Post on 19-Feb-2018
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
Pada teori umum ini, peneliti telah memilih beberapa teori umum, seperti :
1. Teori Arduino UNO
2. Teori Energi dan Daya Listrik
3. Teori Suhu dan Kelembaban
4. Teori Sensor dan Kelembaban SHT11
5. Teori I2C
6. Teori Relay
7. LCD
8. Serial Port
9. Teori State Machine
Pemilihan teori di atas nantinya akan membantu dalam perancangan pada bab
selanjutnya, maka itu, peneliti akan menjabarkannya secara lebih terperinci
yang terbagi dalam beberapa poin dibawah ini.
2.1.1 Teori Arduino UNO
Kontrol utama dari keseluruhan sistem pada Proyek Akhir ini
adalahArduino UNO. Arduino memiliki kelebihan tersendiri dibanding board
mikrokontroler yang lain, selain bersifat open source, arduino juga memiliki
bahasa pemrograman sendiri yang berupa bahasa C yang sudah disederhakan
syntax bahasa pemrogramannya. Selain itu pada board arduino sudah terdapat
lodaer yang berupa USB sehingga memudahkan ketika kita hendak
memprogram mikrokontroler didalam arduino. Berikut adalah spesifikasi dari
arduino UNO:
• Mikrokontroler : Atmega328
6
• Operating voltage : 5v
• Input voltage : 7-12v
• Digital I/O : 14 pin (6 pin memberikan output pwm)
• Analog input : 6 pin
• DC Current per I/O : pin 40 mA
• DC Current for 3.3V : pin 50 mA
• SRAM : 2 KB (ATmega328)
• EEPROM : 1 KB (ATmega328)
• Clock speed : 16 MHz
Dapat kita lihat diatas, arduino UNO menggunakan Atmega328 sebagai
mikrokontroller. Beberapa dari mikrokontroler atmel AVR mempunyai
ADC internal dan PWM internal. AVR juga mempunyai In Sistem
Programmable Flashon-chip yang mengijinkan memori program untuk
diprogram berulang-ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial
SPI.Fitur dari ATMega328 adalah sebagai berikut :
• Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan clock 16 MHz
• 32 x 8-bit register serba guna.
• Memiliki EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only
Memory) sebesar 1KB sebagai tempat penyimpanan data semi permanent
karena EEPROM tetap dapat menyimpan data meskipun catu daya
dimatikan.
• Memiliki SRAM (Static Random Access Memory) sebesar 2KB.
• 130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus
clock.
• Master / Slave SPI Serial interface.
7
Gambar 2.1Konfigurasi Pin
1. Vcc merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya.
2. GND merupakan pin Ground.
3. AREF merupakan pin masukan tengangan referensi ADC.
8
Tabel 2.1Konfigurasi Port C
PC6 RESET (reset pin)
PCINT14 (Pin Change Interrupt 14)
PC5 ADC5 (ADC Input Channel 5)
SCL (2-wire Serial Bus Clock Line)
PCINT13 (Pin Change Interrupt 13)
PC4 ADC4 (ADC Input Channel 4)
SCA (2-wire Serial Bus Data I/O Line)
PCINT12 (Pin Change Interrupt 12)
PC3 ADC3 (ADC Input Channel 3)
PCINT11 (Pin Change Interrupt 11)
PC2 ADC2 (ADC Input Channel 2)
PCINT10 (Pin Change Interrupt 10)
PC1 ADC1 (ADC Input Channel 1)
PCINT9 (Pin Change Interrupt 9))
PC0 ADC0 (ADC Input Channel 0)
PCINT8 (Pin Change Interrupt 8)
9
Tabel 2.1Konfigurasi Port D
PD7 AIN1 (Analog Comparator Negative Input)
PCINT23 (Pin Change Interrupt 23)
PD6 AIN0 (Analog Comparator Positive Input)
OC0A (Timer/Counter0 Output Compare Match A
Output)
PCINT22 (Pin Change Interrupt 223)
PD5 T1 (Timer/Counter 0 External Counter Input)
OC0B (Timer/Counter0 Output Compare Match B
Output)
PCINT21 (Pin Change Interrupt 21)
PD4 XCK (USART External Clock Input/Output)
T0 (Timer/Counter 0 External Counter Input)
PCINT20 (Pin Change Interrupt 20)
PD3 INT1 (External Interrupt 1 Input)
OC2B (Timer/Counter2 Output Compare Match B
Output)
PCINT19 (Pin Change Interrupt 19)
PD2 INT0 (External Interrupt 0 Input)
PCINT18 (Pin Change Interrupt 18)
10
PD1 TXD (USART Output Pin)
PCINT17 (Pin Change Interrupt 17)
PD0 RXD (USART Input Pin)
PCINT16 (Pin Change Interrupt 16)
2.1.2 Energi dan Daya Listrik
Energi listrik adalah suatu energi yang sangat dibutuhkan dalam
mengoperasikan peralatan elektronik. Energi listrik dapat dihasilkan dari
berbagai sumber contohnya dengan pembangkit listrik minyak bumi,
pembangkit listrik tenaga surya, pembangkit listrik tenaga angin, panas bumi,
nuklir, dan lain lain Energi listrik mempunyai satuan Joule dan besarnya bisa
dari hanya beberapa joule sampai jutaan joule.
