Post on 25-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang Geologist tak akan mampu dikatakan Geologist jika tak mampu
memetakan suatu wilayah. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan tentang dasar-
dasar perpetaan, termasuk mengetahui pengertian peta, jenis-jenis peta, unsur-
unsur peta, membaca peta, hingga membuat peta itu sendiri. Dalam pembuatan
peta atau memetakan suatu wilayah tentu digunakan berbagai macam alat untuk
mengetahui luas wilayah tersebut hingga mengukur arah dan ketinggian dari
wilayah yang dipetakan.
Dalam praktiukum pemetaan topografi, akan dibuat peta Topografi dimana
Peta topografi adalah suatu peta yang menggambarkan kondisi bentuk,
penyebaran dan dimensi permukaan bumi, yang pada umumnya memuat, unsur-
unsur relief, drainage dan culture, dilengkapi dengan judul peta, nomor lembar
peta, petunjuk arah utara peta, skala peta, grid koordinat peta, peta tunjuk atau
index to adjoining sheet, tahun pembuatan peta, legenda, pembuatan peta dan
keterangan lain.
Kegunaan daripada peta topografi, terutama untuk alat navigasi, penelitian
dan perencanaan dan pemantauan. Berdasarkan pada tata cara penggambaran
relief, ada empat jenis peta topografi, antara lain : Peta Topografi Kontur, Peta
Topografi Hachures, Peta Topografi Tinting, Peta Topografi Shading. Jenis peta
topografi yang dipergunakan untuk penelitian dan pekerjaan bersifat teknis adalah
1
Peta Topografi Kontur yaitu peta yang menggambarkan relief sebagai garis-garis
kontur.
Untuk melakukan pemetaan dalam praktikum ini, di gunakan kompas
Brunton atau kompas Geologi sebagai alat utama khusunya dalam menenutukan
arah dan slope. Dengan kompas Geologi inilah arah dan slope akhirnya mampu
ditentukan sehingga akan menjadi dasar pembuatan peta khususunya menggambar
garis kontur, dimana garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang
menghubungkan titik dengan ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis
kontinyu diatas peta yang memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian
yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis
tinggi horizontal.
1.2 Metode dan Tujuan
1.2.1 Metode
. Dengan didampingi asisten dosen, praktikan memulai praktikum yakni yang
pertama menentukan titik koordinat lokasi. kemudian menentukan wilayah yang
akan diukur arah dan slopenya menggunakan kompas Brunton dan patok sebagai
penanda titik yang akan diukur. Data dari hasil penelitian akan dimuat dalam tabel
yang kemudian dibuat sketsa peta Topografi berdasarkan data pada tabel yakni
besar arah dan slope mengguakan skala tertentu. Langkah berikutnya yakni
pembuatan peta Topografi yang digambarkan menggunakan kertas grafik dan
kalkir.
2
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur arah dan slope
mengunakan kompas Geologi.
2. Agar praktikan mampu memetakan suatu wilayah khususnya dalam
hal ini yakni mampu membuat Peta Topografi berdasarkan data yang
didapatkan dilapangan.
1.3 Waktu dan Lokasi Pengukuran
1.3.1 Waktu
Praktikum pemetaan topografi dilakukan pada hari Minggu tangal 19
oktober 2014 pada pukul 08:00-15:00 WITA.
1.3.2 Lokasi Pengukuran
Praktikum pemetaan Topografi dilakukan di depan kampus UIN
Samata sekitar 100 meter dari kampus dengan titik koodinat lokasi LS 5º 12’ 5,4’’
BT 119º 29’ 45.6’’, dimana terdapat jejeran bukit dengan ketinggian yang
berbeda pada lokasi tersebut.
1.4 Alat dan Bahan
1. Kompas Brunton/Geologi, digunakan sebagai alat pengukuran arah dan
slope.
2. Patok, digunakan sebagai penanda titik lokasi yang akan diukur arah dan
kemiringannya.
3
3. Pulpen, digunakan untuk menulis dan memasukkan data yang telah
diperoleh.
4. Kertas A4, digunakan sebagai tempat menulis atau tempat memasukan
data yang telah diperoleh serta tempat untuk menggambar sketsa Peta
Topografi.
5. Penggaris, digunakan untuk membuat tabel dan membuat sketsa serta
mengukur jarak garis pada sketsa berdasarkan skala yang digunakan.
