Post on 03-Mar-2019
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Ketrampilan Bekerjasama
1. Pengertian Ketrampilan Bekerjasama
Manusia adalah makhluk sosial yang di dalam hidupnya saling
berkomunikasi satu dengan lainnya. Dalam kehidupan kebersamaan, manusia
perlu membangun kerjasama agar dapat mencapai tujuan bersama, tidak terkecuali
peserta didik. Dalam rangka mencapai keterampilan sosial, perlu adanya
kerjasama antara siswa dengan siswa dan siswa dengan pengajar. Ketrampilan
bekerjasama (cooperative skills) merupakan salah satu ketampilan yang penting
dimiliki oleh peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh Anita Lie (2005: 28)
bahwa “Kerjasama merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan dalam
kelangsungan hidup manusia”. Jika dikaitkan dengan bimbingan di sekolah, maka
pendapat tersebut dapat diartikan bahwa tanpa adanya kerjasama siswa, maka
proses pembentukan keterampilan berhubungan sosial dengan teman sebaya dan
lingkungan sekolah lainnya tidak akan terbentuk.
Ketrampilan bekerjasama (Cooperative skills) menurut Johnson dan
Johnson (2009) adalah “Kemampuan siswa untuk berperilaku kooperatif dengan
orang lain dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas bersama”.
Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa ketrampilan bekerjasama merupakan
ketrampilan peserta didik melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain
di dalam kelompok, dalam rangka mencapai tujuan bersama atau menyelesaikan
tugas-tugas kelompok.
Sedangkan menurut Soerdjono Soekamto (2006:66) “Kerjasama
merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu”. Dari pendapat tersebut, maka dapat dimaknai bahwa
kerjasama merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tetentu dengan usaha
bersama. Sedangkan menurut Miftahul Huda (2011: 24-25) “Ketika siswa
bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas kelompok, mereka memberikan
9
dorongan, anjuran, dan informasi pada teman sekelompoknya yang membutuhkan
bantuan”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam
bekerjasama siswa akan memiliki kesadaran untuk memberikan bantuan kepada
teman dalam kelompok yang belum paham.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa ketrampilan bekerjasama dapat diartikan sebagai ketrampilan peserta didik
dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan sesama peserta didik ataupun
dengan guru untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksudkan
meliputi perubahan tingkah laku, penambahan pemahaman, dan penyerapan ilmu
pengetahuan.
2. Tujuan Keterampilan Bekerjasama
Bekerjasama mempunyai berbagai macam tujuan. Dalam bimbingan,
ketrampilan bekerjasama bertujuan agar siswa mampu mencapai tugas
perkembangan sosialnya. Roestiyah N.K (2012:17) mengemukakan tujuan dari
keterampilan kerjasama. sebagai berikut:
a. Menyiapkan anak didik dengan berbagai ketrampilan-ketrampilan yang
sangat bermanfaat bagi kehidupannya seperti ketrampilan komunikasi,
berinteraksi, bersosialisasi, bekerjasama.
b. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan semua aspek
perkembangan, aspek perkembangan intelektual, aspek hubungan sosial,
aspek perkembangan emosi dan fisiknya.
c. Membangun wawasan dan pengetahuan anak mengenai konsep benda-
benda atau peristiwa yang ada di lingkungannya
d. Meningkatkan prestasi belajar anak sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan
diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri.
Departemen Pendidikan Nasional (2008) memaparkan tujuan
pengembangan kerjasama yaitu:
a. Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja anak dalam
tugas-tugas akademiknya. Anak yang lebih mampu akan menjadi
narasumber bagi anak yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan
bahasa yang sama
b. Memberi peluang agar anak dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara
lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial
10
c. Mengembangkan ketrampilan sosial anak. Ketrampilan sosial yang
dimaksud antara lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan
ide atau pendapat, bekerjama dalam kelompok.
Penjelasan dari ke tiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja anak dalam
tugas-tugas akademiknya. Anak yang lebih mampu akan menjadi narasumber
bagi anak yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang
sama. Anak yang memiliki keterampilan bekerjasama yang baik, akan dengn
senang hati membantu temannya yang belum memahami materi pelajaran.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara peserta didik, diharapkan akan
dapat lebih meningkatkan hasil akademik mereka.
b. Memberi peluang agar anak dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain
perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
Dibutuhkannya keterampilan bekerjasama di dalam lingkungan sekolah
antara lain adalah untuk meningkatkan kemampuan sosial seperti mampu
menerima teman dari berbagai kalangan latar belakang. Baik perbedaan status
sosial, status ekonomi dan lainnya yang telah disebutkan.
c. Mengembangkan ketrampilan sosial anak. Ketrampilan sosial yang dimaksud
antara lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerjama dalam kelompok. Keterampilan bekerjasama merupakan
sub konstruk dari keterampilan sosial. Maka, dengan terpenuhinya kebutuhan
akan keterampilan bekerjasama juga akan memenuhi kebutuhan akan
keterampilan sosial seperti menjalin dapat menjalin hubungan yang baik
dengan teman, mampu menjelaskan pendapatnya, dapat bekerjasama di dalam
kelompok, dan lainnya.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan keterampilan bekerjasama, yaitu:
a. Mengembangkan keterampilan sosial
b. Meningkatkan prestasi akademik
c. Mengarahkan siswa untuk lebih interaktif dalam belajar
11
d. Mengarahkan siswa agar memiliki hubungan pertemanan yang efektif
3. Tahapan-tahapan Keterampilan Bekerjasama
Keterampilan bekerjasama memiliki beberapa tingkatan. Keterampilan
bekerjasama ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan
hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok
selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan selama bekerjasama menurut
Lungdren (dalam Isjoni, 2014: 46-48) dibagi menjadi tiga tingkat yaitu
keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir, seperti
dijelaskan berikut:
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal
1) Menggunakan kesepakatan
Menggunakan kesepakatan dapat diartikan menyamakan pendapat yang
berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
2) Menghargai kontribusi
Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat
dikatakan atau dikerjakan anggota lain.
3) Mengambil giliran dan berbagi tugas
Hal ini dapat diartikan bahwa setiap anggota kelompok bersedia
menggantikan dan bersedia mengemban tugas atau tanggungjawab
tertentu dalam kelompok.
4) Berada dalam kelompok
Maksudnya adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama
kegiatan berlangsung
5) Berada dalam tugas
Yang dimaksud berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai
waktu yang dibutuhkan
6) Mendorong partisipasi
Mendorong partisipasi dapat diartikan mendorong semua anggota
kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok
12
7) Mengundang orang lain
Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi
terhadap tugas.
8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya
Hal ini berarti setiap anggota wajib menyelesaikan tugas dalam waktu
yang telah ditentukan
9) Menghormati perbedaan individu
Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati terhadap
budaya, suku, ras atau pengalaman dari semua peserta didik
b. Keterampilan tingkat menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukan penghargaan
dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima,
mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan,
mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan tingkat mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa
dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan
berkompromi.
