Post on 29-Oct-2020
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pengertian IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial sebagaimana dirancang dalam draf
kurikulum 2004 memang membingungkan untuk dicarikan definisinya, karena
dalam berbagailiteratur, baik yang ditulis oleh ahli dari luar maupun dalam negeri,
kita hanya mempunyai istilah ilmu pengetahuan sosial yang merupakan
terjemahan dari socialstudies. Sedangkan nama IPS dalam dunia pendidikan dasar
di negara kita munculbersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP
dan SMU tahun 1975.Dilihat dari sisi keberlakuannya, IPS disebut sebagai bidang
studi “baru”, karena carapandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung
arti bahwa IPS bagipendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan
dari mata pelajarangeografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,
antropologi, psikologi, dansosiologi. Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran
tersebut memiliki objek materialkajian yang sama yaitu manusia.Dalam bidang
pengetahuan sosial, kita mengenal banyak istilah yang kadangkadangdapat
mengacaukan pemahaman.Istilah tersebut meliputi Ilmu Sosial (SocialSciences),
Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Menurut Trianto (2010:171) Ilmu pengetahuan sosial IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik hukum dan budaya.
Menurut Djahiri dalam Ahmad Susanto (2012:137-138) IPS adalah
harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para
anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh
tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai.
Menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, pengertian
IPS adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia sebagai
makhluk sosial, serta mempelajari prilaku secara perorangan maupun kelompok
dalam masyarakat, dan bertanggung jawab.
8
2.1.2 Tujuan IPS
Menurut Puskur dalam Trianto (2010:176), tujuan IPS adalah sebagai
berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan motode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang
dimasyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang
tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri
sendiri agar sirvive yang kemudian bertanggungjawab membangun
masyarakat.
f. Memotivasi seseorang bertindak berdasarkan moral.
g. Fasilitator didalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
h. Mempersiapkan siswa menjadi warna negara yang baik dalam kehidupannya
“to prepare students to well-functioning citizens in a democtratic society” dan
mengembangkan kemampuan siswa sebagai penalaran dalam mengambil
keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
i. Menekankan perasaan, emosi dan derajat penerimaan atau penolakan siswa
terhadap materi pembelajaran IPS.
Menurut Mutakin dalam Ahmad Susanto (2012:145-146) merumuskan
tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
9
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang
dimasyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang
tepat.
5. Mempu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri
sendiri agar surviveyang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut: (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan masyarakat dan
lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap skor-skor sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global.
Menurut beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran IPS adalah untuk meningkatkan pengetahuan atau
pemahaman mengenai sejarah dan mengenai persoalan tentang kehidupan sosial
yang ada dimasyarakat, serta memiliki kemampuan dalam bersosialisasi.
2.1.3 Ruang Lingkup IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai
berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
1. Manusia, tempat, dan lingkungan
2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
10
3. Sistem sosial dan budaya
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteran.
2.1.4 Pembelajaran IPS SD
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial.Pada jenjang SD/Mi mata pelajaran IPS memuat
materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi.Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk menjadi peserta warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP
Standar Isi 2006).
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensip, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan dimasyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik
akan memperoleh pengalaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Pada jenjang pendidikan
dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah
sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan
masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada dilingkungan peserta didik di SD.
2.2 Model Pembelajaran Cooperative Script
Menurut Lambiotte, ddk. (dalam Miftahul Huda 1988:213), Cooperative
Script adalah salah satu strategi pembelajaran dimana siswa bekerja secara
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian materi
yang dipelajari. Strategi ini ditunjukan untuk memantu siswa berpikir secara
sistematis dan berkontrasi pada materi pelajaran. Siswa juga dilatih untuk saling
bekerja sama satu sama lain dalam suasana yang menyenangkan. Cooperative
Script juga memungkinkan siswa untuk menemukan ide-ide pokok dari gagasan
besar yang disampaikan oleh guru.
Menurut Hamid (2011:220) menyatakan bahwa model pembelajaran
cooperative script adalah bagian dari sebuah model pembelajaran yang menarik
bagi para siswa, karena siswa akan berbicara dengan lawan bicara secara langsung
11
dari lawannya akan menbahas sebuah tema atau materi pelajaran yang ditunjukan
oleh guru.
