Post on 09-Mar-2019
2.1 Lele Sangkuriang
Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa,
memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik,
arborescent (alat pernapasan tambahan). Alat ini akan membantu lele dapat
bertahan hidup dilumpur atau di air yang hanya mengandung sedikit oksigen.
Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung sirip perut, sirip
dubur, dan sirip ekor (Gambar 1)
dengan runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil.
Patil pada lele Sangkuriang tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun
dibandingkan dengan jenis lel
Klasifikasi Lele menurut Sunarma (2004) adalah:
Phyllum : ChordataSubphyllum : VertebrataKlas : PiscesSub-klas : TeleosteiOrdo : OstariophysiSub-ordo : SiluroideaFamilia : ClariidaeGenus : ClariasSpesies : Clarias
Gambar 1.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Lele Sangkuriang
Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa,
memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik, dan memiliki organ
(alat pernapasan tambahan). Alat ini akan membantu lele dapat
bertahan hidup dilumpur atau di air yang hanya mengandung sedikit oksigen.
Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung sirip perut, sirip
(Gambar 1). Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang
dengan runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil.
Patil pada lele Sangkuriang tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun
dibandingkan dengan jenis lele lainnya (Sunarma, 2004).
Klasifikasi Lele menurut Sunarma (2004) adalah:
: Chordata: Vertebrata
: Teleostei: Ostariophysi: Siluroidea: Clariidae
arias sp.
Gambar 1. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)Sumber : Dokumen Pribadi
Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa, Ikan lele
dan memiliki organ
(alat pernapasan tambahan). Alat ini akan membantu lele dapat
bertahan hidup dilumpur atau di air yang hanya mengandung sedikit oksigen.
Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung sirip perut, sirip
. Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang
dengan runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil.
Patil pada lele Sangkuriang tidak begitu kuat dan tidak begitu beracun
7
7
Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang
balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan
generasi keenam (F6), kemudian menghasilkan jantan dan betina F2-6. Jantan F2-6
selanjutnya dikawinkan dengan betina generasi kedua (F2) sehingga menghasilkan
Lele Sangkuriang. Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang berasal dari
keturunan kedua Lele Dumbo yang diintroduksi dari Afrika ke Indonesia tahun
1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (Khairuman dan Amri,
2008).
Ikan lele pada umumnya adalah ikan yang hidup diperairan umum dan
merupakan ikan yang bernilai ekonomis serta disukai oleh masyarakat. Ikan Lele
bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari makanan pada malam hari. Ikan lele
memliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan
kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto, 2007).
Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar, disungai yang airnya tidak
terlalu deras, atau diperairan tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa, serta
genangan-genangan kecil seperti kolam (Suyanto, 2007). Lele termasuk dalam
golongan omnivor, tetapi memiliki kecenderungan lebih menyukai hewan
(cenderung karnivora). Ikan ini termasuk jenis yang cenderung berperilaku
sebagai predator atau suka memangsa, terutama terhadap ikan yang lebih kecil.
Secara fisik antara ikan Lele Dumbo dan Sangkuriang tidak berbeda,
namun dari segi makan ikan lele Sangkuriang lebih rakus dan pertumbuhannya
juga lebih cepat jika dibandingkan dengan Lele Dumbo dengan perawatan yang
sama (BBPBAT, 2005). Berikut adalah data mengenai ikan lele Sangkuriang dan
lele dumbo (Tabel 1).
8
8
Tabel 1. Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang dengan Ikan Lele Dumbo
pada umur 5-26 hari
Parameter Lele Sangkuriang Lele DumboKematangan gonad pertama (bulan) 8-9 4-5Fekunditas (butir) 40.000-60.000 20.000-30.000Derajat penetasan telur (%) >90 >80Konversi pakan pada pembesaran 0,8-1 >1Sumber : BBPBAT (2005)
Sumber air yang digunakan untuk pemeliharaan ikan lele Sangkuriang
dapat berasal dari aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam),
ataupun air hujan yang dikondisikan terlebih dahulu. Berikut adalah data
mengenai kualitas air optimal untuk ikan lele pada beberapa penelitian (Tabel 2).
