Post on 07-May-2019
9
BAB II
STUDI LITERATUR
TEORI UMUM
Pada bagian teori-teori umum ini, akan dijelaskan mengenai dasar-dasar
teori yang berhubungan dengan Sistem Aplikasi dan pemodelan Collision Risk
Modelling (CRM). Seperti halnya, akan dibahas mengenai pengertian sistem,
CRM, system development life cycle (SDLC), object oriented design (OOAD),
separation standart, dan statistik.
2.1 Pengertian Analisis Sistem
Menurut McLeod (2001, p.190), “Analisis sistem adalah penelitian atas
sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau
diperbaharui”.
Sedangkan menurut O`Brien (2005, p.350), “Analisis sistem
menggambarkan apa yang sistem perlu lakukan menemukan kebutuhan informasi
yang diperlukan oleh pemakai”.
Kesimpulan dari teori di atas adalah analisis sistem merupakan proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu permasalahan dengan
memahami serta mengevaluasi kerja sistem yang telah ada, sehingga dapat
mengusulkan suatu rancangan sistem yang baru ke arah perbaikan.
10
2.2 Pengertian Perancangan Sistem
Menurut McLeod (2001, p.192), “Rancangan sistem adalah penentuan
proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Jika sistem itu berbasis
komputer, rancangan dapat menyertakan spesifikasi jenis peralatan yang akan
digunakan”.
Menurut O`Brien (2005, p.350), “Perancangan sistem terdiri dari aktivitas-
aktivitas desain menghasilkan spesifikasi sistem yang dapat memenuhi kebutuhan
fungsional yang dikembangkan di dalam proses analisis sistem.”
Dan O`Brien (2005, p.351) berpendapat, perancangan sistem tersebut
terdiri dari tiga aktivitas, yaitu :
1. Design “User Interface yaitu merancang layar, formulir dan dialog.
2. Design “Data” yaitu menentukan entity (objek), atribut, relationship, kaidah
integritas, dan lain-lain.
3. Design “Proses” yaitu membuat program dan prosedur seperti user service,
application services, dan data services.
Berdasarkan kedua teori di atas, dapat disimpulkan bahwa perancangan
sistem merupakan proses-proses atau aktivitas-aktivitas untuk menentukan atau
menghasilkan spesifikasi sistem yang diperlukan oleh sistem baru yang memenuhi
fungsional dengan tujuan untuk memberikan gambaran secara umum kepada
pemakai tentang sistem yang baru.
11
2.3 Sistem Informasi
2.3.1 Pengertian Sistem
Menurut O`Brien (2003, p.8), “Suatu kelompok dari elemen - elemen yang
saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dan menciptakan suatu
kesatuan yang utuh. Elemen - elemen ini bekerja sama untuk menapai suatu tujuan
bersama dengan menerima input dan memproduksi output dalam proses
transformasi yang terorganisir”.
Romney dan Steinbart (2006, p.4) mendefinisikan, “Sistem adalah
rangkaian dari dua atau lebih komponen - komponen yang saling berhubungan
yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.”
Sistem memiliki dua komponen dasar yang saling berinteraksi, yakni :
- Input
Mencakup mendapatkan dan mengatur komponen atau elemen yang masuk
ke sistem untuk diproses.Contohnya mencakup bahan mentah, data, dan
usaha manusia.
- Output
Mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contohnya
mencakup jasa, produk dan informasi.
Selain ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen
tambahan yaitu :
- Feedback yaitu data mengenai peforma sistem.
- Control yaitu mencakup pengawasan dan evaluasi dari feedback untuk
mengetahui bila sistem bergerak menuju tujuan yang telah ditetapkan.
12
2.3.2 Pengertian Informasi
Untuk memahami konsep informasi, perlu untuk terlebih dahulu
memahami konsep data. Data adalah kenyataan atau observasi mengenai
fenomena tertentu atau transaksi bisnis tertentu yang merupakan pengukuran
objektif dari karakteristik dari suatu objek pengamatan tertentu.
Menurut McLeod (2001, p.2) “Informasi merupakan data yang telah
diproses atau data yang memiliki arti.”
Sedangkan menurut O`Brien (2002, p.13), “Informasi adalah data yang
telah dikonversikan menjadi bentuk yang bermakna dan berguna bagi pengguna
akhir.”