Menurut Mursitho (2011:36) model pembelajaran cooperative scripta
dalah model pembelajaran yang melatih peserta didik untuk menghargai pendapat
orang lain (pasangannya), belajar mendengarkan, dan belajar berbicara secara
sistematis.
Menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran
cooperative script adalah model pembelajaran yang bisa memberikan kesempatan
kepada setiap siswa untuk berbicara dan mengemukakan pendapatnya sendiri
secara berpasangan.
2.2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Model Cooperative Script
Sintak tahap-tahap pelaksanaan strategi pembelajaran Cooperative Script
adalah sebagai berikut:
1. Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok berpasangan.
2. Guru membagi wacana/materi untuk dibaca dan dibuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukan
ide-ide pokok kedalam ringkasannya. Selama proses pembaca siswa siswa lain
harus menyimak/ menujukan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
membantu mengingat dan menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkannya dengan materi sebelumnya atau dengan materi lain.
5. Siswa bertukar peran yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya.
6. Guru dan siswa melakukan kembali kegiatan seperti diatas.
7. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpilan materi pelajaran.
8. Penutup.
12
2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Script
Strategi pembelajaran Cooperative Script memiliki beberapa kelebihan
kelebihan sebagai berikut:
1. Dapat menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berpikir kritis serta
mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang
diyakini benar.
2. Mengajarkan siswa untuk percaya kepada guru dan lebih percaya lagi pada
kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumberlain, dan
belajar dari siswa lain.
3. Mendorong siswa untuk berlatih memecahkan masalah dengan
mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan ide siswa dengan
ide temannya.
4. Membantu siswa belajar menghormati temannya yang pintar dan siswa yang
kurang pintar serta menerima perbedaan yang ada.
5. Memotivasi siswa yang kurang pandai agar mampu mengungkapkan
pemikirannya.
6. Memudahkan siswa berdiskusi dan melakukan interaksi sosial.
7. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Strategi ini juga memiliki kekurangan model cooperative script, yang antara lain
adalah:
1. Ketakutan beberapa siswa untuk mengeluarkan beberapa ide karena akan
dinilai oleh teman dan kelompoknya.
2. Ketidakmampuan semua siswa untuk menerapkan strategi ini, sehingga
banyak waktu yang akan tersita un tuk menjelaskan mengenai model
pembelajaran ini.
3. Keharusan guru untuk melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas
siswa untuk menghitung hasil prestasi kelompok, dan ini bukan tugas yang
sebentar.
4. Kesulitan membentuk kelompok yang solid dan dapat bekerja sama dengan
baik dan
13
5. Kesulitan menilai siswa sebagai individu karena mereka berada dalam
kelompok.
2.2.3 Langkah-Langkah Penelitian
1. Guru menyapa siswa dan mengajak siswa berdoa bersama-sama.
2. Gurumengecek kehadiran siswa siswa.
3. Guru guru mengajak siswa bermain game (bum,bum,tak).
4. Guru memotivasi siswa.
5. Guru memberikan apersepsi tanya jawab tentang materi yang akan
disampaikan.
6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7. Siswa mengamati sebuah contoh gambar dari guru tentang materi hari ini
(tanya jawab tentang gambar).
8. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.
9. Guru membagi siswa kedalam kelompok berpasangan.
10. Guru membagi materi yang akan diringkas oleh siswa ( sebuah gambar dan
siswa mendeskripsikannya dengan tepat).
11. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan menjadi pendengar
dan dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
12. Siswa yang berperan sebagai pembaca, membacakan hasil ringkasan atau ide-
ide yang telah dibuat, siswa yang lain mendengar, menyimak, mengoreksi
serta menambah ide-ide pokok yang kurang lengkap.
13. Siswa bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya.
14. Guru membagikan soal individu kepada siswa untuk dikerjakan.
15. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan.
16. Doa penutup.
14
2.3 Pengertian Belajar
Kata atau istiah belajar bukanlah suatu yang baru, sudah sangat dikenal
secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki
pemahaman dan definisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing-
masing kita sudah memahami apa yang dimaksud belajar tersebut. Oleh karena itu
untuk menghindari pemahaman yang beragam tersebut, berikut akan ditemukan
beberapa definisi belajar menurut para ahli.
