BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran...

14
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandagan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang, Pembelajaran IPA, hasil belajar, Model Discovery. 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar Menurut Trianto (2010:53) “Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah diterapkan sebelumnya”. Menurut Ahmad (2012:12) “pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar guru dan peserta didik yang berisi berbagai kegiatan yang bertujuan agar terjadi proses belajar (perubahan tingkah laku) pada diri peserta didik”. Kegiatan dalam pembelajaran meliputi penyampaian pesan (pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan- ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan yang kondusif dan edukatif bagi proses belajar siswa, dan pemberdayaan potensi siswa melalui interaksi perilaku guru dan siswa yang dilakukan secara bertahap. Pembelajaran mempunyai tujuan yaitu adanya perubahan tingkah laku siswa. Jika proses pembelajaran telah dilakukan, tetapi tidak ada perubahan tingkah laku pada siswa maka tujuan pembelajaran belum dapat tercapai. Oleh karena itu, setiap guru tidak boleh merasa puas dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan apabila tidak ada perubahan tingkah laku.. Hamalik (dalam Putra, 2013:17), menambahkan bahwa pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran para ahli tersebut, dapat

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung

penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang

mempunyai pandagan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori

dalam penelitian ini berisi tentang, Pembelajaran IPA, hasil belajar, Model Discovery.

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

Menurut Trianto (2010:53) “Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari

seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang

intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah diterapkan sebelumnya”.

Menurut Ahmad (2012:12) “pembelajaran adalah suatu proses interaksi antar

guru dan peserta didik yang berisi berbagai kegiatan yang bertujuan agar terjadi

proses belajar (perubahan tingkah laku) pada diri peserta didik”. Kegiatan dalam

pembelajaran meliputi penyampaian pesan (pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan-

ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan yang kondusif dan edukatif bagi

proses belajar siswa, dan pemberdayaan potensi siswa melalui interaksi perilaku guru

dan siswa yang dilakukan secara bertahap. Pembelajaran mempunyai tujuan yaitu

adanya perubahan tingkah laku siswa. Jika proses pembelajaran telah dilakukan,

tetapi tidak ada perubahan tingkah laku pada siswa maka tujuan pembelajaran belum

dapat tercapai. Oleh karena itu, setiap guru tidak boleh merasa puas dengan proses

pembelajaran yang telah dilakukan apabila tidak ada perubahan tingkah laku..

Hamalik (dalam Putra, 2013:17), menambahkan bahwa pembelajaran ialah

suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran para ahli tersebut, dapat

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

10

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan guru kepada

siswa untuk menyampaikan pesan (pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan)

dengan menggunakan berbagai model agar tercipta lingkungan yang kondusif

sehingga tercapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang ada di

Sekolah Dasar, yang proses dan materi pelajarannya dekat dengan lingkungan adalah

pembelajaran IPA.

Menurut Hendro Darmodjo dan Kaligis (dalam Indah, 2008) IPA dapat

dipandang sebagai suatu proses dari upaya manusia untuk memahami berbagai gejala

alam. Untuk itu diperlukan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap dan

menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain. IPA dapat

dipandang sebagai suatu produk dari upaya manusia memahami berbagai gejala alam.

IPA dapat pula dipandang sebagai fakta yang menyebabkan sikap dan pandangan

yang mitologis menjadi sudut pandang ilmiah.

H.W Flowler (dalam Trianto, 2012: 8 ) berpendapat bahwa „‟IPA merupakan

pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-

gejala kebendaan dan didasarkan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan

deduksi. Sedangkan Trianto (2012:136) mengatakan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu

Pengatahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris

science. Kata science berasal dari bahasa Latin scientia yang berarti

saya tahu. Science terdiri dari sosial sciences (ilmu pengetahuan sosial)

dan natural sciences (ilmu pengetahuan alam). Namun science sering

diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA).

Menurut Sumanto dkk. (dalam Putra, 2013:40), “IPA merupakan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah”.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari peristiwa alam dan gejala-gejalanya melalui proses

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

11

ilmiah dibangun dengan sikap ilmiah sehingga menghasilkan produk ilmiah (fakta,

konsep dan prinsip).

