Post on 25-Jul-2015
BAB II
DATA DAN FAKTA
A. Gambaran Umum Direktorat Penilaian
Direktorat Penilaian merupakan bagian dari organisasi Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara. Direktorat ini terletak di lantai 6 (Enam) Gedung Sjafruddin
Prawiranegara, Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4. Direktorat Penilaian terdiri atas:
i. Subdirektorat Standardisasi Penilaian Properti;
ii. Subdirektorat Standardisasi Penilaian Bisnis dan Sumber Daya Alam;
iii. Subdirektorat Peningkatan Kualitas Penilai Pemerintah;
iv. Subdirektorat Analisis Data dan Informasi Penilaian;
v. Subbagian Tata Usaha; dan
vi. Kelompok Jabatan Fungsional.
Direktorat Penilaian Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai tugas dan
fungsi yang dirumuskan dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010. Tugas Direktorat Penilaian yaitu merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penilaian. Adapun
dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1131 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010, Direktorat Penilaian
menyelenggarakan fungi:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian;
b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian;
c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian;
d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penilaian; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.
Salah satu subdirektorat dalam Direktorat Penilaian adalah Subdirektorat
Standardisasi Penilaian Properti. Subdirektorat ini memiliki tugas untuk menyiapkan
perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penilaian real properti dan
properti khusus, analisis dan evaluasi kebijakan teknis di bidang penilaian real
properti dan properti khusus, dan pelaksanaan penilaian.
Di dalam Subdirektorat Standardisasi Penilaian Properti, terdapat 4 seksi yaitu
Seksi Standardisasi Penilaian Properti I, Seksi Standardisasi Penilaian Properti II,
Seksi Standaridisasi Penilaiaan Properti Khusus I, dan Seksi Standaridisasi Penilaiaan
Properti Khusus II yang secara umum bertugas untuk masing-masing mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan kebijakan dan standardisasi teknis, analisis, serta
evaluasi kebijakan di bidang penilaian, serta pelaksanaan penilaian, sesuai penugasan
yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. Dari tugas-tugas yang tercantum
tersebut terdapat pelaksanaan penilaian. Pelaksanaan penilaian juga mencakup
penilaian barang rampasan dan barang gratifikasi.
B. Landasan Teori
1. Dasar Hukum
Peraturan yang mengatur penilaian BMN yang berasal dari rampasan dan barang
gratifikasi adalah antara lain:
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.06/2009 tentang Penilaian Barang
Milik Negara.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara yang Berasal dari Barang Rampasan dan Barang Gratifikasi
Negara.
2. Pengertian dan Ketentuan Penilaian Barang Rampasan dan Barang Gratifikasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari Barang Rampasan Negara dan
Barang Gratifikasi, Barang Rampasan Negara adalah Barang Milik Negara yang
berasal dari barang bukti yang ditetapkan dirampas untuk negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sedangkan Barang
Gratifikasi adalah barang yang telah ditetapkan status gratifikasinya menjadi milik
Negara oleh Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Selain itu, yang dimaksud
dengan pengurusan rampasan negara adalah serangkaian kegiatan yang meliputi
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,
penatausahaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas barang rampasan
negara. Seperti yang telah tertulis di batasan masalah, yang akan dibahas di Laporan
Penilaian ini adalah masalah penilaian barang rampasan dan barang gratifikasi.
penilaian adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh penilai untuk memberikan suatu
opini nilai atas suatu objek penilaian pada saat tertentu dalam rangka pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D). Penilai terbatas pada penilaian untuk
mendapatkan nilai wajar saja. Defenisi nilai wajar adalah perkiraan jumlah uang pada
tanggal penilaian, yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli, hasil penukaran, atau
penyewaan suatu properti, antara pembeli yang berminat membeli dan penjual yang
berminat menjual atau antara penyewa yang berminat menyewa dan pihak yang
berminat menyewakan dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang penawarannya
dilakukan secara layak dalam waktu yang cukup, dimana kedua pihak masing-masing
mengetahui kegunaan properti tersebut bertindak hati-hati, dan tanpa paksaan. Yang
akan dibahas di laporan ini nilai wajar ditetapkan oleh penilai dalam rangka
menentukan nilai limit lelang. Nilai limit adalah nilai terendah atas pelepasan barang
dalam lelang.
