Post on 09-Mar-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpajakan di Indonesia dimulai sebelum kedatangan bangsa Eropa,
kerajaan seperti mataram, Kediri, majapahit dan pajang sudah mengenal bentuk
pajak tanah dan pajak tidak langsung terhadap barang dagangan. Pejabat kerajaan
pemungut pajak tidak digaji oleh kerajaan maka seringkali mereka menerapkan
pajak secara berlebihan. Upeti perorangan ataupun kelompok orang yang
diberikan kepada raja atau penguasa sebagai suatu bentuk penghormatan dan
tunduk patuh kepada kekuasaan raja atau penguasa suatu wilayah di Indonesia
merupakan bentuk pada zaman kerajaan – kerajaan di Indonesia tumbuh. Upeti
tersebut berupa hasil bumi, dan pemajakan barang perdagangan. Sebagai
imbalannya maka rakyat mendapat pelayanan keamanan dan jaminan ketertiban.
Kerajaan mataram raja – raja sudah melaksanakan hidup swasembada dan
otonom(Muh. Bakhrun Effendi:2006, dalam Siti Kurnia Rahayu:2009:12)
Kesadaran dalam membayar pajak memang sudah ada pada seluruh lapisan
masyarakat Indonesia karena pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang
digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan, kemudian
administrasi perpajakan yang pada saat ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak sebagai salah satu instansi pemerintah dan secara struktural berada dibawah
Kementerian Keuangan, memberikan kontribusi dalam melakukan penerimaan
pajak terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah sangat
besar sekali.
1
2
Selanjutnya tingkat kepatuhan dari masyarakat dalam membayar pajak
sangat menentukan sekali, seperti catatan Dalam publication of the international
bureau of fiscal documentation (1980 : 107) dapat disimpulkan bahwa kepatuhan
wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berbeda – beda pada setiap
Negara.
Pandangan dalam sejarah perpajakan di Indonesia selaras dengan yang
dikatakan Forrest dan Shefrin bahwa Sistem administrasi perpajakan yang
sederhana akan berpengaruh pada ketidak patuhan wajib pajak, meskipun system
perpajakan yang sederhana juga tidak menjamin wajib pajak akan patuh(Suryadi,
2006 : 17)
Sejalan dengan yang diungkapkan Siti Kurnia Rahayu (2010:141) bahwa:
kesadaran dan kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tidak hanya tergantung
kepada masalah – masalah teknis saja yang menyangkut metode pemungutan, tarif
pajak, teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi perpajakan, dan
pelayanan kepada wajib pajak selaku pihak pemberi dana bagi Negara dalam hal
membayar pajak. Disamping itu juga tergantung pada keamanan wajib pajak juga,
sampai sejauh mana wajib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan perundang –
undangan perpajakan.
Dalam hal administrasi, Khususnya administrasi pajak masih banyak orang
yang mempertentangkan antara pengertian administrasi dengan tata usaha, ada
yang mengatakan bahwa pengertian administrasi adalah lebih luas cakupannya
dengan tata usaha, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa administrasi itu tata
usaha sebagaimana dimaksud dalam Kamus Bahasa Indonesia.
3
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwodarminto
dikatakan bahwa pengertian administrasi adalah tata usaha, Pendahuluan tata
mengarah kepada pengertian yang biasanya untuk kata majemuk, misalnya tata
kota, tata bahasa, dan sebagainya yang berarti aturan. Tata usaha perpajakan
adalah administrasi perpajakan yaitu suatu kegiatan yang melaksanakan fungsi
(berbagai fungsi) Direktorat Jenderal Pajak untuk pengumpulan dana pajak
melalui tindakan pelayanan, pengawasan dan pembinaan sesuai dengan fungsi
aparatur pajak dalam rangka pelaksanaan perpajakan yang menganut self
assessment system.
Kemudian dengan adanya modernisasi pajak dilakukan dengan
mengutamakan pemberian pelayanan prima kepada wajib pajak yang diimbangi
dengan pengawasan intensif, sekaligus menerapkan tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance) diseluruh unit kerja dilingkungan DJP” (Siti Kurnia
Rahayu, 2009:118)
Meskipun demikian modernisasi pajak dalam kegiatan tata usaha perpajakan
modern bukan hanya merupakan bagian dari system administrasi perpajakan
modern yang mudah untuk dilaksanakan terutama dalam memberikan pelayanan.
Menurut data yang penulis temukan dari hasil observasi awal dan
wawancara dilapangan, diperoleh gambaran terhadap peningkatan pelayanan
pajak modern ternyata masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan tata usaha
secara manual seperti menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) Tahunan melalui
Electronik – filling(E-Filling), yaitu wajib pajak dapat menyampaikan SPT secara
elektronik melalui perusahaan penyedia jasa aplikasi atau Application service
4
providers (ASP) yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak ada 8 daftar
ASP yang sudah ditentukan yaitu sebagai berikut
1. www.layananpajak.com
2. www.laporpajak.com
3. www.pajakku.com
4. www.spt.co.id
5. www.setorpajak.com
6. www.onlinepajak.com
7. www.pajakmandiri.com
8. www.taxreport.web.id
Dari sekian banyak ASP ternyata masyarakat dalam hal ini wajib pajak lebih
memilih menyelesaikan seluruh kegiatan administrative secara manual
dikarenakan lebih rumitnya prosedur yang ditawarkan dengan system online yang
hanya digunakan oleh orang – orang tertentu begitupun dengan wajib pajak yang
ada dikantor pelayanan pajak.
Masalah dilapangan seperti
1. Masih sering terjadinya berkas surat yang menumpuk mengenai
permohonan elektrronik filing identification number (e-FIN) yang
mengakibatkan pemberian pelayanan e-FIN terhambat yang tidak sesuai
dengan peraturan Dirjen Pajak Nomor 47/PJ/2008 pasal 5 ayat 4 yang
seharusnya pemberian e-FIN paling lambat dua hari kerja sejak
permohonan e-FIN tersebut diterima KPP, sepanjang permohonan tersebut
diisi lengkap dan benar.
5
2. Kurangnya perlindungan data terhadap wajib pajak yang melakukan
pembayaran pajak secara modern, mengingat data dan informasi yang
dilaporkan oleh wajib pajak dikirim melalui internet sehingga
memungkinkan setiap orang dengan keterampilan yang memadai dapat
mengubah data dikomputer tanpa jejak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
pengaruh dari adanya sistem administrasi perpajakan modern dalam hal teknis tata
usaha perpajakan modern yang diformulasikan dalam judul penelitian (Pengaruh
tata usaha perpajakan modern Terhadap peningkatan pelayanan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas).
1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas, maka
penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini, sebagai berikut :
1. Direktorat jenderal pajak Jawa Barat 1 hanya melakukan bimbingan kepada
pegawai kantor pelayanan pajak pratama Bandung Cicadas terhadap
kegiatan tata usaha, tanpa adanya pengawasan yang inten.
2. Perilaku pegawai yang mencerminkan kegiatan kegiatan tata usaha
konvensional didalam menyelesaikan beberapa arsip
3. Belum maksimalnya kegiatan tata usaha perpajakan modern terhadap
kualitas pelayanan di kantor pelayanan pajak pratama Bandung Cicadas
6
dibuktikan dengan penyelesaian pembayaran dari beberapa orang di lakukan
pada hari selanjutnya.
4. Masih adanya keluhan wajib pajak dalam hal mutu pelayanan pembayaran
pajak.
5. Wajib Pajak belum merasakan pelayanan yang diberikan seksi pelayanan
secara maksimal.
6. Masih terdapat kegiatan perpajakan yang belum sesuai dengan tugas dan
fungsi serta wewenang seksi pelayanan.
7. Kegiatan tata usaha masih kurang sesuai dengan konsep tata usaha yang
menjadi tugas pokok dan fungsi seksi pelayanan
8. Terkadang ada off-line dikomputer para petugas penerima pembayaran.
9. Kepastian waktu yang diberikan oleh petugas pajak dalam penyelesaian
layanan kepada WP terkadang tidak tepat waktu.
1.3 Rumusan Penelitian
Dalam penyusunan proposal usulan penelitian ini penulis merumuskan
masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar pengaruh tata usaha perpajakan modern terhadap
peningkatan pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas
Bandung?
7
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh tata usaha perpajakan modern
terhadap peningkatan pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas
Bandung
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Akademis:
1 Sebagai wahana aplikasi teori yang telah diperoleh diperguruan tinggi.
2 Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa tentang system
modernisasi perpajakan
3 Sebagai acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis
diharapkan dapat memberikan input tentang Dunia perpajakan dan hal-
hal yang berkaitan dengan Pajak.
4 Memperoleh pengetahuan tentang usaha peningkatan pajak khususnya
system administrasi perpajakan modern di kantor pelayanan pajak
Bandung Cicadas.
1.5.2 Praktis.
1 Sebagai bahan masukan yang dapat dipertimbangkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak, khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas
Bandung
2 Bagi pengembangan ilmu Administrasi Negara khususnya dalam
administrasi perpajakan, dapat memberikan bukti nyata tentang
8
keterkaitan antara sistem administrasi perpajakan, khususnya tata usaha
perpajakan modern terhadap peningkatan pelayanan di Kantor Pelayanan
Pajak
3 Bagi peneliti, sebagai uji kemampuan dalam menerapkan teori-teori
yang diperoleh diperkuliahan terkait dengan perpajakan dan kinerja
pegawai sebagai pelayan publik.
1.6 Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran penulis memfokuskan pada pengaruh
ketatausahaan perpajakan modern, yaitu pemikiran yang mengemukakan tentang
Penilaian pelayanan kerja pada seksi pelayanan, merupakan satu masalah yang
dapat diselesaikan serta dampaknya dibutuhkan oleh wajib pajak. Namun
demikian, pelayanan yang memuaskan tidak terjadi secara otomatis,
kecenderungan akan terjadi dengan menggunakan sistem penilaian manajemen
yang baik.
Berikut beberapa indikator tata usaha yang mempunyai peran terhadap
peningkatan pelayanan.
1.6.1 Indikator Tata Usaha
Indicator dari kegiatan – kegiatan tata usaha mencakup 6 (Enam) pola
perbuatan (Fungsi), yaitu:
1. Menghimpun: yaitu kegiatan-kegiatan mencari data, mengusahakan
tersedianya segala keterangan yang tadinya belum ada, sehingga siap
untuk dipergunakan bilamana diperlukan.
9
2. Mencatat: yaitu kegiatan membubuhkan dengan pelbagai peralatan tulis
keterangan yang diperlukan sehingga terwujud tulisan yang dapat
dibaca, dikirim dan disimpan. Dalam perkembangan teknologi modern,
maka dapat termasuk alat-alat perekam suara.
3. Mengolah: bermacam kegiatan mengerjakan keterangan-keterangan
dengan maksud menyajikan dalam bentuk yang lebih berguna.
4. Menggandakan: yaitu kegiatan memperbanyak dengan pelbagai cara
dan alat.
5. Mengirim: yaitu kegiatan menyampaikan dengan pelbagai cara dan
alat dari satu pihak kepada pihak lain.
6. Menyimpan: yaitu kegiatan menaruh dengan berbagai cara dan alat di
tempat tertentu yang aman.
