Post on 11-Aug-2019
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
Sistem informasi sebagai alat bagi organisasi dengan memanfaatkan
teknologi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, menggunakan, dan
menyebarkan informasi yang berperan dalam mengotomatisasi proses manual
dengan pengintegrasian sistem yang mendukung operasional perusahaan
(Bhatnagar, 2007; O’Brien, 2006, p5; Ward & Peppard, 2002, p3). Sistem
informasi merupakan bagian dari bahasa dan komunikasi manusia dalam interaksi
baik dalam pengembangan dan perubahan pada inovasi teknologi dimana sistem
informasi sebagai penggerak perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif
dengan cara mengurangi biaya operasi, meningkatkan produktivitas, dan
meningkatkan pelayanan pelanggan (Bhatnagar, 2007; Chen et al., 2010; Kearns
dan Lederer, 1997; O’Brien, 2006, p5). Sistem informasi bisa dikatakan nyawa
bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan untuk mencapai visi dan misi.
2.2 Teknologi Informasi
Teknologi informasi secara konsep mengenai teknologi, terutama hardware,
software, jaringan komunikasi, manajemen data dan teknologi berbasis internet
baik yang tangible (server, PC, router, kabel jaringan) dan intangible (segala jenis
software) yang memudahkan dalam akuisisi, pemrosesan, penyimpanan,
pengiriman, dan penyebaran data dan informasi (O’Brien, 2006, p9; Ward dan
8
Peppard, 2002, p3). Teknologi informasi merupakan sumber yang penting dan
faktor keberhasilan kritis pada persaingan perusahaan dan salah satu faktor biaya
yang paling penting, dimana dalam menentukan teknologi informasi harus
mempertimbangkan perencanaan strategis perusahaan, perencanaan
pengembangan TI, perubahan proses bisnis dan konsisi pasar serta sumber daya
yang digunakan agar investasi pada TI bisa memberikan nilai pada perusahaan
(Indra et al., 2011; Teubner & Mocker, 2005). Teknologi informasi bisa dikatakan
sebagai pendukung dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.
2.3 Strategi
Menurut Kuordi (2009, p3-26) strategi merupakan suatu pendekatan untuk
mengembangkan keberhasilan bisnis yang harus dikomunikasikan dengan jelas
dan efektif dalam implementasi biasanya memiliki cara pengukuran kemajuan
bisnis yang mengindikasi sumber daya mana yang harus diperhatikan. Penerapan
strategi membantu menjelaskan bagaimana pendapatan bisa meningkat melalui
pengembangan perluasan produk, perubahan campuran produk, pengaturan harga
atau pemangkasan biaya. Strategi yang jelas menunjukkan keterampilan mana
yang perlu ditambahkan/ditingkatkan, produktivitas mana bisa ditingkatkan,
mengapa inisiatif dan aktivitas tertentu bisa berhasil atau gagal yang memberikan
dorongan dan fokus yang dibutuhkan untuk mengembangkan budaya, sikap dan
keterampilan dalam memenuhi kebutuhan profitabilitas. Strategi harus dipahami
untuk membantu dalam mengembangkan potensi dan menghasilkan ketrampilan
baru sehingga bisa meningkatkan daya saing dan keunggulan strategis organisasi.
9
2.3.1 Strategi Bisnis
Strategi bisnis mencakup rencana dan pilihan utama yang menentukan
pemosisian perusahaan untuk membuat keputusan mengenai arah bisnis yang
berisi sekumpulan tindakan terintegrasi ditujukan pada peningkatan tujuan jangka
panjang yang berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, digunakan
untuk memandu perusahaan dalam meninjau keberhasilan di masa mendatang
yang mempengaruhi keputusan, prioritas, cara kerja dimana pekerja akan bekerja
lebih baik jika memiliki keyakinan terhadap hal yang dilakukan dan arah yang
dituju misalnya; strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi
distribusi, strategi organisasi dan strategi-strategi yang berhubungan dengan
keuangan dari suatu bisnis (Bhatnagar, 2007; Hamzah; 2007; Kuordi, 2009;
Rangkuti, 2006, p7; Ward dan Peppard, 2002, p69). Dalam memilih pendekatan
harus sesuai dengan tipe bisnis yang dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi yang benar, mengembangkan kesadaran pasar, memutuskan tindakan
yang perlu dilakukan, menganalisa resiko dan berpikir kritis (Kuordi, 2009, p26).
Menurut Ward dan Peppard (2002, p188-191) persyaratan utama dalam
menganalisa strategi bisnis adalah mengidentifikasi strategi saat ini dan
kemunculan elemen baru dalam siklus pengembangan, kemudian diinterpretasi
dan dianalisa dalam hal terstruktur, lalu disusun dan dikonfirmasikan konsekuensi
persyaratan sistem informasi. Adapun unsur pokok dari strategi bisnis mencakup;
1. Vision ditemukan dalam pencapaian strategi bisnis yang membahas berbagai
aspek yang diidentifikasi bisnis dan bagaimana dioperasikan pada pandangan
organisasi di masa mendatang.
10
2. Mission berperan mengatur arah untuk mencapai visi yang sering yang harus
jelas pernyataannya disebut tujuan strategis termasuk nilai juga dinyatakan
dalam misi.
3. Business Driver ada sekumpulan tekanan perubahan kritis yang harus bisnis
respon agar memenuhi sasaran organisasi.
4. Objective yaitu sasaran/tujuan yang diharapkan dapat dicapai organisasi
melalui aktivitas visi organisasi.
5. Strategy menentukan cara sasaran dipenuhi, termasuk dengan kebijakan yang
ada atau inisiatif yang terus dilakukan untuk menjalankan misi dan mencapai
visi.
6. Critical Success Factor merupakan beberapa bagian utama bisnis yang harus
berjalan dengan baik agar mencapai keberhasilan dalam organisasi.
7. Business Area Plan mencakup rencana berbagai area bisnis yang
mendokumentasikan respon pada strategi bisnis perusahaan.
2.3.2 Strategi Sistem Informasi
Penggunaan SI/TI mengubah keseimbangan kekuatan pada industri terhadap
pesaing dan lainnya sehingga SI/TI dianggap senjata bisnis yang strategis
(Bhatnagar, 2007). Strategi sistem informasi adalah bagian dari strategi
perusahaan yang merupakan pilihan utama strategi yang dilakukan untuk
implementasi kebutuhan organisasi yakni informasi dan sistem untuk mendukung
keseluruhan strategi dan rencana bisnis, yang harus menjelaskan kebutuhan bisnis
untuk ke depannya agar selaras dengan strategi bisnis serta harus menentukan dan
mendefinisikan investasi yang diperlukan untuk mencapai portofolio aplikasi
11
(Bhatnagar, 2007; Issa-Salwe et al., 2010; Hamzah, 2007; Ward & Peppard; 2002,
p44). Strategi sistem informasi mendukung strategi bisnis, sebagai rencana utama
fungsi sistem informasi yang menjelaskan bagaimana mengelola aplikasi dari
pandangan bisnis yang berfokus pada penyelarasan informasi dan sistem dalam
dukungan kebutuhan bisnis serta mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang
kompetitif pada SI/TI yang secara konteks mencakup penyelarasan proses,
konten, dampak yang diharapkan (Chan & Huff, 1992; Chen et al., 2010; Issa-
Salwe et al., 2010; Ward & Peppard; 2002, p144).
2.3.3 Strategi Teknologi Informasi
Pada dasarnya strategi teknologi informasi digunakan untuk menyampaikan
strategi yang diterapkan secara berbeda dengan strategi sistem informasi, yang
berfokus pada penguraian visi bagaimana permintaan organisasi dan pada
informasi dan sistem didukung oleh teknologi dalam persediaan khususnya
kemampuan dan sumber teknologi informasi (seperti hardware, software,
telekomunikasi) dan layanan (seperti operasi, pengembangan sistem dan
dukungan penggunteknologi informasi merancang bagaimana teknologi
diterapkan dalam penyampaian informasi dan pengelolaan sumber teknologi
untuk memenuhi tujuan dan sasaran organisasi berdasarkan strategi bisnis
(Bhatnagar, 2007; Ward & Peppard, 2002, p44).
2.4 Hubungan Strategi Bisnis, Strategi SI, & Strategi TI
Earl (Ward dan Peppard (2002, p40)) menyatakan bahwa keberhasilan
strategic application tidak hanya berfokus pada teknologi tapi mengusulkan cara
12
yang paling efektif untuk mencapai keunggulan strategis SI/TI berfokus pada
pemikiran kembali bisnis dengan menganalisa masalah bisnis dan perubahan
lingkungan saat ini. SI/TI merupakan salah satu bagian bisnis lainnya yang harus
dilakukan secara efektif dan efisien pada bisnis untuk bertahan dan juga bisa
memberikan pengaruh kompetitif jika dikelola dengan bijak.
Gambar 2.1 Hubungan antara Strategi Bisnis, Strategi SI, Strategi TI
(Ward & Peppard, 2002, p41) Gambar 2.1 menjelaskan hubungan antara strategi bisnis, strategi sistem
informasi, dan strategi teknologi informasi dalam suatu pendekatan untuk
menyusun strategi sistem dan teknologi informasi yang terintegrasi dengan
strategi bisnis perusahaan. Dalam merencanakan strategi SI/TI yang dilakukan
adalah menganalisa kondisi lingkungan, arah dan tujuan, permasalahan, dampak,
dan alternatif solusi. Evaluasi sistem yang dibutuhkan disesuaikan dengan
kebutuhan bisnis yang mendukung pencapaian strategi bisnis dan tentukan dalam
strategi teknologi informasi mengenai infrastruktur dan teknologi yang sesuai
13
untuk meningkatkan kegiatan sistem informasi yang strategis. Model
penyelarasan strategis menilai sekumpulan pilihan strategis yang dihadapi
manajer dan menyelidiki bagaimana saling berhubungan, setiap bagian memiliki
komponen penyelarasan, yakni; strategi bisnis (lingkup bisnis, kompetensi
khusus, tata kelola bisnis), proses dan infrastruktur organisasi (struktur
administrasi, proses, ketrampilan), strategi TI (teknologi, kompetensi sistem, tata
kelola TI), proses dan Infrastruktur SI (arsitektur, proses, ketrampilan).
