Post on 17-Mar-2019
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakfak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang
penduduknya sebagian besar memeluk agama Islam. Dalam sejarah Fakfak
banyak mencatat perjalanan masuk dan berkembangnya tiga agama besar, yaitu:
Islam, Katolik dan Protestan, ketiga agama ini dianggap sebagai agama keluarga.
Tradisi agama keluarga diyakini bahwa meskipun dalam satu keluarga ada
perbedaan agama, tetapi mereka merasa harus tetap menjadi satu keluarga yang
utuh. Masyarakat tidak ingin perbedaan agama menjadi problem dan isu bagi
masyarakat Fakfak yang dengannya dapat memicu terpecah belahnya hubungan
kekerabatan dan persaudaraan yang telah lama terbentuk. Kesadaran akan
perbedaan keyakinan di masyarakat menyebabkan mereka tetap memegang teguh
budaya (tradisi) kekeluargaan dan nilai luhur dalam masyarakat serta tidak terlalu
ekstrim dalam menjalankan ibadah.1Masyarakat Fakfak pada umumnya berprinsip
bahwa, inti pengajaran semua agama adalah sama yaitu mengajarkan kebaikan
agar kehidupan tentram dan damai, sehingga masalah agama jangan dicampur
adukkan dengan adat istiadat. Warisan budaya dari para leluhur inilah yang
menjadikan sebagian masyarakat daerah perkampungan atau pedalaman Fakfak
masih berpegang teguh pada adat dan warisan budaya nenek moyangnya dan
sangat fanatik dengan apa yang telah disampaikan oleh nenek moyang ataupun
1 Saidin Ernas dkk, “Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak di
Propinsi Papua Barat”, Harmoni: jurnal Multikultural dan Multireligius, Vol. 13, No. 1 (Januari –
April 2014). hlm. 27
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
tetua adat.2Mereka meyakini bahwa Ibadah atau rutinitas keagamaan hanya
sekedar kebiasaan turun temurun bahkan tidak meyakininya sebagai suatu
kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya, ibadah wajib yang seharusnya
merupakan kewajiban untuk ditunaikan, dilakukan menurut keinginan dan
kehendak masing-masing individu. Masyarakat meyakini bahwa tanpa harus
mempelajari ilmu agama, mereka telah terlahir dalam keadaan Islam dan berasal
dari keturunan yang beragama Islam. Maka tak heran bila masyarakat di
pedalaman Fakfak ini acuh tak acuh untuk mempelajari atau bahkan enggan
melaksanakan ajaran Agama. Di antara tradisi dan kebiasaan yang berakaitan
dengan urusan keagamaan antara lain dalam hal kriteria imam Masjid. Imam
masjid memiliki posisi dan peran yang sangat penting dalam masyarakat terutama
di daerah pedalaman Fakfak. Masyarakat mempercayai, mentaati dan mengikuti
apa yang dikatakan dan apa yang disampaikan oleh Imam, seorang Imam masjid
lebih berhak dalam segala pengurusan masjid sehingga pelajaran dan pengajaran
berupa pengetahuan agama atau ajakan untuk melakukan kewajiban agama yang
disampaikan dari selain keturunan kampung tersebut maka akan ditolak dan
bahkan diusir dari kampung tersebut3. Imam masjid yang dijadikan panutan dan
teladan adalah yang telah ditunjuk dari hasil musyawarah oleh para leluhur di
kampung tersebut. Sehingga keluarga Imam-lah yang sampai detik ini
dipercayakan sebagai Imam masjid, pemimpin atau tokoh agama yang berhak
2 Suparto Iribaram, “Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk Patipi
Fakfak Papua”, Kumpulan Makalah Yang Dipresentasikan Pada The 11th Annual Conference on
Islamic Studies. Hlm. 140 3 Sutran Pattawara, wawancara, Jember, 7 Maret 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
dalam memimpin seluruh rangkaian kegiatan dan rutinitas keagamaan. Tradisi
inilah yang sampai saat ini menjadi salah satu factor terhambatnya proses dakwah
bagi pendakwah yang bukan berasal dari garis keturunan suku ini.4Kecenderungan
pola pikir masyarakat hanyalah mengutamakan kepentingan dunia dan
mengabaikan kepentingan akhirat, yang terpenting adalah mereka muslim dan
tanpa harus menunaikan kewajiban agama ataupun mendalaminya. Sehingga
keberadaan guru-guru agama di pedalaman Fakfak hanya sebagai symbol dan
bahkan tidak di butuhkan oleh masyarakat pedalaman.5Sifat sukuisme yang tinggi
dan fanatisme kekerabatan yang sangat menonjol menjadikan perbedaan
keyakinan dalam masyarakat Fakfak terhimpun dalam satu adat yang sama
sehingga mereka bersatu dalam sebuah semboyan “Satu Tungku Tiga Batu”. Tiga
batu diibaratkan sebagai tiga agama besar yang berada di Fakfak yaitu Islam,
Katolik dan Protestan. Semboyan ini bukan saja dimaknai dalam konteks
kehidupan beragama namun mencakup semua aspek kehidupan masyarakat.
