Post on 02-Aug-2015
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB II
CONING QUARTERING AND COUNTING
2.1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Mempelajari salah satu teknik sampling dan reduksi jumlahnya
2. Menentukan kadar konsentrat
2.2. Dasar Teori
Sampling (pemercontohan) adalah cara mengambil contoh bahan
galian yang mewakili suatu daerah. Sebelum pengambilan sampel maka
terlebih dahulu dilakukan survey (penelitian pendahuluan) yang mencakup
daerah yang cukup luas. Dengan tujuan untuk mengambil contoh bahan
galian yang dapat mewakili daerah operasi penelitian, untuk preparasi
tujuannya merubah bahan baku atau bahan tambang menjadi bahan yanag
siap diolah (menaikan kadar bahan galian). Sedang perhitungan kadar supaya
seorang eksplorer sudah mengetahui prakiraan kadar bahan galian sehingga
dapat menentukan daerah operasi apakah prospek atau tidak prospek.
Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu
bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik
untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan
sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk
mendapatkan informasi keseluruhan.
Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material
yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam
arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan
komposisi daris batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses
pengambilan conto tersebut disebut sampling (pemercontoan) (Nurhakim,
2007).
Di dalam industri pertambangan batubara, sampling merupakan hal
yang sangat penting, karena merupakan proses yang sangat vital dalam
menentukan karakteristik batubara tersebut. Dalam tahap eksplorasi,
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
karakteristik batubara merupakan salah satu penentu dalam study kelayakan
apakah batubara tersebut cukup ekonomis untuk ditambang atau tidak. Begitu
pun dalam tahap produksi dan pengapalan atau penjualan batubara tersebut
karakteristik dijadikan acuan dalam menentukan harga batubara. Secara garis
besar sampling dibagai menjadi 4 golongan dilihat dari tempat pengambilan di
mana batubara berada dan tujuannya yaitu ; Exploration sampling, Pit
sampling, Production sampling, dan loading sampling (barging dan
transhipment)
Exploration sampling dilakukan pada tahap awal pendeteksian kualitas
batubara baik dengan cara channel sampling pada outcrop atau lebih detail
lagi dengan cara pemboran atau drilling. Tujuan dari sampling di tahap ini
adalah untuk menentukan karakteristik batubara secara global yang
merupakan pendeteksian awal batubara yang akan di eksploitasi. Pit sampling
dilakukan setelah eksplorasi bahkan bisa hampir bersamaan dengan progress
tambang di dalam satu pit atau block penambangan dengan tujuan lebih
mendetailkan data yang sudah ada pada tahap explorasi. Pit sampling ini
dilakukan oleh pit control untuk mengetahui kualitas batubara yang segera
akan ditambang, jadi lebih ditujukan untuk mengkontrol kualitas batubara yang
akan ditambang dalam jangka waktu short term ( di bawah satu tahun ). Pit
sampling dapat dilakukan dengan cara pemboran dan juga dengan channel
pada face penambangan kalau diperlukan untuk mengecek kualitas batubara
yang dalam progress ditambang.
Production sampling dilakukan setelah batubara diproses di Coal
Processing Plant dimana proses ini dapat merupakan peremukan (crushing),
pencucian (washing), pemindahan stock dan lain-lain. Tujuannya adalah
mengetahui secara pasti kualitas batubara yang akan dijual atau dikirim ke
pembeli agar kualitasnya sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan diketahuinya kualitas batubara di
stockpile atau di penyimpanan sementara kita dapat menentukan batubara
yang mana yang cocok untuk dikirim ke pembeli tertentu dengan spesifikasi
batubara tertentu pula. Baik dengan cara mencampur (blending) batubara-
batubara yang ada di stockpile atau pun dengan single source dengan
memilih kualitas yang sesuai.
Loading Sampling; Dilakukan pada saat batubara dimuat dan dikirim ke
pembeli baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dilakukan oleh independent company karena kualitas yang ditentukan harus
diakui dan dipercaya oleh penjual (Shipper) dan pembeli (Buyer). Tujuannya
adalah menentukan secara pasti kualitas batubara yang dijual yang nantinya
akan menentukan harga batubara itu sendiri karena ada beberapa parameter
yang sifatnya fleksibel sehingga harganya pun fleksibel tergantung kualitas
actual pada saat batubara dikapalkan.