Dari definisi yang disebutkan, informasi dapat disimpulkan sebagai data
yang telah diolah yang mempunyai arti dalam pengambilan keputusan bagi pihak
yang bersangkutan.
2.3.3 Pengertian Sistem Informasi
Pengertian sistem informasi menurut McLeod (2001,p.4) adalah “Suatu
kombinasi yang terorganisis dari manusia, perangkat lunak, perangkat keras,
jaringan computer, dan sumber daya data yang mengumpulkan,
mentransformasikan, serta menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi.”
Menurut Turban et al. (2001, p.17), “Sistem informasi berbasiskan
komputer (CBIS) merupakan sebuah sistem informasi yang menggunakan
komputer dan teknologi telekomunikasi untuk melakukan beberapa atau semua
tugasnya.”
13
Komponen sistem informasi merupakan model sistem informasi yang
menunjukkan hubungan antara komponen dan aktivitas sistem informasi, yang
terdiri atas :
1. Sumber daya orang (people resources)
Merupakan orang-orang yang mengoperasikan semua sistem
informasi.Sumber daya orang meliputi :
• Pemakai (end user) adalah orang-orang yang menggunakan sistem
informasi atau informasi yang dihasilkannya.
• Clerical personnel, untuk menangani transaksi dan pemprosesan data
yang melakukan inquiry (operator).
• First level manager, untuk mengelola pemrosesan data didukung
dengan perencanaan, penjadwalan, identifikasi situasi out-of-control
dan pengambilan keputusan level menengah ke bawah.
• Management, untuk pembuatan laporan berkala, permintaan khusus,
analisis khusus, laporan khusus, pendukung indentifikasi masalah
dan peluang, pendukung analisis pengambilan keputusan level atas.
• Spesialis sistem informasi merupakan orang-orang yang
mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasi.
2. Sumber daya perangkat keras (hardware resources)
Meliputi semua alat dan material fisik yang digunakan dalam
pengolahan informasi, mencakup semua mesin dan media data.
Komponen penting adalah : Sistem Komputer, adalah CPU dan yang
terkait, seperti terminal dan jaringan PC (personal computer).
14
Penghubung computer, adalah alat masukan dan alat keluaran
seperti papan tombol (keyboard), monitor, dan sarana penyimpanan
sekunder.
Jaringan Telekomunikasi, adalah sistem computer yang saling
berhubungan melalui berbagai media telekomunikasi seperti modem
(modulator – demodulator).
3. Sumber daya perangkat lunak (software resources)
Meliputi sekumpulan instruksi untuk pengolahan informasi. Sumber
daya perangkat lunak meliputi :
• Perangkat lunak sistem, untuk mengendalikan bekerjanya komputer.
• Perangkat lunak aplikasi, digunakan untuk membantu pelaksanaan
tugas spesifik dari pemakai, seperti pengolah kata.
• Prosedur, adalah intruksi kerja atau operasional untuk orang-orang
yang menggunakan sistem informasi tersebut.
4. Sumber daya data (data resourcesi)
Data adalah bahan baku utama diantara berbagai sumber daya
organisatoris yang sangat berharga didalam suatu sistem informasi.
Data dapat disajikan dalam bentuk alphanumeric, teks, gambar dan /
atau format audio. Data secara khas terorganisir ke dalam basis data
(database) yang mengatur proses dan pengorganisasian data atau basis
pengetahuan (knowledgebase) yang mengatur pengetahuan dan
knowledge dalam berbagai format atau bentuk seperti fakta dan
peraturan tentang suatu hal / subjek tertentu.
15
Sistem Informasi menurut O`Brien (2003, p.24) terbagi atas tiga
kategori yaitu:
• Operations Support Systems
Merupakan sistem operasi yang memproses data yang digunakan
dalam operasi bisnis menjadi informasi yang dapat digunakan baik
untuk keperluan internal maupun eksternal tanpa penekanan
mengenai kegunaannya bagi manajemen (atau manager). Fungsinya
adalah untuk menefisiensikan ransaksi bisnis, mengontrol proses
bisnis, mendukung komunikasi dan kolaborasi serta update database.
Yang termasuk dalam Operations Support Systems adalah :
• Transaction Processing Systems
Mengolah data yang didapat dari transaksi bisnis, mengupdate
database operasional, dan menghasilkan dokumen bisnis.
• Process Control Systems
Memonitor dan mengontrol proses industri.
