Post on 08-Mar-2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Sebagai
negara kepulauan, Indonesia juga identik dengan keseniannya. Kesenian
merupakan perwujudan gagasan dan perasaan seseorang yang tidak pernah
bebas dari pengaruh masyarakat dan kebudayaan yang membesarkannya
(Koentjaraningrat dalam Salimah 2007). Kesenian adalah segala hasil karya
cipta manusia yang mengandung nilai seni. Selain itu seni juga merupakan
hasil ekspresi dari getaran manusia yang dapat memberikan perasaan suka
maupun duka pada seseorang. Kesenian merupakan ekspresi dari kehidupan
masyarakat yang menghasilkan karya yang terdiri dari berbagai bentuk.
Adapun bentuk kesenian tersebut diantaranya yaitu seni rupa, seni musik, seni
gerak, dan sebagainya (Sudarsono dalam Salimah 2007).
Salah satu kesenian Indonesia yang dapat membentuk ciri khas setiap
daerah adalah tari. Setiap daerah memiliki tari khasnya masing-masing.
Dengan musik dan gerak menciptakan sebuah tarian yang mencritakan
kekayaan dan keanekaragaman Indonesia. Terjadinya penciptaan tarian pada
awalnya dilandasi oleh beberapa hal diantaranya: (1) Terjadi pada acara adat
atau ritual keagamaan, (2) Ritual penyembuhan, (3) Pesta rakyat/panen yang
melimpah, (4) Cerita cinta pada zaman terdahulu, (5) Permainan Rakyat.
Indonesia merupakan negara jajahan Belanda, sekitar 200 SM
Indonesia sudah didatangi oleh negara-negara lain dan selama 350 tahun
Indonesia di jajah oleh Belanda. Oleh karena itu, secara garis besar
perkembangan seni pertunjukan Indonesia khususnya tari tradisional sangat
dipengaruhi oleh adanya kontak dengan budaya besar dari luar melalui
kolonialisasi. Pada masa dahulu tarian juga tercipta dari beberapa tema pada
2
masanya yaitu: (1) Tari bercorak Hindu-Budha, (2) Tari bercorak Islam, (3)
Tari Keraton/Kerajaan. Kurang lebih terdapat 3000 tari tradisional di
Indonesia dan dari 3000 tarian ada beberapa tarian yang dikenal di dunia1.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat sekarang ini lebih
tertarik dengan kesenian-kesenian modern dibanding dengan kesenian-
kesenian tradisional. Selain itu, semakin banyaknya budaya-budaya asing/luar
yang masuk ke Indonesia juga mempengaruhi ketertarikan masyarakat
terhadap budaya sendiri yang seharusnya kita pertahankan.
Purworejo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah.
Purworejo memiliki beberapa kesenian tradisional, yaitu kuda lumping;
pedalangan dan karawitan; wayang kulit karawitan; orkes keroncong; hadroh;
campursari; musik bambu; sholawatan; kuda kepang; rebana; incling;
kethoprak; wayang orang; jaranan; macapatan; orkes keroncong; jathilan;
terbang jawa dan arab; calung; kobro; serta dolalak. Kesenian Tari Dolalak
ialah salah satu jenis kesenian rakyat yang khusus tumbuh di daerah
Kabupaten Purworejo dan masih ada hingga saat ini.