Sampling, preparasi dan analisa sample batubara dengan berbagai
tujuan seperti telah dijelaskan di atas, dilakukan dengan menggunakan
standard – standard yang telah ada, yang pemilihannya tergantung
keperluannya, biasanya tergantung permintaan pembeli atau calon pembeli
batubara. Standard yang sering digunakan untuk keperluan tersebut
diantaranya ; ASTM (American Society for Testing and Materials), AS
(Australian Standard), Internasional Standard, British Standard, dan banyak
lagi yang lainnya yang berlaku baik di kawasan regional maupun internasional.
Macam-macam sampel adalah :
1. Bulg Sample (Bl),
Jenis sampel yang diambil dari endapan di tepi sungai atau pada bot
karena kemungkinan mineral berharga tersangkut. Diambil dengan sekop
kemudian disaring dengan seperempatnya, beratnya sama dengan 10 kg.
2. Penned Consent (PC)
Sampel jenis ini diambil dan dari lubang = bulg sample Hanya saja
pengambilan lebih kebawah dari BL. Sampel kemudian didulang. Setelah
selesai disaring 4 kali.
3. Strem Sample Sedimen (S.S)
Diambil bagian terbawah dari lubang pada pan sampling
Pendulangan sample dilakukan 2 x 1 x air yang medusa busa air sabun
kemudian diayak dengan beratnya 200 gr.
4. Rock Float
Diambil pada singkapan yang biasa di aliran sungai, Bentuk berupa
pecahan / fragmen yang kasar. Sampel untuk background latar belakang
menunjukkan adanya bagal sehingga menjadi pedoman endapan yang
dicari (mineral pembantu).
5. Rock Chip Sample (Chip Sample)
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Diambil pada batuan yang masih segar/mineralisasi mengandung
logam berharg banyaknya ± 1 kg.
6. Specimen Sample (SP)
Diambil didaerah aliran sungai yang dijumpai singkapan I yang masih
segar, bervariasi (pada batuan vulkanik), sedang untuk batuan sediment
berfosil untuk menentukan umur geologi, berat sampel = 1 kg.
7. Soil Sample
Diambil dengan metode grid line didaerah bukit/lereng/lembah, soil
diambil dengan jumlah sampel 0,5 kg – 1 kg.
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun
tahapan pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
1. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga
pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk
mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan,
tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan
memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng
dan pemilihan metode penambangan.
3. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan
tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada
front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan
material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah contoh yang akan diambil
tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
3. Lokasi pengambilan contoh (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),
4. Kedalaman pengambilan contoh, yang berhubungan dengan letak dan
kondisi batuan induk.
5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :
1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada contoh yang diambil sebagai akibat
masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam
contoh.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan
posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat contoh yang diambil kurang
representatif.
2.2.1.Metode Hand Sampling
Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu
diperhatikan karakteristik endapan yang akan diambil contonya. Bentuk
keterdapatan dan morfologi endapan akan berpengaruh pada tipe dan
kuantitas sampling. Aspek karakteristik endapan untuk tujuan sampling
ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pada Endapan Berbentuk Urat, yaitu :
1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan
urat.
2. Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga
diperlukan sample dengan volume yang besar agar representatif.
3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika dibandingkan
dengan bukaan stope) sehingga rentan dengan dilution.
4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan
zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan
terjadinya efek dilution pada batuan samping, sehingga batuan
samping perlu dilakukan sampling.
5. Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada
umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan
samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang
menjari (bercabang), sehingga dalam sampling perlu dicari dan
ditentukan batas vein yang jelas.
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang
yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic
(acak/tidak beraturan) dan sulit diprediksi, sehingga diperlukan
sampling dengan interval yang rapat.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup
sulit untuk mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per
unit panjang sulit dikontrol.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
8. Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak
(interval), karena pada umumnya harus dilanjutkan melalui
pemboran inti.
*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-pada- jenis-jenis-endapan, 2011
Gambar 2.1.