Sedangkan daya listrik adalah besarnya energi yang dibutuhkan untuk
emindahkan muatan listrik di dalam rangkaian per satuan waktu.
2.1.3 Suhu dan Kelembaban
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya
sesuatu. Satuan dari suhu dalam satuan internasional adalah kelvin, tetapi selain
kelvin suhu juga dapat diukur dengan satuan celcius maupun fahrenheit. Di
indonesia suhu diukur dengan satuan celcius.
Kelembaban adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara,
kelembaban udara ada 2 macam, yaitu kelembaban relatif dan kelembaban
absolut. Kelembaban relatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air-udara
dalam fase gas, kelembaban relatif menggunakan satuan persen. Kelembaban
absolut adalah massa uap air dalam udara per satuan volume.
2.1.4 Sensor Kelembaban dan Temperatur SHT11
11
Sensor SHT-11 adalah sensor pengukur kelembaban dan temperatur.
Opertaing range untuk temperatur pada SHT11 adalah -40oC sampai 123,8oC
sedangkan untuk kelembaban yaitu dari 0% sampai 100%RH. Berikut adalah
bentuk fisik dan skematik dari SHT11:
Gambar 2.2 Sensor Kelembaban dan Temperatur SHT11
SHT11 prinsip kerjanya mengkonversi kelembaban relatif ke
tegangan. Berbagai aplikasi yang dapat digunakan oleh sensor ini adalah untuk
AC, data loggers, kelembaban, automotive, climate control, dll.
Tabel 2.3 Karakteristik Sensor Kelembaban Pada Sensor SHT11
Parameter Kondisi Minimum Tipikal Maksimum Satuan
Resolusi 0,4 0,05 0,05 %RH
8 12 12 Bit
Akurasi
SHT11
Tipikal ±0.0 %RH
Maksimum ±5,0
Operating
range
0 100 %RH
12
Tabel 2.4 Karakteristik Sensor Suhu Pada Sensor SHT11
Parameter Kondisi Minimum Tipikal Maksimum Satuan
Resolusi 0,04 0,01 0,01 oC
12 14 14 bit
Akurasi
SHT11
Tipikal ±0.4 oC
Maksimum ±2.3 ±2.6
Operating
range
-40 127,8 oC
Sensor ini mempunyai beberapa karakteristik dimana batas input
tegangan DC 5volt tetapi untuk akurasi terbaik direkomendasikan sebesar
3.3volt berdasarkan kalibrasi dari sensornya, output tegangan adalah sebesar 20-
100%VDD, operasi arus maksimum adalah sebesar ±4mA, kondisi
penyimpanan 0-100%RH dan -400C – 1000C.
Gambar 2.3 Tingkat Keakuratan Kelembaban Dari Sensor SHT11
13
Gambar 2.4 Tingkat Keakuratan Suhu Dari Sensor SHT11
Pada gambar 2.4 dapat dilihat bahwa nilai akurasi temperatur yang
terbaik adalah terletak pada suhu 25ºC yaitu sebesar 0.5ºC dan pada gambar 2.3
dapat kita lihat bahwa tingkat akurasi dari SHT11 ini adalah sebesar ±3%RH
pada kelembaban yang berkisar antara 20-80%RH dan dapat mencapai ±5% jika
di bawah dan/atau di atas 80%RH.
