaya orang lain, semakin terampil seseorang tersebut memperkirakan ekspektasi
orang itu dan memenuhi ekspetasinya. Ekspetasi ini dan cara seseorang
memenuhinya didasarkan pada apa yang telah terjadi Sebelumnya. Setelah terjadi
pengulangan, manusia biasanya dapat memastikan apa yang terjadi, sehingga
manusia merasa tidaklah mungkin untuk melanggar aturan atau norma itu (Hopper
dan Whitehead, 1997)
Perbedaan-perbedaan ekspektasi yang terjadi dalam budaya sendiri dapat
menimbulkan resiko yang fatal, seperti salah satunya yang terjadi saat ini adalah
kesalahpahaman yang masih sering terjadi ketika sedang bergaul dengan kelompok
yang berbeda, dan terdapat masalah utama yaitu cenderung menganggap budayanya
sebagai suatu kemestian, tanpa mempersoalkannya lagi dan menggunakan sebagai
standar untuk mengukur budaya-budaya lain.
20
2.5.2 Karakteristik Budaya
Budaya juga dapat tumbuh, berkembang dan dapat dipelajari layaknya
teknologi, Seperti yang dijelaskan dalam bukunya Alo Liliweri, menurut Hebding,
dan Glick mengatakan bahwa karakteristik budaya yaitu, Kebudayaan dapat
dipelajari, kebudayaan dapat dipertukarkan, dan kebudayaan itu tumbuh serta
berubah (Liliweri, 2002:57)
a. Kebudayaan itu dipelajari
Tradisi budaya, nilai-nilai, kepercayaan, dan standar prilaku diciptakan oleh
kreasi manusia melalui proses pendidikan dengan cara-cara tertentu menurut
kebudayaan.
b. Kebudayaan itu dipertukarkan
Istilah pertukaran merujuk pada kebiasaan individu atau kelompok interaksi
dan pergaulan antarmanusia setiap orang mewakli kelompoknya, lalu
menunjukan kelebihan budayanya dan membiarkan orang lain untuk
mempelajarinya.
c. Kebudayaan tumbuh dan berkembang
Kebudayaan itu mengalami perubahan, cenderung tumbuh, berkembang
luas dan bertambah.
Sedangkan menurut Dedy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya
yang berjudul Komunikasi Antarbudaya panduan berkomunikasi dengan orang-
orang berbeda budaya memiliki karakteristik-karakteristik seperti berikut :
a. Komunikasi dan Bahasa
Sistem Komunikasi verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok
dari kelompok lainnya. Sejumlah bangsa memiliki lima belas atau lebih
bahasa utama (dalam suatu kelompok bahasa terdapat dialek, aksen, logat,
jargon dan ragam lainnya) makna-makna yang diberikan kepada gerak gerik,
misalnya sering berbeda secara kultural.
21
b. Pakaian dan Penampilan
Pakaian dan penampilan juga berbeda secara kultural seperti pakaian adat
di Indonesia berbeda disetiap daerah serta riasan di tubuh juga berbeda secara
kultural.
c. Makanan dan Kebiasaan Makan
Cara menyiapkan makanan, menghidangkan atau memilih makanann,
memiliki perbedaan antar budaya, seperti makanan kebiasaan mereka ataupun
makanan yang tidak diperbolehkan.
d. Waktu dan kesadaran akan Waktu
Dalam hal waktu juga berbeda, diamana sebagain orang ada yang memilih
tepat waktu dan sebagaiannya ada yang merelatifkan waktu. Contohnya saja
orang jerman umumnya tepat waktu sedangkan orang amerika latin lebih
santai.
Musim-musim sepanjang tahun juga beraneka ragam secara kultural, di
beberapa wilayah dibumi menandai musim sepanjang tahun dengan sebutan
musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur. Beberapa
wilayah menandai dengan dua musim saja yaitu , musim hujan dan musim
kemarau.
e. Penghargaan dan Pengakuan
Memberikan suatu penghargaan atau pengakuan terhadap orang yang telah
melakukan kebaikan atau menyelesaikan tugas, merupakan salah satu cara
untuk mengamati suatu budaya dengan cara memperhatikan cara dan metode
memberikan pujian tersebut, salah satu contonhya seperti seorang prajurit
perang yang pemberani diberikan topi atau ikat pinggang.
