Post on 23-Nov-2020
25
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Produksi
Produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya
seorang pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan
mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan
sejumlah produksi tertentu, seefisien mungkin. Produksi adalah suatu proses
mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah.
Penentuan kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat
efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi optimal. Setiap faktor
produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh seseorang.
Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai
balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat
gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan
keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang
diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada
harga dan jumlah masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah
pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut
(Sukirno, 2002: 26-27).
26
2.1.2 Perusahaan
Perusahaan merupakan sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah
sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan
masyarakat. Perusahaan juga merupakan sumber penghasilan bagi banyak
orang. Semakin banyak pengusaha yang mengembangkan perusahaan atau
membuka usaha baru, semakin banyak pekerja yang memperoleh
penghasilan. Semakin banyak perusahaan yang berhasil meningkatkan
produktivitas, semakin banyak pekerja yang memperoleh peningkatan
penghasilan. Dengan demikian, pendapatan nasional dan kesejahteraan
masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan produktivitas perusahaan
harus dapat meningkatkan kesejahteraan bersama, yaitu kesejahteran
pengusaha dan kesejahteraan pekerja. Pekerja yang ingin memperoleh upah
lebih tinggi harus siap meningkatkan produktivitas kerjanya (Sumanto,
2014:14-15).
Perusahaan merupakan bentuk usaha yang dijalankan dengan tujuan
mencari keutungan atau tidak, baik milik swasta maupun negara yang
mempekerjakan pekerja, sedangkan usaha sosial dan usaha lain yang tidak
berbentuk perusahaan dipersamakan dengan perusahaan apabila mempunyai
pengurus dan mempekerjakan orang lain sebagaimana layaknya perusahaan
mempekerjakan pekerja (Haryani, 2002: 181).
Untuk mendukung kelancaran operasi perusahaan dan pemahaman
hak dan kewajiban masing-masing pihak, perusahaan kemudian menyusun
peraturan perusahaan. Peraturan perusahaan adalah suatu peraturan yang
dibuat secara tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan tentang syarat-
27
syarat kerja serta tata tertib perusahaan. Perbedaanya dengan perjanjian
kerja yaitu dalam peraturan perusahaan terdapat tata tertib perusahaan,
selain itu syarat-syarat kerjanya yang dimuat lebih lengkap. Peraturan
perusahaan dimaksudkan sebagai landasan bagi perusahaan untuk membuat
perjanjian (Haryani, 2002:180).
2.1.3 Koperasi Unit Desa
Kopersi Unit Desa adalah organisasi ekonomi yang merupakan
wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan
yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat pedesaan itu sendiri serta
memberikan pelayanan kepada anggotanya dan masyarakat pedesaan.
Koperasi unit desa dalam fungsinya sebagai pusat pelayanan berbagai
kegiatan perekonomian pedesaan memiliki fungsi-fungsi yaitu perkreditan,
penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi barang-barang keperluan
sehari-hari dan jasa-jasa lainnya, pengelolaan dan pemasaran hasil-hasil
produksi, dan kegiatan perekonomian lainnya seperti perdagangan,
pengangkutan dan sebagainya (Sudarsono, 2000: 15).
Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan salah satu pilar
perekonomian yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian
nasional. Namun, sejak dikeluarkan Inpres No. 18 Tahun 1998, KUD tidak
lagi menjadi koperasi tunggal di tingkat kecamatan. Program-program
pemerintah untuk membangun masyarakat pedesaan, seperti distribusi
pupuk, benih, dan pengadaan gabah sekarang dilakukan melalui KUD.
