Post on 14-Feb-2018
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kemasyarakatan Suku Dayak
Kemajemukan dalam kehidupan bangsa Indonesia diharapakan dapat memnjadi modal
pembangunan bangsa Indonesia, keanekaragaman memberikan warna dalam kehidupan suku
bangsa Indonesia. Keanekaragaman suku ras dan agama tidak hanya ada di Indonesia tetapi
juga di negara lain, menurut Koentjaraningat masalah masyarakat majemuk dan kesatuan
nasional adalah
“Sifat majemuk, pluralisme, atau keanekaragaman dapat mempunyai ujut yaitu
keanekawaranaan bahasa, keanekawarnaan agama, keanekawarnaan lapisan sosial
dan kasta, keanekawarnaan ras, dan keanekawarnaan kebudayaan suku-bangsa.
Kenaekaragaman mungkin terdapat dalam Negara-negara maju tetapi, terutama
terdapat dalam Negara-negar sedang berkembang. Diantara 157 negara di dunia
hanya 17 negara yang mempunyai sifat yang seragam, dalam arti bahwa setiap
warga negaranya memiliki kebudyaan yang sama dengan kebudayaan suku bangsa
yang dominan dalam Negara yang bersangkutan.”1
Suku Dayak merupakan salah satu dari suku yang ada yang mendiami Pulau
Kalimantan (Indonesia dan Malaysia ). Penduduk Suku Dayak sebagian besar bermukim di
daerah pedalaman Pulau Kalimantan.
‟‟Kata Dayak berasal dari kata“Daya” artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat
yang tinggal di pedalaman atau perhuluan.Sebagian besar orang Dayak berdiam di
wilayah Kalimantan Tengah, Timur, Barat, serta sebagian kecil di Kalimantan
Selatan. Sukubangsa Dayak terdiri atas beberapa sub-sukubangsa, antara lain Iban,
Maanyan, Ngaju, Kenyah, Lawangan, Murut, dan sebagainya. Dengan sistem
kekerabatan Bilateral/ambilineal, yaitu menarik garis keturunan dari pihak ayah dan
ibu.Sehingga sistem pewarisan tidak membedakan anak laki-laki dan anak
perempuan.‟‟2
Masyarakat Suku Dayak juga memiliki bentuk kehidupan kekeluarga, selain bentuk
sistem kekerabatan bilateral juga dibeberapa sub suku termasuk Suku Dayak Pesaguan yang
berdomisili di Kecamatan Sungai Melayu Rayak, lebih menganut sistem patrilineal yaitu
1Koentjaraningrat, 2007 , Sejarah Teori Antropologi II, UI-Press, Jakarta. Hlm 253-254
2wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01
menarik garis keturunan dari pihak ayah. Peran anak laki-laki dalam keluarga sangat menonjol
karena anak pria biasanya oleh orang tuanya, dipersiapakan untuk menjadi Demung
(Pemangku adat).
Sebagai salah satu suku yang ada di Indonesia yang semuanya memiliki kebudayaan
sediri-sendiri serta mempunyai ciri khas pada setiap suku. Suku Dayak juga memiliki
kebudayaan yang unik, dan sangat banyak ragamnya, setiap sub suku memiliki kebudayaan
yang ditaati oleh masyarakat tidak terkecuali sub Suku Dayak Pesagauan yang di dalamya
adalah Suku Dayak yang ada di Kecamatan Sungai Melayu Rayak, yang dahulu menjadi
bagian dari wilayah Kecamatan Tumbang Titi.
“Suku Dayak Pesaguan adalah sub-suku Dayak yang mendiami Kabupaten Ketapang,
Kalimantan Barat, Indonesia. Masyarakat Dayak Pesaguan adalah kelompok
masyarakat asli yang mendiami wilayah pehuluan aliran Sungai Pesaguan di
Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Kelompok ini tersebar di wilayah tiga
kecamatan, yaitu: Kecamatan Tumbang Titi di bagian paling timur, Desa Lalang
Panjang di bagian tengah, dan Kecamatan Sungai Melayu Raya di bagian barat.
Kebudayan suku dayak musim buah bagi masyarakat adat Dayak Pesaguan
bukanlah hal yang biasa. Apalagi jika pada musim buah yang sangat melimpah.
Masyarakat adat mewujudkannya dengan melakukan rangkaian upacara adat.
