Post on 21-Feb-2020
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan kesehatan
1. Metode pelatihan kelompok
Pemilihan metode berdasarkan pada besarnya kelompok sasaran
serta pendidikan formal sasaran, Efektivitas suatu metode akan
tergantung pada besarnya sasaran pelatihan.
a. Metode pelatihan kelompok besar adalah apabila peserta kegiatan
lebih dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok besar
antara lain ceramah dan seminar.
b. Metode pelatihan kelompok kecil apabila peserta kegiatan berjumlah
kurang dari 15 orang disebut sebagai kelompok kecil. Metode yang
cocok digunakan untuk kelompok kecil yaitu diskusi kelompok,
curah pendapat, bola salju, kelompok keciul-kecol, memainkan
peran dan permainan simulasi.
c. Metode pelatihan massal digunakan untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya uymum. Metode yang diguanakan ceramah, umum , pidato-
pidato kesehatan melalui media elektronik, tulisan-tulisan di
majalah atau koran dan bilboard yang dipasang di pingging jalan,
spanduk atau poster.
2. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang sering
digunakan. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah (Notoatmodjo, 2007). Ceramah adalah suatu
penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah
kepada hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak memegang
peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya
dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk
menyampaikan tanggapannya (Lunandi, 1993).
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
6
Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah
murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang
kurang jelas ditangkap peserta daripada proses membaca sendiri, lebih
dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan
disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat minim, maka
metode inilah yang dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu
singkat. Selain keuntungan ada juga kelemahan menggunakan metode
ceramah, salah satunya adalah pesan yang terinci mudah dilupakan
setelah beberapa lama (Lunandi, 1993).
Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai
materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang
baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema serta
mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah
singkat, slide, transparan, sound system, dan sebagainya. Menurut
Notoatmodjo (2007) ceramah akan berhasil apabila teknik ceramah
dimodifikasi dengan melakukan tanya-jawab sesudah penyampaian
materi. Hal ini bertujuan agar peserta dapat bertanya tentang hal-hal yang
belum dipahaminya tentang materi yang sudah diberikan penceramah.
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila
penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu
penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: sikap dan
penampilan yang menyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan
gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju
ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (dipertengahan), seyogyanya
tidak duduk,menggunakan alat-alatbantu lihat semaksimal mungkin
(Notoatmodjo, 2007).
3. Media Pendidikan
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan ataupun pengajaran. Media pendidikan
kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
7
dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran.
Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada
pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indra (Heri,
2009).
Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak
dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal
ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan
mengerahkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga
memudahkan pemahaman. Menurut penelitian para ahli, pancaindera
yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata
(kurang lebih 75% - 87% ), sedangkan 13% - 25% pengetahuan manusia
diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Heri, 2009).
Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media
pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel)
untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan
untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi
masyarakat atau “klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran
pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3, yakni
(Ircham, 2003):
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan :
a. Booklet
Merupakan media termasuk dalam kategori media lini bawah
(below the line media). Sesuai sifat yang melekat pada media lini
bawah, pesan yang ditulis pada media tersebut berpedoman pada
beberapa kriteria yaitu: menggunakan kalimat pendek, sederhana,
singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu
penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dikemas menarik dan kata
yang digunakan ekonomis (Suleman, 2008).
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
8
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai
saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya pendukungnya untuk
menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan isi materi yang
akan disampaikan.
Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan
kesehatan adalah :
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2) Membantu didalam mengatasi banyak hambatan.
3) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan
cepat.
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima kepada orang lain.
5) Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.
6) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.
7) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami
dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
8) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Booklet umumnya digunakan dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu kesehatan. Karena
booklet memberikan informasi dengan spesifik, dan banyak
digunakan sebagai media alternative untuk dipelajari pada setiap saat
bila seseorang menghendakinya. Untuk mencapai tujuan yang
diinginkan tersebut perlu dilakukan suatu proses pendidikan
kesehatan dengan menggunakan media karena keberhasilan proses
pendidikan kesehatan yang dilakukan tergantung pada beberapa
faktor, di antaranya: kurikulum, sumberbahan ajar, termasuk sarana
dan prasarana (Mudjiono, 2008).
b. Leflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam
bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
9
c. Flyer (Selebaran) ialah seperti leaflet tetapi, tidak dalam bentuk
lipatan
d. Flip Chart ( lembar balik ) media penyampaian pesan atau
informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik
e. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai
bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan.
f. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi
kesehatan, yang biasanya ditempel ditembok-tembok, di tempat-
tempat umum, atau di kendaraan umum.
g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-
pesan atau informasi-informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara
lain:
a. Televisi
Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan
melalui media televise dapat dalam bentuk: sandiwara, sinetron,
forum diskusi, atau hanya tanya jawab sekitar masalah kesehatan,
pidato, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dan lain-lain.
b. Radio
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain obrolan (tanya
jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan lain-lain.
c. Video
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat
melalui video.
d. Slide
Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan.