Sketsa Pembuatan Channel Sampling pada Urat
b. Pada Endapan Stratiform
Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam
dasar yang terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan
satuan litologi (litofasies), dimana mineral bijih secara lateral dikontrol
oleh bidang perlapisan atau bentuk-bentuk sedimen yang lain
(sedimentary hosted). Karakteristik umum tipe endapan ini yang
berhubungan dengan metode sampling antara lain :
1. Mempuyai ketebalan yang cukup besar.
2. Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.
3. Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang
kuat, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam sampling.
4. Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi,
namun kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi,
metamorfisme, atau berbentuk urat.
5. Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus
diikuti oleh perubahan dalam interval sampling.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
6. Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang
berbutir halus dan kemudian berpengaruh pada besar volume
material yang dilakukan sampling.
7. Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel
ukuran conto akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau
nugget effect.
8. Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat
menyebabkan kesalahan pada sampling yang signifikan.
9. Cut off kadar dapat gradasional (tidak konstan).
c. Pada Endapan Sedimen
Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones,
potash, gipsum, dan garam, yang mempunyai karakteristik :
1. Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.
2. Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang bersifat
gradual.
3. Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau parting
dalam batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply per
ply.
4. Perubahan (variasi) ketebalan lapisan yang cenderung gradual,
sehingga anomali-anomali yang ditemukan dapat diprediksi lebih
awal (washout, sesar, perlipatan,), sehingga pola dan kerapatan
sampling disesuaikan dengan variasi yang ada.
5. Rekomendasi pola sampling (strategi sampling) adalah dengan
interval teratur secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau
jika relatif homogen dapat dilakukan secara komposit.
d. Pada Endapan Porfiri
Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Mempuyai dimensi yang besar, sehingga sampling lebih
diprioritaskan dengan pemboran inti (diamond atau percussion).
2. Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar
yang rendah dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang
dibutuhkan conto dalam jumlah (volume) yang besar, sehingga
kadang-kadang dilakukan sampling melalui winze percobaan, adit
eksplorasi, dan paritan.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
3. Zona-zona mineralisasi mempunyai pola dan variabilitas yang
beragam, seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure,
sehingga perlu mendapat perhatian khusus dalam pemilihan
metode sampling.
4. Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan
supergen, dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian
khusus.
5. Mineralisasi dengan kadar hipogen yang relatif tinggi sering
terkonsentrasi sepanjang sistem kekar sehingga penentuan
orientasi sampling dan pemboran perlu diperhatikan dengan
seksama.
6. Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu
diperhatikan dan direkam sepanjang proses sampling.
7. Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan
batuan, sehingga interval (kerapatan) sampling akan sangat
membantu dalam informasi fragmentasi batuan nantinya.
e. Grab Sampling
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik
sampling dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran
besar dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan)
yang mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang
khusus). Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif
mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab
sampling ini antara lain :
1. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan
gambaran umum kadar.
2. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada
transportasi material, dengan tujuan pengecekan kualitas.
3. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja
untuk memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan,
dll.
(Yusuf, 2011)
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: http://www.ecasatoolbox.org.uk/the-toolbox/eia-country/book-of-protocols/ grab-sampling, 2009
Gambar 2.2.
Grab Sampling
f. Bulk Sampling
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling
dengan cara mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar,
dan umum dilakukan pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai
dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi penambangan, bulk
sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok atau
bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk uji
metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu
proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu
penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan
conto dengan sumur uji.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber:http://www.Bulk/2gold-sampling_mali01.jpg, 2010
Gambar 2.3.
Bulk Sampling
*Sumber:http://www.Bulk2.jpg, 2010
Gambar 2.4.
Sampling
g. Chip Sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode
sampling dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip)
yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan lebar 15 cm) yang
memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat.
Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-
pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto.
Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik
ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada
urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat
menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran
fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen
yang low grade.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber:http://www. Chip/Rock-Chip-Sampling.jpg, 2010
Gambar 2.5.
Chip Sampling
h. Channel Sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan
conto dengan membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang
memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara
teratur dan seragam (lebar 2-10 cm, kedalaman 2-5 cm) secara
horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-pada- jenis- jenis-endapan, 2011
Gambar 2.6.