Masyarakat adat Dayak Pesaguan di Kab.Ketapang setidaknya mengenal 7
rangkaian upacara adat buah-galau (buah-buahan). Ketujuh upacara adat buah
tersebut lazimnya dilakukan pada setiap musim buah raya.Musim buah raya biasanya
ditandai dengan berbuahnya beberapa jenis buah seperti kelampai, kumpang, limat
(janta') dan kekalik. Rangkaian upacara adat buah dipimpin oleh seorang belian
(bolin) buah.Upacara adat buah dimulai dari memorum doun memangkah dohan
pada saat kuntum mulai tumbuh. Usai upacara adat ini, masyarakat tidak boleh
memanjat pohon durian dan mengambilnya malam hari. Seorang belian buah tidak
boleh memakan semua jenis buah sampai pada upacara nyabit buah atau ninjangan
senggayung, kecuali pinang-sirih. Ketika bunga mulai kembang dilanjutkan dengan
upacara merimbang bunga' (memelihara kembang).Kemudian pada saat kembang
mulai jadi buah (biasanya berpatokan pada pohon durian) diadakan upacara adat
menimang/memandian pansai. Upacara ini disertai dengan upacara ritual ma-alap
senggayung (alat musik yang terbuat dari bambu)”3
Terdapat perbedaan perlakuan terhadap tumbuh-tumbuhan antara Suku Dayak
Pesaguan dengan Suku Dayak lain yang ada di Kalimantan Barat. Pada Suku Dayak
Pesaguan termasuk Suku Dayak yang ada di Kecamatan Sungai Melayu Rayak lebih
3(id.wikipedia.org)
mensakralkan pohon durian, pohon durian diperlakukan sederajat dengan dengan manuasi (
Demung Kampung) yang dihormati oleh masyarakat.
„‟Keluarga batih (nuclear family), wali/asbah (mewakili keluarga dalam kegiatan
sosial dan politik di lingkungan dan di luar keluarga) adalah anak laki-laki
tertua. Keluarga luas (extended family), wali/asbah adalah saudara laki-laki ibu
dan saudara laki-laki ayah. Peran wali/asbah, misalnya dalam hal pernikahan,
orang yang paling sibuk mengurus masalah pernikahan sejak awal sampai akhir
acara. Oleh karena itu, semua permasalahan dan keputusan keluarga harus
dikonsultasikan dengan wali/asbah. Penunjukan wali/asbah berdasarkan
kesepakatan keluarga.‟‟4
Suku Dayak juga memiliki strata sosial dalam kehidupan sehari-hari, strata sosial dari
yang paling tinggi sampai yang paling rendah, strata sosial tertinggi depegang oleh pemangku
adat didaerah/ kampung.
„‟Suku Dayak Kalimantan Barat memiliki satrata seperti Suku Dayak Banuaka di
Kapuas Hulu mengenal adanaya golongan Samangat(Ningrat), Pabiring ( golongan
Menengah), Banua( golongan masyarakat biasa) dan yang paling rendah Pakam
(budak). Pada Dayak Kayan dikenal golongan Parem (Ningrat),Payen ( masyarakat
biasa), dan Dipan ( budak). Pada masyarakat Kenyah Paren (ningrat), Payem (
masyarakat biasa), dan Koulak (budak).‟‟5
Berdasarkan teori yang telah dipaparakan diatas dapat dismpulakan bahwa
masyarakat Suku Dayak dalam kehidupan bermasyarakat mempunyai sistem strata sosial.
Penggolongan masyarakat berdasarkan kelas sosial sehingga dapat dikatakan golongan sosial
masyarakat diperoleh melaui keturunan. Anak laki-laki menjadi penerus garis keturuna
dengan kata lain menganut sistem patrilineal.
2.2. Kebudayan dan Pendidikan.
Kebudayaan dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan, kebudayaan
menjadi warna dan kekayaan lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Setiap daerah mempunyai
kebudayaan yang berbeda-beda. Tidak bisa dipungkiri manusia tidak dapat dilepaskan dari
4 Ibid/2010/01
5Florus, Paulus, Stevanus D, Jhon Bamba, Nico A, 1994, Kebudayaan Suku Dayak Aktualisasi dan
Transformasi, PT. Grasindo, Jakarta. Hlm 78
kebudayaan, karena kebudayaan merupakan kehidupan manusia itu sendiri seperti pendapat
Hadi Poerwanto berikut ini.
„‟Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu
pendukung kebudayaan adalah makhkuk manusia itu sendiri. Sekalipun manusia akan
mati, tetapi kebudayaan yang dimikinya akan akan diwariskan pada keturunannya,
demikian seterunya. Pewaris kebudayaan makhluk manusia, tidak selalu terjadi
secara vertical atau kepada anak cucu mereka, melainkan dapat pula secara
horizontal yaitu manusia dapat belajar kebudayaan dari manusia lainya.‟‟6
Kebudayaan dan pendidikan merupakan dua elemen yang saling berkaitan,
pendidikan merupakan cerminan dari kebudayaan dari masyarakat itu sendiri. Dapat
dikatakan pula bahwa pendidikan dan kebuadayaan adalah dua tema kembar yang keduanya
tidak dapat dipisahkan. Seperti pendapat dari H.A.R. Tilaar yang menyatakan bahwa;
Pendidikan merupakan pranata sosial dimana kebudayaan itu berkembang. Dengan
demikian antara kebudayaan dan pendidikan tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Dimana ada kebudayaan di situ ada pendidikan. Di mana ada
pendidikan disitu ada kebudayaan.7
Pendidikan yang merupakan implementasi dari kemajuan budaya suatu bangsa. Hasil
dari proses pembudayaan melalui pendidikan mampu menciptakan inovasi baru untuk
kemasalahat umat manusia. Dua hal yang sangat mencerminkan hasil dari kebudayaan
melalui pendidikan.
