Post on 15-Feb-2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan
dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia
yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) menegaskan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (pasal 3).
Pendidikan nasional mengemban misi yang tidak ringan, yakni
membangun manusia yang utuh dan memiliki nilai-nilai karakter yang baik di
samping juga harus memiliki keimanan dan ketakwaan. Pendidikan mempunyai
peranan yang penting dalam pembangunan bangsa. Pendidikan di Indonesia
hingga sekarang masih menyisakan banyak persoalan, baik dari segi kurikulum,
manajemen, maupun para pelaku dan pengguna pendidikan. Terkait dengan ini
perkembangan pendidikan itu sendiri harus memiliki tujuan yang seiring dengan
tujuan pendidikan nasional. Perkembangan yang dimaksud merupakan
perkembangan segala aspek kepribadian secara utuh, bukan hanya menekankan
hanya pada aspek kognitif saja, melainkan keyakinan, minat, dan nilai-nilai luhur.
2
Kenyataannya beberapa kebutuhan dan kualitas pendidikan di Indonesia
belum mampu menghadapi tantangan nasional dan internasional. Salah satu upaya
pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan menyempurnakan
kurikulum, pemerintah mulai tahun ajaran 2013/2014 menetapkan bahwa
kurikulum yang dipakai adalah kurikulum 2013. Permendikbud No. 69 tahun
2013 menjelaskan tentang tujuan kurikulum 2013 yaitu “untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia”.
Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa pembelajaran dalam kurikulum
2013 menekankan pada pendekatan saintifik yang terdiri atas lima tahapan, yaitu:
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Lima
tahapan pembelajaran ini selaras dengan hakikat pembelajaran matematika yang
identik dengan metode ilmiah. Dengan kata lain, pembelajaran matematika bukan
sekedar penguasaan kumpulan-kumpulan fakta dan teori saja, melainkan juga
proses penemuan dan pembuktian teori tersebut. Kurikulum 2013 melalui
pendekatan saintifik diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih baik bagi
terwujudnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik melalui
penyelenggaraan pendidikan.
Hal yang juga perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah penggunaan
bahan ajar, yang dalam hal ini lebih dispesifikkan pada penggunaan Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD). Majid (2006) mengemukakan bahwa, “Lembar
Kegiatan Peserta Didik adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik”. LKPD memuat sekumpulan kegiatan mendasar
3
yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam
upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar
yang harus ditempuh. Kondisi hasil belajar siswa dilapangan masih berada
dibawah KKM yang seharusnya dimaksimalkan untuk mencapai KKM.
Penggunaan LKPD dalam pembelajaran merupakan salah satu cara yang
dapat digunakan pendidik untuk membantu peserta didik agar dapat menggali
informasi dalam menentukan dan merumuskan masalah suatu konsep matematika
dan sekaligus meningkatkan kemampuan pemecahan masalahpeserta didik.Selain
itu, penggunaan LKPD juga akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada
peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Selama ini berpusat
pada guru, bukan pada siswa. LKPD sebagai alat bantu pembelajaran dapat
mengaktifkan siswa ini sesuai dengan pendapat Sudiati (2003:11) menyatakan
bahwa “salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan
LKPD”.
Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa LKPD yang digunakan
guru dalam pembelajaran masih bersifat konvensional, yaitu LKPD yang
diterbikan oleh penerbit tertentu dan belum memenuhi aspek pembuatan LKPD.
Berdasarkan prinsip penyusunannya, struktur LKPD memuat beberapa hal yaitu
judul/identitas, petunjuk belajar/petunjuk penggunaan, KI/KD, materi
pembelajaran, Informasi pendukung, paparan isi materi, langkah kerja dan
penilaian. Hal ini tidak sesuai dengan LKPD yang digunakan di lapangan.LKPD
yang digunakan di sekolah belum lengkap, hanya terdapat judul, petunjuk
penggunaan LKPD dan langkah kerja. LKPD yang terdapat di lapangan dapat
dilihat pada Gambar 3. berikut:
4
Gambar 1.1 LKPD yang digunakan dilapangan
Gambar 1 memperlihatkan LKPD yang digunakan peserta didik belum
sesuai struktur LKPD yang benar, LKPD yang diberikan kepada peserta didik
harus dirancang dengan baik dan benar dengan memperhatikan kebutuhan peserta
didik. LKPD yang baik adalah LKPD yang memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan kreativitas mereka dalam
menemukan suatu konsep atau dalam menyelesaikan sebuah problem, menuntun
peserta didik mengembangkan kreativitas mereka dalam menemukan suatu
konsep menumbuhkan aktivitas serta keterampilan peserta didik sehingga
pembelajaran akan menjadi bermakna.
