Post on 24-Jul-2015
description
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Revitalisasi
1. Konservasi
a. Definisi Konservasi
Segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna luktural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi
seluruh kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat. Dapat pula mencakup preservasi (pelestarian suatu
tempat persis keadaan aslinya), rehabilitasi (mengembalikan suatu
tempat ke keadaan semula), rekonstruksi (mengembalikan suatu
tempat semirip mungkin dengan keadaan semula), revitalisasi
(merubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih
sesuai) (Piagam Burra 1981).
Konservasi harus memproteksi keberadaan lingkungan dan ruang
kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah
dan juga aktifitasnya (Shirvani: 1984).
Konservasi bertujuan untuk mefestarikan apa yang ada sekarang dan
mengarahkan perkembangannya menuju masa depan. Konservasi
digunakan untuk menjaga agar tempat-tempat yang menarik dan
dapat dipakai tidak dihancurkan /dirubah dengan cara yang tidak
sesuai. (Dinas Pariwisata).
b. Dasar Konservasi
1) Keterkaitan dengan massa lalu.
2) Sudah merupakan bagian dari hidup masyarakat.
3) Melestarikan identitas dan jati diri.
4) Keterkaitan dengan peristiwa sejarah yang penting.
5) Nilai seni arsitektural dan aspek budaya yang terkandung
didalamnya.
6) Keindahan lingkungan kota Pelestarian kualitas lingkungan hidup.
7
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
c. Kriteria Konservasi
Dalam pelaksanaan suatu konsep konservasi perlu ditentukan sejumtah
tolok ukur (kriteria) dan motivasi. Berikut ini adalah beberapa kriteria
umum yang biasa digunakan untuk menentukan obyek yang perlu
diiestarikan yang didasarkan dari beberapa pendapat, antara lain:
1) Estetika :Nilai arsitektural yang mewakili sejarah tertentu.
2) Kejamakan : Mewakili kelas dan jenis khusus
3) Kelangkaan : Sisa warisan yang tidak dimiliki daerah lain
4) Keluarbiasaan : Memiliki keistimewaan sebagai tanda/ ciri kawasan
5) Peranan Sejarah : Memiliki nilai sejarah dari perkembangan kota.
6) Memperkuat kawasan : Meningkatkan mutu dan citra lingkungan.
7) Keragaman Fungsi.
8) Nilai Sumber daya
9) Nilai Ekonomi dan Komersial
d. Dasar Pertimbangan Konservasi
Komponen Konservasi
Gaya Arsitektur: Merupakan pola arsitektural bangunan tua yang
terbagi berdasarkan masa berkembangnya, dan bentuk-bentuk
arsitektural yang digunakan dalam gaya tersebut.
Skala & Proporsi: Skala bangunan merupakan perbandingan antara
satu bangunan dengan bangunan lainnya, sementara proporsi adalah
perbandingan elemen yang terdapat daalm satu bangunan.
Ornamen: Merupakan pola-pola yang digunakan sebagai elemen
estetis bangunan, tergantung gaya yang ada pada bangunan.
Fasade Bangunan: Merupakan bagian yang dapat memperlihatkan
ekspresi dari suatu bangunan.
Warna, Interior, bentuk bangunan, material bangunan, struktur &
konstruksi bangunan.
Fungsi: Merupakan kegiatan yang ditampung dalam bangunan
tersebut.
8
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
e. Manfaat Konservasi (Eko Budiharjo)
Pelestarian memperkaya pengalaman visual, memberi kaitan yang
berara dengan masa lalu.
Pada saat perubahan dan pertumbuhan terjadi secara cepat seperti
sekarang, kelestarian lingkungan lama memberi suasana permanen
yang menyegarkan.
Pelestarian memberi keamanan psikologis bagi seseorang untuk
dapat melihat, menyentuh, merasakan buku sejarah.
Pelestarian warisan arsitektur menyediakan catatan sejarah tentang
masa lalu dan melambangkan keterbatasan hidup manusia.
Pelestarian lingkungan lama adalah suatu aset komersial dalam
kegiatan wisata intemasional.
f. Motivasi Konservasi (Urban Planning (1979:313)
Melindungi warisan budaya.
Menjamin variasi dalam bangunan kota.
Ekonomis :dapat meningkatkan nilainya bila dipelihara dengan baik.
Simbolis :motif simbolis untuk pelestarian berkaitan dengan suatu
pandangan bahwa menghancurkan bangunan hampir sama dengan
memusnahkan kelompok sosial tertentu.
g. Sasaran Konservasi
Mengembalikan wajah dari objek pelestarian.
Memanfaatkan objek pelestarian untuk menunjang kehidupan. Masa
kini.
Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan
perencanaan masa lalu, tercermin dalam obyek pelestarian.
Menampilkan sejarah pertumbuhan lingkungan kota, dalam wujud
fisik tiga dimensi.
h. Strategi Konservasi
Lingkup Sasaran:
Gedung, lahan, kawasan dengan kehidupan budaya dan tradisi yang
mempunyai arti.
