Post on 26-Mar-2019
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 RFID (Radio Frequency Identification)
2.1.1 Gambaran Umum Tentang Radio Frequency Identification (RFID)
RFID adalah suatu teknologi indentifikasi otomatis berdasarkan
penyimpanan dan penerimaan data secara jauh menggunakan tag RFID.
Teknologi ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh teknologi/ sistem
identifikasi jenis lain. RFID dilengkapi dengan kemampuan pembacaan (read-
only) ataupun baca tulis (read/write), tidak membutuhkan hubungan tambahan
(line-of-sight) untuk pengoperasiannya, dapat berfungsi diberbagai macam
kondisi lingkungan yang berbeda, dan memberikan tingkat integritas data yang
tinggi. Selain itu RFID juga memiliki tingkat keamanan yang tinggi, karena
teknologi ini sulit ditiru/dipalsukan.
RFID menggunakan reader dan perlengkapan khusus (special RFID
devices) yang dimiliki oleh RFID. RFID menggunakan RF (Gelombang
radio/gelombang elektromagnetik) sinyal untuk memindahkan informasi dari
RFID device ke reader.
Gelombang radio memindahkan data antar alat menggunakan RFID
device yang telah diintegrasikan dan sebuah RFID reader. RFID device dapat
memuat data yang beris i informasi tentang identitas alat, misalnya definisi dari
alat tersebut, kapan data berpindah dari alat ke RF dalam waktu yang pasti,
10
mungkin diukur dengan menggunakan parameter misalnya temperatur. RFID
device seperti tag atau label, dapat mengidentifikasi kartu dan kemudian
meneruskan informasinya ke RF transceiver.
Teknologi RFID menggunakan frekuensi antara 30kHz hingga 3GHz.
Seperti pada Gambar 2.1, yang menerangkan tentang tipikal dari sistem
dilengkapi dengan komponen berikut:
• RFID device (transponder atau dalam hal ini digunakan kartu) yang
menjelaskan data mengenai alat tersebut.
• Antena yang berfungsi untuk mentransmisikan sinyal RF antara reader
dan RFID device.
• RF transceiver yang membangkitkan RF sinyal.
• Reader yang berfungsi untuk menerima transmisi data dari RF device
dan melanjutkan pengiriman data ke sistem aplikasi untuk diproses.
Dalam hal ini, dasar dari rangkaian RFID dilengkapi dengan aplikasi
piranti lunak sebagai pendukung untuk sistem RFID.
Gambar 2.1 Typical RFID System Components
11
2.1.1 Transponder/Tag
Sebuah Tag RFID tidak secara active menghantarkan data kepada reader,
yang dikenal sebagai transponder (TRANSmitter + resPONDER), apabila
transponder berada diluar jangkauan reader maka tag akan menjadi passive.
Tag bisa berfungsi hanya sebagai pembaca (read-only), atau sebagai
baca dan tulis (read/write), atau write one/read many (WORM), dan dapat
menjadi active ataupun passive. Pada umumnya, active tags membutuhkan
baterai untuk memberikan tenaga kepada tags transmitter atau radio penerima.
Biasanya, sebagian besar komponen dalam tag bersifat passive. Oleh karena itu,
tag yang active mempunyai ukuran yang lebih besar dan harga lebih mahal
dibandingkan dengan tag yang passive. Selain itu, fungsi active tag ditentukan
oleh masa active dari baterai. Passive tag dapat berfungsi dengan atau tidak
menggunakan baterai, karena passive tag telah diaplikasikan dengan program
yang akan active apabila berada dalam jangkauan reader. Passive tag
memantulkan transmisi sinyal RF kepada dirinya sendiri dari reader atau
transceiver dan menambahkan informasi dengan cara memodulasikan pantulan
dari sinyal RF. Passive tag tidak membutuhkan baterai untuk memberikan energi
tambahan agar dapat mengactivekan pantulan sinyal RF. Passive tag hanya
menggunakan baterai untuk mengatur memori didalam tag atau memberikan
energi pada komponen elektronik agar tag dapat memodulasikan pantulan sinyal
RF.
12
2.1.2 Antena
Masing-masing RFID dilengkapi, setidaknya, oleh satu antena untuk
mentransmisikan dan menerima sinyal RF. Ada sistem yang menggunakan satu
antena untuk mengirimkan dan menerima data, dan ada pula sistem yang
menggunakan satu antena untuk mengirimkan data dan satunya lagi untuk
menerima data. Banyaknya penggunaan dan tipe antena tergantung oleh
kebutuhan sistem.