2.1.5 I2C
I2C adalah singkatan dati Inter Integrated Circuit dimana
pengertiannya adalah standar komunikasi serial dua arah menggunakan dua
saluran khusus untuk mengirim maupun menerima data. Sistem I2C terdiri dari
SCL dan SDA, dimana SCL adalah serial clock dan SDA adalah serial data. I2C
bekerja dengan sistem master dan slave, dimana master adalah perangkat yang
memulai transfer data dalam bentuk sinyal start, dan mengakhirinya dengan
sinyal stop, sedangkan slave adalah perangkat yang merespon perintah yang
dikeluarkan oleh master.
2.1.6 Relay
Relay adalah saklar elektronik yang dapat dikendalikan atau dikontrol
dengan menggunakan perangkat elektronik lainnya. Sebuah relay tersusun atas
kumparan, pegas, saklar (terhubung pada pegas), dan 2 kontak elektronik
14
(normally close dan normally open). Berikut adalah gambar relay dan
skematiknya:
Gambar 2.5 Relay dan skematik Relay
Pada dasarnya prinsip kerja relay adalah: ketika Coil mendapat energi
listrik, maka akan timbul gaya elektromagnet yang akan menarik saklar yang
berpegas, dan kontak elektronik akan berpindah posisi.
Relay pada rangkaian elektronika biasanya digunakan sebagai suatu
pengontrolan sistem bertegangan tinggi dengan tegangan yang kecil, sebagai
contoh pada alat yang dibuat oleh penulis, relay digunakan untuk mengontrol
(mematikan ataupun menyalakan) lampu dan pemanas air yang memiliki
tegangan AC 220volt, dengan menggunakan control dari arduino yang memiliki
tegangan vcc hanya sebesar 5volt DC.
2.1.7 LCD
LCD (Liquid Cristal Display) adalah suatu komponen elektronika
yang berfungsi untuk menampilkan suatu data, baik karakter, huruf, ataupun
angka. LCD yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah LCD dengan
tampilan 16x2 (16 kolom dan 2 baris), berikut adalah gambar dari LCD:
15
Gambar 2.6 LCD
Dalam modul LCD terdapat mikrokontroller yang berfungsi sebagai
pengendali tampilan karakter LCD, mikrokontroler tersebut dilengkapi dengan
memori dan register. Memori yang digunakan mikrokontroler internal LCD
adalah:
• DDRAM: merupakan memori tempat karakter akan
ditampilkan berada.
• CGRAM: merupakan memori untuk menggambarkan pola
sebuah karakter dimana bentuk dari karakter dapat diubah
sesuai keinginan.
• CGROM: merupakan memori untuk menggambarkan pola
sebuah karakter dimana karakter tersebut merupakan karakter
dasar yang sudah ditentukan secara [ermanen oleh pabrikan
pembuat LCD.
Register yang terdapat dalam LCD diantaranya adalah:
• Register perintah: yaitu register yang berisi perintah-perintah
dari mikrokontroler ke panel LCD pada saat proses penulisan
data atau tempat status dari panel LCD dapat dibaca pada saat
pmbacaan data.
• Register data: register untuk menuliskan atau membaca dari
atau ke DDRAM. [enulisan data pada register akan
16
menempatkan data tersebut ke DDRAM sesuai dengan alamat
yang telah diatur sebelumnya.
Pin atau kaki dalam suatu LCD diantaranya adalah:
• Pin data: adalah jalur untuk memberikan data karakter yang
ingin ditampilkan menggunakan LCD.
• Pin RS (register select): berfungsi sebagai indikato atau yang
menentukan jenis data yang masuk, apakah perintah ataupun
data. Logika low menunjukan yang masuk adalah perintah,
sedangkan high adalah data.
• Pin R/W (read write): berfungsi sebagai instruksi pada modul,
jika low tulis data, jika high baca data
• Pin E (enable) digunakan untuk menahan sementara data yang
masuk ataupun keluar.
• Pin VLCD: berfungsi untuk mengatur kecerahan tampilan
(kontras).