Berdasarkan paparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
tahapan keterampilan kerjasama dibagi menjadi tiga, yaitu: keterampilan
kerjasama tingkat awal yang berupa perilaku-perilaku dasar dalam bekerjasama,
lalu keterampilan tingkat menengah yang berupa respon dan perilaku menanggapi
terhadap kegiatan kelompok, dan yang terahir keterampilan tingkat mahir yang
berupa elaborasi, pengecekan, penetapan tujuan dan kompromi.
4. Manfaat Keterampilan Bekerjasama
Kerjasama memiliki berbagai manfaat. Dengan bekerjasama, siswa
dapat mengembangkan berbagai kemampuan yang mungkin belum diasah, juga
untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan. Seperti yang disebutkan
Harmin (dalam Isjoni, 2014: 24) “Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar
mengajar dapat memberikan berbagai pengalaman. Mereka lebih banyak
13
mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan secara
umum mengembangkan kebiasaan baik”. Penjelasan dari pemaparan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Mendapatkan kesempatan berbicara
di dalam kerja kelompok, setiap siswa akan mendapatkan kesempatan
berbicara untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal ini akan melatih siswa untuk
berani berbicara, mengembangkan rasa percaya diri dan mengembangkan
kecerdasan verbalnya.
b. Inisiatif
Ketrampilan inisiatif juga perlu untuk dikembangkan dalam diri siswa. Di
dalam kelompok, siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap inisiatif
atau sikap tanggap dengan kegiatan di dalam kelompok. Sikap inisiatif yang
perlu dikembangkan adalah siswa tanggap mencari jawaban dari pertanyaan
guru, siswa tanggap melengkapi kekurangan dari kelompok, siswa tanggap
jika kelompoknya dipanggil oleh guru.
c. Menentukan pilihan
Menentukan pilihan di dalam kerjasama, contohnya menentukan pilihan
ketua kelompok, menentukan jawaban yang akan diberikan terhadap
pertanyaan guru dan menentukan untuk berpartisipasi aktif terhadap
kelompok.
d. Mengembangkan kebiasaan baik
Kebiasaan baik yang dimaksudkan dalam kerjasama seperti mengembangkan
rasa tanggung jawab terhadap kewajiban, melatih kemampuan akademik,
melatih kemampuan interaksi dengan teman, mengembangkan rasa percaya
diri serta meningkatkan motivasi siswa.
Ahli lain yaitu Radno Harsanto (2007: 44) berpendapat bahwa
manfaat kerjasama adalah:
a. Belajar bersama dalam kelompok akan menanamkan pemahaman untuk
saling membantu
b. Belajar bersama akan membentuk kekompakan dan keakraban
c. Belajar bersama akan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan
menyelesaikan konflik
14
d. Belajar bersama akan meningkatkan kemampuan akademik dan sikap positif
terhadap sekolah
e. Belajar bersama akan mengurangi aspek negatif kompetisi.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan beberapa
manfaat keterampilan bekerjasama sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
b. Mengembangkan inisiatif atau pemahaman untuk saling membantu
c. Meningkatkan kemampuan akademik siswa
d. Mengengembangkan kebiasaan baik
e. Mengurangi dampak negatif dari kompetisi
5. Cara Untuk meningkatkan Keterampilan Kerjasama Siswa
Keterampilan bekerjasama merupakan hal penting yang harus
dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik yang mampu bekerjasama dengan baik
akan lebih mudah mendapatkan teman dengan demikian akan lebih mudah untuk
mencapai tujuan karena mendapatkan banyak bantuan dari orang lain. Menurut
Miftahul Huda (2014: 196-197) memaparkan “tujuan keterampilan bekerjasama
adalah agar sisiwa memiliki dan melakukan hal-hal sebagai berikut: menerima
orang lain, membantu orang lain, menghadapi tantangan dan bekerja dalam tim”.
Ada 14 cara membangun kerjasama di lingkungan sekolah menurut
Michael Maginn, yaitu: tentukan tujuan bersama dengan jelas, perjelas keahlian
dan tanggung jawab anggota, sediakan waktu untuk menentukan cara
bekerjasama, hindari masalah yang bisa diprediksi, gunakan konstitusi atau aturan
tim yang telah disepakati, ajarkan rekan baru satu tim, selalulah bekerjasama,
wujudkan gagasan menjadi kenyataan, aturlah perbedaan secara aktif, perangi
virus konflik, saling percaya, saling memberi penghargaan, evaluasilah tim secara
teratur, jangan menyerah. (ditulis oleh Akhmad Sudrajat, 24 Februari 2010)
14 cara membangun kerjasama tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Tentukan tujuan bersama dengan jelas
Sebuah tim seperti kapal yang sedang berlayar di lautan. Jika tim tidak
memiliki tujuan atau arah yang jelas, tim tidak akan menghasilkan apa-apa.
15
Tujuan memerupakan pernyataan apa yang harus diraih oleh tim, dan
memberikan daya memotivasi setiap anggota untuk bekerja. Contohnya,
sekolah yang telah merumuskan visi dan misi sekolah hendaknya menjadi
tujuan bersama. Selain mengetahui tujuan bersama, masing-masing bagian
seharusnya mengetahui tugas dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan
bersama tersebut.
b. Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota
Setiap anggota tim harus menjadi pemain di dalam tim. Masing-masing
bertanggung jawab terhadap suatu bidang atau jenis pekerjaan/tugas. Di
lingkungan sekolah, tugas dari peserta didik, guru dan warga sekolah lainnya
berbeda-beda. Agar terbentuk kerjasama yang baik, semua anggota sekolah
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah ditentukan.
c. Sediakan waktu untuk menentukan cara kerjasama
Meskipun setiap orang telah menyadari bahwa tujuan hanya bisa dicapai
melalui kerja sama, namun bagaimana kerja sama itu harus dilakukan perlu
adanya pedoman. Pedoman tersebut sebaiknya merupakan kesepakatan semua
pihak yang terlibat. Pedoman dapat dituangkan secara tertulis atau sekedar
sebagai konvensi.
d. Hindari masalah yang bisa diprediksi
Hal ini dapat diartikan mengantisipasi masalah yang bisa terjadi. Seorang
pemimpin yang baik harus dapat mengarahkan anak buahnya untuk
mengantisipasi masalah yang akan muncul, bukan sekedar menyelesaikan
masalah. Dengan mengantisipasi, apa lagi kalau dapat mengenali sumber-
sumber masalah, maka organisasi tidak akan disibukkan kemunculan masalah
yang silih berganti harus ditangani.
e. Gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah disepakati bersama
Peraturan tim akan banyak membantu mengendalikan tim dalam
menyelesaikan pekerjaannya dan menyediakan petunjuk ketika ada hal yang
salah. Selain itu perlu juga ada konsensus tim dalam mengerjakan satu
pekerjaan.