1. Penemuan dan invensi (discovery and invention)
Kedua proses ini menempati peranan yang penting sekali di dalam pertumbuhan
dan perkembangan kebudayaan. Tanpa penemuan yang baru dan invensi (ilmu
pengetahuan) suatu budaya akan mati.
2. Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan
terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang sederhana yang
relative tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan
lamban. Dalam masyarakat terbuka kebudayaan kemungkinan untuk inovasi
menjadi terbuka karena didorong oleh kondisis budaya yang memungkinkan.8
Kesimpulan dari ketiga pendapat yang telah dipaparkan, bahwa kebudayaan dan
pendidikan dalam tatanan kehidupatan masyarakata pada dasarnya adalah saling mendukung.
6 Poerwanto, Hadi, 2010, Kebudayaan Dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi, Pustaka
Pelajar,Yogyakarta, Edisi V, Hlm 50. 7 Tilaar. H.A.R, 2002, Pendidikan Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia Strategi Reformasi
pendidikan Nasional, PT. Remaja Rosdakarya,Hlm. 30 8 Ibid. hlm 60
Kebudayaan tidak pernah bertentangan dengan kebudayaan begitupun sebaliknya, bahwa
pendidikan adalah cerminan dari kebudayaan masyarakat itu sendiri. Kebudayaan melalui
proses pendidikan dapat menciptakan individu yang kreatif dan inovatif.
2.3.Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak
Keluarga sebagai pendidikan pertama dan terutama harus terlibat dalam proses
pendidikan anak. Tanggung jawab dari orang tua adalah memberikan dorongan kepada anak
untuk menjadi lebih baik. Dalam dunia pendidikan dukungan orang tua sangat di perlukan.
Partisipasi aktif orang tua tidak hanya bertanggung jawab pada pembiayaan pendidikan anak
tetapi juga memberikan dorongan yang positif terhadap pendidikan anak.
„‟Peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan harus pula disertai dengan
upaya peningkatan tanggung jawab dan partisipasi orang tua pada keberhasilan
pendidikan peserta didik.‟‟9
Biaya dalam pendidikan merupakan elemen penting dalam pertimbangan seseorang
untuk melanjutkan pendidikan, karena pendidikan tidak bisa dilepaskan dari biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendidikan. Biaya yang dimaksud adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan orang tua untuk anak selama menempuh jenjang pendidikan biaya tersebut
tentunya yang berkaitan dengan pendidikan.
„‟Orang tua tidak memikirkan jenis biaya apa saja yang harus dibayar olehnya untuk
menyekolahkan anaknya. Kebanyakan orang tua siswa atau calon siswa berfikir
sangat sederhana. orang tua akan bersedia membayar sejumlah dana agar anak
mereka bisa masuk sekolah atau perguruan tinggi yang dinginkan. Orang tua
menyekolahankan anak pada pendidikan dengan lingkungan terbatas maka
konsekuensinya sumber-sumber pendidikan juga terbatas, maka akan terjadi
kesesuaian antara biaya yang dikelurkan dengan kemampuan membiayai.‟‟10
Dorongan dari orang tua dalam pendidikan anak menjadi motivasi tersendiri bagi
anak, orang tua sebagai motivator karena ada keterikatan batin pada diri anak dan orang tua
9Palekahelu D.T. dan Ferry F. Karwur.loc.cit. hlm 75.
10Harsono,2007,Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, PustakaBook Publisher, Yogyakarta. hlm 21
(ayah dan ibu). Oranga tua pun menaruh harapan pada anaknya agar dapat dibanggakan oleh
mereka. Tingkat pendidikan anak dapat menaikan gengsi bagi orang tua. Seperti pendapat
yang mengutarakan bahawa
„‟Pendidikan adalah karena dorongan orang tua yaitu hatinuraninya yang terdalam
yang mempunyai sifat kodrati untuk mendidik anaknya baik dari segi
phisik,social,emosi maupun inteligensinya agar memperoleh keselamatan,
kepandaian agar mendapatkan kebahagiaan hidup seperti yang mereka idam-
idamkan sehingga ada tanggung jawab moral atas hadirnaya anak tersebut
yangdiberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk dapat dipelehara dan dididik
dengan sebaik-baiknya‟‟11
.
Kesimpulan dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan adalah perlu peran serta
orang tua dan lingkungan sekitar termasuk tokoh adat sebagai panutan masyarakat dan anak-
anak dalam pendidikan anak, orang tua sebagi guru pertama dalam kehidupan perserta didik
sudah seharusnya dapat mendorong anak untuk sekolah sampai pada perguruana tinggi sesuai
dengan tututan persaingan global.
2.3.1. Sumber Daya Alam Dan Pendidikan.
Keadaan sumber daya alam yang dimiliki oleh masyarakat juga menjadi bahan
pertimbangan pemenuhan biaya pendidikan. Orang tua yang tinggal di daerah yang sumber
daya alamnya mendudukung penghasilan, akan lebih mudah membiayai pendidikan anak-
anak mereka.