Pembelajaran IPA pada tingkat manapun harus dikembangkan dengan

memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan

hidup dipandang sebagai suatu instrument untuk mencapai kesejahteraan dan

kebahagiaan sosial manusia. Pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan

ketrampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman,

kebiasaan dan apresiasi dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan karena

ciri-ciri tersebut membedakan dengan pembelajaran lainnya (Trianto, 2012:142)

Nilai-nilai IPA yang ditanamkan dalam pembelajaran IPA menurut Laksmi

(Trianto, 2012:142) antara lain sebagai berikut:

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis

menurut langkah-langkah metode ilmiah.

2) Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,

mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan

masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun

dalam kehidupan.

Laksmi (Trianto, 2012:142) mengungkapkan bahwa pembelajaran IPA di

sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:

1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup

dan bagaimana bersikap.

2) Menanamkan sikap hidup ilmiah.

3) Memberikan ketrampilan untuk melakukan pengamatan

4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta

menghargai para ilmuwan penemunya.

5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

12

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah pembelajaran

IPA adalah aktivitas belajar yang tidak hanya sekedar pemberian materi secara

keseluruhan tetapi lebih penting daripada itu adalah bagaimana seorang siswa dapat

mengerti mengenai konsep yang ada di dalam IPA melalui apa yang mereka dengar

dan mereka lihat.

2.1.1.1.Tujuan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA I SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut (Depdiknas, 2006:162):

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-

Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dalam penelitian ini tujuan mata pelajaran IPA adalah untuk melatih siswa

dalam mempelajari konsep IPA melalui aktivitas belajar yang mereka lakukan sendiri

dimana siswa akan menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dengan

sikap ilmiah sehingga mampu memberikan pengalaman belajar IPA yang bermakna

bagi siswa melalui pembelajaran Discovery.

2.1.2. Hasil Belajar

Winkel (Purwanto, 2013:39) mengungkapkan bahwa belajar adalah aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interakti aktif dengan lingkungan yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

13

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan (kognitif), ketrampilan

(psikomotorik) dan sikap (afektif). Proses belajar merupakan proses yang unik dan

kompleks. Keunikan disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang

belajar, setiap individu pasti akan menampilkan perilaku belajar yang berbeda.

Perbedaan penampilan disebabkan karena setiap individu memiliki karakteristik yang

khas dan kemampuan yang berbeda dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

(Purwanto, 2013:43). Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi

hasil belajar.

Menurut Sudjana (2010: 22) Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar

merupakan perunahan tingkah laku yang baru setelah proses belajar. Perolehan aspek-

aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari. Hasil belajar

adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif,

afektif dan psikomotor (Rusman 2012:123).

Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada

guru tetang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui

kegiatan belajar. Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran

Sudjana (2011:22).

Dimyati (2009:20) mengatakan bahwa dalam pembelajaran, pengukuran hasil

belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa

setelah menghayati proses belajar. Maka pengukuran yang dilakukan guru lazimnya

menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Hasil pengukuran tersebut berwujud angka

ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi

para siswa (Sugihartono, 2007:130).

Dari uraian tentang hasil belajar semua mengarah pada perubahan perilaku

saat melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar dapat memberikan informasi

kerpada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar,

pengukuran hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan tes sebagai alat

ukurnya.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

14

2.1.3. Model pembelajaran Discovery

Pengertian Discovery menurut Jerome Bruner adalah model pembelajaran yang

mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari

prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J.

Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan

secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa

yang disebutnya Discovery Learning, yaitu dimana peserta didik mengorganisasikan

bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. (Markaban, 2006)

Menurut Hamalik dalam (Ilahi, Moh. Takdir 2012:29),belajar penemuan

(Discovery) adalah belajar yang terjadi sebagai proses pembelajaran yang menitik

beratkan pada mental intelektual para peserta didik dalam memecahkan berbagai

persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang

dapat diterapkan di lapangan. Model pembelajaran Discovery adalah cara penyajian

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan

informasi dengan atau tanpa bantuan guru (Sumantri. Dkk, 2001). Pendapat lain

mengatakan bahwa model discovery adalah penyajian bahan ajar dengan

menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan

melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam

rangka mencapai tujuan pengajaran (Rahardja :2002 ).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Discovery adalah suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk

menggunakan kemampuannya mencari jawaban atas suatu masalah atau pertanyaan.

Dengan demikian siswa diharapkan mampu menemukan konsep dan prinsip sendiri,

bukan dijejali dengan pengetahuan. Proses Discovery menuntut guru bertindak

sebagai fasilitator, narasumber dan penyuluh kelompok. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa model penemuan (Discovery) itu adalah suatu model pembelajaran

di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

15

menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau

diceramahkan saja.