2.1.8 Serial Port
Serial port adalah sebuah port pada PC yang berfungsi untuk
mentransmisikan satu bit informasi pada satu satuan waktu. Serial port bekerja
secara seri, hal ini menyebabkan pengiriman data yang dilakukan tidak dapat
sekaligus banyak.
2.1.9 State Machine
State machine adalah suatu metodologi perancangan sistem kontrol
yangmenggambarkan tingkah laku atau prinsip kerja suatu sistem dengan
menggunakan tiga hal, yaitu: State, Event, dan Action. State machine bekerja
dengan cara, mendeteksi dimana state berada saat ini, dari sistem akan
mendeteksi pada state tersebut apa yang dilakukan, kemudian jika syarat
terpenuhi atau tidak terpenuhi sistem akan pindah ke state mana, tergantung
17
pada pemrograman statenya. Sebagai contoh state1 adalah a berjalan, jika sudah
lebih dari 5 detik maka state berpindah ke state2 yaitu a berlari, sedangkan jika
belum 5 detik maka a akan loop ke statenya sendiri yaitu state 1.
2.2 Teori Khusus
Dalam teori khusus ini, peneliti telah memilih beberapa teori yang nantinya
akan dijelaskan dan yang berhubungan dengan Objek penelitian yang dibahas,
diantaranya:
1. Teori Sistem Penetasan Telur
2. Teori Pemilihan Telur
3. Teori Jenis Alat Tetas Buatan
4. Teori Syarat-Syarat Penetasan
2.2.1 Teori Sistem Penetasan Telur
Dalam usaha peternakan hewan unggas terutama burung secara
komersial, penetasan telur burung memegang peranan penting.sarang burung
wallet menjadi salah satu produk yang sangat diminati oleh penduduk negeri
maupun luar negeri sehingga sarang burung wallet mahal harganya, karena
sarang burung wallet sangat jarang, dan hanya ada di tempat tropis. Bila sarang
burung di ambil terus menerus maka burung wallet tersebut tidak akan bisa
bertelur dan menetaskan telur wallet ,burung wallet tersebut akan punah karna
bila induknya mati maka tidak ada populasi pengganti. Agar populasi burung
yang hilang akibat dikonsumsi maupun mati akibat penyakit dapat tergantikan,
penetasanan telur merupakan tahapan penting dalam peternakan unggas
terutama burung. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan populasi burung,
ditempuh dengan cara penetasan telur. Berdasarkan buku “MESIN TETAS”
karangan Drs.Arief Budiman. Penetasan telur dibagi menjadi dua cara, pertama
secara alami penetasan telur ini dilakukan dengan cara pengeraman oleh induk
burung wallet dan kedua menggunakan alat bantu, mesin penetas telur.
18
2.2.1.1 Penetasan Telur Secara Alami
Penetasan secara alami pada umumnya telur ditetaskan oleh
induknya. Cara ini sudah dilakukan sejak jaman dahulu berdasarkan
naluri sang induk. Penetasan secara alami adalah cara yang paling
sederhana untuk menetaskan telur karena hanya membutuhkan
keberadaan induk telur. Penetasan secara alami memiliki kekurangan
dalam bidang efektifitas karena induk sangat dibutuhkan selama
proses penetasan. Selain itu pengaruh dari lingkungan sangat besar
karena induk burung wallet tidak mampu mengatasi kondisi
lingkungan yang terlalu ekstrim seperti suhu udara yang terlalu dingin
atau panas dan induknya tidak dapat mengerami telur selama 24jam,
karena induknya harus mencari makan.
2.2.1.2 Penetasan Telur Dengan Mesin Penetas
Dengan menggunakan alat tetas buatan, telur dapat ditetaskan
tanpa induk sehingga kegiatan burung walet dalam menghasilkan
sarang tidak akan terhenti karena induk tidak perlu mengerami
telurnya. Keuntungan lainnya dari penggunaan alat penetas adalah
lebih tahan terhadap pengaruh lingkungan. Dengan demikian,
penggunaan alat tetas buatan akan membantu peternak dalam menjaga
kontinuitas usahanya.
Pada dasarnya, penetasan telur dengan alat tetas buatan
merupakan tiruan dari sifat-sifat alamiah unggas saat mengerami telur.