6. Busur derajat (360º), digunakan sebagai alat bantu pembuatan sketsa
dengan engukr berapa besar derajat arah dan kemiringan berdasarkan data
yang ada agar gambar sketsa yang diperoleh sesuai daengan isi data.
7. Pensil, digunakan untuk menggambar sketsa.
8. Clip Board, digunakan sebagai tempat penyimpanan kertas agar lebih
mempermudah dalam pengambilan data di lapangan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.PENGENALAN PETA
A. PETA TOPOGRAFI
Pada umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data
ilmiah yang terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan
berbagai tanda-tanda dan keterangan-keterangan, sehingga mudah dibaca dan
dimengerti. Jadi, peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang
dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal yang
bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah.
Sejak dahulu topografi bumi disajikan dengan peta-peta topografi. Dewasa ini
peta-peta topografi ini diturunkan dari berbagai kumpulan data yang dikenal
sebagai data kerangka topografi (topographic frame work data), inti geospasial
(geospatial core) atau data dasar (foundation data) (Groot dan McLaughlin, 2000
dalam Kraak dan Ormelling, 2007). Data ini meliputi kontrol data geodetik
(berdasar pada sistem referensi geospasial), data yang berhubungan dengan daerah
terbangun, hidrografi dan infrastruktur, model elevasi digital, batas administrasi
dan kode pos (penting untuk menghubungkan data sosio-ekonomi dengan data
fisik), dan nama-nama geografi.
5
Pemetaan topografi merupakan suatu pekerjaan di mana posisi planimetris di
atas permukaan bumi dan bentuk permukaan tanah diukur dan hasilnya
digambarkan di atas kertas dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu yang
hasilnya berupa peta topografi.
Adapun peta topografi adalah gambaran mengenai permukaan bumi yang
dinyatakan dengan simbol-simbol, tandatanda serta keterangan dalam skala
tertentu. Jadi secara umum peta topografi dimaksudkan sebagai suatu tipe data
yang akan memberikan gambaran keadaan suatu areal tertentu pada permukaan
bumi.
Sedangkan, BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional) mendefinisikanPeta Topografi/Rupabumi sebagai peta yang menyajikan
informasi spasial dari unsur -unsur pada permukaan dan di bawah bumi yang
meliputi hipsografi (tinggi rendahnya lasekap dalam bentuk kontur),hidrografi
(tatanan air sungai, danau, dan sebagainya),vegetasi (budidaya dan non
budidaya),toponimi (nama-nama generik unsur -unsur muka bumi),batas-batas
administrasi,unsur -unsur buatan manusia (jalan, bendungan, permukiman,
termasuk peninggalan purbakala, dan sebagainya),rujukan geografis baku.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya,
yaitu:
1. Judul Peta
6
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain
yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di
bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang
digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan
interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan
dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya
7
menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit
dan detik. Misal Co 120° 32′ 12″ BT 5° 17′ 14″ LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid.
Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke
utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat
dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta.
Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional.
Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan
koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan
atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
8
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang
sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum
menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada
satu garis.
Tiga arah utara tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara
yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar
dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh),
yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu
mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh
pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi
penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain:
9
a. Penyimpangan sudut antara US – UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah
Utara Sebenarnya (US).
b. Penyimpangan sudut antara US – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara
sebenarnya ((IS).
c. Penyirnpangan sudut antara UP – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah
Utara Pela f71′).
Dengan diagram sudut digambarkan
US UP UM
TRUE NORTH MAGNETIS NORTH
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah garis khayal dilapangan yang menghubungkan titik dengan
ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang
memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain
garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis
kontur + 25m, artinya garis kontur ini menghubung kantitik-titik yang mempunyai
ketinggian sama +25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas
10
peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi
lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope
(kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan
tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan
(cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau
bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-
garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar
peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur
ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta
Sifat-sifat garis kontur, yaitu :
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu
sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur
bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
11
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi
terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar
dinamakan PASS.
g. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi.
h. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” menandakan punggungan
gunung.
i. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” menandakan suatu
lembah/jurang
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan
pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi
adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan
tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi
a. Titik Primer, I’. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
12
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212,
tinggi 1993 mdpl. 1993
10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur
yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk
dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
13
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain
B. MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI
1. MEMBACA GARIS KONTUR
a. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U,
dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek
dari kontur di atasnya.
b. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V
terbalik) dengan Ujung yang tajam.
c. Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam
garis konturnya rapat.
2. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR
14
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk
mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak
berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA
TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter
sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur
belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:
a. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
b. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
c. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A – B dengan jumlah kontur antara A – B,
hasilnya adalah Interval Kontur.
3. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta
tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara,
bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta,
utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.
4. MENGENAL TANDA MEDAN
15
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi
harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan
dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang
dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.
1. Persimpangan jalan
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.
C. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu
titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
16
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A – B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B
5. Berapa panjang lintasan antara A – B dan berapa kira-kira waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah
+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai
dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60
menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
17
+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan
perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan
landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-
lainnya.
+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan
dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan
dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan
kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur
dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan
sebenarnya.
D. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda
tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim
Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC
memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301
mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan
dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
18
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian
dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A – T dari titik A ke arah
garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0″ -360°) searah
putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T.
Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan
setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis
kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu tempuh :
+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan
+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
+ Keadaan cuaca rata-rata.
+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.
E. MEMBACA KOORDINAT
19
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan.
Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b.
Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau
106° 4$’ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota
Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan
sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk
koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
F. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem
pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° – 360°). Sistem Azimuth adalah
sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau
diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah
utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk
20
melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut
kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir
perjalanan. Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut
kompasnya
AZIMUTH : SUDUT KOMPAS
BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi
180°. Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180°.
Dalam membuat peta topografi ini, tentu dibutuhkan beberapa alat dan
bahan. Namun, salah satu alat utama yang dipakai dalam percobaan kali ini adalah
kompas geologi atau kompas Brunton.
2. PEMAKAIAN KOMPAS GEOLOGI
Dikenal beberapa macam/tipe kompas geologi, antara lain tipe kompas
brunton, yang dilengkapi dengan pengukur sudut vertical yang disebut sebagai
clinometer.
tipe kompas tersebut dilengkap dengan :
Kompas needle (Jarum Magnet)
Graduate Circle Lingkaran pembagian derajat)
Valve yang dilengkapi dengan Cermin dan jendela intip (Sighting windows)
dan axial line, Folding sight,
21
Sighting arm, Peep sight,
Clinometer dan Bull’s eyes
a. Jarum maget,
Jarum magnet pada kompas adalah sebuah batangan besi yang disatukan
dengan batangan magnit bagian tengahnya terletak diatas jarum tegak,
apabila dalam keadaan setimbang, jarum akan bergerak dengan bebas
diaatas jarum tegak (Pivot Needle), ujung jarum akan diam searah dengan
22
kutub utara magnet bumi, ujung jarum utara ditandai dengan noktah
kuning, dilengkapi pula dengan cincin penyeimbang berat yang dapat
digeser-geser untuk mengimbangi penyimpangan arah inklinasi, agar
supaya jarum kompas dapat bergerak bebas tanpa menyentuh kaca penutup
kompas
b. Pembagian skala derajat pada kompas,
adalah bagian kompas berupa lempengan lingkaran diluar ujung jarum
kompas, terdiri dari :
Pembagian skala 00 – 3600,
Kedudukan N (utara) pada kompas adalah kedudukan 00 berhimpit dengan
3600, Kedudukan S (selatan) adalah 1800, dan kedudukan E (timur) adalah 900,
kedudukan W (barat) adalah kedudukan 2700. Posisi pembacaan arah N - E -
S - W pada kompas, ditulis kebalikan arah perputaran jarum jam.
Pembagian skala 00 –
900,
Skala Pembagian
00 – 900, mempunyai
23
system pembacaan dengan kwadran. Kwadran 00 – 900; adalah sekala
pembacaan kwadran N – E dan S – E , N – W dan S – W, berarti angka 0 0,
terletak pada pembacaan E (timur) dan W (barat). Tulisan arah N – E – S –
W – N, terbaca terbalik arah perputaran jarum jam.
c.