2.1.3 RF Transceiver
RF tranceiver adalah sumber energi utama dari RF yang digunakan untuk
mengaktifkan RFID tags. RF transceiver dapat mengakses sebagian atau seluruh
data yang terdapat dalam alat. Ketika menyediakan sebagian akses dari alat
tersebut, transceiver biasanya berfungsi sebagai RF modul. RF transceiver
mengontrol dan memodulasi radio frequency yang dikirimkan dan diterima oleh
antena. Filter transceiver dan penguatannya berasal dari pantulan sinyal RFID
passive tag.
2.1.4 Reader
RFID reader mengatur RF transceiver untuk menerima sinyal RF,
menerima sinyal dari tag melalui RF transceiver, mengkodekan identitas tag, dan
mengirimkan identitas tersebut ke database dari tag ke komputer pusat. Reader
juga memberikan beberapa fungsi lain. Misalnya, dalam konsep penerimaan data
dari input device lain seperti alat pendeteksi (detector), dan pengontrol gerban g
13
maupun lampu. Reader control mengatur pengoperasian reader. Pengguna dapat
mengubah pengoperasian dari reader sesuai dengan kebutuhan dengan mengatur
perintah (commands) yang dikeluarkan oleh komputer pusat atau lokal terminal.
2.2 Konsep Dasar Komunikasi Data
Komunikasi data adalah suatu bagian dari ilmu komunikasi yang menyampaikan
informasi dalam bentuk teks atau gambar dengan menggunakan suatu media tertentu.
Maka komunikasi data mempunyai persyaratan minimal sistem komunikasi data yaitu :
1. Sumber (Transmitter)
2. Media Transmisi
3. Tujuan (Receiver)
4. Data berupa teks atau gambar
2.2.1 Komunikasi Data
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari suatu tempat
(sumber) ke tempat lain (tujuan), dimana penyampaian informasi tersebut menggunakan
suatu media transmisi tertentu. Sedangkan data adalah instruksi dalam bentuk yang
formal yang cocok untuk komunikasi. Komunikasi memegang peranan sangat penting
saat ini, bentuk-bentuk komunikasi yang dikenal saat ini :
14
a. Komunikasi suara
Bentuk komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang paling
umum, dengan berbagai cara dan teknologi yang dipergunakan agar
jangkauan komunikasi ini dapat mencakup seluruh penjuru. Contoh
komunikasi ini adalah komunikasi radio siaran, komunikasi radio amatir,
komunikasi radio panggil dan komunikasi telepon.
b. Komunikasi suara dan gambar
Informasi yang dikirimkan dalam komunikasi ini jelas berupa gelombang
suara dan gambar, baik gambar bergerak atau gambar hidup maupun
gambar diam. Contoh komunikasi ini adalah faksimili, televisi, dan
telegraf.
c. Komunikasi data
Komunikasi data, dalam hal ini mengirimkan suatu informasi dalam
bentuk data dari suatu alat ke alat yang lain. Dimana pengiriman
informasi dapat berupa sinyal digital, karena pada umumnya alat-alat
komunikasi ini menggunakan sinyal digital sehingga mudah dalam dan
komunikasi data ini akan berjalan dengan maksimal.
15
2.2.2 Arah Transmisi Data
Pada komunikasi data, arah dari aliran data dapat dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu simplex, half duplex dan full duplex. Pada simplex, arah aliran data terjadi pada
satu arah saja, misalnya pemancar radio. Pada half duplex, arah aliran data terjadi pada
kedua arah tetapi tidak dapat dilakukan secara bersamaan, misalnya pada walkie talkie,
sedangkan full duplex, arah aliran ke dua arah dan dapat dilakukan secara bersamaan,
dengan mempergunakan dua saluran komunikasi data, misalnya pesawat telepon.
2.2.3 Mode Transmisi
Mode transmisi pada sistem komunikasi dibagi atas, yaitu :
1. Transmisi paralel
Pada transmisi paralel, satu konektor yang terdiri dari tujuh atau delapan
bit American Standard Code for Information Interchange (ASCII)
ditransmisikan secara serentak setiap saat. Misalnya bila digunakan kode
ASCII, maka dibutuhkan sebanyak delapan jalur untuk mentransmisikan
sekaligus 8 bit untuk satu karakter kode ASCII.