(Sumber: depdiknas.go.id)
Sistem manajemen (management system) disini adalah proses-proses untuk
mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan, dan
memberi penghargaan terhadap pelayanan yang dilakukan kepada wajib pajak.
pelayanan pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan serta berdampak kepada pelayanan tersebut, optimal atau tidak atas
kinerja yang dilakukan.
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka
memberi kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk : kuantitas
output, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran ditempat kerja, sikap
kooperatif. (Robert L. Mathis and John H. Jackson, 2002)
10
Stoner dan Focerman (1989) dalam Muhammad Cholil (1999) menjelaskan
Pengaruh adalah setiap tindakan atau contoh perilaku pihak tertentu yang dapat
menyebabkan pihak lain merubah sikap dan atau perilakunya. Dalam konsep
pengaruh berkaitan erat dengan kekuasaan yang sering diartikan sebagai
kemampuan untuk memahami, memiliki dan menggunakan pengaruh yang berarti
pula kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku pihak lain termasuk untuk
menyadari fungsi dan peranannya sebagai bagian integral ke titik tujuan bersama.
Kerangka pemikiran adalah jalan pikiran peneliti yang berkaitan dengan
proses penelitian (Heri Jauhari, 2008:30) Dalam penelitian ini akan dibahas
tentang seberapa besar pengaruh tata usaha perpajakan modern sebagai variable X
terhadap peningkatan pelayanan sebagai variable Y.
Dalam kerangka pemikiran peneliti mencantumkan pula pengertian dan
teori tentang implementasi kebijakan yaitu Menurut Van Meter dan Van Horn,
“Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau
swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan yang telah menggariskan
dalam putusan kebijakan(Leo Agustino, 2008:139).
11
Gambar kerangka pemikiran
1.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
format pertanyaan(Sugiono,2009:70).
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, terdapat pengaruh dua variabel
penelitian. Peneliti mengasumsikan bahwa:
Jawaban sementara yang penulis kemukakan pada penelitian di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung sebagai pembuktian adalah ada (Ha)
yang berarti diterima dan tidak ada (H0) berarti nol atau ditolak, yang merupakan
sebuah penjabaran sebagai berikut.
Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tata usaha terhadap
peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung
Ada Perbedaan
Tidak ada
Perbedaan
Kesimpulan
Uji Beda
Tata usaha
Tingkat pelayanan
12
Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tata usaha terhadap
peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian tata usaha perpajakan modern
Dewasa ini perpajakan modern mempunyai pengaruh yang sangat penting
dalam setiap tindakan pada pelayanan, sebagai contoh perilaku pihak tertentu
dapat menyebabkan pihak lain merubah sikap serta perilakunya. Dalam konsep ini
pengaruh berarti berkaitan erat dengan kekuasaan yang sering diartikan sebagai
kemampuan untuk memahami, memiliki dan menggunakan pengaruh yang berarti
pula kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku pihak lain termasuk untuk
menyadari fungsi dan peranannya sebagai bagian integral ketitik tujuan bersama.
Pada organisasi-organisasi publik, reputasi organisasi, efisiensi dan
efektifitas layanan masyarakat hanya akan dapat ditingkatkan apabila para
pimpinannya mampu mengelola organisasi tersebut secara adaptif dengan
memanfaatkan segenap informasi yang berguna bagi organisasi sehingga tanggap
terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang modern dan komplek.
Bagi organisasi publik yang menggantikan kepentingan umum secara
keseluruhan, terutama yang melakukan kontak dan berhubungan dengan
masyarakat, maka pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat menjadi
sesuatu yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan tujuan administrasi negara
yaitu memberikan service yang sebaik – baiknya terhadap kepentingan
masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh S. Pamudji sebagai berikut:
“Tujuan yang hendak dicapai dalam proses administratif itu di dalam
pemerintah disebut dengan satu atau dua istilah yaitu pondok service.
13
14
Dengan demikian yang dimaksud administrasi negara sebagai proses adalah
serangkaian kegiatan – kegiatan yang meliputi membuat rencana-rencana,
mengambil keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan yang ditujukan
untuk melaksanakan atau menyelenggarakan publik servis (dinas publik).
Dinas-dinas publik tersebut bertugas melayani anggota masyarakat dan
karenanya dinas publik kadang-kadang diartikan “abdi rakyat.” (S.
Pamudji,1993:31)
Sejalan dengan perkembangan jaman muncul perubahan paradigma ilmu
administrasi publik. Saat ini administrasi publik lebih menyangkut kepada
kegiatan pengelolaan pelayanan publik, seperti yang diungkapkan oleh Philips J.
Cooper yaitu:
Administration of public
Paradigma ini menekankan kajian pada negara (the state) yang dipandang
sebagai agen tunggal implementasi fungsi dan kebijakan pemerintah.
Administration for public
Kajian paradigma kedua ini lebih diorientasikan pada bagaimana peran
negara atau pemerintahan lebih berfungsi dalam melayani masyarakat (public
service). Paradigma kedua ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari paradigma
pertama, namun disini lebih ditekankan pada bagaimana pemerintah memberikan
pelayanan dan jasa untuk kepuasan publik (public good and services).
Administration by public
Paradigma ketiga ini lebih menekankan pada public demand are
differenciated yaitu negara lebih berfungsi sebagai fasilitator, katalisator, dan
15
berorientasi pada strategi, output bernuansa pada pola kerja kemitraan dan
privatization.
(cooper,2004:1-2)
Miftah Thoha mengemukakan ciri – ciri dalam mengidentifikasikan
pelayanan administrasi negara yaitu, pelayanan yang diberikan oleh administrasi
negara lebih bersifat urgen dibandingkan pelayanan yang diberikan oleh
organisasi-organisasi swasta. Pada umumnya bersifat monopoli atau semi
monopoli. Administratornya juga relatif berdasarkan undang-undang dan
peraturan. Serta tidak dikendalikan oleh harga pasar sehingga mendasarkan dirri
bukan pada penghitungan laba tetapi pada rasa pengabdian kepada masyarakat
umum. Seluruh usaha yang dilakukan bergantung kepada mata rakyat
banyak.(Thoha,2002:2).
Pemberian pelayanan yang baik sangat penting untuk mencapai tujuan
organisasi yang melaksanakan tugas utama melayani publik, tetapi selain itu juga
merupakan hak yang dapat diperoleh oleh masyarakat, yaitu hak untuk
mendapatkan pelayanan maksimal.dengan pelayanan maksimal diharapkan akan
mendapatkan dampak positif bagi masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pendapat H. A. S Moenir sebagai berikut :
“Pelayanan publik yang maksimal akan membeikan dampak positif kepada
masyarakat antara masyaraat akan merasa bangga dan menghargai korp
pegawai, patuh terhadap peraturan pelayanan, terciptanya kegairahan usaha
dalam masyarakat, serta peningkatan dan pengembangan masyarakat secara
dinamis.” (Moenir,2001:31)
16
Berdasarkan penjelasan diatas, maka pelayanan umum (public service)
merupakan tugas utama yang harus dilakukan oleh suatu organisasi pemerintah
serta harus memperhatikan kualitas pelayanannya kepada masyarakat, karena
melalui pelayanan kependudukan yang memadai dan baik penyelenggaraannya
oleh pemerintahan, maka akan dapat berjalan lancar dan dinamika masyarakat
berjalan maju.
1.2 Pengertian Perpajakan Modern
Konsep perpajakan modern adalah pelayanan prima dan pengawasan
intensif dengan pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance).
Tujuannya, meningkatkan kepatuhan pajak. Juga meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap administrasi perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak
yang tinggi.
Negara mempunyai kewajiban mengantarkan seluruh rakyatnya untuk
mencapai keadilan dan kemakmuran. Sudah sepantasnya negara juga menuntut
haknya untuk memungut pajak guna menyediakan dana bagi pengeluaran dalam
melaksanakan kewajiban tersebut. Dengan demikian, secara otomatis, negara
mempunyai tugas yang harus dilaksanakan baik yang bersifat administratif
maupun pelayanan (service).
Penyelenggaraan tugas dan kewajiban negara tersebut, tentunya sumber
dana yang tidak kecil jumlahnya. Sumber dana tersebut dapat digali dari berbagai
sektor antara lain penjualan barang dan jasa milik negara, pinjaman,
penciptaan/pencetakan uang kertas, bantuan/pemberian dari negara lain, dan
pajak. Dalam hal ini, sektor pajak merupakan sektor yang diandalkan untuk
17
mengisi kas negara sebab disamping mempunyai sifat yang rutin juga tidak
terlampau sulit memprediksinya. Sebagai negara yang menuju ke tingkat
kemandirian, sektor pajak mutlak diperlukan.
1.3 Definisi Pajak
Definisi pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. Yaitu:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”
Dalam definisi pajak yang telah dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat
Soemitro, SH, yang memberikan kesan bahwa pajak semata-mata sebagai sumber
dana bagi pelaksanaan tugas negara tanpa ada timbal balik. Sebenarnya tidak
secara keseluruhan untuk membiayai pelaksanaan tugas negara dalam hal teknis,
karena pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dari berbagai lini terutama
ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.
Secara pengertian diatas dapat dikatakan kembali kepada masyarakat yang
menjadi wajib pajak, maka suatu hal yang pantas dalam pelaksanaan pelayanan
yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak sudah maksimal dilaksanakan
mengingat pajak yang dipungut tanpa harus dikembalikan kepada wajib pajak,
dapat diperuntukan beberapa bagian dalam hal pelaksanaan administrasi
perpajakan.
18
1.4 Macam Pajak
1. Pajak pusat
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
2. Pajak Daerah
Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang di
lakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
undang-undang yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Pemahaman tentang macam – macam pajak dapat menyimpulkan bahwa
yang akan ditinjau oleh peneliti adalah pada pajak pusat yang dipungut oleh
pemerintah untuk membiayai rumah tangga negara, sementara secara fokus
kajiannya terhadap sub sistem administrasi yaitu ketatausahaan pada seksi tata
usaha dan perpajakan dikantor pelayana pajak pratama dalam pencapaian segi
pelayanan yang berdampak terhadap kepatuhan wajib pajak.
2.5 Tinjauan tentang pelayanan pajak
Pelayananan merupakan ujung tombak pemerintah dalam memenuhi
kebutuhan rakyatnya. Dari pelayanan inilah masyarakat dapat memberikan
pelayanan mengenai kualitas kerja pemerintah. Sesuai dengan pendapat Ndraha
(1997:70), yang menyatakan bahwa “pemerintah memegang tanggung jawab atas
kepentingan rakyat”. Jadi pemerintah merupakan pelayanan bagi kepentingan
rakyatnya. Pengertian pelayanan tidak terlepas dari masalah kepentingan umum.
19
Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat berlaku untuk setiap
perusahaan baik itu milik swasta ataupun pemerintah. Setiap perusahaan tentu
mempunyai tujuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya kepada
masyarakat (public service) sebagai bukti keberhasilan usaha kerja mereka.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Handayaningrat
(1988:5) bahwa “Administrasi Negara bertujuan untuk memberikan pelayanan
sebaik – baiknya kepada masyarakat (public service).