„‟Kondisi sumber daya alam mempengaruhui kebijakan pendidikan. Karena kebjiakan
dibuat tidak bisa dilepaskan ada tidaknya, cukup atau tidak dan melimpah atau
tidaknya sumber alam sebagai penopangnya. Di negara yang alamnya subur dimana
masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan apa yang dibutukan, akan berbeda
dengan perumusan kebijakan pendidikan dengan negara yang langka akan sumber
alamnya.‟‟12
Pemanfaatan sumber daya alam yang ada di daerah harus terlebih dahulu
mempersiapkan pendidikan terlebih dahulu, pendidikan begitu penting dalam pemanfaatan
11
Ahmadi, Abu, H. dan Nur Uhbiyanti, 2007, Ilmu Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta hlm 74
12Imron, Ali, 2002, Kebijakan Pendidikan Di Indonesia proses, Produk, Dan Masa Depannya. Bumi
Aksara, Jakarta. Hal 32
sumber daya alam. Pendidikan penting supaya masyarakat tidak menjadi salah kaprah dalam
memanfaatkanya. Menurut Wakil Presiden Boediono saat memberikan arahan pada sambutan
pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) di Depok, Senin (11/2).
“Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang terpenting, bahkan apabila
disandingkan dengan sumber daya alam (SDA) sekalipun. Sumber daya alam yang
terlalu berlimpah justru bisa menjerumuskan. Bukannya menciptakan sesuatu yang
baru dan berkreasi, tapi bisa membuat energi suatu bangsa habis untuk
memperebutkan sumber daya alam itu. Beda halnya dengan SDM berkualitas yang
berlimpah. Hal ini dipastikan akan menjadi motor penggerak bangsa. Untuk itulah,
peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan sangat penting. Perihal pendidikan
inilah yang menjadi tanggung jawab bersama”13
Sumber daya alam bagi masyarakat Suku Dayak sangat penting keberadaannya. Sejak
jaman nenek moyang, sumber daya alam menjadi tumpuan kehidupan bagi mereka. Hidup
mereka sangat dekat dengan alam, sehingga dapat dikatakan alam adalah hidup mereka.
Sejak jaman dahulu masyarakat Suku Dayak selalu memanfaatkan hasil alam dalam
kehidupan mereka. Kedekatan mereka dengan alam membuat mereka tidak mementingkan
hal lain. Alam menyediakan segalanya untuk mereka, dengan hasil alam yang berlimpah
membuat mereka merasa cukup dan mengabaikan banyak hal, termasuk pendidikan karena
alam telah menyediakan segalanyaSeperti pendapat Djuweng 1992 yang dikutip oleh Paulus
Florus.
“Sumber daya alam bagi masyarakat Dayak berfungsi sangat vital terhadap seluruh
tatanan kehidupan mereka. Fungsi ekonomi dari tanah dan sumber daya alam
berkaitan erat dengan nilai-nilai sosial, budaya, kepercayaan, dan politik. Tanah
menjadi menghubungkan generasi masa lalu, sekarang, dan yang akan dating”14
.
Eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki daerah untuk kesejahteraan masyarakat
setempat. Hasil dari sumber daya alam itu semestinya tidak menghambat masa depan
generasi penerus. Pemanfaatan secara optimal oleh masyarakat agar kesejateraan masyarakat
13
http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wapres-pendidikan-kunci-kualitas-sumber- daya-
manusia. 14
Florus, Paulus. Eat all. 1994. Kebudayaan Dayak aktualisasi dan Tranformasi. Jakarta : PT. Grasindo.
menjadi meningkat. Tidak hanya diukur dari sisi ekonomi tapi juga aspek lain seperti,
pendidikan dan kesehatan. Seperti pendapat yang diutarakan oleh Pieter Sambut;
“Karakteristik suistanable development (pemabangunan yang berkelanjutan atau
ramah lingkungan) merujuk pada kondisi bahwa pengekploitasian sumber daya alam
harus memperhatikan aspek kelestariannya, baik kelestarian produksi/ekonomi,
kelestarian fungsi ekologi dan kelestarian fungsi sosial sumber daya alam (SDA).
Sementara karakteristik resourses prudecen bermaksud agar sumber daya alam yang
ada dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan rakyat, tanpa harus
menggadaikan masa depan”15
.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejateraan masyarakat. Merupakan hak masyarakat
untuk memanfaatkan sumber daya yang ada, tanpa mengesampingkan aspek-aspek lain.
Aspek lain yang dimasud ialah kelestarian lingkungan hidup dan pendidikan. Pendidikan
sangat penting dalam proses eksploitasi sumber daya alam. Dengan sumber daya manusia
yang baik dapat menciptakan inovasi untuk mengeksploitasi sumber daya alam. Dengan kata
lain pendidikan ditingkatkan kualitasnya terlebih dahulu, baru eksploitasi sumber daya alam,
sehingga pengeksplotasian sumber daya alam tidak terhalang dan menghalangi pendidikan
masyarakat.
2.4. Pendikan Dalam Era Otonomi Daerah
2.4.1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan selalu berkaitan erat, dengan pedidikan keduanya sangat berkaitan satu
dengan yang lain. Pendidikan dan kebudayaan memiliki peran penting, kerena keduanya
saling mendudukung. Pendidikan mendukung budaya begitupun sebaliknya.