9
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
Syarat Obyek:
Memiliki kriteria umum yang biasa digunakan untuk menentukan
objek yang perlu dielstarikan, yaitu estetika, kejamakan, kelangkaan,
peranan sejarah, memeperkuat kawasan didekatnya, keistimewaan
Dalam skala yang lebih luas yakni bagian kota atau wilayah, kriteria
yang dapat digunakan dalam proses penentuan konservasi adalah
sebagai berikut:
- Kriteria arsitektural yang tinggi disamping memiliki proses
pembentukan waktu yang lama atau keteraturan dan
keanggunan
- Kriteria historis.Kawasan memiliki nilai historis dan kelangkaan
yang memberikan inspirasi dan referensi bagi kehadiran
bangunan baru, meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan
kembali keberadaanya yang memudar
- Kriteria simbolis. Kawasan memiliki makna simbolis paling
efektif bagi pembentukan citra suatu kota.
i. Konsep Konservasi
Melestarikan suatu tempat sedemikiari rupa sehingga
mempertahankan nilai kulturalnya.
Melestarikan, Melindungi, Memanfaatkan sumber daya suatu
tempat.
Memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/
memberi wadah bagi kegiatan yang asam/ kegiatan yang baru sama
sekali.
Meningkatkan nilai ekonomi suatu bangunan sehingga benilai
komersial untuk modal suatu lingkungan.
Mengupayakan semaksimal mungkin agar orisinalitas/keaslian
bentuk, wajah bangunan serta pola kawasan tetap dipertahankan.
10
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
2. Revitalisasi
a. Pemahaman Revitalisasi
Revitalisasi berasal dari kata re dan vitalitas. Re berarti kembali dan
vitalitas berarti daya hidup (vita: hidup). Revitalisasi mempunyai makna
upaya untuk mengembalikan serta menghidupkan kembali vitalitas yang
pernah ada pada kawasan kota yang mengalami degradasi, melalui
intervensi fisik dan non fisik (rehabilitasi ekonomi, rekayasa sosial budaya
serta pengembangan institutional) (Danisworo: 1988).
Revitalisasi/adaptasi dilakukan dengan merubah suatu tempat agar
dapat digunakan untuk fungsi yang lebih sesuai. Fungsi tersebut tidak
menuntut adanya perubahan fisik atau hanya memerlukan sedikit
perubahan atau dampak minimal. Langkah ini dilakukan apabila
konservasi sulit dilakukan dan asalkan tidak merusak nilai budayanya.
Revitalisasi merupakan upaya untuk menata kembali suatu wilayah
melalui peningkatan kualitas fisik dengan tujuan meningkatkanvitalitas
sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik wilayah tersebut (Dokumen Pecinan
Dalam, Hesti, 2005). Pengertian revitalisasi tersebut juga dapat diartikan
menghidupkan kembali suatu kawasan yang sudah mati; meningkatkan
kawasan yang sudah hidup; menyuntikan sesuatu yang baru (aktivitas
dan bangunan)pada suatu kawasan. (Kimpraswil, 2003)
Menurut Danisworo (1988), Revitalisasi adalah upaya untuk
memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya
pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduruan/degradasi.
Berdasarkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11
TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal
1 Butir 31, Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan
untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan
11
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip
pelestarian dan nilai budaya masyarakat.
Berdasarkan Departemen Kimpraswil (2005), definisi revitalisasi
adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang
pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan
mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang
dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota
Menurut Hanan (2001), revitalisasi bertujuan untuk :
1. Menghidupkan kembali kawasan pusat kota yang memudar atau
menurun kualitas lingkungannya.
2. Meningkatkan nilai ekonomis kawasan yang strategis.
3. Merangsang pertumbuhan daerah sekitarnya.
4. Mendorong peningkatan ekonomi lokal dari dunia usaha
danmasyarakat.
5. Memperkuat identitas kawasan
6. Mendukung pembentukan citra kota.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses,
cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya
kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu
atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti
sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya).
Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara,
dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali
berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah
membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara
umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi
penting dan perlu sekali.
12
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
Revitalisasi termasuk di dalamnya adalah konservasi-preservasi
merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan
warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan
estetika-arsitektural. Atau tepatnya merupakan upaya pelestarian
lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan
mencegah terjadinya proses kerusakan.Tergantung dari kondisi
lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya
disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi dan/atau
rekonstruksi.Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali
suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan
tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu,
revitalisasi adalah kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda
cagar-budaya untuk pemakaian baru. Revitalisasi fisik diyakini dapat
meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang-ruang publik) kota,
namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan
dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang
merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan
(environmental objectives). Hal ini mutlak diperlukan karena melalui
pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah
mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan
fasilitas dan infrastruktur kota.
Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi
sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan
aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan
memanfaatkan potensi lingkungan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu
yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga
harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta
pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu
adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan
sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan
13
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak
hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat luas. Ada
beberapa aspek lain yang penting dan sangat berperan dalam revitalisasi,
yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam mengelola
keterlibatan banyak pihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi. Selain
itu revitalisasi juga dapat ditinjau dari aspek keunikan lokasi dan tempat
bersejarah. atau revitalisasi dalam rangka untuk mengubah citra suatu
kawasan.
Dengan dukungan mekanisme kontrol/pengendalian rencana
revitalisasi harus mampu mengangkat isu-isu strategis kawasan, baik
dalam bentuk kegiatan/aktifitas sosial-ekonomi maupun karakter fisik
kota. Rancang kota merupakan perangkat pengarah dan pengendalian
untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap
tuntutan kebutuhan dan fungsi baru.