16
f. Ajarkan rekan baru satu tim
Jika ada anggota baru dalam satu tim, ada baiknya agar anggota baru
mengetahui bagaimana tim beroperasi dan bagaimana perilaku antar anggota
tim berinteraksi. Hal yang dibutuhkan anggota tim adalah gambaran jelas
tentang cara kerja, norma, dan nilai-nilai tim
g. Selalu bekerjasama
Caranya dengan membuka pintu gagasan orang lain. Tim seharusnya
menciptakan lingkungan yang terbuka dengan gagasan setiap anggota.
h. Wujudkan gagasan menjadi kenyataan
Caranya dengan menggali atau memacu kreativitas tim dan mewujudkan
menjadi suatu kenyataan. Di sekolah banyak sekali gagasan yang kreatif,
karena itu usahakan untuk diwujudkan agar tim bersemangat untuk meraih
tujuan. Dalam menggali gagasan perlu mencari kesamaan pandangan.
i. Aturlah perbedaan secara aktif
Perbedaan pandangan atau bahkan konflik adalah hal yang biasa terjadi di
sebuah lembaga atau organisasi. Organisasi yang baik dapat memanfaatkan
perbedaan dan mengarahkannya sebagai kekuatan untuk memecahkan
masalah. Cara yang paling baik adalah mengadaptasi perbedaan menjadi
bagian konsensus yang produktif.
j. Perangi virus konflik
Di sekolah terkadang ada saja sumber konflik misalnya pembagian tugas
yang tidak merata ada yang terlalu berat tetapi ada juga yang sangat ringan.
Ini sumber konflik dan perlu dicegah agar tidak meruncing. Konflik dapat
melumpuhkan tim kerja jika tidak segera ditangani.
k. Saling percaya
Jika kepercayaan antar anggota hilang, sulit bagi tim untuk bekerja bersama.
Apalagi terjadi, anggota tim cenderung menjaga jarak, tidak siap berbagi
informasi, tidak terbuka dan saling curiga. Situasi ini tidak baik bagi tim.
Membiarkan situasi yang saling tidak percaya antar-anggota tim dapat
memicu konflik.
17
l. Saling memberikan penghargaan
Setelah sebuah pekerjaan besar selesai atau ketika pekerjaan yang sulit
membuat tim lelah, kumpulkan anggota tim untuk merayakannya. Di sekolah
dapat dilakukan sesering mungkin setiap akhir kegiatan besar seperti akhir
semester, akhir ujian nasional, dan lain-lain.
m. Evaluasilah tim secara teratur
Tim yang efektif akan menyediakan waktu untuk melihat proses dan hasil
kerja tim. Setiap anggota diminta untuk berpendapat tentang kinerja tim,
evaluasi kembali tujuan tim, dan konstitusi tim.
n. Jangan menyerah
Terkadang tim menghadapi tugas yang sangat sulit dengan kemungkinan
untuk berhasil sangat kecil. Tim bisa menyerah dan mengizinkan kekalahan
ketika semua jalan kreativitas dan sumberdaya yang ada telah dipakai. Untuk
meningkatkan semangat anggotanya antara lain dengan cara memperjelas
mengapa tujuan tertentu menjadi penting dan begitu vital untuk dicapai.
Tujuan merupakan sumber energi tim. Setelah itu bangkitkan kreativitas tim
yaitu dengan cara menggunakan kerangka fikir dan pendekatan baru terhadap
masalah.
Seperti yang telah disebutkan bahwa kerjasama merupakan bagian
dari kemampuan sosial. Menurut Abu Ahmadi (1991: 53) menjelaskan bahwa
masalah sosial lebih efektif, lebih efisian dan relevan jika ditangani melalui
bentuk bimbingan kelompok.Tohirin (2007: 290) memaparkan beberapa bentuk
bimbingan kelompok, yaitu: 1. Program Home Room; 2. Karyawisata; 3. Diskusi
Kelompok; 4. Kegiatan Kelompok; 5. Organisasi Siswa; 6. Sosiodrama;
7.Psikodrama; 8. Pengajaran Remedial.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa cara
untuk meningkatkan keterampilan bekerjasama adalah dengan menggunakan salah
satu strategi bimbingan kelompok. Teknik diskusi kelompok dirancang untuk
membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti
layanan dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Terjadinya
pembagian tanggungjawab ketika peserta didik mengikuti layanan diskusi
18
kelompok dapat diterapkan menggunakan teknik numbered heads together.
Penjelasan mengenai teknik numbered heads together akan dipaparkan pada
pembahasan selanjutnya.
B. Kajian Tentang Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Metode
Numbered Heads Together
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan
dalam suasana kelompok (Prayitno & Amti: 2004: 309). Paparan tersebut
dapat diartikan bahwa bimbingan kelompok sifatnya adalah kelompok.
Seperti yang diungkapkan oleh Tatiek Romlah (2006: 3) bimbingan
kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu
dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah
timbulnya masalah pada siswa dan mengambangkan potensi siswa.
Bimbingan kelompok ditujukan kepada peserta didik yang memiliki
masalah. Hal ini sejalan dengan Siti Hartinah (2009:6) yang menjelaskan
“pengertian bimbingan kelompok yang lebih sederhana menunjuk pada
kegiatan bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang memiliki
masalah yang sama”. Jika dikaitkan dengan pengertian sebelumnya, maka
bimbingan kelompok dapat diartikan suatu bimbingan dalam bentuk
kelompok yang diberikan kepada peserta didik yang mengalami masalah.
Sukardi (2003: 48) berpendapat bahwa layanan bimbingan kelompok
dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh
berbagai bahan dari nara sumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-
hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan
masyarakat. Dari berbagai pengertian yang telah dipaparkan, dapat
disimpulkan bahwa bimbingan kelomok merupakan bantuan yang diberikan
kepada individu dalam situasi kelompok dengan memberikan kegiatan-
kegiatan berkelompok dalam rangka membantu individu menyelesaikan
masalahnya. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok, perlu
19
mengetahui langkah-langkah yang diperlukan. Hal tersebut akan dijelaskan
dalam sub bab selanjutnya.
2. Langkah-langkah Bimbingan Kelompok
Pada sub bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai pengertian
bimbingan kelompok. Dalam pelaksanaannya,perlu dikatahui tahapan-
tahapan bimbingan kelompok. Menurut Siti Hartinah (dalam A. Hallen 2005:
132) di dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok terdapat empat tahapan,
yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap inti, dan tahap pengakhiran.
Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap pembentukan
Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri,
penjelasan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai dalam kelompok oleh
pemimpin kelompok
b. Tahap peralihan
Pada tahap peralihan pemimpin kelompok harus berperan aktif membawa
suasana, keseriusan dan keyakinan anggota kelompok dalam mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok.
c. Tahap inti
Tahap inti merupakan tahap pembahasan masalah-masalah yang akan
dibahas dalam bimbingan kelompok.
d. Tahap pengakhiran
Dalam tahap pengakhiran merupakan akhir dari seluruh kegiatan
bimbingan kelompok. Pada tahap ini anggota kelompok mengungkapkan
kesan dan pesan dan evaluasi akhir terhadap kegiatan bimbingan
kelompok.
Sedangkan menurut Achmad Juntika (2005: 18) penyelenggaraan
bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan
kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi, dan
tindak lanjutnya. Adapun langkah-langkahnya antara lain: langkah awal,
perencanaan kegiatan, dan pelaksanaan kegiatan. Dari ketiga langkah yang
telah disebutkan, proses layanan bimbingan kelompok terbagi menjadi 4 di
20
dalam tahap pelaksanaan kegiatan yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan,
tahap kegiatan dan evaluasi kegiatan.