• Enterprise Collaboration Systems
Mendukung kolaborasi dan kerja sama serta komunikasi dalam
kegiatan perusahaan , tim dan kelompok kerja.
• Management Support Systems
Merupakan sistem informasi yang berfokus pada penyediaan
informasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif
bagi para manager. Yang termasuk dalam Management Support
Systems adalah :
Management Information Systems
16
Menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan yang
mendukung proses pembuatan keputusan bisnis.
Decision Support Systems
Menyediakan dukungan ad-hoc untuk proses pengambilan
keputusan bagi manager dan professional bisnis lainnya.
Executive Information Systems
Menyediakan informasi yang kritis dari berbagai sumber untuk
memenuhi kebutuhan informasi bagi kaum eksekutif perusahaan.
• Sistem Informasi yang dapat mendukung operasi maupun kegiatan
manajemen seperti :
Expert Systems
Sistem berbasis knowledge (pengetahuan) yang memberikan
masukan atau nasihat dari sudut pandang ahli di bidang tersebut.
Knowledge Management Systems
Sistem berbasis knowledge yang mendukung penciptaan,
pengorganisasian, dan penyebaran business knowledge dalam
perusahaan.
Strategic Information Systems
Mendukung proses manajemen dan operasi yang memberikan
perusahaan kemampuan strategis dalam mendapatkan keuntungan
bersaing.
Functional Business Systems
Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajemen untuk
fungsi bisnis mendasar dalam suatu perusahaan.
17
Dari definisi di atas dapat disimpulkan sistem informasi sebagai
gabungan sistem kerja dari berbagai elemen yang mengumpulkan,
menyimpan, mentransformasikan dan menyebar informasi dalam
suatu sistem.
2.4 System Development Life Cycle
System Development Lyfe Cycle (SDLC) adalah keseluruhan proses dalam
membangun sistem melalui beberapa langkah. Ada beberapa model SDLC. Model
yang cukup populer dan banyak digunakan adalah waterfall. Beberapa model lain
SDLC misalnya fountain, spiral, rapid, prototyping, incremental, build & fix, dan
synchronize & stabilize. (Robert, Donald, Linda (2002, p.180).
Dengan siklus SDLC, proses membangun sistem dibagi menjadi beberapa
langkah dan pada sistem yang besar, masing-masing langkah dikerjakan oleh tim
yang berbeda.
Gambar 2. Tahapan dalam System Development Life Cycle (Sumber: Quality Software Project Management, Futrell, Robert T., Shafer,
Donald F., Shafer Linda I, 2002)
18
2.5 Object Oriented Design (OOAD)
Menurut Mathiassen (2000, p.5), “Design object describe fenomena within
the system that we can control.We describe their behavior as operations for the
computer to carry out.”
Menurut Haigh (2001, p.99), “ Object Oriented design requires a different
way of thinking was developed in order to demonstrate the concepts of object
orientation and how the suggested metrics could be applied.”
Dapat diartikan bahwa perancangan object oriented menggambarkan hal-
hal yang terjadi dalam sistem yang dapat kita kendalikan. Kita mendeskripsikan
behavior-nya sebagai operation untuk komputer yang menyelesaikannya.
2.6 Statistika
Menurut Hamang, Abdul (2005, p.1), “Statistika adalah suatu ilmu dan
seni mengumpulkan dan menyajikan dan menginterpretasikan data untuk menguji
teori dan membuat simpulan tentang seluruh fenomena."
Menurut Mendenhall, William & Sincich, Terry (1984, p.2), “The science
of statistics and statistical methodology are concerned with two types of problem:
a). the description of large data sets, b). the use of sample data to infer the nature
of the data set from which the sample was selected)”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan ilmuan dan perekayasa
menggunakan statistika untuk meringkaskan dan menginterpretasikan data
sehingga dapat menarik kesimpulan dari suatu teori melalui suatu eksperimen,
19
pengamatan dan pencatatan nilai satu atau lebih variable yang menjadi pokok
perhatiannya.
2.6.1 Tipe Data
Mendenhall, William & Sincich, Terry (1984, p.4) mengkategorikan data
dapat terdiri dari satu atau dua tipe yakni kuantitatif dan kualitatif, dengan definisi
sebagai berikut:
1. Kuantitatif data adalah data yang mewakili kuantitas atau jumlah dari
sesuatu.