melalui semboyan ini pula masyarakat baik di perkotaan maupun di pedalaman
memandang bahwa walaupun berbeda agama namun satu nenek moyang yang
disatukan dalam satu adat dan satu tradisi. Prinsip kekeluargaan dan persaudaraan
inilah yang dipegang teguh oleh masyarakat Fakfak hingga detik ini.6 Keunikan
problematika yang menghiasi lika-liku proses dakwah di pedalaman Fakfak,
menjadikan tantangan menarik bagi para aktivis dakwah baik perorangan maupun
4 Ibid.
5 Dawir, Wawancara, Jember 7 Maret 2016
6 Suprapto Iribaram. “Satu Tungku Tiga Batu: Kerjasama Tiga Agama Dalam Kehidupan Sosial di
Fakfak”. Yogyakarta: Tesis Magister pada Program Pascasarjana Antropoli Universitas Gadjah
Mada, 2011.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
kelompok. Sebut saja Hidayatullah, Yayasan Sosial As Salam, Yayasan Muslim
Asia (AMCF), Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) dan Organisasi dakwah
lainnya yang sampai saat ini masih tegar dan istiqomah dalam dakwah di tanah
pedalaman Fakfak. Setiap jengkal dakwah membutuhkan kesabaran dan
pengorbanan, dari titik inilah yang akan melahirkan berbagai strategi yang tepat,
guna mengatasi dan meminimilasir berbagai problematika dan fenomena yang
dihadapi.
Pijakan peneliti dalam melakukan riset ini bertolak dari Warisan para
leluhur masyarakat Fakfak yang telah menanamkan nilai-nilai toleransi hingga
kini yang merupakan hasil dari akulturasi antara adat dan agama. Warisan tersebut
di atas sangat terjaga, bersifat sensitif dan sangat dikultuskan oleh masyarakat
pedalaman Fakfak, terkhusus masalah-masalah yang berkaitan dengan agama atau
dakwah. Sebuah proses dakwah yang tidak disertai dengan strategi yang matang
maka akan sangat mengusik dan yang terjadi adalah gesekan. Oleh karenanya
penelitian ini terfokuskan pada bagaimana proses dan strategi dakwah yang
ditempuh oleh juru dakwah di Kampung Ugar. Kampung ini berasal dari
pertuanan Sekar Kabupaten Fakfak Papua Barat yang memiliki banyak keunikan
dan kekayaan alam dan hisyori.
B. Identifikasi Dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah yang dapat dimunculkan dalam penelitian ini,
berdasarkan alur latar belakang di atas antara lain:
1. Tradisi Masyarakat Fakfak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Masyarakat Fakfak pada umumnya terdiri dari Sembilan pertuanan dan
terdiri dari berbagai jeniss suku, diantara suku-suku yang terkenal antara lain suku
Mbaham, Matta dan Irarutu jika dirunut asal usul nenek moyangnya berasal dari
satu keluarga. Keanekaragaman suku, bahasa dan kondisi geografis di Fakfak
menjadi salah satu faktor sebagian kampung atau masyarakat pedalaman Fakfak
masih teguh pada prinsip-prinsip akan warisan leluhur tersebut sekalipun prinsip
yang menjadi pedoman dan gaya hidup mereka bersinggungan dengan Agama.
Anggapan mereka bahwa semua pengetahuan yang bersinggungan dengan tradisi
dan adat leluhur atau yang tidak berasal dari nenek moyangnya adalah salah satu
faktor yang mengusik dan mengganggu tradisi.
2. Nilai-nilai kekerabatan Masyarakat Fakfak
Kesembilan pertuanan di Kabupaten Fakfak ini berasal dari satu keluarga
dan satu kekerabatan, sehingga melahirkan nilai-nilai toleransi antar sesama
dalam segala lini kehidupan baik kehidupan beragama dan bermasyarakat
sehingga menciptkan nilai-nilai kearifan yang dijunjung tinggi. Toleransi dan sifat
sukuisme tersebut tertuang dalam tiga pilar yang merupakan simbol persatuan
masyarakat Fakfak yang dikenal dengan “Satu Tungku Tiga Batu”. Kondisi inilah
yang sekiranya dipelajari dan dan dikaji akan pemaknaan dari sebuah nilai
kekerabatan di Fakfak.
3. Agama masyarakat Fakfak
Serambi Mekkah-nya Papua adalah julukan yang diberikan kepada Fakfak,
disebabkan mayoritas penduduk pribuminya memeluk agama Islam. Islam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
merupakan agama para raja-raja yang merupakan leluhur masyarakat Fakfak. Tak
dapat dipungkiri bahwa agama lainnya yakni Protestan dan Katolik diantara
agama leluhur sebagian masyarakat Fakfak. Oleh karenanya ketiga agama ini
disebut pula dengan “Agama Keluarga” yaitu agama turun temurun atau agama
warisan. Sebagaimana halnya tradisi, agama keluarga yang turun temurun tersebut
sangat dipegang teguh dan terjaga nilai-nilai warisannya. Hubungan kekeluargaan
yang erat dan ajaran agama menjadikan suatu kesatuan yang tak mungkin dapat
terpisahkan sehingga akulturasi dari keduanya melahirkan nilai-nilai toleransi
yang tinggi di masyarakat Fakfak. Tak heran bila dalam satu keluarga terdapat
tiga agama, saling tolong menolong dan bergotong royong dalam kehidupan
bermasyarakat yang melibatkan seluruh komponen penganut agama, baik umat
Muslim dan Kristiani, Hindu maupun Budha. Sebuah dakwah bila dapat
dipadukan dan dikolaborasikan dengan tradisi setempat maka tak menutup
kemungkinan masyarakat Fakfak akan menerima dan memahami setiap perbedaan
dari luar yang menghiasi kearifan lokal masyarakat di Kabupaten Fakfak.