Tahapan-tahapan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Langkah awal
Langkah awal ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya layanan
bimbingan kelompok bagi para siswa dimulai dari pengertian, tujuan, dan
kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah
selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu
dan tempat penyelengaraan kegiatan bimbingan kelompok.
b. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan materi
layanan, tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumber
bahan untuk bimbingan kelompok, rencana penilaian, serta waktu dan
tempat.
c. Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan selanjutnya melalui kegiatan sebagai
berikut:1). persiapan menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat
dan kelengkapannya), persiapan bahan, persiapan keterampilan, dan
persiapan administrasi; 2). Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan.
Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan, meliputi:
1) Tahap pertama: Pembentukan
Temanya pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. Meliputi
kegiatan: mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok,
menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok, saling
memperkenalkan dan pengungkapan diri, teknik khusus, permainan
penghangatan/ pengakraban.
2) Tahap kedua: Peralihan
Meliputi kegiatan: menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada
tahap berikutnya, menawarkan atau mengamati kesiapan para anggota
menjalani kegiatan tahap selanjutnya, membahas suasana yang terjadi,
21
meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota, jika dibutuhkan
kembali ke beberapa aspek tahap pertama atau tahap pembentukan.
3) Tahap ketiga: Kegiatan
Meliputi kegiatan: pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah
atau topik, tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok
tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik
yang dikemukakan pemimpin kelompok, anggota membahas masalah
atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas, dan kegiatan selingan.
4) Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara
tertulis baik secara essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana.
Penilaian terhadap bimbingan kelompok berorientasi pada
perkembangan yaitu mengenai kemajuan atau perkembangan positif
yang terjadi pada diri peserta.
5) Analisis dan tindak Lanjut
Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut. Tindak
lanjut itu dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya
atau kegiatan sudah dianggap memadai dan selesai sehingga oleh
karenanya upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak
diperlukan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa langkah-langkah bimbingan kelompok, antara lain: langkah
pembentukan, langkah peralihan, langkah kegiatan atau inti, langkah
pengakhiran.
Setelah mengetahui langkah-langkah dari kegiatan bimbingan
kelompok, langkah selanjutnya adalah dengan menentukan teknik dari
bimbingan kelompok yang akan digunakan. teknik-teknik tersebut akan
dibahas di dalam sub bab selanjutnya.
3. Teknik-teknik Bimbingan Kelompok
Istilah teknik yang digunakan dalam penelitian ini dapat diartikan
sebagai cara untuk melakukan sesuatu. Jadi, teknik-teknik bimbingan
22
kelompok adalah cara-cara bagaimana kegiatan bimbingan kelompok
dilaksanakan.Tatiek Romlah (2006: 86) berpendapat “teknik bukan
merupakan tujuan, tetapi hanya meupakan alat untuk mencapai tujuan
bimbingan”. Dari pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa pemilihan
sebuah teknik yang akan digunakan bukan meupakan tujuan dari bimbingan
itu sendiri, melainkan hanya sebuah alat untuk mencapai suatu tujuan
bimbingan.
Tatiek Romlah (2006: 87) memaparkan ada 7 teknik-teknik dalam
bimbingan kelompok, yaitu: pemberian infomasi atau eksposatori, diskusi
kelompok, pemecahan masalah (problem-solving), pencipaan suasana
kekeluargaan (homeroom), permainan peran, karyawisata, dan permainan
simuulasi.
teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemberian informasi (Expository Techniques)
Teknik pemberian informasi sering juga disebut dengan mtode
ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada
sekelompok pendengar. pemberian informasi tidak hanya diberikan secara
lisan, tetapi juga dapat diberikan secara tertulis. Pemberian informasi
secara tertulis dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti papan
bimbingan, majalah sekolah, selebaran, video dan film.
Menurut Jacobsen (dalam Tatiek Romlah 2006: 87) berpendapat
bahwa pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal, yaitu:
perencaan, pelaksanaan dan penilaian.
b. Diskusi kelompok
Teknik diskusi kelompok sering digunakan untuk mengasah
kerjasama antar siswa. Menurut Bloom (dalam Tatiek Romlah
2006:87)berpendapat bahwa
Diskusi kelompok merupakan usaha bersama untuk memecahkan
suatu masalah, yang didasarkan pada sebuah data, bahan-bahan, dan
pengalaman-pengalaman, dimana masalah ditinjau selengkap dan
sedalam mungkin. Secara idea, pemimpin kelompok membantu
kelompok untuk memusatkan perhatian pada masalah umum yang
dihadapi, membantu meninjau masalah secara luas dan mendalam,
23
membantu memberikan sumber-sumber yang dapat dipakai untk
pemecahan masalah, dan membantu kelompok mengetahui bilamana
masalah sudah terpecahkan serta implikasi selanjutnya dari
pemecahan tersebut.
Dari pendapat tersebut, maka dapat diartikan bahwa teknik diskusi
kelompok merupakan teknik yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah secara bersama-sama di dalam kelompok dengan bekerjasama.
Penjelasan lebih lanjut akan dipaparkan pada sub bab selanjutnya.
c. Teknik Pemecahan Masalah (Problem-Solving Techniques)
Perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar sangatlah cepat, maka
peserta didik perlu dibekali degan cara-cara untuk mencapai keseimbangan
antara kekuatan-kekuatan dari dalam dirinya dengan kekuatan-kekuatan
dari luar. Apabila pendidikan dimaksudkan sebagai proses yang membantu
siswa untuk dapat menyesuaikan diri sepanjang hayat, maka bimbingan
mengenai bagaimana cara memecahkan masalah harus merupakan salah
satu program pendidikan di sekolah.
Tatiek Romlah (2006:93) memaparkan bahwa teknik pemecahan
masalah (problem-solving techniques) adalah suatu proses yang kreatif
dimana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada
dirinya dan lingkungan, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-
keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai-
nilai hiduupnya. Dari pedapat tersebut dapat dipahami bahwa teknik
pemecahan masalah mengajarkan pada individu bagaimana memecahkan
masalah secara sistematis.
d. Permainan Peran (Role-Playing)
Dalam pelaksaaan bimbingan dan psikoterapi, permainan peran
dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, dimana
individu memerankan situasi yang imaginatif dengan tujuan untuk
membantu tercapainya pemahaman diri sendiri, meningkatkan
keterampilan-keterampilan, menganalisis perilaku, atau menunjukan pada
orang lain bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang harus
bertingkahlaku (Corsini dalam Romlah 2006).Berdasarkan pendapat
24
tersebut, maka dapat dipahami bahwa permainan peran merupakan suatu
alat bagi siswa untuk dapat memahami diri serta bagaimana seseorang
harus berperilaku.
