Post on 30-Jun-2019
32
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak
terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,
lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Oleh karena itu peristiwa kecelakaan kerja
disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung
dengan hubungan kerja. Bahwa kecelakaan kerja terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada saat melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 2014:5).
Kecelakaan kerja di klasifikasikan lagi menjadi kecelakaan kerja ringan,
sedang dan berat. Kecelakaan kerja ringan adalah kecalakan kerja cukup dibantu
dengan pertolongan pertama pada kecelakaan, dan hanya membutuhkan
pengobatan dalam hari itu dan selanjutnya mampu melakukan pekerjaannya balik.
Untuk istirahat hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu hingga dua hari.
Contoh dari kecelakaan kerja ringan ialah terpeleset, terkilir dan sebagainya.
Kecelakaan kerja sedang adalah kecelakaan yang mengakibatkan
timbulnya kehilangan hari bekerja akan tetapi tidak berakibat pada cacat ataupun
luka lebih. Kecelakaan kerja ini hanya memerlukan pengobatan dan perlu istirahat
selama lebih dari dua hari, contoh: terjepit, luka hingga robek, luka bakar.
Sedangkan kecelakaan kerja berat adalah kecelakaan kerja yang menimbulkan
kehilangan hari bekerja dan berakibat pada tidak berfungsinya tubuh untuk
33
melakukan kerja dan memerlukan perawatan. contoh: patah tulang (Himpunan
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja tahun 2003).
2.1.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan
bahkan tidak direncanakan. Maka dari itu sebab-sebab terjadinya kecelakaan
kerja juga perlu diketahui agar tingkat keselamatan kerja dapat dilakukan
pencegahan. Berikut faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
menurut (Umar, 2001:67) yaitu: Adanya bahan-bahan yang membahayakan
paru-paru, mata dan kulit, terbatasnya tempat kerja, terpeleset dan jatuh.
Tentunya kecelakaan kerja juga selalu disertai dengan menyebabkan pada
kerugian materi maupun sebuah penderitaan bagi pekerja dan keluarganya.
Penyebab kecelakaan kerja secara umum dapat dibagi menjadi penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung, yaitu:
Penyebab langsung
Adanya perbuatan yang tidak aman, dalam perbuatan
tidak aman tersebut adalah segala tindakan manusia yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan pada diri sendiri bahkan
juga orang lain, contohnya dalam perbuatan tidak aman ialah
dengan metode kerja yang salah, seperti tidak menggunakan alat
perlindungan diri yang standart, bahkan tidak mengikuti
prosedur keselamatan kerja dan lain sebagainya. Selanjutynya
34
adalah penyebab kondisi yang tidak aman, yaitu kondisi
lingkungan kerja yang memungkinkan terjadinya kecelakaan
kerja, contohnya pada kondisi tidak aman ini ialah kondisi
permukaan tempat berjalan pekerja, kondisi penerangan, dan
lain sebagainya.
Penyebab tidak langsung
Berdasarkan analisa bahwa kecelakaan kerja biasanya
terjadi karena mereka lalai dalam bekerja bahkan kondisi kerja
yang tidak aman. Keselamatan kerja juga dapat dilakukan
dengan cara para pekerja dilatih pada penggunakan alat
perlindungan diri agar keselamatan kerja mereka tetap terjaga.
Adapun cara untuk mencegah kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut:
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang
diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya,
perencanaan, kontruksi, perawatan dan pemeliharaan,
pengawasan, pengujian.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah
resmi atau tak resmi mengenai misalnya kontruksi yang
memenuhi syarat-syarat keselamtan kerja, jenis-jenis peralatan
kerja yang digunakan,atau alat-alat perlindungan diri.
35
3. Riset medis, yang meliputi terutama pada tentang efek-efek
fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan
teknologis, dan keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan
kecelakaan.
4. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan
pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan
premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan
keselamatan sangat baik (Suma’mur, 1989 : 11-12).
2.1.2 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan
pada akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu
utama bagi keamanan tenaga kerja, dan keselamatan kerja menyangkut
segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa
(Suma’mur,2014).
Undang-undang yang mengatur tentang keselamatan kerja
adalah Undang-Undang Nomor 1, Tahun 1970. Tujuan dari
keselamatan kerja adalah untuk melindungi tenaga kerja atas hak dan
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup
dan meningkatkan kinerjanya, menjamin keselamatan orang lain yang
berada di tempat kerja.
