Post on 06-Nov-2020
BAB 1V
PEMBAHASAN
I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
A. Sejarah PT. Bank CIMB Niaga Tbk1
CIMB Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank
Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun nilai-
nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Sebagai hasilnya, Bank Niaga
dikenal luas sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang terpercaya. Di
tahun 1987, Bank Niaga membedakan dirinya dari para pesaingnya di pasar
domestik dengan menjadi Bank yang pertama menawarkan nasabahnya layanan
perbankan melalui mesin ATM di Indonesia. Pencapaian ini dikenal luas sebagai
masuknya Indonesia ke dunia perbankan modern. Kepemimpinan Bank dalam
penerapan teknologi terkini semakin dikenal di tahun 1991 dengan menjadi yang
pertama memberikan nasabahnya layanan perbankan online.
Bank Niaga menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa
Efek Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia/BEI) pada tahun 1989. Keputusan
untuk menjadi perusahaan terbuka merupakan tonggak bersejarah bagi Bank
dengan meningkatkan akses pendanaan yang lebih luas. Langkah ini menjadi
katalis bagi pengembangan jaringan Bank di seluruh pelosok negeri.
Pemerintah Republik Indonesia selama beberapa waktu pernah menjadi
pemegang saham mayoritas CIMB Niaga saat terjadinya krisis keuangan di akhir
1https://www.cimbniaga.com/, diakses pada 01 januari 2017.
44
tahun 1990-an. Pada bulan November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad
(CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group
Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN). Di bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham
berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk
mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform
universal banking.2
Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang merupakan pemilik saham
mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas
LippoBank pada tanggal 30 September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini
berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008
sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama.
Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB Group)
dan LippoBank, sejak tahun 2007 Khazanah memandang penggabungan (merger)
sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi kebijakan Single
Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penggabungan
ini merupakan merger pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP. Pada
bulan Mei 2008, nama Bank Niaga berubah menjadi CIMB Niaga. Kesepakatan
Rencana Penggabungan CIMB Niaga dan LippoBank telah ditandatangani pada
bulan Juni 2008, yang dilanjutkan dengan Permohonan Persetujuan Rencana
Penggabungan dari Bank Indonesia dan penerbitan Pemberitahuan
SuratPersetujuan Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi
2Ibid
Manusia di bulan Oktober 2008. LippoBank secara resmi bergabung ke dalam
CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang diikuti
dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas.3
Berdirinya CIMB Niaga di Kabupaten Jember juga serentak pasca
Kesepakatan Penggabungan CIMB Niaga dan LippoBank (merger) sudah
diresmikan. Kantor atau tempat dimana Bank CIMB Niaga terletak di Jalan
Diponegoro Nomor 33-34. Dengan komitmennya pada integritas, ketekunan untuk
menempatkan perhatian utama kepada nasabah dan semangat untuk terus unggul,
CIMB Niaga akan terus memanfaatkan seluruh daya yang dimilikinya untuk
menciptakan sinergi dari penggabungan ini. Keseluruhannya merupakan nilai-
nilai inti CIMB Niaga dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bagi masa
depan yang sangat menjanjikan.
B. Visi Misi dan Nilai Nilai Bank CIMB Niaga Tbk
Dalam usahanya dalam mengembangkan bisnis dari bidang perbankan, PT
Bank CIMB Niaga Tbk memiliki visi dan misi serta nilai-nilai dasar, sebagai
berikut :4
1. Visi
Menjadi Perusahaan ASEAN yang terkemuka.
3Ibid 4Buku Panduan Umum PT. Bank CIMB Niaga Tbk, 2016, hlm 15
2. Misi
Menyediakan layanan perbankan universal di Indonesia secara terpadu
sebagai perusahaan dengan kinerja unggul di kawasan ASEAN dan
kawasan utama lainnya, serta mendukung percepatan integrasi ASEAN
dan hubungannya dengan kawasan lain.5
3. Nilai-Nilai Dasar (C-H-E-S-I)6
“Menyediakan layanan perbankan universal di Indonesia secara terpadu
sebagai perusahaan dengan kinerja unggul di kawasan ASEAN dan
kawasan utama lainnya, serta mendukung percepatan integrasi ASEAN
dan hubungannya dengan kawasan lain.”, yaitu sebagai berikut :
a. C = Customer-centric
Hadir untuk melayani nasabah serta menjual produk dan layanan yang
diinginkan nasabah
b. H = High Performance
Bekerja keras dan tepat sasaran untuk nasabah, sesama karyawan dan
pemangku kepentingan lainnya
c. E = Enabling People
Mendorong seluruh pihak di CIMB Niaga untuk berpikiran luas dan
memastikan seluruh karyawan memiliki kemampuan untuk
memberikan nilai tambah
d. S = Strength in Diversity
5Ibid 6Ibid, hlm. 20
Menghargai perbedaan budaya, perbedaan perspektif dan mengakui
setiap perbedaan sebagai potensi kekuatan
e. I = Integrity
Jujur, terhormat dan professional dalam segala hal yang dilakukan
karena Perusahaan dari waktu ke waktu secara periodik melakukan
evaluasi Visi, Misi danNilai-Nilai Perseroan.
C. Struktur Organisasi CIMB Niaga Tbk
Untuk Struktur Organisasi, kami tuangkan struktur organisasi secara umum.
Yaitu struktur organisasi Bank CIMB Niaga. Karena bank CIMB Niaga yg
berlokasi di Jalan Diponegoro No. 33-34 Jember ini, merupakan Kantor Cabang.
Sedangkan Kantor Pusat Bank CIMB Niaga berada di Graha Niaga / Niaga Tower
Jalan Jendral Sudirman Kav. 58 Jakarta Selatan.7 Kantor cabang Bank CIMB
Niaga tersebar ke seluruh wilayah Indonesia. Namun struktur Organisasi Bank
Niaga dari kantor pusat ke kantor cabang saling berkesinambungan, jadi kantor-
kantor cabang yang tersebar di seluruh wilayah indonesia merupakan divisi-divisi
yang tersebar dari struktur organisasi dibawah struktur organisasi kantor pusat.
Adapun Struktur Organisasi adalah sebagai berikut :
7Hasil wawancara dengan Yana Andriani, Customer Service PT. Bank CIMB Niaga Tbk,
pada tanggal 27 Februari 2017
Tabel 1. Struktur Organisasi Bank CIMB Niaga
Sumber : Data Primer, Diolah, 2017
D. Logo Bank CIMB Niaga
Tabel 2. Logo Bank CIMB Niaga
Sumber : Data Sekunder, Diolah, 2017
E. Produk-Produk Bank CIMB Niaga Tbk8
1. Produk Tabungan Usaha CIMB Bank Niaga
Produk ini merupakan fasilitas simpanan yang ditawarkan bank dalam
mata uang rupiah. Penarikan tabungan dapat dilakukan setiap saat,
menggunakan media atau fasilitas yang ditentukan dan diperunukkan bagi
nasabah, baik nasabah perorangan maupun lembaga atau perusahaan.