Hal ini sesuai dengan Bennet (dalam Romlah 2006: 99) yang
memaparkan permainan peran adalah suatu alat belajar yang
mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian
mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-
situasi yang paralel dengan yang terjadi pada kehidupan yang sebenarnya.
berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dengan siswa memainkan
peran yang ditunjuk atau menonton peran yang dimainkan oelh temannya,
maka siswa dapat mengambil nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam
kehidupannya.
e. Permainan Simulasi (Simulation-Games)
Menurut Adams (dalam Romlah 2006: 119) berpendapat bahwa
permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk
merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang
sebenarnya. Permainan simulasi dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu,
misalnya membantu siswa untuk mempelajari pengalaman-pengalaman
yang berkaitan dengan aturan-aturan sosial.
Permainan simulasi hampir sama dengan permainan peran,tetapi
dalam permainan simulasi terkadang pemain menghalangi pemain lainnya.
Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan gabungan antara teknik
bermain peran dengan teknik diskusi. Dalam permainan simulasi para
pemainnya berkelompok, dan berkompetisi untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. dengan menaati peraturan yang ditetapkan bersama.
f. Karyawisata (Field Trip)
Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah untuk
mengunnjunngi objek-objek yang ada kaitannya dengan bidang studi yang
dipelajari siswa, dan dilasanakan untuk tujuan belajar secara khusus.
Meskipun teknik karyawisata sukar untuk mengorganisasikannya,
25
menyediakan pengalaman-pengalaman baru dan wawasan-wawasan baru
terhadap situasi tertentu (Pietrofersa dalam Romlah 2006).
g. Teknik Penciptaan Suasana Kekeluargaan (Homeroom)
Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom) adalah teknik
untuk mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa di luar jam-jam
pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dan dipimpin oleh guru atau
konselor (Pietrofesa dalam Romlah 2006). Dalam Teknik Homeroom yang
ditekankan adalah terciptanya suasana yang penuh kekeluargaan seperti
suasana rumah yang menyenangkan.Suasana yang menyenangkan dan
akrab, siswa merasa aman dan diharapkan dapat mengungkapkan masalah-
masalah yang tak dapat dibicarakan dalam kelas pada waktu jam pelajaran
bidang studi.
Dari teknik-teknik bimbingan kelompok yang telah dipaaprkan,
peneliti mengambil teknik diskusi kelompok. Hal ini didasari dari tujuan
diskusi kelompok yaitu untuk memecahkan masalah dengan bekerjasama
dengan anggota kelompok. Teknik diskusi kelompok yang digunakan
dalam penelitian ini akan dibahas dalam sub bab berikutnya.
4. Teknik Diskusi Kelompok
Pada subbab sebelumnya telah dibahas teknik-teknik di dalam
bimbingan kelompok. Subbab ini akan membahas salah satu teknik dari
bimbingan kelompok yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, teknik
diskusi kelompok. Pengertian diskusi kelompok sendiri telah dijelaskan oleh
Tatiek Romlah (2006: 89) “diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah
direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan
masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang
pemimpin”. Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa diskusi kelompok
merupakan suatu cara untuk menyelesaikan masalah dengan cara
mendiskusikan atau membahas masalah di dalam suatu kelompok yang
dibawahi oleh pemimpin kelompok.
Sejalan dengan hal tersebut, Tohirin (2007: 291) menjelaskan bahwa
diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh
26
kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Berdasarkan
pendapat-pendapat tesebut, maka dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok
merupaka salah satu teknk bimbingan dengan cara berkomunikasi untuk
membahas suatu masalah dengan cakupan kelompok.
Pada pelaksanaan bimbingan kelompok, diskusi kelompok tidak
hanya ditujukan untuk memecahkan masalah, tetapi juga untuk mencerahkan
suatu persoalan, serta untuk pengembangan pribadi. Seperti yang
dikemukakan oleh Dinkmeyer dan Muro (dalam Romlah 2006: 89)
menyebutkan tiga macam tujuan dari diskusi kelompok, yaitu: a) untuk
mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri, b) untuk mengembangkan
kesadaran tentang diri, c) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai
hubungan antar manusia. Selain itu, ahli lain seperti Jacobsen dkk (dalam
Romlah 2006: 89) juga memaparkan tujuan-tujuan diskusi kelompok, yaitu:
a)mengembangkan keterampilan kepemimpinan, b)merangkum pendapat-
pendapat kelompok, c)mencapai suatu konsensus, d)menjadi pendengar yang
akttif, e)mengatasi perbedaan-perbedaan yang tepat, f)mengembangkan
keterampilan memparafrase, g)mengembangkan keterampilan mandiri,
h)mengembangkan keterampilan menganalisis, mensintesis dan menilai. Dari
pendapat-pendapat yang telah disebutkan, tujuan diskusi kelompok sendiri
dalam penelitian ini dapat dirumuskan: a) untuk mengembangkan pandangan
baru mengenai hubungan antar manusia, b) mencapai suatu konsensus, c)
menjadi pendengar yang aktif, d) mengatasi perbedaan-perbedaan yang tepat,
e) dan mengembangkan keterampilan mandiri.
Penggunaan teknik diskusi kelompok juga memiliki berbagai
keuntungan, menurut Romlah (2006: 90) keuntungan-keuntungan diskusi
kelompok adalah sebagai berikut:
a)membuat anggota kelompok lebih aktif karena tiap anggota
mendapat kesempatan untuk berbicara dan memberi sumbangan
pada kelompok, b)anggota kelompok dapat saling bertukar
pengalaman, pikiran, perasaan, dan nilai-nilai yang akan membuat
persoalan yang dibicarakan menjadi lebih jelas, c)anggota kelompok
belajar mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan anggota
kelompok yang lain, d)dapat meningkatkan pengertian terhadap diri
27
sendiri dan pengertian terhadap orang lain, e)memberi kesempatan
pada anggota untuk belajar menjadi pemimpin, baik dengan menjadi
pemimpin kelompok maupun dengan mengamati perilaku pimpinan
kelompok.
Keuntungan-keuntungan dari diskusi kelompok yang telah
dipaparkan, maka teknik ini diharapkan mampu mengembangkan
keterampilan bekerjasama dari peserta didik.
5. Metode Numbered Heads Together (NHT)
a. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)
NHT (Numbered Heads Together) merupakan sebuah variasi diskusi
kelompok dan dapat menjamin keterlibatan total semua peserta didik (Suprijono,
2009). Beberapa tipe model kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin,
Lazarowitz, Sharan (dalam Daryanto & Muljo Rahardjo 2012: 243) sebagai
berikut: jigsaw, NHT (Numbered Heads Together), STAD (Student Teams
Achievement Division), dan TAI (Team Assited Individualization atau Team
Accelarated Instruction). Alasan dipilihnya tipe NHT karena NHT merupakan
tipe yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Metode NHT (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh
Spencer Kagan 1993. Spencer Kagan (Anita Lie, 2004:59) mengemukakan
bahwa, “Teknik ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa NHT merupakan model yang digunakan
dengan cara membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok agar mereka
saling memberikan ide-ide serta secara bersama mengambil keputusan jawaban
yang paling tepat. Selanjutnya menurut Daryanto & Muljo Rahardjo (2012: 245)
memaparkan bahwa pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa
dalam penguatan pemahaman belajar atau mengecek pemahaman siswa terhadap
materi belajar.