Sketsa Pembuatan Channel pada sumur uji untuk endapan berlapis
*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-pada- jenis- jenis-endapan, 2011
Gambar 2.7.
Sketsa Pembuatan Channel Sampling Pada Endapan yang Berlapis
i. Stream sampling
Merupakan cara pengambilan conto dengan memakai alat yang
disebut hand sample cutter. Conto yang diambil harus berupa pulp
basah dan diambil searah dengan aliran yang ada pada stream
tersebut.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber:http://www. Swber/ stream.gif, 2009
Gambar 2.8.
Stream Sampling
j. Coning quartering
Cara memperkecil jumlah percontoh yang urutan pekerjaannya
meliputi penuangan sehingga membentuk kerucut, perataan
tumpukan sehingga membentuk piringan, dan pembagian secara
radial sehingga terbentuk 4 percontoh yang identik; dua percontoh
yang berseberangan disatukan menjadi satu percontoh sedangkan
yang lain disisihkan. Cara ini merupakan cara tertua tapi masih
banyak digunakan dalam laboratorium (Denso, 2011).
Coning dan quartering terdiri dari 2 tahapan. Yang pertama
adalah membuat sampel menjadi menyerupai kerucut. Selanjutnya,
kerucut diratakan menjadi lingkaran. Kemudian, tahapan ketiga,
material yang membentuk lingkaran tersebut dibagi menjadi 4 bagian
sama besar dengan memotong dua diameter yang saling tegak lurus.
Dua bagian yang saling berseberangan diambil, sedangkan dua
lainnya ditinggalkan.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber:http:// www.book htm/ books.png, 2009
Gambar 2.9.
Coning Quatering
k. Grain Counting
Grain counting merupakan cara sederhana secara manual
untuk memperkirakan kadar hasil sampling. Cara melakukan teknik
ini adalah dengan menjatuhkan sebagian sampel kedalam suatu
kotak persegi dengan ukuran tertentu, kemudian banyaknya masing-
masing butir (konsentrat dan tailing dalam kotak) dihitung. Agar
ketelian tetap terjaga maka ukuran butir antara mineral berharga
dengan pengotornya haruslah sama serta mudah dipisah
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber:http://www. Grain/ img78.png, 2009
Gambar 2.10.
Grain Counting
l. Shovel sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan shovel,
keuntungan cara ini lebih murah, waktu pengambilan cepat dan
memerlukan tempat yang tidak begitu luas. Material conto yang
diambil berukuran kurang dari 2 inchi.
m. Pipe sampling
Alat yang digunakan pipa/tabung dengan diameter 0.5, 1.0, dan
1.5 inchi. Salah satu ujung pipa runcing untuk dimasukkan ke
material. Terdiri dari dua pipa (besar dan kecil) sehingga terdapat
rongga diantaranya untuk tempat conto. Digunakan pada material
padat yang halus dan tidak terlalu keras
n. Sampling Batuan
Sampling batuan dapat dilakukan pada singkapan, dalam
tambang dan inti bor. Dalam hal ini permukaan batuan dibersihkan
dengan pencucian dan conto chip diambil dalam area atau interval
yang standar. Conto batuan 500 gram umumnya diambil terhadap
batuan berbutir halus, sedangkan batuan yang berbutir sangat kasar
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
diambil lebih dari 2 Kg. Pada metode ini data dapat secara langsung
berhubungan dengan aureole primer dalam sampling detail dan
terhadap provinsi geokimia dalam sampling pengamatan awal.
Konteks geologi dan conto batuan langsung menggambarkan
struktur, jenis batuan, mineralisasi, dan alterasi pada saat conto
tersebut diambil
o. Sampling Tanah
Sampling tanah akan menguntungkan untuk beberapa area
dimana jarang ditemukan singkapan. Lubang untuksampling tersebut
dapat digali secara manual ataupun mekanis. Setelah conto tanah
diambil, terus diayak sampai – 80 mesh dan 20 – 50 gram fraksi
halus dikumpulkan untuk dianalisis. Survei tanah umumnya dibuat
pada suatu pola lintasan dengan jarak lokasi antar titik conto 300 –
1500 m pada pengamatan awal da 15 – 60 m pada survei
selanjutnya.