Komunikasi paralel digunakan untuk komunukasi jarak dekat, biasanya
transmisi jenis ini digunakan untuk mentransmisikan sinyal didalam
komputer atau antara komputer ke printer.
16
Pengiriman dengan mode transmisi paralel ini memiliki kecepatan yang
tinggi, karena pada setiap saat dapat langsung ditransmisikan suatu
karakter. Namun mode transmisi ini membutuhkan kabel khusus yang
terdiri dari beberapa jalur yang akan digunakan dalam pengiriman bit-bit
dari karakter tersebut.
2. Transmisi serial
Pada transmisi serial ini, masing-masing bit dari suatu karakter
dikirimkan secara berurutan, yaitu bit per bit, dimana satu bit diikuti oleh
bit berikutnya. Dalam sistem ini, penerima akan mengumpulkan sejumlah
bit (untuk sistem ASCII = 8 bit) yang akan dikirimkan oleh transmitter
untuk kemudian dijadikan menjadi satu karakter.
2.2.3.1 Modus Asinkron
Modus asinkron merupakan bentuk transmisi serial yang dalam mentransmisikan
data atau informasi tidak secara kontinyu, dimana transmitter dapat mentransmisikan
karakter-karakter pada interval waktu yang berbeda atau dengan kata lain tidak harus
dalam waktu yang sinkron antara pengiriman satu karakter dengan karakter berikutnya.
Tiap-tiap karakter yang ditransmisikan sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri
dan penerima harus dapat mengenal masing-masing karakter tersebut. Untuk mengatasi
hal ini, maka masing-masing karakter diawali dengan suatu bit tambahan, yaitu start bit
17
yang berupa nilai bit 0 dan stop bit yang berupa nilai bit 1 yang diletakkan pada akhir
dari masing-masing karakter.
Modus asinkron lebih aman dibandingkan dengan modus sinkron. Pada modus
asinkron, bila suatu kesalahan terjadi pada data yang ditransmisikan, hanya akan
merusak satu blok dari data. Akan tetapi, modus asinkron kurang efisien karena
memerlukan bit-bit tambahan untuk tiap-tiap karakter yaitu start bit dan stop bit.
2.2.3.2 Modus Sinkron
Modus sinkron merupakan bentuk transmisi serial yang mentransmisikan data
atau informasi secara kontinu. Transmisi jenis ini sering menhadapi permasalahan, yaitu
masalah sinkronisasi bit dan sinkronisasi karakter.
Permasalahan utama dalam sinkronisasi adalah masalah waktu kapan transmitter
mulai meletakkan bit-bit yang akan dikirim ke media transmisi dan kapan penerima
harus mengetahui dengan tepat untuk mengambil bit-bit yang akan dikirim tersebut.
Masalah ini dapat diatasi dengan clock yang ada di transmitter dan clock yang ada di
receiver. Clock pada transmitter akan memberitahu kapan harus meletakkan bit-bit
yang akan dikirim, misalnya jika diinginkan untuk mengirim dengan kapasitas 100 bps,
clock di transmitter diatur untuk bekerja dengan kecepatan 100 bps dan clock di receiver
juga harus diatur untuk mengambil dari jalur transmisi 100 kali tiap detiknya.
Permasalahan kedua dalam modus sinkron adalaha character synchronization.
Permasalahan ini berupa penentuan sejumlah bit-bit mana saja yang merupakan bit-bit
18
pembentuk suatu karakter. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan karakter SYN.
Umumnya dua atau lebih kontrol transmisi SYN yang diletakkan di depan blok data
yang akan dikirimkan. Bila hanya dipergunakan sebuah karakter kontrol transmisi
kemungkinan dapat terjadi false synchronization. Untuk mencegah false
synchronization, dua buah karakter kontrol SYN dapat digunakan di awal dari blok data
yang ditransmisikan. Receiver setelah mengidentifikasikan bentuk SYN yang pertama,
kemudian mengidentifikasikan 8 bit berikutnya, kalau berupa karakter kontrol SYN
yang kedua, maka setelah itu dimulai menghitung setiap 8 bit dan merangkai menjadi
sebuah karakter.