Teknik ini juga dapat mendorong peserta didik untuk meningkatkan
semangat kerjasama dan memudahkan dalam memahami bahan yang tercakup
dalam suatu materi dan mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi.
28
NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Penelitian ini
meneliti tentang pengaruh numbered heads together terhadap keterampilan
bekerjasama peserta didik. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa di
dalam layanan bimbingan dan konseling, numbered heads together termasuk
kedalam bimbingan kelompok teknik diskusi sehingga peneliti perlu menjelaskan
pengertian dari bimbingan kelompok teknik diskusi.
b. Tujuan Numbered Heads Together
Meningkatkan perilaku suka bekerjasama dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara. Salah satu teknik yang dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan teknik diskusi model Numbered Heads Together. Melalui model
ini, peserta didik akan ditempatkan di dalam kelompok. Tujuan dari kelompok
tidak akan tercapai bila tidak ada kerjasama dari anggotanya. Oleh karena itu,
salah satu tujuan dari NHT adalah mengembangkan ketrampilan bekerjasama
yang merupakan sub konstruk dari ketrampilan sosial.
Teknik diskusi model NHT merupakan teknik diskusi yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Model ini dilaksanakan dengan melibatkan peserta didik dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap
isi pelajaran tersebut.
Rahmi (2008:85) menjelaskan bahwa tujuan NHT adalah “to make
more students get involve in analizing and checking their understanding toward
lesson”. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa tujuan dari
NHT adalah untuk membuat siswa mengembangkan pemahaman dan mengetahui
sejauh mana kemampuan mereka dalam pelajaran. Kagen (dalam Ibrahim, 2000:
28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam teknik diskusi model
NHT yaitu :
1) Hasil belajar akademik stuktural :Bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2) Pengakuan adanya keragaman :Bertujuan agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3) Pengembangan keterampilan social:Bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
29
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka tujuan Numbered Heads
Together adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kemampuan akademik peserta didik
2) Meningkatkan pemahaman tentang adanya perbedaan di antara peserta didik
3) Mengembangkan ketrampilan sosial
c. Langkah-langkah Numbered Heads Together
Pelaksanaan Numbered heads together agar dapat berjalan dengan
efektif, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan dan
menyiapkan. Daryanto & Muljo Rahardjo (2012: 245) memaparkan langkah-
langkahnya, yaitu:
1) Guru menyampaikan materi pelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau awal
3) Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama
4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok
5) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor
(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang
ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok
6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada akhir pembelajaran
7) Guru memberikan tes/ kuis kepada siswa secara individual
8) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor
dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
Numbered heads together akan berdampak positif terhadap motivasi
belajar peserta didik. Peserta didik akan berusaha memahami konsep-konsep
ataupun memecahkan permasalahan yang diberikan oleh pendidik. Adapun
tahapan dalam teknik diskusi model Numbered Heads Together menurut
Suprijono (2009: 46) antara lain :
1) Tahap 1: Penomoran
Pendidik membagi peserta didik ke dalam kelompok yang beranggotakan 3-5
orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5.
2) Tahap 2: Mengajukan pertanyaan
Pendidik mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan
dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya
atau bentuk arahan.
30
3) Tahap 3: Berpikir bersama
Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
4) Tahap 4: Menjawab
Pendidik menyebut salah satu nomor dan setiap peserta didik dari tiap
kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban
untuk seluruh kelas, kemudian pendidik secara random memilih kelompok
yang harus menjawab pertanyan dan kelompok yang lain dapat menanggapi
jawaban atas pertanyaan tersebut.
5) Tahap 5: Mengevaluasi
Pendidik mengevaluasi pengetahuan peserta didik tentang materi yang
diajarkan.
6) Tahap 6: Memberikan motivasi
Pendidik mempersiapkan cara untuk mengapresiasi capaian hasil individu
maupun kelompok dalam menyelasikan sebuah permasalahan atau
pembahasan suatu materi.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dirumuskan bahwa bimbingan
kelompok teknik diskusi model Numbered Heads Together diawali dengan
numbering atau penomoran. Kemudian guru membagi kelas menjadi beberapa
kelompok-kelompok kecil. Setiap anggota kelompok diberi nomor sesuai dengan
jumlah anggota kelompok. Setelah terbentuk kelompok, lalu guru mengajukan
pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap kelompok, selanjutnya guru
memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyatukan
ide-ide yang ada di kepalanya atau Heads Together berdiskusi memikirkan
jawaban dari pertanyaan guru. Langkah berikutnya, guru memanggil peserta didik
yang bernomor sama dari masing-masing kelompok. Anggota kelompok yang
bernomor sama yang telah dipanggil tersebut diberi kesempatan untuk
menyampaikan hasil diskusinya, secara bergantian. Dari jawaban-jawaban
tersebut, guru dapat mengembangkan diskusi dan peserta didik dapat menemukan
jawaban pertanyaan dari guru sebagai pengetahuan yang utuh.
Kegiatan diskusi dengan Numbered Heads Together berdasarkan
pendapat-pendapat ahli di atas, dapat dirangkum sebagai berikut:
1) Membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota 4-6
orang siswa secara homogen
2) Memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok sesuai jumlah anggota.
31
3) Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik dan memberikan
kesempatan peserta didik untuk berdiskusi.
4) Guru memanggil salah satu nomor, peserta didik yang mempunyai nomor
yang sama dengan yang dipanggil dan diberi kesempatan untuk
menyampaikan hasil diskusinya.
5) Berdasarkan jawaban dari para peserta didik, guru mengembangkan diskusi
dan peserta didik dapat menemukan jawaban dari pertanyaan guru sebagai
pengetahuan yang utuh.
Pada penelitian ini akan digunakan langkah-langkah bimbingan
kelompok dan juga metode numbered heads together di dalamnya. Maka dapat
disimpulkan bahwa langkah yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1) Tahap pembentukan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini antara lain adalah: mengecek
keadaan dan presensi peserta didik, pembagian kelompok, dan pemberian
nomor (numbering).
2) Tahap peralihan
Kegiatan dalam tahap peralihan ini bertujuan untuk membantu peserta
didik mengembangkan suasana menyenangkan dalam pembelajaran yang
berupa pemberian ice breaking dari peneliti.
3) Tahap inti:
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini berupa: pemberian materi,
pengajuan pertanyaan (questioning), peserta didik berdiskusi (heads
together), peserta didik memaparkan hasil diskusi, pemberian tanggapan
oleh kelompok lain, dan pengembangan hasil diskusi oleh guru.
4) Tahap akhir
Kegiatan yang dilaksanakan dalam penellitian ini berupa: motivasi dari
gurur dan salam penutup.
32
d. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together
Seperti teknik diskusi lainnya, Numbered Heads Together juga
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Adapun kelebihan dari Numbered
heads Together menurut Hill (dalam Tryana, 2008: 32) bahwa model NHT
memiliki kelebihan: meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam
pemahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap
positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa
ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan rasa
saling memiliki, mengembangkan ketrampilan untuk masa depan.