Adapun lingkup Aset Bekas Milik Asing/Cina merupakan tanah dan/atau
bangunan bekas milik :
a. Perkumpulan-perkumpulan Cina yang dinyatakan terlarang dan dibubarkan
dengan peraturan Penguasa Perang Pusat;
b. Perkumpulan/aliran kepercayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian
Bangsa Indonesia yang dinyatakan terlarang dan dibubarkan;
c. Perkumpulan-perkumpulan yang menjadi sasaran aksi massa/kesatuan-kesatuan
aksi tahun 1965/1966 sebagai akibat keterlibatan Republik Rakyat Tjina (RRT)
dalam pemberontakan G.30.S/PKI yang diterbitkan dan dikuasai oleh Penguasa
Pelaksana Dwikora Daerah; atau
d. Organisasi yang didirikan oleh dan/atau untuk orang Tionghoa perantauan (Hoa
Kiauw) yang bukan Warga Negara Asing yang telah mempunyai hubungan
diplomatic dengan Negara Republik Indonesia dan/atau memperoleh pengakuan
dari Negara Republik Indonesia, beserta cabang-cabang dan bagian-bagiannya.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.06/2011 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.06/2008 Tentang Penyelesaian
Aset Bekas Milik Asing/Cina, disebutkan dalam penyelesaian status kepemilikan
dengan cara dilepaskan penguasaannya dari negara kepada pihak ketiga dengan cara
pembayaran kompensasi kepada pemerintah dengan menyetorkannya ke kas negara,
pelaksanaannya diatur sebagai berikut:
a. Bagi aset yang dipergunakan oleh swasta untuk kegiatan komersial dan rumah
tinggal, besarnya kompensasi ditetapkan sebesar 100% (seratus perseratus)dari
nilai aset.
b. Bagi aset yang dipergunakan oleh swasta untuk kegiatan sosial, besarnya
kompensasi ditetapkan dengan keringanan sebesar 50% (lima puluh perseratus)
dari nilai aset.
c. Bagi aset yang dipergunakan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS)/anggota Tentara
Nasional Indonesia(TNI)/Kepolisia Republik Indonesia(POLRI), baik yang masih
aktif, telah pensiun/purna tugas, maupun oleh janda/duda PNS/anggota
TNI/POLRI untuk rumah tinggal, yang didasarkan pada suatu keputusan yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang, besarnya kompensasi ditetapkan dengan
keringanan sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari nilai aset.
d. Bagi aset yang dipergunakan untuk kegiatan peribadatan yang diakui Pemerintah,
besarnya kompensasi ditetapkan sebesar 0% (nol perseratus) dari nilai aset.
Dalam draft Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara pengganti Peraturan
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor PER-01/KN/2010 tentang Petunjuk
Teknis Penyelesaian Aset Milik Asing/Cina, yang dimaksud dengan:
a. Tim Penyelesaian adalah Tim Penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina Tingkat
Pusat;
b. Tim Asistensi Daerah yang selanjutnya disebut Tim Asistensi adalah Tim
Asistensi Penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina Tingkat Daerah;
c. Pemohon adalah Pihak Ketiga antara lain pejabat yang berwenang/ditunjuk oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, Swasta baik individu maupun
organisasi, dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah;
d. Surat Pernyataan Penerima Pelepasan Hak (SP3H) adalah surat pernyataan yang
dibuat serta ditandatangani oleh Pemohon dan saksi saksi antara lain Direktur
Jenderal atas nama Menteri, Kepala Kantor Wilayah serta Kepala Kantor
Pertanahan setempat.