Kesenian Tari Dolalak ini tumbuh cukup pesat, hingga di setiap
kecamatan di Kabupaten Purworejo memiliki kelompok Kesenian Tari
Dolalak yang hingga saat ini menjadi kebanggaan rakyat di daerah Kabupaten
Purworejo. Bangga bukan karena kemegahannya, tetapi justru karena
Kekhususannya / Khas. Mulai dari pertama kali muncul hingga saat ini,
Kesenian Tari Dolalak mengalami pasang surut. Ibu F. Untariningsih
mengatakan bahwa, pada tahun 80 hingga 90an Kesenian Dolalak mengalami
kenaikan grafik. Namun, setelah tahun 90an Kesenian Tari Dolalak mulai
mengalami penurunan, karena adanya anggapan yang tidak baik tentang
Kesenian tersebut, yaitu anggapan bahwa Kesenian Tari Dolalak ini tidak
sopan dalam penggunaan kostum serta erotis. Akhirnya anggapan tersebut
1 http://lspr.edu/studentleague/?project=perkembangan-tari-tradisional-indonesia-dari-masa-ke-
masa
3
dapat ditepis, hingga akhirnya Kesenian Tari Dolalak dapat kembali muncul
dan bangkit dengan adanya pertimbangan-pertimbangan etika2. Kesenian
Dolalak mulai kembali bangkit dan cukup berkembang pesat di daerah
Purworejo, hingga menjadi brand image Kabupaten Purworejo. Hal ini
terbukti dengan adanya gambar topi Dolalak pada logo tulisan Purworejo,
yang menggambarkan tingginya seni dan budaya asli dari masyarakat
Kabupaten Purworejo.
Gambar 1. Logo Tulisan Purworejo
Pertama kali Kesenian Tari Dolalak muncul, Kesenian ini dimainkan
oleh para penari putra yang kini justru sudah semakin susah dijumpai. Pada
tahun 1986, Kesenian Tari Dolalak mulai dimainkan oleh para penari putri3.
Hingga saat ini Kesenian Tari Dolalak lebih didominasi oleh para penari putri.
Gambar 2. Dolalak Putra
2 Wawancara dengan Ibu F. Untariningsih selaku Pamong Budaya – Motivator dan
Pengorganisasian Kesenian Dolalak, serta pendiri Sanggar Prigel; tanggal 13 September 2015.
3 Wawancara dengan Bapak Bambang Ismanto, ketua Dolalak Budi Santoso Kaliharjo, pada
tanggal 21 Agustus 2015.
4
Gambar 3. Dolalak Putri
Pada waktu negara kita dijajah oleh Belanda, daerah Purworejo
terkenal sebagai daerah tempat melatih anggota-anggota MILISI serdadu-
serdadu di mana anggota milisi itu terdiri dari orang-orang pribumi yang tidak
saja berasal dari daerah Purworejo, tetapi juga berasal dari luar daerah.
Mereka hidup dalam tangsi / asrama, terpisah dari sanak keluarga. Dalam
kehidupan yang demikian membuat mereka mudah bosan, sehingga saat
waktu luang mereka menghibur diri dengan berbagai cara, seperti menari;
menyanyi diselingi dengan adegan pencak silat; dan sebagainya.
Kebiasaan yang demikian mereka lakukan juga dalam waktu istirahat
di saat-saat latihan di luar kota. Hiburan yang demikian ini kadang-kadang /
sering dilihat oleh penduduk setempat, bahkan anak-anak kecil dan menirukan
gerak-gerak opsir itu. Gerak-gerak mereka tidak ada aturannya. Kalau diantara
mereka ada yang dapat melakukan gerakan pencak silat, maka mereka pencak
silat. Jika mereka dapat menari jawa, maka mereka menari jawa. Tetapi
mereka juga kadang-kadang meniru gerakan dance yang sering mereka lihat
kalau opsir-opsir Belanda sedang dance di kantin.
Pendek kata, solah tingkah mereka serba campuran. Sambil menyanyi
mereka bertepuk, asal saja menimbulkan kegembiraan. Pisah dengan keluarga
dan saudara membuat mereka juga suka menyanyikan lagu-lagu yang
bersyairkan kerinduan / roman dengan bahasa Jawa, Indonesia (Melayu).
5
Kata DOLALAK sendiri berasal dari “DO… LA… LA…”. Not-not itu
sering mereka dengar saat Belanda menyanyi. Dari kata-kata inilah kemudian
lidah penduduk mengucapkan DOLALAK, untuk menamakan solah tingkah
para serdadu yang sedang istirahat dari latihan militer. Solah tingkah para
serdadu itu kemudian ditiru oleh anak-anak, pemuda-pemuda dari desa.