f. Hubungan-hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-
hubungan keseluruhan kehidupan. Unit keluarga merupakan wujud yang
22
paling umum hubungan manusia, dan bentuknya bisa kecil dan juga bisa
besar.
g. Nilai dan Norma
Suatu budaya menetapkan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang
bersangkutan.
h. Rasa diri dan Ruang
Kenyamanan yang dimiliki oleh seseorang dapat diekspresikan dengan cara
berbeda oleh budaya. Dalam budaya-budaya tertentu rasa kebebasan dan
kreatifitas dibalas oleh kerjasama dan konformitas kelompok. Orang-orang
dari budaya tertentu, seperti orang Amerika, memiliki rasa ruang yang
membutuhkan jarak yang lebih besar antara individu-individu lainnya,
sementara orang-orang Amerika Latin menginginkan jarak yang lebih dekat
lagi. Setiap budaya mengesahkan diri dengan suatu cara yang unik.
i. Proses Mental dan Belajar
Beberapa budaya menekankan aspek pengembangan otak ketimbang aspek
lainnya, sehingga orang dapat mengamati bagaimanana perbedaan-perbedaan
yang mencolok dalam cara orang berpikir dan belajar. Beberapa budaya
menyuakai berpikir abstrak dan konseptualisasi, sementara budaya-budaya
lain lebih menyukai menghapal diluar kepala dan belajar. Jadi apa yang
tampaknya universal adalah bahwa setia budaya memunyai suatu proses
berpikir, namun setiap budaya mewujudkan proses tersebut dengan cara yang
berbeda.
j. Kepercayaan dan Sikap
Orang-orang dalam semua budaya tampaknya mempunyai perhatian
terhadap hal-hal supernatural yang jelas dalam agama-agama dan praktik-
praktik agama mereka. Budaya primitf misalnya, memiliki kepercayaan pada
supranatural (animisme). Tradisi-traidisi religius dalam berbagai budaya
secara tidak langsung mempengaruhi sikap-sikap dalam kehidupan,
kematian, dan hidup sesudah mati.
23
Kesepuluh klasifikasi ini merupakan suatu model yang sederhana untuk menilai
suatu budaya tertentu. Model ini adalah suatu paradigma, atau tatanan mental untuk
mengevaluasi karakteristik-karateristik utama budaya (Mulyana & Rakhmat,
2010:63)
2.6 Hubungan Budaya dan Komunikasi
Manusia tidak bisa dipisahkan dengan namanya budaya dan komunikasi,
manusia mengetahui bagaimana pentingnya budaya dalam kehidupannya, dan juga
komunikasi itu sendiri. Sebenarnya dalam hubungan komunikasi terhadap budaya
tidak bisa dipisahkan, seperti yang dijelaskan Julia T. Wood budaya tercemin dalam
praktik komunikasi, disaat yang sama, praktik komunikasi tersebut membentuk
kehidupan berbudaya (Wood, 2013:138).
Julia T. Wood juga menjelaskan lima prinsip yang berlaku pada komunitas sosial
dan budaya, salah satunya yaitu bagaimana komunikasi mengungkapkan dan
menopang budaya. Dalam hal ini pola komunikasi merefleksikan nilai dan
perspektif budaya. Contohnya, banyak bahasa asia mencakup sejumlah kata yang
menjelaskan hubungan tertentu (saudara laki-laki nenekku, paman ayahku, anak
laki-laki terkeclku). Hal ini mencerminkan penekanan budaya pada hubungan
keluarga. Komunikasi serentak mencerminkan dan menopang nilai-nilai budaya
dan komunikasi merupakan cermin dari nilai-nilai suatu budaya dan sarana utama
untuk tetap menyatukan nilai-nilai budaya tersebut kedalam kehidupan sehari-hari
(Wood,2013:138-139)
Hal ini dapat dilihat bagaimana komunikasi dan budaya berada di sekitar
kehidupan manusia, terlihat dari bahasa maupun praktek-praktek budaya yang ada
di sekelilingnya, seperti tradisi yang sering diadakan masyarakat setempat maupun
kegiatan-kegiatan komunitas sosial. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan
merupakan bagian dari budaya, cara seseorang berkomunikasi dan dialeg
bahasanya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa tertentu mencerminkan
identitas budayanya. (Nurudin,2014:49).