Untuk nasabah perorangan hanya membutuhkan Surat Ijin Usaha dan foto
copy identitas (KTP), sedengkan nasabah perusahaan atau lembaga
dibutuhkan AD/ART, Pengesahan dari menteri kehakiman, SIUP, NPWP,
Semua Copy Identitas Manajemen yang tercantum dalam AD/ART.
2. Produk Deposito Berjangka CIMB Bank Niaga
Produk ini merupakan layanan dalam bentuk simpanan berjangka yang
pengambilannya sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Untuk
menabung dalam bentuk deposito berjangka, terdapat berbagai pilihan
mata uang.
8Buku Panduan Umum PT.Bank CIMB Niaga Tbk, Op.cit, hlm. 35-37.
3. Produk Deposit On Call CIMB Bank Niaga
Produk ini merupakan layanan simpanan dalam jangka waktu satu minggu.
CIMB Bank Niaga menyediakan pilihan mata uang untuk produk ini, yaitu
Dollar Amerika dan Rupiah. Dengan produk ini, nasabah diperbolehkan
menarik simpanannya setelah dana mengendap di bank paling tidak
selama tiga hari.
4. Produk Rekening Giro CIMB Bank Niaga
Layanan Rekening Giro dapat memudahkan nasabah untuk melakukan
transaksi bisnisnya, karena produk ini tersedia dalam mata uang rupiah
maupun valas. Rekening Giro juga dilengkapi dengan fasilitas cek dan
bilyet giro, sehingga sangat membantu aktivitas bisnis nasabah. Selain itu,
nasabah juga mendapatkan laporan rekening koran secara berkala.
5. Program Pinjaman Special Lending Usaha Kecil Menengah (UKM)
CIMB Bank Niaga
Salah satu layanan yang dikembangkan oleh perusahaan ini adalah
mendukung pengembangan dan pembangunan Usaha Kecil Menengah.
Layanan tersebut ditawarkan oleh CIMB Niaga melalui berbagai program
kemitraan, diantaranya adalah peluncuran program kerjasama dengan
berbagai BPR atau BPD untuk membiayai kegiatan usaha UKM,
meluncurkran program kerjasama dengan berbagai koperasi, seperti KPN
RI maupun Koperasi Karyawan untuk pembiayaan kegiatan koperasi itu
sendiri maupun anggotanya, peluncuran program pinjaman untuk
pensiunan yang dilakukan melalui kerjasama dengan PT. Pos Indonesia
maupun perusahaan-perusahaan dana pensiunan, mendukung pembiayaan
program-program kemitraan misalna inti-plasma, serta meluncurkan
pembiayaan untuk sektor agribisnis melalui kredit program.
6. Produk Pembiayaan Mikro CIMB Bank Niaga
Produk ini dikenal juga dengan istilah Microfinance atau Mikrolaju, yang
ditujukan untuk membiayai kegiatan usaha mikro, sehingga para
pengusaha mikro dapat mendapatkan fasilitas pinjaman dari CIMB Niaga.
Saat ini, produk Mikro CIMB Niaga tersedia dalam beberapa paket, yaitu
Mikro Madya Loan, Kredit Mikro Utama, maupun Rahn.
F. Prosedur Pemberian Kredit di Bank CIMB Niaga Tbk
Pada penelitian kali ini, penulis memfokuskan pada rumusan masalah yang
diangkat. Karena pemberian kredit kaitannya kerjasama antara :
1. Bank CIMB Niaga selaku Kreditur dengan BPR atau BPD selaku
Debitur.
2. Bank CIMB Niaga selaku Kreditur dengan Koperasi Karyawan selaku
Debitur.
a. Prosedur Pemberian Kredit kepada BPR9
1. Permohonan Kredit BPR
Kriteria BPR yang dibiayai :
a. BPR memiliki total score minimal “82” berdasarkan perhitungan Tingkat
Kesehatan (TKS) internal CIMB Niaga atas Laporan Keuangan 2 tahun
terakhir dan bulan terakhir.
b. BPR membukukan laba dengan ketentuan :
1. Untuk nasabah baru membukukan laba dalam 2 tahun terakhir;
2. Untuk nasabah existing membukukan laba dalam 2 tahun
terakhir, namun jika salah satu diantaranya mengalami kerugian
maka dalam bulan berjalan terakhir harus membukukan laba,
dan memenuhi ketentuan “minimum 3 bulan terakhir
membukukan laba” berturut-turut.
c. Penilaian Manajemen BPR berdasarkan surat keterangan/pernyataan dari
BPR atas hasil pemeriksaan BI terakhir minimal “Cukup Sehat”.
d. Ketentuan NPL yang harus dipenuhi :
1.) NPL Net maksimal 4,75%.
2.) Ketentuan Trend NPL terhadap seluruh portofolio BPR :
a). NPL Net 0 – 3% tidak dilakukan evaluasi peningkatan
trend NPL.10
b). NPL Net > 3% – 4,75% dilakukan evaluasi peningkatan
trend NPL 6 bulan terakhir (maksimal range 1,5%).
9Hasil wawancara dengan Ibu Yani, Staf Operation Credit Administration, PT. Bank
CIMB Niaga Tbk, pada tanggal 27 februari 2017 10Ibid
Jika suatu BPR membiayai Enduser umum dan pegawai, batasan NPL per
segmentasi pembiayaan BPR mengikuti ketentuan portofolio yang lebih dominan
(≥ 60%) :
a. NPL Net maks. 1,5% untuk pembayaran khusus pegawai
tetap dengan sistem potong gaji.
b. NPL Net maks. 4,75% untuk pembiayaan umum
Catatan: NPL per segmentasi dibagi dengan portofolio
segmentasi itu sendiri.
3.) Rasio CAR BPR minimal 9% setelah menerima fasilitas atau
1% di atas ketentuan standar BI.
4.) Tidak mempunyai kredit bermasalah pada bank lain (harus
Kolektibilitas 1), termasuk pengurus dan pemegang saham BPR
dengan kepemilikan ≥ 10% berdasarkan BI Checking terbaru.
5.) BPR telah beroperasi minimal selama 3 tahun.
6.) Khusus untuk BPR berbentuk Perusahan Daerah (PD), telah
beroperasi minimal selama 2 tahun.
7.) BPR dengan sistem Konvensional atau Syariah (BPRS).