36
2.1.3 Pertambangan
Berdasarkan Pasal 1 angka I Undang-undang Nomor 4 Tahun
2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian,pengelolaan dan pengusahaan mineral atau
batu bara yang meliputi penyelidika umum, explorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan
dan penjualan. Serta kegiatan pascatambang. Pengertian tersebut dalam
arti luas karena meliputi berbagai kegiatan pertambangan yang ruang
lingkupnya dapat dilakukan sebelum penambangan,proses
penambangan, dan sesudah proses penambangan. (Salim HS, 2012: 25).
Pengambilan belerang dilakukan dengan beberapa metode,
diantaranya yaitu: metode penambangan terbuka, metode penambangan
bawah tanah, metode penambangan Frasch-Process, dan metode
penambangan manual.
Metode penambangan terbuka yaitu kegiatan penambangan ini
dilakukan dengan tipe stratigrafi dan vulkanis yang terletak dekat
dengan bumi. Pengambilan bahan tambang dengan metode ini dapat
menggunakan dengan alat-alat sederhana atau dengan menggunakan
alat-alat mekanis. Material pada hasil penambangan ini dimuat dan
diangkut dengan pikulan, dump truck, dan lain sebagainya. Metode
penambangan bawah tanah yaitu kegiatan penambangan yang terdapat
di permukaan bumi. Adapaun penambangan ini dilakukan dengan cara
37
membuat lubang-lubang bukaan ke daerah endapan, tunneling, draft,
dan lain sebagainya.
Metode penambangan manual yaitu kegiatan penambangan
yang dilakukan apabila jumlah kandungan endapan tidak banyak atau
sedikit. Cara penambangan pada metode ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat-alat manual, seperti cangkul, linggis, gancu, dan
keranjang. Metode penambangan frasch yaitu kegiatan penambangan
dengan proses pengeboran yang ditujukan untuk mendapatkan kembali
simpanan yang ada didalam tanah. Penambangan ini dilakukan dengan
cara menginjeksikan air panas kedalam pipa yang akan digunakan. Air
panas tersebut berfungsi untuk melarutkan endapan pada kedalaman
sekitar 150-170 m. kegiatan penambangan ini dilakukan dengan cara
membuat lubang bor yang dilengkapi dengan empat macam pipa
bergaris tengah antara 3-20 cm.
2.1.4 Belerang
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki lambang S dan nomor atom 16, bentuknya non-metal.
Dalam bentuk aslinya, belerang merupakan zat padat Kristal yang
berwarna kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur
murni atau sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat. Belerang yang
padat mempunyai dua bentuk alotrop yaitu belerang yang stabil pada
38
suhu dibawah 95,5 ⁰ dan mencaiir pada suhu 113⁰C (Goenawan,
1999:15).
2.1.5 Kawah Ijen
Kawasan Gunung api Ijen merupakan kawasan vulkanik yang
terletak di Provinsi Jawa Timur. Kawasan Gunung api Ijen ini berada di
Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Sempol,
Kabupaten Bondowoso. Jarak untuk menuju Kawah Ijen sekitar 33 km
dari Banyuwangi dengan posisi geografis sekitar 8⁰2’30” LS - 8⁰5’30”
LS dan 114⁰12’30” BT - 114⁰16’30” BT. Ijen merupakan kawasan
Gunung api berkawah dengan ketinggian danau kawah 2.145 m dan tepi
kawahnya mencapai 2.386 dari permukaan laut. Gunung api Ijen
memiliki sumberdaya belerang yang melimpah. Jumlah cadangan
belerang di gunung api Ijen merupakan cadangan belerang terbesar di
Indonesia. Sedikitnya 14 ton belerang setiap hari berhasil ditambang
(Witiri dan Sumarti, 2011).
Selain terkenal keindahan alamnya, Kawah Ijen juga dijadikan
sebagai tempat perekonomian masyarakat Desa Tamansari. Masyarakat
Desa Tamansari memanfaatkan kawah tersebut untuk menambang
belerang, karena melimpahnya sumber daya alam Kawah Ijen untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Para penambang belerang bekerja
dengan peralatan sederhana lalu dipikul dengan kerangjang sebagai
tempat belerang. Penambang belerang ini dalam melakukan
39
pekerjaanya dengan cara mengambil belerang di dasar kawah. Tentunya
asap yang ada di sekitar kawah cukup tebal, namun dengan peralatan
masker yang sederhana membuat para penambang tetap mencari
belerang. Lelehan belerang tersebut di dapatkan dari pipa-pipa yang
menuju sumber gas yang mengandung sulfur. Gas tersebut dialirkan
melalui pipa lalu keluar dalam bentuk lelehan belerang yang berwarna
merah. Setelah membeku belerang tersebut berubah menjadi warna
kuning. Setelah bongkahan belerang menjadi beku dan keras,
selanjutnya para penambang mengambilnya dan dimasukkan ke dalam
keranjang pikul. Para penambang akan memikul belerang tersebut
dengan melalui jalan setapak.