24
Sehingga dapat dijelaskan bahwa, komunikasi dan budaya terlihat jelas
memiliki suatu hubungan yang tidak bisa dipisahkan karena komunikasi dan
budaya merupakan suatu hal yang sepaket dalam menjalani suatu kehidupanan yang
lebih baik.
2.7 Tinjauan Tradisi
Menurut Soerjono Soekanto tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang dalam bentuk yang sama (Soekanto, 1987:13). Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Badudu, yang menyatakan bahwa tradisi adalah adat kebiasaan
yang dilakukan secara turun temurun dan masih dilaksanakan pada masyarakat
yang ada (J.S, Badudu.2003:349). Namun pengertian tradisi menurut para ahli
secara garis besar adalah suatu budaya dan adat istiadat yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
(Muhammad Syukuri Albani Nasution dkk, 2015:83)
Tradisi merupkan suatu hal yang tak terpisahkan oleh masyarakat Indonesia,
bagaimana ini terlihat dari tradisi-tradisi yang dilakukan memiliki pengaruh yang
begitu besar terhadap kehidupan masyarakat, karena tradisi yang dilakukan
memiliki sistem budaya yang kuat seperti yang dijelaskan di atas. Tradisi
memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam
kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat ghaib atau
keagamaan (Mursal Esten,1999:21). Dalam hal ini tradisi merupakan suatu prilaku
yang sering dilakukan dan kebiasaan tersebut secara turun temurun terus dilakukan
sampai sekarang, karena dianggap memiliki pengaruh yang baik terhadap
kehidupan manusia.
2.7.1 Tradisi Male
Tradisi Male adalah tradisi yang dilaksanakan saat memperingati kelahiran Nabi
Muhammad SAW, tepatnya saat perayaan Maulid Nabi tiba. Tradisi Male
menggunakan telur sebagai ciri khas dalam perayaan Maulid Nabi yang berada pada
kelurahan Loloan Timur. Telur yang digunakan saat perayaan tradisi Male ini
nantinya akan dihias terlebih dahulu dan dibentuk sedemikian rupa dengan bentuk
25
tema yang beranekaragam seperti perahu, masjid, buah-buahan ataupun bentuk unik
lainnya, dan dibawahnya akan dibuatkan penyanggah agar memudahkan dalam
memindahkan Male tersebut. Male yang sudah siap, nantinya akan diarak menuju
masjid besar ke tempat pelaksanaan acara. Biasanya dalam arakan Male tersebut
diiringi dengan musik hadrah atau musik-musik Islami. Warga biasanya melihat
iring-iringan Male ini karena setiap bentuk dari Male yang dibuat memiliki
keunikan tersendiri.
Prosesi pembuatan Male di buat jika ada warga yang memiliki anak yang baru
lahir dan memiliki rezeki lebih, maka biasanya warga tersebutlah yang membuat
Male. Pembuatan Male tersebut dilakukan dirumahnya dan dibantu oleh warga
yang berada di sekitar tempat tinggalnya. Telur yang digunakan dalam tradisi Male
ini merupakan telur ayam atau bebek yang sudah direbus terlebih dahulu dan
nantinya telur ini akan dihiasi dengan kertas warna-warni agar terlihat lebih
menarik dan menyesuaikan bentuk dari tema Male yang dibuat oleh warga sekitar.
Perayaan Maulid Nabi ini bisa menghasilkan sepuluh Male atau lebih, dan dalam
satu Male ini biasanya berisikan seratus telur di dalamnya bahkan lebih.
Pelaksanaan tradisi Male ini dilakukan setahun sekali saat perayaan Maulid
Nabi, yang dimulai saat pagi hari sampai menjelang waktu dzuhur dan nantinya
telur akan dibagikan kepada warga yang hadir diarea masjid saat perayaan Maulid
Nabi ini telah usai. Perayaan Maulid Nabi yang diadakan di Loloan Timur ini
melibatkan seluruh warga yang menganut agama Islam disana untuk berpatisipasi
dalam acara tersebut.
2.8 Semiotika Model Charles Sanders Peirce
Teori semiotika Charles Sanders Peirce sering kali disebut “Grand Theory”
karena gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua penandaan,
Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan
kembali komponen dalam struktural tunggal (Wibowo, 2011:13).