2. Kualitatif data adalah data yang tidak memiliki interpretasi kuantitatif.
Menurut William & Sincich, Terry (1984), pada dasarnya terdapat empat
cara untuk memasukkan data ke dalam komputer yakni melalui terminal disk,
tape, punched cards ataucomputer terminal (p.38) dan memanfaatkan empat tipe
dasar instruksi yakni (p.39):
1. Job control language
Instruksi job control language (JCL) merupakan perintah awal yang
ditulis pada program computer.Fungsi dasarnya yakni untuk
menginformasikan computer paket program statistik mana yang harus
dijalankan.
2. Data entry instructions
Intruksi kepada komputer tentang bagaimana data tersebut dimasukkan.
3. Statistical analysis instructions
Perintah dari data entry instructions tadi biasanya diikuti oleh statistical
analysis instructions dimana memerintahkan komputer untuk
20
melakukan berbagai analisis grafik dan numeric data yang tersimpan
pada data cards.
4. Data cards
Merupakan media penyimpanan statistical analysis instructions yang
dilakukan oleh komputer.
2.7 Keselamatan Penerbangan
Keselamatan penerbangan adalah kondisi aman tanpa bahaya saat
melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang, dan pencegahan terjadinya
kecelakaan penerbangan melalui pembuatan peraturan, pendidikan dan pelatihan
sebagai persyaratan minimum aktivitas penerbangan (Desti, 2010, p.9).
Komponen yang terkandung dalam keselamatan penerbangan adalah
allowable limits, possession of necessary requirement, dan safe condition (Florio,
2006, p. 3-4).
TEORI KHUSUS
Pada bagian teori-teori khusus ini, akan dijelaskan mengenai teori
perhitungan yang berhubungan dengan Sistem Aplikasi dan pemodelan Collision
Risk Model (CRM). Seperti halnya, akan dibahas mengenai rumusan CRM,
probability of vertical overlap, passing frequency, aircraft dimension dan relative
speeds, separation standarts, large height deviation (LDH), flying error
danproximate pairs.
21
2.8 Collision Risk Model
G.Moek & J.W. Smeltink (2005, p.8), menyatakan untuk menentukan nilai
Naz untuk vertical collision risk model untuk pesawat pada level penerbangan
yang berdekatan pada rute yang sama, pada arah yang sama atau berlawanan
didapat dari :
2 0 122
22
ż 1
22
2
22
ż2
Gambar 2. Vertical Collision Risk Model
(Sumber :Pre Implementation Collision Risk Assessment for RVSM in the Africa Indian Ocean
Region, G. Moek and J.W. Smeltink, 2005)
Dimana nilai ini mempresentasikan ekspektasi jumlah kecelakaan
pesawat yang dikarenakan oleh technical height deviations normal dari pesawat
yang telah disetujuiReduced Vertical Separation Minimum (RVSM) dari traffic
geometry yang diterima.
Parameter :
= The expected number of fatal aircraft accidents per flight hour due to
the loss of vertical separation.
= The vertical separation minimum.
= The probability of vertical overlap for aircraft nominally flying on
adjacent flight levels.
0 = The probability of lateral overlap for aircraft nominally flying at the
same route.
= The frequency with which same direction aircraft on adjacent flight
levels of the same route are in longitudinal overlap.
22
= The frequency with which opposite direction aircraft on adjacent flight
levels of the same route are in longitudinal overlap.
= The average of the absolute value of the relative along-track speed
between two same direction aircraft flying at adjacent flight levels of the
same route.
= The average ground speed of a typical aircraft.
= The average of the absolute value of the relative cross-track speed
between two typical aircraft flying at adjacent flight levels of the same
route.
ż = The average of the absolute value of the relative vertical speed
between two typical aircraft which have lost Sz feet of vertical
separation.
= The average length of a typical aircraft.
= The average length of a typical aircraft.
= The average length of a typical aircraft.
2.9 Probability of vertical overlap
Menurut G.Moek & J.W. Smeltink (2005, p.13), probabilitas dari vertical
overlap untuk pesawat pada level penerbangan yang berdekatan pada rute yang
sama atau saling berpotongan dihitung dari probabilitas distribusi normal atau
penjagaan ketinggian yang khas oleh pesawat yang telah mendapat persetujuan
RVSM. Penjagaan atas batas ketinggian ini didefinisikan dalam ketentuan Total
23
Vertical Error (TVE) dengan TVE = actual pressure altitude flown by an aircraft
– assigned altitude.
