BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas,...

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan kesehatan 1. Metode pelatihan kelompok Pemilihan metode berdasarkan pada besarnya kelompok sasaran serta pendidikan formal sasaran, Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pelatihan. a. Metode pelatihan kelompok besar adalah apabila peserta kegiatan lebih dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok besar antara lain ceramah dan seminar. b. Metode pelatihan kelompok kecil apabila peserta kegiatan berjumlah kurang dari 15 orang disebut sebagai kelompok kecil. Metode yang cocok digunakan untuk kelompok kecil yaitu diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok keciul-kecol, memainkan peran dan permainan simulasi. c. Metode pelatihan massal digunakan untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya uymum. Metode yang diguanakan ceramah, umum , pidato- pidato kesehatan melalui media elektronik, tulisan-tulisan di majalah atau koran dan bilboard yang dipasang di pingging jalan, spanduk atau poster. 2. Metode Ceramah Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang sering digunakan. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2007). Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Lunandi, 1993). Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas,...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan kesehatan

1. Metode pelatihan kelompok

Pemilihan metode berdasarkan pada besarnya kelompok sasaran

serta pendidikan formal sasaran, Efektivitas suatu metode akan

tergantung pada besarnya sasaran pelatihan.

a. Metode pelatihan kelompok besar adalah apabila peserta kegiatan

lebih dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok besar

antara lain ceramah dan seminar.

b. Metode pelatihan kelompok kecil apabila peserta kegiatan berjumlah

kurang dari 15 orang disebut sebagai kelompok kecil. Metode yang

cocok digunakan untuk kelompok kecil yaitu diskusi kelompok,

curah pendapat, bola salju, kelompok keciul-kecol, memainkan

peran dan permainan simulasi.

c. Metode pelatihan massal digunakan untuk mengkomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang

sifatnya uymum. Metode yang diguanakan ceramah, umum , pidato-

pidato kesehatan melalui media elektronik, tulisan-tulisan di

majalah atau koran dan bilboard yang dipasang di pingging jalan,

spanduk atau poster.

2. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang sering

digunakan. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah (Notoatmodjo, 2007). Ceramah adalah suatu

penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah

kepada hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak memegang

peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya

dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk

menyampaikan tanggapannya (Lunandi, 1993).

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

6

Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah

murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang

kurang jelas ditangkap peserta daripada proses membaca sendiri, lebih

dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan

disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat minim, maka

metode inilah yang dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu

singkat. Selain keuntungan ada juga kelemahan menggunakan metode

ceramah, salah satunya adalah pesan yang terinci mudah dilupakan

setelah beberapa lama (Lunandi, 1993).

Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai

materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus

mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang

baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema serta

mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah

singkat, slide, transparan, sound system, dan sebagainya. Menurut

Notoatmodjo (2007) ceramah akan berhasil apabila teknik ceramah

dimodifikasi dengan melakukan tanya-jawab sesudah penyampaian

materi. Hal ini bertujuan agar peserta dapat bertanya tentang hal-hal yang

belum dipahaminya tentang materi yang sudah diberikan penceramah.

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila

penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu

penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut: sikap dan

penampilan yang menyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan

gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju

ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (dipertengahan), seyogyanya

tidak duduk,menggunakan alat-alatbantu lihat semaksimal mungkin

(Notoatmodjo, 2007).

3. Media Pendidikan

Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan bahan pendidikan ataupun pengajaran. Media pendidikan

kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

7

dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran.

Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada

pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indra (Heri,

2009).

Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak

dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal

ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan

mengerahkan indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga

memudahkan pemahaman. Menurut penelitian para ahli, pancaindera

yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata

(kurang lebih 75% - 87% ), sedangkan 13% - 25% pengetahuan manusia

diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Heri, 2009).

Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada

hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media

pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel)

untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan

untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi

masyarakat atau “klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran

pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3, yakni

(Ircham, 2003):

Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan :

a. Booklet

Merupakan media termasuk dalam kategori media lini bawah

(below the line media). Sesuai sifat yang melekat pada media lini

bawah, pesan yang ditulis pada media tersebut berpedoman pada

beberapa kriteria yaitu: menggunakan kalimat pendek, sederhana,

singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu

penggunaan huruf tidak kurang dari 10 pt, dikemas menarik dan kata

yang digunakan ekonomis (Suleman, 2008).

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

8

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai

saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya pendukungnya untuk

menyampaikan pesan harus menyesuaikan dengan isi materi yang

akan disampaikan.

Manfaat booklet sebagai media komunikasi pendidikan

kesehatan adalah :

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2) Membantu didalam mengatasi banyak hambatan.

3) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan

cepat.

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan

yang diterima kepada orang lain.

5) Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan.

7) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami

dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.

8) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

Booklet umumnya digunakan dengan tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu kesehatan. Karena

booklet memberikan informasi dengan spesifik, dan banyak

digunakan sebagai media alternative untuk dipelajari pada setiap saat

bila seseorang menghendakinya. Untuk mencapai tujuan yang

diinginkan tersebut perlu dilakukan suatu proses pendidikan

kesehatan dengan menggunakan media karena keberhasilan proses

pendidikan kesehatan yang dilakukan tergantung pada beberapa

faktor, di antaranya: kurikulum, sumberbahan ajar, termasuk sarana

dan prasarana (Mudjiono, 2008).

b. Leflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam

bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi.

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

9

c. Flyer (Selebaran) ialah seperti leaflet tetapi, tidak dalam bentuk

lipatan

d. Flip Chart ( lembar balik ) media penyampaian pesan atau

informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik

e. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

f. Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel ditembok-tembok, di tempat-

tempat umum, atau di kendaraan umum.

g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-

pesan atau informasi-informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara

lain:

a. Televisi

Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan

melalui media televise dapat dalam bentuk: sandiwara, sinetron,

forum diskusi, atau hanya tanya jawab sekitar masalah kesehatan,

pidato, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dan lain-lain.

b. Radio

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui

radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain obrolan (tanya

jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan lain-lain.

c. Video

Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat

melalui video.

d. Slide

Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan.

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

10

B. Swamedikasi

Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah mengobati segala

keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan yang dibeli bebas di apotek atau

toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Kirana, 2003). Menurut

Sukeasediati (2002) yang dimaksud pengobatan sendiri adalah upaya yang

dilakukan oleh orang awam untuk mengatasi penyakit atau gejalanya yang

dialami sendiri atau orang lain disekitarnya, dengan pengetahuan dan

persepsinya sendiri, tanpa bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam

bidang medik atau obat. Upaya pengobatan sendiri berupa pengobatan dengan

obat modern atau obat tradisional.

Tujuan pengobatan sendiri adalah untuk meningkatkan kesehatan,

pengobatan sakit ringan dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah

perawatan dokter. Sementara itu, peran pengobatan sendiri adalah untuk

menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan

konsultasui medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan

sumber daya dan tenaga serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat yang

jauh dari pelayanan kesehatan (Notosuwiryo, 2005).

C. Penggunaan Obat yang Rasional

Penggunaan obat yang rasional merujuk pada penggunaan obat yang

benar, sesuai dan tepat. WHO memperkirakan bahwa lebih dari setengah

jumlah obat yang ada diresepkan, diberikan atau dijual secara tidak tepat.

Penggunaan yang tidak tepat ini dapat berupa penggunaan berlebihan,

penggunaan yang kurang dari seharusnya dan kesalahan dalam penggunaan

obat resep ataupun tanpa resep. Masalah-masalah yang sering timbul sebagai

bentuk ketidakrasionalan penggunaan obat antara lain polifarmasi

(penggunaan obat yang terlalu banyak), penggunaan yang berlebihan dari

antibiotik dan inkelsi dan kegagalan untuk meresepkan obat yang sesuai

dengan panduan klinis serta pengobatan sendiri yang tidak tepat (WHO,

2010).