Charles Sanders Peirce dikenal dengan model triadic dan konsep trikotominya
yang terdiri atas berikut ini:
26
• Representamen adalah bentuk yang diterima oleh tanda atau berfungsi
sebagai tanda.
• Object merupakan sesuatu yang merujuk pada tanda. Sesuatu yang diwakili
oleh representamen yang berkaitan dengan acuan.
• Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek
yang dirujuk pada sebuah tanda. Untuk memperjelas model triadic Charles
Sanders Peirce dapat dilihat pada gambar berikut:
Interpretan
Representamen Object
Gambar 2.1. Triangle Meaning
(Sumber: Vera, 2015:22)
Dalam mengkaji objek, melihat segala sesuatu dari tiga konsep trikotomi, yaitu
sebagi berikut:
1. Sign (Representamen) merupakan bentuk fisik atau segala sesuatu yang dapat
diserap pancaindra dan mengacu pada sesuatu, trikotomi pertama dibagi
menjadi tiga.
a. Qualisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan sifatnya. Misalnya
sifat warna merah adalah qualisign, karena dapat dipakai tanda untuk
menunjukkan cinta, bahaya, atau larangan.
b. Sinsign adalah tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk atau
rupanya di dalam kenyataan. Semua ucapan yang bersifat individual bisa
merupakan sinsign suatu jeritan, dapat berarti heran, senang atau kesakitan
27
c. Legisign adalah tanda yang menjadi tanda berdasarkan suatu peraturan yang
berlaku umum, suatu konvensi, suatu kode. Semua tanda-tanda bahasa
adalah legisign, sebab bahasa adalah kode, setiap legisign mengandung di
dalamnya suatu sinsign, suatu second yang menghubungkan dengan third,
yakni suatu peraturan yang berlaku umum.
2. Objek, tanda diklasifikasikan menjadi icon, (ikon), indekx (indeks), dan
symbol (simbol).
a. Ikon adalah tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya atau suatu
tanda yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa
yang dimaksudkannya. Misalnya, kesamaan sebuah peta dengan wilayah
geografis yang digambarkannya, foto, dan lain-lain.
b. Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung pada keberadaannya
suatu denotasi, sehingga dalam terminologi peirce merupakan suatu
secondness. Indeks, dengan demikian adalah suatu tanda yang mempunyai
kaitan atau kedekatan dengan apa yang diwakilinya.
c. Simbol adalah suatu tanda, dimana hubungan tanda dan denotasinya
ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh
suatu kesepakatan bersama.
3. Interpretan, tanda dibagi menjadi rheme, dicisign, dan argument.
a. Rheme, bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah first dan
makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan
b. Dicisign (dicentsign), bilamana antara lambang itu dan interpretannya
terdapat hubungan yang benar ada
c. Argument, bilamana suatu tanda dan interpretannya mempunyai sifat yang
berlaku umum (merupakan thirdness) (Vera, 2015:25-26)
Masuknya penggunaan model semiotika triangle meaning di dalam penelitian
ini merupakan untuk mendiskusikan simbol nonverbal yang terdapat di dalam
tradisi Male yang akan di jelaskan di sub bab diskusi teori oleh peneliti sendiri
setelah mendapatkan pemaknaan di dalam simbol nonverbal tradisi Male.
28
2.9 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam tinjauan pustaka, peneliti memulai dengan menelaah penelitin terdahulu
yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Sehingga
nantinya peneliti memiliki rujukan pendukung, pembanding, dan pelengkap serta
memiliki gambaran dalam penelitiannya. Berikut beberapa hasil dalam
penelitiannya mengenai makna pesan nonverbal :
Tabel Penelitian Terdahulu :
Tabel 2.1
N
o
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti
Metode
yang
Digunakan
Hasil
Penelitian
Perbedaan
dengan
Penelitian
Skripsi ini
1 Makna
Komunikasi
Nonverbal
Dalam
Upacara
Adat
Penyucian
Pusaka
Nyangku di
Desa Panjalu
Andhika
Anugrah
Utama
(2014)
Kualitatif
dengan
mengguna
kan studi
etnografi
Makna upacara
adat nyangku
adalah untuk
mengenang
jasa dari
Sanghyang
Prabu
Borosngora
dan
membersihkan
hati para
masyarakat
Panjalu.