‟‟kebudayaan dengan pendidikan sangat erat sekali keduanya saling berkesinambungan
dan tidak dapat dipisahkan karena saling dan membutuhkan antara satu sama lainnya.
Kebudayaan akan terlestarikan apabila para generasi mudanya sebagai generasi
penerus. Transfer nilai-nilai budaya atau cara yang paling efektif dalam mentrasnfer
15
Sambut, Pieter, 2003, Merajut Masa Depan NTT Menuju Masyarakat Yang Mandiri, Maju Dan Sejahtera.
NTT: Pemerintah Provinsi NTT, hlm 61.
nilai-nilai budaya adalah dengan cara proses pendidikan, karena keduanya sangat erat
hubungannya”16
.
Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
pendidikan dalam keadaan sadar untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang No.
20 tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah.
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara‟‟17
Pendidikan dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu pendidikan dasar, menengah dan pendidikan
tinggi, Berdasakan PP. Nomor 66 Tahun 1999, BAB I ayat 1 bahawa pendidikan tinggi
memiliki pengertian.
“Pendidikan Tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah pada jenjang
yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah pada jalur pendidikan sekolah.
Sedangkan Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggaraan
pendidikan tinggi.”18
Pengertian pendidikan tinggi dipertegas dengan keluarnya undang-undang sistem
pendidikan nasional pada tahun 2003, sebagai pondasi sistem pendidikan di Indonesi dalam
Bagian keempat UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional di bagian
Keempat pasal 19 dan 20 dikatakan dengan jelas pengertian pendidikan tinggi.
Pasal 19 berbunyi ;
1. Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. 2. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.
Pasal 20 yang berbunyi;
16
http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-kebudayaan-dengan-pendidikan.html 17
Undang-undang No.20 tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab VI pasal 13) 18
PP. Nomor 66 Tahun 1999, BAB I ayat 1).
1. Perguruan Tinggi dapat berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut,
atau Universitas.
2. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
3. Perguruan Tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau
vokasi.
4. Ketentuan mengenai Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat satu,
duadan tiga diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”19
2.4.2. Otonomi Pendidikan
Otonomi daerah adalah pemberian wewenang dari pusat kepada daerah sehingga
daerah dapat mengatur sendiri daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan keariban lokal yang
dimiliki oleh daerah tersebut, seperti pendapat yang diutarakan oleh Hasbullah.
“Desentralisasi atau otonomi daerah merupakan penyerham kewenangan urusan-
urusan yang semula menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk melaksanakan urusan-urusan yang semula menjadi urusan pemerintah
pusat.”20
Pendidikan dalam era otonomi daerah merupakan penyerahan kekuasaan yang
dilimpahkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan,
mengelola, dan mengawasi pendidikan di daerah sehingga diharapkan pendidikan dapat
mengadopsi kebudayaan lokal yang dimiliki oleh daerah tersebut, seperti pendapat Mulyasa
yang dukutip oleh Hisbullah yang berpendapat bahwa
„‟Desentrsalisasi manajemen pendidikan adalah kewenagan yang lebih besar
diberikan kepada kabupaten dan kota untuk mengelola pendidikan sesui dengan
potensi dan kebutuhan daerahnya, perubahan kelembagaan untuk memenuhi
kebutuhan dan peningkatan efisiensi serta efektivitas dalam perencanaan dan
pelaksanaan pada unit-unit kerja daerah, kepegawaian yang menyangkut perubahan
dan pemberdayaan sumber daya manusia yang menekankan pada profesionalisme,
serta perubahan-perubagan anggaran pembangunan pendidikan‟‟21
Otonomi daerah mengatur pula pembagian urusan antara pemerintah pusat dan
pemerintah dareah. Pembagian urusan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007. Pembagian urusan ini
19
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bagian Keempat pasal 19 dan 20. 20
Hasbullah, 2006, Otonomi Pendidikan Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 11 21Ibid hlm 35
mencangkup berbagai urusan yang harus dikekola oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Pemerintah daerah diberi tugas untuk mengelola pendidikan di daerah ( provinsi dan
kabupaten/kota). Aturan tersebut tertuang dalam PP nomor 38 tahun 2007 bab 3 pasal 7 ayat 1
dan 2 yang berbunyi:
„‟Ayat (1 )Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan
pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
Ayat (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: pendidikan,
kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, penataan ruang, perencanaan
pembangunan, perumahan, kepemudaan dan olahraga, penanaman modal,koperasi
dan usaha kecil dan mkoperasi dan usaha kecil dan menengan, kependudukan dan
catatan sipil, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, perhubungan,
komunikasi dan informatika, pertanahan, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri,
otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi, keuangan daerah, perangkat
daerah, kepegawaian dan persandian, pemberdayaan masyarakat dan desa, sosial,
kebudayaan, statistic, kearsipan dan perpustakaan.‟‟22
Pembiayaan pendidikan yang merupakan tanggung jawab pemerintah dan atau
pemerintah daerah meliputi biaya pengelolaan pendidikan, penyelenggaraan, dan biaya
pribadi peserta didik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
pendanaan pendidikan.