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
10
B. Swamedikasi
Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah mengobati segala
keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan yang dibeli bebas di apotek atau
toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Kirana, 2003). Menurut
Sukeasediati (2002) yang dimaksud pengobatan sendiri adalah upaya yang
dilakukan oleh orang awam untuk mengatasi penyakit atau gejalanya yang
dialami sendiri atau orang lain disekitarnya, dengan pengetahuan dan
persepsinya sendiri, tanpa bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam
bidang medik atau obat. Upaya pengobatan sendiri berupa pengobatan dengan
obat modern atau obat tradisional.
Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk meningkatkan kesehatan,
pengobatan sakit ringan dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah
perawatan dokter. Sementara itu, peran pengobatan sendiri adalah untuk
menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan
konsultasui medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan
sumber daya dan tenaga serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang
jauh dari pelayanan kesehatan (Notosuwiryo, 2005).
C. Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang
benar, sesuai dan tepat. WHO memperkirakan bahwa lebih dari setengah
jumlah obat yang ada diresepkan, diberikan atau dijual secara tidak tepat.
Penggunaan yang tidak tepat ini dapat berupa penggunaan berlebihan,
penggunaan yang kurang dari seharusnya dan kesalahan dalam penggunaan
obat resep ataupun tanpa resep. Masalah-masalah yang sering timbul sebagai
bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain polifarmasi
(penggunaan obat yang terlalu banyak), penggunaan yang berlebihan dari
antibiotik dan inkelsi dan kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai
dengan panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (WHO,
2010).
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
11
Penggunaan obat disarana pelayanan kesehatan umumnya belum
rasional. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu promosi penggunaan obat
yang rasional dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi yang efektif
dan terus menerus yang diberikan kepada tenaga kesehatan dan masuyarakat
melalui berbagai metode. Sasaran dari pengobatan yang rasional adalah
tercapainya penggunaan oabt dam jenis, sediaan, dosis dan jumlah yang tepat,
disertai informasi yang benar, lengkap dan tidak menyesatkan (Kepmenkes
RI Nomor 189.Menkes/SK/III/2006).
Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan
penggunaan suatu obat. Menurut WHO, penggunaan obat dikatakan rasional
bila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dengan
dosis yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk jangka waktu yang adekuat
dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (WHO,
2010).
Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa
kriteria, antara lain (DepKes RI, 2008):
1. Tepat diagnosis
Obat yang diberikan harus tepat bagi suatu penyakit
2. Tepat indikasi penyakit
Obat yang diberikan harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit
3. Tepat pemilihan obat
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit
4. Tepat dosis
Jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila salah
satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi, maka efek terapi tidak
tercapai.
a) Tepat jumlah
Obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup
b) Tepat cara pemberian
Cara pemberian obat yang tepat disesuaikan dengan jenis obat yang
digunakan. Misalnya obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru
ditelan.
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
12
c) Tepat interval waktu pemberian
Cara pemberian obat hendaknya diuat sesederhana mungkin dan
praktisagar mudah ditaati oleh pasien. Misalnya, obat yang diminum
tiga kali sehari diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan
interval setiap delapan jam.
d) Tepat lama pemberian
Lama pemberian obat harus tepat, sesuai penyakitnya masing-
masing.
5. Tepat penilaian kondisi pasien
Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain
harus memperhatikan kontraindikasi obat, kompliksi, kehamilan,
menyusui, lanjut usia atau bayi.
6. Waspada terhadap efek samping
Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek yang tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti
timbulnya mual, muntah, gatal-gatal dan sebagainya.
7. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat dan harga terjangkau
Untuk mencapai kriteria efektif, maka obat harus dibelu melalui
jalur resmi
8. Tepat tindak lanjut (follow-up)
Apabila sakit berlanjut setelah swamedikasi dilakukan, maka
konsultasikan ke dokter
9. Tepat penyerahan obat (dispensing)
Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien
sendiri sebagai konsumen, resep yang dibawa ke aptotek atau tempat
penyerahan obat di puskesmas dan dipersiapkan obatnya dan diserahkan
kepada pasien dengan informasi yang tepat.
10. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan seperti berikut:
a. Jenis sediaan obat beragam
b. Jumlah obat terlalu banyak
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
13
c. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
e. Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara
menggunakan obat
f. Timbulnya efek samping
Kriteria untuk kerasionalan penggunaan obat dapat terdiri dari
bebebrapa aspek antara lain ketepatan indikasi, kesesuaian dosis, ada
tidaknya kontraindikasi, ada tidaknya efek samping dan interaksi obat
serta ada tidaknya polifarmas (Kristina, Prabandari dan Sudjawadi,
2008).
D. Batuk
Batuk adalah suatu reflek pertahanan tubuh untuk mengeluarkan
benda asing dari saluran pernapasan. Obat bebas yang digunakan
mengandung zat berkhasiat Gliseril Guaiakolat, Bromheksin, Ammonium
Klorida, Dekstrometorfan HBr, Difenhidramin, lama pengobatan sendiri tidak
boleh lebih dari 3 hari.
1. Patofisiologi batuk
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan
benda asing dari saluran nafas. Ada 4 fase mekanisme batuk, yaitu fase
iritasi, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspulsi/ekspirasi. Iritasi
salah satu ujung saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus
besar atau sera aferen cabang faring dari nervus glossofaringeal dapat
menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan
faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar
dirangsang. Rangsang pada reseptor batuk dialirkan ke pusat batuk ke
medula, dari medula dikirim jawaban ke otot-otot dinding dada dan
laring sehingga timbul batuk (Aditama, 2003).
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari
sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka.
Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
14
antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian
lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50%
dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat
utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang
besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan
ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang
besar akan memperkecil rongga udara yang ter-tutup sehingga
pengeluaran sekret akan lebih mudah (Aditama, 2003).
Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana
glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan
abdomen akan meningkat sampai 50- 100 mmHg. Tertutupnya glotis
merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver
ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda.
Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100%
lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Kemudian, secara
aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan
keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada
sehingga menimbulkan suara batuk (Aditama, 2003).
2. Jenis Batuk
Batuk bisa dibedakan berdasarkan lamanya diantaranya yaitu:
a. Batuk akut yang terjadi kurang dari tiga minggu pada keadaan
sebelumnya tidak ada keluhan, dapat terjadi iritasi, penyempitan
saluran nafas akut, dan infeksi akut virus dan bakteri.
b. Batuk kronik yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Pada infeksi
akut pernafasan akibat virus sering diikuti dengan batuk lama sekitar
tiga sampai delapan minggu akibat kerusakan epitel saluran nafas,
karena itu ada juga istilah batuk subakut yang berkisar tiga sampai
delapan minggu.
c. Batuk berdahak atau produktif dan keempat, batuk kering atau non
produktif. Batuk produktif disebabkan sistem pernafasan perlu
mengeluarkan lendir yang banyak dan berlebihan.
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
15
3. Pengobatan
Untuk pengobatan diciptakan lingkungan yang hangat, minum air
hangat yang cukup, istirahat yang cukup, makan sayur dan buah, makan
makanan yang bergizi, serta mengkonsumsi obat batuk-pilek. Jika takut
dengan obat-obatan yang mengandung banyak bahan kimia, dapat
mencoba alternatif dengan terapi udara bersih.
a. Terapi Non Farmakologi
Penderita-penderita dengan batuk tanpa gangguan yang
disebabkan oleh penyakit akut dan sembuh sendiri biasanya tidak
perlu obat (Yunus, 2003). Pada umumnya batuk berdahak/produktif
maupun tidak berdahak/non produktif dapat dikurangi dengan cara
sering minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak,
mengurang iritasi atau rasa gatal serta menghindari paparan debu,
minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan dan udara
malam yang dingin (BPOM RI, 2002). Menghirup uap mentol atau
minyak atsiri juga dapat meringankan batuk produktif, tatpi cara
pengobatan ini tidak boleh diberikan kepada anak-anak di bawah
usia 2 tahun karaena dapat menybabkan kejang larynx (Tjay dan
Rahardja, 2002).