Terdapat
makna
komunikasi
nonverbal pada
perilaku yang
ditunjukkan
oleh
penampilan
dan pakaian,
gerakan dan
postur tubuh
saat
pelaksanaan
fokus penelitian
dalam penelitian
ini
menggunakan
klasifikasi
komunikasi
nonverbal
menurut Larry
A. Samovar dan
Richard E.
Porter. Yang
menjelaskan
tentang perilaku,
penampilan,
gerakan dan
postur tubuh,
sentuhan, bau-
bauan dalam
upacara adat
penyucian
pusaka.
Sedangkan
dalam penelitian
ini Penelitian
ini
menggunakan
29
upacara,
sentuhan
terhadap benda
pusaka, bau
bauan dan juga
terdapat makna
nonverbal dari
tempat dan
waktu
penyelenggara
an Upacara
Adat Nyangku.
analisis
semiotik,
dimana dalam
penelitian ini
akan
membongkar
makna
nonverbal dari
tradisi Male.
2 Makna
Komunikasi
nonverbal
Dalam
Upacara
Adat
Gusaran
Jelang
Pagelaran
Sisingaan
Pada
Masyarakat
Desa
Tambak
Mekar di
Kabupaten
Subang
Azshar
Afriansy
ah
Suwarno
Kualitatif
dengan
mengguna
kan studi
etnografi
Semua
kegiatan yang
dilakukan
dalam
melaksanakan
upacara adat
gusaran
memiliki
makna
komunikasi
nonverbal.
Sehingga
makna yang
dijelaskan ini
merupakan
suatu kegiatan
berdoa dalam
melakukan
sesuatu,
memohon ijin
agar dalam
pelaksanaanya
lancar.
Penelitian ini
membahas
bagaimana
makna kinesik,
paralinguistik,
prosemik,
artifaktual
dalam upacara
adat pagelaran
sisingan untuk
menjelaskan
makna dalam
komunikasi
nonverbal
terebut.
Sedangkan
dalam penelitian
ini
memfokuskan
kepada simbol
nonverbal dalam
tradisi Male
Hasil dari kedua tinjauan penelitian terdahulu ini dari penelitian yang akan
peneliti teliti, memang sedikit memiliki persamaan dalam bentuk makna nonvebal
dalam suatu tradisi, tetapi memiliki suatu perbedaan dalam bentuk analisis
penelitiannya. Kedua tinjauan penelitian di atas melihat bagaimana suatu tradisi
30
memiliki suatu makna komunikasi nonverbal, yang di mana hanya melihat suatu
tradisi tersebut melalui klasifikasi komunikasi nonverbalnya saja. Sedangkan dalam
penelitian ini, peneliti ingin melihat apa saja makna simbol nonverbal yang ada
pada suatu tradisi Male dengan cara membongkar suatu simbol tersebut melalui
pemahaman dari masyarakat yang akan dijadikan sebagai subjek informan nantinya
dan peneliti akan melakukan analisis yang berkaitan dengan makna yang di
temukan. Sehingga hasil dari penelitian ini nantinya akan berbeda dengan kedua
tinjauan penelitian di atas.
3.0 Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah makna simbol nonverbal dalam tradisi Male di
Kelurahan Loloan Timur Kabupaten Jembrana yang digelar setiap setahun sekali
untuk memperingati hari Maulid Nabi melalui tradisi Male tersebut.
Adapun yang peneliti maksud dengan makna simbol nonverbal dalam tradisi
Male di Kelurahan Loloan Timur Kabupaten Jembrana adalah menjelaskan suatu
nilai yang terkandung dari telur, replika, dan kondisi waktu dalam upacara Male.
Sehingga dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui secara pengetahuan
tentang tradisi Male itu sendiri, serta pengalaman dari tradisi Male itu seperti apa
dan penilaian terhadap tradisi Male dari tokoh ataupun masyarakat Loloan Timur
tentang tradisi Male. Maka diharapkan juga hal ini dapat menjelaskan makna
simbol nonverbal yang terdapat dalam tradisi Male di Kelurahan Loloan Timur
Kabupaten Jembrana.