Beban belerang yang dipikul cukup berat antara 80 kilogram
hingga 150 kilogram dengan rata-rata para penambang melakukan dua
kali naik ke kawah. Penambang belerang disini masih menggunakan
cara tradisional dengan menggunakan keranjang pikul yang di angkut
atau pikul oleh manusia. Penambangan tradisional ini konon hanya
terdapat di Indonesia yaitu di Gunung Welirang dan Gunung Ijen.
Penambangan yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda tersebut
masih tetap menggunakan cara tradsional hingga saat ini. Dengan
melimpahnya persediaan sumber belerang tersebut maka akan
mengakibatkan banyak orang yang berniat memanfaatkan dan
mengambil keuntungan untuk kebutuhan hidupnya.
40
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan
dilakukan tentang rasionalitas kecelakaan kerja di kalangan penambang belerang
kawah ijen, yang pertama penelitian milik Bernadzar Asha Army Rosania, Isa
Ma’rufi, Anita Dewi Pahastuti. yang berjudul Analisis Risiko Keselamatan Kerja
dan Kesehatan Kerja di Penambangan Pasir Kabupaten Lumajang. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Jember. Tahun 2015. Penelitian terdahulu
yang kedua yaitu milik Bayu Wibisono tahun 2013 yang berjudul Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Tambang
Pasir Gali Di Desa Pegiringan Kabupaten Pemalang. Penelitian yang ketiga yaitu
milik Lluis Sanniquel Dkk, tahun 2018 dengan judul Analysis of Occupational
Accidents in Underground and Surface Minin in Spain/ Analisis Kecelakaan Kerja
Pertambangan Bawah Tanah Dan Pertambangan Permukaan tanah di Spanyol.
Beberapa penelitian terdahulu memiliki relevansi dengan penelitian yang
akan dilakukan. Dapat dilihat dari judul penelitian dan hasil temuan masing-
masing penelitian terdahulu yang telah dilakukan, sehingga dapat ditemukan
relevansi antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan. Hasil
temuan dan relevansi penelitian dapat dilihat dari tabel penelitian terdahulu
berikut.
41
Nama dan Judul
Penelitian
Temuan dan
hasil
penelitian
Relevansi
dalam
penelitian
Bernadzar Asha
Army Rosania, Isa
Ma’rufi, Anita Dewi
Pahastuti.
Analisis Risiko
Keselamatan Kerja
dan Kesehatan Kerja
di Penambangan Pasir
Kabupaten Lumajang.
Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Universitas Jember.
Tahun 2015
Hasil penelitian
menunjukan bahwa faktor
yang mempengaruhi risiko
keselamatan kerja dan
kesehatan kerja dengan
upaya pengendalian yang
dapat mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit
akibat kerja antara lain
eliminasi,isolasi,pengendal
ian
administrative,penggunaan
APD, dan human control.
Relevansi penelitian ini
adaah sama menggunakan
metode yang sama yakni
metode penelitian
kualitatif.
Persamaan dengan
penelitian yang
sebelumnya dengan
penelitian yang akan
peneliti lakukan adalah
terletak pada cara
pencegahan dari
kecelakaan kerja.
Bayu Wibisono.
Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan
Kejadian Kecelakaan
Kerja Pada Pekerja
Tambang Pasir Gali
Di Desa Pegiringan
Kabupaten
Pemalang.Fakultas
Kesehatan
Masyarakat.
Universitas Dian
Nuswantoro. Tahun
2013
Hasil penelitian
menunjukan bahwa angka
kecelakaan kerja yang
dialami pekerja
dikarenakan kurangnya
pemahaman terhadap alat
perlindungan diri.Sehingga
perlu adanya penyuluhan
dalam keselamatan kerja.
Persamaan pada penelitian
sebelumnya dengan
penelitian yang akan
dilakukan adalah terletak
pada perlunya penyuluhan
tentang keselamatan kerja.
Sehingga angka kecelakaan
kerja dapat mengurangi
pada penambang.
Analysis of
Occupational
Accidents in
Underground and
Surface Minin in
Spain.