C. Gambaran Proses Penyelesaian ABMA/C yang Dilepaskan Hak
Penguasaannya dari Negara kepada Pihak Ketiga dengan Pembayaran
Kompensasi
Berdasarkan draft Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara pengganti
Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor PER-01/KN/2010 tentang
Petunjuk Teknis Penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina, proses penyelesaian Aset
Bekas Milik Asing/Cina dengan pelepasan penguasaannya dari negara kepada pihak
ketiga dengan cara pembayaran kompensasi diatur dalam pasal 10-19 yang meliputi
proses sebagai berikut:
a. Usul penyelesaian status kepemilikan dengan dilepaskan penguasaannya dari
negara kepada pihak ketiga dengan cara pembayaran kompensasi kepada
pemerintah dengan menyetorkan ke kas negara diajukan oleh pemohon untuk
kepentingan:
1) Komersial atau rumah tinggal
2) Sosial
3) Pendidikan
4) Tempat tinggal PNS/POLRI/TNI baik aktif/telah pensiun
5) Tempat ibadah
Pemohon dapat berasal dari pihak swasta baik perorangan maupun badan usaha,
Badan Usaha Milik Negara/Daerah, anggota PNS/POLRI/TNI yang aktif atau
telah pensiun.
b. Pemohon yang dapat mengajukan usulan harus telah menempati/menghuni Aset
Bekas Milik Asing/Cina terus menerus paling sedikit 5(lima) tahun., dengan surat
keterangan dari pejabat kelurahan dan kecamatan setempat. Selain itu, terkecuali
Badan Usaha Milik Negara/Daerah, berdasarkan surat keterangan instansi
berwenang, pemohon bukan merupakan reinkarnasi/penerus/onderbouw/
perkumpulan/yayasan terlarang/eksklusif rasial sebagaimana tercantum dalam
Buku Petunjuk Penanganan Organisasi Eklusif Rasial (Buku Merah Putih) yang
dahulu menguasai aset.
c. Usulan diajukan secara tertulis yang ditujukan kepada Ketua Tim Asistensi
dengan dilampiri dokumen-dokumen yang diperlukan. Selanjutnya usulan
tersebut ditindaklanjuti dengan melakukan pembahasan dan penelitian oleh Tim
Asistensi yang dapat berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang dan
dapat melibatkan Pemohon. Hasil penelitian dan pembahasan dituang dalam
Berita Acara dengan disertai rekomendasi dari Tim Asistensi disampaikan oleh
Kepala Kantor Wilayah selaku Ketua Tim Asistensi kepada Direktur Jenderal u.p.
Direktur.
d. Berita Acara selanjutnya dibahas oleh Tim Penyelesaian. Jika diperlukan, Tim
Penyelesaian dapat melakukan penelitian lebih lanjut atas Berita Acara. Hasil
pembahasan atas Berita Acara dituang dalam Notulen sebagai rekomendasi,
ditandatangani oleh ketua dan anggota Tim Penyelesaian (minimal 5 unsur
instansi tingkat pusat). Sedangkan hasil penelitian lanjutan yang dilaksanakan
Tim Penyelesaian dituang dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh ketua
dan/atau anggota Tim Penyelesaian (minimal 2 unsur instansi tingkat pusat).
e. Berdasarkan Notulen dari Tim Penyelesaian, Direktur Jenderal atas nama Menteri
menetapkan:
1) Surat persetujuan besaran kompensasi kepada pemerintah, dalam hal usulan
disetujui; atau
2) Surat penolakan, dalam hal usulan tidak disetujui.
f. Surat persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri disampaikan Direktur
kepada pemohon dan menjadi dasar bagi pemohon untuk melakukan pembayaran
kompensasi. Pembayaran kompensasi dilakukan secara tunai atau angsuran
dengan jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal surat
persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri. Jika jangka waktu tersebut
terlampaui maka dapat diperpanjang paling lama 6 bulan dengan dilakukan
penilaian ulang.