Konsep penyelarasan strategis menggambarkan penyelarasan dinamis antara
konteks strategi bisnis dan strategi SI/TI berdasarkan building block integrasi
teknologi informasi dan fungsional yang bisa menghasilkan pola pengembangan
aplikasi sistem informasi sesuai dengan sasaran bisnis dan mengembangkan
strategi untuk menghasilkan keunggulan kompetitif yang berfokus dalam
konseptualisasi dan pengoperasian penyelarasan dengan mengidentifikasi dan
menguji faktor-faktor penyelarasan (Ward & Peppard, 2002, p44; Chen et al.,
2010, 249; Daniel et al., 2011). Rencana untuk menyelaraskan teknologi informasi
dengan strategi bisnis biasanya dilakukan dengan memahami bisnis, menyadari
budaya, mengetahui tingkat teknologi informasiI, mencari value chain,
interpretasi konteks, menentukan agenda perubahan, memetakan peta teknologi,
merencanakan program kerja, membuat kerangka penyelesaian, memperoleh
manfaat bisnis.
Dengan pemanfaatan teknologi informasi bisa menciptakan keunggulan
kompetitif dalam menunjuang aktivitasnya, tetapi perubahan lingkungan SI/TI
sangat cepat terutama dalam pengembangan teknologi sehingga organisasi sulit
untuk menetapkan proses perencanaan sistem informasi yang standar (Pollack,
14
2010; Setiawan, 2009; Macheiter & Ward, 2005). Oleh karena itu perencanaan
strategi sistem informasi harus menyatu sepenuhnya dengan perencanaan bisnis
organisasi. Keselarasan antara strategi bisnis dan SI/TI dapat menciptakan dan
meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, menghasilkan keunggulan kompetitif,
meningkatkan produktivitas, meningkatkan mekanisme pengontrolan resiko,
implementasi strategi bisnis baru, memudahkan akuisisi yang dipicu
pertumbuhan, meningkatkan hubungan dengan pelanggan dan menghasilkan
solusi bisnis (Hamzah, 2007; Pollack, 2010; Setiawan, 2009; Teubner & Mocker,
2005; Macheiter & Ward, 2005; Beveridge,2011). Menurut Macheiter & Ward
(2005).
2.5 Perencanaan Strategis SI
Perencanaan strategis sistem informasi merupakan sekumpulan tujuan
jangka panjang yang menggambarkan tujuan sistem dan arsitektur teknologi
informasi berfokus menstrategikan proses sistem informasi untuk mencapai tujuan
perusahaan (Turban 2003, p432; Chen et al., 2010, p247). Perencanaan strategis
SI/TI dipertimbangkan sebagai mekanisme terbaik yang mendukung organisasi
untuk menjamin aktivitas teknologi informasi berdasarkan kebutuhan organisasi
yang bertujuan untuk menjamin aktivitas teknologi diselaraskan dengan benar
terhadap perkembangan kebutuhan dan strategi organisasi, yang merupakan cara
efektif dalam mengembangkan dan memelihara SI/TI yang mendukung operasi
bisnis (Al-aboud, 2011; Bhatnagar, 2007).
Rencana strategis sistem informasi biasanya dibuat berdasarkan perusahaan
secara keseluruhan untuk memeriksa bagaimana sistem berhubungan dalam
15
lingkungan organisasi, kebutuhan apa saja yang sudah dilaksanakan, apa saja
kebutuhan yang diperlukan untuk dilakukan, bagaimana peningkatan yang akan
dilakukan pada sistem organisasi dengan tujuan untuk membantu implementasi
sistem informasi dalam mengkoordinasikan alur kerja organisasi dan pengambilan
keputusan dan menyelesaikan masalah lain (Bhatnagar, 2007). Perencanaan ini
perlu hati-hati dalam investasi teknologi informasi dan aplikasi berbasis sistem
informasi karena semakin hari semakin perlu pengontrolan aset teknologi
informasi dan bila terjadi lepas kontrol pada investasi SI/TI maka akan muncul
konflik teknologi informasi antara bagian organisasi yang berbeda. Penerapan
perencanaan strategis sistem informasi dilakukan karena ingin memperoleh
manfaat yang maksimal pada aset yang ada dan mengurangi resiko sebisa
mungkin sehingga muncul rencana strategis SI/TI yang berfokus pada aplikasi
teknologi informasi terintegrasi dalam bisnis (Bhatnagar, 2007; Teubner &
Mocker, 2005).
2.5.1 Model Perencanaan Strategis SI
Model perencanaan strategis sistem informasi menurut Ward & Peppard
(2002, p154) meliputi input, proses dan output dapat dilihat pada Gambar 2.2.
1. Input mencakup;
a. Lingkungan bisnis internal; membahas mengenai strategi bisnis sekarang,
sasaran, sumber daya, budaya dan nilai dan proses bisnis.
b. Lingkungan bisnis eksternal; membahas mengenai ekonomi, industri, dan
iklim persaingan dalam operasi organisasi.
16
c. Lingkungan SI/TI internal; membahas mengenai SI/TI yang digunakan
sekarang, cakupan bisnis dan kontribusi, keterampilan, sumber daya dan
infrastruktur teknologi, portofolio aplikasi dari sistem yang ada dan sistem
dalam pengembangan.
d. Lingkungan SI/TI eksternal; membahas mengenai trend teknologi dan
peluang dan kegunaan dari SI/TI pada pelanggan, pesaing, pemasok.
2. Proses Strategi SI/TI
Proses ini melibatkan lingkup, pendekatan dan alat yang diperlukan untuk
memenuhi efisiensi, efektivitas, dan objektif yang menambahkan nilai. Proses
ini memproses input yang diperoleh untuk menghasilkan output.
3. Output
a. Strategi SI bisnis; membahas bagaimana tiap unit/fungsi memanfaatkan
SI/TI untuk mencapai sasaran bisnis.
b. Strategi manajemen SI/TI; merupakan elemen umum strategi yang
diterapkan organisasi yang menetapkan kebutuhan kebijakan SI/TI yang
konsisten.
c. Strategi TI; membahas kebijakan dan strategi dalam manajemen teknologi
dan sumber daya manusia.
4. Portofolio Aplikasi Saat Ini
Peninjauan mencakup status proyek saat ini, keseluruhan sumber daya yang
ada untuk:
a. isu-isu penting yang membutuhkan penyelesaian dalam strategi yang ada
b. sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran bisnis
c. menyelesaikan pekerjaan dan komitmen yang baik.
17
5. Portofolio Aplikasi Mendatang
Portofolio aplikasi mendatang menjelaskan usulan aplikasi yang diterapkan
mendatang, dimana semua unit diintegrasikan dan dikembangkan sesuai
dengan strategi bisnis perusahaan dan strategi SI/TI.
Gambar 2.2 Model Perencanaan Strategi SI/TI (Ward & Peppard, 2002, p154)
2.5.2 Tool & Input Perencanaan Strategis SI/TI
Tujuan dari tahap formulasi strategi adalah menentukan aplikasi mendatang
apa yang tepat dalam bisnis. Ward & Peppard (2002, p279) menjelaskan teknik
dan tool yang bisa digunakan dalam analisis berdasarkan kerangka perencanaan
strategis SI/TI yang diajukan. Gambar 2.3 menjelaskan beberapa input yang bisa
digunakan dalam pendekatan strategis SI/TI dan teknik yang digunakan pada
portofolio.
18
Gambar 2.3 Tool dan Input Perencanaan Strategis SI/TI (Ward & Peppard, 2002, p280)
Dari Gambar 2.3, portofolio aplikasi dibagi menjadi tiga komponen yakni:
1. Aplikasi yang ada: aplikasi yang sedang dikembangkan untuk diterapkan
sebentar lagi biasanya dalam enam sampai dua belas bulan ke depan. Aplikasi
ini harus dinilai kontribusinya terhadap proses dan performa bisnis yang ada,
serta bagaimana aplikasi ini akan mendukung pencapaian kebutuhan di masa
mendatang.
2. Aplikasi yang dibutuhkan: aplikasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
dan strategi di masa depan dalam perencanaan bisnis.
Strategic High potential
Key operational
Support
Current application
portfolio
Future application
portfolio
Internal business environment
PEST analysis
Business portfolio analysis
Industry & competitve analysisCompetenci
es analysis and SWOT
Mission objectives BSC & CSFs
Process & activity analysis
Data flow analysis & modelling
Value chain analysis
Strategic option generator
Organization modellingInternal SI/TI
environment
External business environment External SI/TI
environment
Resources life cycles
informal/opportunistic creative thinking
New technology options
19
3. Potensi aplikasi: aplikasi yang terbukti bernilai di masa mendatang, dimana
memberikan manfaat untuk strategi secara langsung/meningkatkan performa
bisnis secara tidak langsung.
Perbedaan tipe aplikasi dan implikasinya merupakan hasil dari penilaian
situasi bisnis dan kebutuhan informasinya, analisis strategi dan tujuan bisnis, dan
penilaian kemungkinan untuk SI/TI dalam lingkungan bisnis. Hasil dari tiap
proses terhubung dan terkonsolidasi satu sama lain yang menunjukkan bahwa
proses akan berulang. Investasi yang benar dalam aplikasi akan menghasilkan
kontribusi dalam meningkatkan performa. Ketidakmampuan mengelola dukungan
atau operasional utama sistem akan mengurangi kemampuan merealisasikan
manfaat.