Mengembalikan peran kunci KUD, merupakan konsekuensi tuntutan
pembangunan ekonomi kerakyatan. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip
28
dan nilai-nilai koperasi untuk mensejahterakan anggota serta masyarakat
pedesaan, termasuk membantu berbagai program pemerintah dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dinyatakan oleh Anoraga (2002:27), bahwa Koperasi Unit Desa
sebagai pusat pelayanan dan kegiatan perekonomian pedesaan memiliki dan
melakukan fungsi sebagai berikut:
1. Perkreditan, untuk keperluan produksi dan penyediaan kebutuhan modal
kerja usaha bagi anggota KUD dan bagi warga desa umumnya.
2. Penyediaan dan penyaluran sarana-sarana produksi seperti sarana
sebelum dan sesudah panen, sarana produksi untuk keperluan produksi
kerajinan dan sebagainya, penyediaan dan penyaluran barang-barang,
keperluan sehari-hari khususnya sembilan bahan pokok dan jasa lainnya.
3. Pengelolaan dan pemasaran hasil produksi industri dan sebagainya dari
para anggota KUD dan warga umumnya.
4. Kegiatan perekonomian lainnya seperti perdagangan dan pengangkutan.
Dalam melaksanakan tugasnya KUD harus benarbenar mementingkan
pemberian pelayanan kepada para anggota dan masyarakat, serta
menghindarkan kegiatan menyaingi kegiatan anggota sendiri.
2.1.4 Petani
Petani adalah seseorang laki-laki maupun perempuan yang secara
sendiri sebagai bagian dari sebuah rumah tangga yang selanjutnya disebut
sebagai keluarga batih, yang ikut tinggal satu atap dan makan satu dapur
sebagai bagian dari paguyuban maupun kelompok masyarakat hukum adat,
baik yang diam di Negara Republik Indonesia sebelum beradanya sebagai
kesatuan administrasi dan politik maupun sesudahnya, memiliki maupun
29
menguasai, mengawasi maupun mengelola dan mengerjakan sebagai buruh,
mengolah maupun mengembangkan sumber-sumber daya agrarian dengan
tenaga kerja serta daya cipta pikirannya dan asupan-asupan lainnya.
Sehingga menghasilkan sebagian maupun seluruh kebutuhan-kebutuhan
hidup yang digunakan untuk melangsungkan maupun mengembangkan diri
dan keturunannya dengan cara dikonsumsi, disimpan maupun ditukarkan
dengan berbagai kebutuhan lainnya agar semakin meningkatkan kelayakan
hidupnya, semakin memberikan arti akan keberadaannya sebagai manusia,
serta menjaga kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati kurnia
Tuhan penyelenggara Alam Semesta (Wahono, 2005:3).
Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan
usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di
bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian,
peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan pemungutan hasil
laut. Petani sebagai juru tani harus dapat mengatur, melaksanakan dan
mengawasi kegiatan usahataninya baik secara teknis maupun ekonomis.
Disamping itu, tersedianya sarana produksi dan peralatan akan menunjang
keberhasilan petani sebagai juru tani.
Petani pada umumnya merupakan orang yang melakukan usahatani
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seorang petani harus mampu
menghadapi berbagai resiko yang akan dihadapi dalam kegiatan
usahataninya. Maka diperlukan pengambilan keputusan yang sangat cermat
baik dalam pengelolaan modal, biaya serta hasil yang diperoleh yang
nantinya bertujuan untuk kesejahteraan petani dan keluarganya (Litti, 2014).
30
Menurut Mosher (1997:28), ada beberapa jenis petani yang ada di
Indonesia:
1. Petani Gurem, adalah petani kecil yang memiliki luas lahan 0,25 ha.
Petani ini merupakan kelompok petani miskin yang memiliki sumber daya
terbatas.
2. Petani Modern, merupakan kelompok petani yang menggunakan
teknologi dan memiliki orientasi keuntungan melalui pemanfaatan teknologi
tersebut. Apabila petani memiliki lahan 0,25 ha tapi pemanfaatan
teknologinya baik dapat juga dikatakan petani modern.
3. Petani Primitif, adalah petani dahulu yang bergantung pada sumber daya
dan kehidupan mereka berpindah-pindah.