*Sumber:http://www.wsdot.wa.gov/Environment/HazMat/photos.htm, 2010
Gambar 2.11.
Sampling tanah
p. Sampling Sedimen
Sampling sedimen sungai merupakan komposit alami dari material di
bagian atas ( hulu ) sampai lokasi sampling. Sampling tersebut efektif
pada pekerjaan pengamatan awal dimana lokasi conto tunggal
mungkin menunjukkan area tangkapan ( catchment area 0 yang
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
sangat luas. Dalam survei yang detail, conto dapat diambil setiap 50
– 100 m sepanjang aliran, masing –masing sebanyak 50 gram
dengan ukuran butir – n 80 mesh untuk keperluan analisis.
q. Sampling Air
Sampling air merupakan salah satu metode geokimia yang
paling lama. Metode tersebut mudah dilakukan, tetapi conto air tidak
stabil untuk waktu yang singkat. Faktor – faktor yang mengontrol
kandungan logam dalam air permukaam seperti dilusi, pH,
temperatur, kompleks organik sulit untuk dievaluasi, dan kandungan
logam biasanya relatif rendah.
*Sumber: http://images.enggotea.multiply.com/image/1/photos/upload/orig, 2010
Gambar 2.12.
Sampling Air
r. Sampling Vegetasi
Sampling vegetasi diperlukan koreksi terhadap sampling tanah
dan air tanah untuk analisa kimia. Tumbuhan mengekstrak unsur –
unsur logam dari kedalaman dan mengirimnya ke dedaunan.
Interpretasi yang dihasilkan lebih kompleks dibandingkan dengan
metode lainnya. Sampling yang dilakukan sangat sederhana hanya
dengan memotong rantingbdari dedaunan. Contoh yang diambil
sekitar 100 gram daun atau ranting muda pada setiap pohon,
kemudian dikirim ke labolatorium untuk diabukandan dianalisis, conto
abu akhir umumnya sekitar 10 – 30 gram. Idealnya vegetasi
disampling pada lintasan yang seragam.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
* Sumber:http://www.steverox.info/FieldPhotos/VegetationSampling.JPG, 2010
Gambar 2.13.
Sampling Vegetasi
s. Sampling Uap
Sampling uap air raksa yang digunakan sebagai petunjuk
badan bijih sulfida sejak sekitar tahun 1950-an yang diambil dari
tanah, udara maupun air. Sprektrometer portabel sering digunakan
untuk memompa gas dari lubang bor berdiameter kecil ke dalam
tanah. Conto yang paling efektif diambil dari tanah dimana
konsentarasi gas lebih ribuan kali lebih banyak darpada di udara.
Radon (Rd) dan Helium (He) dikumpulan dari conto air permukaan
dan air tanah yang terbukti efektif sebagai petunjuk mineralisasi
Uranium.
t. Trenching Adalah suatu cara pengambilan conto dengan membuat parit
pada singkapan bijih sehingga dapat diketahui bentuk endapan kadar
dan kedalaman. Paritan dibuat dengan memotong atau tegak lurus
terhadap singkapan.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber:http://t2.gstatic.com/images, 2010
Gambar 2.15.
Trenching
u. Test Pit ( Sumur Uji )
Test Pit merupakan salah satu cara dalam pencaraian endapan
atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal.
Pembuatan sumut uji dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih
( > 2,5 m ). Pada umumnya suatu deretan ( series ) sumur uji dibuat
searah jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah
vertikal dan horisontal. Atau dengan kata lain Test Pit adalah suatu
cara pengambilan conto dngan jalan membuat sumuran yang dapat
dikombinasika dengan Channel Sampling.
Sumur uji ini umumnya dilakukan pada eksplorasi endapan –
endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan –
endapan berlapis
1) Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk
mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan,
varisai litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik
variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai
lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman
sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari,
misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat ( vein ).
2) Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan ( laterik atau
residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan
batas – batas zona lapisan ( zona tanah, zona residual, zona
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
laterik ), ketebalan masing – masing zona, variasi vertikal masing –
masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan
pemodelan bentuk endapan.