(http://dewiultralight08.wordpress.com/2011/03/10/pengertian-revitalisasi/)
b. Tahapan Revitalisasi
Pelaksanaan revitalisasi harus melalui beberapa tahapan, di mana
masing-masing tahapan harus memberikan upaya untuk mengembalikan
atau menghidupkan kawasan dalam konteks perkotaan. Dengan
demikian konservasi bangunan dan kawasan bersejarah merupakan
tempat yang dapat difungsikan kembali menjadi kawasan yang
mempunyai nilai sosial-ekonomi tinggi. Tahapan-tahapan yang dapat kita
cermati di antaranya adalah:
1) Intervensi fisik, intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi
dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan
kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung,
sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan;
14
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
2) Rehabilitasi ekonomi, revitalisasi yang diawali dengan proses
peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi
kegiatan ekonomi; dan
3) Revitalisasi sosial/institusional, keberhasilan revitalisasi sebuah
kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang
menarik (interesting), jadi bukan beautiful place.
c. Strategi Revitalisasi
Menurut Danisworo (1988) terdapat tiga kategori strategi revitalisasi
berdasarkan tingkat perubahannya. Untuk tingkat perubahan kecil
diterapkan preservasi/konservasi. Tingkat perubahan sedang diterapkan
rehabilitasi, dan untuk tingkat perubahan besar dilakukan redevelopment
(pembangunan kembali).
Pendekatan strategi revitalisasi menurut beberapa ahli seperti
Danisworo (1988), Karyoedi (1992), dan Sudjiarto (1992) serta Piagam
Burra dapat dijelaskan dari lingkup sasaran, syarat obyek dan strateginya
masing masing sebagai berikut;
1) Pendekatan preservasi mempunyai lingkup sasaran monumen,
bangunan atau lingkungan. Kriteria umum yang biasa digunakan
untuk menentukan obyek yang perlu dilestarikan yakni estetika,
kejamakan, kelangkaan, peranan sejarah, memperkuat kawasan di
dekatnya, serta keistimewaan. Strategi yang dilakukan antara lain
melindungi/melestarikan bangunan yang mempunyai nilai historis
dan menunjang fungsi kota, melestarikan unsur-unsur alam dari
kerusakan. Memelihara sesuai dengan aslinya serta mencegah
proses kerusakan. Selain itu mengupayakan semaksimal mungkin
agar orisinalitas/keaslian bentuk, fasade bangunan, monument serta
pola kawasan tetap dipertahankan.
2) Pendekatan konservasi mempunyai lingkup obyek berupa gedung,
lahan, kawasan dengan kehidupan budaya dan tradisi yang
mempunyao arti atau kelompok gedung termasuk lingkungannya
15
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
(cagar budaya, hutan lindung, dsb). Dengan criteria umum yakni
estetika, kejamakan, kelangkaan, peranan sejarah, memperkuat
kawasan di sekitarnya, dan keistimewaan. Dalam skala lebih luas
yakni bagian kota atau wilayah, kriteria yang dapat digunakan dalai
penentuan proses konservasi antara lain kriteria arsitektural yang
tinggi disamping memiliki proses pembentukan waktu yang lama
atau keteraturan dan keanggunan (elegan). Kriteria historis yang
memberikan inspirasi dan referensi untuk kehadiran bangunan baru,
meningkatkan vitalitas bahkan menghidupkan kembali
keberadaannya yang memudar. Kriteria simbolis maksudnya
kawasan yang memiliki makna simbolis paling efektif bagi
pembentukan citra suatu kota. Strategi yang dilakukan antara lain
melestarikan suatu tempat sedemikian rupa sehingga
mempertahankan nilai kulturalnya. Melestarikan, melindungi,
memanfaatkan sumber daya suatu tempat. Memanfaatkan
kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/member wadah bagi
kegiatan yang sama/kegiatan yang baru sama sekali. Mencegah
perubahan sosial masyarakat dan tradisi, meningkatkan nilai
ekonomi bangunan sehingga bernilai komersial. Mengupayakan
semaksimal mungkin agar orisinalitas/keaslian bentuk, fasade
bangunan serta pola kawasan tetap dipertahankan.
3) Pendekatan rehabilitasi mempunyai lingkup pelestarian khusus yakni
bangunan dan lingkungan kota. Yakni apabila kawasan menunjukkan
gejala kemerosotan antara lain adanya kemerosotan kondisi
lingkungan yang diakibatkan oleh umur bangunan dan
pemeliharaannya. Sarana dan prasarana dari sebagian/seluruh
kawasan yang tidak dapat dipertahankan lagi kehadirannya. Adanya
penurunan nilai ekonomis kegiatan yang ada sebelumnya yang tidak
mendukung fungsi kegiatan usaha tersebut. Atau apabila fungsinya
sudah tidak memadai sama sekali dan fungsi umumnya tidak sesuai
dengan struktur tata ruang kota. Fungsi kawasan jelas dan tidak ada
16
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
perubahan fungsi yang drastic. Selain itu kawasan berada pada lokasi
yang telah mantap dan sesuai dengan rencana peruntukan lahan.
Strategi revitalisasi antara lain mengembalikan fungsi seperti sedia
kala, mengembalikan kondisi bangunan yang mengalami kerusakan.
Mengupayakan semaksimal mungkin orisinalitas bentuk, fasade serta
pola kawasan tetap dipertahankan. Strategi selanjutnya adalah
meningkatkan nilai ekonomis, meningkatkan kualitas lingkungan
hidup serta menambah, memperbaiki, dan memelihara fasilitas
umum.