Tabel 2. Kualitas Air Optimal untuk Pertumbuhan Lele pada Beberapa
Penelitian
Parameter Nilai Satuan Sumber Suhu 22-23 oC BBPBAT (2005)Oksigen terlarut >0,3
>0,1Mg/LMg/L
Rahman et al (1992)BBPBAT (2005)
pH 6,5-8,56-9
Boyd (1990)Wedmeyer (2001)
Amonia (NH3) 0,05-0,2<0,1
Mg/LMg/L
Wedmeyer (2001)Rahman et al (1992)
Alkalinitas 50-5005-100
Mg/L CaCO3
Mg/L CaCO3
Wedmeyer (2001)Boyd (1990)
Sumber : Widiyantara 2009
Selain kualitas air, pakan juga merupakan faktor eksternal yang
mendukung pertumbuhan ikan lele. Menurut Halver dan Hardy (2002), ikan
Channel catfish tumbuh maksimal pada pemberian pakan dengan kadar protein
24%-26% protein pakan dengan cara memberi pakan sebanyak pakan yang harus
diberikan. Jika pemberian pakan lebih sedikit, maka diperlukan pakan dengan
kadar protein yang lebih tinggi. Berikut adalah daftar kebutuhan nutrisi ikan lele
untuk pertumbuhan (Tabel 3).
9
9
Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Ikan Lele untuk Tumbuh Optimal dari
Beberapa Penelitian
Parameter Nilai Sumber KeteranganProtein 25%-55% Webster dan Lim (2002) Umur 2-3 mingguLemak 3%-6% Webster dan Lim (2002)Karbohidrat 10%-20% Mokoginta (2000)Sumber : Halver dan Hardy (2002)
2.2 Limbah Ikan Tongkol dan Tepung Ikan
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Upaya pemerintah untuk mengatasi limbah masih sulit dicapai.
Penerapan program zero waste memberikan harapan cerah, namun hingga kini
masih perlu kerja keras untuk mencapai kondisi tersebut. Limbah yang
dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30 persen.
Alam memiliki kemampuan untuk mengatasi limbah. Berbagai siklus yang
terdapat di alam mampu mengatasi limbah. Meningkatnya konsentrasi limbah
yang terlalu cepat akan menyebabkan siklus yang ada tidak mampu bekerja secara
baik. Pada konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Limbah ikan tongkol hasil pemindangan yang terdapat di Pasar Caringin
Bandung perhari dapat mencapai 20 kg (komunikasi pribadi), jika tidak
dimanfaatkan limbah ini maka akan menumpuk yang akan mengakibatkan
masalah lingkungan, maka dari itu perlu adanya penanganan limbah dengan cara
memanfaatkannya sebagai tepung ikan yang di formulasikan pada pakan. Limbah
hasil pemindangan ikan tongkol diantaranya daging sisa pemotongan, jeroan,
tulang kepala, tulang badan, dan sirip. Hasil analisis limbah ikan tongkol
menunjukkan bahwa kandungan nutrisi limbah tongkol memiliki kandungan yang
baik untuk formulasi pakan.
10
10
Tepung ikan adalah salah satu bahan campuran makanan dan merupakan
sumber protein dalam pakan buatan yang dapat digunakan secara efisien dan
merupakan bahan utama untuk pakan ikan. Selain mempunyai kualitas dan
kandungan protein yang tinggi, tepung ikan juga mengandung vitamin B
kompleks seperti B12, Riboflavin, niacin, asam pantoneat, choline dan juga
mengandung mineral seperti kalsium, fospor, besi, dan tembaga (Djajasewaka,
1985). Perbandingan kandungan nutrisi limbah ikan tongkol dan tepung ikan
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Limbah Ikan Tongkol dan Tepung Ikan
Bahan PakanKandungan Gizi (%)
Air Abu Protein Lemak Serat Kasar
BTN Energi Bruto
Tepung Limbah Ikan Tongkol
21.55 30.37 40.61 12.64 0.23 15.79 2951
Tepung Ikan 5.73 37.36 39.63 10.76 0.87 11.38 2963Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unpad 2013
2.3 Kebutuhan Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus (Handajani dan
Widodo, 2010). Fungsi protein adalah sebagai zat pembangun, memperbaiki
kerusakan atau penyusutan jaringan (perbaikan dan pemeliharaan jaringan), dan
membangun jaringan baru (pertumbuhan dan pembentukan protein), protein dapat
dikatabolisasi menjadi sumber energi atau sebagai substrat penyusun jaringan
karbohidrat dan lemak. Selain itu, protein diperlukan dalam tubuh untuk penyusun
hormon, enzim dan substansi biologis penting lainnya seperti antibodi dan
hemoglobin.