Gambar 2.3 menyajikan berbagai teknik dan pendekatan yang bisa
dilakukan untuk menjamin hasil analisa yang konsisten dan bisa direkonsiliasi
dengan perencanaan yang lebih detil. Adapun penjelasan dari berbagai tool dan
input mencakup:
1. Analisis PEST: analisis lingkungan eksternal bisnis mengenai politik,
ekonomi, sosial, dan teknologi.
2. Analisis portofolio bisnis dan kompetitif: suatu metode yang mengkategorikan
produk perusahaan sesuai dengan tingkat posisi dan perkembangan pasar,
merupakan pilihan pada investasi SI jangka panjang untuk memperkuat posisi
kompetitif.
3. Analisis SWOT: analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
lingkungan bisnis dan SI/TI internal maupun eksternal.
20
4. Analisis balanced scorecard: analisis mengenai tujuan bisnis dan kebutuhan
informasi utama, serta pengukuran performa.
5. Analisis critical success factor: analisis bagian aktivitas bisnis yang harus
berjalan benar, pengukuran performa.
6. Analisis value chain (internal dan eksternal): menjelaskan arus informasi
secara internal dan eksternal, dan potensi dampak SI/TI.
7. Analisis proses/business process reengineering: mengidentifikasi proses bisnis
utama, mengukur efektivitas proses, memberikan pilihan peningkatan proses,
blueprint rancangan ulang proses, akibat pilihan SI/TI.
8. Pemodelan organisasi: menjelaskan penilaian lingkungan SI/TI dan bisnis
yang komprehensif, dan menyaring mekanisme dalam menilai pilihan
perubahan.
9. Teknik analisis informasi – pemodelan bisnis: mengidentifikasi model bisnis
seperti dengan model entitas, model obyek, diagram ketergantungan proses,
diagram arus data, diagram dekomposisi fungsi, arsitektur konseptual.
2.6 Analisis-Analis yang Digunakan
Dalam penyusunan tesis perencanaan strategis sistem informasi
menggunakan beberapa alat analisis, yakni:
2.6.1 Analisis PEST
Menurut Ward dan Peppard (2002, p70-77) dan Green (2007) analisis PEST
adalah analisis terhadap faktor lingkungan bisnis eksternal yang meliputi politik
(faktor hukum tercantum dalam politik), ekonomi, sosial (faktor ekologi
21
tercantum dalam sosial), teknologi. Tujuan melakukan analisis PEST yaitu
mengidentifikasi kejadian eksternal umum yang mempengaruhi kemampuan
organisasi dalam menyampaikan dan mengidentifikasi faktor utama yang akan
meningkatkan atau menghalangi strategi organisasi saat ini dan mendatang.
Analisa ini penting disebabkan kecepatan perubahan dan mempengaruhi yang
dimiliki dan meningkatkan pangsa pasar bisnis global.
1. Politik
Kondisi politik/hukum: mencakup situasi politik dan keamanan, aturan-aturan
baik formal maupun informal, misal; kebijakan pajak, peraturan pelaksanaan
bisnis, peraturan daerah, peraturan pemerintah, peraturan hukum mencakup
aturan-aturan organisasi.
2. Ekonomi
Kondisi ekonomi: mencakup faktor yang mempengaruhi kekuatan pembelian
dan mempengaruhi iklim bisnis, misal; tingkat suku bunga, laju inflasi,
perubahan pendapatan, indeks pasar saham.
3. Sosial
Kondisi sosial budaya: mencakup faktor yang mempengaruhi kebutuhan
konsumen dan mempengaruhi ukuran pangsa pasar yang ada, misal; tingkat
pendidikan masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, kondisi lingkungan
sosial, kondisi lingkungan kerja, keselamatan dan kesejahteraan sosial.
4. Teknologi
Teknologi: berkaitan dengan teknologi dalam membantu dan menghadapi
tantangan dunia organisasi, misal; inovasi teknologi, pemanfaatan teknologi,
22
pemeliharaan teknologi, tingkat umur teknologi, penemuan teknologi baru,
otomatisasi.
2.6.2 Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2004, p18) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Komponen dari analisis SWOT
mencakup:
a. Strength
Kekuatan (strength) perusahaan dengan adanya sumber daya dan kemampuan
yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembangan keuntungan
kompetitif.
b. Weakness
Kelemahan (weakness) perusahaan yang dapat menempatkan perusahaan
dalam posisi yang tidak menguntungkan.
c. Opportunity
Kesempatan (opportunity) baru perusahaan dalam mengembangkan dan
meningkatkan keuntungan mendatang.
d. Threat
Ancaman (threat) luar perusahaan yang bisa mempengaruhi keberlangsungan
perusahaan dimana harus segera dicegah agar tidak menjadi kelemahan
perusahaan.
23
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
1. Mendukung strategi agresif
2. Mendukung strategi diversifikasi
3. Mendukung strategi turnaround
4. Mendukung strategi defensif
Menurut Ward dan Peppard (2002, p82-84, p205) analisis SWOT berfokus
pada dua elemen yakni dalam organisasi dan luar organisasi;
a. Elemen pertama fokus pada strategi saat ini dan pemahaman kekuatan dan
kelemahan perusahaan saat ini yang melibatkan analisis; sumber daya yang
tersedia dalam organisasi, kesehatan finansial, karyawan, ketrampilan, latihan,
pengalaman, motivasi, kompetensi bisnis, aset teknologi, organisasi, struktur
dan hubungan, sikap dan budaya, efektivitas operasional dan proses
manajemen, kemampuan beradaptasi untuk mengubah keadaan.
b. Elemen kedua melibatkan analisis lingkungan kompetitif sehingga perusahaan
bisa cepat mengidentifikasi dengan jelas posisi dalam pasar dan pilihan
strategis mendatang yang mungkin, yang melibatkan; segmen pasar dan saham
pasar, posisi organisasi, pemeriksaan semua pesaing, tindakan persaingan
mendatang yang mungkin dilakukan.
Analisis ini untuk membandingkan faktor eksternal peluang dan ancaman
dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan seperti pada Gambar 2.4.
Perbandingan dilakukan membantu perusahaan dalam menentukan posisinya
sehingga bisa memilih strategi mana yang harus ditindaklanjuti.
Gambar 2.4 Analisis SWOT
(Rangkuti, 2004, p19)
24
Untuk melakukan pembandingan antara faktor internal dan eksternal yang
berguna dalam menentukan posisi dan strategi yang dibutuhkan, hal yang perlu
dilakukan adalah mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang
kemudian dilakukan pergitungan untuk faktor eksternal dan internal.
1. Penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Menurut Rangkuti (2004, p22-24) sebelum membuat matriks faktor strategi
eksternal, perlu mengetahui lebih dahulu faktor strategi eksternal yang meliputi
peluang dan ancaman yang berkaitan dengan perrusahaan. Adapun cara penentuan
faktor strategi eksternal mencakup;
a. Susun dalam 1 kolom (5 – 10 peluang dan ancaman)
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) – 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinana dapat
memberikan dampak terhadap faktor strategis.
c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) – 1 (poor) berdasarkan pengaruh
faktor terhadap kondisi perusahaan. Pemberian nilai faktor peluang bersifat
positif dimana peluang yang besar bernilai +4 dan peluang kecil +1.
Pemberian nilai ancaman kebalikan dari peluang jika ancaman sangat besar
nilai 1 dan ancaman sangat kecil nilai 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang bernilai variasi mulai dari 4,0 (outstanding) – 1,0
(poor).
25
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-
faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang
sama.
Tabel 2.1 Perhitungan EFAS (Rangkuti, 2004, p24)
Faktor Strategis
Eksternal
Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang
Ancaman
Total
2. Penentuan Faktor Strategi Internal (IFAS)
Menurut Rangkuti (2004, p24-25) tabel IFAS dibuat untuk merumuskan
faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemhan perusahaan dengan tahapan;
a. Tentukan faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dalam kolom 1.
b. Beri bobot masing-masing faktor dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting)
– 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor terhadap posisi strategis
perusahaan. Semua bobot dijumlahkan tidak boleh melebihi skor total 1,00.
c. Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala dari 4 (outstanding) – 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor terhadap
kondisi perusahaan. Variabel yang bersifat positif kategori kekuatan diberi
nilai mulai dari +1 – +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan
26
rata-rata industri atau dengan pesaing utama. Untuk variabel bersifat negatif,
jika kelemahan perusahaan besar sekali nilai 1 dan kelemahan dibawah rata-
rata nilai 4.
d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilny berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang bernilai variasi mulai dari 4,0 (outstanding) – 1,0
(poor).
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-
faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f. Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.
Tabel 2.2 Perhitungan IFAS (Rangkuti, 2004, p24)
Faktor Strategis
Internal
Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan
Kelemahan
Total
3. Matrik SWOT
Menurut Rangkuti (2004, p31-32) matrik SWOT adalah alat yang dipakai
untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matrik ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan secara jelas dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
27
kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel
kemungkinan alternatif strategis seperti terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Matriks SWOT (Rangkuti, 2004, p31)
IFAS
EFAS
Strengths (S)
Tentukan 5-10 faktor
kekuatan internal
Weakness (W)
Tentukan 5-10 faktor
kelemahan internal
Opportunities (O)
Tentukan 5-10
faktor peluang
eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan untuk
memanfaatkan peluang
Threats (T)
Tentukan 5-10
faktor ancaman
eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
Dari matriks SWOT maka diperoleh rumusan strategi dari faktor internal
dan eksternal yang terdiri dari empat strategi yakni:
a. Strategi SO (agresif): dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yakni
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b. Strategi ST (diversifikasi): strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO (turnaround): diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
28
d. Strategi WT (defensif): didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
2.6.3 Matriks Aktivitas-Entitas (CRUD Matrix)
Dalam analisis fungsi dan subyek data dengan menggunakan matriks
aktivitas entitas menurut metodologi Martin (1990, 37-67) terdiri dari:
a. Area fungsional: menggambarkan sekumpulan aktivitas yang mendukung misi
perusahaan yang merujuk pada area aktivitas utama dalam organisasi.
b. Fungsi: mengkategorikan apa yang dilakukan dari area fungsi, misalnya; area
fungsional perencanaan bisnis fungsinya analisis pasar, meninjau produk-
produk, meramal penjualan, dan lain sebagainya. Salah satu contoh yang
menjelaskan area fungsional organisasi dan mengidentifikasi fungsi-fungsi
dari masing-masing area fungsional dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Area Fungsional dan Fungsi (Martin, 1990, p44)
Area fungsional Fungsi
Perencanaan bisnis Analisis pasar
Meninjau sekumpulan produk
Meramal penjualan
Personil Perencanaan personil
Perekrutan
Kebijakan kompensasi
c. Proses: fungsi organisasi bisa dibagi menjadi proses-proses yang berhubungan
yang merupakan aktivitas tertentu dalam organisasi yang dilakukan berulang
dengan tindakan dari awal sampai akhir, yang mengidentifikasi input dan
29
output yang menjelaskan apa yang dilakukan seperti; proses membuat
permintaan pembelian, memilih pemasok, dan sebagainya.
d. Pemetaan fungsi pada unit organisasi: satu unit organisasi menjalankan
beberapa fungsi dan satu fungsi mungkin dilakukan beberapa unit organisasi,
untuk itulah dilakukan pemetaan fungsi untuk mengetahui hubungan antara
fungsi dan unit organisasi yang disajikan dalam matriks (create, read, update,
delete).