“Pedanaan pendidikan disebutkan bahwa biaya pendidikan meliputi: biaya satuan
pendidikan, biaya penyelenggaraan dan atau pengelolaan pendidikan, biaya pribadi
peserta didik. Adapun cangkupan biaya pendidikan meliputi:
1. Biaya satuan pendidikan meliputi;
a. Biaya investasi yang terdiri dari biaya investasi lahan dan biaya selain
lahan pendidikan
b. Biaya operasional yang terdiri dari biaya personalia dan biaya non
personalia
c. Bantuan biaya pendidikan.
d. Beasiswa,
2. Biaya penyelengaraan dan atau pengelolaan pendidikan meliputi;
a. Biaya investasi, yang terdiri atas biaya investasi lahan pendidikan dan
biaya investasi selain lahan pendidikan.
b. Biaya opersional, yang terdiri atas;
22
PP nomor 38 tahun Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antar Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Bab 3 pasal 7 ayat 1 dan 2.
1. Biaya personalia meliputi; gaji pokok pegawai pada satuan
pendidikan, tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada
satuan pendidikan, tunjangan struktural bagi pejabat structural pada
satuan pendidikan
2. Biaya non personalia‟‟23
.
Berdasaran pendapat yang telah diutarakan dapat disimpulkan bahwa pemerintah
daerah mempunyai andil yang cukup besar dalam pengelolaan pendidikan di daerah. Hal ini
dilakukan karena pendidikan diharapkan dapat mengadopsi kekayaan-kekayaan budaya dan
keariban lokal. Karena untuk mengadopsi segala kebudayaan lokal hanya mampu dikoordinir
oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan.
2.5. Faktor Peneyebab Putus sekolah
Keadaan ekonomi orang tua merupakan alasan sebagian besar siswa putus sekolah, atau
tidak melanjutkan sekolah. Kemampuan orang tua untuk membiayai pendidikan, menjadi
alas paling dominan penyumbang terbesar banyaknya siswa putus sekolah atau tidak
melanjutkan pendidikannya. Seperti data yang dilasir oleh Susesnas yang dikutip oleh M. Ali
berikut ini;
„‟Menurut data dari (Sumber Social Ekonomi Nasional (SUSESNAS 2003 dalam M.
Ali 2009) menunjukan bahwa faktor ekonomi (75,7%) merupakan alasan utama anak
putus sekolah atau tidak melanjutkan kependidikan tinggi bagi masyarakat yang
tinggal di Desa, baik karena tidak memiliki biaya sekolah (67,0%) maupun karena
harus bekerja (8,7%). Hal ini menujukan bahwa tingginya APS(Angka Partisipasi
Sekolah) tinggi bagi masyarakat kota dan penduduk kaya dikarenakan tingkat
pendapatan merekan lelatif lebih tinggi dibanding dengan penduduk yang ada di
Desa dan masyarakat yang miskin‟‟24
Lingkungan sosial sangat mempengaruhui kehidupan anak, kepribadian anak banyak
atau sedikit mencerminkan lingkungan sosial yang ditempatinya, kreativitas berpikir anak
dibentuk oleh lingkungan hidupnya.
“Kondisi ekonomi yang yang kokoh, keluarga akan mampu melaksanakan fungsi-fungsi
keluarga dalam meningkatkan kualitas manusia dalam bidang pendidikan pendidikan,
23
Master Plan-Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2013-2017. Hlm 117 24
Ali, M, 2009, Pendidkan Untuk Pembanganan Nasiional. Bandung: IMTIMA
kesejahteraan kemudian mampu bersama pemerintah membangun gerakan secara luas”
Gerakan Ekonomi Keluarga” dengan program-program.‟‟25
Selain faktor ekonomi penyebab lulusan SMA/SMK tidak melanjutkan pendidikan
mereka ke perguruan tinggi adalah digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan
ekseternal. Seperti yang dilasir oleh anggunnov.blogspot. com/2012/01.
Faktor Internal penyebab lulusan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi.
1. Kurangnya minat belajar siswa terhadap dunia pendidikan dalam perguruan
tinggi
2. Kurangnya harapan dari diri sendiri untuk menjadi lebih maju dan untuk
memperoleh pekerjaan yang lebih baik.
Faktor eksternal penyebab lulusan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi.
1. Kondisi ekonomi orang tua yang kurang atau bahkan tidak memadai
2. Kurangnya motivasi dari orang tua untuk meningkatkan pendidikan anaknya
3. Tidak terpenuhinya persyaratan yang ditetapkan perguruan tinggi yang
diinginkan
4. Tingginya biaya-biaya di pendidikan tinggi dan kurangnya peran pemerintah
untuk memberikan subsidi.
5. Lingkungan Masyarakat yang Kurang Mendukung26
Kesimpulan dari pendapat yang telah dipaparkan, faktor yang paling dominan,
penyumbang angka putus sekolah adalah masalah ekonomi orang tua siswa. Ini berkaitan
dengan kemampuan pembiayaan oleh orang tua dalam proses pendidikan anak. Selain faktor
ekonomi adalah faktor internal siswa itu sendiri seperti kurangnya minat belajar dan harapan
dari siswa itu sendiri. Tidak kalah penting juga adalah faktor eksterna yaitu berkaitan dengan
lingkungan dimana siswa itu berada, seperti motivasi dari orang tua dan motivasi dari
lingkungan masyarakat yang kurang mendukung. Dengan kata lain lingkungan dapat
mempengaruhi pola pikir siswa, pola pikir siswa pada umumnya mengambarkan lingkungan
keberadaanya.