Golongan petani di bagi menjadi tiga yaitu :
1. Petani Kaya : yakni petani yang memiliki luas lahan pertanian 2,5 ha
lebih.
2. Petani Sedang : petani yang memiliki luas lahan pertanian 1 sampai 2,5
ha.
3. Petani Miskin : petani yang memiliki luas lahan pertanian kurang dari 1
ha.
Mengingat negara Indonesia adalah negara yang mayoritas
penduduknya sebagai petani maka memiliki beberapa bentuk pertanian
diantaranya:
1. Sawah, merupakan suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah
dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah
hujan maupun sawah pasang surut.
31
2. Tegalan, merupakan suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung
pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan
terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya
sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata.
Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk
ditumbuhi tanaman pertanian.
3. Pekarangan, merupakan suatu lahan yang berada di lingkungan dalam
rumah yang dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pertanian seperti
sayuran dan kacang-kacangan.
4. Ladang berpindah, merupakan suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di
banyak lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa
kali panen atau ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu
pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap.
5. Tanaman keras, merupakan suatu jenis varietas pertanian yang jenis
pertanianya adalah tanaman-tanaman keras seperti karet, kelapa sawit dan
coklat.
Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam famili Graminae,
subfamili Panicoideae, kelompok Andropogon dan genus Saccharum.
Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus
Saccharum sebab kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan
seratnya paling rendah. Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus,
tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi
batangnya dapat mencapai 3–5 meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan
lilin yang berwarna putih dan keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat
32
sewaktu batang masih muda. Ruas-ruas batang dibatasi oleh buku-buku yang
merupakan tempat duduk daun tebu. Di ketiak daun terdapat sebuah kuncup
yang biasa disebut “mata”. Bentuk ruas batang dan warna batang tebu yang
bervariasi merupakan salah satu ciri dalam pengenalan varietas tebu
(Wijayanti, 2008).
Menurut Tjitrosoepomo (1994) Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Glumiflorae
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
Daun tebu di ujung batang dan terpisah ke arah samping seiring
dengan pertumbuhan batang tebu. Daun tebu terdiri atas dua bagian, yaitu
pelepah daun (leaf sheath) dan helai daun (leaf blade). Pelepah daun
membungkus/membalut ruas batang. Pelepah-pelepah ini selain melindungi
bagian batang yang masih lunak, juga melindungi mata tunas. Duduk daun
batang berseling pada buku ruas yang berurutan. Helai daun berbentuk pita
yang panjangnya 1–2 meter dan lebarnya 2–7 cm. Tepi daun bergerigi kecil
dan banyak mengandung silikat (Wijayanti, 2008).
33
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Temuan Relevansi
1. Analisis Harga
Pokok Produksi
Gula Pada Petani
Tebu Rakyat Yang
Tergabung Dalam
Asosiasi Petani
Tebu Rakyat PG
Soedhono
Kabupaten Ngawi
Propinsi Jawa
Timur. Dari
Nasrodin Hasan,
Fakultas Sains Dan
Teknologi UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta Tahun
2006.
Dengan menghitung
besarnya biaya yang di
keluarkan oleh petani
rata-rata per hektar serta
hasil gula yang diterima
oleh petani maka dapat di
tentukan harga pokok
produksi rata-rata yang
akan di keluarkan oleh
petani. Dengan adanya
harga pokok tersebut
maka dapat di tentukan
besar keuntungan yang di
peroleh petani tebu.
Untuk menarik minat
petani tebu perlu di
lakukan berbagai langkah
seperti melakukan
inovasi dalam usaha tani,
menyediakan kredit dan
memperbaiki saluran
irigasi.
Penelitian yang
akan dilakukan
sekarang
mempunyai titik
fokus yang sama
yaitu produksi.