Matriks aktivitas-entitas memetakan fungsi pada entitas yang mengindikasi
fungsi create, read, update, delete pada tiap entitas. Matriks bisa menyoroti
masalah secara otomatis dan situasi yang harus diperiksa apabila dalam masalah.
Matriks jenis entitas/fungsi bisa dikelompokkan (cluster) untuk menunjukkan
fungsi dan data apa yang berhubungan pada area tertentu. Bentuk
pengelompokkan dasar pembuatan area bisnis, yang diperiksa lebih rinci selama
analisis area bisnis membantu menentukan fungsi apa yang harus dilakukan dan
data apa yang digunakan.
Tabel 2.5 Matriks Pemetaan Data Subjects terhadap Fungsi (Martin, 1990, p172)
FUN
CT
ION
Plan
Pro
duct
Mar
ket P
rodu
ct
Proc
ess O
rder
Man
age
Bus
ines
s
Man
age
If
ti
DATA SUBJECT 1 2 3 4 5
Product plans, procedures, regs. CRUD R R R
Product materials R
Finished products R R RU
Organization plas, procedures and regs. CRUD R
30
Tabel 2.5 merupakan contoh dari pemetaan subyek data terhadap fungsi
yang dituang dalam matriks, dengan keterangan mencakup: C=create, R=read,
U=update, D=delete. Pada rencana, prosedur produk: fungsi merencanakan
produk memiliki aktivitas create, read, update, delete; fungsi memasarkan produk
memiliki aktivitas read; fungsi proses pesanan tidak ada aktivitas; fungsi
mengelola bisnis memiliki aktivitas read; fungsi mengelola informasi memiliki
aktivitas read, dan sebagainya.Hal ini menjelaskan hubungan antara data (entitas)
dengan fungsinya.
Pemetaan dalam matriks aktivitas-entitas ada beberapa tahap menurut
Martin (1990, 173) yakni:
a. Tahapan pemetaan subyek data dengan dua aktivitas yakni create (aktivitas
menyebabkan perubahan) dan read (aktivitas tidak membuat perubahan).
b. Tahapan pemindahan subyek data yang create atau update oleh fungsi di sisi
kiri. Untuk subyek data read tidak ada hubungan dengan fungsi bisnis maka
tetap di posisi. Pemindahan sampai fungsi berakhir.
c. Tahap pengelompokkan dan memberi nama pada pengelompokkan (cluster)
menjadi satu area dan beri tanda batasan.
d. tahapan pemberian pengaksesan ke database saat fungsi memerlukan data di
luar cluster yang ditandai dengan tanda panah.
2.6.4 Analisis Infrastruktur SI/TI
Sebelum melakukan analisis IT BSC, hal yang pertama kali perlu dilakukan
untuk mendata infrastruktur dari sistem informasi yang digunakan organisasi baik
dari sistem, jaringan, hardware, software, dan teknologi lainnya untuk
31
memberikan pengetahuan apa saja yang sudah diterapkan oleh dalam sistem
informasi organisasi sehingga dari sini bisa dilakukan analisa bagaimana kinerja
dari sistem yang digunakan, bagaimana dengan keadaan teknologi yang
diterapkan dan sebagainya.
2.6.5 Analisis IT BSC
Grembergen & Bruggen (2000) menyatakan bahwa IT Balanced Scorecard
memberikan gambaran kinerja keseluruhan unit TI berdasarkan visi, misi dan
strategi TI perusahaan. Rosemann & Wiese (1999) menyatakan IT BSC dapat
digunakan pada tingkat sistem untuk mengevaluasi implementasi software atau
mengevaluasi keberlangsungan operasi software. Analisis IT BSC juga berguna
untuk melihat sampai sejauh mana tingkat maturity sistem. Grembergen &
Bruggen (2000) menyesuaikan Balanced Scorecard tradisional untuk digunakan
dalam teknologi informasi maka menghasilkan empat perspektif standar yakni:
1. Kontribusi perusahaan: untuk mencapai kontribusi bisnis terhadap investasi
dengan strategi pengendalian biaya teknologi informasi, nilai bisnis dan
proyek teknologi informasi, menyediakan kemampuan bisnis baru.
2. Orientasi pengguna: untuk menjadi penyedia pilihan sistem informasi dengan
strategi penyedia pilihan aplikasi dan operasi, kerja sama dengan pengguna
dan kepuasan pengguna.
3. Penyempurnaan operasional: memberikan produk dan layanan teknologi
informasi yang efektif dan efisien dengan strategi pengembangan aplikasi dan
operasi yang efektif dan efisien.
32
JIKA Keahlian staf teknologi informasi meningkat (perspektif orientasi masa depan)
MAKA Hal ini akan menghasilkan pengembangan sistem dengan kualitas yang lebih baik (penyempurnaan operasional)
MAKA Hal ini akan menyebabkan kepuasan pengguna yang meningkat (perspektif orientasi pengguna)
MAKA Hal ini akan menambah dukungan terhadap proses bisnis (perspektif kontribusi perusahaan)
4. Orientasi masa depan: mengembangkan kesempatan untuk menjawab
tantangan masa mendatang dengan strategi melatih dan mendidik keahlian staf
teknologi informasi, riset perkembangan teknologi dan umur aplikasi.
Gambar 2.5 Hubungan Sebab Akibat
Hubungan sebab akibat perlu didefinisikan ke dalam scorecard seperti
Gambar 2.5. yang memberikan contoh hubungan sebab akibat: jika keahlian staf
teknologi informasi meningkat (orientasi masa mendatang), maka akan
menghasilkan pengembangan sistem dengan kualitas yang lebih baik
(penyempurnaan operasional, maka menyebabkan kepuasan yang meningkat
(orientasi pengguna), maka menambah dukungan terhadap proses bisnis
(kontribusi perusahaan).
1. Perspektif kontribusi perusahaan: mengevaluasi performa teknologi informasi
dari pandangan manajer eksekutif, dewan direksi, dan pemegang saham,
kontribusi perusahaan mencakup kontribusi strategis, performa yang sinergis,
nilai bisnis proyek teknologi informasi. Tolok ukur yang digunakan
berdasarkan standar obyektif yang tersedia atau yang dapat ditentukan dan
hampir semua kasus berasal dari sumber eksternal.
33
2. Perspektif orientasi pengguna: mengevaluasi performa teknologi informasi
dari pandangan pelaku bisnis serta pelanggan dari unit bisnis, orientasi
pengguna mencakup kepuasan pelanggan, penggabungan teknologi informasi
atau bisnis, keberhasilan pengembangan aplikasi dan tingkat keberhasilan
pelayanan dengan berfokus pada penyedia aplikasi pilihan, bekerja sama
dengan pengguna dan menjamin kepuasan pengguna bertujuan pada
pengembangan hubungan bisnis dan implementasi organisasi dan proses
teknologi informasi yang baru.
3. Perspektif penyempurnaan operasional: mengevaluasi keberhasilan teknologi
informasi dari pandangan manajemen teknologi informasi dan badan audit
serta peraturan utama, penyempurnaan operasional mencakup proses
keunggulan, proses yang cepat tanggap, pengelolaan jaminan, dan
perlindungan serta keamanan. Penyempurnaan operasional memiliki
kontribusi yang penting yaitu kualitas produk dan penekanan biaya teknologi
informasi.
4. Perspektif orientasi masa depan: mengevaluasi keberhasilan teknologi
informasi dari pandangan divisi teknologi informasi itu sendiri yaitu proses
kepemilikan, pelaksana dan pendukung tenaga ahli, orientasi masa depan
mencakup peningkatan kemampuan perusahaan, keefektifan manajemen
karyawan, perkembangan arsitektur teknologi informasi perusahaan, dan
penelitian terhadap teknologi baru yang muncul.
34
Strategis
Aplikasi yang kritis untuk mendukung strategi bisnis mendatang
Potensial Tinggi
Aplikasi yang mungkin penting dalam mencapai keberhasilan mendatang
Operasional Utama
Aplikasi organisasi saat ini bergantung pada keberhasilan
Dukungan
Aplikasi yang bernilai tapi tidak kritis pada keberhasilan
2.6.6 Analisis Portofolio Aplikasi
Menurut Ward dan Peppard (2002, p42) portofolio aplikasi harus
direncanakan dan dikelola menurut kontribusi pada bisnis saat ini mendatang yang
tidak hanya meliputi kebutuhan tapi juga potensi aplikasi dan rencana untuk
meningkatkan strategi bisnis mendatang. Model analisis portofolio aplikasi
(strategic grid) yang dikembangkan McFarlan berasal dari konsep matriks yang
menjadi kontribusi SI/TI pada bisnis sekarang dan mendatang untuk menjelaskan
dampak dari variabel yang tidak berkaitan namun saling mempengaruhi. Model
portofolio aplikasi dibagi menjadi empat kategori berdasarkan penilaian
kepentingan aplikasi saat ini dan mendatang. Seiring waktu isi portofolio akan
berubah dan isi segmen portofolio akan dipengaruhi beragam faktor eksternal dan
internal. Kegunaan dari matriks turunan ini memberikan kemudahan dalam
manajemen dan bisa mengkategorisasikan aplikasi sesuai dengan kontribusi dan
potensi bisnis yang dirasakan.