4. Dakwah dan penyebarannya
Keunikan kabupaten Fakfak akan kearifan lokalnya mengundang banyak
pemerhati aktivis dakwah di “Kota Pala”7. Berbagai yayasan, organisasi Islam di
Fakfak ataupun yang datangnya dari luar kota Fakfak yang telah meluangkan
waktu dan menyumbang jasanya dalam kegiatan dakwah. Dari sebagian besar da’i
yang telah mengenyam pahit getirnya medan dakwah di pedalaman Fakfak,
7 Julukan lain untuk Fakfak yang merupakan kota penghasil Pala
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
meninggalkan kesan dan pesan yang baik dan banyak pula yang meninggalkan
bekas sebaliknya. Membutuhkan pengorbanan ekstra untuk berdakwah di kota ini,
bila tidak memahami akan nilai-nilai, pemaknaan akan semboyan dan simbol-
simbol yang tersirat di dalamnya. Fenomena masyarakat di pedalaman Fakfak
memperlihatkan toleransi yang melintasi batas-batas agama dan budaya, sehingga
menimbulkan keterkaitan dan saling tarik menarik antara kepentingan agama dan
budaya. Kondisi dan fenomena ini yang hendaknya dikaji dan dipelajari oleh
setiap aktivias dakwah. Pada dasarnya masyarakat Fakfak sangat menerima
dakwah (agama Islam) yang merupakan agama leluhurnya bila sang da’i mampu
mengkolaborasikannya dengan tradisi setempat dalam sebuah strategi dakwah
yang tepat pula. Kampung Ugar di antara sekian banyak kampung yang
memerlukan perhatian dan pemahaman mendalam akan ajaran Islam yang benar
sudah tentu membutuhkan strategi jitu seorang juru dakwah dalam mengatasi
berbagai fenomena dan problematika dakwah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran dan identifikasi masalah
diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah sebagai
berikut:
Bagaimana proses dakwah di Kampung Ugar Kabupaten Fakfak Papua
Barat?
Adapun sub masalahnya adalah:
a. Apa saja problem yang dihadapi dalam proses dakwah?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
b. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh beberapa pendakwah
untuk mengatasinya?
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini adalah:
Mengetahui proses dakwah di Kampung Ugar Kabupaten Fakfak Papua
Barat yang meliputi:
a. Mendeskripsikan problem yang dihadapi dalam proses dakwah
b. Mengetahui strategi dakwah yang dilakukan oleh beberapa
pendakwah untuk mengatasinya
2. Manfaat Penelitian
Pada prinsipnya, penelitian dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi peneliti khususnya dan bagi dunia keilmuan pada umumnya. Secara
akademis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat:
a. Secara Teoritis: Diharapkan penelitian ini memberikan konstribusi
yang cukup signifikan dalam pelaksanaan dan pengembangan dakwah
di pedalaman Fakfak khususnya dan Papua secara umum. Melalui
penelitian ini pula dapat menjadi konstribusi pemikiran terhadap
khazanah kepustakaan Islam dengan menempatkannya sebagai bahan
bacaan yang berguna bagi masyarakat umum.
b. Secara Praktis: Penelitian ini turut memberikan sumbangan pemikiran
yang ilmiah dalam pelaksanaan dakwah di pedalaman Fakfak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
khususnya dengan memperhatikan latar dan kehidupan masyarakat
setempat sebelum berdakwah. Memberikan motivasi sekaligus
wawasan tentang dakwah di pedalaman Papua pada umumnya yang
memiliki keanekaragaman suku dan tradisi juga untuk melakukan
pengkajian lebih lanjut dalam upaya mengembangkan dan
menyempurnakan yang sudah ada.
E. Kerangka Teoritik
Guna memudahkan pengkajian dan penelitian ini diperlukan teori yang
membantu dalam penggalian data, pengolahan dan menganalisis serta
penyajiannya. Teori yang peneliti gunakan dalam melakukan riset ini adalah Teori
Interaksionisme Simbolik oleh George H. Mead yang diperkenalkan tahun 1934
di Universitas Chicago Amerika Serikat. Interaksionisme simbolik pada umumnya
berakar pada filsafat pragmatisme (karya John Dewey) dan behaviorisme
psikologis (John. B. Watson). Orientasi khusus interaksionisme simbolik
mengarah pada kapasitas mental aktor dan hubungannya dengan tindakan dan
interaksi. Semuanya dipahami dari sudut proses; ada kecenderungan melihat aktor
dipaksa oleh keadaan psikologis internal atau oleh kekuatan struktural berskala
luas.
Teori terpenting dalam interaksionisme simbolik adalah teori George H.
Mead. Yang paling mendasar meliputi empat tahap yang berhubungan secara
dialektis: Impuls, Persepsi, Manipulasi, Konsumasi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
1. Impuls (impulse/dorongan Hati) yaitu: stimulasi atau rangsangan
spontan yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi aktor
terhadap rangsangan dan kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap
rangsangan itu. Contohnya rasa lapar, pada kondisi ini manusia tidak
hanya mempertimbangkan situasi kini tetapi juga pengalaman masa
lalu dan mengantisipasi akibat di masa depan. Impuls berhubungan
secara menyeluruh yang melibatkan aktor dan lingkungan.