Akan tetapi pada
penelitian kali ini
bukan hanya soal
harga pokok untuk
petani tetapi lebih
tentang hubungan
produksi antara
petani tebu yang
tergabung dalam
KUD dengan
pabrik gula Kebon
Agung Malang.
2. Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Produksi Gula Di
Pg Pagottan. Dari
Tutik Widarwati.
Program Studi
Manajemen
Agribisnis
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian
Bogor tahun 2008
Faktor-faktor yang
diduga mempengaruhi
produksi gula di PG
Pagottan, yaitu jumlah
tebu, rendemen, jam
mesin, tenaga kerja tetap,
tenaga kerja musiman,
bahan pembantu, dan
lama giling. Faktor yang
paling mempengaruhi
adalah jumlah tebu yang
erat kaitannya dengan
Petani tebu serta
Koperasi unit desa.
Penelitian yang
dilakukan sekarang
sama dengan
penelitian yang
dilakukan
sebelumnya. Akan
tetapi penelitian
yang dilakukan
sekarang lebih
fokus hanya pada
satu faktor yaitu
jumlah pasokan
tebu sehingga
berpengaruh pada
proses produksi
pabrik gula Kebon
Agung Malang
3. Tanggung Jawab
Pabrik Gula
Trangkil dalam
Kerjasama dengan
Petani Tebu
Tanggung jawab pabrik
gula Trangkil dalam
kerja sama dengan petani
tebu rakyat di Trangkil
Kabupaten Pati
Penelitian sekarang
ini sama fokusnya
tentang perusahaan
dengan petani tebu,
akan tetapi
34
Rakyat di Trangkil
Kabupaten Pati.
Dari Jurnal Ema
Bela Ayu
Wardani.
Mahasiswa jurusan
Hukum Perdata
Dagang. Fakultas
Hukum.
Universitas
Diponegoro.
Tahun 2013
menunjukkan adanya
pola hubungan yang
sangat erat antara pabrik
gula trangkil dengan
petani tebu rakyat. Pola
interaksi yang sangat erat
antara perusahaan
dengan petani tebu,
terwujud karena kedua
belah pihak saling
memberikan manfaat
antara satu dengan yang
lainnya untuk
menghasilkan gula
dengan kualitas yang
baik. Perusahaan sebagai
pengelola tebu yang di
dukung dengan teknologi
sehingga tebu dapat
terlolah menjadi gula
sedangkan petani tebu
rakyat sebagai pemasok
tebu untuk produksi gula
perusahaan.
perbedaanya
dengan penelitian
sebelumnya yaitu
tentang tanggung
jawab, sedangkan
penelitian yang
akan dilakukan
sekarang yaitu
tentang hubungan
produksi yang
akan membahas
antara perusahaan
dengan KUD
petani tebu.
Tempat penelitian
berbeda dengan
penelitian
sebelumnya.
Penelitian
sebelumnya di
lakukan di Pabrik
Gula Trangkil
Kabupaten Pati,
dan penelitian
yang akan
dilakukan sekarang
yaitu di Pabrik
Gula Kebon
Agung Malang.
2.3. Teori George Caspar Homans tentang Pertukaran Sosial
Teori yang akan digunakan dalam menganalisa penelitian ini adalah
teori pertukaran sosial yang digagas oleh George Caspar Homans. George
Ritzer menjelaskan gagasan George Caspar Homans tentang teori pertukaran
sosial sebagai berikut:
Homans memandang perilaku sosial sebagai pertukaran
aktivitas, ternilai ataupun tidak dan kurang lebih menguntungkan atau
mahal bagi dua orang yang saling berinteraksi. Teori pertukaran ini
berusaha menjelaskan perilaku sosial dasar berdasarkan imbalan dan
biaya. Homans mengakui bahwa sosiologi ilmiah memerlukan
kategori dan skema konseptual namun sosiologi ilmiah pun
memerlukan serangkain proposisi tentang hubungan antar kategori,
tanpa proposisi-proposisi tersebut penjelasan mustahil akan dilakukan
35
karena tidak ada penjelasan tanpa proposisi. Homans tidak
menyangkal pandangan Durkheim bahwa sesuatu yang baru dapat
muncul dari interaksi. Namun, Ia beragumen bahwa hal-hal yang baru
muncul tersebut dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip psikologi.