Menurut H. Baharuddin (2015:14) belajar merupakan aktivitas yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui
pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2009:2) belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah. Sedangkan menurut R. Gagne dalam Ahmad Susanto (2013:1)
belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
prilakunaya sebagai akibat pengalaman.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa belajar
merupakan suatu proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, serta untuk
merubah prilaku dalam setiap peristiwa yang di alami, belajar tidak hanya
membuat seseorang pandai akan ilmu pengetahuan tetapi belajar juga dapat
merubah cara berpikir dan tingkah laku seorang siswa. Belajar juga merupakan
proses usaha yang dilakukan seseorang secara sadar untuk melakukan perubahan
tingkah laku. Belajar merupakan proses tidak tahu menjadi tahu, karena seseorang
dapat belajar dari pengalaman.
2.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Oemar Hamalik dalam Saur Tampubolon (2013:140)
mengemukakan hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap,
serta keterampilan.Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Saur
Tampubolon (2013: 140) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
15
ditunjukkan dari suatu interaksi tindakan belajar, dan biasanya ditunjukkan dengan
nilai tes yang diberikan guru.Kemudian Mulyono Abdurrahman dalam Saur
Tampubolon (2013:140) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh siswa melalui kegiatan belajar.
Menurut H. Wina Sanjaya (2008:13) hasil belajar berkaitan dengan
pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang
direncanakan.Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah
merancang instrument yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa
mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pengertian dan uraian tentang hasil belajar diatas,
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang dapat
diperoleh siswa untuk mendapatkan prestasi dan mengetahui sejauh mana
pemahaman atau pengetahuan siswa, yang telah diukur melalui tes, serta dapat
dilihat dari perubahan prilakunya.
Sementara itu, Bloom dalam taksonominya terhadap hasil belajar pada tiga
ranah atau kawasan, yaitu (1) ranah kognitif (kognitive domain), (2) ranah afektif
(affective domain) dan (3) ranah psikomotorik (motor skills domain).Kawasan
kognitif mengacu pada respons intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman,
penerapan, dan evaluasi. Ranah afektif mengacu pada respons sikap, sedangkan
ranah psikomotor berhubungan dengan perbuatan fisik(dalam Uno.2008:210-211)
Hasil belajar digunakan guru untuk digunakan sebagai ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.Ukuran hasil belajar dapat diperoleh
dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai
kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu
gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu beruba
angka. Alat untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar
seperti meter, kilogram, liter dan sebagainya, termaksuk ukuran-ukuran subyektif
yang bersifat relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain (Endang
Poerwanti, 2008:1-4).
Hasil dari pengukuran pencapaian Kompetensi Dasar dipergunakan sebagai
dasar perskoran atau evaluasi.Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa inggris).
16
Menurut davies dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:190-191) mengemukakan bahwa
evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan skor kepada sejumlah
tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang
lain. Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Dimyati dan Mdjiono (2006:191)
pengertian evaluasi dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau
menentukan skor kepada objek tertentu. Naniek SulistyaWardani dkk, (2010:2.8)
mengartikannya bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi warna atau
menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil
pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses
dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau
ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Krteria tersebut dapat berupa proses atau
kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal), atau batas keberhasilan, kriteria tersebut dapat juga berupa kemampuan
rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa
batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak
disebut dengan Peskora Acuan Patokan, atau Peskoran Acuan Kriteria (PAP/PAK),
sedang kriteria yang ditentukan kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada
keadaan kelompok dan bersifat relative disebut dengan Peskoran Acuan
Normal/Peskoran Acuan Relatif (PAN/PAR).
2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi
dua golongan yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang meliputi
Slameto dalam Saur Tampubolon (2013: 142) :
1) Faktor biologis, yang meliputi kesehatan, gizi, pendengaran, dan penglihatan.
Jika salah satu faktor biologis terganggu, hal itu akan mempengaruhi hasil
belajar.
2) Faktor psikologis, yang meliputi inteligensi, minat dan motivasi, serta
perhatian ingatan berpikir.
3) Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan
jasmani ditandai dengan lemah tubuh, lapar, haus, dan menmgantuk.
17
4) Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kebosanan sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu dari dalam diri
siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.Menurut
Slameto (2010: 56-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah,
psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.Kedua faktor yang ada sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah fisiologis dan psikologis yang terdiri dari
motivasi, minat, kebiasaan dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah
lingkungan dan instrumental yang terdiri dari lingkungan keluarga (suasana rumah
dan keadaan ekonomi), sekolah (model mengajar dan alat peraga yang digunakan)
dan masyarakat (teman bergaul). Keduanya dapat diminimalisir apabila guru
dalam hal ini selaku pendidik mampu dan mau berusaha mengorganisir atau
mengelola proses belajar mengajar yang tidak hanya dilakukan di dalam kelas
saja.