8.) BPR mengikuti program penjaminan Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS).
9.) BPR berlokasi di wilayah kerja kantor cabang Business Unit
(Micro Linkage).
2. Pengajuan berkas-berkas11
Pengajuan proposal kredit hendaklah yang berisi antara lain :
a. Tujuan Pemberian Kredit
b. Profil BPR / BPD, berisi sejarah, lokasi BPR/BPD, Managemen,
Sekilas tentang Kegiatan BPR/BPD,
c. Kerjasama dengan bank, selain Bank CIMB Niaga.
3. Analisa Laporan Keuangan12
Selanjutnya proposal kredit dilampiri dengan berkas-berkas yang telah
dipersyaratkan seperti :
1. Anggaran Dasar / Akta Pendirian dan perubahan-perubahannya
sampai dengan terakhir;
2. NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak), SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan);
3. KTP (Kartu Tanda Penduduk) pengurus & Pemegang saham;
4. Sertifikasi Direksi;
5. CV (Curriculum Vitae) pengurus;
6. Laporan Keuangan per Desember, 2 tahun terakhir (per Desember
2010 & Desember 2011) dan 1 bulan terakhir (Lapbul). Jika asset
BPR telah mencapai 10 milyar atau lebih, maka BPR wajib
menyerahkan laporan keuangan tahunan audited. Tetapi jika lap.
audited masih dalam proses, bisa menggunakan Lapbul;
7. TKS (Tingkat Kesehatan Bank) 2 tahun terakhir & 3 bulan terakhir;
11Ibid 12Ibid
8. Laporan Hasil pemeriksaan Bank Indonesia 2 tahun terakhir;
9. Surat pernyataan bermaterai dari BPR tentang nilai manajemen,
berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia terakhir, minimal
”Cukup Sehat” atau cukup dengan rekapitulasi nilai managemen yang
terdapat di lembar halaman belakang Laporan Hasil Pemeriksaan
Bank Indonesia;
10. Rencana Kerja terbaru;
11. Rekening Bank : Giro/Tabungan 3 Bulan terakhir;
12. Bukti Pembayaran premi LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) Periode
terakhir;
13. Copy SHM (Sertifikat Hak Milik), (untuk fasilitas Pinjaman Rekening
Koran);
4. Struktur Kredit pemberian Fasilitas kredit pada BPR13
a. Jenis Fasilitas:
1) Pinjaman Rekening Koran (PRK).
2) Pinjaman Transaksi Khusus (PTK) Executing on
liquidation basis, dengan tujuan pembiayaan BPR untuk
penerusan pinjaman kepada Enduser.
3) Pinjaman Transaksi Khusus (PTK) Channeling/Joint
Financing/Asset Buy, dengantujuan pembiayaan Enduser
untuk keperluan usaha atau lainnya.
13Hasil wawancara dengan Bapak Dudung Sindhu Wibowo, Kepala Cabang Bank CIMB
Niaga Jember, pada tanggal 27 februari 2017
b. Plafond per BPR:
1) Plafond Pinjaman Rekening Koran maksimal 1 kali modal
inti, setinggi‐tingginya Rp 5 milyar.
2) Plafond Pinjaman Transaksi Khusus sesuai hasil evaluasi
Business Unit dengan maksimal Total Plafond,adalah :
a. Maksimal 10 kali modal inti untuk BPR dengan Net
NPL ≤ 2,50% dan CAR** min.12%).
b. Maksimal 5 kali modal inti untuk BPR lainnya (Nett
NPL ≤ 4,75%, CAR** min. 9%).
Catatan:
a) Perhitungan total plafond dengan memperhitungkan
fasilitas yang sedang diajukan,fasilitas existing di
CIMB Niaga dan fasilitas dari Bank lain.
b) Nilai CAR BPR adalah setelah menerima fasilitas dari
CIMB Niaga.
c. Limit Plafond Per End User14:
1. Enduser Umum, maksimal Rp 350 juta dengan ketentuan:
1) Pembiayaan maksimal Rp 150 juta:
a.) Jaminan tanah dan/atau bangunan dengan coverage
min. 100% dari plafond pinjaman; atau
b.) Jaminan kendaraan dengan coverage min. 125% dari
plafond pinjaman.
14Ibid
2) Pembiayaan > Rp 150 juta s.d. Rp 350 juta
Jaminan tanah dan/atau bangunan dengan coverage
min. 100% dari plafond pinjaman.
2. Enduser Pegawai Negeri Sipil, maksimal Rp 200 juta (RITI 80%).
3. Enduser Calon Pegawai Negeri Sipil, maksimal Rp 75 juta (RITI
80%).
4. Enduser Pegawai, maksimal Rp 200 juta (RITI 40%).
5. Enduser Pensiunan, maksimal Rp 350 jt (RITI 80%)
6. Khusus Asset Buy, fasilitas pinjaman Enduser di BPR telah berjalan
minimal 1 tahun dengan kolektibilitas “Lancar”.
Jangka Waktu Fasilitas :
a. Pinjaman Rekening Koran maksimal 1 tahun
b. Pinjaman Transaksi Khusus maksimal 5 tahun, kecuali untuk
enduser PNS/CPNS dan Pensiunan denganskema potong
gaji/uang pensiun maksimal 10 tahun.
d. Covenant (syarat-syarat yang dipenuhi oleh BPR atau BPD jika
pinjaman telah disetujui dan dicairkan)15
Covenant Umum adalah sebagai berikut :
a. BPR menyerahkan laporan‐laporan yang disyaratkan oleh Bank CIMB
Niaga secara periodik, yaitu:
1) Business Plan (RKAT) tahunan.
15Ibid
2) Laporan keuangan bulanan yang dikirim ke BI/OJK.
3) Laporan keuangan tahunan, selambat‐lambatnya 120 hari
setelah tanggal pelaporan.Khusus untuk BPR dengan Asset ≥
10 Milyar berupa laporan keuangan audited.
b. BPR menyerahkan copy bukti pembayaran premi penjaminan LPS.
c. BPR menjaga total score minimal “82” berdasarkan perhitungan
Tingkat Kesehatan (TKS)internal CIMB Niaga.
d. BPR mempertahankan Ratio NPL Net maksimal 4,75%.
e. BPR memberikan ijin kepada CIMB Niaga untuk sewaktu‐waktu
melakukan pemeriksaanke BPR.