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

11

Penggunaan obat disarana pelayanan kesehatan umumnya belum

rasional. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu promosi penggunaan obat

yang rasional dalam bentuk komunikasi, informasi dan edukasi yang efektif

dan terus menerus yang diberikan kepada tenaga kesehatan dan masuyarakat

melalui berbagai metode. Sasaran dari pengobatan yang rasional adalah

tercapainya penggunaan oabt dam jenis, sediaan, dosis dan jumlah yang tepat,

disertai informasi yang benar, lengkap dan tidak menyesatkan (Kepmenkes

RI Nomor 189.Menkes/SK/III/2006).

Berbagai kriteria telah ditetapkan untuk menentukan kerasionalan

penggunaan suatu obat. Menurut WHO, penggunaan obat dikatakan rasional

bila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dengan

dosis yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk jangka waktu yang adekuat

dan dengan biaya serendah mungkin bagi pasien dan komunitasnya (WHO,

2010).

Batasan penggunaan obat rasional adalah bila memenuhi beberapa

kriteria, antara lain (DepKes RI, 2008):

1. Tepat diagnosis

Obat yang diberikan harus tepat bagi suatu penyakit

2. Tepat indikasi penyakit

Obat yang diberikan harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit

3. Tepat pemilihan obat

Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit

4. Tepat dosis

Jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila salah

satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi, maka efek terapi tidak

tercapai.

a) Tepat jumlah

Obat harus diberikan dalam jumlah yang cukup

b) Tepat cara pemberian

Cara pemberian obat yang tepat disesuaikan dengan jenis obat yang

digunakan. Misalnya obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru

ditelan.

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

12

c) Tepat interval waktu pemberian

Cara pemberian obat hendaknya diuat sesederhana mungkin dan

praktisagar mudah ditaati oleh pasien. Misalnya, obat yang diminum

tiga kali sehari diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan

interval setiap delapan jam.

d) Tepat lama pemberian

Lama pemberian obat harus tepat, sesuai penyakitnya masing-

masing.

5. Tepat penilaian kondisi pasien

Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain

harus memperhatikan kontraindikasi obat, kompliksi, kehamilan,

menyusui, lanjut usia atau bayi.

6. Waspada terhadap efek samping

Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek yang tidak

diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti

timbulnya mual, muntah, gatal-gatal dan sebagainya.

7. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat dan harga terjangkau

Untuk mencapai kriteria efektif, maka obat harus dibelu melalui

jalur resmi

8. Tepat tindak lanjut (follow-up)

Apabila sakit berlanjut setelah swamedikasi dilakukan, maka

konsultasikan ke dokter

9. Tepat penyerahan obat (dispensing)

Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien

sendiri sebagai konsumen, resep yang dibawa ke aptotek atau tempat

penyerahan obat di puskesmas dan dipersiapkan obatnya dan diserahkan

kepada pasien dengan informasi yang tepat.

10. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan

Ketidakpatuhan minum obat dapat terjadi pada keadaan seperti berikut:

a. Jenis sediaan obat beragam

b. Jumlah obat terlalu banyak

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

13

c. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering

d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi

e. Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara

menggunakan obat

f. Timbulnya efek samping

Kriteria untuk kerasionalan penggunaan obat dapat terdiri dari

bebebrapa aspek antara lain ketepatan indikasi, kesesuaian dosis, ada

tidaknya kontraindikasi, ada tidaknya efek samping dan interaksi obat

serta ada tidaknya polifarmas (Kristina, Prabandari dan Sudjawadi,

2008).

D. Batuk

Batuk adalah suatu reflek pertahanan tubuh untuk mengeluarkan

benda asing dari saluran pernapasan. Obat bebas yang digunakan

mengandung zat berkhasiat Gliseril Guaiakolat, Bromheksin, Ammonium

Klorida, Dekstrometorfan HBr, Difenhidramin, lama pengobatan sendiri tidak

boleh lebih dari 3 hari.