Dalam karya teoritisnya, Homans membatasi dirinya pada interaksi
sosial sehari-hari. Namun, ia juga sangat percaya bahwa sosiologi
yang terbangun dari prinsip-prinsip ini pada akhirnya akan mampu
menjelaskan semua perilaku sosial.
Berdasarkan pada temuan-temuan B.F Skinner, Homans lalu
mengembangkan beberapa proposisi yang merupakan inti dari teori pertukaran
sosial. Proposisi-proposisi tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Proposisi Sukses
Jika seseorang sering melakukan suatu tindakan dan orang tersebut
mendapatkan imbalan dari apa yang ia lakukan, maka makin besar
kecenderungan ia akan melakukannya pada waktu yang akan datang.
Secara umum perilaku yang selaras dengan proposisi sukses meliputi
tiga tahap yaitu tindakan seseorang, hasil yang diberikan dan pengulangan
tindakan asli atau minimal tindakan yang dalam beberapa hal menyerupai
tindakan asli.
Homans mencatat bahwa ada beberapa hal khusus terkait dengan
proposisi sukses. Pertama, meskipun secara umum benar bahwa imbalan yang
semakin sering dilakukan mendorong peningkatan frekuensi tindakan. Situasi
timbal balik ini mungkin berlangsung tanpa batas. Dalam beberapa hal individu
sama sekali tidak dapat terlalu sering berbuat seperti itu. Kedua, semakin
pendek interval antara perilaku dan imbalan, semakin besar kecenderungan
seseorang melakukan perilaku tersebut. sebaliknya semakin panjang interval
antara perilaku dan imbalan memperkecil kecenderungan melakukan perilaku
tersebut. Intinya adalah imbalan tidak teratur yang diberikan kepada seseorang
36
menyebabkan berulangnya perilaku, sedangkan imbalan yang teratur justru
membuat masyarakat menjadi bosan dan muak melakukan hal yang sama pada
waktu yang akan datang.
b. Proposisi Stimulus
Jika pada masa lalu terjadi stimulus tertentu, atau serangkaian
stimulus adalah situasi dimana tindakan seseorang diberikan imbalan, maka
semakin mirip stimulus saat ini dengan stimulus masa lalu tersebut semakin
besar kecenderungan orang tersebut mengulangi tindakan yang sama atau
yang serupa.
Homans tertarik pada proses generalisasi yaitu kecenderungan untuk
memeperbanyak perilaku pada situasi serupa. Namun, beliau juga berpendapat
bahwa proses diskriminasi juga penting. Seorang actor menjadi teralalu sensitif
terhadap rangsangan khususnya jika rangsangan itu sangat bernilai baginya.
Sebaliknya actor akan dapat merespon rangsangan yang tidak relevan, paling
tidak sampai situasinya dibenahi oleh kegagalan yang berulang. Semua itu
dipengaruhi oleh kewaspadaan individu atau perhatian mereka terhadap
rangsangan.
c. Proposisi Nilai
Semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin cenderung
ia melakukan tindakan serupa.
Dalam proposisi ini Homans memperkenalkan konsep imbalan dan
hukuman. Imbalan adalah tindakan yang bernilai positif. Meningkatnya
imbalan lebih cenderung melahirkan perilaku yang diingkan. Hukuman adalah
tindakan yang bernilai negatif. Meningkatnya hukuman berarti bahwa aktor
37
kurang cenderung menampilakan perilaku-perilaku yang tidak diingkan.