Lebih dari itu, manusia juga melakukan penyempurnaan tempat
penetasan yang bertujuan untuk memperbesar kapasitas daya tetas
alat. Prinsip kerja alat dan proses penetasanya benar – benar ditiru dari
keadaan aslinya di alam serta disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang produksi unggas.
Pada umumnya dipasaran banyak beredar mesin tetas, tetapi
mesin tetas ini belum cukup baik dalam pengontrolan suhu maupun
kelembabannya, karena pada mesin tetas yang banyak beredar di
pasaran, banyak yang hanya baskom air saja dalam pengontrolan
kelembabannya.
19
Mesin tetas otomatis memiliki kelebihan dalam pengaturan suhu
dan kelembaban didalam mesin, karena mesin ini dilengkapi peralatan
digital yang mampu dengan baik menentukan kapan pemanas harus
dinyalakan ataupun kapan udara harus ditambah kelembabannya,
namun mesin otomatis memiliki kekurangan juga, yaitu dalam
masalah biaya, karena mesin tetas otomatis memerlukan peralatan
digital otomatis harganya akan lebih mahal daripada mesin yang biasa
dijual di pasaran.
2.2.2 Teori Pemilihan Telur
Faktor paling dasar yang menentukan apakah telur dapat menetas atau
tidak adalah faktor internal dari telur itu sendiri, menurut buku ”Mesin Tetas
telur walet dengan induk sriti” karangan Drs. Arief Budiman terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan saat memilih telur untuk diletakkan ke dalam mesin
penetas yang akan dijelaskan pada poin - poin berikut di bawah ini.
2.2.2.1 Ukuran Telur
Telur yang baik untuk ditetaskan adalah telur dengan ukuran yang
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Telur yang berukuran besar
lebih susah menetas sedangkan telur yang terlalu kecil akan mudah
retak yang mengakibatkan telur tidak akan menetas.untuk ukuran dari
telur walet yang baik adalah berukuan 1,5cm x 1cm
2.2.2.2 Keutuhan Cangkang Telur
Cangkang telur yang retak atau terlalu tipis memungkinkan
organisme kecil seperti bakteri masuk ke dalam telur dan membuat
embrio mati atau menyebabkan penyakit pada burung bila telur dapat
menetas.
2.2.2.3 Bentuk telur
Telur dengan kelainan bentuk sebaiknya tidak ditetaskan karena
ditakutkan ada kelainan di dalam embrio telur.
20
2.2.2.4 Kebersihan Telur
Telur yang baik untuk ditetaskan adalah telur yang bersih.
Mencuci atau mengelap dengan kain pada telur yang kotor tidak
disarankan, karena akan menghilangkan lapisan pelindung yang dapat
mengakibatkan organism pembawa penyakit masuk dengan mudah ke
dalam telur. Selain itu mengelap dan mencuci dapat membuat
organism pembawa penyakit yang ada pada kotoran terdorong masuk
kedalam telur melalui pori-pori pada cangkang telur.
2.2.2.5 Usia Telur
Jika berumur 0 hari ( baru keluar dari induk ) telur akan menetas
17-21 hari setelah peletakan. Pada telur yang sudah berembrio,
penetasan hanya makan waktu 3-10 hari, telur yang dierami induknya
atau seriti menetas dalam waktu 12-15 hari.