4) Pendekatan redevelopment (pembangunan kembali) mempunyai
lingkup obyek pelestarian bangunan, lingkungan,dan kawasan kota.
Kawasan mengalami kemerosotan fisik dalam hal adanya
kemerosotan kondisi lingkungan, serta sarana dan prasarana tidak
dapat dipertahankan lagi kehadirannya. Penurunan nilai ekonomis
yang kurang mendukung kegiatan usaha tersebut. Bangunan
tersebut sudah tidak memadai sama sekali dan tidak sesuai dengan
struktur ruang kota. Strategi yang perlu dilakukan antara lain
membongkar dan membangun sarana yang sudah tidak
dipertahankan lagi. Membongkar dan membangun kembali
bangunan, lingkungan, dan kawasan kota. Meningkatkan nilai
ekonomis agar daya guna dapat bersifat multi guna serta merubah
dan atau mempertahankan fungsi kawasan.
d. Kriteria Penilaian Bangunan untuk Dilestarikan
1. Menurut "BMA"
a) Nilai obyeknya sendiri
- Obyek tersebut merupakan contoh yang baik dari gaya
arsitektur tertentu atau hasil karya dari arsitek terkenal.
- Obyek mempunyai nilai estetik, didasarkan pada kualitas
eksterior maupun interior dalam bentuk maupun detil.
17
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
- Obyek merupakan contoh yang unik dan terpandang untuk
periode atau gaya tertentu.
b) Fungsi obyek dalam lingkungan urban
- Kaitan antara obyek dengan bangunan lain atau ruang kota
seperti misalnya jalan, plaza, taman, penghijauan kota, dan
yang berkaitan dengan kualitas arsitektur/urban secara
menyeluruh.
- Obyek merupakan bagian dari kompleks bersejarah dan
jelas jelas berharga untuk dilestarikan dalam tatanan itu.
- Obyek merupakan landmark yang mempunyai karakteristik
dan dikenal dalam kota atau mempunyai nilai emosional
bagi penduduk kota.
c) Fungsi obyek dalam lingkungan sosial dan budaya
- Obyek dikaitkan dengan kenangan historis seperti misalnya
"Gedung Merdeka" di jalan Asia Afrika, yang tidak hanya
mempunyai nilai arsitektur saja, tetapi juga merupakan
peninggalan bernilai historis.
- Obyek menunjukkan fase tertentu dalam sejarah dan
perkembangan kota, seperti misalnya bangunan Kabupaten
di Alun-Alun.
- Obyek yang mempunyai fungsi penting dikaitkan dengan
aspek-aspek fisik, emosional atau keagamaan, seperti
mesjid dan gereja.
2. Menurut Haryoto Kunto dalam buku "Wajah Bandoeng Tempo
Doloe"
a) Sesuai dengan "Monumenten Ondonantie" tahun 1931, yaitu
bangunan yang sudah berumur 50 tahun atau lebih, yang
"kekunoannya" (antiquity) dan "keasliannya" telah teruji.
18
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
b) Ditinjau dari segi estetika dan seni bangunan, memiliki "mutu"
cukup tinggi (master piece) dan mewakili gaya corak-bentuk seni
arsitektur yang langka ditemukan.
c) Bangunan atau monumen, yang representetif mewakili
jamannya.
d) Monumen/Bangunan mempunyai anti dan kaitan sejarah
dengan kota Bandung, maupun peristiwa nasional/internasional.
3. Menurat buku "Introduction to Urban Planning ":
a) ESTETIKA
Bangunan/lingkungan yang memiliki sesuatu yang khusus dalam
sejarah perkembangan "style" dalam kurun waktu tertentu.
b) TYPICAL
Bangunan-bangunan yang merupakan wakil dari kelas atau type
bangunan tertentu.
c) KELANGKAAN
Bangunan yang hanya tinggal satu-satunya, atau peninggalan
terakhir dari style yang mewakili jamannya.
d) PERANAN SEJARAH
Bangunan/lingkungan yang merupakan tempat dimana terjadi
peristiwa peristiwabersejarah, sebagai ikatan simbolis antara
peristiwa yang lalu dengan peristiwa sekarang.
e) YANG PALING MENONJOL:
Bangunan-bangunan yang paling:
- pertama dibuat
- besar
- tinggi
4. Menurut "Historic Preservation Element Guidelines", Office of Planning
and Research, State of California, September 1976.
Kriteria dapat berupa pertanyaan-pertenyaan:
19
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
a) Apakah obyek tersebut ada hubungannya dengan orang, kelompok,
atau peristiwa penting?
b) Apakah obyek merupakan contoh yang jarang dari gaya arsitektur
atau teknik konstruksi tertentu?
c) Apakah obyek itu mengingatkan kita pada tahap awal atau
perkembangan atau fungsi penting dalam lingkungan?
d) Apakah ada arkeologi atan paleontologi yang potensial di sini?
e) Apakah bentuk-bentuk landscape, fixture, atau elemen desain
merupakan komponen penting dari kualitas pandangan lingkungan,
wilayah, jalan ataupun tanah pribadi?
f) Apakah obyek merupakan titik pandangan yang penting bagi
masyarakat di situ?
g) Apakah obyek merupakan.bagian yang tidak terpisahkan dari
streetscape; yang jika dihilangkan akan segera mempengaruhi
hubungan ruang dan desain yang sudah dirasakan secara tradisional
dari wilayah yang berdekatan atau yang lebih luas lagi?