Mereka secara bergerombol entah sedang menunggu ternaknya di ladang,
meniru solah tingkah serdadu-serdadu itu.
Sementara oleh pemuda yang berbakat seni disusun dalam bentuk
tarian yang teratur, yang pengolahannya menurut kondisi daerah. Oleh karena
kehidupan rakyat banyak menganut agama Islam, maka untuk mengiringnya
dipergunakan rebana dan unsur gamelan Jawa yaitu kendang. Sehingga
instrumen yang digunakan adalah campuran antara rebana dan kendang
(Soepantho. 1979). Penari Dolalak berseragam hitam dengan aksesoris yang
gemerlap, serta kacamata hitam yang merupakan aksesori khas tarian ini.
Penari-penari Dolalak dapat mengalami mendem/trance, yaitu suatu kondisi
dimana mereka tidak sadar karena sudah begitu larut dalam tarian dan musik.
Pada awal kemunculannya, Kesenian ini dibawakan hingga berjam-
jam (semalam suntuk) dengan pembagian waktu siang (11–17) dan malam
(setengah 10–1 pagi)4. Namun, semakin berkembangnya jaman, Kesenian Tari
Dolalak mulai dipadatkan dan mulai dapat ditampilkan di festival-festival tari
ataupun acara-acara pemerintahan. Pemadatan tarian Dolalak ini pertama
kalinya dilakukan oleh kelompok Kesenian Tari Dolalak Kaligesing, kata
Bapak Sudarwoko5.
Kesenian ini sering ditampilkan di acara-acara penting maupun acara-
acara tahunan Kabupaten Purworejo. Seperti dikutip dari Suara Merdeka
4 Wawancara dengan Bapak Bambang Ismanto, ketua Dolalak Budi Santoso Kaliharjo, pada
tanggal 21 Agustus 2015.
5 Wawancara dengan Bapak Sudarwoko - Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten Purworejo, tanggal 9 September 2015.
6
Cetak, Kabid Kebudayaan, Surakhman Iriyanto mengatakan, pada 2015 ini
pihaknya telah menyiapkan 36 grup kesenian untuk tampil dalam berbagai
kesempatan. Sebanyak 20 grup didaulat pentas di Gedung Kesenian Sarwo
Edhie Wibowo Purworejo, sedangkan 16 grup diagendakan tampil di beberapa
objek wisata pada hari-hari besar dan libur nasional6. Berikut adalah jadwal
pementasan Kesenian Dolalak di Kabupaten Purworejo.
6 Dikutip dari Suara Merdeka Cetak, tanggal 11 Maret 2015.
7
Tabel 1.1
Jadwal Pementasan Kesenian Dolalak
Sumber: diolah dari data Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Purworejo tahun 2015
Tanggal Acara Nama Grup Tempat
31 Januari 2015 Pementasan Kesenian dalam Daerah Dolalak “ Margo Laras Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
2 Mei 2015 Pementasan Kesenian dalam Daerah Dolalak “Karya Muda” Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
18 Juli 2015 Even Lebaran Tahunan Dolalak Sedyoasih Area Goa Seplawan
20 Juli 2015 Even Lebaran Tahunan Dolalak Arum Sari Area Goa Seplawan
20 Juli 2015 Even Lebaran Tahunan Dolalak Arum Sari Pantai Jatimalang
22 Juli 2015 Even Lebaran Tahunan Dolalak Arum Sari Pantai Jatimalang
25 Juli 2015 Pementasan Kesenian dalam Daerah Dolalak “Tunas Karya” Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
22 Agustus 2015 Pementasan Kesenian dalam Daerah Dolalak “Sri Mulyo” Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