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida,
lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain
11
11
itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam
biokimia. Protein ditemukan oleh Jons Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus
fungsional karboksil (-COOH) dan amina (-NH2), dalam biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit : keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang
sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam
dan gugus amina memberikan sifat basa. Asam amino dalam bentuk larutan
bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa
pada larutan asam. Hal ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion.
Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari
karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai
penyusun protein.
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat
gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu
gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang
membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya (Gambar 2).
Gambar 2. Struktur asam aminoSumber : www. wikipedia.com
Pakan ikan merupakan nutrient untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
tubuh dalam proses kehidupannya, untuk tujuan tersebut banyak faktor yang
mempengaruhinya, misalnya jumlah dan jenis asam amino esensial, kandungan
protein yang dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan. Ikan
harus memperoleh asam-asam amino (baik asam amino esensial maupun asam
amino nonesensial) dari protein makanannya yang secara terus menerus
diperlukan bagi pertumbuhan sel dan pembentukan jaringan tubuhnya. Ikan dapat
tumbuh normal apabila komposisi asam amino dalam ransum (pakan) tidak jauh
berbeda dengan komposisi asam amino dalam tubuhnya.
12
12
Halver (1972) mengemukakan, asam amino yang terdapat dalam jumlah
paling rendah akan bersifat limiting amino acid. Maka dari itu, cara dalam
mengurangi limiting amino acid tersebut, disarankan agar meningkatkan kadar
protein pakan atau menambah asam amino sintetik. Kekurangan asam amino
dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan, oleh karena itu asam amino harus
selalu tersedia dalam pakan. Secara umum ikan memanfaatkan sepuluh asam
amino esensial yang sama untuk pertumbuhan yaitu: arginin, histidin, isouleusin
(mempertahankan keseimbangan dalam tubuh), leusin (menstabilkan dalam
darah), penyembuhan tulang, metionin (pembentuk asam) amino sistein, lisin
(menghambat virus dan mencegah infeksi), fenilalanin (mengontrol seks), treonin,
valin (berfungsi untuk sistem syaraf dan pencernaan) dan triptopan (Khairuman
dan Amri, 2002).
Komposisi asam amino bergantung dari sumber protein yang digunakan
tidak sama semua sumber makanan menghasilkan protein yang mengandung asam
amino esensial secara lengkap (NRC, 1982). Umumnya protein hewani
mempunyai kandungan asam amino yang lebih baik dan lengkap serta mudah
dicerna daripada protein nabati (Halver, 1989), sedangkan Lovell (1988)
menyatakan bahwa penggunaan dua atau lebih sumber protein dalam ransum
akan lebih baik daripada satu sumber. Selain itu, dengan kadar protein tinggi,
asam amino akan terkonsentrasi lebih banyak melebihi dari yang dibutuhkan
untuk sintetis protein (Lovell, 1988). Protein juga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi jika kebutuhan energi dari lemak dan karbohidrat tidak memenuhi.
Penyusunan formulasi pakan perlu diperhatikan protein sebagai unsur
yang penting, karena diketahui asam amino menentukan proses perumbuhan.
Dengan demikian dapat diramalkan pemberian protein yang sesuai dalam pakan
akan mendorong pertumbuhan yang baik. Mengingat harga protein yang lebih
mahal dari lemak dan karbohidrat maka jumlah protein yang diberikan seoptimal
mungkin dan harus disesuaikan dengan kebutuhan ikan tersebut.