2.2.4 Standar Komunikasi Serial
Standar komunikasi data serial yang paling populer di dunia komputer dan
industri adalah RS-232 dan variannya. Standar ini dikerluarkan oleh EIA (Electronic
Industri Association) yang berpusat di Amerika. Standar RS-232 ditetapkan dengan
metode single ended dengan transmisi tak berimbang (unbalance transmition). Pada
penggunaannya standar ini menjadi salah satu komunikasi serial point to point yang
paling populer. Namun kelemahan pada metode ini adalah dalam hal kecepatan
(maximal 20 kbps) dan jarak transmisi (50 feet). Mengatasi kelemahan-kelemahan ini
timbul perbaikan pada standar ini yang kemudian melahirkan varian-varian yang
mempunyai lebih dari standar RS-232. salah satunya adalah diffrential (balance
diffrential signal) yang menawarkan banyak keunggulan dalam banyak aplikasi.
19
2.2.5 RS-232
RS-232 adalah standar komunikasi serial jenis single-ended, yang dikeluarkan
oleh EIA dari tahun 1962. Sinyal RS-232 menggunakan unbalanced transmission
(transmisi tak berimbang) yang memiliki karakteristik, sebagai berikut:
Untuk tegangan diatas +3 volt maka diterjemahkan sebagai logic ‘0’ (Low).
Untuk yang lebih kecil dari –3 volt diterjemahkan sebagai logic ‘1’ (High).
Pada umumnya tegangan yang dipakai oleh komputer pada port serial +12 volt
(Low) dan -12 volt (High).
RS-232 pada awalnya memiliki kemampuan efektif signal rate (kecepatan
transfer) maksimum 20 Kbps dan jarak media transmisi maksimum 15 meter. Kemudian
setelah dilakukan perbaikan dikeluarkan versi lain dari RS-232 yaitu RS-232C yang
dikenal sejak tahun 1969 dan pada tahun 1987 dikeluarkan versi keempat, yang diberi
nama EIA-232-D yang masih compatible dengan RS-232C dengan kemampuan yang
lebih baik.
Kemudian, sebuah standar single-ended yang lain adalah RS-432 yang
merupakan kelanjutan dari RS-232 dengan kemampuan operasi (kemampuan mengirim
data) yang melebihi RS-232, akan tetapi tidak sering digunakan dalam dunia industri.
Di dalam komputer terdapat 2 port komunikasi serial yaitu COM 1 dan COM 2
yang merupakan komunikasi asinkron. Interface komunikasi serial yang digunakan
adalah UART (Universal Asynchronous Receiver / Transmitter).
20
Tabel 2.1 Tabel pin konektor RS-232
9 Pin Keterangan I/O
1 Carrier Detect IN
2 Received Data IN
3 Transmitted Data OUT
4 Data Terminal Ready OUT
5 Sinyal Ground -
6 Data Set Ready IN
7 Request To Send OUT
8 Clear To Send IN
9 Ring Indicator IN
Pin Protective Ground yang berfungsi jika saluran transmisi melewati
lingkungan dengan intensitas elektromagnetik yang tinggi. Tegangan pada RS-232
berbeda dengan tegangan logika digital, logika 0 pada sinyal digital (space menurut
istilah RS-232) mempunyai nilai tegangan –3V sampai -25V, sedangkan logika 1 (mark)
mempunyai nilai tegangan +3V hingga +25V, tegangan antara –3V hingga +3V disebut
tegangan invalid.
Untuk mengubah tegangan TTL ke tegangan RS-232 atau sebaliknya digunakan
IC khusus yaitu IC MAX-232. Tegangan TTL memiliki logika 0 jika bernilai antara 0
sampai 0,2 Volt dan memiliki logika 1 bila bernilai antara 3,5 sampai 5 Volt. RS-232
21
memiliki logika 0 pada nilai tegangan –5V sampai +12V dan berlogika 1 pada tegangan
+5V sampai –12V.