Clinometers
Sebuah kompas geologi, harus selalu dilengkapi dengan seperangkat alat
clinometer, yang mengukur besarnya sudut kemiringan (sudut vertical), untuk
mengukur kedudukan sudut vertical suatu garis atau bidang, yang dilengkapi
dengan gelembung penyeimbang (‘nivo tabung’) diletakkan sedemikian rupa
sehingga kedudukan garis horizontal clinometer sejajar dengan arah garis
memanjang kompas, titik pembacaan tegak lurus garis tersebut, skala pembacaan
kemiringan dengan satuan derajat (..o), alat penyetel manual klinometer terletak
24
pada bagian belakang kompas. Beberapa jenis kompas, memiliki alat klinometer
yang dapat berputar sendiri yang dikontrol oleh gaya berat.
d. pengarah
Pengarah pada kompas, terdiri dari pengarah depan dan pengarah
belakang, Pengarah depan berupa lengan yang dapat ditekuk muka-belakang
secara bebas yang dilengkapi pada ujungnya dengan ‘Peep Sight’.
Pengarah belakang, berupa lempengan cermin yang juga berfungsi sebagai
penutup kompas, yang dilengkapi dengan ‘Sighting windows’, ’axial line’ dan
’folding sight’.
3. MENENTUKAN ARAH DENGAN KOMPAS
Pada dasarnya penentuan arah dengan memakai kompas, dapat dilakukan
dengan memakai semua jenis kompas, dalam hal ini akan dibahas pemakaian
kompas yang mempunyai pembagian derajat 0o – 360o. Tata cara pemakaian
25
dengan baik agar supaya diperoleh suatu nilai pengukuran yang bermutu tinggi,
dan anjuran agar supaya mengikuti tata tertib pemakaian kompas sebagai berikut :
1. Keluarkan kompas dari sarungnya, dan periksalah dengan baik
kelincahan gerak jarum kompas dengan posisi gelembung udara
nivo (‘bull’s eye level’) berada tepat ditengah lingkaran merah.
Apakah tidak ada hambatan gerak jarum kompas oleh karena
bersentuhan dengan gelas penutup.
2. Apabila kompas dalam keadaan sulit untuk bergerak bebas, jangan
langsung dibuka sendiri gelas penutup kompas (berkonsultasikan
dengan asisten / teknisi).
3. Apabila sudah seimbang sempurna, peganglah kompas pada posisi
kompas diletakkan diatas telapak tangan dan dilengketkan pada
perut agar supaya tidak mudah goyah sambil meluruskan pengarah
ke objek dengan tetap mempertahankan posisi gelembung
ditengah-tengah nivo.
26
4. ‘Sighting arm’ (‘lengan pengarah’) dibuka horizontal dan ‘peep
sight’ ditegakkan dan diarahkan ke objek, dalam keadaan kompas
tetap seimbang.
5. Setel cermin pengarah sehingga titik objek terlihat pada cermin
masuk ke lobang pengarah dan terletak pada garis poros cermin
sambil tetap mempertahankan kompas (perhatikan gelembung
udara pada nivo, harus tetap berada ditengah lingkaran)
6. Pembacaan dilakukan apabila jarum sudah diam.
7. Catat nilai / angka yang ditunjuk pada kertas blanko yang
disiapkan (table berikut)
8. Posisi kompas dapat pula dengan meletakkan kompas sejajar atau
setinggi dengan posisi mata, kedudukan kompas terbalik dimana
‘sighting arm’ pada posisi belakang dekat dengan mata dan
didepan valve dibuka kurang lebih 45o sehingga pembacaan nilai
arah kompas tampak pada bayangan cermin.
27
4. MENENTUKAN SUDUT KEMIRINGAN PERMUKAAN TANAH DAN
LERENG DENGAN KLINOMETER.
1. Harap diperhatikan, Posisi pengukur dan objek harus dalam
keadaan tetap, tidak bergeser, letakkan kompas sejajar mata pada
28
posisi kompas dimiringkan dengan nivo tabung pada posisi atas
dan peep sight didepan mata.
2. Tekuk cermin kompas kira-kira 45
3. Arahkan kompas ke objek melalui lobang intip ‘peep sight’ dan
‘sighting windows’
4. Setel klinometer dengan cara
memutar alat penyetel klinometer dibelakang kompas, sehingga
bayangan nivo tabung klinometer seimbang yang nampak pada
cermin.
5. Tetapkan pembacaan lepaskan tangan pada alat penyetel
klinometer, pembacaan nilai kemiringan lereng dapat dibaca
dengan terlebih dahulu menurunkan kompas dari sejajar dengan
mata ke posisi terletak depan perut agar supaya pembacaan dapat
seakurat mungkin.
6. Catat hasil pembacaan angka / nilai pada table tersedia (lihat table
dibawah).
29
BAB III
PENGOLAHAN DATA
30
BAB IV
PENUTUP
31
DAFTAR PUSTAKA
32