Covenant Internal (dari Bank CIMB Niaga) adalah sebagai berikut :
a. Paling lambat 2 minggu setelah pencairan dilakukan
pemeriksaan ke BPR dengan data 100% Enduser sesuai yang
dicairkan.
b. Dilakukan pemeriksaan ke BPR dengan data minimal 50%
Enduser, paling lambat 4bulan sekali oleh Business Unit
dan/atau Credit Administration.
e. Jaminan16
a.) Fasilitas Pinjaman Rekening Koran :
1.) Penjaminan melalui approved asuransi kredit dengan
coverage minimal 75% dari plafond pinjaman dan Cash
Coll minimal 75% dari plafond pinjaman yang tidak terkait
2.) Subrogasi; atau
3.) R/E dengan coverage minimal 100% Market Value dan
Cash Coll minimal 10%, dari plafond pinjaman, atau
4.) R/E dengan coverage minimal 125% Market Value dari
plafond pinjaman.
b.) Fasilitas Perjanjian Transaksi Khusus
1.) Perjanjian Transaksi Khusus Executing
a) Untuk Enduser PNS (Pegawai Negeri Sipil), CPNS
( Calon Pegawai Negeri Sipil) , pegawai, dan
pensiunan dengan skema potong gaji/pensiun:
b) Dana mengendap (cash coll) sebesar 1 kali
angsuran, berupa T/D atau blokir rekening giro.
c) Piutang Enduser sebesar 100% dari O/S BPR.
d) Penjaminan melalui approved asuransi kredit atau
asuransi jiwa kredit dengan coverage sesuai dengan
ketentuan internal.
2.) Untuk Enduser umum:
16Ibid
a) Dana mengendap (cash coll) sebesar 5% dari
plafond per penarikan untuk BPR dengan NPL Net
≤ 3,0%, atau sebesar 10% dari plafond
perpenarikan untuk BPR dengan NPL Net > 3,0%
s.d 4,75%, berupa T/Datau blokir rekening giro.
b) Piutang Enduser sebesar 100% dari O/S BPR.
c) Penjaminan melalui approved asuransi kredit
dengan coverage sesuai dengan ketentuan internal.
3.) Perjanjian Transaksi Khusus Channeling/Joint
Financing/Asset Buy
a) Untuk Enduser PNS, CPNS, pegawai, dan
pensiunan dengan skema potong gaji/pensiun:
a. Dana mengendap (cash coll) sebesar
1 kali angsuran, berupa T/D atau
blokir rekening giro.
b. Penjaminan Enduser melalui
approved asuransi jiwa kredit dengan
coverage sesuai dengan ketentuan
internal.
b) Untuk Enduser umum:
a.) Tanah dan/atau bangunan Enduser
dengan coverage minimal 100% atau
b.) Kendaraan Enduser dengan coverage
minimal 125%.
Catatan:
Yang dimaksud coverage sesuai dengan ketentuan internal
pada asuransi adalah ketentuan internal sesuai dengan Tiering
masing-masing BPR.17
b. Prosedur Pemberian Kredit kepada Koperasi Karyawan18
1. Permohonan Kredit Koperasi Karyawan
Kriteria Koperasi Karyawan yang dibiayai :
a) Koperasi Karyawan yang anggotanya merupakan karyawan dari suatu
perusahaan, baik perusahaan swasta maupun BUMN / BUMD;
b) Koperasi Pegawai Republik Indonesia / Koperasi Pegawai Negeri
yang anggotanya merupakan CPNS / PNS;
c) Koperasi Simpan Pinjam yang anggotanya tidak spesifik di segmen
tertentu, melainkan umum. Seperti pedagang, pengusaha, dan lain-
lain;
d) Koperasi Karyawan berbadan hukum, dan sudah mendapatkan
pengesahan dari dinas / kemenkop;
e) Koperasi Karyawan memiliki perijinan yang diperlukan dan NPWP;
f) Koperasi Karyawan telah berjalan minimal 5 tahun dalam usaha
simpan pinjam dan tidak memiliki tagihan macet ke anggota. Bila
17Ibid 18Hasil wawancara dengan Ibu Yani, Staf Operation Credit Administration, PT. Bank
CIMB Niaga Tbk, pada tanggal 27 februari 2017
terdapat tagihan macet, nilainya tidak lebih dai 1% dan Marketing bisa
menjelaskan alasan kredit macet tersebut;
g) Anggota masih aktif, terlihat dari jumlah simpanan anggota yang terus
bertambah;
h) Rapat Anggota Tahunan dilakukan secara rutin, maksimal 5 (lima)
bulan setelah buku ditutup;
i) Rapat Anggota Tahunan harus mencantumkan :
1.) Rencana Kerja termasuk rencana pengajuan pembiayaan pada
perbankan.
2.) Persetujuan pada pengurus untuk “menjadikan jaminan utang
atas aset atau kekayaan koperasi”. Apabila tidak tersedia, maka
dapat dibuatkan RAT (Rencana Anggota Tahunan) Luar Biasa
untuk mengakomodir kedua poin tersebut diatas.
j) Koperasi Karyawan tidak termasuk dalam DHN (Daftar Hitam
Nasional) dan hasil checking IDI (Informasi Debitur Individual)
lancar (kolektibilitas 1) dalam 2 tahun terakhir.
k) Dalam 2 (dua) tahun terakhir, koperasi karyawan membukukan laba
dan bermodal positif.
l) Koperasi Karyawan memiliki sistem administrasi dan managemen
pembiayaan yang tertib.
m) Koperasi merupakan satu-satunya koperasi karyawan (atau satu-
satunya yang berjenis simpan pinjam) di perusahaan induk.
2. Pengajuan berkas-berkas19
Pengajuan proposal kredit hendaklah yang berisi antara lain :
a. Tujuan Pemberian Kredit
b. Profil Koperasi, berisi sejarah, lokasi Koperasi, Sekilas
tentang Kegiatan Koperasi
c. Kerjasama dengan bank, selain Bank CIMB Niaga.
3. Analisis Laporan Keuangan20
Analisa Laporan Keuangan, proposal kredit dilampiri dengan berkas-
berkas yang telah dipersyaratkan seperti :
1.) Anggaran Dasar Koperasi, pendirian dan perubahan-perubahannya
sampai dengan terakhir
2.) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan) Koperasi.
3.) RAT (Rapat Anggota Tahunan) 2 tahun terakhir
4.) Laporan Keuangan 2 tahun terakhir (Neraca & Laba/Rugi)
5.) Rekening Bank : Giro/Tabungan 3 Bulan terakhir
6.) Susunan pengurus yang disahkan & dilegalisir Dinas Koperasi
setempat
7.) Copy KTP (Kartu Tanda Penduduk) pengurus dan pengawas.
19Ibid 20Ibid
8.) Daftar Anggota Koperasi (yang berisi Nama, Nomor Induk Pegawai,
Unit Kerja, Tanggal lahir, Umur, Masa Kerja, Gaji terakhir – THP
(Take Home Pay)
9.) Menyerahkan daftar piutang (paling lambat sebelum penandatanganan
Perjanjian Kredit dan Pengikatan).