Menurut Moenir (1998:17), yang dinamakan pelayanan adalah “Proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diawasi”. Hal
senada diungkapkan B.Boediono (2003:11) bahwa:
“Pelayanan pelanggan adalah upaya atau proses yang secara sadar dan
terencana dilakukan organisasi atau badan usaha agar produk/jasanya menang
dalam persaingan melalui pemberian /penyajian pelayanan kepada pelanggan,
sehingga tercapai kepuasan optimal bagi pelanggan”.
Selanjutnya dari pengertian definisi diatas dapat dijelaskan bahwa
pelayanan adalah suatu keseluruhan aktivitas yang memberikan usaha.
Selanjutnya Moenir (1998:20), menyatakan “Layanan sebagai aktivitas yang
berlangsung berurutan dapat diukur dari segi penggunaan waktu. Pengukuran ini
penting karena dari pengukuran yang berulang – ulang dapat diambil waktu rata –
rata yang diperlukan menyelesaikan suatu rangkaian aktivitas (proses) dan
menjadi standar”.
Layanan yang diperlukan oleh manusia itu sendiri, pada dasarnya ada dua
jenis yaitu layanan fisik yang sipatnya pribadi sebagai manusia dan layanan
20
administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota organisasi (organisasi
massa atau organisasi negara).
Begitu pula dengan halnya jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.
Pemerintah sebagai pelayanan diharapkan dapat memberikan pemenuhan akan
hidup dan kesejahteraan bagi warganya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan
oleh Pramudji (1994:21-22), yang mengemukakan bahwa jasa pelayanan
pemerintah sebagai berikut :
“Jasa pelayanan pemerintah yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan
memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang – barang dan jasa – jasa.
Jenis pelayanan publik dalam arti jasa – jasa yaitu seperti pelayanan
kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan
angkutan umum (darat, sungai, laut, udara) dan lain – lain”.
Dalam pelayanan umum yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat
merupakan suatu proses penyelenggaraan kegiatan organisasi yang berorientasi
kepada kepentingan umum. Menurut Gie yang diterjemahkan oleh Ibrahim
(1997:37) bahwa :
“Batasan – batasan tentang kepentingan umum adalah segenap hal yang
mendorong terciptanya ketentraman, kestabilan ekonomi dan kemajuan
dalam kehidupan masyarakat disamping urusan – urusan yang
menyangkut negara dan rakyat seluruhnya dalam suatu kesatuan”.
Pengertian pelayanan publik menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik yang disebutkan dalam pasal I ayat (1), adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
21
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Disebutkan pula dalam UU No. 25/2009 ini bahwa dalam asas pelayanan
publik harus berasaskan:
1. Kepentingan umum
2. Kepastian hukum
3. Kesamaan hak dan kewajiban
4. Keprofesionalan
5. Partisipatif
6. Persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif
7. Keterbukaan
8. Akuntabilitas
9. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
10. Ketepatan waktu
11. Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.
(Sumber: Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik)
Bagi organisasi publik yang mengutamakan kepentingan umum secara
keseluruhan, terutama yang melakukan kontak dan berhubungan langsung dengan
masyarakat, maka pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat menjadi
sesuatu yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan tujuan administrasi negara
yaitu memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya terhadap kepentingan
22
masyarakat, seperti yang dikemukakan Pamudji bahwa “tujuan yang hendak
dicapai dengan proses administratif itu didalam pemerintah disebut dengan satu
atau dua istilah yaitu dinas publik (publik services).” (Pamudji,2008:2)
Selain itu terdapat definisi pelayanan yang sangat simpel diberikan oleh
Ivancevich, Lorenzo, Skinner, dan Crosby (1997:44) yang dikutif dari buku
ratminto yang berjudul manajemen pelayanan, yaitu: “Pelayanan adalah produk-
produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha – usaha
manusia dan menggunakan peralatan.” (Ratminto,2008:2)
Sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos (1990:27)
dalam buku yang sama yaitu Manajemen Pelayanan, mendefinisikan pelayanan
sebagaimana dikutif dibawah ini:
“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat
tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya
interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.”
(Radminto,2008:2)
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan manusia. Hal senada juga dikemukakan Budiman Rusli yang
berpendapat bahwa selama hidupnya, manusia selalu membutuhkan pelayanan.
Pelayanan menurutnya sama dengan life cycle theory of leadership (LCTL) bahwa
23
pada awal kehidupan manusia (bayi) pelayanan secara Fisik sangat tinggi, tetapi
seiring dengan usia manusia pelayanan yang dibutuhkan akan semakin menurun.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan
metode penelitian survai, yang dipakai untuk tujuan eksplorasi dalam arti tindakan
mencari atau melakukan perjalanan sehingga menemukan yang dimaksud meliputi
pengetahuan yang tidak umum supaya dapat dipahami dan dijelaskan. “Metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu(Sugiono,2009:1)”.
Dengan menggunakan cara ilmiah berarti penelitian merupakan kegiatan
yang dilandasi oleh prinsip-prinsip keilmuan. Metode yang merupakan gabungan
antara pendekatan rasional yaitu pendekatan yang memberikan kerangka
pengujian dalam memastikan suatu kebenaran, digabung dengan pendekatan
empiris.
Penelitian bertujuan untuk menggali informasi tentang pengaruh sistem
administrasi perpajakan modern dikantor pelayanan pajak pratama Bandung
Cicadas. Dengan menggunakan metode penelitian survai, yaitu: “menjelaskan
perbedaan, hubungan, serta pengaruh antar variabel. Salah satunya menggunakan
sampel.
Metode penelitian survei dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan
hubungan sebab-akibat dua atau lebih variabel, menguji hipotesis dan menarik
sampel dari suatu populasi
24
25
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pemerintahan di kantor
pelayanan pajak pratama Bandung Cicadas yang berjumlah 79 (Tujuh puluh
sembilan) Diantaranya:
1. Kepala Kantor (1)
2. Subag Umum (9)
3. Seksi pengolahan data dan informasi (8)
4. Seksi pelayanan (13)
5. Seksi pengawasan dan konsultasi I (7)
6. Seksi pengawasan dan konsultasi II (6)
7. Seksi pengawasan dan konsultasi III (7)
8. Seksi pengawasan dan konsultasi IV (7)
9. Seksi ekstensifikasi (7)
10. Seksi pemeriksaan (2)
11. Kelompok Fungsional (12)
3.2.2 Sampel
Sampel adalah adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut(Sugiono,2009:91). Dalam penelitian ini peneliti akan
menggunakan penelitian sensus dimana seluruh populasi dijadikan dalam sampel
penelitian karena keterbatasannya populasi.
Tehnik yang digunakan dalam menentukan sample pada penelitian ini yaitu
menggunakan sampling jenuh. Menurut sugiono sampling jenuh adalah tehnik
26
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel(Sugiono,2012:18)
3.3 Variabel Penelitian
Variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan(Sugiono,2009:39).
Berikut variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tata usaha perpajakan sebagai variable bebas (independent)
2. Pelayanan pajak sebagai variable terikat (dependent)
Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah tata usaha
perpajakan modern sementara yang menjadi variabel terikat (dependent) adalah
peningkatan pelayanan pajak.
Kemudian untuk mempermudah dalam pembagiannnya penulis jabarkan ke
dalam bentuk operasional variabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Nomor
Butir
Variabel (X)
Tata usaha
Ketatausahaan
Pajak
1. Kelengkapan data wajib
pajak
2. Catatan pengisian berkas
3. Pengecekan data
1
2
3
Proses tata usaha 1. Pengklasifikasian data 4
27
2. Pemahaman pegawai 5
Pelayanan
ketatausahaan
1. Perbandingan pelayanan
elektronik dan manual
2. Kesesuaian dengan
prosedur
3. Penggunaan komputerisasi
6
7
8
Variabel (Y)
Pelayanan
Peningkatan
Pelayanan
1. Persediaan data
2. Kemudahan memperoleh
data
3. Jumlah pengaduan
4. Respon masyarakat
5. Tanggung jawab tugas
6. Pelayanan pada jam kerja
7. Memperkecil resiko
8. Kesigapan di waktu sibuk
9
10
11
12
13
14
15
16
(Sumber:Penelitian 2012)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Kepustakaan
Dalam menunjang tekhnik pengumpulan data maka studi kepustakaan
sebagai usaha yang dilakukan oleh peneliti dalam menghimpun informasi
ter-update sesuai dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti
serta seluruh sumber yang didapat dari buku, laporan ilmiah, laporan
28
penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-
peraturan, ketetapan-ketetapan dan lain sebagainya yang bersumber dari
media elektronik dan cetak.
2. “Kuesioner(angket), merupakan tekhnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis terhadap responden untuk dijawabnya(Sugiyono,2009:162)”
3. Observasi
Mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara
langsung ke lapangan dan mencatat semua peristiwa, kegiatan serta
kejadian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung
3.5 Analisis Data
Menurut Moh. Nazir, bahwa analisis data adalah mengelompokan, membuat
suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk
dibaca (Moh. Nazir, 2006:358)
Untuk menganalisa data dalam penelitian ini digunakan analisa kuantitatif
(J. Supranto,2003:204), selanjutnya dipaparkan atau dideskripsikan secara
kualitatif. Dengan analisa kuantitatif, dapat diperoleh gambaran bagaimana data
primer disandingkan untuk memperoleh perbandingan Variable dari data primer
dan data sekunder sehingga kemudian data/fakta dikonstruksikan sebagai bagian
dari analisis data. Sedangkan metode pengkonstruksian data dilakukan secara
deduktif, sehingga data yang umum kemudian akan menjadi lebih terfokus.
29
Dalam skala pengukuran yang dilakukan peneliti dengan menggunakan
“skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial yang ditetapkan secara spesifik oleh
penulis yang selanjutnya disebut variabel penelitian(Sugiyono,2009:107)” maka
akan menghasilkan instrument dari setiap jawaban yang dipertanyakan dan
jawaban dapat diberi skor, seperti:
Tabel 3.2
Tabel Jawaban Responden
No Instrumen Jawaban Skor
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu-ragu 3
4 Tidak setuju 2
5 Sangat tidak setuju 1
(Sumber: Sugiyono,1992:73-74)
Adapun untuk perolehan data dari keusioner berupa pertanyaan berdasarkan
skala likert yaitu dengan cara memberikan nilai bobot yang formatnya sama
dengan instrumen jawaban dan skor dengan mengubahnya menjadi alternatif
jawaban dan bobot nilai.
Kemudian dalam menganalisis data yang diperoleh dari hasil penyebaran
angket atas berbagai item pernyataan yaitu dengan menarik kesimpulan dan
diinterpretasikan berdasarkan skor pada daerah interval tertentu yang secara
kontinum dapat dikategorikan.
30
3.5.2 Uji kecukupan data
Dalam melakukan uji kecukupan data yang di tempuh oleh peneliti adalah
dengan menggunakan rumus bernauli, yaitu :
n ( ⁄ )
Keterangan:
n = Jumlah sampel (kuesioner) yang sah
Z( /2) = Nilai distribusi normal (terdapat dalam lampiran)
e = Tingkat kesalahan
p = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap benar
q = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap salah
Kepercayaan ( )
Ketelitian (e) = 5%
3.5.3 Uji validitas konstruk
Dalam melakukan uji validitas langkah yang ditempuh oleh peneliti
sebagai berikut:
1 Mendefinisikan secara operasional konsep yang digunakan dalam
penelitian sebagaimana diketahui bahwa konsep itu memiliki konstruk
tersebut harus dicari, salah satu diantaranya dengan mencari definisi
dan rumusan tentang konsep yang akan diukur.