2.1.3.1.Langkah-langkah model pembelajaran Discovery

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009:78) langkah-langkah model

pembelajaran Discovery adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi kebutuhan siswa

2. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari

3. Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari

4. Menentukan peran yang akan dilakukan masing-masing peserta didik

5. Mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki

dan ditemukan

6. Mempersiapkan setting kelas

7. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan

8. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan

pentelidikan dan penemuan

9. Menganalisis sendiri atas data temuan

10. Merangsang terjadinya dialog interaktif antar peserta didik

11. Memberikan penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan

penemuan

12. Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan

generalisasi atas hasil temuannya

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model pembelajaran

Discovery di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan

belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri

b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-

agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah

satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara

atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244),

c. Data Collection (Pengumpulan Data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para

siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

16

untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada

tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar

tidaknya hipotesis.

d. Data Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah

data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,

observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,

wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,

diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu

serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).

e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan

temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,

2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan

berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui

contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

f. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua

kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi

(Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-

prinsip yang mendasari generalisasi

Sedangkan langkah-langkah penggunaan model Discovery menurut Ibrahim

(2010:9) adalah sebagai berikut :

1. Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik

2. Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis

3. Peserta didik mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk

menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis.

4. Menganalisis atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis

5. Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi

6. Aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Discovery

menurut para ahli, penulis menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran

menggunakan model Discovery dalam pokok bahasan energi panas dan bunyi sebagai

berikut:

1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

17

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap

ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat

mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis

permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam

membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

3. Data Collection (Pengumpulan Data)

Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,

wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan

sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian

secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang

telah dimiliki.

4. Data Processing (Pengolahan Data)

Data processing sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari

generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif

jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis

5. Verification (Pembuktian)

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan

atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab

atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi maka

dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan

siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya

penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

18

mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan

generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

2.1.3.2.Keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran Discovery

Di dalam pemanfaatan dan penggunaanya model Discovery juga memiliki

kelebihan dan kekurangan. Menurut Roestiyah (2008:20-21) ada 7 kelebihan dan 5

kekurangan model Discovery, yaitu sebagai berikut:

a. Kelebihan model Discovery dibandingkan model lain, yaitu:

1. Tekhnik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan

memperbanyak kesiapan serta penggunaan ketrampilan dalam proses

kognitif/pengenalan siswa

2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual

sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

3. Dapat membangkitkan kegairahan para siswa.

4. Tekhnik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing

5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki

motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat

6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri

sendiri dengan proses penemuan sendiri

7. Strategi ini berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai

teman belajar saja membantu bila diperlukan

b) Kekurangan Model Discovery

1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental tntuk cara belajar

ini siswa harus berani dan kerkeinginan untuk mengetahui keadaan

sekitarnya dengan baik

2. Bila kelas terlalu besar penggunaan tekhnik ini akan kurang berhasil

3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran

tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan tekhnik

penemuan

4. Dengan tekhnik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu

mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan

perkembangan/pembentukan sikap dan ketrampilan bagi siswa

5. Tekhnik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara

kreatif

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

masing.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

19

Agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik maka guru harus

merencanakannya dengan baik dan matang. Guru juga harus mengetahui kelemahan

dari model yang dipilih agar dapat mencari solusi dari kelemahan model tersebut.

Solusi dari kelemahan model Discovery adalah (1) Sebelum pembelajaran dimulai

sebaiknya antara guru dan siswa membuat sebuah kesepakatan. Kesepakatan tersebut

mengenai keaktifan siswa dalam kelompok, siswa yang tidak aktif dalam kelompok

maka akan mengurangi poin kelompok. Dengan demikian akan mendorong siswa

aktif dalam kelompok agar poin kelompoknya tidak berkurang, (2) Guru harus

membagi siswa dalam kelompok secara heterogen agar antarkelompok dapat

seimbang.(3) Guru sebelum memilih model Discovery yang ingin digunakan dalam

pembelajaran terlebih dahulu guru harus melihat materi yang akan disampaikan.(4)

Guru harus kreatif dalam menyampaikan pembelajaran sehingga siswa dapat lebih

aktif dan tidak terpaku pada pengajaran yang lama.