* Sumber:http://www.liv.ac.uk/arts_ses_images/sace/unearthed09/garrow- test-pits-web.jpg
Gambar 2.14.
Test Pit
v. Drilling Hole Sampling
Adalah cara pengambilan conto dari hasil pemboran inti dengan
menggunakan mata bor type core drill dan diamond drill.
1) Cara Core Drill
Cara pengambilan conto dengan menggunakan bor
tumbuk, biasanya dipergunakan pada batuan yang tidak begitu
keras ( uniform ) atau tidak begitu kompak ( semi massive ) dan
dapat dikerjakan dengan tangan manusia dan sangat baik
dipergunakan pada penyelidikan – penyelidikan penambangan
yang letaknya tercepncil karena tidak memakan biaya yang besar,
alat – alatnya mudah didapat dan sederhana, perawatan dan
pelayanan mudah dan transportasinya ringan serta tidak terlalu
berbelit – belit.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: http://toolmonger.com/wp-content/uploads/2008/06/CoreDrill450.jpg, 2010
Gambar 2.16.
Core Drill
2) Cara Diamond Drill
Cara pengambilan conto dengan menggunakan tenaga
penggerak berupa motor bensin, diesel, mesin uap, motor listrik
dan lain sebagainya.
*Sumber: http://www.corecut.co.uk/media/3254/diamond_drilling_1430072dpi.jpg, 2010
Gambar 2.16.
Diamond Drill
w. Cara Out Crop
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Adalah suatu cara pengambilan conto batuan pada permukaan
tanah yaitu dengan cara melihat batuan di sekeliling tempat yang
diselidiki. Misalnya di tempat A, ditemukan sejenis batuan, kemudian
di tempat lain didapati pula batuan yang sejenis tadi misalnya di
etmpat B dan C. Kemudian yang penting ialah mencari arah
perlapisan batuan itu, sehingga dapat pula ditemukan pula dip dan
strikenya. Selanjutnya perlu diadakan penelitian lebih lanjut misalnya
dengan pemboran, sumuran dan lain – lain.
*Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2d/Outcrop_Showing_ Layering_of_Lignite_and_Consolidated_Calcareous_Mud.jpg, 2011
Gambar 2.17.
Outcrop
x. Drift And Cross Cut
Adalah cara pengambilan conto pada sisi – sisi dari drift dan
cross out oleh channel tegak lurus pad formasi / lapisan batuan.
Hasilnya biasanya mempunyai contoh yang dapat digambarkan k.l.
25 ft.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber: http://farm5.static.flickr.com/4137/4858672055_1b41d00395.jpg, 2010
Gambar 2.18.
Drift and Cross Cut
y. Trencing Float
Adalah suatu cara pengambilan conto fragmen – fragmen atau
pecahan – pecahan bijih yang lapuk atau tererosi dengan cara
penjejakan atau penurutan atau kegiatan pengamatan pada sungai –
sungai.
*Sumber: http://www.marathon-gold.com/Theme/Marathon/files/images/ Photo2F.jpg, 2010
Gambar 2.19.
Trenching float
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan
dalam mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau
melakukan pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada
tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
1. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam,
yang diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar.
Contohnya pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan
laterit atau residual.
2. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
3. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam
satu analisis kadar atau dibuat komposit.
4. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel
sampling per tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat
sisipan pengotor).
*Sumber:http://densowestliferz.wordpress.com/2011/11/28/metode-sampling-pada-
jenis- jenis-endapan, 2011 Gambar 2.11.
Sketsa Pembuatan Sub-Channel pada Mineralisasi Berupa Urat
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan
conto dari setiap alur adalah sebagai berikut :
1. Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.
2. Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan,
dll.).
3. Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu,
atau tebal sebenarnya).
4. Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili
interval atau lokasi sub-channel.
5. Tanggal pengambilan dan identitas conto.
Sedangkan informasi-informasi yang sebaiknya juga dicatat
(dideskripsikan) dalam pengambilan conto adalah :
1. Mineralogi bijih atau deskripsi endapan yang diambil contonya.
2. Penaksiran visual zona mineralisasi (bijih, waste, pengotor, dan lain-
lain).