2. Persepsi (perception), yaitu: aktor menyelidiki dan beraksi terhadap
rangsangan yang berhubungan dengan impuls yakni aktor tidak secara
spontan menaggapi stimuli dari luar tetapi memikirkannya dan
menilainya melalui bayangan mental. Manusia secara aktif memilih
ciri-ciri rangsangan dan memilih di antara sekumpulan rangsangan
mana yang perlu diperhatikan dan mana yang harus diabaikan.
3. Manipulasi (manipulation), yaitu: mengambil tindakan berkenaan
dengan objek setelah memahami akan dirinya dan objek. Yakni
tindakan yang diambil aktor setelah menguji berbagai macam hipotesis
tentang apakah yang akan terjadi kemudian.
4. Konsumasi (consumation), yaitu: tahap pelaksanaan atau mengambil
dan memutuskan tindakan yang memuaskan dorongan hati yang
sebenarnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Menurut John Baldwin (1986) keempat tahap ini saling merasuk sehingga
membentuk sebuah proses organis dan setiap bagian mempengaruhi bagian lain.8
Tindakan sosial melibatkan dua orang atau lebih dan mekanisme dasar tindakan
sosial adalah isyarat9. Binatang dan manusia mampu melakukan percakapan
dengan isyarat, namun hanya manusia yang dapat mengomunikasikan arti gerak
isyarat mereka secara sadar, manusia mempunyai kemampuan istimewa untuk
menciptakan isyarat tersebut dan mengembangkan dan menggunakannya kedalam
simbol-simbol dan bahasa yang kemudian berkomunikasi satu sama lain dalam
artian sesungguhnya. Simbol signifikan10
juga membuka peluang untuk berpikir
maupun berinteraksi dengan simbol-simbol.
Mead memandang untaian proses mental sebagai bagian dari proses sosial
lebih luas yang meliputi kesadaran, kesan, mental, arti dan yang paling umum
pikiran. Manusia mempunyai kapasitas khusus untuk melakukan percakapan batin
dengan diri sendiri, seluruh proses mental itu bukan terletak di dalam otak
melainkan di dalam proses sosial. Mekanisme umum diri adalah manusia
8 George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2014), 257-261.
9Fungsi isyarat pada umumnya menciptakan peluang di antara individu yang terlibat dalam
tindakan social tertentu dengan mengacu pada objek-objek yang menjadi sasaran tindakan itu.
Ibid., 263 10
Simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hanya dapat diciptakan manusia. Isyarat
menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama
dengan sejenis tanggapan yang diperoleh dari orang yang menjadi sasaran isyarat. Kumpulan
isyarat suara yang paling mungkin menjadi simbol yang signifikan adalah bahasa: simbol yang
menjawab makna yang dialami individu pertama dan yang mencari makna dalam individu kedua.
Bahasa menjadi simbol yang signifikan dan memberitahukan makna tertentu. (Mead, 1934/1962).
Fungsi bahasa (simbol) yang signifikan pada umumnya adalah memungkinkan orang menjadi
stimulator tindakan mereka sendiri yakni: menggerakkan tanggapan yang sama di pihak individu
yang berbicara dan juga di pihak lainnya, pengaruh lainnya dari bahasa adalah merangsang orang
yang bericara dan orang yang mendengarnya. Simbol signifikan memungkinkan interaksi simbolik
yakni orang dapat berinteraksi tidak hanya melalui isyarat tetapi juga melalui simbol signifikan.
Yang jelas mampu mempengaruhi kehidupan dan memungkinkan terwujudnya pola interaksi dan
bentuk organisasi social yang jauh lebih rumit. Ibid., 263
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
menempatkan diri sendiri sebagi objek dalam kedudukan sebagai orang lain yakni
kemampuan menggeneralisasi orang lain, bertindak dan melihat sebagaimana
orang lain bertindak dan melihat diri mereka sendiri. Kemampuan untuk
memandang diri sendiri dari sudut pandang komunitas adalah sangat penting
untuk kemunculan diri maupun kemunculan aktivitas kelompok yang
terorganisasi.
Prinsip dasar Interaksionisme simbolik dapat diringkas sebagai berikut:
1. Manusia dibekali kemampuan untuk berpikir, tidak seperti binatang
2. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial
3. Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari makna dan simbol yang
memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka
yang khusus itu
4. Makna dan simbol memungkinkan manusia melakukan tindakan khusus
dan berinteraksi
5. Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan
dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap
situasi.
6. Manusia mampu memodifikasi dan mengubah sebagian karena
kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang
memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relatifnya dan kemudian memilih satu di
antara serangkaian peluang tindakan itu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
7. Pola aksi dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk
kelompok dan masyarakat.
Mead sedikit sekali berbicara tentang masyarakat, yang ia pandang secara
sangat umum sebagai proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri.
Mead umumnya kurang memerhatikan kehidupan masyarakat secara makro,
pranata sosial didefinisikannya tak lebih dari sekadar sebagai kebiasaan-kebiasaan
kolektif.11
Berpijak pada prinsip dasar teori Interaksionisme simbolik dan asumsi-
asumsi yang terangkum di atas, peneliti memandang teori Interaksionisme
simbolik sangat relevan menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan
peneliti. Tak lepas dari batasan masalah di atas, wilayah yang akan dianalisis
peneliti dengan menggunakan teori ini adalah bagaimana proses dakwah di
masyarakat pedalaman Fakfak terutama masyarakat di Kampung Ugar Pertuanan
Sekar kabupaten Fakfak.