2.6.Penelitian Terdahulu
25
Tewu, Denny, ML, 2011, Membangun Papua Dengan Hati Dan Kasih Menuju Masyarakat Papua Yang
Damai Sejahtera.,Verbum Publishing, Jakarta. Hlm 137 26 http://anggunnov.blogspot.com/2012/01/makalah-penyebab-banyaknya-lulusan-slta.html
Bedasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hamid Darmadi Kabupaten
Sintang Kalimantan Barat pada tahun 2006 dengan judul penelitian ’’Korelasi Antara Status
Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Kualitas Pembelajaran Siswa di Sekolah (Studi Kasus di
Desa Sungai Pukat Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Kalimantan Barat)’’
menghasilkan kesimpulan
1. Terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan kegiatan
belajar.
2. Terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi
belajar.
3. Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dengan kegiatan belajar siswa
4. Tidak ada hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dengan prestasi siswa.
5. Terdapat hubungan positif antar pendapatan orang tua dengan kegiatan belajar
siswa.
6. Terdapat hubungan positif antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar
siswa di sekolah.
7. Terdapat hubungan positif antara pendapatan orang tua dengan perlengkapan siswa
di sekolah.27
Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan pendidikan dikalimantan barat dilakukan
oleh Witarsa di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat pada tahun 2011 dengan judul
“Pengaruh Kinerja Kepemiminan Pendidikan Berbasis Nilai Terhadap Pengembangan
Budaya Sekolah Di Wilayah Perbatasan Indonesia Malaysia (Studi di SD, SMP, dan
SMK Kabupaten Sanggau) yang dilakukan oleh Witarsa dengan temuan penelitian dari
hasil uji hipotesis adalah
„‟ Variabel nilai merupakan variabel yang dominan pengaruhnya terhadap
pengembangan budaya sekolah, dan ditemukan model kinerja pendidikan berbasis
nilai terhadap pengembangan budaya sekolah di wilayah perbatasan Indonesia-
Malaysia.‟‟28
Hasil dari penelitian lain sebagai pembanding yaitu penelitian tesis yang dakukan oleh
Rendi Talehala pada tahun 2009 di Kabupaten Halmahera Utara dengan judul “
Pembangunan Sumber Daya Manusia Bidang Pendidikan “ ( Suatu Studi Evaluasi
27
http://jurnal.upi.edu/mimbar-pendidikan/view/363/korelasi-antara-status-sosial-ekonomi-orang- tua-
dengankualitas-pembelajaran-siswa-di-sekolah-studi-kasus-di-desa-sungai-pukat-kecamatan-kelam-
permaikabupaten-sintang-kalimantan-barat-.html
28http://jurnal.upi.edu/penelitian-pendidikan/view/441/pengaruh-kinerja-kepemimpinan-pendidikan-
berbasis-nilai-terhadap-pengembangan-budaya-sekolah-di-wilayah-perbatasan-indonesia-malaysia-
studi-di-sd,-smp,-dan-smk-kabupaten-sanggau-.html
Terhadap Implementasi Program Pembangunan SDM Bidang Pendidikan Formal Oleh
Pemerintah Daerah Halmahera Utara) penelitian ini menghasilkan kesimpulan:
1. Pemerataan Pendidikan di Halmahera Utara yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Daerah melalui Dinas Pendidikan Halmahera Utara hingga saat ini masih belum
terealisasi dengan maksimal seluruh daerah-daerah yang ada di Halmahera Utara.
Dalam hal ini pemerataan pendidikan hanya terjadi di daerah-daerah yang dapat
dijangkau oleh Pemerintah Daerah, sedangkan bagi daerah-daerah yang sulit untuk
dijangkau masih belum mendapat pemerataa pendidikan secara layak
2. Upaya Pemerintah Daerah Melaui Dinas Pendidikan Halmahera Utara untuk
meningkatkan kualitas Pendidikan di Halmahera Utara secara menyeluruh, hingga
sampai saat ini belum sampai pada hasil maksimal, itu berarti bahwa upaya
Pemerintah Daerah Melaui Dinas Pendidikan Daerah belum sepenuhnya dikatakan
berhasil untuk mengatasi persoalan meningkatkan kualitas pendidikan secara
menyeluruh.
3. Hingga sampai saat ini relevansi pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja di
Halmahera Utara belum memberikan kontribusi yang besar dalam dunia kerja,
maksudnya ialah sebagian besar siswa lulusan pendidikan menengah keatas tidak
semuanya memiliki keterampilan dan kelebihan-kelebihan yang dibutuhkan dalam
dunia kerja di Halmahera Utara. Dengan demikian hampir sebagian besar para
lulusan pendidikan menengah keatas tidak memliki kesempatan memasuki dunia kerja
disebabkan karena tidak memenuhi kreteria dan kelebihan-kelebihan dan
persyaratan yang ditetapkan dan digunakan didalam dunia kerja di Halmahera
Utara.