g. Dalam hal pemohon telah melunasi pembayaran kompensasi kepada pemerintah
yang dibuktikan dengan bukti setor ke kas negara, pemohon harus
menandatangani Surat Pernyataan Penerima Pelepasan Hak (SP3H) yang juga
ditandatangani oleh Direktur atas nama Direktur Jenderal, Kepala Kantor
Wilayah selaku Ketua Tim Asistensi, dan Pejabat Kantor Pertanahan selaku
saksi-saksi. Berdasarkan buti setor ke kas negara, Direktur menerbitkan Surat
Keterangan Lunas (SKL).
h. Bukti setor, SP3H, SKL dan Berita Acara selanjutnya disampaikan oleh Direktur
kepada Direktur Jenderal agar Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan
menetapkan keputusan pelepasan Aset Bekas Milik Asing/Cina kepada pihak
ketiga yang telah melakukan pembayaran kompensasi kepada pemerintah.
i. Direktur kemudian dapat menindaklanjuti dengan melakukan pencoretan Aset
Bekas Milik Asing/Cina dari daftar Aset Bekas Milik Asing/Cina. Keputusan
Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan menjadi dasar pemohon
mengurus sertifikat hak kepemilikan di kantor pertanahan.
D. Pelaksanaan Pelepasan Penguasaan ABMA/C di Direktorat Pengelolaan
Kekayaan Negara dan Sistem Informasi
Pelaksanaan pelepasan penguasaan Aset Bekas Milik Asing/Cina yang
dilaksanakan oleh Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi
mencakup wilayah kerja di seluruh wilayah Indonesia. Pelaksanaannya itu sendiri
relatif berjalan lambat dikarenakan dalam pelaksanaan penyelesaian itu sendiri
membutuhkan waktu yang tidak sebentar hingga diterbitkannya Keputusan Menteri
Keuangan yang menetapkan bahwa aset telah dilepaskan kepada pemohon.
Dalam pelaksanaan penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina dengan dilepaskan
penguasaannya kepada pihak ketiga dalam jangka waktu 2009 hingga 2011, hanya
ada 2 aset yang telah diselesaikan pembayaran kompensasinya oleh pemohon. Di
tahun 2011, Aset Bekas Milik Asing/Cina yang pembayaran kompensasi telah selesai
berada dalam wilayah kerja Kanwil X Surabaya. Aset yang dilepaskan tersebut
terletak di Jalan Sultan Agung, Kelurahan Ketawi, Kecamatan Ngawi, Kabupaten
Ngawi atas usulan pihak ketiga yaitu Yayasan Kegembiraan Baru ”Sien Hien Kiong”.
Aset seluas 2429m2 tersebut dilepaskan dengan diterbitkannya Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 40/KM.6/2011 tanggal 5 April 2011 yang menetapkan bahwa aset
dilepaskan dengan pembayaran kompensasi sebesar 0% (nol perseratus) dari nilai
aset. Keputusan melepaskan aset dengan kompensasi sebesar 0% dikarenakan Aset
Bekas Milik Asing/Cina tersebut dipergunakan untuk tempat peribadatan.
Aset Bekas Milik Asing/Cina lainnya yang telah dilepaskan penguasaannya
kepada pihak ketiga dengan pembayaran kompensasi berada dalam wilayah kerja
Kanwil IV Palembang yang terletak di Jalan S. Parman (Jalan Kelenteng No.178),
Tanjung Pandan, Belitung. Aset tersebut dilepaskan kepada Yayasan Budi Dharma
”Hok Tek”. Aset yang memiliki luas 947,47m2 tersebut dilepaskan dengan
pembayaran kompensasi sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari nilai aset yang
senilai Rp692.815.000 (enam ratus sembilan puluh dua juta delapan ratus lima belas
ribu rupiah). Pihak Yayasan Budi Dharma ”Hok Tek” berkewajiban membayar
sebesar Rp346.407.000 (Tiga ratus empat puluh enam juta empat ratus tujuh ribu
rupiah) yang telah dibayarkan 2 kali, yaitu dibayarkan pada tanggal 8 April 2009
sebesar Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan pembayaran kedua dilakukan pada
tanggal 29 April 2009 sebesar Rp146.407.000 (seratus empat puluh enam juta empat
ratus tujuh ribu rupiah). Uang hasil pembayaran kompensasi selanjutnya dimasukkan
dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), sedangkan asetnya dilepaskan
dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 167/KM.6/2009 tanggal
21 Oktober 2009.
Sebelumnya telah dilakukan pelepasan Aset Bekas Milik Asing/Cina (ABMA/C)
di tahun 2007, sebelum Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.06/2008. Aset
yang terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto No.37 Bojonegoro dilepaskan kepada
Yayasan Pendidikan Kesehatan Bojonegoro (YPKB) dengan masih berpedoman pada
Surat Menteri Keuagan nomor S-5321/MK.6/2006 tanggal 20 Juli 2006. Aset Bekas
Milik Asing/Cina yang hendak dilepaskan bernilai Rp593.340.000 (Lima ratus
sembilan puluh tiga juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah), namun karena saat itu
aset hendak digunakan untuk kegiatan pendidikan maka YPKB berkewajiban
membayar kompensasi hanya sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari nilai aset,
yaitu sebesar Rp296.670.000 (Dua ratus sembilan puluh enam juta enam ratus tujuh
puluh ribu rupiah).
Aset-aset tersebut dilepaskan kepada masing-masing pemohon dengan
pembayaran kompensasi sesuai dengan tujuan penggunaan awal yang diajukan oleh
pemohon. Apabila di kemudian hari pemohon berkeinginan untuk mengubah tujuan
penggunaan atau melakukan pemindahtanganan maka pemohon berkewajiban
membayarkan sisa kompensasi sebesar yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan.
Tabel 2.1
Daftar ABMA/C yang Diselesaikan dengan Pembayaran Kompensasi
No. Alamat dan Pemakai Aset
Luas Tanah
Penetapan Menteri Keuangan
Nilai Kompensasi
1. Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 37 BojonegoroYayasan Pendidikan
Kesehatan Bojonegoro
Surat Menteri Keuangan Nomor : S-5321/MK.6/2006
tanggal: 20 Juli 2006
Rp296.670.000(50% dari nilai
aset)
2. Jl. S. Parman (Jl. Kelenteng No.178)Tanjung Pandan,
BelitungYayasan Budi Dharma
”Hok Tek”
947,47m2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 167/MK.6/2009
tanggal: 21 Oktober 2009
Rp346.407.000 (50% dari nilai
aset)
3. Jl. Sultan Agung No.76Kel. Ketawi, Kec.Ngawi,
Kab. NgawiYayasan Kegembiraan
2429m2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
40/KM.6/2011tanggal: 5 April 2011
0%
Baru ”Sien Hien Kong”Diolah dari Direktorat PNKNL dan Direktorat PKNSI
Berdasarkan data yang penulis peroleh, masih terdapat 340 ABMA/C yang masih
harus diselesaikan dengan cara dilepaskan penguasaannya kepada pihak ketiga
dengan pembayaran kompensasi. Selain itu, dengan diterbitkannya PMK Nomor
154/PMK.06/2011 yang menghapus 2 cara penyelesaian yang sbelumnya terdapat
dalam PMK Nomor 188/PMK.06/2008, yaitu dengan dipetukarkan dengan aset pihak
ketiga dan dihibahkan, maka terdapat kemungkinan sejumlah ABMA/C yang
direkomendasikan untuk diselesaikan dengan cara tersebut dialihkan cara
penyelesaiannya menjadi dilepaskan penguasaannya dengan pembayaran kompensasi.