Analisis Kecelakaan
Kerja Pertambangan
Bawah Tanah Dan
Pertambangan
Permukaan tanah di
Spanyol.
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
penyebab langsung
terjadinya kecelakaan kerja
pada pertambangan bawah
tanah adalah faktor
kelelahan dari fisik dan usia
pekerja.
Persamaan pada penelitian
sebelumnya dengan
penelitian yang akan
dilakukan adalah sama-
sama berbicara tentang
kecelakaan kerja, serta
penyebab dari kecelakaan
kerja.
42
Perbedaan pada penelitian terdahulu dengan penelitian tentang
Rasionalitas Kecelakaan Kerja dan Keselamatan Kerja di Kalangan Penambang
Belerang Kawah Ijen adalah terletak pada tingkat kecelakaan kerja yang terjadi
pada sektor informal, yaitu sebuah pekerjaan yang tidak mendapat dukungan
maupun teroganisir dengan baik oleh pemerintah, sehingga pada sektor
informal ini ketika ada kecelakaan kerja ditangani sendiri. Adapun kecelakaan
kerja yang pernah dialami penambang juga memiliki rasionalitas yang
bermacam-macam, sehingga ketika mereka pernah mengalami kecelakaan
kerja, mereka tetap lanjut bekerja guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya.
2.3 Landasan Teori
Konsep Max Weber Tentang Rasionalitas
Max Weber adalah salah satu ahli sosiologi dan sejarah bangsa Jerman,
lahir di Erfurt, 21 April 1864 dan meninggal dunia di Munchen, 14 Juni 1920.
Weber adalah guru besar di Freiburg (1894-1897), Heidelberg (sejak 1897), dan
Munchen (1919-1920). Weber melihat sosiologi sebagai sebuah studi tentang
Lluis Sanniquel, Marc
Bascompta, Josep
M.Rossel, Hernand
Fransisco Anticoi,
Eduard Guash
Environmental
research and public
health. 2018,15,462.
doi : 10.3390/yerph
15030462
43
tindakan sosial antar hubungan sosial dan itulah yang dimaksud dengan pengertian
paradigma definisi sosial dan itulah yang di maksudkan dengan pengertian
paradigma definisi atau ilmu sosial itu. Tindakan manusia dianggap sebagai
sebuah bentuk tindakan sosial dan tindakan itu ditujukan pada orang lain.
Pokok persoalan Weber dari paradigma ini mengartikan sosiologi sebagai
studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Dua hal itulah yang
menurutnya menjadi pokok persoalan sosiologi. Yang dimaksdudnya dengan
tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai
makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepadan tindakan orang lain.
Sebaliknya tindakan invidu yang diarahkan kepada benda mati atau objek fisik
semata tanpa di hubungkannya dengan tindakan orang lain bukan merupakan
tindakan sosial.
Max Weber mengatakan, individu manusia dalam masyarakat merupakan
aktor yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis dari pada
paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh
norma, kebiasaan, nilai, dan sebagainya yang tercakup di dalam konsep fakta sosial.
Max Weber dalam memperkenalkan konsep pendekatan verstehen untuk
memahami makna tindakan seseorang, berasumsi bahwa seseorang dalam
bertindak tidak haya sekedar melaksanakannya tetapi juga menempatkan diri dalam
lingkungan berfikir dan perilaku orang lain.
Hasil dari kajian Weber mengenai tindakan sosial dapat diuraikan berupa
data empiris. Dan tindakan sosial menurut Weber terbagi menjadi dua yaitu:
44
1. ‘Reactive behavior’ yakni reaksi perilaku spontan yang
memiliki ‘subjective meaning’ atau dengan kata lain, tindakan
yang dilakukan sekedar spontanitas belaka tak berkelanjutan.
Tindakan semacam ini adalah tindakan yang bertujuan atau
tidak disadari sebelumnya oleh seseorang. Konsep tindakan
yang dimaksud adalah perilaku otomatis seseorang yang tidak
melibatkan proses pemikiran dalam melakukan tindakan.
2. ‘Social action’ yakni muncul dari stimulus atau respon atas
suatu perilaku manusia yang menjalankan fungsinya sebagai
anggota dalam masyarakat. Secara tidak langsung tindakan ini
lebih bersifat subjektif pada tindakan yang dilakukan aktor
dalam lingkungan masyarakat.