Daya serap ikan terhadap protein bergantung pada sumber protein, ukuran
partikel dan keberadaan nonprotein dalam pakan. Protein dalam pakan dengan
nilai biologis yang tinggi akan mempengaruhi penimbunan protein tubuh lebih
13
13
besar dibandingkan protein yang bernilai biologis rendah. Peningkatan kelebihan
energi dari pakan yang dikonsumsi akan menyebabkan terjadinya penimbunan
lemak tubuh. Atas dasar inilah maka pemberian protein pada pakan ikan harus
efisien protein tinggi. Secara umum pemanfaatan protein oleh ikan akanmenurun
seiring dengan pertambahan ukuran dan umur. Salah satu contoh tingkat
pemanfaatan protein oleh ikan salmon saat baru menetas adalah 45-50%, saat
juvenile 40% dan setelah dewasa sebesar 35% (Halver, 1989).
Beberapa penelitian tentang kebutuhan protein pakan yang optimal telah
dilakukan, channel catfih dan ikan sejenisnya membutuhkan 24-40% protein
(NRC, 1977), sedangkan menurut Cho et al. (1985) kebutuhan protein optimal
Channel catfish dan sejenisnya berkisar antara 22-36%. Menurut NRC (1977),
kebutuhan protein pakan ikan bagi ikan juga bergantung pada suhu media
pemeliharaan Channel catfish yang dipelihara pada media dengan 24,4oC
membutuhkan kadar protein optimal sebesar 35% sedangkan pada suhu 26,7oC
membutuhkan kada ptotien optimal sebesar 36%. Lebih lanjut Garling and Wilson
(1976) dalam NRC (1982) melaporkan bahwa kadar protein optimum untuk
Channel catfish) dan sejenisnya adalah 32-40% dengan energi yang dapat dicerna
(digestible energy) berkisar antara 250 Kkal/100 gram pada rasio energi sampai
350 Kkal/100 gram pakan pada rasio energi protein 8,75 rincian lebih lanjut dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kebutuhan Protein Pakan untuk Pertumbuhan Optimal
(Channel catfish) dan Sejenisnya dalam Berbagai Penelitian.
Kebuutuhan Protein (%) Sumber 32-40 Garling Wilson (1976)35-40 (fry to fingerling)
NRC (1977, NRC 1982)28-32 ( adult and brood fish)25-36 Wilson dan Robin (1982)22-36 Cho et al (1985)40 (fingerilng) Pandian (987)Keterangan: NRC (1982)
14
14
2.4 Sistem Pencernaan Ikan
Kemampuan ikan untuk mencerna pakan buatan sangat tergantung pada
pakan yang diberikan, kondisi lingkungan, dan kandungan enzim yang dimiliki.
Pencernaan merupakan suatu proses hidrolisis bahan pakan menjadi komponen
yang lebih sederhana dan berlangsung secara terus-menerus. Selama proses
pencernaan, karbohidrat akan diubah menjadi asam lemak dan gliserol (Afrianto
dan Liviawaty, 2005).
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kecepatan proses pencernaan
makanan di dalam tubuh ikan. Kondisi lingkungan menunjang, kemampuan ikan
untuk mencerna pakan berada dalam kondisi optimal.
Sistem pencernaan ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, kerongkongan,
esofagus, lambung, usus, dan anus sedangkan kelenjar pencernaan terdiri atas hati,
dan kantong empedu. Saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi
sebagai kelenjar pencernaan (Mudjiman, 2001).
Komponen pakan yang sudah dicerna mudah diserap oleh tubuh untuk
diedarkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Komponen pakan yang
belum sempurna proses perombakannya akan dibuang atau dikeluarkan kembali
oleh tubuh ikan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Banyaknya sari-sari pakan yang
diserap tubuh dapat memacu pertumbuhan ikan tersebut.
2.5 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel
secara mitosis. Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran
panjang atau berat dalam suatu waktu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam antara lain keturunan, seks ,
umur, parasit dan penyakit. Sedangkan faktor luar adalah pakan dan suhu perairan
(Effendie, 1997).