5. Preseden Revitalisasi
1. Revitalisasi Dalam Rangka Konservasi Warisan Budaya Kota
Palembang
Warisan budaya akan menjadi objek yang menarik, sehingga
dikunjungi banyak orang
dengan cara revitalisasi,
yaitu mengubah tempat
agar dapat digunakan
untuk fungsi yang lebih
sesuai. Dalam rangka
revitalisasi diperlukan konservasi yang memperhatikan keaslian
20
Sungai Musi Palembang
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
ekspresi, gaya bangunan, keunikan seni kriya, lingkungan sekitar
bangunan, kekhasan bangunan yang digunakan, keluwesan ruang
dan kesinambungan pemanfaatannya dari waktu ke waktu. Dengan
pengelolaan secara intensif, warisan budaya yang tidak menonjol
dapat menjadi industri kepariwisataan yang mampu menyedot
jutaan wisatawan. Revitalisasi warisan budaya kota Palembang
dilaksanakan dalam rangka pengembangan Kota Palembang sebagai
Kota Wisata Sungai.
a) Pelaku
Pemerintah : melakukan perencanaan
Swasta : pelaksana dan publikasi
b) Aktivitas
1) Pengaturan kembali arus lalu-lintas agar bangunan dan
lingkungan bersejarah yang masih bertahan tidak terganggu
oleh debu, getaran dan bau dari kendaraan bermotor,
khususnya kendaraan berat, misalnya pada Masjid Agung
Palembang perlu dialihkan sebagian kendaraan untuk tidak
melewati, sehingga mengurangi polusi disekitar mesjid serta
mengurangi suara bising.
2) Perencanaan dan Perancangan perkotaan yang mengacu
pada kekhasan nuansa yang bersejarah seperti tata lampu
dengan sedikit menerangi bangunan bersejarah pada bagian
atapnya sehingga dapat menambah nilai estetika bangunan
tersebut.
3) Penyusunan rencana kegiatan bazar, pameran atau
pementasan seni budaya di ruang terbuka seperti di Masjid
Agung dapat dibuat sebagai tempat pusat penggalian
kebudayaan dan tempat pameran dan pegelaran busana
muslim.
21
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
4) Penanaman pohon yang dapat menyejukan guna
menghijaukan kota dan menyegarkan kawasan bangunan
bersejarah.
5) Pembuatan gapura bertuliskan “Selamat Datang” dengan
ukiran yang bernuansa khas daerah terutama di kawasan
bangunan bersejarah.
Tolak ukur aktivitas revitalisasi:
1) Penyusunan dan peninjauan kembali ketentuan
pelaksanaan pelestarian lingkungan dan bangunan,
antara lain ketentuan pokok pemugaran lingkungan dan
bangunan, pedoman teknis pelestarian dan ketentuan
insentif dan bonus pembangunan pelestarian.
2) Peningkatan kemampuan teknis dan adminstratif personil
pelestarian.
3) Inventarisasi, identifikasi, penggambaran dan
pendokumentasian bangunan bersejarah.
4) Peningkatan kerjasama antar Pemerintah Daerah dengan
unit-unit terkait seperti LSM, Asosiasi Profesi dan
penyandang dana.
5) Pemugaran bangunan bersejarah milik Pemerintah Daerah
dan atau masyarakat.
6) Peningkatan pelayanan umum kepada masyarakat yang
akan melaksanakan pemugaran bangunan bersejarah
milik mereka.
7) Perencanaan dan perancangan kawasan bersejarah
seperti Benteng Kuto Besak, Mesjid Agung dan bangunan
tua yang mempunyai nilai sejarah.
22
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
2. Revitalisasi Lapangan Karebosi: Peningkatan Nilai Manfaat Ruang
23
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
Sebagai salah satu kota dunia, Makassar tumbuh dan
berkembang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan global yang
melingkupinya. Aktivitas perkotaan yang mulai bergerak pada pagi
hari dan berakhir pada malam hari telah mewarnai aktivitas
keseharian Kota Makassar. Tuntutan komunikasi global antar
belahan dunia menciptakan ruang waktu beraktivitas yang semakin
panjang. Komunikasi bisnis dengan Amerika (selisih 12 jam dengan
Kota Makassar) hanya bisa dilakukan pada waktu malam hari
sehingga waktu produktif semakin bertambah. Perpanjangan waktu
aktivitas merupakan salah satu bentuk dari optimalisasi ruang, atau
dengan kata lain satu parcel lahan akan sangat bermanfaat jika dapat
berfungsi mendekati waktu manfaat maksimal selama 24 jam.
Pada saat ini Lapangan Karebosi dengan luas area sebesar
kurang lebih 11 Ha (termasuk area jalur pejalan kaki di sekelilingnya)
hanya memiliki waktu manfaat keseharian yang dimulai pada pagi
hari (05.30-10.00) sebagai area olahraga massal/senam serta
dimanfaatkan oleh beberapa sekolah-sekolah tingkat dasar di
sekitarnya sebagai lapangan olahraga dan kemudian mulai bangkit
lagi pada pukul 15.30-18.00 sebagai area olahraga sepak bola dan
olahraga lainnya, kecuali pada lapangan olahraga sisi Jl. Kajolalido
memiliki waktu manfaat lebih panjang hingga pukul 22.00. Pada
kondisi ini secara ekonomi dan sosial waktu manfaat lahan seluas 11
Ha pada pusat Kota Makassar berada pada tingkatan tidak produktif.