26 September 2015 Pementasan Kesenian dalam Daerah Dolalak Wira Budaya Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
28 September 2015 Festival Tari Tradisional Kerakyatan
Tingkat Kabupaten Purworejo Dolalak Arum Sari Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
28 September 2015 Festival Tari Tradisional Kerakyatan
Tingkat Kabupaten Purworejo Dolalak Kecamatan Bagelen Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
28 September 2015 Festival Tari Tradisional Kerakyatan
Tingkat Kabupaten Purworejo Dolalak Kecamatan Kemiri Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
29 September 2015 Pekan Purworejo Expo 2015 Alun-Alun Purworejo
29 September 2015 Festival Tari Tradisional Kerakyatan
Tingkat Kabupaten Purworejo Dolalak Laras Budoyo Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
29 September 2015 Festival Tari Tradisional Kerakyatan
Tingkat Kabupaten Purworejo Dolalak Wargo Utomo Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
10 Oktober 2015 Festival Budaya Kesenian Dolalak se-
kabupaten Purworejo Alun-Alun Purworejo
7 November 2015 Pementasan Kesenian dalam Daerah Dolalak “Sri Kuning” Gedung Kesenian Sarwo Edhie Wibowo
31 Desember 2015 Malam Tahun Baru
8
Dengan adanya beberapa jadwal pementasan baik di dalam wilayah
Kabupaten Purworejo maupun di luar wilayah Kabupaten Purworejo tersebut,
membuktikan bahwa Kesenian Tari Dolalak masih dapat bertahan di tengah
banyaknya persaingan kesenian-kesenian tradisional maupun modern lainnya.
Tahun 1915 ini pertama kalinya Dolalak muncul di daerah Sejiwan.
Dari daerah inilah akhirnya Kesenian Tari Dolalak mulai berkembang hingga
ke-16 Kecamatan di Kabupaten Purworejo. Ditiap Kecamatan di Kabupaten
Purworejo terdapat 1 bahkan lebih Kelompok Kesenian Tari Dolalak.
Kelompok ini lebih bersifat menghibur dan hanya terdapat satu ragam
kesenian saja, yaitu Kesenian Tari Dolalak. Berikut data mengenai Kelompok
Kesenian Tari Dolalak di Kabupaten Purworejo.
Tabel 1.2
Data Kelompok Kesenian Tari Dolalak Kabupaten Purworejo
No. Kecamatan Jumlah Kelompok Jumlah Anggota
1. Purworejo 6 kelompok 194 orang
2. Kaligesing 10 kelompok 373 orang
3. Banyuurip 3 kelompok 104 orang
4. Bayan 9 kelompok 268 orang
5. Purwodadi 6 kelompok 213 orang
6. Ngombol 4 kelompok 103 orang
7. Bagelen 6 kelompok 192 orang
8. Kutoarjo 2 kelompok 56 orang
9. Grabag 9 kelompok 242 orang
10. Butuh 5 kelompok 110 orang
9
11. Kemiri 2 kelompok 50 orang
12. Pituruh 9 kelompok 226 orang
13. Bruno 1 kelompok 35 orang
14. Loano 5 kelompok 180 orang
15. Gebang 5 kelompok 144 orang
16. Bener 3 kelompok 105 orang
JUMLAH 85 kelompok 2595 orang
Sumber: Diolah dari Data Dinas Pendidikan Kebudaya Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Purworejo tahun 2014
Selain Kelompok Kesenian Tari Dolalak, di Kabupaten Purworejo juga
terdapat 18 sanggar tari yang juga mengajarkan Kesenian Tari Dolalak.