1. Berpijak pada prinsip dasar teori ini bahwa bagi seorang pendakwah dalam
memaknai tradisi tersebut dituntut menggeneralisasi orang lain bertindak
dan melihat sebagaimana orang lain bertindak dan melihat diri mereka
sendiri serta berinteraksi dengan masyarakat setempat, yaitu dengan
mempelajari, mengamati dan memahami keseharian masyarakat di
Kampung Ugar, sehingga da’i dituntut untuk mampu menempatkan
dirinya bagian dari masyarakat tersebut. Prinsip Teori ini menjelaskan
bahwa dengan menggeneralisasi fenomena-fenomena yang ada, seorang
11
Ibid., 298-300
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
aktor atau pendakwah mampu memodifikasi dan mengubah serta dapat
mengukur sejauh mana ia berinteraksi dengan dirinya sendiri dan mampu
menggenaralisasi orang lain. Dalam artian bahwa da’I akan sukses di
medan dakwahnya bila ia mengetahui mulai dari manakah ia akan
melangkah dan resep atau pesan dakwah manakah yang sepantasnya
diberikan kepada masyarakat (objek dakwah).
2. Sejalan dengan orientasi interaksionisme simbolik yang mengarah pada
kapasitas mental aktor dan hubungannya dengan tindakan dan interaksi
yang semuanya dipahami dari sudut proses; kecenderungan aktor atau
pendakwah dipaksa oleh keadaan psikologis internal atau oleh kekuatan
struktural dalam berdakwah di pedalaman Fakfak. Sebagaimana yang
dipandang oleh Mead bahwa: “Untaian proses mental sebagai bagian dari
proses sosial lebih luas yang meliputi kesadaran, kesan, mental, arti dan
yang paling umum pikiran. Manusia mempunyai kapasitas khusus untuk
melakukan percakapan batin dengan diri sendiri, seluruh proses mental itu
bukan terletak di dalam otak melainkan di dalam proses sosial. Melalui
teori ini peneliti mengamati dan menganalisis tindakan apa yang dilakukan
pendakwah setelah melakukan proses yang panjang baik itu aksi dan
interaksi yang dilakukan pendakwah terhadap rutinitas masyarakat di
Kampung Ugar, serta peluang apasaja yang telah ditempuh dalam
mengatasi berbagai fenomena-fenomena yang ada pada masyarakat.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu atau tinjauan pustaka merupakan rujukan dan informasi
dasar penulis yang digunakan dalam penelitian ini yang berguna untuk
menghindari plagiat, kesamaan dan pengulangan penelitian. Beberapa penelitian
yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini antara lain:
1. Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial (Belajar dari Masyarakat
Fakfak di Propinsi Papua Barat)12
.
Artikel ini menjelaskan bahwa dinamika sosial kemasyarakatan di Papua
tidak selalu menghadirkan cerita tentang konflik dan disintegrasi, tetapi juga
tentang harmoni dan perdamaian sebagaimana yang terjadi pada masyarakat
Fakfak.
Temuan penting dalam riset ini antara lain:
Pertama: agama dan budaya berperan penting dalam melahirkan norma-
norma sosial yang harmonis yang mempengaruhi praktik-praktik sosial individu
hingga pada arena sosial yang lebih luas seperti politik dan ekonomi.
Kedua: proses pelembagaan nilai dan norma didukung oleh pemerintah dan
kekuatan civil society yang memiliki misi yang sama untuk mempromosikan
harmoni dan perdamaian.
12
Saidin Ernas dkk, “Agama dan Budaya dalam Integrasi Sosial: Belajar dari Masyarakat Fakfak
di Propinsi Papua Barat”, Harmoni: jurnal Multikultural dan Multireligius, Vol. 13, No. 1
(Januari – April 2014)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Tulisan ini juga mengingatkan bahwa isu-isu konflik, seperti separatismme
dan radikalisme agama, bila tidak ditangani dengan hati-hati bisa merusak
integrasi sosial di Fakfak.
Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai integrasi yang tercipta dalam
kehidupan masyarakat Fakfak baik sosial agama, budaya, sosial dan ekonomi.
Sementara riset yang peneliti lakukan tidak hanya terfokus sekedar melihat nilai-
nilai sosial namun terfokus pada problematika dakwah yang mencakup
pemaknaan akan nilai-nilai yang tersirat baik dalam kancah tradisi maupun
dakwah dan bagaimana strategi dan solusi yang ditempuh untuk mengatasinya.
2. Nilai-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal (Studi Interaksi Kelompok
Umat Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah)13
Makalah ini mengemukakan tentang faktor-faktor pendukung kerukunan
beragama di Ambarawa, Semarang. Jawa Tengah:
a. Kerukunan dapat berjalan dengan baik, karena didukung oleh adat dan
budaya masyarakat.
b. Kerukunan didukung oleh rasa saling menghormati dan toleransi yang
tinggi, sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
c. Nilai-nilai harmoni yang terlihat dalam berbagai tradisi keagamaan dan
tradisi budaya yang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat Cina
13
Sulaiman, “Nilai-Nilai Kerukunan dalam Tradisi Lokal: Studi Interaksi Kelompok Umat
Beragama di Ambarawa, Jawa Tengah”, Harmoni, jurnal Multikultural dan Multireligius. Vol. 13,
No. 1 (Januari – April), 2014.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Konghucu juga melibatkan masyarakat Cina lainnya yaitu Kristen/Katolik,
Buddha dan Muslim.
Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai kerukunan yang terkandung dalam
tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat dan nilai-nilai tersebut
terefleksikan dalam berbagai proses sosial di masyarakat Ambarawa.
Adapun fokus penelitian yang peneliti tempuh dalam riset ini antara lain
mengkaji proses dakwah lebih khususnya kajian terhadap strategi pendakwah
dalam menghadapi berbagai fenomena dakwah di masyarakat pedalam Fakfak,
juga termasuk di dalamnya memaknai dakwah dan nilai-nilai yang terkandung
dalam simbol atau semboyan dalam tradisi Fakfak yang terimplementasi dalam
kehidupan masyarakat Fakfak,
3. Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk
Patipi Fakfak Papua14
.
Makalah ini memfokuskan risetnya pada pembahasan berikut:
a. Simbol-simbol (neret/magan) mampu menyatukan berbagai perbedaan
di wilayah Patipi Kabupaten Fakfak sekalipun perbedaan keyakinan
b. Adat dipandang sebagai alat kontrol untuk mempertahankan dan
memelihara keberlangsungan kehidupan beragama yang harmonis di
dalam kehidupan masyarakat.
c. Integrasi sosial hanya dapat terwujud jika ada kesatuan fungsional
antara sub-sub-sistem yang ada dalam kehidupan masyarakat Fakfak.
14
Suparto Iribaram, “Satu Adat Tiga Agama: Meneropong Aktivitas Masyarakat di Teluk Patipi
Fakfak Papua”, Kumpulan Makalah Yang Dipresentasikan Pada The 11th Annual Conference on
Islamic Studies.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Riset ini membatasi ruang pembatasannya pada simbol-simbol sosial, tradisi
dan integrasi sosial yang terwujud jika ada kesatuan antara fungsional antara sub-
subnya yang ada dalam dalam kehidupan masyarakat Patipi, Kabupaten Fakfak.
Sementara riset yang peneliti lakukan selain memfokuskan pada tradisi juga
memaknai tradisi dan simbol-simbol tersebut dan hubungannya dengan proses
dakwah baik mengkaji fenomena-fenomena dakwah yang tercermin pada simbol-
simbol tersebut dan bagaimana strategi pendakwah dalam mengatasi problematika
di medan dakwahnya.
4. Islam Di Papua Barat: Tradisi Dan Keberagaman15
Fokus pembahasan pada penelitian ini antara lain “bagaimana perilaku
sosial yang menghubungkan Islam dengan kondisi setempat di Papua Barat”.
Penelitian ini pada umumnya mengungkapkan pembahasan tentang keberadaan
Islam sebagai pandangan hidup di Papua Barat. Kemudian peniliti riset ini
mengemukakan hasil temuannya antara lain:
a. Kepemimpinan dan adat,
b. Keberagamaan dan keberagaman, dan
c. Semangat belajar.
Dari tiga temuan utama tersebut menunjukkan bahwa muslim di wilayah
Papua Barat bukan sekedar berusaha mempertahankan tradisi mereka melainkan
senantiasa mempertahankan harmoni beragama dengan umat lain.
15
Ismail Suardi Wekke. Islam Di Papua Barat: Tradisi Dan Keberagaman. Skripsi Jurusan Dakwah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, Papua Barat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Walaupun tempat penelitian yang menjadi sasaran peneliti pada tesis ini
yaitu Kabupaten Fakfak, namun peneliti lebih mengkhususkan riset pada
masyarakat di Kampung Ugar Pertuanan Sekar. Adapun penelitian yang akan
ditinjau pada Tesis ini antara lain tentang proses dakwah.
5. Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di
Fakfak Papua Barat16
Penelitian ini terfokus pada kajian peran tokoh agama, serta kondisi
kehidupan komunitas Muslim di Fakfak Papua Barat. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komunitas Muslim di Fakfak mengalami perkembangan
yang terlihat dari beberapa aspek:
a. Sosial, hubungan sosial masyarakat semakin baik.
b. Budaya, pelestarian budaya yang sesuai dengan Islam.
c. Agama, meningkatnya pemahaman Islam.
d. Pendidikan, semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya
pendidikan, terutama bagi generasi muda dan sudah banyak sarjana
dari berbagai disiplin ilmu.
e. Ekonomi, masyarakat semakin mapan berkat upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran tokoh agama sangat
penting bagi perkembangan komunitas Muslim di Fakfak, antara lain:
16
Zaeni Ulumudin. Peran Tokoh Agama Bagi Perkembangan Komunitas Muslim Di Fakfak Papua
Barat. Skripsi, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang,
2015
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
a. Tokoh agama mampu membangkitkan semangat masyarakat dalam
beragama,
b. Meningkatkan etos kerja masyarakat, serta
c. Memberi nuansa baru dalam,kehidupan masyarakat yang selama ini
belum mereka alami.
Adapaun tesis yang sedang peneliti lakukan bukan hanya pada peran tokoh
agama namun mengarah pada peran da’i atau peran seluruh komponen dakwah
yang berkiprah dalam proses dakwah dan bagaimana melahirkan strategi dakwah
dalam mengatasi problematika di masyarakat pedalaman Fakfak. Yakni
berorientasi pada proses dakwah di Kampung Ugar Pertuanan Sekar.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field Reseacrh).17
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, yang
diharapkan dapat menghasilakn data-data deskriptif lebih jelas dan terperinci18
.