Peserta didik memperoleh pengetahuan baru yang sebelumnya belum
diketahui. LKPD yang akan dirancang berisi stimulus berupa problem atau
5
permasalahan yang sering dijumpai peserta didik dalam dunia nyata sehingga
peserta didik ditantang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut berdasarkan
idenya sendiri, karena siswa harus menemukan sendiri solusi dari permasalahan
yang ada
Gambar 1.2 Proses Penyelesaian Masalah pada Tugas Peserta Didik
Sumber: Buku Latihan Siswa
Gambar diatas memperlihatkan bahwa masih ada peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam memproses informasi matematika, menyelesaikan
soal cerita dan memecahkan masalah dengan baik dan benar. Terlihat bahwa
peserta didik menyelesaikan permasalahan tanpa menguraikan data yang ada
dengan benar akan tetapi peserta didik langsung saja menyelesaikan fungsi yang
ada tanpa melihat kebenaran fungsi yang tersaji pada soal.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
ini adalah mengembangkan sebuah LKPD berbasis model pembelajaran yang
mengarahkan peserta didik untuk memperoleh kemampuan pemecahan masalah.
6
Kemampuan pemecahan masalah ditekankan pada berfikir tentang cara
memecahkan masalah dan bagaimana cara memproses informasi dalam
pembelajaran. Agar penggunaan LKPD dapat mencerminkan proses pembelajaran
yang baik, maka LKPD yang dirancang haruslah memuat rangkaian kegiatan
pembelajaran dari awal sampai akhir. Model pembelajaran yang dipilih
diharapkan mampu membawa peserta didik kepada situasi belajar yang aktif,
kreatif serta dapat melatih kemandirian peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik mudah
menerima pelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Menurut
Mustofa (2016) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada siswa yang
mendapatkan pembelajaran konvensional. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan
oleh siswa ketika mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan kemampuan
pemecahan masalah matematis adalah kesalahan karena kecerobohan atau kurang
cermat, kesalahan mentransformasikan informasi, kesalahan keterampilan proses,
dan kesalahan memahami soal.
Adapun model yang digunakan adalah model yang dapat membuat peserta
didik untuk dapat berpikir dan kreatif dalam memahami masalah serta mencoba
memecahkan sendiri masalah yang dihadapi saat melaksanakan kegiatan proses
belajar. Adapaun model yang sesuai yaitu PBL (Problem Based Learning) karena
PBL sangat menekankan siswa untuk lebih bisa berpikir dan bertindak kreatif
dalam memahami masalah serta memecahkan masalah yang dihadapi secara
realistis.
7
Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran yang berangkat
dari suatu masalah nyata atau masalah yang berada dilingkungan peserta didik,
sehingga peserta didik dituntut untuk mampu memaksimalkan potensi pada
dirinya untuk mencari jawab atas masalah yang diberikan secara kritis, logis, dan
sistematis. Kurniasih (2014) menyatakan, bahwa masalah yang diberikan di sini
digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu terhadap
pembelajaran yang diberikan. Permasalahan dapat diajukan atau diberikan dari
peserta didik bersama guru, atau dari peserta didik sendiri, yang kemudian
dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan belajar peserta
didik. Dikarenakan pembelajaran matematika sarat akan realita permasalahan
kehidupan terkait fenomena alam, maka untuk menyelesaikan permasalahan ini
diperlukan langkah-langkah sistematis yang dapat menghantarkan dan
membimbing peserta didik dalam menyelesaikannya. Dan langkah-langkah
tersebut secara jelas termuat dalam pembelajaran PBL ini. Pembelajaran yang
akan disajikan pada materi tertentu yang akan memuat langkah-langkah PBL yang
menjadi basis dari LKPD yang dikembangkan. Menurut Zulfa (2018) Untuk dapat
mengasah kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, guru
membutuhkan perangkat pembelajaran yang dapat membantu memfasilitasi
peserta didik untuk menumbuh dan mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah matematisnya. Melalui LKPD yang dilandaskan atau didasarkan atas
salah satu strategi atau pendekatan yang telah terbukti untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah yaitu Problem Based Learning, maka diharapkan
dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan pemecahan
masalahnya. Selain itu, peserta didik juga membutuhkan LKPD yang dapat
8
membangkitkan semangatnya untuk belajar dalam hal ini dilihat dari segi bentuk
dan isi dari LKPD berbasis PBL. Beberapa peserta didik juga menyatakan bahwa
melalui penyajian permasalahan yang berhubungan dengan dunia nyata dapat
membuat mereka antusias dalam belajar, karena pelajaran tidak hanya terpaku
untuk menghapal rumus. Dibutuhkan LKPD berbasis PBL yang dapat
mengakomodir karakteristik peserta didik seperti kecendrungan untuk belajar
dengan cara tutor teman sebaya.
Dalam penelitian ini LKPD menggunakan materi Program linear karena
materi ini berangkat dari masalah nyata atau masalah yang berkaitan didalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan apa yang ingin dicapai yaitu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan melalui materi ini peserta
didik dapat diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan pada materi program
linear guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, jelaslah bahwa
sangat dibutuhkan pengembangan LKPD berbasis Problem Based learning pada
materi Program Linear untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik.Pengembangan LKPD ini disesuaikan dengan standar proses
pembelajaran menurut kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendekatan
saintifik. Dengan PBL, peserta didik juga bisa belajar berfikir analitik dan
mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi saat melaksanakan kegiatan
proses belajar. Berdasarkan uraian di atas,maka akan dilakukan penelitian
pengembangan tentang: “Pengembangan LKPD Berbasis Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik
Pada Materi Program Linear”.