4. Struktur Kredit21
a. Jenis Fasilitas : Pinjaman Transaksi khusus
b. Tujuan penggunaan : Modal kerja koperasi karyawan untuk
disalurkan kepada anggota (karyawan) sebagai pinjaman multiguna.
c. Plafond Koperasi karyawan :
1.) Plafond disesuaikan, sehingga exposure ( resiko
yang timbul) Koperasi karyawan maksimal 10%
dari total outstanding Koperasi Karyawan.
2.) Apabila tidak terpenuhi data perusahaan induk,
maka plafond maksimal 5 milyar, untuk Koperasi
karyawan existing, penambahan hanya bersifat top
up sesuai fasilitas yang diterima dalam 3 tahun
terakhir.
d. Plafond per Enduser :
1.) Plafond per Enduser maksimal Rp 100 juta
21Hasil wawancara dengan Bapak Dudung Sindhu Wibowo, Kepala Cabang Bank CIMB
Niaga Jember, pada tanggal 27 februari 2017
2.) Plafond per Enduser dapat maksimal Rp 200 juta,
jika perusahaan induk seperti BUMN, existing
debitur bank dengan track record lancar,
Perusahaan swasta ( top 20 industri masing-
masing), Bank ( top 20 berdasarkan asset),
Multinational company.
e. Jangka waktu :
1.) Jangka waktu koperasi karyawan maksimal 6
(enam) tahun, termasuk availability period
maksimal 1 (satu) tahun;
2.) Tenor per penarikan maksimal 5 (lima) tahun atau
jatuh tempo kredit 1 (satu) tahun sebelum Enduser
pensiun (mana yang lebih dulu).
f. Tingkat suku bunga/ bagi hasil dan margin : sesuai dengan
kebijakan terakhir direktur / Chief / Head of Bisnis terkait.
5. Syarat Penarikan22
a. Penarikan dapat dilakukan per batch sesuai dengan jangka waktu
kredit enduser, dengan penarikan minimal Rp 100 juta/ hari (
kecuali bila LCU ( Loan Commitment Unused)kurang dari Rp 100
juta).
22Ibid
b. Koperasi karyawan menyerahkan :
a) Surat permohonan pencairan pinjaman;
b) Daftar definitif dalam bentuk soft copy;
c) Daftar definitif dalam bentuk hard copy yang telah
ditandatangani pejabat berwenang di kopkar;
d) Intruksi transfer dana dan daftar penerima transfer;
e) CAR ( Cash Acknowledge Recipt) atau tanda terima uang;
f) Dokumen kredit enduser, untuk dokumen enduser ini tidak
diperkenankan adanya TBO ( To Be Obtained).
c. Setiap penarikan dilakukan melalui media internal memo dan
mendapat persetujuan minimal Business Manager.
d. Covernote dari perusahaan jiwa kredit
e. Business Unit melakukan:
a) Pengecekan data pada daftar definitif sesuai dengan :
1.) RAC yang ditentukan oleh bank; dan
2.) Copy dokumen kredit enduser yang diisyaratkan.
b) Pengecekan gaji enduser
c) Verifikasi by phone dengan personalia terhadap kebenaran
gaji enduser sebesar 10% dari total enduser dalam 1 kali
penarikan.
Catatan : syarat ini dapat dihapus apabila telaha da tanda
tangan personalia di daftar definitif.
d) Verifikasi by phone oleh Business Unit kepada 100% calon
enduser sesuai daftar definitif yang akan dilakukan pencairan,
atas kebenaran data pengajuan pinjaman dan disetujui oleh
area manager.
6. Condition of Precedent( Kondisi yang harus dipenuhi)23
a. Koperasi karyawan membuka rekening Escrow guna menampung
pencairan pinjaman dan pembayaran angsuran;
b. Koperasi karyawan dan CIMB Niaga menandatangani Perjanjian
Kredit;
c. Bank memperoleh commitment letter dari personalia, dan personalia,
dan personalia tersebut telah diverifikasi oleh Business Unit;
d. Koperasi menyerahkan dokumen berkaitan dengan pemberian fasilitas
kredit;
e. Koperasi menyerahkan daftar nama dan contoh tanda tangan penjabat
yang berwenang mewakili Koperasi karyawan;
f. Standing Instruction kepada bank untuk pendebetan rekening Escrow(
dan/atau dituangkan di dalam Perjanjian Kredit) dengan tujuan :
a) Pencairan pinjaman ke rekening Enduser;
b) Pembayaran angsuran koperasi.
7. Covenant (Syarat-syarat yang harus dipenuhi jika pinjaman
disetujui)24
a. Koperasi karyawan menyerahkan:
23Ibid 24Ibid
a) Laporan Rapat Anggota Tahunan dan Rencana Kerja
Tahunan, maksimal 60 hari setelah Rapat Anggota Tahunan
tahun berjalan;
b) Laporan keuangan ( best effort Audited) untuk koperasi
dengan asset Rp 10 M)
c) Laporan bulanan daftar perubahan anggota ( jika terdapat
mutasi/resign/Pemutusan Hubungan Kerja Karyawan).
b. Koperasi karyawan memberikan ijin kepada bank untuk sewaktu-
waktu melakukan pemeriksaan
c. Koperasi karyawan memberitahukan kepada bank apabila :
a) Terdapat perubahan struktur/penggantian pengurus dan/atau
pengawas koperasi karyawan (maksimal 1 bulan setelah
kejadian)
b) Terdapat penggantian personalia ( maksimal 1 bulan setelah
kejadian)
c) Terdapat kondisi yang dapat menyebabkan terhentinya
pemotongan gaji enduser, seperti mutasi, meninggal dunia,
mengundurkan diri / di PHK(Pemutusan Hubungan Kerja) (
maksimal 2 minggu setelah kejadian).
d. Apabila terdapat mutasi karyawan/ mengundurkan diri/
PHK(Pemutusan Hubungan Kerja), koperasi karyawan harus segera
melaporkan kepada bank dan karyawan tersebut harus melunasi sisa
pinjaman atau terdapat komitmen pemotongan gaji dari personalia di
tempat baru;
e. Fasilitas yang belum ditarik oleh koperasi karyawan akan di freezed,
apabila :
a.) Terdapat tunggakan angsuran;
b.) Terdapat unfavourable info;
c.) Net income menjadi negatif;
d.) Koperasi karyawan memilih NPL lebih dari 1% atas
portofolio pembiayaannya kepada anggota yang
menggunakan sistem potong gaji.
f. Covenant Internal, bank setiap bulan melakukan pengecekan atas :
a.) Hasil pemotongan gaji enduser langsung ditransfer ke
oleh personalia ke rekening Escrow koperasi karyawan di
bank maksimal 1 hari kerja setelah tanggal gajian;
b.) Pemenuhan kewajiban koperasi, dimana jika terjadi
tunggakan 1 kali angsuran, Business Unit akan segera
melakukan pengecekan dan merumuskan langkah
selanjutnya, yang dituangkan dalam bentuk memo.
g. Bank melakukan pemeriksaan dengan ketentuan :
a.) Maksimal 1 bulan setelah pencairan dilakukan pemeriksaan on
the spot sebesar 100% dari Enduser yang dicairkan;
b.) Maksimal 1 bulan setelah pencairan dilakukan verivikasi by
phone kepada enduser secara random sebesar 10% dari jumlah
enduser yang dicairkan.
c.) Setiap 6 bulan dilakukan pemeriksaan periodik secara sampling
minimal 50% dari total enduser.