Tabel 2.6 Portofolio Aplikasi McFarlan (Ward & Peppard, 2002, p42)
Berdasarkan Tabel 2.6 ada empat kategori aplikasi berdasarkan kontribusi
potensi bisnis yakni:
a. Strategis: aplikasi yang kritis pada keberhasilan bisnis mendatang, membuat
atau mendukung perubahan dalam cara organisasi melaksanakan bisnis
35
dengan tujuan memberikan keuntungan kompetitif. Teknologi yang digunakan
tidak mengindikasi suatu aplikasi itu strategis, penilaiannya harus didasarkan
kontribusi bisnis.
b. Operasional utama: aplikasi yang mendukung operasi bisnis yang ada,
membantu untuk menghindari kerugian, harus dijalankan terus karena apabila
terhenti maka akan mengalami kerugian.
c. Dukungan: aplikasi yang meningkatkan efisiensi bisnis dan efektivitas
manajemen tapi tidak mendukung bisnis atau memberikan keuntungan
kompetitif.
d. Potensial tinggi: aplikasi inovatif yang mungkin membuat peluang untuk
meningkatkan keuntungan mendatang tapi masih belum terbukti.
2.6.7 Analisis Trend Teknologi
Menurut Ward dan Peppard (2002, p203-204) analisis lingkungan eksternal
SI/TI dilakukan untuk mengetahui perkembangan SI/TI di luar lingkungan
perusahaan yang memberikan dampak dan pengaruh pada perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan menganalisa lingkungan eksternal SI/TI
bisa memperoleh pengetahuan tentang pandangan perkembangan teknologi dan
peluang baru baik dalam mengimplementasikan teknologi baru maupun
menggunakan teknologi yang sudah ada dengan cara lebih efektif. Analisa ini
melibatkan apa yang dilakukan pihak luar seperti pesaing, pemasok yang
berhubungan dan mempengaruhi bisnis. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk
mendapat ide baru tapi juga mencapai ukuran kematangan bisnis pada kontribusi
SI/TI salah satunya dengan mengkategorikan elemen teknologi yang bernilai
36
untuk dievaluasi lebih lanjut ketika isu implementasi diketahui. Hasil dari analisa
ini untuk memberikan nilai dan informasi mengenai perkembangan terbaru SI/TI
eksternal dan peluang yang tersedia sebagai masukan pada proses perencanaan
strategis SI/TI.
2.6.8 Analisis Gap
Analisis gap dilakukan untuk mengevaluasi mengenai kondisi yang dihadapi
saat ini dengan apa yang diharapkan yang diidentifikasi dari segi sistem yang
diinginkan sehingga bisa menghasilkan solusi aplikasi masa mendatang. Hal
dilakukan untuk mengumpulkan kebutuhan perusahaan lalu melakukan
penyesuaian yang diperlukan dan memastikan sistem yang baru memenuhi
kebutuhan proses bisnis perusahaan serta mengidentifikasi hal yang menyebabkan
keperluan perubahan.
2.7 Enterprise Architecture
Menurut Bernard (2005, p31-37) enterprise architecture adalah analisis dan
dokumentasi perusahaan dalam keadaan sekarang dan mendatang dari pandangan
strategi, bisnis dan teknologi yang terintegrasi. Dalam praktek EA merupakan
program manajemen dan metode dokumentasi yang bersamaan menyediakan
pandangan yang bisa ditindak dan dikoordinasi dalam arah strategis perusahaan,
layanan bisnis, aliran informasi, dan pemanfaatan sumber. Perumusan enterprise
architecture (EA) dihasilkan dari strategi (S) dihubungkan dengan bisnis (B) dan
juga dengan teknologi (T), sehingga EA= S + B + T.
(
t
(
(
k
p
d
a
a
2
t
y
Sebaga
(perencanaa
terstandarisa
(kontrol fin
(pendekatan
Sebaga
kerja pemod
strategi, pro
proses, sumb
dari EA sek
arsitektur y
arsitektur).
2.7.1 Lev
Menur
tingkat yang
yang membe
Gamb
ai program
an sumber
asi (tata kelo
nansial dan
n siklus pada
ai metode d
delan dan me
oses, sumber
mber daya to-
karang ke E
yang didok
vel Hirark
rut Bernard
g berbeda da
edakan area
bar 2.6 Enterp
manajemen,
daya da
ola sumber
n manajem
a pengemban
dokumentasi,
etodologi im
r daya as-is)
-be), rencana
A mendatan
kumentasikan
ki
(2005, p10
alam area do
aktivitas.
rprise Archit(Bern
, EA menye
an determin
daya dan im
men konfigu
ngan/manajem
, EA menye
mplementasi)
), pandanga
a manajeme
ng), framew
n dan men
04) kerangka
okumentasi E
tecture Cubenard, 2005, p
ediakan peny
nasi tersta
mplementasi)
urasi), keke
men).
ediakan pend
), pandangan
an mendatan
en EA (renca
ork EA (me
netapkan h
a kerja EA
EA, layer ke
e Documentap38)
yelarasan su
andarisasi),
), dukungan
eliruan sum
dekatan EA
n sekarang (
ng (pandanga
ana untuk m
engidentifika
hubungan an
menampilk
edalaman ya
ation Framew
37
umber daya
kebijakan
n keputusan
mber daya
A (kerangka
(pandangan
an strategi,
melanjutkan
asi lingkup
ntara area
kan banyak
ang banyak
work
38
Dalam kerangka pendokumentasian terdiri dari berbagai tingkat yang
meliputi:
a. Goal & initiatives
Tingkat ini mengidentifikasi arah, tujuan dan inisiatif strategis perusahaan dan
memberikan deskripsi jelas mengenai kontribusi yang teknologi informasi
yang diberikan dalam mencapai sasaran. Alat yang bisa diterapkan mencakup
rencana strategis, analisis SWOT, skenario konsep operasi, diagram konsep
operasi, balanced scorecard.
b. Product & services
Tingkat ini mengidentifikasi layanan produk bisnis perusahaan dan kontribusi
teknologi untuk mendukung proses; layanan bisnis (sebagai alat pemrosesan
dan prosedur yang memenuhi misi dan tujuan), teknologi (elemen utama yang
meningkatkan nilai, tidak memicu faktor peningkatan layanan bisnis dan
proses penghasilan produk). Sangat penting untuk meninjau kembali dan
menyesuaikan proses sebelum teknologi informasi diterapkan untuk menjamin
nilai yang optimal dan efisiensi dicapai. Alat yang bisa diterapkan mencakup
rencana bisnis, diagram konektivitas node, diagram proses swim-lane, model
proses bisnis, matriks proses bisnis, diagram use case, kasus bisnis investasi.
c. Data & information
Tingkat ini mendokumentasikan bagaimana informasi saat ini digunakan
perusahaan dan bagaimana aliran informasi mendatang, yang dapat
digambarkan dalam dokumen strategi sistem informasi yang berkaitan dengan
rencana strategis dan rencana bisnis yang bertujuan untuk mengumpulkan,
menyimpan, mengubah, menyebarkan informasi ke perusahaan. Alat yang
39
bisa diterapkan mencakup rencana manajemen pengetahuan, matriks
pertukaran informasi, diagram object state transition, diagram object event
sequence, model data logika, model data fisik, matriks CRUD, kamus data.
d. System & applications
Tingkat ini mengatur dan mendokumentasikan kelompok sistem informasi
saat ini dan aplikasi yang digunakan perusahaan untuk menyampaikan
kemampuan teknologi informasi. Alat yang bisa diterapkan mencakup
diagram tampilan sistem, diagram komunikasi sistem, matriks tampilan
sistem, diagram arus data sistem, matriks sistem, matriks pertukaran data
sistem, matriks performa sistem, diagram evolusi sistem, diagram aplikasi
web.
e. Networks & infrastructure
Tingkat ini mengatur dan mendokumentasikan pandangan saat ini dan
mendatang mengenai suara, data, jaringan yang digunakan perusahaan untuk
menjalankan sistem, aplikasi, situs, database juga mendokumentasikan
infrastruktur perusahaan. Alat yang bisa diterapkan mencakup diagram
konektivitas jaringan, inventori jaringan, inventori peralatan modal,
pembangunan blueprint, diagram pusat jaringan, diagram cable plant, diagram
rack elevation.
2.7.2 Lini Bisnis
Lini Bisnis adalah area aktivitas yang berbeda dalam perusahaan, yang bisa
ditunjuk sebagai area misi vertikal perusahaan, yang mungkin melibatkan
ketentuan layanan, pengembangan produk, fungsi administratif internal. Setiap
40
lini bisnis memiliki arsitektur lengkap yang mencakup lima tingkat hirarki
framework EA. Arsitektur lini bisnis harus berkaitan sehingga EA menyajikan
dengan benar seluruh perusahaan, apa yang dibutuhkan EA menjadi nilai
maksimal pada eksekutif, manajemen, staf.
2.7.3 Komponen Lintas Batas
Komponen ini berfungsi untuk menghindari ketidakefisiensian dukungan
duplikatif dalam lini bisnis, komponen teknologi dan bisnis lintas batas dibangun
untuk memberikan kemampuan penyampaian produk dan jasa umum, database,
aplikasi, infrastruktur jaringan. Layanan teknologi informasi lintas batas bertujuan
mengurangi biaya pelaksanaan aplikasi, meningkatkan penggunaan informasi
bersama, dan memungkinkan solusi infrastruktur yang mencakup seluruh
perusahaan.