Telur dengan usia lebih dari 7 hari dan belum diinkubasi
mempunyai kemungkinan menetas yang kecil dan kemungkinan untuk
menetas akan terus menurun hingga pada hari ke 17-21 dimana telur
yang belum diinkubasi pada hari usia 17-21hari hampir tidak mungkin
untuk ditetaskan. Berikut adalah beberapa kegagalan dalam proses
penetasan beserta penyebabnya:
21
Tabel 2.5 Masalah dan Penyebab Kegagalan Dalam Penetasan
Masalah Penyebab
Telur meletus Telur kotor atau proses pembersihan telur yang salah
Embrio tidak
berkembang
Telur belum dibuahi, penanganan telur yang tidak hati-
hati, atau suhu udara yang terlalu tinggi atau rendah
Muncul cincin
darah
Usia telur terlalu tua atau suhu udara terlalu tinggi atau
rendah
Embrio mati pada
minggu kedua
Suhu terlalu tinggi atau rendah atau telur tidak dibalik
Kantung udara
terlalu kecil
Telur terlalu besar, kelembaban terlalu tinggi pada hari
ke 1-18
Kantung udara
terlalu besar
Telur terlalu kecil, kelembaban terlalu rendah pada hari
ke 1-18
Telur menetas
terlalu cepat
Telur kecil, suhu terlalu tinggi atau kelembaban terlalu
rendah
Telur terlambat
menetas
Telur terlalu besar, usia telur terlalu tua, suhu terlalu
rendah atau kelembaban terlalu tinggi
Anak ayam mati
setelah meretakkan
cangkang
Telur tidak diputar dalam 2 minggu awal, cangkang
terlalu kecil, suhu tidak sesuai, kelembaban terlalu
tinggi pada hari 1-18atau terlalu rendah pada hari 18-
21
Tali pusar tidak
sembuh
Suhu terlalu rendah pada hari 18-21, variasi
temperature terlalu tinggi, kelembaban terlalu tinggi
pada hari 18-21
Kelainan bentuk
kaki dan jari
Suhu dan kelembaban yang tidak sesuai selama
inkubasi,
22
2.2.3 Teori Jenis Alat Tetas Buatan
Alat tetas buatan yang dikenal hingga saat ini ada dua jenis, yaitu alat
tetas konvensional dan mesin tetas.
2.2.3.1 Alat Tetas Konvensional
Alat tetas konvensional merupakan alat penetas yang menggunakan
sumber panas dari matahari dengan penyimpan panas berupa sekam.
Pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber panas pada proses penetasan
dengan alat tetas konvensional ini mendatangkan keuntungan tersendiri,
karena sumber panas tersebut sangat mudah didapatkan, terutama pada
musim kemarau. Kelemahan utama dari alat ini adalah cara kerjanya yang
sangat dipengaruhi cuaca. Alat ini sudah dikenal sejak lama di tengah
masyarakat.
Teknologi pengoperasiannya sangat sederhana dan mudah asalkan
alat-alatnya dipersiapkan dengan matang. Umumnya penggunaan alat ini
dikhususkan untuk penetasan telur ayam, bebek.
2.2.3.2 Mesin Tetas
Mesin tetas yang digunakan untuk menetaskan telur pada dasarnya
merupakan sebuah peti atau lemari dengan konstruksi yang dibuat sedemikian
rupa sehingga panas di dalamnya tidak terbuang. Suhu di dalam ruangan
mesin tetas dapat diatur sesuai ukuran derajat panas yang dibutuhkan selama
periode. Keberhasilan penetasan telur dengan mesin tetas akan tercapai bila
memperhatikan beberapa perlakuan sebagai berikut :
• Penempatan telur tetas dalam mesin tetas dengan posisi yang tepat.
• Temperatur dalam ruangan mesin tetas selalu dipertahankan sesuai
yang dibutuhkan telur.
• Kelembaban di dalam ruang mesin tetas selalu dikontrol agar
sesuai untuk perkembangan embrio di dalam telur.
• Ventilasi harus sesuai agar sirkulasi udara di dalam mesin tetas
berjalan dengan baik.
23
Dengan memperhatikan beberapa perlakuan tersebut maka mesin tetas
dapat dibedakan atas beberapa tipe sebagai berikut :
1. Berdasarkan penyebab adanya panas dalam ruangan maka mesin
tetas digolongkan dalam dua tipe, yaitu mesin tetas ”udara panas”
(hot air incubators) dan mesin tetas ”air panas”(hotwater
incubators).
2. Berdasarkan sumber alat pemanas maka mesin tetas dapat
digolongkan dalam tiga tipe yaitu mesin tetas listrik (pemanas
listrik), mesin tetas lampu minyak (pemanas lampu minyak tanah
atau lampu tempel), dan mesin tetas kombinasi (pemanas listrik
dan lampu minyak tanah atau lampu tempel)
3. Berdasarkan cara pengaturan kelembaban udara dalam ruangan
maka mesin tetas digolongkan dalam dua tipe, yaitu mesin tetas
”basah” dan mesin tetas ”kering”. Mesin tetas basah dilengkapi
dengan bak air yang diletakkan didalamnya sehingga
menimbulkan kelembaban udara di dalam ruang mesin tetas.