8. Jaminan25
a. Fidusia tas tagihan Koperasi karyawan ke enduser sebesar 100% dari
plafond;
b. Cash collateral ( kredit yang diberikan dengan jaminan setoran tunai)
minimal 1x angsuran (pokok+bunga), dalam bentuk blokir (hold)giro;
c. Asuransi jiwa kredit selama jangka waktu kredit, dengan ketentuan
minimal:
a) Coverage 100% akibat meninggal dunia;
b) Coverage minimal 75% akibat PHK;
c) Coverage minimal 75% akibat kredit macet diluar
meninggal/PHK.
25Ibid
Perbedaan prosedur pemberian kredit pada BPR dan Koperasi Karyawan adalah :
Tabel 3. Perbedaan Prosedur Pemberian Kredit
BPR Koperasi Karyawan
BPR proses kreditnya disalurkan pada
nasabah siapa saja atau biasa disebut
enduser tidak mengkategorikan jenis-jenis
nasabahnya.
Koperasi Karyawan proses
kreditnya hanya disalurkan kepada
karyawan perusahaan tertentu yang
memiliki koperasi. Dan hanya
karyawan yang termasuk di dalam
anggota koperasi perusahaan yang
bersangkutan.
Cara pencairan bank: BPR menggunakan
daftar nominatif dan daftar definitif.
Daftar nominatif adalah dafar yang
berisi siapa saja yang akan mengajukan
pinjaman kepada BPR.
Daftar Definitif adalah daftar dimana
BPR memberikan pinjaman terlebih
dahulu kepada enusernya, terus
mendapatkan rembes dari BANK Niaga
dengan syarat sudah 3 bulan berjalan dan
lancar pembayarannya.
Cara pencairan bank : Koperasi
karyawan hanya menggunakan
daftar nominatif. Dimana hanya
anggota koperasi saja yang
meminjam kepada koperasi,
kemudian koperasi meminjam
kepada bank.
Sumber : Data Primer, Diolah, 2017
II. Gambaran Umum Kasus
Bank dalam usahanya dalam melaksanakan kegiatannya haruslah sangat
memperhatikan kepentingan debiturnya. Pemberian kredit oleh bank kepada
masyarakat atau debitur merupakan kegiatan bank yang sangat menjanjikan
keuntungannya bagi bank.
Dalam proses pemberian kredit bank harus secara tepat menerapkan prinsip
kehati-hatian. Namun pada pelaksanaannya kegiatan perjanjian kredit tak jarang
menimbulkan masalah dan kerugian bagi bank.
Pada Proses Pemberian Kredit kepada debitur banyak kasus yang terjadi
yang merugikan bagi Bank CIMB Niaga :
A. BPR
1. Terjadinya fidusia ulang yang dilakukan oleh pihak BPR. BPR
dalam perjalanannya dalam rangka menjalankan sistem bisnisnya
yaitu salah satunya sebagai bank mikro pemberi kredit tidak lepas
dari kebutuhan modal kerja. Dan untuk memenuhi kebutuhan
modal kerja, BPR biasanya mendapatkan suntikan dana dari
pemegang saham atau dari Bank Umum pemberi kredit modal
kerja. Yang beresiko terjadinya penjaminan fidusia ulang adalah
perolehan kredit modal kerja dari bank umum. Biasanya BPR
bekerjasama dengan beberapa Bank Umum pemberi modal kerja.
Pada umumnya, pemberian kredit modal kerja oleh Bank Umum
kepada BPR hanya dengan jaminan Fidusia Piutang Lancar. Pada
saat bersamaan / tertentu, BPR memperoleh pinjaman tersebut.
Daftar pinjaman fidusia yang diserahkan kepada Bank umum,
dibuat sama. Sesuai informasi BPR, hal itu dilakukan dengan
alasan tidak repot atau, piutang lancar mereka hanya terbatas dalam
daftar fidusia piutang lancar yg diserahkan kepada Bank Umum
tersebut. Karena sisa piutang end user yang lainnya ada indikasi
pembayaran tidak lancar. Sedangkan para Bank Umum yang
memperoleh daftar penjaminan Fidusia dari BPR, tidak punya
kewenangan atau tidak mengetahui secara mendalam apakah daftar
tersebut juga pernah dijaminkan di bank lain.
2. Fraud / pelanggaran atau penyalahgunaan dana pencairan yang
tidak sesuai peruntukan yang dilakukan oleh debitur.
3. Pencairan kepada end user (nasabah) tidak sesuai dengan daftar
definitif / nominatif yang diserahkan ke CIMB Niaga. Misalnya :
a. Jumlah Nominal kredit end user tidak sama dengan yang ada di
daftar definitif. (Lebih Besar atau Lebih Sedikit)
b. Jangka waktu kredit tidak sesuai dengan yang ada di daftar
definitif/nominatif. (Sudah Lunas namun masih di mintakan
reuimbursment)
c. Pinjaman fiktif (Hanya pinjam KTP end user), dana
dimanfaatkan oleh pihak lain.
d. Piutang end user kepada BPR, tidak lancar namun pada daftar
definitif diakui lancar.
4. Kondisi keuangan BPR yang tidak stabil, dalam periode tertentu
mengalami kerugian. Sehingga kemampuan bayar BPR kepada
Bank tidak stabil.
5. Kondisi NPL BPR semakin meningkat seiring kemampuan bayar
end user berkurang.26
26Hasil wawancara dengan Bapak Dudung Sindhu,Kepala Cabang Bank CIMB Niaga
Jember, pada tanggal 20 oktober 2016
B. Koperasi Karyawan27
1. Fraud / Pelanggaran yang dilakukan oleh pengurus koperasi. Dana
kredit yang dipinjam dari Bank Umum, tidak sesuai
peruntukkannya. Biasanya dana kredit tersebut digunakan untuk
kepentingan koperasi, semisal mengikuti Tender. Sehingga saat
tender tidak dimenangkan oleh koperasi tersebut. Koperasi
kesusahan bayar.