2 Memasukan data kedalam tabulasi kemudian menghitung korelasi
masing – masing item dalam skor total, yaitu dengan mengunakan
rumus tekhnik korelasi product moment.(Masri singarimbun,1989:137)
Adapun rumusnya menggunakan:
31
(∑ ) (∑ ∑ )
√[ ∑ (∑ ) ][ ∑ (∑ ) ]
Keterangan:
r = korelasi product moment
X = skor pernyataan
Y = skor total seluruh pernyataan
XY = skor pernyataan dikalikan skor total
N = jumlah responden pretest
Variable dinyatakan valid apabila rhitung lebih besar dari r table
Setelah mengetahui hasil validitas maka analisis selanjutnya yaitu uji
realibiltas dengan menggunakan software spss 16 for windows.
3.5.4 Statistik Deskriptif
Pada bagian ini peneliti menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung.
3.5.5 Analisis Regresi dan Korelasi
3.5.5.1 Analisis Regresi
Semua data hasil penyebaran angket ini diberi sekor dan analisis dengan
menggunakan uji statistik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik korelasi dan regresi, yaitu dengan korelasi sederhana untuk
menentukan hubungan masing-masing variabel X dengan Y, regresi sederhana
untuk menentukan kontribusi variabel X terhadap Y.
Kemudian menentukan regresi sederhana dengan menggunakan rumus:
32
Keterangan:
Y’ = Nilai yang diprediksikan
a = Konstanta atau Bila harga X= 0
b = Koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel devenden yang didasarkan pada variabel
independen. Bila b (+) maka naik, bila (-) maka terjadi penurunan
X = Nilai Variabel independen (Sugiyono, 2008:219) 1
Rumus harga a dan harga b
a=(∑ )( ) (∑ )(∑ )
∑ ( ∑ )
b= ∑ (∑ )(∑ )
∑ (∑ )
Selanjutnya untuk menganalisa data yang diperoleh dari hasil penyebaran
angket yaitu menjumlahkan skor kriteria (apabila setiap butir item mendapatkan
skor tertinggi = 5) X (jumlah item) X (jumlah responden).
Adapun criteria dalan menginterpretasikan skor secara keseluruhan pada
daerah interval tertentu yaitu secara kontinum dapat dibuat kategorikan sebagai
berikut:
Gambar 3.1
Garis kontinum presentase
0 20% 40% 60% 80% 100%
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
(Iskandar,2010:93)
33
3.5.4.2 Analisis Korelasi
Menghitung korelasi sederhana antara variabel yang ada dengan rumus
korelasi sederhana yang notasi rumusnya adalah:
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi X dan Y
∑ = jumlah kuadrat dari skor X
∑ = jumlah kuadrat dari skor
∑ = jumlah skor variabel X
∑ = Jumlah skor variabel Y (Gravetter dan walnau,1985:75-78)
Besarnya nilai r yang diperoleh adalah berkisar antara -1 dan +1 (-
1<1<+1)
Apabila r = 1 artinya nilai korelasi sangat kuat
r = -1 artinya nilai korelasi negatif sempurna
r = 0 artinya tidak ada korelasi
Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan
tersebut, maka r dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai
berikut:
34
Tabel 3.3
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber : Sugiyono, 2009:214)
Kesimpulan yang akan didapat mulai dari 0% - 100%, dimulai dari
sangat rendah hingga sangat kuat.
Untuk mengukur seberapa tingkat pengaruh Variabel X terhadap
Variabel Y (Besarnya kontribusi ketatausahaan perpajakan modern
terhadap peningkatan pelayanan), penulis menggunakan Korelasi
Determinasi yaitu suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat hubungan antar variable X dan Y dengan rumus
Dilanjutkan dengan uji signifikansi koefisien korelasi sedrhana
dengan rumus:
t = √
√
Dalam uji hipotesis nilai t hitung dibandingkan t tabel dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. jika t hitung > t tabel berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis alternative (Ha) diterima.
35
2. jika t hitung < t tabel berarti hipotesis nol (Ho) diterima dan
hipotesis alternative (Ha) ditolak.
Penghitungan semuanya akan dilakukan dengan uji instrumen dalam
fokus realibilitas yang diolah menggunakan software SPSS versi 16.0
dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan ketepatan pengukuran,
apabila pengukuran dilakukan pada objek yang sama berulang kali dengan
instrumen yang sama dengan menggunakan rumus alpha Croanbach, jika
hasilnya lebih besar dari 0,7, maka sudah menunjukan handal serta valid
dan dapat dijadikan alat ukur penelitian.
Dengan teknik analisis dan pengujian hipotesis tersebut diatas,
diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap rumusan masalah dalam
penelitian pengaruh tata usaha perpajakan modern terhadap peningkatan
pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung.
Adapun hipotesis yang akan diuji
Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tata usaha
terhadap peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Cicadas
Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tata usaha terhadap
peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Cicadas
Adapun untuk uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier
untuk menghubungkan variabel X (independen) dan variabel Y(depenen) dengan
36
menggunakan aplikasi SPSS 16.0 for windows.(Metode Pelatihan
Statistik,2011:37)
3.5.6. Koefisien determinasi
koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui hasil pengaruh variable
X terhadap Y adapun rumusnya yaitu:
( )
Keterangan
KD = Koefisien Determinasi
rxy = Hasil analisis product moment
3.6 Jadwal dan Tempat Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian ini adalah Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat 1 kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bandung Cicadas No. 114 Soekarno Hatta.
2. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada kantor pelayanan pajak pratama
Bandung Cicadas, karena beberapa faktor diantaranya:
Pertama lokasi tempat penelitian mendekati lokasi peneliti mencari
ilmu diperkuliahan,
Kedua kota Bandung merupakan pusat provinsi Jawa Barat yang
mempermudah dalam mengurus surat untuk pelaksanaan penelitian.
37
Ketiga lokasi tinggal peneliti ditempat perkuliahan adalah daerah yang
termasuk daerah yang menjadi cakupan wilayah kantor pelayanan pajak
pratama Bandung Cicadas.
3. Waktu
Waktu penelitian yang dilakukan adalah terhitung mulai bulan Mei
sampai Juli 2012, yang dapat dilihat dalam tabel penelitian.
Tabel 3.4
Rencana penelitian
Tahapan penelitian Mei 2012 Juni 2012 –
Januari 2013
Januari
2013
February
2013
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Bimbingan Proposal
Penelitian
Seminar Proposal
Penelitian
Pengumpulan dan
Pengolahan data
(observasi)
Bimbingan Skripsi
Penyelesain Skripsi
Sidang Skripsi
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 PENGUMPULAN DATA
4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung
Sejarah pajak awalnya berasal dari Negara Perancis pada zaman
pemerintahan Napoleon Bonaparte. Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh
Negara Perancis. Sistem pajak yang di terapkan pula oleh Belanda kepada
Indonesia. Pada saat Belanda menjajah Indonesia dimana pada saat itu disebut
“Oor Longs-Overgangs Blasting” (Pajak Penghasilan).
Pemungutan pajak oleh Pemerintah Belanda dilaksanakan disuatu badan
yaitu “Deinspetie van Vinancian” yang kemudian diganti namanya menjadi
“Zeinenbu” oleh Pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Pada tanggal
15 Agustus 1942 nama tersebut diganti menjadi “Kantor Inspeksi Keuangan” dan
berkantor di Gedung Concordia (Sekarang Gedung Merdeka) Jalan Asia Afrika.
Lalu pada tanggal 21 Agustus 1947 bersamaan dengan Agresi Militer Belanda I,
Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Bandung Selatan di
Kabupaten Soreang.
Setelah berakhirnya Agresi Militer Belanda I, Belanda menyerang kembali
dengan Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948, Kantor
Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Tasikmalaya.
Setelah berakhirnya Agresi Militer II, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung
yang berada di Tasikmalaya di kembalikan ke Bandung pada tanggal 17
Desember 1949. Kantor Inspeksi Keuangan Bandung pada saat itu
38
39
diserahterimakan oleh Menteri Keuangan Mr. Safrudin Prawiranegara, dan
kemudian menunjuk Koesoemosarminto sebagai Kepala Kantor Inspeksi
Keuangan Bandung yang pertama, berkantor di km “0” (Groofpostweg) saat ini
Jalan Asia Afrika No.114.
Sejak tahun 1968,Kantor Inspeksi Keuangan berganti nama menjadi Kantor
Inspeksi Pajak Bandung. Pada tanggal 1 Agustus 1980, Kantor Inspeksi Pajak
Bandung dibagi menjadi dua yakni Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat dan
Kantor Inspeksi Bandung Timur. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. Kep-48/KMK/1988 tanggal 19 Januari 1988 dibentuklah
kantor baru yang diberi nama Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah yang
beralamat di Jl. Purnawarman No.21 dengan Kepala Kantor Drs. Untung Rivai,
sejak berlakunya keputusan mentri keuangan tersebut, maka Kantor Inspeksi
Pajak yang berada di Bandung dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat
2. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur
3. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
tanggal 23 Maret 1998 No. Kep-276/KMK.01/1998, Struktur Organisasi dan Tata
Kerja Direktorat Jenderal Pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian pesatnya perkembangan wilayah, maka
dipandang perlu adanya wilayah kerja agar dapat memaksimalkan penerimaan
dari sektor pajak.
40
Perkembangan Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung telah
berkembang menjadi enam KPP,yakni:
1. KPP Bandung Bojonagara, Jl. Asia Afrika No.114
2. KPP Bandung Karees, Jl. Kiaracondong No.372
3. KPP Bandung Cimahi, Jl. Raya Barat No.574
4. KPP Bandung Cibeunying, Jl. Punawarman No.21
5. KPP Bandung Cicadas, Jl. Soekarno Hatta No.781
6. KPP Bandung Tegalega, Jl. Soekarno Hatta No.216
Pada bulan Maret 2006 Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat Seksi
II membawahi Sembilan KPP meliputi lima KPP di Bandung, yaitu:
1. KPP Bandung Bojonagara, Jl. Asia Afrika No.114
2. KPP Bandung Karees, Jl. Kiaracondong No.372
3. KPP Bandung Cibeunying, Jl. Punawarman No.21
4. KPP Bandung Cicadas, Jl. Sokarno Hatta No.781
5. KPP Bandung Tegalega, Jl. Soekrno Hatta No.21
Pada dasarnya ketika era pra modern (KPP Paripurna) KPP Bandung
Cicadas adalah lembaga pelaksana Dirjen Pajak yang bertugas untuk
melaksanakan kegiatan Operasional Pelayanan Perpajakan. KPP Bandung
Cicadas beralamat di Jl. Soekarno Hatta No.781 Bandung. KPP Bandung Cicadas
menempati sebuah gedung berlantai empat, yang semula diperuntukan untuk
Kanwil IX DJP Jawa Barat Seksi II. Sebagai KPP baru, Kepala Kantornya
dilantik pada tanggal 24 Februari 2002, dan Kasi, Kasubag Umum, serta Kepala
KP4 dilantik pada bulan April 2002.