Tabel 2.2
Daftar Jumlah ABMA/C yang Direkomendasikan Penyelesaiannya
dengan cara Dilepaskan Penguasaannya dengan Pembayaran Kompensasi tahun
2011
Kantor Wilayah Jumlah ABMA/CI 4II 69III 8IV 26V 5VI 2VII 14VIII 38IX 29X 44XI 50XII 6XIII 6XIV 8XV 22
XVI 7XVII 5
Diolah dari Direktorat PNKNL dan Direktorat PKNSI
E. Identifikasi Masalah
Penyelesaian dengan pelepasan penguasaan atas Aset Bekas Milik Asing/Cina
kepada pihak ketiga dengan pembayaran kompensasi kepada pemerintah dengan
menyetorkannya ke kas negara merupakan salah satu dari bentuk bentuk penyelesaian
yang tercantum dalam PMK Nomor 154/PMK.06/2011 yang merubah peraturan
sebelumnya yaitu PMK Nomor 188/PMK.06/2008. Bentuk-bentuk penyelesaian
lainnya yaitu dimantapkan statusnya sebagai Barang Milik Negara/Daerah dengan
diterbitkannya sertifikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah
Daerah, dikembalikan kepada pemilik perorangan yang sah dan dikeluarkan dari
daftar Aset Bekas Milik Asing/Cina. Perbedaan mendasar yang terlihat dalam
pelaksanaan penyelesaian dengan cara dilepaskan penguasaannya dari negara kepada
pihak ketiga dengan pembayaran kompensasi adalah dengan adanya penerimaan kas
dengan bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diterima melalui
pembayaran kompensasi. Sedangkan penyelesaian dengan cara dimantapkan statusnya
sebagai Barang Milik Negara/Daerah lebih ditujukan untuk optimalisasi aset yang
nantinya dapat digunakan untuk kegiatan operasional pemerintahan.
Penyelesaian dengan cara dikembalikan kepada pemilik yang sah memiliki
persamaan dengan penyelesaian dengan dilepaskan penguasaannya kepada pihak
ketiga dengan pembayaran kompensasi yaitu aset yang tercatat dalam daftar Aset
Bekas Milik Asing/Cina diserahkan kepada pihak ketiga. Namun yang membedakan
dalam penyelesaian dengan cara dikembalikan kepada pemilik yang sah adalah aset
diserahkan kepada pihak ketiga setelah adanya putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dan/atau pihak ketiga dapat membuktikan secara benar dan
sah bahwa aset yang bersangkutan merupakan miliknya. Sedangkan pada
penyelesaian dengan dilepaskan penguasaannya kepada pihak ketiga dengan
pembayaran kompensasi setelah pembayaran kompensasi selesai dibayarkan sesuai
dengan penggunaan aset. Selain itu, pihak ketiga yang dapat mengajukan permohonan
adalah pihak ketiga yang merupakan pemegang hak prioritas, yaitu pemohon
merupakan penghuni aset selama minimal 5 tahun.
Dalam pelaksaannya di lapangan, penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina
dengan cara dilepaskan penguasaannya kepada pihak ketiga dengan cara pembayaran
kompensasi tidaklah mudah. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam
mengelola Aset Bekas Milik Asing/Cina yang akan dilepaskan penguasaannya kepada
pihak ketiga dengan pembayaran kompensasi. Kendala-kendala tersebut nantinya
menyebabkan terhambatnya penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina yang
selanjutnya dapat berpotensi merugikan negara karena Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang tidak diterima. Kendala-kendala yang dihadapi Direktorat Pengelolaan
Kekayaan Negara dan Sistem Informasi c.q. Subdirektorat Pengelolaan Kekayaan
Negara III meliputi:
a. Pihak ketiga yang menempati Aset Bekas Milik Asing/Cina merasa telah
memiliki aset sehingga tidak mengakui peraturan terkait Aset Bekas Milik
Asing/Cina, bahkan beberapa pihak ketiga telah menserifikatkan aset tersebut;
b. Pihak ketiga yang memiliki hak prioritas untuk memohon penyelesaian tidak
memiliki kemampuan bayar untuk pembayaran kompensasi;
c. Pemohon meminta perpanjangan waktu pelunasan dari waktu yang ditentukan;
d. Pemohon yang terlambat melunasi pembayaran tidak berkenan dilakukan
penilaian ulang atas aset karena dikhawatirkan nilai aset semakin tinggi yang
semakin membebani mereka.