2.7.4 Perencanaan Threads
Perencanaan threads meliputi aktivitas umum untuk semua tingkat
framework, mencakup keamanan teknologi informasi, standar teknologi
informasi, tenaga kerja teknologi informasi.
a. Keamanan teknologi informasi: mencakup informasi, karyawan, operasional,
fasilitas. Keamanan teknologi informasi harus bekerja semua tingkat
framework EA dan semua komponen EA agar efektif.
b. Standar teknologi informasi: menyediakan standar berhubungan teknologi
pada semua tingkat framework EA untuk memajukan penggunaan solusi
komersial dalam komponen EA.
41
c. Tenaga kerja teknologi informasi: untuk menjamin perekrutan berdasarkan
teknologi informasi, keterampilan, syarat pelatihan yang diidentifikasi pada
tiap tingkat framework EA dan solusi yang tepat dicerminkan dalam arsitektur
mendatang.
2.8 Business Intelligence
2.8.1 Pengertian Business Intelligence
Business Intelligence mengkombinasikan arsitektur, tool, database, aplikasi
dan metodologi dengan tujuan memungkinkan pengaksesan interaktif pada data,
menggunakan data dan memberikan kemampuan untuk melakukan analisis yang
tepat (Turban & Liang, 2007, p24). Business intelligence merupakan arsitektur
perusahaan pada sekumpulan operasional yang terintegrasi serta aplikasi
pendukung keputusan dan database yang memberikan komunitas bisnis
pengaksesan yang mudah terhadap data sehingga membantu dalam mengambil
keputusan yang akurat (Moss, 2003).
Dengan menganalisa data, situasi, performa yang dulu dan sekarang,
pembuat keputusan memperoleh pandangan yang bernilai yang memungkinkan
untuk membuat keputusan yang terinformasi lebih baik. Proses business
intelligence dari transformasi data menjadi informasi kemudian menjadi
keputusan yang akhirnya menjadi tindakan. Tujuan dari business intelligence agar
bisa mengkontrol kekacauan data yang ada dan menyediakan akses yang intuitif
pada informasi bisnis (Moss, 2003).
42
2.8.2 Manfaat Business Intelligence
Business intelligence memiliki manfaat utama yaitu menyediakan informasi
akurat ketika dibutuhkan, mencakup pandangan performa perusahaan secara tepat
waktu dan bagiannya (Turban & Liang, 2007, p28).
Berdasarkan beberapa survei dapat diketahui bahwa manfaat penggunaan
business intelligence mencakup:
a. pelaporan yang lebih cepat dan lebih akurat
b. pengambilan keputusan yang semakin meningkat
c. pelayanan pelanggan yang semakin meningkat
d. pendapatan semakin meningkat.
Manfaat business intelligence lebih bersifat intangible, rata-rata untuk
penggunaan pelaporan umum, penjualan dan analisis pasar, perencanaan,
perkiraan, konsolidasi keuangan, pelaporan status, penganggaran, analisis
profitabilitas.
2.8.3 Keunggulan Business Intelligence
Keunggulan utama business intelligence yang memberikan nilai tambah bagi
perusahaan (Kuncoro, 2011) meliputi:
a. Konsolidasi informasi; data akan diolah dalam satu platform dan disebarkan
dalam bentuk informasi yang berguna ke seluruh organisasi yang
memungkinkan membuat laporan lintas fungsional dan secara keseluruhan.
b. In depth reporting; business intelligence tidak hanya mampu memberikan
laporan dan analisis tetapi juga informasi mengenai isu yang lebih besar pada
level strategis.
43
c. Customized GUI; business intelligence menyediakan fasilitas kustomisasi
tampilan sehingga tampilan jauh lebih teknis dan sesuai keinginan pengguna.
d. Mengurangi masalah teknis; business intelligence meminimalisasi
kemungkinan kesalahan operasional dari pengguna.
e. Biaya pengadaan; business intelligence sebagai software yang bekerja pada
layar teratas sehingga harga nya tidak terlalu mahal (lebih rendah dari ERP).
f. Flexible databank; business intelligence bisa berkolaborasi dengan ERP
sebagai pemasok databank yang akan diolah menjadi laporan dan scorecard,
juga bisa digunakan analis profesional dengan data olahannya bersifat
sekunder.
g. Responsiveness; sifat dashboard lebih pada kecepatan merespon misalnya;
perhitungan service level sebagai salah satu KPI maka dashboard memberikan
peringatan pada pengguna sebelum batas bawah dalam service level
terlampaui sehingga masalah bisa ditangani tepat waktu.
2.8.4 Karakterisitik Business Intelligence
Business intelligence memiliki beberapa karakteristik menurut Nelson
(1997) PT Oracle Indonesia yang mencakup:
a. Keterbukaan: semakin meningkatnya konsep bisnis maka semakin menuntut
peningkatan nilai keterbukaan informasi untuk selalu menyajikan dan
melindungi kepemilikan informasi rahasia perusahaan melalui teknologi tepat
guna. Business intelligence juga membantu dalam menjalankan manajemen
bisnis dengan cara yang tidak terbatas.
44
b. Sensitivitas waktu: dengan konsep online computing mendukung proses bisnis
sehingga kebutuhan informasi bersifat sensitif dimana ada relevansi yang kuat
antara waktu dengan informasi operasional yang akurat dalam proses
pengambilan keputusan.
c. Ketepatan: dalam business intelligence diperlukan ketepatan data maupun
informasi baik dari internal maupun dari eksternal sehingga perusahaan
dengan mudah mengekstrak informasi secara tepat misal perkiraan kebutuhan
impor mendatang, pertumbuhan prediksi populasi dan lainnya.
d. Saling ketergantungan: agar bisa efisien dan terdepan dalam persaingan bisnis,
pemimpin perlu mengikuti perkembangan di sekitar perusahaan baik di dalam
maupun di luar. Dengan adanya tingkat ketergantungan maka selalu mengikuti
gerakan strategis yang menentukan arah bisnis.
e. Tipe data: data warehouse tidak sekedar data tekstual tapi juga bisa berbagai
data yang memperkaya informasi sejalan tuntutan business intelligence karena
dengan memperluas analisis dan penyajian data berdasarkan beragam data
untuk mendukung keputusan eksekutif.
2.8.5 Arsitektur Business Intelligence
Business intelligence menyatakan mencakup empat komponen yaitu data
warehouse (sumber data), business analytic (kumpulan alat untuk menggunakan,
menambang, dan menganalisa data dalam data warehouse), business performance
management (memantau dan menganalisa performa), user interface (misal;
dashboard) (Turban & Liang, 2007, p25).
45
Gambar 2.7 Arsitektur Business Intelligence
(Turban & Liang, 2007, p26)
Hubungan antara komponen-komponen dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Lingkungan data warehouse tanggung jawab utama bagi staf teknis, lingkungan
business analytical bidang pengguna bisnis. Pengguna bisa koneksi sistem melalui
user interface seperti browser dan manajer bisa menggunakan komponen BPM
dan dashboard.
1. Data warehouse mencakup data historis yang dikelola dan disusun sehingga
pengguna bisa menampilkan dengan mudah atau menggunakan data dan
informasi. DW merupakan database atau repositori data yang disiapkan untuk
mendukung aplikasi pengambilan keputusan dari pelaporan umum dan query
pada optimisasi rumit, biasanya DW dibangun dengan metodologi metadata
dan ETL dimana data mart juga sebagai respositori bagian tertentu (Turban
dan liang, 2007, p26, p201).
2. Business analytic adalah kategori aplikasi dan teknik yang luas dalam
pengumpulan, penyimpanan, analisis, dan memberikan pengaksesan data
untuk membantu pengguna mengambil keputusan yang lebih baik dan
46
strategis (Turban dan Liang, 2007, p26, p202, p256). Menurut Turban dan
Liang (2007, p261) tool BI terdiri dari:
a. OLAP (online analytical processing): mencakup membuat dan menjawab
query, meminta laporan dasar dan menggambarkan dan melakukan
analisis statistik modern maupun tradisional dan membangun penyajian
visualisasi.
b. Report and Query: digunakan dalam aktivitas OLAP dan BI untuk
menghasilkan laporan.
1. Laporan ada dua jenis yakni rutin dan ad hoc. Laporan rutin dibuat
otomatis dan distribusikan per periode dalam daftar yang bisa
dihasilkan dari data operasional langsung dan dari data warehouse
sedangkan laporan ad hoc dibuat pada pengguna tertentu yang
membutuhkannya bisa mirip dengan laporan rutin tapi interval waktu
yang berbeda dalam bagian data. Scorecard dan dashboard sebagai
alat pelaporan yang memberikan tampilan yang grafis mengenai
laporan mencakup perbandingan metriks.
2. Ad hoc query tidak bisa ditentukan dulu pada query dilakukan,
pengguna bisa memilih query setelah mendapatkan laporan yang
membolehkan pengguna meminta informasi komputer yang tidak
tersedia dalam laporan periodik.
c. Multidimensionalitas: yakni data mentah dan data ringkasan diatur dalam
cara berbeda untuk analisis dan penyajian, dengan keuntungan
memungkinkan data bisa diatur dalam penyajian yang berbeda dari data
yang sama dengan mudah dan cepat.
47
d. Data mining and Predictive analysis: memberikan estimasi dan perkiraan
hasil dari tindakan alternatif yang berbeda, dengan menggunakan formula
statistik. Tool data mining yang diekstrak tersembunyi dari database dan
mencari pola dalam transaksi database yang besar yang dipicu dengan
formula statistik yang rumit. Tool predictive analysis membantu
menentukan hasil mendatang dalam situasi yang terjadi yang
mengidentifikasi hubungan dan pola biasanya menggunakan metode
algoritma yang canggih.
e. Data visualization: mendukung visualisasi dan memperkirakan data dan
informasi dalam siklus pemrosesan data yang mencakup gambar digital,
tampilan, realitas virtual, penyajian dimensional, video, animasi. Dalam
visualisasi dapat dilihat bahwa dashboard dan scorecard merupakan salah
satu produk untuk visualisasi data dalam gambar, tabel, grafik.