41
Pada Dasarnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah
unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan
kegiatan Operasional Pelayanan Perpajakan. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli
2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan,
Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak serta Kantor Penyuluhan dan
Pengamatan Potensi Perpajakan, memutusakan bahwa Kantor Pelayanan Pajak
Bandung Cibeunying yang semula wilayahnya meliputi wilayah Cibeunying dan
wilayah Ujung Berung dipecah menjadi dua Kantor Pelayanan Pajak lama dan
Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas sebagai Kantor Pelayanan Pajak baru
dengan wilayah kerja meliputi: Kecamatan Cibiru,Arcamanik,Cicadas,Ujung
Berung dan Cimenyan.
Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas menempati sebuah gedung baru
berlantai empat,yang semula diperuntukkan untuk Kanwil IX DJP Jawa bagian
Barat II sejak tahun 2002.
Sebagai Kantor Pelayanan Pajak baru,Kepala Kantornya dilantik pada bulan
April 2002 dan untuk sementara sambil melakukan pembenahan gedung baru
tersebut Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas berkantor di Aula Kantor
Pelayanan pajak Bandung Cibeunying.
Karena gedung baru tersebut belum ada Lay-Out dan Partisi, maka didesain
sendiri dan bekerjasama dengan para Kepala seksi, khususnya Ibu Kasubag
42
Umum dengan konsep mengutamakan, memudahkan pelayanan, kenyamanan,
keamanan, keindahan, keterpaduan antar seksi,dan keterbukaan.
Struktur Organisasi di KPP Model Lama dipimpin oleh seorang Kepala
Kantor yang di bagi atas beberapa seksi yaitu:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Tata Usaha Perpajakan
3. Seksi Penagihan
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
5. Seksi PPh Badan
6. Seksi PPN dan PTLL
7. Seksi P2 PPh
8. Seksi Penerimaan dan Keberatan
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
tanggal 23 Maret 1988 Nomor Kep-276/KMK.01/1998, Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demekian pesatnya perkembangan wilayah, maka
di pandang perlu adanya pembagian wilayah kerja agar dapat dimaksimalkan
penerimaan dari sektor pajak.
Perkembangan terakhir pada bulan April 2002, Kantor Pelayanan Pajak di
wilayah Bandung telah berkembang menjadi enam KPP yakni:
1. KPP Bandung Bojonagara, Jalan Asia Afrika No. 114
2. KPP Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No.372
3. KPP Bandung Cimahi, Jalan Raya Barat No. 574
43
4. KPP Bandung Cibeunying, Jalan Purnawarman No. 21
5. KPP Bandung Cicadas, Jalan Soekarno Hatta No.781
6. KPP Bandung Tegalega, Jalan Soekarno Hatta No. 216
Pada bulan Maret 2006 Kanwil Dirjek Pajak Jawa Barat Bagian II
membawahi Sembilan KPP meliputi lima KPP di Bandung yang terdiri dari:
1. KPP Bandung Bojonagara, Jalan Asia Afrika No. 114
2. KPP Bandung Karees, Jalan Kiaracondong No. 372
3. KPP Bandung Cibeunying, Jalan Purnawarman No. 21
4. KPP Bandung Tegalega, Jalan Soekarno Hatta No. 216
5. KPP Bandung Cicadas, Jalan Soekarno Hatta No. 781
Dan empat KPP Lainnya terdiri dari:
1. KPP Cimahi
2. KPP Tasikmalaya
3. KPP Sukabumi
4. KPP Cianjur
Setelah masa pra modern yaitu era modern maka Kantor Pelayanan Pajak
Pratama pertama kali dibentuk melalui keputusan Menteri Keuangan No.
254/KMK.01/2004 di lingkungan Kanwil DJP Jakarta 1 (kini Jakarta Pusat).
Kemudian dengan Peraturan Menteri Keuangan No.55/PMK.01/2007 ditetapkan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama dilingkungan Kantor Wilayah DJP yang ada di
pulau Jawa dan Bali secara bertahap saat mulai beroperasi sesuai dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.Dan pada tanggal 28 Agustus 2007 Kantor
44
Pelayanan Pajak Bandung Cicadas berubah nama menjadi Kantor Pelayanan
Pajak PratamaBandung Cicadas.
Keterbukaan itu diwujudkan dengan membuat partisi antar seksi yang
tingginya hanya 120 cm,sehingga adanya saling control antara satu seksi dengan
seksi lainnya. Begitu juga dengan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), didesain
sedemikian rupa dengan mencontoh Counter bank dan Hotel.
Untuk pengamanan terhadap peralatan computer di Tempat Pelayanan
Terpadu,maka monitor computer di Tempat Pelayanan terpadu ditanam di dalam
meja, ruang Tempat Pelayanan terpadu juga dilengkapi dengan meja serba-serbi
untuk Wajib Pajak, meja pelayanan pelanggan (customer service) dan penyediaan
space bank untuk masa yang akan datang.
Untuk mempersiapkan satu Kantor Pelayanan Pajak masa depan, ruang
kepala Kantor dilengkapi dengan ruang khusus untuk ibadah, istirahat, yang
didalamnya tertsedia dapur kering, lemari pakaian dan sebagainya,hal ini adalah
antisipasi apabila ada Kepala Kantor yang baru pindah (jadi tidak perlu sewa
Hotel). Sistem Pelayanan di Tempat Pelayanan Terpadu dilakukan sebagaimana di
BanK Swasta, tanpa istirahat. Untuk memantau keadaan di Tempat Pelayanan
Pajak dipasang TV monitor yang berhubungan langsung dengan ruang kepala
Kantor.
Kantor Pelayanan Pajak Bandung Pratama Cicadas mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan Pemeriksaan Sederhana
terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung
45
Lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
tanggal 23 Maret 1988 Nomor Kep-276/KMK.01/1998, struktur Organisasi dan
Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak dirombak dan berubah nama menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demekian pesatnya perkembangan wilayah, maka
di pandang perlu adanya pembagian wilayah kerja agar dapat dimaksimalkan
penerimaan dari sektor pajak.
Pada dasarnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah
lembaga pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan
kegiatan opersional pelayanan perpajakan.
Dalam rangka memberikan pelayanan secara maksimal, karyawan/ti
seyogyanya berpenampilan baik dan rapih dan rapih oleh karena itu, dalam
berbusana/seragam diatur:
Senin : Baju putih dengan celana dan rok warna Gelap.
Selasa : Baju batik / bebas dengan celana dan rok menyesuaikan
Rabu-Kamis : baju Bebas Rapih.
Jum’at : baju batik / bebas dengan celana dan rok menyesuaikan.
46
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas
Kepala KPP Pratama Bandung Cicadas
Endang Sri Martuti
Kelompok Fungsional
12 Pegawai
SubBagian Umum
Trisusanto
6 Pegawai
Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Muchamad Sayidiman
6 Pegawai
Seksi Pelayanan
Aldy Renaldy
14 Pegawai
Seksi Pemeriksaan
Nurainun Gaus
1 Pegawai
Seksi Penagihan
Yogi Sugiharto
4 Pegawai
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Andang Sri Suka
4 Pegawai Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Sunardi Gito Sumarto
5Pegawai
Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Devrizal
4 Pegawai
Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Novianto
6 Pegawai
Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Ichsan Mulia Adiguna
6 Pegawai
47
Kemudian para Kepala Kantor yang pernah menjabat di Kantor Pelayanan
Pajak Cicadas dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas sejak
Tahun 2002 adalah sebagai berikut :
1. Drs. Abdurahmad Hafid
2. Drs. Achmad Syahrowadi
3. Drs. Maryanto
4. Drs. Erry S. Dipawinangun
5. Drs. Haryono, Ak.
6. Endang Sri Martuti
Struktur organisasi di KPP yang menerapkan system modern, khusunya
KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya adalah merupakan gabungan dari KPP
dan Karikpa lama yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi
beberapa seksi yaitu:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pelayanan
3. Seksi Pengolahan Data dan Infomasi
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pengawasan dan konsultasi I
6. Seksi Pengawasan dan konsultasi II
7. Seksi Pengawasan dan konsultasi III
8. Seksi Pengawasan dan konsultasi IV
9. Seksi Pemeriksaan
10. Tenaga Fungsional dan Pemeriksaan
48
4.1.2 Visi Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung
Visi
Menjadi instansi pemerintahan yang menyelenggarakan system administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan professionalism yang tinggi
Misi
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan undang – undang
perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran
pendapatan dan belanja Negara melalui system administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien.
4.1.3 Denah Lokasi KPP Pratama Cicadas Bandung
Jln. Soekarno – Hatta No. 781 Bandung 40292 Telp. (022) 7304525 Fax.
(022) 7304961 Kode KPP 429
Lantai 1
1. Tempat pelayanan terpadu
2. Help Desk
3. Bank BNP
4. Seksi pelayanan
5. Seksi ekstensifikasi
6. Seksi pengolahan data dan informasi
Lantai 2
1. Kepala kantor
2. Secretariat
49
3. Sub bagian umum
4. Seksi penagihan
5. Seksi pemeriksaan
6. Kelompok fungsional pemeriksaan pajak
7. Ruang closing
Lantai 3
1. Seksi pengawasan dan konsultasi I
2. Seksi pengawasan dan konsultasi II
3. Seksi pengawasan dan konsultasi III
4. Seksi pengawasan dan konsultasi IV
5. Ruan in house training
6. Ruang perpustakaan
Lantai 4
1. Aula
4.1.4 Wilayah Kerja KPP Pratama Cicadas Bandung
1. Kecamatan Ujung Berung
2. Kecamatan Arcamanik
3. Kecamatan Cicadas
4. Kecamatan Cibiru
5. Kecamatan Panyileukan
6. Kecamatan Antapani
7. Kecamatan Buah Batu
50
Gambar 4.2
Peta wilayah kerja
4.1.5 Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Cicadas Bandung
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas dipimpin oleh seorang
Kepala Kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan
perpajakan dalam daerah wewenangnya yang meliputi luas daerah tempat
kedudukan Wajib Pajak dan Penanggung Pajak pada daerah tertentu
berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
Uraian Tugas dari stuktur organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas
adalah sebagai berikut
51
1. Kepala Kantor
1) Mengawasi jalannya kegiatan operasional pelayanan perpajakan yaitu
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Tidak
Langsung Lainnya (PTLL) berdasarkan kebijakan teknis yang dilakukan
Direktorat Jenderal Pajak.
2) Membina karyawan yang ada di wilayah wewenang kekuasaannya.
3) Menerima laporan kerja dari setiap seksi.
4) Membuat kegiatan operasional KPP wilayah Jawa Barat.