Langkah terakhir untuk menggunakan probability density dari TVE untuk
menghitung estimasi probabilitas dari vertical overlap yang dipisahkan oleh Sz
yakni pemisahan minimum vertikal yakni dengan formula :
Gambar 2. Probability of vertical overlap
(Sumber :Pre Implementation Collision Risk Assessment for RVSM in the Africa Indian Ocean
Region, G. Moek and J.W. Smeltink, 2005)
Dengan tambahan bahwa nilai Target Level of Safety (TLS) yang diizinkan
oleh AFI RVSM adalah 2.5 x 10−9 untuk setiap kecelakaan yang terjadi pada saat
jam terbang sesuai dengan estimasi risiko tabrakan.
Dimana :
fTVE (z) = denotes the TVE probability on an aircraft given
Gambar 2. Probability of vertical overlap
(Sumber :Pre Implementation Collision Risk Assessment for RVSM in the Africa Indian Ocean
Region, G. Moek and J.W. Smeltink, 2005)
Komponen Error ASE & AAD didefinisikan sebagai :
ASE = actual pressure altitude flown by an aircraft – displayed altitude
AAD = transponded altitude – assigned altitude
24
2.10 Passing Frequency
Menurut G.Moek & J.W. Smeltink (2005, p.16), distribusi pesawat pada
tingkat penerbangan yang tersedia di rute jaringan AFI menentukan eksposur
risiko akibat hilangnya vertical separation antar pesawat pada tingkat
penerbangan yang berdekatan.Dokumen manual implementasi vertical separation
minimum yang dikeluar kan oleh ICAO menyebutkan spesifikasi peforma sistem
global untuk RVSM dari ICAO membutuhkan penilaian rata – rata passing
frequency di seluruh ruang udara yang mencakup regional tersibuk. Dalam hal ini
jalur penerbangan yang diambil untuk regional Indonesia adalah A576, data
tersebut akan digunakan untuk mengatasi masalah arus lalu lintas yang tinggi
dimana resiko tabrakan lebih tinggi.
2.11 Probability of lateral overlap
Akurasi lateral navigation memiliki pengaruh penting pada kemungkinan
tabrakan antara dua pesawat setelah melewati pemisahan vertikal. G.Moek & J.W.
Smeltink (2005), melakukan pendekatan dengan berasumsi bahwa proporsi α, 0 ≤
α ≤ 1 dari AFI RVSM.Dampak dari melewati arah yang berlawanan pada vertical
collision risk ditentukan oleh probabilitas dari lateral overlap Py (0).
25
2.12 Aircraft dimension and relative speeds
2.12.1Relative speeds
Menurut G.Moek & J.W. Smeltink (2005, p.24), Model vertical collision
risk berisi empat parameter kecepatan dasar yakni 2 , , dan ż . Dimana
nilai awal telah didapat dari laporan AMMA periode september 2009 – oktober
2010 : = 18.3 kts, = 439.2 kts, = 13 kts, ż = 1,5 kts jika pesawat pada
ketinggian terbang selebihnya 10 kts.
2.12.2Aircraft dimensions
Menurut G.Moek & J.W. Smeltink (2005, p.25), dimensi pesawat dibagi
menjadi empat yakni panjang ( ), lebar ( ), tinggi ( ) dan diameter ( ).
Gambar 2. Aircraft Dimension (Sumber: http://www.airliners.net, 2011)
26
2.13 Technical vertical risk
G.Moek & J.W. Smeltink (2005, p.26), berpendapat bahwa estimasi resiko
dinyatakan dalam kecelakaan fatal per jam penerbangan dan akan dibandingkan
dengan technical vertical TLS sebesar 2.5 x 10−9 agar dapat disimpulkan bahwa
nilai technical vertical TLS memenuhi standart keamanan yang ditetapkan oleh
ICAO.Margin antara teknis TLS dan teknis estimasi risiko perlu dipertimbangkan
kedalam beberapa konteks ketidakpastian seperti keterbatasan data akibat
kurangnya peralatan pendukung yang digunakan untuk mengumpulkan data.
2.14 ARMA Form1 – Large Height Deviations
Laporan pertemuan RVSM/RNAV/RNP TF/3 Meeting report
menyebutkan formulir satu ini akan digunakan untuk pelaporan semua
penyimpangan ketinggian 300 kaki atau lebih, dimana data ini harus dikumpulkan
oleh radar atau oleh lembaga yang memiliki prosedur khusus untuk pelaporan
data, insiden dan kondisi yang dibutuhkan untuk penilaian vertical collision risk.