1. Patofisiologi batuk

Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan

benda asing dari saluran nafas. Ada 4 fase mekanisme batuk, yaitu fase

iritasi, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspulsi/ekspirasi. Iritasi

salah satu ujung saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus

besar atau sera aferen cabang faring dari nervus glossofaringeal dapat

menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan

faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar

dirangsang. Rangsang pada reseptor batuk dialirkan ke pusat batuk ke

medula, dari medula dikirim jawaban ke otot-otot dinding dada dan

laring sehingga timbul batuk (Aditama, 2003).

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari

sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka.

Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

14

antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian

lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50%

dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat

utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume yang

besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan

ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang

besar akan memperkecil rongga udara yang ter-tutup sehingga

pengeluaran sekret akan lebih mudah (Aditama, 2003).

Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana

glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan

abdomen akan meningkat sampai 50- 100 mmHg. Tertutupnya glotis

merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver

ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda.

Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100%

lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Kemudian, secara

aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan

keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada

sehingga menimbulkan suara batuk (Aditama, 2003).

2. Jenis Batuk

Batuk bisa dibedakan berdasarkan lamanya diantaranya yaitu:

a. Batuk akut yang terjadi kurang dari tiga minggu pada keadaan

sebelumnya tidak ada keluhan, dapat terjadi iritasi, penyempitan

saluran nafas akut, dan infeksi akut virus dan bakteri.

b. Batuk kronik yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Pada infeksi

akut pernafasan akibat virus sering diikuti dengan batuk lama sekitar

tiga sampai delapan minggu akibat kerusakan epitel saluran nafas,

karena itu ada juga istilah batuk subakut yang berkisar tiga sampai

delapan minggu.

c. Batuk berdahak atau produktif dan keempat, batuk kering atau non

produktif. Batuk produktif disebabkan sistem pernafasan perlu

mengeluarkan lendir yang banyak dan berlebihan.

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

15

3. Pengobatan

Untuk pengobatan diciptakan lingkungan yang hangat, minum air

hangat yang cukup, istirahat yang cukup, makan sayur dan buah, makan

makanan yang bergizi, serta mengkonsumsi obat batuk-pilek. Jika takut

dengan obat-obatan yang mengandung banyak bahan kimia, dapat

mencoba alternatif dengan terapi udara bersih.

a. Terapi Non Farmakologi

Penderita-penderita dengan batuk tanpa gangguan yang

disebabkan oleh penyakit akut dan sembuh sendiri biasanya tidak

perlu obat (Yunus, 2003). Pada umumnya batuk berdahak/produktif

maupun tidak berdahak/non produktif dapat dikurangi dengan cara

sering minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak,

mengurang iritasi atau rasa gatal serta menghindari paparan debu,

minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan dan udara

malam yang dingin (BPOM RI, 2002). Menghirup uap mentol atau

minyak atsiri juga dapat meringankan batuk produktif, tatpi cara

pengobatan ini tidak boleh diberikan kepada anak-anak di bawah

usia 2 tahun karaena dapat menybabkan kejang larynx (Tjay dan

Rahardja, 2002).

b. Terapi Farmakologi

1) Pengobatan spesifik

Apabila penyebab batuk diketahui maka pengobatan

harus ditujukan terhadap penyebab tersebut. Dengan evaluasi

diagnostik yang terpadu, pada hampir semua penderita dapat

diketahui penyebab batuk kroniknya. Pengobatan spesifik batuk

tergantung dari etiologi atau mekanismenya :

a) Asma diobati dengan bronkodilator atau dengan

kortikosteroid. Postnasal drip karena sinusitis diobati

dengan antibiotik, obat semprot hidung dan kombinasi

antihistamin – dekongestan, postnasal drip karena alergi

atau rinitis nonalergi ditanggulangi dengan menghindari

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

16

lingkungan yang mempunyai faktor pencetus dan kombinasi

antihistamin - dekongestan.

b) Refluks gastroesophageal diatasi dengan meninggikan

kepala, modifikasi diet, antasid dan simetidin.

c) Batuk pada bronkitis kronik diobati dengan menghentikan

merokok. Antibiotik diberikan pada pneumonia, sarkoidosis

diobati dengan kortikosteroid dan batuk pada gagal jantung

kongestif dengan digoksin dan furosemid.