Penelitian ini digunakan untuk meneliti kondisi alamiah (Naturalistic Inquiry) di
mana peneliti terlibat di dalamnya (partisipatoris) sebagai instrument pokok (key
instrument).19
17
Penelitian ini bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit persoalan
sedemikian rupa sehingga menghasilakn gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap
mengenai persoalan tersebut. Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif,
(Malang:Instrans Publishing, 2015),18. 18
Yaitu penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta data yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap,
pamdangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari fenomena. Ibid., 20 19
Djunaidi Ghony dan Fauzan Al Mnashur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar Ruzz
Media, 2002), 25-29 dan. 84-85
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi. Tujuan dan alasan penggunaan
fenomenologi sebagai pendekatan dalam riset ini antara lain:
a. Melalui pendekatan ini membantu peneliti dalam mencari atau
menemukan dan mengungkapkan serta memahami makna dari hal-hal
mendasar yang esensial dari suatu fenomena atau masalah di kancah
dakwah beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami pada
aktivitas dakwah di pedalaman Fakfak
b. Melalui pendekatan ini, peneliti mampu mengidentifikasi hakikat
pengalaman20
da’I tentang fenomena dakwah dan hal-hal terkait
dengan dakwah dan tradisi pada kehidupan masyarakat di pedalaman
Fakfak.
2. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud adalah subjek dari mana data tersebut
diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
sumber data primer dan sumber data sekunder21
.
20
Pengalaman yang berkaitan dengan struktur dan tingkat kesadaran individu (baik da’i ataupum
masyarakat/mad’u) secara langsung maupun tidak langsung, yakni memfokuskan pada subjek
penelitian pada orang yang mengalami langsung kejadian atau fenomena yang terjadi. Ibid., 59 21
Sumber data primer: sumber data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian sebagai
sumber informasi yang dicari; Sumber sekunder sebagai bahan penunjang data atau informasi yang
diperoleh melalui pihak lain, tidak diperoleh secara langsung oleh peneliti dari objek penelitian,
biasanya sumber sekunder ini berupa dokumen yang menguraikan dan membicarakan sumber
primer.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
a. Sumber data primer (Primary sources). Sumber informasi yang dicari
dalam riset ini adalah informasi yang didapatkan langsung dari
informan antara lain:
1) Para da’i yang sedang atau pernah berdakwah di kampung Ugar
diantaranya adalah:
(a) da’i yang ditugaskan dari Yayasan Muslim Asia (AMCF),
(b) da’i yang ditugaskan dari MUI Kabupaten Fakfak
(c) da’i yang ditugaskan dari yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara
(AFKN) dan
2) Para da’i lokal yang berasal dari kampung setempat yaitu kampung
Ugar:
3) Tokoh adat dan tokoh masyarakat yaitu Kepala suku Ugar
4) Tokoh agama yaitu Imam Masjid atau guru ngaji.
b. Sumber data sekunder atau pendukung (Secondary sources).
Informasi-informasi data sekunder yang diperoleh dalam riset ini
antara lain:
1) Informasi yang diperoleh dari Lembaga Adat Mbaham Matta
Kabupaten Fakfak atau dari MUI di kampung setempat
2) Buku-buku atau tulisan-tulisan makalah, hasil seminar atau
Journal, dokumen-dokumen, responden dari hasil wawancara dan
dokumen lainnya yang terkait dan ada relevansinya dengan
penelitian yang dikaji peneliti.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Penggalian data yang dilakukan dalam penelitian ini, menggunakan
beberapa metode antara lain:
a. Wawancara Mendalam (in-depth interview)
Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh semua
keterangan-keterangan dan menggali data-data yang dibutuhkan peneliti
agar lebih akurat dan memperoleh informasi tentang pemaknaan dibalik
setiap peristiwa dan fenomena yang belum dan tidak diketahui peneliti.
Wawancara dilakukan peneliti guna mendapatkan informasi-informasi
berkenaan dengan dakwah beserta prosesnya, makna-makna dari setiap
tradisi dan fenomena serta peristiwa yang terjadi di lokasi penelitian dan
hal-hal lainnya yang belum tercover. Adapun sasaran yang akan
diwawancarai ialah informan-informan22
yang telah disebutkan pada
sumber data, antara lain: para da’I, kepala suku, tokoh masyarakat dan
tokoh agama, Imam atau guru ngaji di Kampung Ugar, Pimpinan cabang
yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN) dan Ketua Lembaga Adat
Mbaham Matta di kabupaten Fakfak Papua Barat.
b. Observasi (Pengamatan)
22
Dalam menentukan informan pada riset ini, peneliti menempuh teknik atau prosedur pemilihan
informan baik prosedur purposife dan Kuota (dengan mengidentifikasi peserta informan
berdasarkan kriteria yang relevan dengan penelitian) maupun Snowball teknik ini ditempuh bila
informan yang telah ditentukan tidak ditemukan di lapangan. Burhan Bungin, Penelitian
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), 107-110.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Secara umum pengamatan yang dilakukan peneliti berdasarkan
tujuan riset pada masalah yang telah dirumuskan dan mengamati semua
kejadian, peristiwa, tempat maupun kegiatan yang ditemukan peneliti di
lokasi penelitian. Teknik ini digunakan peneliti untuk mencatat dan
mengamati secara langsung proses dakwah dan aktivitas keseharian
masyarakat, tradisi, kegiatan-kegiatan atau peristiwa-peristiwa di kampung
Ugar. Dalam kaitannya dengan penelitian ini peneliti juga mendatangi
langsung ke lokasi penelitian untuk pengamatan dan penelitian guna
mendapatkan data yang diperlukan.