2. Fraud / Pelanggaran yang dilakukan oleh Pengurus Koperasi
dengan cara memutar dana pembayaran angsuran kredit dari para
anggota sehingga tidak di bayarkan ke Bank. (Disalahgunakan
secara pribadi atau bersama-sama pengurus lainnya).
3. Daftar Nominatif yang diserahkan ke bank tidak sesuai dengan
kredit yang diajukan oleh anggota koperasi. Biasanya oleh
pengurus di mark up menjadi lebih tnggi daripada yang diminta.
Sehingga jika bank ACC kreditnya, jumlah hutang yang sesuai
diserahkan kepada anggota koperasi yang meminjam. Sisa uangnya
digunakan oleh pengurus secara pribadi. Sehingga ada
kemungkinan pada saat tertentu koperasi “kurang bayar” angsuran
ke bank, Karena angsuran anggota koperasi yang meminjam ke
koperasi, sesuai dengan pinjaman yang diajukan pada saat awal
permohonan kredit. Sedangkan lebihan dari angsuran pinjaman,
oleh oknum pengurus tersebut tdk dilakukan pembayaran.
27 Ibid
4. Anggota koperasi yang mutasi ke daerah lain, biasanya tidak
menginformasikan kepada koperasi yang menaungi areanya bahwa
yang bersangkutan masih mempunyai pinjaman di area tempat
kerja sebelumnya. Sehingga koperasi area lama yang bersangkutan
bekerja, tidak bisa membayar angsuran yang bersangkutan ke bank.
Karena anggota koperasi tersebut tidak melakukan pembayaran
angsuran. Masalah lain yang biasa timbul, koperasi area baru
tersebut tidak mau mengurusi pinjaman anggota koperasi dari area
yang lain, karena dianggap keuntungan masih masuk ke koperasi
lama.
Dari beberapa kasus yang terjadi di Bank CIMB Niaga, penulis memilih
kasus terjadinya penjaminan ulang terkait dengan fidusia yang objek jaminannya
adalah piutang yang terjadi pada salah satu debitur Bank Niaga yaitu BPR SAJ.
Pada jaminan fidusia yang objek jaminannya berupa piutang, debitur
menjaminkan ulang obyek jaminan fidusia untuk jaminan fidusia piutang lainnya.
Debitur disini salah satunya adalah BPR SAJ. BPR SAJ sudah menjalin
kerjasama yang baik cukup lama dengan Bank CIMB Niaga. Dalam perjalanan
bisnisnya BPR SAJ memperoleh tambahan modal kerja dari Bank CIMB Niaga,
secara bertahap sesuai kebutuhan. Pada saat tertentu BPR ini mengajukan
penarikan kredit beberapa milyar sesuai plafond yang disetujui Bank CIMB
Niaga. Penarikan kredit tersebut memiliki beberapa persyaratan (Drawdown
Condition). Salah satunya penilaian atas TKS (Tingkat Kesehatan Bank), yang
mana sesuai aturan internal Bank CIMB Niaga, untuk nilai Tingkat Kesehatan
Bank BPR diatas atau sama dengan 95,00 tidak perlu dijaminkan asuransi kredit.
Pada saat beberapa kali melakukan penarikan kredit, BPR SAJ pada laporan
keuangannya, Tingkat Kesehatan Bank selalu mencapai 95,00 ke atas. Sehingga
oleh CIMB Niaga tidak dijaminkan asuransi kredit. Karena dirasa dengan
penilaian cukup teliti, BPR SAJ mempunyai track record lancar dalam
pembayaran dan laporan keuangan setiap bulan cukup baik dan stabil, sehingga
kecil kemungkinan BPR tersebut tidak bisa melakukan pembayaran angsuran ke
Bank.
Pada saat usulan penambahan plafond baru, BPR SAJ ini dinilai cukup
sehat dari sisi laporan keuangan dan mampu bayar serta tidak ada Bad Info
pengurus atau pemegang sahamnya, sehingga permohonan kredit sejumlah Rp. 10
Milyar di ACC oleh Bank CIMB Niaga. Setelah proses persetujuan kredit selesai,
dilanjutkan proses pengikatan kredit. Dengan Pinjaman sebesar Rp. 10 Milyar,
BPR SAJ menjaminkan piutang lancarnya sebesar 125% dari plafond yang
disetujui yaitu sebesar Rp. 12,5 Milyar. Karena kebutuhan kredit cukup tinggi,
Pada saat yang sama BPR SAJ bekerjasama dengan beberapa Bank Umum
pemberi modal kerja. Pada umumnya, pemberian kredit modal kerja oleh Bank
Umum kepada BPR hanya dengan jaminan Fidusia Piutang Lancar. Daftar
pinjaman fidusia yang yang diserahkan kepada Bank umum, dibuat sama. Sesuai
informasi BPR, hal itu dilakukan dengan alasan tidak repot atau, piutang lancar
mereka hanya terbatas dalam daftar fidusia piutang lancar yg diserahkan kepada
Bank Umum tersebut. Karena sisa piutang end user yang lainnya ada indikasi
pembayaran tidak lancar. Sedangkan para Bank Umum yang memperoleh daftar
penjaminan Fidusia dari BPR, tidak punya kewenangan atau tidak mengetahui
secara mendalam apakah daftar tersebut juga pernah dijaminkan di bank lain.
Peraturan atau kesepakatan dalam perjanjian kredit tidak mengatur mengenai
pengecekan secara mendalam bahwa Bank berhak mengetahui apakah Daftar
Fidusia Piutang yang dijaminkan tersebut dijaminkan juga ke Bank lain.
Permasalahan muncul, bahwa telah terjadi penjaminan fidusia ulang atas
objek jaminan piutang pada saat BPR SAJ tingkat kemampuan bayarnya
berkurang dan terlihat dari laporan keuangan per bulan terlihat terdapat kerugian
yang terus meningkat dari bulan per bulan, dan pada saat penulis menulis masalah
ini. Kerugian BPR tersebut mencapai Rp. 1 Milyar. Angka yang cukup besar
untuk BPR. Maka BPR SAJ melakukan wanprestasi. Saat terjadi wanprestasi atau
terjadi kredit macet terhadap Bank CIMB Niaga, objek jaminan berupa piutang
tersebut harus diuangkan atau dicairkan pada saat pelaksanaan eksekusi jaminan
fidusia. Dengan diuangkannya objek jaminan tersebut diketahui bahwa ternyata
piutang-piutang telah dijaminkan terhadap beberapa bank yang lain.28
Masalah terjadi karena data yang diberikan BPR berupa Nomor PK,
Kolektibilitas atau keterangan lancar atau tidak lancarnya kredit dan lain-lain
hanya diketahui pihak BPR saja (Sistem internal BPR). Jadi, Bank CIMB Niaga
tidak tahu bahwa data yang diberikan oleh pihak BPR itu tidak valid karena
merasa bukan kewenangannya.