4. Persoalan efisiensi pendidikan di Halmahera Utara hingga saat inipun Pemerintah
Daerah melalui Dinas Pendidikan Daerah belum mendapat solusi yang tepat, hal ini
berarti bahwa efisiensi pendidikan yang terjadi di Kabupaten Halmahera Utara
masih jauh dari harapan masyarakat Halmahera Utara yang menyangkut dengan
biaya pendidikan yang semakin tinggi secara drastis pada setiap tahunnya.
5. Kurangnya tenaga terdidik yang profesional di Halmahera Utara juga mrnjadi salah
satu faktor yang sangat mempngaruhi pembangunan pendidikan, itu artinya bahwa
kemajuan pendidikan diberbagai jenjang di Halmajera Utara secara menyeluruh
tidak mengalami peningkatan dan kemajuan yang pesat dikarenakan kurangnya
tenaga pendidik yang profesional dan memilki standar kompetensi mengajar29
.
2.7.Kerangka Penelitian
Dukungan dari orang tua menjadi factor sangat penting dalam pendidikan anak,
ormenurut Dharmaputra T. Palekahelu dan Ferry F. Karwur
29
Rendi Talehala pada tahun 2009 di Kabupaten Halmahera Utara dengan judul “ Pembangunan
Sumber Daya Manusia Bidang Pendidikan “ ( Suatu Studi Evaluasi Terhadap Implementasi
Program Pembangunan SDM Bidang Pendidikan Formal Oleh Pemerintah Daerah Halmahera
Utara)
„‟peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan harus pula disertai dengan
upaya peningkatan tanggung jawab dan partisifasi orang tua pada keberhasilan
pendidikan peserta didik.‟‟30
Selain partisipasi dari orang tua yang tidak kalah penting adalah kemaun keras dari
anak untuk bersekolah, ini menjadi faktor yang sangat penting, karena semua berasal dari
anak. Pola pikir orang tua dan anak untuk bersekolah mempertimbangkan biaya pendidikan
anak, sistem pendidikan, dan lingkungan budaya diman dia tinggal. Menurut Harsosno
„‟orang tua menyekolahankan anak pada pendidikan dengan lingkungan terbatas maka
konsekuensinya sumber-sumber pendidikan juga terbatas, maka akan terjadi
kesesuaian antara biaya yang dikelurkan dengan kemampuan membiayai. „‟31
Kondisi sumber daya alam yang dimiliki suatu wilayah menjadi pertimbangan dalam
kebijakan pendidikan, serta menjadi pertimbangan orang tua dalam menyekolahkan anak-
anaknya. Masyarakat dengan sumber daya alam yang baik dapat memberikan penghasilan
yang baik sehingga masyarakat mempunyai peluang untuk menyekolahkan anak-anak mereka
sampai pada perguruan tinggi.
„‟Kondisi sumber daya alam mempengaruhui kebijakan pendidikan. Karena kebjiakan
dibuat tidak bisa dilepaskan ada tidaknya, cukup atau tidak dan melimpah atau
tidanya sumber alam sebagai penopangnya. Pertimbagan – pertimbangan tesebut
sebagai acuan berpikir orang tua dan anak dalam menentukan pilihan.‟‟32
Lulusan SMA/SMK setelah lulus dari sekolah dalam mentukan pilihan untuk ke
perguruan tinggi memerlukan peran orang tua, pemerintah melaui dinas pendidkan
memberikan fasiltas pendidikan, serta kebudayaan dalam menanamkan nilai melaui adat
istiadat. Orang tuan berperan aktif dalam mendorong anak untuk sekolah dengan
menyediakan biaya pendidikan dan memberikan dorongan mental kepada anak. Pemerintah
daerah melaui Dinas Pendidikan bertanggung jawab untuk menyediakan fasilitas penunjang,
30
Palekahelu D.T. dan Ferry F. Karwur, 2012. Kodisi Dan Permasalahan Pedidikan Di Kabupaten Sumba Timur,
FTI UKSW, Salatiga. Hlm 75 31Harsono, 2007,Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, PustakaBook Publisher, Yogyakarta
hlm 21 32
Imron, Ali, 2002, Kebijakan Pendidikan Di Indonesia proses, Produk, Dan Masa Depannya. Bumi
Aksara, Jakarta. 32
dan kebudayaan menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak dalam menempuh pendidikan.
Peran dari ketiga elemen itu diharapakan dapat memberikan pertimbangan pada anak untuk
memilih melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau berhenti. Jika berhenti apa yang
menjadi penyebab pilihan jatuh pada kepetusan untuk tidak melanjutkan pendidikan
keperguruan tinggi dilakalangan lulusan SMA/SMK Suku Dayak di Kecamatan Sungai
Melayu Rayak .
Skema 2.1. Kerangka Berfikir
Lulusan
SMA/SMK
Peran
Birokrasi/Pe
merintah
Peran orang
tua/motivasi
Minat melanjutkan
pendidikan ke
Perguruan Tinggi
Tidak
Melanjutkan
Peran
Budaya
Faktor Penyebab
tidak melanjutkan
pendidikan
Kuliah