Interaksi sosial merupakan perilaku yang bisa dikategorikan sebagai tindakan
sosial. Dimana tindakan sosial merupakan proses aktor terlibat dalam pengambilan-
pengambilan keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dipilih, tindakan tersebut mengenai semua jenis perilaku manusia,
yang di tujukan kepada perilaku orang lain, yang telah lewat, yang sekarang dan yang
diharapkan diwaktu yang akan datang. Tindakan
sosial (social action) adalah tindakan yang memiliki makna subjektif (a subjective
meaning)bagi dan dari aktor pelakunya. Tindakan sosial seluruh perilaku manusia yang
memiliki arti subjektif dari yang melakukannya. Baik yang terbuka maupun yang
tertutup, yang diutarakan secara lahir maupun diam-diam, yang oleh pelakunya
45
diarahkan pada tujuannya. Sehingga tindakan sosial itu bukanlah perilaku yang
kebetulan tetapi yang memiliki pola dan struktur tertentu dan makna tertentu.
Melalui kedua tipe metodologi yang dikenalkan Weber, maka fokus kajian
tersebut kemudian berkembang kedalam empat tipe tindakan dasar yang ia sebut
dengan: traditional action, affectual action, instrumental rational, dan value rational
action. Perihal tersebut terkait erat dengan kajiannya mengenai dimensi rasionalitas.
Menurut Weber, tindakan rasional merupakan suatu tindakan atau pertimbangan yang
dilakukan secara sadar dan terpilih.
Beberapa tindakan rasional yang dimaksud adalah:
1. Traditional Action (Tindakan tradisional) adalah tindakan yang diulang secara
teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan
keberadaanya. Tindakan semacam ini adalah indakan warisan yang diturunkan
dari generasi yang lalu atau berlaku secara turun temurun. Tindakan tradisional
tidak menghasilkan suatu masalah besar bagi pelakunya.
2. Affectual Action (Tindakan afeksi) adalah tindakan ini didasarkan pada
sentiment atau emosi yang dimiliki seseorang.
3. Instrumentally Rational Action (Tindakan instrumental) adalah tindakan yang
pada dasarnya dilakukan mengingat eksisnya kepentingan maupun tujuan
tertentu. Dengan kata lain, tindakan yang dilakukan oleh seseorang didasarkan
pada pertimbangan dan pilihan yang secara sadar dipilih untuk mencapai
sebuah tujuan.
46
4. Value Rational Action (Tindakan rasionalitas nilai) adalah tindakan yang terkait
dengan komitmen yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tak lepas dari
nilai-nilai agama, hukum, juga berbagai bentuk nilai lainnya (Yesmil
Anwar,Adang, 2013:145-147).
Dalam pertambangan, kecelakaan kerja ini menjadi pertimbangan
khusus oleh penambang bagaimana mereka melakukan tentang tata cara kerja
yang baik dan benar. Pada tindakan rasional instrumental bahwasannya
penambang yang melakukan pekerjaan menjadi penambang belerang Kawah
Ijen, karena mereka ingin mencukupi kehidupannya dengan memanfaatkan
alam tersebut. Tindakan tersebut telah di pertimbangkan dengan matang agar
mencapai tujuannya. Dengan perkataan lain menilai dan menentukan tujuan itu
bisa saja tindakan itu digunakan untuk mencapai tujuan yang lain.
Dalam melakukan pertambangan, bahwa penambang harus mentaati
untuk menjaga lingkungan alam. Mereka melakukan pertimbangan sendiri
dengan perhitungan yang sadar dan nilai-nilai yang mereka anut. Contohnya
bekerja sebagai pemenuhan kebutuhan dan beribadah kepada Allah dan untuk
menafkahi keluarga. Mereka juga diikat relasi dengan pertimbangan nilai
bahwa penambang yang muda menghormati penambang yang tua. Dan
perwujudan sesama penambang saling membantu sesama lain, juga tidak ada
konflik antar penambang.
Kecelakaan kerja yang ada di penambang belerang Kawah Ijen
merupakan suatu kejadian yang di takuti setiap penambang. Karena banyak
47
risiko yang tinggi juga bahaya pada keselamatan kerja mereka. Selain itu akibat
dari kecelakaan kerja yang terjadi pada penambang belerang, membuat mereka
masih tetap bertahan dengan pekerjaan tersebut. Penambang yang masih
bertahan dengan pekerjaan tersebut karena mereka ingin memenuhi kebutuhan
dirinya dan keluarganya. Keselamatan kerja juga menjadi penting bagi mereka.
Sebab menjadi penambang belerang juga merupakan pekerjaan yang tidak
mudah.