Sementara mesin tetas kering tidak dilengkapi dengan bak air.
4. Berdasarkan cara penyediaan ruangan tempat peletakan telur maka
mesin tetas dapat digolongkan dalam dua tipe, yaitu mesin tetas
tipe kotak dan mesin tetas kabinet. Mesin tetas tipe kotak hanya
menggunakan satu rak telur sehingga jumlah telur yang dapat
ditetaskan sangat terbatas. Sementara mesin tetas tipe cabinet
menggunakan banyak rak sehingga telur yang dapat ditetaskan
berjumlah banyak.
2.2.4 Syarat-Syarat Penetasan
Hal yang perlu dilakukan dalam penetasan telur yaitu dengan
memperhatikan suhu dan perkembangan embrio di dalam penetasan,
kelembaban relatif penetasan, ventilasi. Agar telur yang akan ditetaskan sesuai
dengan keinginan maka beberapa persyaratan tersebut harus dipenuhi.
2.2.4.1 Suhu dan Perkembangan Embrio Saat Penetasan
24
Suhu penetasan harus dipertahankan selama proses penetasan
berlangsung mulai hari pertama hingga terahir. Untuk menjaga pengaruh suhu
luar maka mesin tetas harus dalam keadaan tertutup rapat. Caranya suhu
didalam mesin tetas sudah diatur terlebih dahulu sebelum proses penetasan
berlangsung, sehingga akan didapatkan suhu yang merata dan konstan.
Dengan pengaturan suhu tersebut maka secara otomatis suhu didalam mesin
dapat dipertahankan.
Embrio di dalam telur unggas akan cepat berkembang selama suhu
telur berada pada kondisi yang sesuai dan akan berhenti berkembang jika
suhunya kurang dari yang dibutuhkan. Embrio akan berkembang bila suhu
udara di sekitar telur 34°C hingga 36°C. Dibawah suhu udara ini
kemungkinan besar embrio tidak mengalami perkembangan, sehingga
penyimpanan telur tetas sebaiknya sama atau dibawah suhu tersebut.
Penyimpanan telur dibawah titik beku tidak dianjurkan karena
sewaktu telur dikeluarkan dari tempat penyimpanan akan terjadi
pengembunan dan permukaan telur berair, sehingga kuman pada kulit telur
akan masuk kedalam telur yang menyebabkan pembusukan telur sewaktu
ditetaskan sehingga akan menurunkan daya tetas telur yang lain. Sebelum
telur dimasukkan ke dalam ruang penetasan, suhu ruang tersebut harus sesuai
dengan yang dibutuhkan.
2.2.4.2 Kelembaban Relatif Penetasan
Selama penetasan berlangsung diperlukan kelembaban udara yang
sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhn embrio. Untuk menjaga
kandungan air di dalam telur, kelembaban relatif di dalam penetasan sangat
dibutuhkan, yaitu untuk mencegah air di dalam telur tidak terlalu banyak
menguap atau keluar dari telur melalui pori–pori telur.
Penguapan air dari telur sangat erat hubungannya dengan suhu ruang
di dalam penetasan. Semakin tinggi suhu di dalam ruang penetasan semakin
banyak air di dalam telur yang menguap dan sebaliknya. Kelembaban ideal di
dalam mesin tetas saat proses penetasan telur burung berkisar antara 60-70%
dengan kelembaban relatif 60% selama 18 hari pertama dan 70% setelah hari
ke 18 hingga hari terakhir saat telur menetas.
25
2.2.4.2.1 Pengaruh Kelembaban Terlalu Tinggi
1. Akan mempersulit penguapan air dari dalam telur, dan
menyebabkan pengeluaran CO2 dari dalam telur sehingga
kandungan CO2 yang banyak di dalam telur dapat membunuh
embrio.
2. Kulit telur akan lembab sehingga mempermudah tumbuh jamur
ataupun kuman Salmonella yang masuk kedalam telur dan
membunuh embrio.
3. Anak burung akan menjadi gemuk namun tak sehat, ataupun
anak akan mengalami kesulitan di dalam mematuk kulit telur
dan bahkan air masuk kedalam hidung dan dapat
membahayakan anak burung karena dapat mengakibatkan anak
burung tenggelam.