Selanjutnya, ahli lain juga menyebutkan kelebihan NHT. Teknik
diskusi model NHT mempunyai beberapa kelebihan diantaranya: meningkatkan
prestasi belajar, rasa ingin tahu, rasa percaya diri, kerja sama, komunikasi antar
peserta didik, dan membantu peserta didik belajar menggunakan sopan santun
serta menghargai pendapat orang lain (Isjoni dan Ismail, 2008).
Sedangkan kelemahan-kelemahan Numbered Heads Together menurut
Suprijono (2009:56) adalah: ada kekhawatiran pembelajaran tersebut akan
mengakibatkan keramaian di kelas dan kemungkinan peserta didik tidak belajar
jika mereka ditempatkan dalam kelompok. Dan juga ada kemungkinan nomor
yang sudah dipanggil akan terpanggil kembali dan tidak semua anggota kelompok
akan dipanggil oleh guru karena keterbatasan waktu.
C. Kajian Tentang Peserta Didik Sekolah Dasar
1. Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar
Peserta didik SD merupakan peserta didik dengan rentang usia 6-13
tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan
perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya,
perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa,
perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
Peserta didik usia SD merupakan tahap perkembangan usia anak-anak
dan memasuki masa remaja awal. Pada masa perkembangan peserta didik perlu
menuntaskan tugas perkembangannya. Ada banyak ahli yang memaparkan tugas-
33
tugas perkembangan anak, antara lain adalah Abu Bakar Luddin (2010: 43)
merinci tugas perkembangan siswa SD sebagai berikut:
a. Menanamkan serta mengembangkan kebiasaan dan sikap dalam beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
c. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
d. Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok teman sebaya
e. Belajar menjadi pribadi yang mandiri
f. Mempelajari ketrampilan fisik sederhana yang diperlukan, baik untuk
permainan maupun kehidupan
g. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku
h. Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan
i. Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelaminnya
j. Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial
k. Mengembangkan pemahaman dan sikap awal untk perencanaan masa depan
Ahli lain yang memaparkan tugas perkembangan peserta didik SD
adalah Syamsu Yusuf (2011: 69-71) tugas perkembangan peserta didik usia SD:
a. Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai makhluk
biologis
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
e. Belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung
f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari
g. Mengembangkan kata hati
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-
lembaga
Dalam menjalankan tugas perkembangannya, peserta didik sering
menemui hambatan, sehingga mereka banyak bergantung kepada orang lain
34
terutama orangtua dan guru. Maka dari itu, peserta didik usia SD memerlukan
perhatian khusus dari para guru.
2. Permasalahan Anak Sekolah Dasar
Peserta didik usia SD memiliki banyak permasalahan. Baruth &
Robinson III (dalam Luddin 2010: 48-49) menyebutkan ada 4 masalah yang
sering dialami anak usia SD, yaitu: a) Sekolah; b) Keluarga; c) Hubungan dengan
orang lain; d) Diri sendiri.
Penjelasan dari keempat permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sekolah
Permasalahan yang dialami anak usia SD di sekolah antara lain memahami
dan dipahami guru, takut bertanya di kelas, kesulitan dengan tugas yang
diberikan, laju perkembangan yang berbeda antara laki-laki dengan
perempuan.
b. Keluarga
Masalah yang sering dialami anak usia SD di dalam lingkungan keluarga
antara lain ingin lebih dekat dengan orang tua, merasa orang tua terlalu ketat,
ingin memiliki hubungan yang baik dengan saudara kandung dan ingin
memiliki kebersamaan yang lebih banyak dengan orangtua.
c. Hubungan dengan orang lain
Masalah anak usia SD kaitannya hubungan dengan orang lain antara lain
tidak mampu bekerjasama,ingin punya lebih banyak teman, menghadapi aksi
bully-ing dari teman sebaya, takut bicara dengan orang lain, belajar
menyesuaikan diri dengan orang lain untuk menjadi bagian dari sesuatu dan
ingin orang lain diterima
d. Diri sendiri
Masalah yang dialami anak usia SD dengan dirinya sendiri antara lain tidak
bahagia, merasa tidak kuat secara fisik, perasaan sosial atau pribadi, belajar
mengelola perasaan, belajar menangani perasaan malu atau perasaan sepi.
Berdasarkan penjelasan dari permasalahan yang dialami anak usia
Sekolah Dasar terkait penelitian ini masuk pada poin ke 3 yaitu hubungan dengan
orang lain. Hubungan dengan orang lain dapat juga disebut keterampilan sosial.
35
Selain itu, telah dipaparkan sebelumnya bahwa tujuan dari teknik NHT adalah
untuk meningkatkan kemampuan akademik, jadi pada dasarnya ke empat
permasalahan tersebut saling terkait satu dengan lainnya.
3. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Sekolah dasar (SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia. Sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-
pengalaman dasar kepada anak,yaitu kemampuan dan kecakapan
membaca,menulis dan berhitung. Pengetahuan umum serta perkembangan
kepribadian,yaitu sikap terbuka terhadap orang lain,penuh inisiatif, kreatifitas,dan
kepemimpinan, ketrampilan serta sikap bertanggung jawab. Guru sekolah dasar
memegang peranan untuk memahami anak dan membantu perkembangan social
pribadi anak. Perkembangan sosial anak disini dapat dikaitkan dengan
keterampilan bekerjasama peserta didik.
Menurut Abu Bakar Luddin (2010: 43) “Pelayanan bimbingan dan
konseling perlu diselenggarakan di sekolah dasar / madrasah ibtidaiyah agar
pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara
optimal”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa penyelenggaraan
bimbingan dan konseling sudah diperlukan sejak sekolah dasar dengan maksud
mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik. Hal ini sejalan dengan
pendapat Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani “Dasar pemikiran
penyelenggaraan BK tidak lepas dari pengembangan peserta didik secara
optimal”. Potensi yang dimaksud bukan hanya sekedar potensi kognitif namun
juga keterampilan sosial yang dimiliki oleh peserta didik. Namun seiring
berkembangnya zaman, peranan bimbingan dan konseling di SD juga diperlukan
untuk membimbing perilaku peserta didik.
Kaitannya dengan keterampilan bekerjasama adalah bahwa bimbingan
dan konseling di sekolah dasar ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik secara optimal sesuai dengan tugas perkembangannya. Kemampuan
yang dikembangkan berupa fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spiritual.
Keterampilan bekerjasama merupakan sub konstruk dari kemampuan sosial.
36
Maka, keterampilan bekerjasama perlu dikembangkan bagi peserta didik tingkat
sekolah dasar.
D. Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Model NHT Untuk Meningkatkan
Keterampilan Bekerjasama
Salah satu ketrampilan hidup yang harus dikuasai oleh peserta didik
adalah keterampilan sosial. Salah satu sub konstruk keterampilan sosial yang juga
dibutuhkan oleh peserta didik untuk dapat diterima oleh masyarakat adalah
ketermapilan bekerjasama. Keterampilan bekerjasama harus dimiliki oleh peserta
didik karena dapat bermanfaat bagi mereka yang meningkatkan kerja kelompok
dan menentukan keberhasilan hubungan sosial terhadap sesama teman sebaya,
guru maupun lingkungan masyarakat. Dansereau, Bartkus, & De Lisi (dalam
Fawcet dan Garton, 2005) menyatakan pentingnya seseorang memiliki
keterampilan kooperatif, karena keterampilan kooperatif merupakan basis bagi
masyarakat yang dapat meningkatkan belajar anak.