2. Subbagian Umum
Subbagian Umum mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Bagian yang menjalankan, melayani, serta menyediakan segala
kebutuhan para pegawai baik pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah
terima jabatan serta pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil,
2) Penerbitan izin melanjutkan pendidikan di luar kedinasan,
3) Pengajuan usul peserta pendidikan di luar negeri,
4) Pengurusan gaji dan TKPKN yang terdiri atas prosedur pengurusan gaji
mulai dari pengajuan sampai dengan pembayarannya,
5) Permohonan kartu tanda peserta asuransi dan Taspen,
6) Menyusun Laporan/ Daftar Realisasi atas Penggunaan Anggaran Belanja,
dan yang melaksanakan penutupan Buku Kas Umum yang dilaksanakan
setiap bulan oleh Bendahara Pengeluaran.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas sebagai berikut:
52
1) Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data,
2) Penyajian informasi perpajakan,
3) Perekaman dokumen perpajakan,
4) Urusan tata usaha penerimaan perpajakan,
5) Pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan,
6) Pelayanan dukungan teknis komputer,
7) Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing,
8) Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, dan
9) Penyiapan laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
2) Penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat
lainnya, Penyuluhan perpajakan,
3) Pelaksanaan registrasi wajib pajak, dan
4) Melakukan kerjasama perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
2) Penundaan dan angsuran tunggakan pajak,
3) Penagihan aktif,
53
4) Usulan penghapusan piutang pajak, dan
5) Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
6. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
2) Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
3) Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya,
4) Melaksanaan Pemeriksaan Lapangan untuk satu, beberapa atau seluruh
jenis pajak, baik untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya,
serta pemeriksaan kantor dengan mengirimkan surat panggilan kepada
Wajib Pajak untuk datang ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak, dan
Menyelesaikan usulan pemeriksaan Bukti Permulaan dari Kepala Kantor
Pelayanan Pajak atau Kelompok Fungsional Kanwil kepada Kepala
Kanwil berdasarkan Informasi Data Laporan dan Pengaduan (IDLP),
hasil pengamatan, atau hasil pemeriksaan.
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Melakukan pengamatan potensi perpajakan,
2) Pendataan objek dan subjek pajak,
3) Penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi,
4) Menyelesaikan permohonan oleh Wajib Pajak yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas
54
bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan untuk mendaftarkan objek pajaknya yang dilaksanakan dengan
penelitian lapangan maupun penelitian kantor,
5) Menerbitkan himbauan untuk mendaftarkan diri atau meminta NPWP
bagi Wajib Pajak yang telah memenuhi syarat, namun diketahui belum
memiliki NPWP.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, IV;
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi
II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV,
masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,
2) Bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan,
3) Penyusunan profil Wajib Pajak,
4) Analisis kinerja Wajib Pajak,
5) Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi, dan
6) Melakukan evaluasi hasil banding.
9. Kelompok Jabatan Fungs ional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan
sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional
55
yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang
keahliannya.
2) Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional
senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP
yang bersangkutan.
3) Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja.
4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.1.6 Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung
Tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung yaitu
memberikan pelayanan publik dengan baik kepada,Wajib Pajak, dengan
memenuhi semua kebutuhan Wajib Pajak untuk dalam melakukan pemenuhan
kewajiban perpajakannya, Untuk mencapai tujuan itu diperlukan Prosedur dan
tata kerja organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya terdiri
dari aspek - aspek kegiatan antara lain:
1. Pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan
melalui prosedur yang mudah dan sistematis.
2. Melakukan kegiatan Operasional perpajakan di bidang pengolahan data
informasi, tata usaha perpajakan, pelayananan, penagihan, pengawasan
dan konsultasi, dan pemeriksaan kepada Wajib Pajak.
3. Kegiatan pengawasan dan verifikasi atas pajak penghasilan maupun pajak
pertambahan nilai dan penerapan sanksi administrasi perpajakan dengan
56
mencari, mengumpulkan, mengolah data, maupun keterangan lain, dalam
rangka pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan. Juga melakukan
kegiatan penata usahaan dan lampirannya termasuk kebenaran penulisan
dan perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan penyusunan
laporan pembayaran masa PPh, PPN, PBB, BPHTB, dan Pajak tidak
langsung lainnya.
4. Mengadakan Kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan
memenuhi kewajiban perpajakanya.
4.2 Pengolahan Data
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai data yang diperoleh dari
penyebaran angket yang ditujukan kepada pegawai kantor Pelayanan Pajak
Pratama Cicadas Bandung guna mengetahui Pengaruh tata usaha perpajakan
modern terhadap peningkatan pelayanan di kantor Pelayanan Pajak Pratama
Cicadas Bandung. Seperti penjelasan sebelumnya, Populasi dalam penelitian ini
adalah pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung, sedangkan
yang di ambil sebagai sampel dalam penelitian yaitu seluruh pegawai KPP
Pratama dengan total populasi sebanyak 79 orang, dan pada akhirnya peneliti
dapat mengumpulkan 43 responden dan yang mengisi komplit sebanyak 40
responden, maka peneliti menganggap 3 buah kuesioner dinyatakan tidak valid.
Dari jumlah responden tersebut semua telah mengembalikan angketnya dengan
data – data yang cukup sesuai harapan penulis.
57
Untuk memudahkan analisa data penulis menjabarkan data – data tersebut
dalam bentuk tabel yang akan memberikan gambaran terhadap masalah yang
diteliti.
4.2.1 Uji kecukupan data
Dalam melakukan uji kecukupan data yang di tempuh oleh peneliti adalah
dengan menggunakan rumus bernauli, yaitu :
n ( ⁄ )
Keterangan:
n = Jumlah sampel (kuesioner) yang sah
Z( /2) = Nilai distribusi normal (terdapat dalam lampiran)
e = Tingkat kesalahan
p = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap benar
q = Proporsi jumlah kuesioner yang dianggap salah
Kepercayaan ( )
Ketelitian (e) = 5%
/2 = 1-0.025 = 0.975 = 1.960
P =
q =
Kecukupan
n = 40
n ( ⁄ )
58
n ( )
40 0.1843 (n n’, maka Data Cukup)
4.2.2 Uji validitas Konstruk
Dalam melakukan uji validitas langkah yang ditempuh oleh peneliti
sebagai berikut:
1 Mendefinisikan secara operasional konsep yang digunakan dalam
penelitian sebagaimana diketahui bahwa konsep itu memiliki konstruk
tersebut harus dicari, salah satu diantaranya dengan mencari definisi
dan rumusan tentang konsep yang akan diukur.
2. Memasukan data kedalam tabulasi kemudian menghitung korelasi
masing – masing item dalam skor total, yaitu dengan mengunakan
rumus tekhnik korelasi product moment. (Masri
singarimbun,1989:137)
Adapun rumusnya menggunakan:
(∑ ) (∑ ∑ )
√[ ∑ (∑ ) ][ ∑ (∑ ) ]
Keterangan:
r = korelasi product moment
X = skor pernyataan
Y = skor total seluruh pernyataa
XY = skor pernyataan dikalikan skor total
N = jumlah responden pretest
59
Variable dinyatakan valid apabila rhitung lebih besar dari r table.
Tabel 4.1
Hasil penyebaran kuesioner untuk variable Tata usaha pajak
N 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah X
1 4 4 3 3 4 4 5 5 31
2 5 5 5 4 4 4 5 5 37
3 5 5 4 4 4 4 5 4 35
4 5 5 4 3 4 5 5 5 36
5 5 4 4 2 5 4 4 5 33
6 5 4 4 3 4 5 4 5 34
7 5 5 4 2 4 4 4 4 32
8 5 4 4 1 5 4 5 5 33
9 5 5 4 2 4 5 5 5 35
10 5 3 4 2 5 5 5 4 33
11 5 4 4 3 4 4 5 4 33
12 4 4 5 4 3 4 4 4 32
13 4 4 4 3 4 4 4 4 31
14 4 5 4 2 5 4 4 5 34
15 4 5 4 4 5 5 5 5 37
16 4 4 4 3 5 5 5 5 35
17 5 5 5 2 4 5 4 4 34
18 4 4 5 2 4 4 4 5 32
60
19 5 3 5 3 5 4 4 4 33
20 4 5 4 3 3 4 5 5 33
21 5 4 4 4 4 5 4 5 35
22 4 5 4 4 5 5 5 4 36
23 5 4 4 2 3 4 5 5 32
24 4 5 3 2 4 4 3 3 28
25 5 4 4 2 4 4 5 4 32
26 4 4 4 3 3 4 5 5 32
27 5 4 4 3 4 5 5 4 34
28 4 5 4 4 5 5 5 5 37
29 4 5 5 4 5 4 5 4 36
30 4 5 4 4 4 4 5 3 33
31 5 4 4 3 5 3 4 4 32
32 5 3 4 4 4 4 5 4 33
33 4 4 3 4 5 5 5 5 35
34 5 5 4 3 4 5 4 5 35
35 4 4 4 5 4 4 4 3 32
36 5 5 4 3 4 4 3 3 31
37 4 5 4 4 4 3 4 4 32
38 5 5 5 4 4 4 5 3 35
39 4 4 3 4 4 5 5 4 33
40 4 5 4 4 5 4 4 4 34
61
Tabel 4.2
Hasil penyebaran kuesioner untuk variable tingkat pelayanan
N 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Y
1 4 4 3 3 5 2 4 4 29
2 5 5 5 5 5 5 4 4 38
3 5 5 5 5 4 4 4 3 35
4 4 4 4 4 4 5 4 4 33
5 4 4 5 4 5 4 4 4 34
6 5 5 4 5 5 5 4 3 36
7 4 4 4 4 4 3 4 4 31
8 5 4 5 5 4 5 5 4 37
9 5 4 5 5 5 5 5 5 39
10 4 5 4 4 4 4 4 4 33
11 4 5 4 4 4 4 4 4 33
12 4 3 4 4 4 4 5 4 32
13 4 5 4 4 4 4 5 5 35
14 5 5 5 5 5 5 5 4 39
15 5 5 5 5 5 5 4 5 39
16 5 5 5 5 5 5 5 4 39
17 4 5 4 4 4 4 5 4 34
18 4 3 4 3 3 4 4 4 29
19 4 5 4 4 5 5 5 5 37
62
20 5 4 5 4 5 4 4 2 33
21 5 4 5 5 5 4 5 4 37
22 5 5 5 4 5 4 3 4 35
23 4 3 4 4 4 4 4 5 32
24 4 3 4 4 4 4 4 4 31
25 4 4 4 4 5 4 4 4 33
26 5 4 5 4 5 5 4 5 37
27 5 4 5 5 5 4 5 4 37
28 4 4 5 5 5 5 4 4 36
29 4 4 4 4 5 5 4 3 33
30 3 5 3 4 4 4 5 4 32
31 4 4 4 4 3 4 5 4 32
32 5 5 5 5 5 5 4 4 38
33 5 4 5 4 5 5 4 4 36
34 4 4 4 4 4 4 5 4 33
35 4 4 4 4 4 4 4 4 32
36 3 3 3 4 3 3 4 4 27
37 4 5 4 4 5 3 2 4 31
38 5 4 5 4 4 3 5 5 35
39 4 4 4 5 4 5 4 4 34
40 5 4 5 5 5 4 4 4 36
63
Tabel 4.3
Perhitungan korelasi product moment
No X Y X2 Y2 X.Y
1 31 29 961 841 899
2 37 38 1369 1444 1406
3 35 35 1225 1225 1225
4 36 33 1296 1089 1188
5 33 34 1089 1156 1122
6 34 36 1156 1296 1224
7 32 31 1024 961 992
8 33 37 1089 1369 1221
9 35 39 1225 1521 1365
10 33 33 1089 1089 1089
11 33 33 1089 1089 1089
12 32 32 1024 1024 1024
13 31 35 961 1225 1085
14 34 39 1156 1521 1326
15 37 39 1369 1521 1443
16 35 39 1225 1521 1365
17 34 34 1156 1156 1156
18 32 29 1024 841 928
19 33 37 1089 1369 1221
64
20 33 33 1089 1089 1089
21 35 37 1225 1369 1295
22 36 35 1296 1225 1260
23 32 32 1024 1024 1024
24 28 31 784 961 868
25 32 33 1024 1089 1056
26 32 37 1024 1369 1184
27 34 37 1156 1369 1258
28 37 36 1369 1296 1332
29 36 33 1296 1089 1188
30 33 32 1089 1024 1056
31 32 32 1024 1024 1024
32 33 38 1089 1444 1254
33 35 36 1225 1296 1260
34 35 33 1225 1089 1155
35 32 32 1024 1024 1024
36 31 27 961 729 837
37 32 31 1024 961 992
38 35 35 1225 1225 1225
39 33 34 1089 1156 1122
40 34 36 1156 1296 1224
Jumlah 1340 1372 45034 47406 46095
65
40 (46095) – (1340 x 1372) / [40(45034) – (1340)2][40(47406) – (1372)2]
1843800 – 1838480
/ [1801360 – 1795600][ 1896240 – 1882384]
5320
/ [5760][13856]
5320 / 79810560
5320 8933,675615333254
0,5954995714047479
r = 0,595
Setelah melakukan penghitungan n = 40 dengan pengukuran taraf
kesalahan 5% jika diperoleh r table sebesar 0,304 untuk taraf signifikansi dua
pihak dan taraf kesalahan 1% maka diperoleh nilai r table 0,393. Karena r hitung
lebih besar dari r table maka dapat disimpulkan bahwa instrument tata usaha pajak
dan tingkat pelayanan dengan nilai r = 0,595 adalah valid dan dapat dipergunakan
dalam penelitian.