Tabel 2.2 Perbandingan antara RS-232, RS-432, RS-422 dan RS-485
Spesifikasi RS-232 RS-432 RS-422 RS-485
Operation mode Single ended Single ended Differential Differential
Total Driver and Receiver
(on one line)
1 driver
1 receiver
1 driver
10 receiver
1 driver
10 receiver
1 driver
32 receiver
Maximum cable length 50 FT 4000 FT 4000 FT 4000 FT
Maximum data rate 20 Kbps 100 Kbps 10 Mbps 10 Mbps
Maximum driver output
range ± 25V ± 6V -0.25V to 6V -7V to 12V
Slew rate (Max) 30V/uS Adjustable N/A N/A
Receiver input voltage
range ± 15V ± 12V -10V to +
10V
-7V to + 12V
Receiver input sensitivity ± 3V ± 200mV ± 200mV ± 200mV
Receiver input resistance
(Ohms)
3k to 7k 4k min 4k min ≥ 12k
22
2.3 Mikrokontroller
Mikrokontroller merupakan suatu mikroprosesor yang khusus untuk menangani
masalah pengontrolan dimana pada mikrokontroler tersebut memiliki internal RAM,
ROM, port serial, timer, dan pin interupsi dari luar. Selain itu pula mikrokontroler
merupakan otak dari suatu sistem minimum, dimana sistem minimum dapat bekerja
secara sempurna apabila didukung oleh komponen-komponen lainnya yang saling
berhubungan. Mikrokontroler AVR ATMega162 digunakan pada sistem ini sebagai otak
dari keseluruhan proses yang terjadi. Mikrokontroler AVR ATMega162 memiliki
karakteristik yaitu mempunyai 16 KB in system programmable flash dan memiliki 512
Bytes EEPROM (Electically Eraseable Programmable Read Only Memory),1 KB
internal SRAM (Static Random Access Memory). Memiliki 3 buah timer (2 buah
timer/counter 8 bit dan satu buah timer/counter 16 bit),6 buah saluran PWM, 2 buah
jalur serial yang dapat diprogram. Jika dibandingkan dengan AVR lain seperti misalnya
mikrokontroler AVR ATMega16 memiliki karakteristik yaitu mempunyai 16 KB in
system programmable flash dan memiliki 512 Bytes EEPROM (Electically Eraseable
Programmable Read Only Memory),1 KB internal SRAM (Static Random Access
Memory). Memiliki 3 buah timer (dua buah timer/counter 8 bit dan satu buah
timer/counter 16 bit),4 buah saluran PWM, 1 buah jalur serial yang dapat diprogram.
Kami menggunakan mikrokontroler AVR ATMega162 karena kami
membutuhkan dua buah komunikasi serial, dimana satu buah untuk komunikasi dengan
modul slave, satu buah untuk komunikasi dengan komputer.
23
Setiap mikrokontroller terdapat konfigurasi pin. Konfigurasi pin untuk AVR
ATMega162 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Konfigurasi Pin AVR ATmega 162
Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa tiap pin mempunyai fungsi tersendiri. Fungsi
– fungsi pada tiap pin AVR ATMega162 adalah sebagai berikut :
1. Mikrokontroller memiliki 5 port (PA, PB, PC, PD dan PE), setiap port
memiliki 8 buah pin yang dapat digunakan sebagai input maupun output.
• Port A terdapat pada pin 32 sampai 39, berfungsi sebagai port 8
bit bi-directional (2 arah) yang didalamnya terdapat resistor pull
up internal.
24
• Port B terdapat pada pin 1 sampai 8, berfungsi sebagai 8 bit bi-
directional (dua arah) yang di dalamnya terdapat resistor pull up
internal yang juga dapat berfungsi sebagai timer/counter.
Port C terdapat pada pin 21 sampai 28, berfungsi sebagai
berfungsi sebagai 8 bit bi-directional (dua arah) yang di
dalamnya terdapat resistor pull up internal. Port ini dapat
mengirimkan byte alamat bila dilakukan akses ke memori
eksternal.
Port D terdapat pada pin 10 sampai 17, berfungsi sebagai
berfungsi sebagai 8 bit bi-directional (dua arah) yang di
dalamnya terdapat resistor pull up internal. Port D ini berfungsi
juga sebagai fungsi pengganti, dimana jika fungsi pengganti
tidak digunakan maka pin akan berfungsi sebagi port.
Dibawah ini jenis fungsi pengganti :
2.2 Pin 10 (RXD0) dan pin 11 (TXD0) merupakan pin
untuk receive dan transmit data serial.
2.3 Pin 12 (INT 0) dan 13 (INT 1) jika diset HIGH akan
menjadi interupt eksternal. Interupt ini berdasarkan
clock trigger yang ada dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu falling edge dan level.
25
Gambar 2.3 Falling edge dan level
2.4 Pin 14 (T0SC1/OC3A) dan 15 (TOSC1/OC1A)
merupakan 16 bit timer/counter.
2.5 Pin 16 (WR) dan 17 (RD) yang berfungsi sebagai
strobe untuk write dan read eksternal.