Kategori kode LHD dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Kategori dan keterangan kode LHD
Kode LHD
Keterangan LHD
A Flight crew failing to climb/descend the aircraft as cleared
B Flight crew climbing/descending without ATC Clearance
C Incorrect operation or interpretation of airbone equipment (e.g, incorrect operation of fully functional FMS, incorrect transcription of ATC clearance or re-clearance, flight plan followed rather than ATC
27
clearance, original clearance followed instead of re-clearance etc)
D ATC system loop error (e.g, ATC issues incorrect clearance or flight crew misunderstands clearance message)
E Coordination errors in the ATC to ATC transfer or control responsibullity as a result of human factors issues (e.g, late or non-existent coordination, incorrect time estimate/actual, flight level, ATS route etc not in accordance with agreed parameters)
F Coordination errors in the ATC to ATC transfer or control responsibility as a result of equipment outage or technical issues
G Deviation due to aircraft contingency event leading to sudden inability to maintain assigned flight level (e.g, pressurization failure, engine failure)
H Deviation due to airbone equipment failure leading to unintentional or undetected charge of flight level
I Deviation due to turbulance or other weather related cause
J Deviation die to TCAS resolution advisory, flight crew correctly following the resolution advisory
K Deviation die to TCAS resolution advisory, flight crew incorrectly following the resolution advisory
L An aircraft being provided with RVSM separation is not RVSM approved (e.g, flight plan indicating RVSM approval but aircraft not approved, ATC misinterpretation of flight plan)
M Other- this includes situations of flights operating (including climbing/descending) in airspace where flight crews are unable to establish normal air-ground communications with the responsible
28
2.15 Separation Standart
Studi yang dilakukan oleh Reich, P. G. (1966) menemukan bahwa tugas
utama dari air traffic controllers adalah untuk merencanakan arus lalu lintas agar
pesawat dialokasikan pemisahan yang cukup. Standar pemisahan untuk setiap satu
dimensi yakni jumlah minimum yang direncanakan untuk pemisahan yang
diijinkan dalam dimensi tersebut.Masalahnya adalah untuk memilih standar yang
cukup aman, tetapi tidak begitu besar untuk menjauhkan penundaan lalu lintas dan
penyimpangan yang tidak perlu (p. 88).
Gambar 2. Distribution tails (Sumber: Analysis of long-range air traffic systems: Separation standards—
I, Reich, P. G. , 1966)
Kunci untuk membuat prakiraan pemisahan standart keselamatan berada
pada perlakuan yang diberikan kepada ekor pesawat terhadap distribusi
probabilitas, dimana jalur yang dimaksudkan untuk pesawat telah ditetapkan satu
set pemisahan standart. Sumbu x dan y dapat diambil untuk mewakili salah satu
29
koordinat baik untuk ukuran dan bentuk ekor pesawat yang sangat penting dalam
perhitungan resiko estimasi.
2.16 Flying Error
Pada tahun 1966, Reich, P.G berpendapat untuk mengestimasi resiko
tabrakan, terdapat dua property dari kesalahan penerbangan yaitu :
1. The probability distributions of the error magnitudes.
2. The probability distributions of the rates of change of these magnitudes.
Gambar 2. The collision process (Sumber: Analysis of long-range air traffic systems: Separation standards—
I, Reich, P. G. , 1966)
30
Sebab terjadinya tabrakan dikarenakan kesalahan dalam mempertahankan
kecepatan, jalur dan ketinggian. Posisi yang sebenarnya ditunjukan pada poin A`
dan B` pada gambar di bawah, berbeda dari yang dimaksudkan. Resiko tabrakan
terjadi pada saat vektor [A`B`] menyusut sehingga memungkinkan pesawat untuk
bersentuhan, kemungkinan ini bergantung pada jalur, masing – masing pemisahan
yang dimaksudkan [AB].Dengan asumsi sistem lalu lintas yang aman, maka
diperlukan jumlah tabrakan yang diperkirakan sebagai resiko.