24
Lapangan Karebosi, Makassar
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
Lapangan Karebosi pada waktu-waktu tertentu juga
dimanfaatkan sebagai area kompetisi, area konser musik, area
permainan (antara lain Disney Lantern Fantasy), area shalat hari raya
(Idul Fitri dan Idul Adha), area kampanye politik, dan beberapa
kegiatan temporerial lainnya. Pemanfaatan secara temporer non-
scheduled tersebut tidak dapat diprediksikan intensitasnya dalam 1
bulan bahkan 1 tahun, sehingga produktivitas ruang dalam satu
satuan waktu tidak dapat diproyeksikan secara baik.
Berangkat dari pemanfaatan ruang seoptimal mungkin, maka
Revitalisasi Lapangan Karebosi mencoba meningkatkan fungsi lahan
mendekati waktu maksimal pemanfaatan lahan 24 jam. Keberadaan
area perekonomian dan parkir bawah tanah telah mengangkat
25
3D Lapangan Karebosi yang baru
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
potensi lahan dengan waktu manfaat yang cukup panjang. Sebagai
ilustrasi, dengan keberadaan ruang bawah tanah sebagai ruang
parkir (termasuk terminal drop off) dan area perekonomian, maka
manfaat lahan di Lapangan Karebosi dapat dimulai pada pagi hari
05.30 dengan bangkitan aktivitas olahraga, pujasera permukaan-
pasar kue pagi hari dan terminal. Selanjutnya aktivitas tersebut
bergerak dan berubah, yang kemudian berakhir pada pukul 23.00,
belum termasuk area pujasera permukaan yang dapat diperpanjang
hingga pukul 02.00 dini hari. Jika dihitung maka waktu manfaat
Lapangan Karebosi pasca revitalisasi dapat mencapai 20 jam waktu
manfaat.
Waktu manfaat tersebut dapat dikonversi dan diproyeksikan
dalam hitungan ekonomis-matematis, yang kemudian diperoleh
hitungan kasar perputaran uang di Lapangan Karebosi setiap harinya
dapat mencapai minimal 110 juta rupiah, atau kurang lebih 3,3
Milyar rupiah setiap bulannya pada area seluas 11 ha. Peningkatan
nilai lahan pasca revitalisasi berdampak pada perputaran uang yang
relatif cukup besar pada Lapangan Karebosi.
Berdasarkan
kajian dari beberapa
sumber terkait usia
bangunan, diperoleh
usia waktu susut
bangunan terjadi
pada tahun ke 50.
Sedangkan manfaat
jangka pendek (short
term benefit) investasi Revitalisasi Lapangan Karebosi akan diperoleh
pada akhir tahun 2008, yaitu: lapangan sepak bola sisi Jl. Kartini,
lapangan upacara termasuk fasilitas pelengkap lainnya, serta area
pelataran pejalan kaki sisi Jl. A. Yani dan sisi Jl. Jend. Sudirman.
26
Lapangan Karebosi yang baru
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
Program investasi Revitalisasi Lapangan Karebosi sangat
menguntungkan Pemerintah Kota Makassar dari aspek pembiayaan
infrastruktur kota.
Revitalisasi Lapangan Karebosi memperluas akses aktivitas
berolahraga pada ruang publik serta membuka peluang usaha baru
bagi warga kota Makassar.
B. Tinjauan Pabrik Gula
Suatu bangunan industri besar di mana para pekerja mengolah benda atau
mengawasi pemrosesan mesin dari satu produk menjadi produk lain, sehingga
mendapatkan nilai tambah. Kebanyakan pabrik modern memiliki gudang atau
fasilitas serupa yang besar yang berisi peralatan berat yang digunakan untuk lini
perakitan. Pabrik mengumpulkan dan mengkonsentrasikan sumber
daya: pekerja, modal, dan mesin industri. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pabrik, terakhir
diubah pada 00.32, 13 September 2011.)
Pabrik gula partikulir dan milik negara di Indonesia mulai bermunculan
setelah dimulainya era liberalisme di masa penjajahan Hindia-Belanda(1870),
dengan diperkenalkannya Hak Sewa Tanah untuk penggunaan selama 70 tahun.
Sebelumnya, telah berdiri sejumlah pabrik gula sederhana untuk mengolah
panenan tebu, yang termasuk dalam komoditi yang diikutsertakan dalam
program Cultuurstelsel.