2.4 Pengertian Minat Belajar
Menurut pengertian yang paling mendasar , minat berarti sibuk , tertarik
atau terlibat sepenuhnya dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya
kegiatan itu. minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan
antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut semakin besar minat.
Minat sebagai salah satu faktor internal psikologis yang mempengaruhi
kualitas pencapaian prestasi belajar, minat tidak muncul dengan sendirinya, akan
tetapi banyak farktor yang menyebabkan minat dalam diri siswa itu timbul
terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh guru bidang studi. Beberapa
18
factor yang mempengaruhi minat antara lain adalah motivasi, belajar, bahan
pelajaran, guru, keluarga, dan pengaruh teman sebaya dan teman sepergaulan.
Menurut Sukardi dalam Ahmad Susanto (2012:57), minat dapat diartikan
sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu.
Menurut Sardiman dalam Ahmad Susanto (2012:57) minat adalah suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi
yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri.
Menurut Bloom dalam Ahmad Susanto (2012:59) minat adalah apa yang
disebutnya sebagai subject-related offect, yang didalamnya termasuk minat dan
sikap terhadap materi pelajaran.
Menurut Slameto (2003:57) minat adalah kecendrungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.
Berdasarkan berbagai definisi yang diuraikan oleh para ahli tentang minat
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat merupakan sesuatu keinginan atau
kemauan yang tidak dapat dipaksakan, dan minat itu merupakan rasa ketertarikan
terhadap sesuatu hal yang menurutnya menarik.
2.4.1 Faktor Mempengaruhi Minat Belajar
Minat merupakan factor yang sangat penting dalam kegiatan belajar siswa.
Suatu kegiatan belajar yang dilakukan tidak sesuai dengan minat siswa akan
memungkinkan berpengaruh negatif terhadap hasil belajar siswa yang
bersangkutan. Dengan adanya minat dan tersedianya ransangan yang ada sangkut
pautnya dengan diri siswa, maka siswa akan mendapatkan kepuasan batin dari
kegiatan belajar tadi.
Dalam dunia pendidikan disekolah, minat memegang peranan penting
dalam belajar.Karena minat ini merupakan suatu kekuatan motivasi yang
menyebabkan seseorang memusatkan perhatian terhadap seseorang, suatu benda,
atau kegiatan tertentu. Dengan demikian, minat merupakan unsur yang
mengerakan motivasi seseorang sehingga orang tersebut dalam berkonsentrasi
terhadap suatu benda atau kegiatan tertentu. Dengan adanya unsur minat belajar
19
pada diri siswa, maka siswa akan memusatkan perhatiannya pada kegiatan belajar
tersebut. Dengan demikian, minat merupakan factor yang sangat penting untuk
menunjang kegiatan belajar siswa. Kenyataan ini juga diperkuat oleh beberapa
pendapat yaitu:
Menurut Sardiman dalam Ahmad Susanto (2012:66) menyatakan bahwa
proses belajar itu akan belajar lancar kalo disertai dengan minat.
Menurut William James dalam Ahmad Susanto (2012:66) menyatakan
bahwa minat belajar merupakan faktor utama yang menentukan derejat keaktifan
belajar siswa.Jadi, dapat ditegaskan bahwa factor minat ini merupakan factor yang
berpengaruh secara singnifikan terhadap keberhasilan belajar.
Menurut beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah kegiatan dalam pembelajaran
yang kurang bervariasi sehingga tidak menarik bagi siswa menyebabkan siswa
tidak berminat untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
2.4.2 Indikator Minat Belajar
Reber dalam Syah (1995:136) mengemukakan bahwa minat mempunyai
ketergantungan pada faktor internal seperti perhatian, kemauan dan kebutuhan.
1. Perhatian
Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dalam
hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut Surya
Brata (2007:14), perhatian dalam belajar yaitu pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktifitas seseorang yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek
belajar.
2. Kemauan
Kemauan yaitu kondisi dimana seorang siswa cenderung untuk melakukan
sesuatu aktifitas tanpa adanya paksaan.