2.17 Proximate pairs
Pada studi sebelumnya dalam menentukan metoda estimasi tiga dimensi
dari ruang udara untuk digunakan dalam pemisahan pesawat (Reich, P.G, 1966),
dihasilkan empat prakiraan untuk memprediksi prilaku vector [AB] pada gambar
2.5 untuk setiap pasang pesawat yakni :
(Sumber
• Ty (s
Fig (
Menu
praki
• Ty (o
(b)
Menu
• Tz (s
Fig (
: Analysis of
same) = agg
(a)
unjukkan jal
iraan terdeka
opp) = aggre
unjukkan jal
same) = agg
(c)
Gambar f long-range
I, Rei
gregate off t
lur pesawat
at ditunjukka
egate off tim
lur pesawat p
gregate off t
2. Proximate air traffic sych, P. G. , 19
time spent b
pada rute ya
an dengan S
me spent by a
pada rute ya
time spent b
te pairs ystems: Sep966)
by all pairs i
ang sama dan
y (STD)
all pairs in th
ang sama dan
y all pairs i
aration stand
in the config
n saling beri
he configura
n saling berl
in the config
31
dards—
guration on
iringan dan
tion on Fig
awanan.
guration on
32
Menunjukkan jalur pesawat pada rute yang sama dan saling tumpang
tindih dan prakiraan terdekat ditunjukkan dengan Sz (STD)
• Tz (opp) = aggregate off time spent by all pairs in the configuration on Fig
(d)
Menunjukkan jalur pesawat pada rute yang sama dan saling tumpang
tindih.
Reich, P.G, 1966 mengungkapkan bahwa untuk menghitung risiko tabrakan
atas kegagalan standard vertikal dan lateral dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
• Lateral risk (same)
∆2 0 0 0
Gambar 2. 9 Lateral Risk (same) direction
• Lateral risk (opp)
0 0 0
Gambar 2. 10 Lateral Risk (opp) direction
• Vertical risk (same)
∆2 0 0 0
Gambar 2. 11 Vertical Risk (same) direction
• Vertical risk (opp)
0 0 0
Gambar 2. 12 Vertical Risk (opp) direction
33
Dengan lajur sebagai keseluruhan untuk menghasilkan lateral proximity
pada saat angka , adalah :
2, ,
Gambar 2. 13 Lateral Proximity
Demikian pula untuk menghasilkan vertical proximity pada saat angka ,
adalah :
2, , ,
Gambar 2. 14 Lateral Proximity
dan sekarang telah dipecahkan menjadi arah yang sama dan
berlawanan secara konstituen (p. 183 – 185).
3
2
T
w
b
s
m
p
34
2.18 Traf
Berd
TSD dikump
wilayah Asia
Pada
bandar udara
saat akan m
meninggalka
penerbangan
ffic Samp
dasarkan ket
pulkan saat
a data TSD d
Gambar
a gambar di a
a asal penerb
meninggalkan
an ruang ud
n.
ple Data (
tetapan ICA
bulan tersib
dikumpulkan
r 2. 15 Ilustr
atas, data TS
bangan dimu
n ruang uda
dara FIR tuj
(TSD)
AO APANP
buk dalam
n setiap bula
rasi Penerban
SD diambil p
ulai dari saa
ara FIR asal
ujuan hingga
PIRG Concl
setahun, dal
an Desember
ngan Interna
pada saat pes
at memasuki
l, saat mema
a sampai ke
lusion 16/4,
lam hal ini
r.
asional
sawat lepas
i ruang udar
asuki FIR tu
e bandar ud
, dokumen
khususnya
landas dari
a FIR asal,
ujuan, saat
dara tujuan
35
2.19 Validasi dan Verifikasi Model Simulasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Robert G. Sargent,
berpendapat bahwa untuk memvalidasi suatu model simulasi dapat dilakukan
dengan tehnik sebagai berikut :Animation,Comparison to Other
Models,Degenerate Test,Event Validity, Extreme Condition Test,Face
Validity,Historical Data Validation,Historical Methods,Internal
Validity,Multistage Validation,Operational Graphics,Parameter Variability dan
Sensitivity Analysis.
Dan untuk mendata hasil validasi yang telah dilakukan dapat dibuat dalam
bentuk tabel yakni dengan menggunakan tabel Evaluation Table for Conceptual
Model Validity yang ditunjukkan pada tabel 2.3
Tabel 2. 3Evaluation Table for Conceptual Model Validity
Category/Item Technique(s) Used
Justification for Technique Used
Reference to Supporting Report
Result/ Conclusion
Confident in Result
-Theories -Assumptions -Model Representation