Berikut ini adalah daftar pabrik gula di Indonesia :
1. PG Asembagus Situbondo Jawa Timur, (lokasi)
2. PG Bandjaratma Brebes Jawa Tengah, (lokasi)
3. PG Bone (Arasoe) Bone Sulawesi Selatan[1]
4. PG Bantul, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Tinggal Kenangan
5. PG Camming Bone Sulawesi Selatan[1]
6. PG Candi Sidoarjo Jawa Timur, (lokasi)
7. PG Ceper Baru Klaten Jawa Tengah, (lokasi)
8. PG Cepiring Kendal Jawa Tengah, (lokasi)
9. PG Cinta Manis, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra Selatan, (lokasi sementara)
27
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
10. PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah, Lampung, (lokasi)
11. PT Pemuka Sakti Manisindah, Way Kanan, Lampung
12. PT Sugar Group Companies, Tulang Bawang, Lampung
13. PG Colomadu Karanganyar Jawa Tengah, (lokasi)
14. PG Cukir (Tjoekir) Cukir, Diwek, Jombang, Jawa Timur, (lokasi)
15. PG De Maas, Besuki, Situbondo, Jawa Timur, (lokasi)
16. PG Gempol Palimanan, (lokasi)
17. PG Gempolkerep Mojokerto, Jawa Timur, (lokasi)
18. PG Gending, Probolinggo, Jawa Timur, (lokasi)
19. PG Gondang Baru, Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah, (lokasi)
20. PG Gondang Lipuro, Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Tinggal
Kenangan
21. PG Jatibarang Brebes, Jawa Tengah, (lokasi)
22. PG Jatiwangi, Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, (lokasi)
23. PG Jatitujuh Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, (lokasi)
24. PG Jombang Baru Jombang, Jawa Timur, (lokasi)
25. PG Kadhipaten, Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, (lokasi)
26. PG Kalibagor Banyumas, Jawa Tengah, (lokasi)
27. PG Kanigoro Madiun, Jawa Timur, (lokasi)
28. PG Karangsuwung, Karangsuwung, Karangsembung, Cirebon, Jawa
Barat, (lokasi)
29. PG Kebon Agung, Malang, Jawa Timur, (lokasi), [1]
30. PG Kedaton, Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Tinggal Kenangan
31. PG Kedawung, Pasuruan, Jawa Timur, (lokasi)
32. PG Kersana
33. PG Ketanggungan Barat/PG Tersana II, Brebes, Jawa Tengah, (lokasi)
34. PG Krembung, Sidoarjo, Jawa Timur, (lokasi)
35. PG Krian, Jawa Timur, (lokasi)
36. PG Krebet Baru 1, Malang, Jawa Timur, (lokasi)
37. PG Krebet Baru 2, Malang, Jawa Timur
38. PG Lestari, Nganjuk Jawa Timur, (lokasi)
28
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
39. PG Madukismo Bantul Yogyakarta, (lokasi)
40. PG Merican Kediri Jawa Timur, (lokasi)
41. PG Mojopanggung, Tulungagung, Jawa Timur, (lokasi)
42. PG Mojo, Sragen, Jawa Tengah, (lokasi)
43. PG Mojodikota
44. PG Ngadirejo Kediri, Jawa Timur, (lokasi)
45. PG Olean, Situbondo, Jawa Timur, (lokasi)
46. PG Pandji, Situbondo, Jawa Timur, (lokasi)
47. PG Pagottan, Madiun, Jawa Timur, (lokasi)
48. PG Pajarakan, Probolinggo, Jawa Timur, (lokasi)
49. PG Pakis Baru Pati Jawa Tengah, (lokasi)
50. PG Pangka, Tegal Jawa Tengah, (lokasi), [2]
51. PG Pesantren Baru, Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, (lokasi)
52. PG Prajekan, Bondowoso, (lokasi)
53. PG Pundong, Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Tinggal Kenangan
54. PG Purwodadi (Poerwodadie), Magetan, Jawa Timur
55. PG Purwokerto
56. PG Rejo Agung, Madiun, Jawa Timur, (lokasi)
57. PG Rejosari, Magetan, Jawa Timur
58. PG Rendeng Kudus, Jawa Tengah, (lokasi)
59. PG Semboro, Jember, Jawa Timur, (lokasi)
60. PG Sindanglaut, Jawa Barat, (lokasi)
61. PG Sragi, Pekalongan, Jawa Tengah, (lokasi)
62. PG Subang Pasir Bungur Subang, Jawa Barat, (lokasi)
63. PG Sudono (Soedhono), Madiun, Jawa Timur, (lokasi)
64. PG Sugarindo Singaparna Jawa Barat, (lokasi)
65. PG Sumberharjo
66. PG Takalar, Takalar, Sulawesi Selatan, (lokasi)
67. PG Tasikmadu Karanganyar Jawa Tengah, (lokasi), [3]
68. PG Trangkil, Pati, Jawa Tengah, (lokasi)
69. PG Tersana Baru, Cirebon, Jawa Barat, (lokasi)
29
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
70. PG Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, (lokasi)
71. PG Watutulis, Jawa Timur, (lokasi)
72. PG Wonolangan, Probolinggo, Jawa Timur, (lokasi)
73. PG Wringinanom, Situbondo, Jawa Timur, (lokasi)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pabrik_gula_di_Indonesia, terakhir diubah pada 15.39,
26 Agustus 2011)
C. TINJAUAN MUSEUM
Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah
lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat
dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merewat,
menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan
lingkungannya untuk tujuantujuan studi, pendidikan dan rekreasi.
Sedangkan Museum menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995
Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan,
pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya
manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan
dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik,
dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian,
mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata
kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.
(http:// id.wikipedia.org/wiki/Museum , terakhir diubah pada 14.42, 27 Oktober 2011. )
1. Ruang Pada Museum
a. Berdasarkan buku Pedoman Museum Indonesia yang diterbitkan oleh
Direktorat Museum, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2008, bangunan
museum setidaknya terdiri dari dua unsur, yakni bangunan pokok dan
bangunan penunjang.