Homans menganggap bahwa hukuman sebagai cara yang tidak memadai untuk
menggiring orang mengubah perilaku mereka.
d. Proposisi Kelebihan dan Kekurangan
Jika pada saat tertentu, orang makin sering menerima imbalan
tertentu, maka makin kurang bernilai imbalan yang selanjutnya diberikan
kepadanya.
Dalam hal ini Homans mendefinisikan dua konsep kritislain yaitu
ongkos dan keuntungan. Ongkos didefinisikan sebagai imbalan yang hilang
dalam alur tindakan alternatif yang sedang berlangsung. Keuntungan dalam
pertukaran sosial dipandang sebagai jumlah imbalan yang lebih besar daripada
biaya yang dikeluarkan. Keuntungan menggiring Homans mengubah proposisi
kelebihan-kekurangan menjadi “semakin besar keuntungan yang diterima
sebagai akibat dari tindakan, semakin cenderung seseorang menjalankan
tindakan tersebut.”
e. Proposisi Agresi Pujian
Proposisi A: Ketika tindakan seseorang tidak mendapatkan imbalan yang
diharapkan, atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah,
ia cenderung berperilaku agresif dan akibat dari perilaku tersebut menjadi
lebih bernilai untuknya.
Proposisi B: Ketika tindakan seseorang menerima imbalan yang
diharapkannya, khususnya imbalan yang lebih besar dari yang diharapkannya,
atau tidak mendapatkan hukuman yang diharapkannya ia akan senang. Ia
38
lebih cenderung berperilaku menyenangkan dan hasil dari tindakan ini lebih
bernilai baginya.
Kita akan terkejut ketika menemukan konsep frustasi dan amarah
dalam karya Homans karena dua konsep tersebut tampaknya merujuk pada
kondisi mental. Sebaliknya Homans mengakui bahwa ketika seseorang tidak
mendapatkan apa yang ia harapkan, ia dikatakan sebagai frustasi dari harapan-
harapan tersebut tidak harus “hanya” merujuk pada kondisi internal, namun
bisa merujuk pada “peristiwa-peristiwa yang sepenuhnya eksternal” yang tidak
hanya dapat diamati oleh individu tersebut namun juga oleh orang luar.
f. Proposisi Rasionalitas
Ketika seseorang memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih
tindakan sebagaimana yang dipersepsikannya kala itu jika nilai hasilnya
dikalikan dengan probabilitas keberhasilan, maka hasilnya adalah lebih besar.
Jika proposisi sebelumnya banyak bersandar dari behaviorisme
(perilaku sosial). Proposisi rasionalitas secara gambling menunjukkan
pengaruh teori pilihan rasional pendekatan Homans. Pada dasarnya, orang
menelaah melakukan kalkulasi atas sebagai tindakan alternatif yang tersedia
baginya. Mereka membandingkan jumlah imbalan yang diasosiasikan dengan
setiap tindakan. Mereka pun mengkalkulasikan kecenderungan bahwa mereka
benar-benar akan menerima imbalan. Imbalan yang bernilai tinggi akan hilang
nilainya jika aktor menganggap bahwa itu semua cenderung tidak akan mereka
peroleh. Sebaliknya, imbalan yang bernilai rendah akan mengalami
pertambahan nilai jika semua itu dipandang sangat mungkin diperoleh. Jadi
terjadi interaksi antara nilai imbalan dengan kecenderungan diperolehnya
39
imbalan. Imbalan yang paling diinginkan adalah imbalan yang sangat bernilai
dan sangat mungkin tercapai. Imbalan yang paling tidak diinginkan adalah
imbalan yang paling tidak bernilai dan cenderung tidak mungkin diperoleh.
Beliau juga beragumen bahwa struktur skala besar dapat dipahami jika kita
memahami secara baik perilaku sosial dasar. Menurutnya proses pertukaran
identik pada level masyarakat terdapat proses kombinasi fundamental yang
lebih kompleks (Ritzer, 2012: 714-723).