Wiadnya et al. (2000) mengatakan kondisi eksternal pakan, yang formulanya
belum mengandung sumber nutrien lengkap bagi ikan akan mempengaruhi
pertumbuhan ikan. Pertumbuhan terjadi karena terdapat kelebihan energi yang
15
15
berasal dari pakan setelah dikurangi dengan energi hasil metabolisme dan energi
yang terkandung dalam feses (Zonneveld et al., 1991).
Pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan.
Menurut Mudjiman (2001) pakan yang baik yaitu pakan yang mengandung nutrisi
yang dibutuhkan ikan. Ketersediaan pakan yang cukup dan berkualitas
mendukung keberhasilan budidaya. Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan ikan. Apabila jumlah pakan terlalu sedikit akan menimbulkan
kompetisi dalam mendapatkan pakan. Tetapi apabila jumlah pakan terlau banyak,
pakan menjadi tidak efisien dan terdapat sisa pakan yang dapat menyebabkan
terganggunya kualitas air (Effendie, 1997).
2.6 Rasio Konversi Pemberian Pakan
Pertumbuhan ditentukan dengan besarnya energi dalam pakan yang dapat
diserap oleh tubuh. Kemampuan ikan dalam memanfaatkan energi dalam pakan
berbeda, tergantung pada jenis, umur, dan ukuran beratnya. Ikan kecil
memerlukan energi lebih tinggi dibandingkan ikan dewasa (Djajasewaka, 1985).
Rasio konversi pemberian pakan yaitu perbandingan antara berat pakan
yang diberikan dengan bobot tubuh yang dihasilkan. Rasio konversi pemberian
pakan berhubungan dengan kualitas pakan. Semakin rendah nilai konversi pakan
menunjukkan pertumbuhan semakin meningkat (Djarijah, 1995).
2.7 Kualitas Air
Air adalah salah satu elemen yang sangat erat hubungannya dalam
kegiatan akuakultur. Boyd (1982) mendefinisikan kualitas air sebagai kelayakan
suatu perairan untuk menunjang kehidupa dan pertumbuhan organisme akuatik,
yang nilainya dinyatakan dalam kisaran tertentu. Kualitas air yang baik dapat
mempengaruhi komoditas perikanan yang sedang dibudidayakan. Berikut ini
adalah parameter fisika dan kimia air yang berpengaruh terhadap kehidupan dan
pertumbuhan ikan diantaranya suhu, oksigen terlarut (DO), pH dan TAN (total
amonia nitrogen).
16
16
Suhu memiliki peran dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Proses
makanan akan berlangsung dengan baik pada keadaan suhu yang hangat dan
sebaliknya akan terganggu pada suhu rendah (Zoneveld, et al., 1991). Perubahan
suhu dapat berpengaruh terhadap seluruh komponen yang berada didalamnya..
Peningkatan suhu menurut Effendi (2003) dapat menyebabkan terjadinya
dekomposisi bahan organik oleh mikroba.
Oksigen terlarut adalah jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air.
Kadar oksigen terlarut sangat berhubungan dengan peningkatan suhu. Menurut
Effendi (2003) peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi
oksigen sekitar 10%. Kandungan oksigen terlarut sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
organism akuatik tergantung pada spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan,
aktifitas dan suhu air (Boyd, 1982).
Derajat keasaman (pH) merupakan parameter aktivitas ion hidrogen (H) dalam
suatu larutan yang dinyatakan dengan asam atau basa. Keasaman air sangat
berpengaruh dalam kehidupan ikan. Besarnya konsentrasi pH suatu perairan
adalah besarnya konsentrasi ion hidrogen yang terdapat di dalam perairan. Batas
toleransi organisme perairan terhadap derajat keasaman (pH) bervariasi
tergantung pada suhu, kelarutan oksigen dan adanya anion dan kation serta
organisme (Pescod, 1973)
Amonia di perairan ada dua bentuk yaitu berbentuk ion yang bersifat tidak
racun (NH4) dan dalam bentuk racun (NH3) (Zoneveld, et al., 1991). Amonia
bebas tidak dapat terionisasi sedangkan amonium dapat terionisasi. Menurut Boyd
(1982) ammonia dapat dihasilkan dari proses eksresi ikan dan dekomposisi
mikrobial dari komponen, nitrogen ammonia sebaiknya < 1mg/L.