Pengobatan spesifik juga dapat berupa tindakan bedah

seperti reseksi paru pada kanker paru, polipektomi,

menghilangkan rambut dari saluran telinga luar (Yunus, 2003).

2) Pengobatan simptomatik

Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat

ditentukan penyebab batuknya maupun kepada penderita yang

batuknya merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan

potensial dapat menimbulkan komplikasi.

a) Batuk produktif

1) Emolliensia

Memperlunak rangsangan batuk, memperlicin

tenggorokan agar tidak kering, dan melunakan selaput

lendir yang teriritasi untuk tujuan ini banyak digunakan

sirup, zat-zat lendir, dan gula-gula, seperti, drop,

permen, pastilles isap.

2) Ekspektoransia

Ekspektoran adalah obat yang dapat

merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas,

Obat ini diduga bekerja secara refleks merangsang

sekresi kelenjar saluran napas, sehingga dapat

menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran

dahak. Beberapa contoh ekspektoran yang dapat

digunakan pada swamedikasi antara lain amonium

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

17

klorida, gliseril, guaiakolat dan succus liquiritiae yang

merupakan salah satu komponen dari obat batuk hitam

(OBH) (DepKes, 2006).

Memperbanyak produksi dahak (yang encer)

dan demikian mengurangi kekentalannya, sehingga

mempermudah pengeluarannya dengan batuk, misalnya

guaiakol, radix Ipeca, dan ammonium klorida dalam

obat batuk hitam yang terkenal.

3) Mukolitika

Mukolitik adalah obat yang dapat

mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan

memecah benang-benang mukoprotein dan

mukopolisakarida dari sputum. Beberapa contoh

mukolitik yang dapat digunakan pada swamedikasi

antara lain bromheksin dan asetilsistein (Estuningtyas

& Azalia, 2007).

Obat ini memecah rantai molekul mukoprotein

sehingga menurunkan viskositas mukus. Asetilsistein,

karbosistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol.

b) Batuk non produkttif

Usaha yang terbaik adalah dengan menekan susunan

saraf pusat yang menjadi pusat batuk, yaitu dengan obat

penekan batuk. Obat-obat yang berdaya menekan

rangsangan batuk:

1) zat-zat pereda : kodein, noskapin, dekstrometorfan.

2) Antihistaminika: prometazin, difenhidramin, dan d-

klorfeniramin. Obat-obat ini sering kali efektif pula

berdasarkan efek sedatifnya dan terhadap perasaan

menggelitik pada tenggorokan.

3) Anestetika lokal : pentoksiverin. Obat ini menghambat

penerusan rangsangan batuk ke otak (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/4766/3/BAB II.pdf · 2017-10-18 · singkat, ringkas, menggunakan huruf besar dan tebal. Selain itu penggunaan huruf tidak kurang dari

18

E. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep Pengaruh Edukasi Ceramah & Booklet Terhadap Ketepatan

Penggunaan Obat Untuk Swamedikasi Batuk

F. Hipotesis

1. Terdapat perbedaan ketepatan penggunaan obat untuk swamedikasi batuk

sebelum dan sesudah dilakukan edukasi dengan booklet.

2. Terdapat perbedaan ketepatan penggunaan obat untuk swamedikasi batuk

sebelum dan sesudah dilakukan edukasi dengan ceramah.

3. Terdapat perbedaan keefektivan antara metode ceramah dan booklet

terhadap ketepatan penggunaan obat untuk swamedikasi batuk.

Swamedikasi

Ceramah Tepat Penggunaan Obat

Tepat

Tidak Tepat

Booklet Tepat Penggunaan Obat

Tepat

Tidak Tepat

Efektivitas Metode Edukasi..., Krisvia Ayu Prandini, Fakultas Farmasi, UMP, 2014