3. Kemiringan semu atau kemiringan sebenarnya dari badan bijih.
4. Deskripsi litologi atau batuan samping.
5. Dan lain-lain yang dianggap perlu dalam penjelasan kondisi endapan.
2.2.2.Metode Mechanical Sampling
Pada metode sampling juga terdapat mechanical sampling
diaman metode ini biasanya digunakan untuk mengambil conto dalam
jumlah yang besar dibandingkan dengan hand sampling. Disamping itu
dengan cara ini didapatkan hasil yang lebih representatif. Alat yang
digunakan dalam mechanical sampling adalah riffle sampler dan vesin
sampler (Anonim, 2009)
a. Riffler Sampler
Alat ini bentuknya persegi panjang dan pada bagian dalam
dibagi menjadi beberapa sekat yang arahnya saling berlawanan.
Riffle-riffle ini yang berfungsi sebagai pembagi conto agar dapat
terbagi sama rata.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
*Sumber:http:/www. sample-splitter-sp174.jpg
Gambar 2.12.
Riffle Sampler
b. Vesin sampler
Pada bagian dalam dilengkapi dengan revolving cutter, yaitu
pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan
membentuk area yang bundar sehingga dapat memotong seluruh alur
bijih.
2.2.3.Analisis Ayak
Dalam sampling dikenal dengan analisis ayak dengan tujuan
adalah untuk mengetahui :
1. Jumlah produksi suatu alat
2. Distribusi partikel pada ukuran tertentu
3. Ratio of concentration
4. Recovery suatu mineral pada setiap fraksi
Peralatan yang diperlukan dalam analisis ayak antara lain
ayakan, timbangan, mikroskop dan alat sampling. Untuk melakukan
analisis lebih baik digunakan dua ayakan dengan salah satunya dipakai
sebagai pembanding.
Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun
mm (metrik). Yang dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang terdapat
dalam satu inchi persegi (square inch), sementara jika dinyatakan dalam
mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar material yang
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
diayak. Perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas
permukaan screen disebut prosentase opening.
Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu :
a. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
b. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
c. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
d. Komposisi air dalam material yang akan diayak
e. Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak
Kapasitas screen secara umum tergantung pada :
1. Luas penampang screen
2. Ukuran bukaan
3. Sifat dari umpan seperti ; berat jenis, kandungan air, temperatur
4. Tipe mechanical screen yang digunakan
Efisiensi screen dalam mechanical engineering didefinisikan
sebagai perbandingan dari energi keluaran dengan energi masukan.
Dengan demikian dalam screening bukannya efisiensi melainkan ukuran
keefektifan dari operasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi effisiensi screen :
1. Lamanya umpan berada dalam screen
2. Jumlah lubang yang terbuka
3. Kecepatan umpan
4. Tebalnya lapisan umpan
5. Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata
material yang diolah.
Dari hasil pengayakan dilakukan analisa mikroskop sehingga
didapatkan hasil bahwa pada ukuran butir yang paling kecil derajat
liberasinya makin besar. Dengan demikian berarti makin kecil ukuran
butir makin sempurna material terliberasi atau terbebaskan dari ikatan
gangue mineral.
Selain itu dari hasil pengayakan yang dilakukan dengan dua
ayakan akan dapat dibandingkan satu sama lainnya sehingga dapat
diketahui efisiensi pengayakan yang paling baik.
Derajat liberasi adalah perbandingan antara jumlah berat
mineral bebas dan berat mineral yang sama seluruhnya (bebas dan
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
terikat). Efisiensi yaitu perbandingan antara undersize yang lolos dengan
undersize yang seharusnya lolos.
Sampling batubara merupakan sampling yang tersulit dari
semua sampling solidmaterial. Hal ini dikarenakan batubara merupakan
heterogen solid material. Selain itu parameter yang ditentukan dari
batubara memeliki sifat-sifat penyebaran yang bervariasi.Oleh karena itu
dalam melakukan sampling batubara harus betul-betul mengikuti kaidah-
kaidah atau standard yang digunakan (Anonim, 2011)
Ada 3 faktor yang menentukan bahwa suatu sampel dapat
dikatakan representative atau tidak,yaitu :
1. Teknik pengambilan sample dan alat yang digunakan
2. Massa atau jumlah sampel yang diambil
3. Periode atau interval pengambilan.Untuk memperoleh sampel yang
representative, maka ketiga faktor diatas harus dilakukan dengan
baik menurut standard yang digunakan.