c. Dokumentasi
Metode ini digunakan peneliti untuk menelusuri dan mendapatkan
data-data historis di Kampung Ugar yang berkaitan dengan masalah dan
tujuan peneliti dalam riset ini. Data yang dimaksud baik berupa literatur
maupun sumber atau bahan dokumen23
dalam arti luas termasuk
otobiografi24
, fotografi25
, video, film, surat-surat pribadi, buku-buku atau
catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah atau swasta, cerita
rakyat, data di server atau yang tersimpan di website, monumen, artefak,
23
Literature adalah bahan-bahan yang diterbitkan baik secara rutin maupun berkala; sedangkan
documenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter.
Ibid., 125. 24
Otobiografi yang telah diterbitkan maka sifatnya berubah menjadi literature atau sebagai buku
bacaan. Namun otobiografi yang tidak diterbitkan sifatnya masih tetap sebagai bahan dokumenter.
Demikian halnya surat-surat pribadi, kliping, cerita rakyat. Dokumen terbagi menjadi dua:
dokumen pribadi (berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi; dan dokumen resmi (berupa
dokumen intern seperti: memo, pengumuman, instruksi, laporan rapat dan lainnya. Dan dokumen
ekstern seperti: majalah, buletin, berita yang disiarkan di media massa, pemberitahuan dan lainnya.
Ibid., 125. 25
Foto temuan yang sudah ada di lokasi penelitian atau foto hasil peneliti
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
foto dan lain sebagainya. Dokumentasi digunakan sebagai bahan informasi
penunjang dan sebagai bagian berasal dari kajian kasus yang merupakan
sumber data pokok berasal dari hasil observasi dan wawancara
mendalam26
.
4. Analisa Data
Proses analisis data dilakukan agar riset ini mampu memberikan pengertian
serta pemahaman yang menyeluruh dengan dipadukan yang terjadi di lapangan
dengan melihat dan memadukan sumber data lainnya yang terkait dengan
penelitian ini. Analisa data dalam penelitian ini ditempuh dengan cara sistem
pengkombinasian. Tahapan analisis tersebut antara lain:
a. Kategorisasi data: Setelah melakukan pengamatan terhadap fenomena
kemudian memaparkan data yang telah terkumpul dari sumber data
primer, melakukan identifikasi, revisi-revisi dan pengecekan ulang
terhadap data yang ada
b. Validasi data: Dengan membandingkan dan menganalisis secara
selektif terhadap data atau informasi yang diperoleh
c. Verifikasi data: Menelusuri dan menjelaskan hubungan-hubungan
ketegorisasi (sintesisasi).
d. Kesimpulan data: Menarik kesimpulan-kesimpulan umum
e. Penyajian data: Penyajian data dengan membangun atau menjelaskan
teori
26
Djunaidi Ghony dan Fauzan al Manshur, Op.cit., 200.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
5. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik ini digunakan untuk memeriksa dan mengecek keabsahan data dari
hasil penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data itu27
. Dalam penelitian ini menggunakan metode
Triangulasi Data (pendekatan multi metode)28
.Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain meliputi pemeriksaan melalui penggunaan: Sumber dan
Metode. 29
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan terhadap permasalahan yang menjadi
topik penelitian ini, maka peneliti menggunakan sistematika pembahasan. Tesis
ini terdiri dari empat bab yang secara garis besar adalah:
Bab I : Merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan analisa data
Bab II: Berupa pemaparan landasan teoritis berisi tentang kajian-kajian terkait
dengan dakwah dan urgensinya bagi juru dakwah, dalam bab ini juga membahas
secara umum polemik antara tradisi dan ajaran agama di pedalaman Fakfak.
27
Ghony dan alManshur. Op.cit. 318-319 28
maksudnya adalah kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang
saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sugeng pujileksono. Op.cit. 144. 29
Triangulasi sumber: pemeriksaan melalui sumber yaitu dengan membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian. Seperti: membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
atau membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen. Adapaun triangulasi metode:
melakukan strategi pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama. Lihat: Ghony dan alManshur. Op.cit.322-323
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
Bab III : Merupakan Penyajian data, membahas tentang keadaan masyarakat Ugar
yaitu meliputi keadaan geografisnya, kehidupan sosial, perekonomian, taraf
pendidikan juga membahas secara umum sejarah masuknya Islam dan
perkembangannya di Fakfak dan di akhir bab ini menjelaskan akan tradisi
masyarakat Ugar.
BAB IV: adalah analisis data yang membahas tentang perkembangan dakwah di
Ugar dan temuan penelitian diantaranya menyebutkan tiga elemen dakwah yang
saling mempengaruhi terhadap perkembangan dakwah di kampung Ugar serta
diakhir bab ini menyebutkan aneka problematika dakwah dan solusi atau strategi
dakwah.
Bab V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.