2. VCC terletak pada pin 40 sebagai supply tegangan.
3. Vss/GND pada pin 20 sebagai ground.
4. RST pada pin 9 adalah pin reset, jika diset HIGH maka pin 9 akan aktif,
reset akan terjadi pada mikrokontroller saat pulsa transisi dari rendah ke
tinggi sehingga mikrokontroller akan memberikan instruksi jump ke
alamat awal program. Selain itu diperlukan untuk proses inisialisasi
internal seperti mengisi register dengan suatu nilai.
5. ALE pada pin 30 berfungsi untuk menghasilkan pulsa output yang dapat
menahan (latch) alamat byte rendah selama mengakses memory
eksternal, dan untuk input pulsa program (PROG) selama pemrograman
flash memory yang berada di dalam mikrokontroller.
26
6. Pin 18 (XTAL 2) berfungsi sebagai pin ouput ke rangkaian osilator
internal. Sebuah osilator kristal atau sumber osilator luar dapat
digunakan.
7. Pin 19 (XTAL 1) berfungsi sebagai pin input ke rangkaian osilator
internal. Pin ini digunakan jika menggunakan osilator kristal.
2.4 Database
Dalam suatu komunikasi serial, database merupakan hal yang terpenting dalam
proses pengolahan data, dimana database dapat didefinisikan sebagai kumpulan
informasi atau kumpulan data yang saling terkait satu sama lainnya, yang telah disimpan
secara terstruktur. Database terdiri dari kolom-kolom yang mengandung informasi yang
disebut sebagai field dan baris-baris yang menjelaskan semua atribut dari field tersebut
yang disebut dengan record.
Konsep sistem database yang digunakan adalah RDBMS (Relational Database
Management System). Cara kerja RDBMS adalah pengambilan dan penyimpanan
datanya berupa beberapa tabel. Tabel tersebut berisikan objek database yang terdiri dari
sekumpulan baris (record) dan kolom (field). Tiap tabel mempunyai sekumpulan record
yang strukturnya sama dan sekelompok tabel yang saling terkait membentuk sebuah
database. Pengambilan data dari satu tabel ke tabel yang lain melalui field yang sama
disebut sebagai relational (relasi atau hubungan).
27
2.5 Proximity Card
Proximity card merupakan teknologi yang merupakan teknik RFID (Radio
Frequency Identification). Sehingga dalam pembacaan data kartu tidak terlalu dekat
dengan reader.
Proximity card yang terbuat dari circuit terpadu (chip silikon) beroperasi dengan
tegangan dan komunikasi yang didapatkan dari proximity reader ke proximity card
melalui rangkaian induktif dari antena proximity reader ke antena proximity card. Kedua
antena tersebut menghasilkan sebuah medan tegangan.
Sebuah medan magnet bolak-balik dihasilkan oleh arus sinusoidal yang melewati
antena proximity reader. Ketika proximity card memasuki medan magnet bolak-balik,
akan menyebabkan adanya arus bolak-balik pada antena. Proximity card memiliki
sebuah alat pengubah tegangan untuk mengubah arus AC menjadi arus DC untuk
memberi tegangan pada circuit.
Proximity reader mengirimkan informasi atau data melalui medan radio
frequency ke proximity card. Proximity memiliki demodulator untuk mengubah
modulasi amplitudo ke sinyal digital. Proximity card juga memiliki sekumpulan
rangakian clock yang menghasilkan sinyal clock digital untuk digunakan proximity
reader. Data dari proximity reader dikirim, di-decode dan diproses oleh rangkaian
terintegrasi. Proximity card dibagi menjadi dua yaitu:
28
• Proximiy card active
Kartu aktif mendapatkan tegangan dari baterai biasanya bisa baca/tulis, data pada
kartu dapat ditulis atau dirubah. Kartu aktif memiliki memori yang bervariasi tergantung
pada kebutuhan aplikasi. Beberapa sistem memiliki memori yang bisa beroperasi sampai
1 MB. Cara kerja dari kartu baca/tulis yang umum, biasanya sebuah kartu memberikan
mesin sekumpulan instruksi dan mesin tersebut melaporkan kemampuan dari kartu. Data
yang telah di-encode akan menjadi sejarah dari kartu. Sumber daya dari baterai yang ada
pada kartu akan memberikan jarak baca lebih jauh. Akibatnya pada pembuatan kartu
ukurannya menjadi lebih besar, biasa yang lebih mahal dan keterbatasan umur operasi
(biasanya umur operasi maksimal mencapai 10 tahun, tergantung kondisi temperatur dan
jenis baterai).