2.2 Penelitian yang Relevan

Adapun hasil penelitian lain yang relevan dan mendekati judul penelitian ini

adalah hasil penelitian yang berjudul Studi eksperimenal tentang pengaruh

penggunaan metode discovery terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran IPA kelas

IV SDN Nogosaren Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran

2010/2011 (Dewi Kurnia Sari ). Memperoleh hasil sebagai berikut, hasil belajara

kelompok eksperimen yang diberi treatmen pembelajaran dengan model discovery

memperoleh nilai 79.38, sedangkan nilai rata-rata kelompok yang diberi treatmen

pembelajaran dengan metode konvensional sebesar 69,69. Hal ini berarti ada

perbedaan hasil belajar sebesar 9,69. Dimana kelompok yang diberi treatmen

pembelajaran dengan metode discovery memiliki hasil belajar lebih tinggi

dibandingkan kelompok yang diberi treatmen pembelajaran dengan metode

konvensional.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

20

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Minarsih, Siti (2010) dengan judul

Efektifitas penggunaan metode discovery terhadap prestasi belajar IPA pokok

bahasan gaya pada siswa kelas IV SDN tanggal 01 dan SDN tunggal 02 gugus

Pattimura Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Semester II Tahun 2009/2010

menyimpulkan bahwa ada perbedaan antara penggunaan treatmen model discovery

pada pembelajaran IPA dengan pembelajaran tanpa menggunakan treatmen metode

discovery. Terbukti bahwa kelas eksperimen dengan metode discovery diperoleh

siswa dengan katagori tinggi berjumlah 22 siswa dengan prosentase 70,97%.

Sedangkan untuk kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi siswa dengan

katagori tinggi berjumlah 7 siswa dengan prosentase 22,58 %.

Dari beberapa penelitian tentang penggunaan model Discovery dalam

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Discovery dapat

meningkatkan hasil belajar. Dengan demikian, penelitian tersebut mendukung

penelitian yang akan dilakukan peneliti yang menekankan penggunaan model

Discovery untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar. Namun,

penelitian yang dilakukan oleh penulis dan beberapa penelitian yang telah dipaparkan

memiliki persamaan yaitu sama-sama mengukur hasil belajar dan instrument yang

digunakan berupa teknik tes. Sedangkan perbedaan terletak pada masalah yang

diteliti, subjek penelitian yaitu siswa kelas 4 SDN Patemon 01, tujuan penelitian, dan

variabel penelitian yang terdiri dari tiga variabel (proses pembelajaran, hasil belajar

dan model Discovery).

2.3 Kerangka Berpikir

Pada pembahasan mengenai model Discovery di atas, dikemukakan bahwa

menurut Mulyani S model Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau

tanpa bantuan guru. Berdasar pada teori tersebut, penulis memilih model Discovery

untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Patemon 01 Semester II Tahun

Pelajaran 2014/2015 pada mata pelajaran IPA

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

21

Gambar 2.1 Peta Konsep Kerangka Berpikir

PEMBELAJARAN IPA

Guru

menyampaikan

materi dengan

ceramah

Pembelajaran

Konvensional

Siswa bosan,

jenuh, materi

tidak dikuasai

Guru

menciptakan

pembelajaran

yang inovatif

Model

pembelajaran

Discovery

Tingkat pemahaman

siswa kurang, hasil

belajar < 75

Siswa memecahkan

masalah sendiri

Tingkat pemahaman

siswa naik, hasil

belajar > 75

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16869/2/T1_292011311_BAB II...ketrampilan) kepada siswa, penciptaan lingkungan

22

2.4. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,

maka dapat dirumuskan hipotesis proses dan hasil tindakan sebagai berikut:

1) Penerapan model pembelajaran Discovery dalam pembelajaran IPA dapat

meningkatkan proses pembelajaran meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa

pada siswa kelas 4 semester II SDN Patemon 01 tahun pelajaran 2014/2015

secara signifikan minimal 10%. Dengan langkah-langkah yaitu Stimulation

(Stimulus/pemberian rangsang),Problem Statement (Identifikasi Masalah), Data

Collection (Pengumpulan Data), Data Processing (Pengolahan Data), Verification

(Pembuktian), Generalization (Menarik Kesimpulan)

2) Penerapan model pembelajaran model Discovery dapat meningkatkan hasil

belajar IPA pada siswa kelas 4 semester II SDN Patemon 01 tahun pelajaran

2014/2015 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai

hasil belajar IPA ≥ 75 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan

nilai rata-rata hasil belajar IPA meningkat minimal 7 nilai dari KKM ≥ 75 yang

ditentukan oleh sekolah atau ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 80% dari

21 siswa