b. Terapi Farmakologi
1) Pengobatan spesifik
Apabila penyebab batuk diketahui maka pengobatan
harus ditujukan terhadap penyebab tersebut. Dengan evaluasi
diagnostik yang terpadu, pada hampir semua penderita dapat
diketahui penyebab batuk kroniknya. Pengobatan spesifik batuk
tergantung dari etiologi atau mekanismenya :
a) Asma diobati dengan bronkodilator atau dengan
kortikosteroid. Postnasal drip karena sinusitis diobati
dengan antibiotik, obat semprot hidung dan kombinasi
antihistamin – dekongestan, postnasal drip karena alergi
atau rinitis nonalergi ditanggulangi dengan menghindari
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
16
lingkungan yang mempunyai faktor pencetus dan kombinasi
antihistamin - dekongestan.
b) Refluks gastroesophageal diatasi dengan meninggikan
kepala, modifikasi diet, antasid dan simetidin.
c) Batuk pada bronkitis kronik diobati dengan menghentikan
merokok. Antibiotik diberikan pada pneumonia, sarkoidosis
diobati dengan kortikosteroid dan batuk pada gagal jantung
kongestif dengan digoksin dan furosemid.
Pengobatan spesifik juga dapat berupa tindakan bedah
seperti reseksi paru pada kanker paru, polipektomi,
menghilangkan rambut dari saluran telinga luar (Yunus, 2003).
2) Pengobatan simptomatik
Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat
ditentukan penyebab batuknya maupun kepada penderita yang
batuknya merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan
potensial dapat menimbulkan komplikasi.
a) Batuk produktif
1) Emolliensia
Memperlunak rangsangan batuk, memperlicin
tenggorokan agar tidak kering, dan melunakan selaput
lendir yang teriritasi untuk tujuan ini banyak digunakan
sirup, zat-zat lendir, dan gula-gula, seperti, drop,
permen, pastilles isap.
2) Ekspektoransia
Ekspektoran adalah obat yang dapat
merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas,
Obat ini diduga bekerja secara refleks merangsang
sekresi kelenjar saluran napas, sehingga dapat
menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran
dahak. Beberapa contoh ekspektoran yang dapat
digunakan pada swamedikasi antara lain amonium
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
17
klorida, gliseril, guaiakolat dan succus liquiritiae yang
merupakan salah satu komponen dari obat batuk hitam
(OBH) (DepKes, 2006).
Memperbanyak produksi dahak (yang encer)
dan demikian mengurangi kekentalannya, sehingga
mempermudah pengeluarannya dengan batuk, misalnya
guaiakol, radix Ipeca, dan ammonium klorida dalam
obat batuk hitam yang terkenal.
3) Mukolitika
Mukolitik adalah obat yang dapat
mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan
memecah benang-benang mukoprotein dan
mukopolisakarida dari sputum. Beberapa contoh
mukolitik yang dapat digunakan pada swamedikasi
antara lain bromheksin dan asetilsistein (Estuningtyas
& Azalia, 2007).
Obat ini memecah rantai molekul mukoprotein
sehingga menurunkan viskositas mukus. Asetilsistein,
karbosistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol.
b) Batuk non produkttif
Usaha yang terbaik adalah dengan menekan susunan
saraf pusat yang menjadi pusat batuk, yaitu dengan obat
penekan batuk. Obat-obat yang berdaya menekan
rangsangan batuk:
1) zat-zat pereda : kodein, noskapin, dekstrometorfan.
2) Antihistaminika: prometazin, difenhidramin, dan d-
klorfeniramin. Obat-obat ini sering kali efektif pula
berdasarkan efek sedatifnya dan terhadap perasaan
menggelitik pada tenggorokan.
3) Anestetika lokal : pentoksiverin. Obat ini menghambat
penerusan rangsangan batuk ke otak (Tjay dan
Rahardja, 2002).
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014
18
E. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep Pengaruh Edukasi Ceramah & Booklet Terhadap Ketepatan
Penggunaan Obat Untuk Swamedikasi Batuk
F. Hipotesis
1. Terdapat perbedaan ketepatan penggunaan obat untuk swamedikasi batuk
sebelum dan sesudah dilakukan edukasi dengan booklet.
2. Terdapat perbedaan ketepatan penggunaan obat untuk swamedikasi batuk
sebelum dan sesudah dilakukan edukasi dengan ceramah.
3. Terdapat perbedaan keefektivan antara metode ceramah dan booklet
terhadap ketepatan penggunaan obat untuk swamedikasi batuk.
Swamedikasi
Ceramah Tepat Penggunaan Obat
Tepat
Tidak Tepat
Booklet Tepat Penggunaan Obat
Tepat
Tidak Tepat
Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014