• Proximiy card passive
Kartu pasif beropeasi tanpa sumber daya dari luar dan mendapatkan sumber daya
dari proximity reader. Kartu pasif biasanya lebih ringan dari kartu aktif, lebih murah,
hanya dapat dibaca tidak dapat ditulis ulang dan menawarkan umur yang tidak terbatas.
Akibatnya kartu tersebut memiliki daya baca yang lebih pendek dan membutuhkan
proximity reader dengan sumber daya yang lebih tinggi. Kartu pasif telah diprogram
terlebih dahulu dengan sekumpulan data yang unik (biasanya 26 sampai 128 bit) dan
tidak dapat dimodifikasi.
29
Secara umum RFID dibedakan menjadi empat jarak frekuensi, rendah (LF),
tinggi (HF), sangat tinggi (VHF) dan sangat tinggi sekali (UHF). Semakin tinggi
frekuensi yang dihasilkan semakin tinggi jarak pembacaan RFID. Tabel berikut ini
menampilkan jenis frekuensi dan rentang frekuensi.
Tabel 2.3 Jenis dan Rentang Frekuensi RFID
Jenis Frekuensi
Rendah
Low Frequency (LF)
30 KHz – 300 KHz
Tinggi
High Frequency (HF)
3 MHz – 30 MHz
Sangat Tinggi
Very High Frequency (VHF)
30 MHz – 300 MHz
Sangat Tinggi Sekali
Ultra High Frequency (UHF)
300 MHz – 3GHz
2.6 Liquid Crystal Display
Liquid Crystal Display (LCD) merupakan sebuah teknologi layar digital yang
menghasilkan citra pada sebuah permukaan yang rata (flat) dengan memberi sinar pada
kristal cair dan filter berwarna, yang mempunyai struktur molekul polar, diapit antara
30
dua elektroda yang transparan. Bila medan listrik diberikan, molekul menyesuaikan
posisinya pada medan, membentuk susunan kristalin yang mempolarisasi cahaya yang
melaluinya.
Teknologi yang ditemukan semenjak tahun 1888 ini, merupakan pengolahan
kristal cair merupakan cairan kimia, dimana molekul-molekulnya dapat diatur
sedemikian rupa bila diberi medan elektrik, seperti molekul-molekul metal bila diberi
medan magnet. Bila diatur dengan benar, sinar dapat melewati kristal cair tersebut.
Jenis kristal cair yang digunakan dalam pengembangan teknologi LCD adalah
tipe nematic (molekulnya memiliki pola tertentu dengan arah tertentu). Tipe yang paling
sederhana adalah twisted nematic (TN) yang memiliki struktur molekul yang terpilin
secara alamiah (dikembangkan pada tahun 1967). Struktur TN terpilin secara alamiah
sebesar 90o. kristal cair TN (D) diletakkan di antara dua elektroda (C dan E) yang
dibungkus lagi dengan dua panel gelas (B dan F) yang sisi luarnya dilumuri lapisan tipis
polarizing film. Lapisan A merupakan cermin yang dapat memantulkan cahaya yang
berhasil menembus lapisan-lapisan LCD. Kedua elektroda dihubungkan dengan batere
sebagai sumber arus. Panel B memiliki polarisasi yang berbeda 90o dari panel F.
Gambar 2.4 Susunan layar LCD
31
Cahaya masuk melewati panel F sehingga terpolarisasi. Saat tidak ada arus
listrik, cahaya lewat begitu saja menembus semua lapisan, mengikuti arah pilinan
molekul-molekul TN (90o), sampai memantul di cermin A dan keluar kembali. Tetapi
ketika elektroda C dan E (elektroda kecil berbentuk segi empat yang dipasang di lapisan
gelas) mendapatkan arus, kristal cair D yang sangat sensitif terhadap arus listrik tidak
lagi terpilin sehingga cahaya terus menuju panel B dengan polarisasi sesuai panel F.
Panel B yang memiliki polarisasi yang berbeda 90o dari panel F menghalangi cahaya
untuk menembus terus. Karena cahaya tidak dapat lewat, pada layar terlihat bayangan
gelap berbentuk segi empat kecil yang ukurannya sama dengan elektroda E (berarti pada
bagian tersebut cahaya tidak dipantulkan oleh cermin A).