Selanjutnya menghitung persentase keseluruhan skor dengan criteria
(apabila setiap butir item mendapatkan skor tertinggi = 5) X (jumlah item = 16) X
(Jumlah responden = 40) maka akan didapatkan hasil 3200.
Kemudian skor seluruh item yaitu 2712 : 3200 X 100% = 84,75% maka
dapat dikategorikan pada daerah interval yang tinggi, secara kontinum dapat
dipresentasikan sebagai berikut:
66
Gambar 4.3
Garis kontinum persentase
0 20% 40% 60% 80% 100%
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
84,75%
Gambar 4.4
Garis kontinum skor angket penelitian
320 640 1240 1920 2560 3200
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
2712
4.2.3 Uji Realibilitas
Hasil dari penghitungan dengan menggunakan spss 16 for windows adalah
seperti gambar 4.5, 4.6, 4.7, dan 4.8.
Tabel 4.4
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
67
Hasil uji dari kedua item menggunakan SPSS 16 menunjukan Alpha
Cronbach’s 703 dalam arti kedua aitem tersebut Reliable dan dapat digunakan
sebagai instrument penelitian.
Tabel 4.5
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.703 2
Tabel 4.6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Ketatausahaan.X 34.3000 8.882 .595 .a
Pelayanan.Y 33.5000 3.692 .595 .a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items.
This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
68
Tabel 4.7
Scale Statistics
Mean Variance
Std.
Deviation N of Items
67.8000 19.395 4.40396 2
4.2.4 Statistik Deskriptif
Pada bagian ini peneliti menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian diantaranya:
Tabel 4.8
Jumlah seluruh pegawai per-jabatan tahun 2012
NO. JABATAN JUMLAH KETERANGAN
1 Eselon III 1 Kepala Kantor
2 Eselon IV 10 Subbag Umum/Seksi
3 Fungsional 13 Pemeriksa = 12 dan Penerima
PBB= 1
4 Account Representative 19 AR
5 Pelaksana 36 Pelaksana
Jumlah 79
(Sumber : Hasil penelitian tahun 2012)
Tabel 4.9
Jumlah pegawai berdasarkan usia
No. Rentang Usia Jumlah %
1 > 55 1 1,26
2 45 - 55 19 24,05
3 35 - 45 29 36,71
69
4 25 - 35 25 31,65
5 < 25 5 6,33
Jumlah 79 100%
(Sumber : Hasil penelitian tahun 2012)
Tabel 4.10
Status pendidikan pegawai
No. Pendidikan Jumlah %
1 SLA 18 22,78
2 D1 8 10.13
3 D2 - -
4 D3 15 18,99
5 S1 24 30,38
6 S2 11 13,92
7 S3 3 3,80
Jumlah 79 100%
(Sumber : Hasil penelitian tahun 2012)
Dari tabel diatas maka pengetahuan tentang jumlah pegawai Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Cicadas Bandung dapat terpenuhi.
Tabel 4.11
Jumlah pengaduan Pajak
Di kantor pelayanan pajak pratama cicadas Bandung
Periode Januari – Agustus 2012
(Sumber: Pusat Pengaduan Pajak 2012)
Telepon
Internet
Faksimili/Surat
Media lain
Telepon 7897
Internet 434
Faksimili/Surat 50
Media lain 9
70
Dari tabel jumlah pengaduan tersebut kita dapat menganalisis pada tahun
2012 walaupun peraturan tentang perpajakan modern sudah berlaku serta seluruh
pegawai telah memahami akan perubahan struktur yang terjadi untuk dapat
meningkatkan pelayanan pada wajib pajak, tetap saja pengaduan dari dari wajib
pajak terutama melalui media telepon paling banyak, pengaduan melalui media
telepon menunjukan bahwa wajib pajak rela mengeluarkan biaya pulsa supaya
tidak terlalu menghamburkan waktu untuk mendatangi Kantor Pelayanan Pajak
atas pengaduan yang dilakukan maka dapat dapat peneliti analisis bahwa
penerapan system administrasi perpajakan modern dalam penerapan tata usaha
perpajakan modern untuk peningkatan pelayanan belum dapat terselenggarakan
secara maksimal.
Tabel 4.12
Jumlah perbandingan penerimaan pajak secara keseluruhan
semua jenis pajak dari tahun 2009 s/d 2011
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas
Tahun pajak Rencana Kenyataan Pencapaian (%)
2009 354,333,742,001 376,544,675,820 106.27%
2010 459,509,376,907 508,662,171,988 110.70%
2011 592,923,922,847 558,923,922,847 94.14%
(Sumber: Hasil penelitian tahun 2012)
Dari seluruh hasil penghitungan pajak 3 tahun terakhir maka peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa tata usaha perpajakan modern tidak terlalu
berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
71
Tabel 4.13
Responden yang sah dalam penyebaran angket
Jenis Kelamin Jumlah %
Laki –Laki 27 67,5
Perempuan 13 32,5
Jumlah 40 100%
4.2.5 Analisis Regresi dan Korelasi
Pola yang pertama dilakukan adalah menentukan regresi linier sederhana
menggunakan rumus Y = a + b X. dimana:
Y = subyek dalam variable dependen yang diprediksikan
a = harga Y ketika harga X = 0 (Harga konstan)
b = angka arah atau koefisien regresi
X = subyek pada variable Independent tertentu
Dengan mencari harga a dan b menggunakan rumus:
(∑ )(∑
) (∑ )(∑ )
∑ (∑ )
∑ (∑ )(∑ )
∑ (∑ )
Tabel 4.14
Nilai tata usaha pajak dan tingkat pelayanan
No Xi Yi
1 31 29
72
2 37 38
3 35 35
4 36 33
5 33 34
6 34 36
7 32 31
8 33 37
9 35 39
10 33 33
11 33 33
12 32 32
13 31 35
14 34 39
15 37 39
16 35 39
17 34 34
18 32 29
19 33 37
20 33 33
21 35 37
22 36 35
23 32 32
73
24 28 31
25 32 33
26 32 37
27 34 37
28 37 36
29 36 33
30 33 32
31 32 32
32 33 38
33 35 36
34 35 33
35 32 32
36 31 27
37 32 31
38 35 35
39 33 34
40 34 36
74
Berikut table persamaan regresinya:
Table 4.15
Persamaan regresi linier sederhana
No Xi Yi Xi.Yi Xi2 Yi
2
1 31 29 899 961 841
2 37 38 1406 1369 1444
3 35 35 1225 1225 1225
4 36 33 1188 1296 1089
5 33 34 1122 1089 1156
6 34 36 1224 1156 1296
7 32 31 992 1024 961
8 33 37 1221 1089 1369
9 35 39 1365 1225 1521
10 33 33 1089 1089 1089
11 33 33 1089 1089 1089
12 32 32 1024 1024 1024
13 31 35 1085 961 1225
14 34 39 1326 1156 1521
15 37 39 1443 1369 1521
16 35 39 1365 1225 1521
17 34 34 1156 1156 1156
18 32 29 928 1024 841
75
19 33 37 1221 1089 1369
20 33 33 1089 1089 1089
21 35 37 1295 1225 1369
22 36 35 1260 1296 1225
23 32 32 1024 1024 1024
24 28 31 868 784 961
25 32 33 1056 1024 1089
26 32 37 1184 1024 1369
27 34 37 1258 1156 1369
28 37 36 1332 1369 1296
29 36 33 1188 1296 1089
30 33 32 1056 1089 1024
31 32 32 1024 1024 1024
32 33 38 1254 1089 1444
33 35 36 1260 1225 1296
34 35 33 1155 1225 1089
35 32 32 1024 1024 1024
36 31 27 837 961 729
37 32 31 992 1024 961
38 35 35 1225 1225 1225
39 33 34 1122 1089 1156
40 34 36 1224 1156 1296
76
Jumlah 1340 1372 46095 45034 47406
a = (1372) (45034) – (1340) (46095)
40 (46095) - (1340)2
= 61786648 – 61767300
1843800 – 1795600
= 19348
48200
= 0,4014107883817427
= 0,401
b = 40 (46095) – (1340) (1372)
40 (45034) – (1340)2
= 1843800 – 1838480
1801360 – 1795600
= 5320
5760
= 0,9236111111111111
= 0,924
Y = 0,401 + (0,924) (40) = 37,345
Dari hasil analisis regresi diatas dapat diperkirakan nilai rata – rata tingkat
pelayanan adalah 37,345. Dimana variable tata usaha pajak mendiekati + 1, jika
diasumsikan ketika nilai rata – rata tingkat pelayanan bertambah 1, maka nilai rata
– rata tata usaha pajak bertambah sebesar 0, 401. Hal ini berlaku untuk
kelipatannya seperti nilai tata usaha pajak di tambah 100 maka nilai rata – rata
tingkat pelayanan bertambah sebesar 40,1.
Selanjutnya hasil analisis regresi dan korelasi dengan menggunakan
softiware SPPS 16.0 for windows.