3. Business performance management: dirujuk sebagai corporate performance
management (CPM) merupakan portofolio aplikasi dan metodologi yang
mencakup pengembangan arsitektur BI dan tool utama. BPM memperluas
pemantauan, pengukuran dan membandingkan penjualan, profit, biaya dan
profitabilitas dan indikator performa lainnya dengan mengenalkan konsep
manajemen dan respon, juga mencakup proses perencanaan dan perkiraan
sebagai utama dalam strategi bisnis (Turban dan liang, 2007, p27, p202).
4. User interface: salah satunya dashboard yang memberikan pandangan visual
komprehensif pada pengukuran performa perusahaan. Pengintegrasian
informasi dari berbagai area bisnis, dashboard menyajikan grafik yang
menunjukkan performa aktual dibandingkan dengan metriks yang diinginkan
48
bisa dikatakan dashboard menampilkan pandangan sekilas mengenai
kesehatan perusahaan. Banyak tool visualisasi dari penyajian cube
multidimensional pada realita virtual merupakan bagian terintegrasi sistem BI
(Turban & Liang, 2007, p27).
2.8.6 Model Penyajian
Model adalah penyajian yang ditujukan pada kenyataan dan penyelesaian
masalah dengan menjelaskan masalah atau sistem dengan berbagai tingkat
abstraksi (Turban & Liang, 2007, p51). Kegunaan menggunakan model penyajian
dalam penerapan business intelligence adalah manipulasi model lebih mudah,
mengurangi waktu analisis dan biaya analisis lebih rendah, dengan model
matematis bisa memberikan analisis sejumlah solusi, meningkatkan dan
menggabungkan pembelajaran dan pelatihan. Beberapa kategori model yang dapat
digunakan dalam business intelligence mencakup:
a. Iconic/scale model: tipe model abstrak yang merupakan sistem replika fisik
biasanya menggunakan skala yang berbeda bersifat 3D seperti model pesawat
terbang, mobil, jembatan, produksi. Fotografi adalah model ikon 2D.
b. Analog model: seperti sistem nyata tapi tidak kelihatan seperti itu bahkan lebih
abstrak dari model ikon dan merupakan penyajian kenyataan secara simbol,
biasanya bersifat diagram 2D.
c. Mental model: dikembangkan khususnya dalam situasi tekanan waktu yang
merupakan deskripsi situasi pengambilan keputusan yang membentuk
pemikiran, digunakan ketika ada faktor kualitatif dalam pengambilan
49
keputusan, memberikan peta kognitif yang bisa digunakan dalam praktek
untuk mendetilkan model mental.
d. Mathematical model: untuk merujuk data yang tidak bisa ditunjukkan pada
berbagai ikon atau analog saja karena sulit dilakukan analisis dan memerlukan
waktu untuk analisis dengan model iconic maupun analog.
2.8.7 Teknologi Business Intelligence
Menurut Kimball (1996) teknologi yang digunakan dalam menjalankan
business intelligence meliputi:
a. ETL tool: untuk bisa mengakses sumber data maka diperlukan teknologi yang
terhubung ke database pada platform. ETL tool meliputi pengumpulan,
pembersihan, ekstraksi, transformasi, dan mengisi ke data warehouse.
b. OLAP engine: untuk bisa menganalisis data dari berbagai dimensi maka perlu
disimpan dalam berbagai dimensi (database multidimensi) Dengan adanya
OLAP engine membantu mempercepat query dan analisa terhadap relasi data
yang berhubungan.
c. Query tool: untuk menampilkan data yang disimpan di database multidimensi
diperlukan tool khusus yang bisa melakukan query berbagai dimensi dengan
cara yang sederhana.
d. Reporting tool: bisa membaca data multidimensi dan dijalankan dengan cara
visual. Laporan dapat dibuat dalam berbagai format seperti CSV, PDF, PPT,
dan juga dilengkapi dengan utilitas distribusi dan penjadwalan.
e. Dashboarding tool: pada dasarnya informasi yang disampaikan biasanya tidak
ditampilkan dalam angka tabel melainkan dalam bentuk grafik untuk
50
memudahkan dan mempercepat mengambil keputusan. Tool ini membantu
menyajikan data dan informasi yang dilengkapi dengan berbagai grafik
meliputi; bar chart, pie chart, line chart dan sebagainya baik dalam 2D
maupun 3D.
2.8.8 Langkah Penerapan Business Intelligence
Dalam mengimplementasi business intelligence terdapat beberapa tahap
yang perlu dilakukan yakni:
1. Tahap persiapan: dilakukan dengan membuat kerangka kerja, persiapan waktu
dan dan biaya yang kemudian didokumentasi. Kemudian menganalisis
kebutuhan sistem dengan melihat sumber daya (software, hardware,
infrastruktur dan pendukung), analisis kebutuhan business intelligence
kemudian dibuat dokumentasinya.
2. Tahap perancangan: dengan menyusun dan merancang data yang berkaitan
yang dikumpulkan dari data internal, data dokumen, data luar serta dibuat
dokumentasi rancangan software.
3. Tahap pengembangan: melakukan pengembangan dengan membuat database,
membuat program aplikasi dan membuat sistem, instalasi software dan
jaringan. Lalu dilakukan pengujian untuk disesuaikan dengan kebutuhan
analisis, jika ada perubahan yang dilakukan maka dibuat revisi.
4. Tahap evaluasi: melakukan pengujian akhir dengan menguji secara
keseluruhan dan dilihat apakah pengguna sudah puas dengan hasil atau belum.
Jika ada yang perlu diubah maka dilakukan revisi sampai sesuai dengan
keinginan pengguna. Kemudian dibuat dokumentasi pengujian dan materi
51
hasil pengujian serta dibuat petunjuk penggunaan aplikasi. Setelah itu
dilakukan sosialisasi dan pelatihan bagi pengguna dalam menjalankan aplikasi
dan membuat dokumen akhir.
2.9 Mobile Application
2.9.1 Pengertian Mobile Application
Mobile application adalah aplikasi yang dapat dijalankan walaupun
pengguna berpindah-pindah dengan menggunakan alat (mobile). Kegunaan mobile
application menurut VinnoMobile adalah pengguna bisa mengakses informasi
setiap saat, sarana komunikasi yang tepat waktu, mengelola komunitas,
perusahaan dapat memberikan informasi langsung pada pengguna, tidak
tergantung internet, mudah dan ringan dijalankan (Ferdiansyah, 2008;
VinnoMobile).
2.9.2 Jenis Aplikasi Berdasarkan Fungsi
Aplikasi yang digunakan mobile terdiri dari beberapa jenis berdasarkan
fungsi (Ferdiansyah, 2008) meliputi:
a. Informasi: pengiriman informasi ke pengguna peralatan mobile
b. Komunikasi: komunikasi antara pengguna satu dengan lainnya.
c. Hiburan: aplikasi menghibur seperti permainan.
d. Alat produktivitas: aplikasi dapat meningkatkan produktivitas walau sedang
berpindah.
e. Penjualan dan banking: jual beli melalui peralatan mobile.
52
f. Berbasis lokasi: aplikasi yang mengubah data sesuai dengan lokasi pengguna,
lokasi dapat ditentukan GPS dan sel yang ditempati pengguna.
2.9.3 Jenis Mobile Application
Penerapan mobile application berbasis teknologi yang dapat digunakan
(Ferdiansyah, 2008) meliputi:
1. Server request based: peralatan mobile meminta data dari server. WAP
menggunakan markup language khusus berbasis XML.
a. Keuntungannya adalah platform independen, mudah diterapkan dan jenis
aplikasi beragam.
b. Kerugiannya adalah masih banyak peralatan mobile yang tidak didukung
WAP, pembayaran perdata dan tampilan terbatas.
c. Implementasinya menggunakan web server dengan pengaturan tambahan
dikonfigurasi, file WML dibuat selayak membuat file HTML.
2. SMS based: pengiriman pesan singkat antar peralatan mobile atau dengan
server terbatas lebih kurang 160 karakter.
a. Keuntungannya adalah platform independen, peralatan mobile sebagian
besar dapat diterapkan SMS.
b. Kerugiannya adalah pembayaran pada tiap tindakan, tampilan hanya teks,
pengguna harus ingat perintah, panjang teks terbatas.
c. Implementasi meliputi menggunakan tampilan antara peralatan mobile
dengan server, aplikasi menunggu data dari tampilan dan mengirim
melalui tampilan.
53
3. Sim card based: aplikasi diletakkan di sim card dan dapat diakses melalui
menu baru yang akan muncul di ponsel, javacard ini khusus aplikasi bersifat
downloadable.
a. Keuntungannya platform independen, data disimpan secara lokal dan
digunakan bila berganti peralatan mobile.
b. Kerugiannya ukuran terbatas, aplikasi harus sangat kecil, sulit diterapkan.
c. Implementasi: download javacard, menggunakan simulator.
4. Mobile equipment based: aplikasi diletakkan di peralatan mobile contohnya
pemograman di atas Symbian OS, pengiriman data SMS.
a. Keuntungan; tampilan sangat mudah, jenis aplikasi beragam bahkan dapat
digunakan untuk aplikasi berat.
b. Kerugian; platform dependen, bila mengubah peralatan mobile
kemungkinan aplikasi dan data tidak dapat digunakan.