2.2.4.2.2 Pengaruh Kelembaban Terlalu Rendah
1. Air terlalu banyak menguap dari dalam telur sehingga sering
terjadi perlengketan embrio atau pembuluh darah embrio lengket
dengan selaput kulit telur yang dapat menyebabkan kematian
anak unggas.
2. Embrio mengalami kesulitan berotasi dalam mencari posisi
memecah kulit telur.
3. Anak unggas burung menetas akan kelihatan kurus sehingga
akan mengalami gangguan pertumbuhan.
2.2.5 Ventilasi
Ventilasi mutlak diperlukan untuk pernafasan embrio. Dalam
perkembangan normal, embrio akan banyak memerlukan oksigen (O2) dan
mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui pori-pori telur. Untuk itulah, di
dalam mesin tetas harus cukup tersedia O2 sehingga pertukaran udara sangat
diperlukan.
26
Kekurangan O2 akan berakibat embrio gagal berkembang. Kebutuhan
O2 ini diperoleh melalui lubang ventilasi. Adanya lubang ini menyebabkan CO2
keluar dari mesin tetas dan digantikan oleh O2. Konsentrasi ke-2 gas ini akan
sangat mempengaruhi perkembangan embrio ataupun daya tetas. Selain itu
hendaknya penetasan jauh dari jalan raya atau jauh dari jalan yang ramai
kendaraan bermotor.
2.2.6 Peneropongan Telur
Peneropongan telur merupakan bagian terpenting dalam penetasan
telur. Fungsi peneropongan telur adalah untuk menentukan fertilitas telur, luas
ruangan udara, perbandingan kuning telur (yolk) dan putih telur (albumen), serta
mengetahui perkembangan embrio pada saat penetasan. Embrio telur yang tidak
berkembang perlu dikeluarkan karena daya tetasnya diragukan.
Peneropongan sebaiknya dilakukan tiga kali selama proses penetasan
berlangsung. Pada telur burung, perlakuan peneropongan pertama dilakukan
pada hari ke -5 sampai ke -7, kedua pada hari ke-13 dan ke-14 serta ketiga pada
hari ke-17 dan ke-18. Peneropongan pertama berfungsi untuk menentukan
fertilitas telur, menentukan embrio yang mati, dan mengeluarkan telur yang
infertile. Peneropongan berfungsi untuk melihat perkembangan embrio, melihat
telur yang mati, atau pun melihat telur yang kosong. Telur ini harus segera
dikeluarkan. Bila tidak dikeluarkan, telur yang embrionya mati akan banyak
mengeluarkan gas CO2 dan amoniak yang kurang baik untuk perkembangan
embrio yang lain. Pada telur yang embrionya hidup, tampak adanya pembuluh
darah dan gambaran akan denyutan jantung dari luar. Sementara telur yang mati
akan tampak bening karena tidak ada pertumbuhan embrio di dalam telur. Alat
peneropongan telur dinamakan candingan. Untuk alat peneropongan ini dapat
menggunakan kaleng yang didalamnya diberi lampu dan kaca berwarna. Selain
itu, dapat juga menggunakan gulungan kertas dengan cahaya lampu dinding atau
sinar matahari.
Periode kritis perlu dicermati setiap pengelola atau operator
penetasan. Bila periode kritis ini tidak diperhatikan maka akan terjadi kegagalan
dalam penetasan. Selama proses penetasan berlangsung terjadi dua kali periode
kritis.
27
a. Periode kritis pertama terjadi pada tiga hari pertama sejak telur
tetas dimasukin kedalam mesin tetas. Periode ini disebabkan oleh perkembangan
blastoderm yang sangat cepat, adanya perubahan zat kimia dalam telur, dan
adanya penimbunan asam laktat yang cukup tinggi.
b. Periode kritis kedua terjadi tiga hari terahir menjelang telur
akan menetaskan. Periode ini untuk setiap jenis unggas berbeda, misalnya
wallet 17-21, bebek 25-28, puyuh 15-18, dan ayam 18-21 hari. Periode kritis
kedua ini terjadi akibat perubahan fisiologis embrio yang sudah sempurna
menjelang penetasan .