Sanggar-sanggar tersebut fokus kepada pengajaran serta penggarapan
Kesenian Tari (pendidikan). Salah satunya yaitu Sanggar Tari Prigel. Dalam
pementasannya, Sanggar ini menjadikan Kesenian Tari Dolalak, khususnya
Dolalak Putri sebagai icon mereka. Di Sanggar Tari Prigel terdapat 203 siswa
yang terdiri dari usai Paud, SD, SMP, SMA, serta Dewasa7
Dalam penampilannya, Kesenian Tari Dolalak memiliki beberapa
perbedaan ditiap kelompok. Seperti halnya Kesenian Tari Dolalak Budi
Santoso dengan gaya Kaligesingan yang sampai saat ini masih
mempertahankan para penari putra yang sudah tidak begitu diminati oleh
masyarakat. Disamping itu kelompok Kesenian Tari Dolalak ini juga memiliki
para penari putri yang masih menggunakan lagu Dolalak sebagai lagu
pengiring utama dengan porsi lebih banyak dan lagu campur sari sebagai lagu
pengiring dengan porsi 2 atau 3 lagu saja. Hal ini berbeda dengan Kesenian
7 Wawancara dengan Ibu F. Untariningsih, pendiri Sanggar Tari Prigel, tanggal 7 November 2015.
10
Tari Dolalak di Sanggar Tari Prigel. Sanggar ini sudah mulai berani berkreasi
dengan lagu, kostum, serta gerak tanpa menghilangkan kekhasan dari Dolalak.
Di tengah zaman yang sudah semakin berubah dan berkembang, tetapi
Kesenian Dolalak di Kabupaten ini masih tetap dapat bertahan hingga saat ini,
walaupun sempat mengalami pasang surut. Strategi merupakan serangkaian
keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi (Siagian. 2004). Strategi sangat dibutuhkan oleh
kelompok untuk mempertahanakan keberadaan kelompok mereka. Tanpa
adanya strategi untuk bertahan, mereka tidak akan dapat mempertahankan
kelompok mereka dari hal-hal luar yang mengancam keberadaan kelompok
tersebut. Strategi inilah yang ingin penulis lihat dalam Kesenian Tari Dolalak
di Kabupaten Purworejo. Dalam penelitian ini akan dilihat cara dari Kelompok
Kesenian Tari Dolalak, Sanggar Tari, dan Dinas DIKBUDPORA dalam
menginformasikan dan mempertahankan Kesenian Tari Dolalak di Kabupaten
Purworejo.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” di Kabupaten
Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensinya
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” Kabupaten
Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensinya?
1.3 Tujuan Masalah
Menjelaskan tentang Strategi Komunikasi “Kesenian Tari Dolalak” Kabupaten
Purworejo dalam Mempertahankan Eksistensinya.
11
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan aplikasi teori-teori yang didapat selama di bangku
perkuliahan, terutama tentang strategi bertahan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan dan
pertimbangan bagi Kesenian Dolalak di Kabupaten Purworejo dalam
mempertahankan dan mengembangkan Kesenian Dolalak, sehingga dapat
melestarikan budaya Indonesia dan dapat menjaga kesenian khas
Purworejo.
1.5 Batasan Penelitian
1. Kesenian Tari Dolalak
Kesenian Tari Dolalak merupakan salah satu kesenian asli
Purworejo. Kesenian Dolalak adalah tarian yang biasanya dibawakan oleh
sekelompok orang, baik putra ataupun putri, yang diiringi dengan alat
musik tradisional dan tembang Dolalak.
2. Strategi Komunikasi
Strategi adalah taktik atau rencana yang disusun untuk mencapai
sasaran dan tujuan yang sebelumnya telah ditentukan oleh kelompok.
Strategi pada umumnya berkaitan dengan organisasi, dimana strategi
dirancang oleh pimpinan organisasi supaya langkah yang dilakukan oleh
organisasinya dapat mencapai sasaran ataupun tujuan jangka panjang dari
organisasinya.
Srategi Komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan
(Onong, 1990:32). Strategi komunikasi merupakan panduan dari
perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai
suatu tujuan.
12
3. Teori Fungsionalisme Struktural (Model AGIL)
Menurut Parsons, masyarakat tersusun dari empat subsistem yang
berbeda, yang masing-masing subsistem mempunyai fungsi untuk
memecahkan persoalan tertentu. Keempat subsistem terseebut, yaitu
Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan Latency.
4. Kabupaten Purworejo
Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari Propinsi Jawa
Tengah, yang terletak pada posisi antara 1090 47’ 28” - 1100 8’ 20” Bujur
Timur dan 7o 32’ – 7o 54” Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.034,82
km2 yang terdiri dari + 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah.
Kabupaten Purworejo memiliki 16 kecamatan yang terdiri dari 469
desa dan 25 kelurahan.