2.9.4 Strategi Pengembangan Mobile Application
Menurut Charland dan Leroux (2011) strategi pengembangan mobile
application yang berbeda pada setiap platform akan sangat mahal jika ditulis pada
bahasa pemograman masing-masing. Dalam pengembangan mobile aplication ada
dua teknik menurut Hariwibowo et al. (2011) yakni:
1. Native Application
Biasanya menjadi pilihan pertama untuk mengembangkan aplikasi berbasis
mobile, dimana jika memilih native application berarti development tools dan
jalannya aplikasi biasanya hanya bisa di satu platform. Misalnya Bahasa C
hanya bisa berjalan untuk platform iPhone, .NET untuk berjalan di Windows
54
Mobile dan Java yang berjalan di Symbian dan Blackberry serta Android.
Pengembangan native application dapat menggunakan database yang
tersimpan di piranti langsung atau dengan model client server yaitu database
nya terpusat di server yang terletak terpisah dari piranti mobile. Misalnya
aplikasi Facebook di iPhone yang merupakan native application, namun
dalam meng-query database langsung ke server. Kelebihan dari native
application adalah loading aplikasi lebih cepat karena sudah terinstal langsung
di handset, Bisa cocok dan menyesuaikan dengan karakteristik piranti.
Kekurangannya adalah biaya dan usaha yang lebih besar karena harus
mengembangkan aplikasi native untuk masing-masing platform dengan
portabilitas rendah.
2. Web Based Mobile
Untuk mengatasi kekurangan pengembangan native application, maka banyak
developer yang mengambil langkah alternatif yaitu menggunakan web based
mobile application. Kelebihan web based mobile adalah bisa berjalan pada
banyak platform, biaya dan usaha yang lebih sedikit, karena cukup
mengembangkan satu aplikasi dan dapat digunakan di berbagai platform
berbeda. Kekurangannya adalah tampilan yang kurang user friendly dengan
layar mobile. Karena untuk bisa berjalan di seluruh bentuk handset maka CSS
style yang digunakan harus bisa mendeteksi model handset yang digunakan
oleh pengguna agar bisa menyesuaikan tampilannya seperti pengguna
BlackBerry akan berbeda tampilan dengan pengguna iPhone. Sehingga faktor
fit screen ini perlu diperhatikan dengan seksama, navigasi dan tombol yang
agak berbeda dengan native application. Karena menggunakan web based
55
maka navigasi, link, tombol dan menu sangat terasa bernuansa desktop,
sehingga terkadang terasa kurang nyaman digunakan di piranti mobile
2.9.5 Tahapan Pengembangan Mobile Application
Menurut Hariwibowo et al. (2011) aktivitas pengembangan disesuaikan
dengan aplikasi yang dikembangkan. RUP (Rational Software Corporation)
adalah metodologi pengembangan software yang menggunakan UML sebagai
bahasa permodelan dalam tahap pengembangan dan iteratif. Model ini membagi
sistem aplikasi menjadi beberapa komponen sistem dan memungkinkan para
pengembang aplikasi untuk menerapkan metode iteratif (analisa, desain,
implementasi dan pengujian) pada tiap komponen. Tahapan pengembangan
software meliputi 4 tahap yakni:
1. Inception: mengidentifikasi sistem yang akan dikembangkan mencakup
analisis sistem yang ada, perumusan target, penentuan arsitektur global target,
identifikasi kebutuhan, perumusan syarat (fungsional, performa, keamanan,
tampilan dan lainnya), perumusan kebutuhan pengujian, pemodelan UML (use
case diagram) dan pendokumentasian.
2. Elaboration: mendesain secara lengkap berdasarkan hasil analisis dengan
melakukan merancang arsitektur subsistem, komponen sistem, format data,
database, tampilan, peta aliran tampilan, penentuan pola desain yang
digunakan, pemodelan diagram UML (sequence, class, component,
deployment diagram dan lainnya), serta pendokumentasian.
3. Construction; mengimplementasikan hasil rancangan dan melakukan
pengujian hasil yang dirancang dengan tugas memeriksa kembali hasil analisis
56
dan desain, hasil analisis dan desain diuji, pendataan kebutuhan implementasi
secara menyeluruh, penentuan pola pemograman, membuat program,
pengujian, optimasi program, pendataan berbagai pengembangan lebih lanjut
serta pendokumentasian.
4. Transition; menyerahkan sistem aplikasi (roll out) dengan melakukan
pelatihan pada pengguna dan menguji aplikasi beta terhadap harapan
pengguna.
Kelebihan pengembangan mobile application adalah dengan menggunakan
teknik RUP sehingga lebih terstruktur dan kompleks, dalam strategi
pengembangan cukup efektif, dimana aplikasi yang dikembangkan memudahkan
pengguna dalam menggunakannya. Kelemahan pengembangan mobile application
adalah membutuhkan biaya cukup besar untuk pengembangannya, membutuhkan
tenaga ahli dan sumber daya manusia yang tinggi untuk bisa mengembangkan
aplikasi yang canggih.
2.10 Learning Management System
2.10.1 Pengertian Learning Management System
Learning management system (LMS) adalah aplikasi software atau teknologi
web based yang digunakan untuk menyampaikan, melacak, melaporkan proses
pembelajaran, serta membantu interaksi pelajar dengan pengajar yang
memberikan pengaksesan pembelajaran dimana saja dan kapan saja. Instruktor
perlu membuat dan menyampikan isi materi, memantau interkasi pelajar dan
menilai performa pelajar, membahas kemampuan pelajar dengan menggunakan
fitur interaktif seperti diskusi forum, video konferensi, decision tree untuk
57
menganalisa isi materi yang sudah dibahas pelajar. LMS dapat didasarkan pada
berbagai platform seperti Moodle, Sakai, Blackboard, SCORM, dan lainnya
(Rodrigues, Joao & Vaidya, 2010, p.67; Buendia et al., 2004).
2.10.2 Penggunaan Learning Management System
Giardina (2010, p.364) menyatakan bahwa LMS membantu proses
pembelajaran yang menjadi bagian penting dalam pendidikan universitas.
Penggunaan LMS untuk mempublikasi isi materi atau menciptakan pengalaman
pembelajaran online, alat untuk berkomunikasi dan kolaborasi seperti wiki, blog,
diskusi, alat kelas virtual, penyiaran media, penciptaan lingkungan pembelajaran
virtual, dan menggunakan teknologi lain seperti alat animasi, aplikasi jejaring
sosial, dan alat untuk pembelajaran secara mobile.
Ellis (2009, p.1-3) berpendapat bahwa LMS yang baik harus terpusat dan
mengotomatisasikan administrasi, menggunakan self service dan self guided
services, membuat dan menyampaikan isi pembelajaran dengan cepat,
mengkonsolidasikan inisiatif pembelajaran pada platform web-based, mendukung
portabilitas dan standarisasi, mengatur isi dan memungkinkan penggunaan
kembali pengetahuan dan mengintegrasikan dengan solusi aplikasi yang
digunakan SDM dan administrasi sehingga bisa mengukur dampak, efektivitas
dan inisiatif.
2.10.3 Persyaratan Learning Management System
Untuki menggunakan LMS, kita harus menentukan persyaratan dengan jelas
agar kebutuhan organisasi bisa dicapai. Ellis (2009, p.1-3) menyatakan ada
beberapa persyaratan fungsional yang direkomendasikan dalam LMS meliputi:
58
a. Integrasi dengan SDM yang membantu karyawan menambahkan langsung
informasi perekrutan, status dan lainnya.
b. Alat administrasi membantu administrator mengelola resgitrasi dan profil,
menentukan peran, mengatur kurikulum, mengakses database untuk membuat
standar dan mengelola laporan dan sebagainya.
c. Pengaksesan konten mencakup alat/media untuk mengirim isi, bahasa, orang
yang terlibat dan sebagainya.
d. Pengembangan konten mencakup otorisasi, pemeliharaan, penyimpanan isi
materi yang mempertimbangkan kompatibilitas alat, kontrol, dan isi materi
yang bisa digunakan kembali.
e. Integrasi konten dibutuhkan terhubung dengan LMS dan pihak ketiga
sehingga pengaksesan pada berbagai fitur menjadi lebih mudah.
f. Manajemen dan penilaian keterampilan membantu dalam menilai kompetensi
pelajar yang bisa diperoleh dari banyak caran juga penilaian kompetensi
pengajar.
g. LMS harus memiliki dukungan standar seperti SCORM yang berarti LMS bisa
memasukkan dan mengelola konten dan materi yang memenuhi standar.
h. Fitur kemampuan konfigurasi yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan
pada LMS, mengatur proses dan standar berbasis kebijakan perusahaan. Untuk
membuat sistem menjadi mudah dipahami dan mudah digunakan, beberapa
LMS menyediakan kelompok pengguna yang memberikan wawasan dalam
sistem penerapan atau pembaruan.
i. Fitur keamanan untuk mengecek password dan enkripsi dalam mengakses
LMS.
59
2.10.4 Keunggulan Learning Management System
Penggunaan LMS memberikan beberapa keunggulan yang mencakup:
1. Membuat komunikasi lebih mudah seperti pemberitahuan, forum, surat.
Contoh pemberitahuan mengenai informasi seminar, kuliah pengganti, jatuh
tempo pembayaran perkuliahan, dan kalender. Kita bisa mengetahui berbagai
informasi dengan mengakses aplikasi LMS.
2. Pelajar bisa memperoleh materi dan tambahan materi, silabus lewat aplikasi
sehingga pelajar tidak perlu meminta data langsung pada pengajar setiap
perkuliahan.
3. Pelajar mengetahui jadwal pada tiap pembelajaran (tanggal, waktu, ruang,
pengajar) sehingga tidak bingung dengan jadwal pembelajaran.
4. Pelajar bisa mengakses nilai yang diperoleh dalam proses pembelajaran.
5. Melalui LMS pelajar bisa bertanya melalui fitur pertanyaan pada staf tanpa
harus bertanya secara tatap muka.
6. LMS bisa menampilkan proses pembelajaran untuk melacak dan melaporkan
kinerja/performa sehingga bisa menganalisa data catatan untuk melakukan
peningkatan, staf bisa mengevaluasi rentetan penilaian secara periodik.