9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat
dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Lembar
Kegiatan Peserta Didik berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Program Linear memenuhi kriteria
valid, praktis, dan efektif?”.
1.3 Tujuan Pengembangan
Tujuan merupakan suatu bagian penting dari penelitian karena sasarannya
yang akan dicapai dalam kegiatan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan Lembar Kerja Peserta
Didik berbasis Problem Based Learningpada materi Program Linear untuk peserta
didikyang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
1.4 Spesifikasi Pengembangan
Melalui penelitian ini penulis menghasilkan produk berupa bahan ajar
berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKPD) dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Bahan ajar berupa LKPD pada pembelajaran berbasis Problem Based
Learning(PBL), dengan penggunaan warna, bahasa yang mudah dipahami
dan desain yang menarik.
2. Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis Problem Based Learning(PBL)
pada materi Program Linear.
3. LKPD akan memuat langkah-langkah Problem Based Learning(PBL) pada
materi pembelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik.
4. LKPD dan materi disusun berdasarkan Kurikulum 2013.
10
5. Pada bagian materi ajar diberikan petunjuk dan pertanyaan-pertanyaan
yang membimbing peserta didik memahami atau menemukan suatu
konsep.
6. Materi disusun dari yang paling mudah sampai yang paling sulit.
1.5 Pentingnya Pengembangan
Pengembangan LKPD berbasis problem based learning penting untuk
dilakukan agar:
1. Peserta didik, mampu belajar lebih aktif, bervariasi, menarik, dan
memberikan waktu tambahan bagi peserta didik untuk belajar karena dapat
digunakan dan dipelajari diluar jam pelajaran sekolah. Materi pelajaran
yang diberikan lebih bermakna bagi peserta didik sehingga diharapkan
mampu meningkatkan kompetensi peserta didik.
2. Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai calon
pendidik dalam mengembangkan bahan ajar berupa Lembar Kegiatan
Peserta Didik.
3. Peneliti lain dapat menjadikan sebagai referensi untuk penelitiannya dalam
rangka mengembangkan bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Peserta Didik
dan meningkatkan kualitas pendidikan.
1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi
Asumsi merupakan dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan
berpikir karena dianggap benar. Asumsi dalam pengembangan ini adalah LKPD
berbasis Problem Based Learning yang dikembangkan agar dapat mengatasi
permasalahan pada pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum serta dapat
11
mengatasi permasalahan belajar pada saat pelaksanaan proses belajar dan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik.
Selain itu, asumsi lain dimulai dari tahap mendefinisikan sampai
pengembangan perangkat pembelajaran. Pada tahap pendefinisian, asumsinya
meliputi analisis peserta didik, kurikulum dan materi. Pada analisis peserta didik,
diasumsikan bahwa peserta didik sekolah menengah yang telah berusia 15-17
tahun telah berada pada tahap perkembangan intelektual yang dapat memprediksi
segala kemungkinan secara kompleks. Dalam usia ini peserta didik sekolah
menegah berada pada tahap formal operasional, pada tahap ini pola pikir sudah
sistematik dan sudah memahami proses-proses yang abstrak sehingga mampu
memprediksi berbagai macam kemungkinan dan mampu memecahkan masalah
secara verbal. Sementara itu pada analisis materi, diasumsikan bahwa materi
Program Linear diajarkan sebelumnya. Diharapkan melalui analisis-analisis
tersebut, LKPD yang dikembangkan dapat sesuai dengan harapan pembelajaran
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
2. Keterbatasan Pengembangan
Untuk menghasilkan pengembangan yang lebih optimal dan terarah,
pengembangan ini difokuskan pada LKPD berbasis Problem Based Learning
Pada Materi Program Linear. Acuan dalam pengembangan LKPD ini
menggunakan model pengembangan 4-D (four D models) dengan tahap
pendefenisian (define), perancangan (design), pengembangan (development), dan
penyebaran (dessiminate).
12
1.7 Definisi Istilah
Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah:
1. Pengembangan berarti suatu perubahan secara bertahap kearah tingkat
yang berkecenderungan lebih tinggi, meluas dan mendalam yang secara
menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan.
2. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik
tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar.
3. LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas
yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai.
4. Problem Based Learning adalah sebuah pembelajaran yang berangkat dari
suatu masalah nyata atau masalah yang berada dilingkungan siswa,
sehingga siswa dituntut untuk mampu memaksimalkan potensi pada
dirinya untuk mencari jawaban atas masalah yang diberikan secara kritis,
logis, dan sistematis.
5. Pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-
metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, danteliti.
Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapankognitif.
6. Program linear merupakan model optimasi persamaan linear yang
berkenaan dengan masalah-masalah pertidaksamaan linear. Masalah
program linear berarti masalah nilai optimum (maksimum atau minimum)
suatu sistem pertidaksamaan linear yang memenuhi syarat-syarat tertentu.