30
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
Bangunan pokok meliputi beberapa ruang sebagai berikut :
- Ruang pameran tetap
- Ruang pameran temporer
- Ruang auditorium
- Ruang kantor/administrasi
- Ruang perpustakaan
- Ruang laboratorium
- Ruang penyimpanan koleksi
- Ruang edukasi
- Ruang transit koleksi
- Bengkel kerja reparasi
Bangunan penunjang meliputi beberapa ruang sebagai berikut :
- Ruang cenderamata dan kafetaria
- Ruang penjualan tiket dan penitipan barang
- Ruang lobi
- Ruang toilet
- Ruang parkir dan taman
- Ruang pos jaga
b. Sedangkan menurut Timothy Ambrose and Crispin Paine : Museum
Basic,1993 dalam bangunan museum meliputi :
Public Space/Services
- Visitor entrance
- Reception
- Orientation
- Visitor information
- Cloakroom
- Assembly area
- Rest areas
- Lavatories
- Catering facilities
- Audio-visual theathre
31
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
- Education room(s)
- Lecture theatre
- Meeting rooms
- Retail facilities
- Security office/desk
- Telephones/post boxes
- Donation box
Public Space/Collections
- Temporary exhibitions
- Displays
- Resource centre
- Library
- Documentation/information
- Archives/records
- Study collection
- Collections management staff offices
- Duty staff offices
Storage
- Collections storage
Supporting Services
- Management
- Administration/finance
- Security
- Cleaning
- Technical workshop
- Photographic studio
- Design/display studio
- Publication/shop stock stores
- Publication office
- Information/PR/publicity office
- Research/fieldwork
32
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
- Collections storage
- Conservation laboratories
- Technician stores
- Exhibition storage
- Staff rest room
- Heating/air conditioning plant
- Garage/parking areas
- Delivery bay
2. Acuan hukum pendirian museum
Kriteria Bangunan Cagar Budaya
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMO 11 TAHUN 2010
TENTANG
CAGAR BUDAYA
BAB III
KRITERIA CAGAR BUDAYA
Bagian Kesatu
Benda, Bangunan, dan Struktur
Pasal 5
Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar
Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi
kriteria:
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
dan/atau kebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
33
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
Pasal 6
Benda Cagar Budaya dapat:
a. berupa benda alam dan/atau benda buatan manusia yang dimanfaatkan
oleh manusia, serta sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan kegiatan
manusia dan/atau dapat dihubungkan dengan sejarah manusia;
b. bersifat bergerak atau tidak bergerak; dan
c. merupakan kesatuan atau kelompok. Pasal 7 Bangunan Cagar Budaya
dapat:
a. berunsur tunggal atau banyak; dan/atau
b. berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam.
Pasal 8
Struktur Cagar Budaya dapat:
a. berunsur tunggal atau banyak; dan/atau
b. sebagian atau seluruhnya menyatu dengan formasi alam.
Kriteria Benda Cagar Budaya
UNDANG-UNDANG TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
Benda cagar budaya adalah : benda buatan manusia, bergerak atau tidak
bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau
sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau
mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya
50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah,
ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; benda alam yang dianggap mempunyai
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
34
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
BAB III
PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENEMUAN, DAN PENCARIAN
Bagian Pertama Penguasaan dan Pemilikan
Pasal 4
(1) Semua benda cagar budaya dikuasai oleh Negara.
(2) Penguasaan benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi benda cagar budaya yang terdapat di wilayah hukum Republik
Indonesia.
(3) Pengembalian benda cagar budaya yang pada saat berlakunya Undang-
undang ini berada di luar wilayah hukum Republik Indonesia, dalam rangka
penguasaan oleh Negara, dilaksanakan Pemerintah sesuai dengan konvensi
internasional.
BAB V
PENGELOLAAN
Pasal 18
(1) Pengelolaan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab
Pemerintah
(2) Masyarakat, kelompok, atau perorangan berperanserta dalam
pengelolaan benda cagar budaya dan situs
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengelolaan benda cagar budaya dan
situs ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VI
PEMANFAATAN
Pasal 19
(1) Benda cagar budaya tertentu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
35
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadusebagai Museum Gula
(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat
dilakukan dengan cara atau apabila: a. bertentangan dengan upaya
perlindungan benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (2). b. semata-mata untuk mencari keuntungan pribadi dan/atau
golongan.
(3) Ketentuan tentang benda cagar budaya yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan cara
pemanfaatannya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 22
(1) Benda cagar budaya bergerak atau benda cagar budaya tertentu baik
yang dimiliki oleh Negara maupun perorangan dapat disimpan dan/atau
dirawat di museum.
(2) Pemeliharaan benda cagar budaya yang disimpan dan/ atau dirawat di
museum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
D. TINJAUAN ARSITEKTUR KOLONIAL
Revitalisasi Pabrik Gula Colomadu Sebagai Museum Gula merupakan sebuah
penyelesaian dalam melestarikan dan mengembangkan Pabrik Gula Colomadu
menjadi Museum Gula dengan cara merevitalisasi dengan pengubah fungsi
bangunan yang semula merupakan bangunan industri (pabrik) diubah menjadi
bangunan wisata edukasi (museum) dengan menitik beratkan pada
pengalihfungsian wadah, kegiatan beserta fasilitas pendukungnya tetapi tetap
mempertahankan bangunan dan benda cagar budaya
36