20
3. Kebutuhan
Menurut Surya Brata (2007:70) kebutuhan (motip) yaitu keadaan dalam
diri pribadi seorang siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas-aktifitas
tertentu guna untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa unsur yang
mendasari minat belajar yaitu perhatian, kemauan dan kebutuhan. Unsur-unsur
inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2.4.3 Angket
Menurut Eko Putro Widoyoko (2014:154) angket atau kuesioner
merupakan salah satu bentuk instrument penilaian yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada siswa untuk
diberikan respon sesuai dengan keadaan siswa. Angket ini adalah angket yang
berbentuk skala lajuan (Rating Scale) alternatif jawabannya merentang mulai dari
selalu, sering, kadang-kadang, pernah sampai tidak pernah.
2.5 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Pertama penelitian yang dilakukan oleh Trias Inditika dengan judul
“penerapan model cooperative script untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran mata pelajaran IPS kelas IV SDN Kebonagung
06 Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.Hasil penelitian yang menunjukan
bahwa pembelajaran IPS materi “koerasi” meningkat ketika diterapkan model
pembelajaran cooperative script. Rata-rata aktivitas pada siklus I 70,80 dan rata-
rata pada siklus II 90,31. Pada siklus I dan II rata-rata aktivitas siswa mengalami
peningkatan 19,51. Hasil belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi
“koperasi” meningkat setelah diterapkan model pembelajaran cooperative script.
Rata-rata hasil belajar pada siklus I 70,80 dan rata-rata pada siklus II 90,31. Pada
siklus I dan II rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan 19,51. Hasil
belajar siswa kelas IV dalam belajar IPS materi “koperasi” meningkat setelah
diterapkan model pembelajaran cooperative script. Rata-rata hasil belajar pada
siklus I 74,83 dan pada siklus II 85,33. Pada siklus I dan II rata-rata hasil belajar
siswa mengalami peningkatan 10,50. Ketuntasan siswa kelas III pasa siklus I 19
(63%) siswa, dan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 11 (37%) siswa.Pada
21
pada siklus II siswa yang tuntas 30 (100%) hasil belanjar siswa dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan 37%. Nilai ketuntasan yang diperoleh pada
siklus II sudah melebihi dari nilai KKM yang ditentukan yaitu 75, maka dapat
disimpulkan bahwa siswa kelas IV SDN Kebonagung 06 dalam belajar IPS materi
“koperasi” tuntas belajar sedangkan kelebihannya adalah dapat meningkatkan
ketuntasan siswa sehingga 100%, yang mulanya hanya tuntas 10%.
Kedua penelitian yang dilakukan oleh Delita tahun 2010 dengan judul
”peningkatan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran cooperative script
dengan media gambar pada siswa kelas IV SDN Mangunsari 01 salatiga tahun
ajaran 2010/2011”. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan rata-rata hasil tes
siklus I diketahui 76,10 dan hasil tes siklus II rata-rata78,8. Ditinjau dari
pencapaian ketuntasan belajar siswa pada siklus 1 diperoleh 80% dan siklus 2
diperoleh 92%.Dengan demikian, ketuntasan belajar siswa mengalami
peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dikarenakan dalam
pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative script.
Berdasarkan analisis judul yang pernah digunakan para peneliti diatas
bahwa model cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan
analisis tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative script untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS dan minat belajar siswa di SDN Kutowinangun 08 semester I
tahun Ajaran 2016/2017.
22
2.6 Kerangka Pikir
2.1 bagan Kerangka Pikir
Pembelajaran IPS
Konvensional
Guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah
Guru tanya jawab dengan siswa
tentang materi hari ini
Guru membagi siswa kedalam
kelompok yang terdiri dari 5 siswa
Salah satu siswa mewakili kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompok
mereka
Siswa yang lain menangapi
Siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan tentang pembelajaran
hari ini
Pembelajaran cooperative script
Siswa menyimak penjelasan guru
Siswa membuat kelompok
Guru membagi LKS
Guru dan siswa menentukan siapa
yang berperan sebagai pembaca dan
sebaliknya
Siswa yang lain menanggapi atau
menambah materi atau ide yang kurang
lengkap
Siswa mempresentasikan hasil
ringkasan atau ide dengan bergantian
Siswa melakukan penegasan terhadap
materi yang telah dipelajari dengan
bimbingan dari guru
Preetest Preetest
Postest Posttest
Hasil belajar
dan minat belajar
23
2.7 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas maka dapat di rumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
1. Apakah model cooperative script lebih efektif terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas III ?
2. Apakah model cooperative script dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas
III ?