Pada sampling terdapat teknik pengambilan sampel dan alat
yang digunakan, adalah :
a. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel harus ditentukan dan
disesuaikan dengan kondisi materialyang akan diambil dan alat
yang digunakan. Teknik pengambilan sample yang salah,akan
menyebabkan hasil dari sampel tersebut bias. Teknik sampling
harus betul-betul diperhatikan terutama pada sampling secara
manual. Sebagai contoh, dalam pengambilan sampel dari falling
stream, shovel atau ladle yang digunakan harus masuk ke seluruh
stream batubara. Apabila hanya sebagian stream yang diambil
maka sampel yang diperoleh akan bias. Selain itu yang perlu
diperhatikan adalah muatan sample dalam ladle. Ladle harus terisi
sampel secukupnya dan tidak boleh berlebihan (overfill).
Pengambilan sampel yang overfill juga akan menyebabkan
bias, karena partikel yang besar-besar akan jatuh, dan sebagian
besar sample yang terambil adalah fine coal. Jadi teknik
pengambilan sampel harus disesuaikan dengan situasi, kondisi,
batubarayang akan diambil samplenya. Seorang sampler yang
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
profesional harus menguasaiteknik sampling yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi batubara yang akan diambil sampelnya.
b. Alat yang digunakan
Selain teknik pengambilan sample, yang tak kalah
pentingnya yang harus diperhatikan adalah alat yang digunakan
untuk mengambil sample tersebut. Alat yang digunakan untuk
melakukan sampling memiliki ukuran dan bentuk yang ditentukan
oleh standard. Penggunaan alat yang tidak sesuai dengan standard,
akan mengakibatkan bias padasample yang diperoleh dan akan
menyebabkan kesalahan pada hasil analisanya.
Menurut Japannese Industrial Standard M.8105-1966, rencana
pengambilan contoh meliputi beberpa hal, diantaranya adalah :
1. Ukuran Populasi
Populasi adalah sekumpulan besar material yang akan diambil
contohnya. Besarnya populasi akan berpengaruh pada kuantitas atau
jumlah contoh yang harus diambil. Semakin besar pengambilan
dilakukan, maka semakin baik data yang diperoleh, tetapi perlu
diingat segi biaya, waktu, serta tenaga.
2. Increment
Adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi
sebagai bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali
pengambilan contoh.
3. Bentuk dan ukuran material
Bentuk dan ukuran material akan menentukan cara
pengambilan sampel/setiap increment-nya. Keberhasilan analisis
terhadap bahan galian ditentukan berhasil tidaknya hasil sampling.
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan
diambil tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi
3. Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau
barren),
4. Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan
kondisi batuan induk.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIANLABORATORIUM PENGOLAHANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
Selain itu dengan melakukan sampling yang baik dan benar,
sangat besar manfaatnya dalam proses selanjutnya karena conto yang
cukup sebagai patokan untuk mengontrol apakah proses pengolahan
tersebut berjalan dengan baik atau sebaliknya. Tentunya dari hasil
sampling ini tidak dapat begitu saja untuk mengontrol proses
pengolahan tapi harus dilakukan suatu analisis dengan mikroskop.
Sampel yang telah dikumpulkan harus disiapkan sebelum
dilakukan analisis. Ini dikarenakan untuk menjaga kualitas dari analisa
yang hanya akan berhasil jika mengikuti prosedur atau kriteria-kriteria
tertentu. Kriteria terpenting dari pengujian adalah ukuran sampelnya.
Analisa kimia dan analisa lainnya hanya bisa dilakukan pada benda
berukuran kecil atau pasir/tanah halus. Oleh karena itu, material
berukuran besar perlu direduksi, sehingga ukuran partikel tersebut
representatif untuk dilakukan pengujian.
Ahmad Ali Syafi’iH1C110063