Analisis korelasi yang digunakan adalah Korelasi Pearson, Korelasi Person
dikenal dengan istilah korelasi product momen yang pertama kali ditemukan oleh
Karl Pearson yang biasa digunakan untuk mengetahui hubungan beberapa
variable dan berikut hasilnya:
77
Tabel. 4.16
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
Tatausaha.X 33.5000 1.92154 40
Pelayanan.Y 34.3000 2.98028 40
Dari table Descriptive Statistic tersebut menerangkan tentang nilai -
nilainya, yaitu Mean atau rata – rata dari masing – masing variabel, standar
deviasi atau simpangan baku dari masing – masing variabel dan N yang
menunjukan jumlah data masing – masing variable.
Tabel. 4.17
Correlations
Tatausaha.X Pelayanan.Y
Tatausaha.X Pearson Correlation 1 .595**
Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
Cross-products 144.000 133.000
Covariance 3.692 3.410
N 40 40
Pelayanan.Y Pearson Correlation .595** 1
78
Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
Cross-products 133.000 346.400
Covariance 3.410 8.882
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari table correlations dapat dilihat pada bagian Pearson Correlation
bahwa tata usaha mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pelayanan yaitu
0,595. Maka dapat disimpulkan hubungan sangat erat positif antara tata usaha
dengan pelayanan.
Kemudian hasil dari analisis regresi menggunakan software SPPS 16.0
adalah sebagai berikut:
Tabel. 4.18
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Tatausaha.Xa . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Pelayanan.Y
Tabel 4.18 menunjukan bahwa hanya variable tata usaha (x) yang masuk
kedalam persamaan regresi.
79
Tabel. 4.19
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .595a .355 .338 2.42552 1.605
a. Predictors: (Constant), Tatausaha.X
b. Dependent Variable: Pelayanan.Y
Nilai R pada Variabel tata usaha adalah 0,595 merupakan nilai variable
yang cukup standar yang digunakan dalam penelitian.
Kemudian adalah asumsi yang digunakan model regresi linier, yaitu
pengujian error berdistribusi normal yang dapat dilihat dan diperiksa pada
histogram dan normal P – P plot of standardized residual.
Gambar diagram 4.5
Pada gambar diagram 4.1 menunjukan bahwa data dalam penelitian
adalah normal karena menunjukan bentuk yang tinggi ditengah dan satu posisi
sebelah kiri dan kanan adalah sama.
80
Gambar grafik 4.6
Pada gambar grafik 4.2 tidak terdapat penyimpangan yang cukup
signifikan terhadap plot normal sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi
normalitas error terpenuhi.
81
Hubungan antara variable dependent dan independent adalah linier. Dapat
diuji dengan teknik analisis korelasi. Pengujian dapat dilakukan dengan pengujian
ANNOVAb yang muncul pada hasil sebagai berikut:
Tabel 4.20
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 122.840 1 122.840 20.880 .000a
Residual 223.560 38 5.883
Total 346.400 39
a. Predictors: (Constant), Tatausaha.X
b. Dependent Variable: Pelayanan.Y
Pada perbandingan Sum of Squares Regression dan Sum of Squares
Residual pada table diatas terlihat pada Sum of Squares Regression lebih kecil
dari Sum of Squares Residual sedangkan Mean Square yang lebih besar dengan
signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka hal ini mengindikasikan bahwa model
signifikansi terhadap data karena sebagian besar error disebabkan oleh regresi.
Kemudian pengujian interdependensi error dengan uji Durbin – Watson,
dimana nilai yang menunjukan asumsi interdependensi error terpenuhi adalah 1.74
< s/d < 2.26.
82
Tabel 4.21
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .595a .355 .338 2.42552 1.605
a. Predictors: (Constant), Tatausaha.X
b. Dependent Variable: Pelayanan.Y
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS, diketahui bahwa hasil Durbin Watson
sebesar 1.605, dimana 1.605 < 1.74 < 2.26. Sehingga asumsi Interdependensi
error tidak terpenuhi.
Untuk mengetahui nilai uji tolerance yang memenuhi asumsi yaitu > 0.1,
dimana tolerance = 1/VIF. Digunakan untuk mengetahui tidak adanya
multikolinearitas.
Tabel 4.22
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.359 6.782 .495 .623
Tatausaha.X .924 .202 .595 4.569 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Pelayanan.Y
Statistic uji tolerance dari model menunjukan nilai lebih dari 0.1, sehingga
asumsi tidak adanya multikolinearity terpenuhi
83
Tabel tersebut sekaligus memberikan informasi mengenai parameter
model regresi sebagai berikut
Pelayanan =3.359 + 0.924 Tatausaha
4.2.6 Analisis Jalur
Analisis jalur digunakan untuk menguji besarnya sumbangan kontribusi
yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan
kausal antara variable independent dengan variable dependent.
Dalam tahapan ini, penulis tidak akan menggunakan analisis jalur karena
hanya ada satu indevendent variable yaitu pelayanan (X) dan devendent variable
yaitu Tata Usaha (Y).
4.2.7. Koefisien Determinasi
Digunakan untuk menghitung seberapa besar pengaruh variable x terhadap
y, yaitu:
( )
KD = (0,595)2 x 100%
KD = 35,80%
Dari perhitungan Koefisien Determinasi sebesar 35,80%, hasil persentase
koefisien determinasi berarti tata usaha berpengaruh terhadap peningkatan
pelayanan sebesar 35,80%.
84
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh
tata usaha perpajakan modern terhadap peningkatan pelayanan yaitu didapat
adanya koefisien korelasi dari variable tata usaha dan pelayanan yaitu sebesar
595 dengan nilai reliabilitas α 703 menunjukan pula data valid kemudian analisis
regresi rata rata pengaruh Variabel tata usaha terhadap tingkat pelayanan sebesar
37,345 lalu persentase kontinum sebesar 84,75% menunjukan nilai yang tinggi
atas skor pernyataan serta pengolahan data dengan menggunakan program spss 16
for windows hasil pengujian dengan uji Durbin – Watson yaitu asumsi
Interdependensi error tidak terpenuhi dan signifikansi lebih kecil dari 0.05
kemudian asumsi dari model regresi linier menghasilkan pengujian error
berdistribusi normal dan penyimpulan dari plot normal yaitu normalitas error
terpenuhi selanjutnya penghitungan Koefisien Determinasi sebesar 35,80%
menunjukan besarnya pengaruh tata usaha terhadap tingkat pelayanan.
Maka Penulis dapat menarik kesimpulan dari pengolahan data yang
didapat yaitu terdapat pengaruh signifikan antara tata usaha perpajakan modern
terhadap peningkatan pelayanan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Cicadas Bandung.
84
85
5.2 Saran
1. Dalam memberikan pelayanan wajib pajak, Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Cicadas Bandung harus melalui prosedur yang mudah dan cepat
dalam memberikan pelayanan.
2. Dalam upaya meningkatkan kesadaran wajib pajak terhadap masyarakat,
pihak terkait perlu mengadakan kegiatan penyuluhan pajak.
86
DAFTAR PUSTAKA
Model Pelatihan Statistik(2011). Bandung : Kampung Statistik.
Sugiono, 2008, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.
Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia.
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik .Bandung : Alfabeta
Makmur, 2008. Filsapat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara
Riduan, 2007. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Bandung : Alfabeta
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta
Agustino, Leo, 2008, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana. 2003. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia.
Bandung : Bumi Aksara.
Santosa, Pandji, 2008, Administrasi Publik:Teori dan Aplikasi Good Governance,
Bandung: PT. Refika Aditama.
Luankali, Bernadus, 2007, Analisis Kebijakan Publik Dalam Proses Pengambilan
Keputusan, Jakarta: Amalia Press.
Waluyo, 2007, Manajemen Publik (konsep, aplikasi dan implemntasinya dalam
pelaksanaan otonomi daerah), Bandung: Mandar Maju.
Mardiasmo, 2009, Perjakan, Yogyakarta: Andi Offset.
Mardiasmo, 2009, Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: ANDI
Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
86
87
Moenir, H.A.S. 2008. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi
Aksara.
Siagian, Sondang P. 1998. Filsapat Administrasi. Jakarta : CV. Haji Masa Agung.
Pamudji, S. 1993. Analisis Administrasi: Analisis System Bagi Administrasi yang
Efektif. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Ratminto dan Atik S.W.2008.Manajemen Pelayanan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Iskandar.2010.metode penelitian pendidikan dan sosial kuantitatif dan kualitatif.
Jakarta : Gaung Persada Pers.
Usman, Husaini. 2003.pengantar statistika, Yogyakarta : PT. Bumi Aksara
Kurnia, Siti K. perpajakan Indonesia konsep dan aspek formal, Bandung: Graha
Ilmu
Undang – Undang No. 25 Tahun 2009
89
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Yusup, lahir di Garut pada tanggal 13 Desember 1988.
Memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah
lalu meneruskan ke Sekolah Dasar Sukaluyu III yang
bertempat tidak jauh dari rumah orang tuanya. Setelah
lulus Sekolah Dasar kemudian melanjutkan ke Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Wanaraja dari sana pula mulai mengenal
kegiatan pramuka sampai lulus pada tahun 2004. Kemudian Ia meneruskan
sekolah tingkat atasnya di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibatu sambil
mondok di Pondok Pesantren Keresek di Kabupaten Garut dan menyelesaikan
sekolah tingkat atasnya pada tahun 2007. Perantauannya tidak sampai disana pada
tahun itu juga melanjutkan kehidupan ke kota Bandung dan dapat meneruskan ke
jenjang perkuliahan pada tahun 2008 di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati Bandung.
Sejak memasuki perkuliahan Ia berprofesi sebagai wirausaha dengan mulai
berjualan berbagai macam aksesoris wanita dan gemar mengikuti beberapa
organisasi kemahasiswaan baik ekstra ataupun intra kampus, diantaranya ialah
Perhimpunan Mahasiswa Kota Intan Garut (PERMATA INTAN GARUT),
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Himpunan Mahasiswa
Administrasi Negara (HIMA - AN) yang merupakan organisasi ekstra kampus dan
kegiatannya di intra kampus pernah mengikuti kegiatan rekrutmen LIGA
Sepakbola, Disamping profesi dan kegemarannya tersebut Lelaki yang punya hobi
90
bepergian serta mencari suasana baru untuk belajar bergaul juga memahami
tingkat perbedaan di berbagai komunitas, berusaha untuk mendedikasikan dirinya
sebagai akademisi sejak tahun 2010, Ia mencoba meluangkan waktunya untuk
mengamalkan sedikit ilmu yang didapat sebagai staf pengajar di SMP Plus Al –
Falah dan SMK Al - Falah Sucinaraja Garut, dan banyak berperan dalam berbagai
diskusi, seminar, workshop, kuliah umum dan lain sebagainya yang selalu
menjadi bagian dalam kegiatan dan aktivitas sebagai seorang mahasiswa.
Untuk berdiskusi lebih banyak tentang apapun dan memberikan nasihat
maupun kritik, Uup (biasa dipanggil teman akrab dan keluarga) membuka
komunikasi dan silaturahmi lewat e-mail : yusup08ane.uinbdg@gmail.com dan
silahkan mampir juga di facebook and freindsternya : yusupdoank@ymail.com
dan yusupabror@yahoo.co.id atau via mobile : +62877 2463 2198, tentunya kritik
yang membangun serta dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi maka kata yang
sangat pantas di berikan terhadap apapun yang dapat merubah kesederhanaan
menjadi lebih baik yaitu Jazakumullah Katsiron.