Keterampilan bekerjasama dapat dikembangkan dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan pemberian teknik diskusi. Dasar pemikirannya
adalah karena teknik diskusi dilaksanakan dengan membagi peserta didik ke
dalam kelompok-kelompok. Dengan berkerja di dalam kelompok, peserta didik
diberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kerjasama dengan
anggota lain, serta lebih menekan sikap individualis demi tercapainya
keberhasilan kelompok.
Bimbingan kelompok teknik diskusi model NHT bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial. Hal ini sejalan dengan keterampilan
kerjasama yang merupakan sub konstruk dari keterampilan sosial.
Numbered Heads Together adalah teknik diskusi yang dilaksanakan
dengan mengalompokkan peserta didik kedalam kelompok-kelompok kecil
dengan anggota 4-6 siswa. Kemudian guru memberikan penomoran (Numbered)
kepada setiap peserta didik sesuai dengan jumlah kelompok. Lalu guru
memberikan sebuah kondisi atau pertanyaan kepada semua kelompok untuk
didiskusikan dan dicari pemecahannya secara bersama-sama dengan kelompok.
Proses penyatuan ide-ide yang dikemukakan dari setiap anggota untuk
37
memecahkan masalah dapat disebut Heads Together. Setelah itu, guru memanggil
secara acak nomor tertentu, peserta didik yang merasa dipanggil berdiri
mengutarakan jawaban dari hasil diskusi kelompoknya. Berdasarkan jawaban dari
peserta didik, guru mengembangkan diskusi dan peserta didik dapat menemukan
jawaban dari pertanyaan guru sebagai pengetahuan yang utuh. Berdasarkan proses
pelaksanaan bimbingan kelompok teknik diskusi model Numbered Heads
Together tersebut, diharapkan siswa dapat melatih interaksi dengan anggota lain,
mengembangkan rasa percaya diri dan penerimaan terhadap perbedaan sehingga
keterampilan kerjasama dapat meningkat.
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian dengan judul Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Model
Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Keterampilan
Bekerjasama (Penelitian Pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 04 Asemdoyong
Taman Pemalang Tahun Pelajaran 2015/2016) relevan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Dewi Apriyani pada tahun 2013 yang berjudul, Upaya
Meningkatkan Kerjasama Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui
Metode Pembelajaran Tutor Sebaya. Tujuan dari penelitian ini untuk
meningkatkan kerjasama siswa pasa pelajaran matematika kelas VIII-A SMP
Negeri 1 Karangnongko. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan
Kelas. Tahap-tahap penelitian tindakan berupa kegiatan: 1) dialog awal, 2)
perencanaan tindakan kelas, 3) pelaksanaan tindakan,4) observasi dan
monitoring,5) refleksi, dan 6) evaluasi.
Penelitian ini dilakukan selama 3 siklus. Keterampilan bekerjasama
berdasarkan jumlah siswa yang menunjukan perilaku keterlibatan dalam
kelompok, tenggungjawab dalam kerja kelompok, serta kepercayaan dalam kerja
kelompok. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kerjasama siswa kelas
VIII-A SMP Negeri 1 Karangnongko setelah diterapkan model pembelajaran
Tutor Sebaya.
Indikator keterlibatan dalam kerja kelompok mengalami peningkatan dari
sebelum tindakan 12 siswa (35,29%), siklus I menjadi 18 siswa (52,94%), siklus
II menjadi 20 siswa (60,61%), dan siklus III menjadi 24 siswa (70,59%).
38
Tanggung jawab dalam kerja kelompok mengalami peningkatan dari sebelum
tindakan 10 siswa (29,41%), siklus I menjadi 16 siswa (47,06%), siklus II menjadi
18 siswa (54,54%), dan siklus II menjadi 22 siswa (64,70%). Sedangkan
kepercayaan dalam kerja kelompok mengalami peningkatan dari sebelum
tindakan 6 siswa (17,65%), sikluas I menjadi 11 siswa (32,35%), siklus II menjadi
15 siswa (44,12%), dan siklus III menjadi 20 siswa (58,82%).Penelitian ini dapat
menyimpulkan bahwa metode pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan
kerjasama siswa dalam pembelajaran kelas VIII-A SMP Negeri 1 Karangnongko.
Penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu penelitian yang dilakukan oleh Khusnul Fajriyah pada tahun 2015
dengan judul Efektivitas Pembelajaran Numbered Heads Together Untuk
Mengembangkan Keterampilan Bekerjasama. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui efektivitas NHT untuk mengembangkan keterampilan bekerjasama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan keterampilan bekerjasama
antara sebelum dan sesudah penerapan Numbered Heads Together pada peserta
didik kelas IV di SD di Kecamatan Candisari Semarang.
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Sekolah dasar di
kecamatan Candisari dikelompokkan ke dalam dua jenis sekolah yaitu sekolah
unggulan dan sekolah biasa. Sampel ditentukan dengan menggunaka teknik
cluster sampling (sampling area). Hasil uji lanjut t tes satu-satu menunjukkan
bahwa keterampilan bekerjasama siswa padadengan teknik NHT lebih baik
daripada konvensional.
Berdasarkan hasil kedua penelitian tersebut, diharapkan teknik diskusi
model Numbered Heads Together mampu memberikan pengaruh terhadap
peningkatan keterampilan bekerjasama peserta didik, sehingga dapat memberikan
manfaat bagi individu yang mengalami ketidakmampuan dalam bekerjasama bagi
kehidupannya.
39
F. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Teknik Diskusi metode NHT akan mendorong peserta didik untuk berinteraksi
dengan anggota kelompok maka keterampilan bekerjasama peserta didik akan
mengalami peningkatan
Setiap peserta didik memerlukan
keterampilan bekerjasama yang akan
bermanfaat bagi kehidupan nya di dalam
sekolah. Tujuan dari pemenuhan
keterampilan bekerjasama bagi individu
terutama peserta didik adalah:
mengembangkan keterampilan sosial,
meningkatkan prestasi akademik,
mengarahkan siswa untuk lebih interaktif
dalam belajar dan mengarahkan siswa
agar memiliki hubungan pertemanan
yang efektif
Peserta didik melakukan bimbingan kelompok
teknik diskusi metode numbered heads together
yaitu teknik diskusi yang dilakukan dengan
memberikan penomoran pada setiap siswa agar
peserta didik sebagai perwakilan dari
kelompoknya berdiri untuk mengutarakan
jawaban hasil diskusi kelompoknya
40
G. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas suatu permasalahan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
“Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Model Numbered Heads Together Efektif
Untuk Meningkatkan Keterampilan Bekerjasama Peserta Didik Kelas V SD
Negeri 04 Asemdoyong Taman Pemalang”.
31