28Ibid
III. Perlindungan Hukum Bagi Kreditur dalam Eksekusi Jaminan Fidusia
atas Objek Jaminan berupa Piutang yang dijaminkan ulang.
Perjanjian kredit adalah suatu kegiatan pinjam meminjam uang antara pihak
bank selaku kreditur dan pihak lain selaku debitur atau biasa disebut dengan
nasabah. Dimana perjanjian kredit ini menimbulkan hak dan kewajiban bagi para
pelaku yang melaksanakan perjanjian. Dalam menjalankan prinsip kepastian
hukum, disebutkan bahwa di dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42
Tahun 1992 mengambil prinsip pendaftaran jaminan fidusia. Dapat diketahui dari
pasal 12, dari pasal tersebut juga mencerminkan asas publisitas yaitu tujuan dari
pendaftaran tersebut adalah untuk memberikan kepastian hukum terhadap pemberi
dan penerima fidusia maupun pihak ketiga.
Perjanjian kredit biasanya memiliki kesepakatan janji-janji tertentu yang
mengikat antara debitur dan kreditur. Dimana kreditur dapat memiliki posisi yang
kuat dan ketika sudah didaftarkan juga nantinya akan mengikat pihak ketiga.
Perjanjian kredit memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Perjanjian kredit sebagai alat bukti bagi kreditur dan debitur yang
membuktikan adanya hak dan kewajiban timbal balik antara bank
sebagai kreditur dan debitur. Hak debitur adalah menerima
pinjaman dan menggunakan sesuai tujuannya dan kewajiban
Debitur mengembalikan hutang tersebut baik pokok dan bunga
sesuai waktu yang ditentukan. Hak kreditur untuk mendapat
pembayaran bunga dan Kewajiban kreditur adalah meminjamkan
sejumlah uang kepada Debitur, dan kreditur berhak menerima
pembayaran kembali pokok dan bunga.
2. Perjanjian kredit dapat digunakan sebagai alat atau sarana
pemantauan atau pengawasan kredit yang sudah diberikan, karena
perjanjian kredit berisi syarat dan ketentuan dalam pemberian
kredit dan pengembalian kredit. Untuk mencairkan kredit dan
penggunaan kredit dapat dipantau dari ketentuan perjanjian kredit.
3. Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang menjadi dasar
dari perjanjian ikutannya yaitu perjanjian pengikatan jaminan.
Pemberian kredit pada umumnya dijamin dengan benda-benda
bergerak atau benda tidak bergerak milik Debitur atau milik pihak
ketiga yang harus dilakukan pengikatan jaminan.
4. Perjanjian kredit hanya sebagai alat bukti biasa yang membuktikan
adanya hutang Debitur artinya perjanjian kredit tidak mempunyai
kekuatan eksekutorial atau tidak memberikan kekuasaan langsung
kepada Bank atau kreditur untuk mengeksekusi barang jaminan
apabila Debitur tidak mampu melunasi hutangnya.29
Bagi kreditur, unsur perlindungan hukum dan kepastian hukum merupakan
asas yang memberikan jaminan yang kuat dalam suatu perjanjian kredit. Di dalam
suatu perekonomian yang baik, perlindungan hukum dan kepastian hukum
merupakan suatu keharusan.Bentuk Perlindungan Hukum dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu Perlindungan Hukum Preventif dan Perlindungan Hukum Represif.
29Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta CV, 2014,
hlm.129-130.
III. 1. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan hukum preventif bagi kreditur dilakukan untuk mencegah
terjadinya perbuatan atau tindakan merugikan yang dilakukan oleh pihak debitur.
Dalam hal ini ditekankan upaya hukum yang dilakukan kreditur untuk
mempertahankan hak-hak dari debitur dalam perjanjian kredit. Jadi upaya hukum
yang dilakukan oleh kreditur dilakukan sebelum perjanjian kredit disahkan.
Wujud dari perlindungan hukum ini berupa Peraturan Perundang-undangan dan
Perjanjian.
a. Pasal 1320 KUH Perdata
Perjanjian kredit pada dasarnya dibuat oleh para pihak yang bersepakat
melakukan perjanjian kerja sama. Hal ini juga berlaku terhadap perjanjian kredit
untuk jaminan fidusia. Dasar yang paling penting adalah pasal 1320 KUH
Perdata, dikatakan penting karena dari pasal tersebut awal mula dimana debitur
dan kreditur bersepakat. Kesepakatan antara bank dan debiturnya haruslah
dituangkan dalam sebuah perjanjian tertulis, dimana tujuan dari perjanjian tertulis
ini untuk melindungi hak-hak dan terikatnya para pihak yang melakukan
perjanjian. Syarat-syarat suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUH Perdata yaitu :
1. Kesepakatan para pihak yang mengikatkan dirinya
Kehendak dari para pihak baik satu orang atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan perjanjian tanpa ada paksaan;
2. Kecakapan
Merupakan kemampuan dari pihak-pihak yang bersepakat dalam
perjanjian dimana mereka dapat melakukan suatu perbuatan
hukum. Dimana perbuatan hukum tersebut menimbulkan suatu
akibat hukum;
3. Ada Hal Tertentu
Merupakan prestasi atau objek perjanjian. Prestasi sendiri adalah
segala sesuatu yang menjadi kewajiban bagi debitur dan
kreditur;
4. Kausa Halal
Merupakan isi perjanjian itu sendiri, dimana isi perjanjian tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan ke empat unsur diatas adalah hal-hal yang sangat penting di
dalam bentuk suatu perjanjian tertulis. Terutama dalam pelaksanaan proses
pemberian perjanjian kredit sangat dianjurkan untuk membuat akta otentik agar
mengantisipasi kerugian di masa depan.
b. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Pasal 1 ayat 11)
Pasal 1 ayat 11 menyebutkan :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.”
Dalam pasal tersebut, disebutkan bahwa terkandung kewajiban untuk
mengembalikan pinjaman. Berdasarkan ketentuan tersebut jika dijabarkan bahwa
kredit hanya diberikan kepada debitur yang dipercaya mampu mengembalikan
kreditnya. Agar memperoleh keyakinan yang tepat, sebelum memberikan kredit
Bank harus melakukan penilaian secara tepat terkait watak, kemampuan, modal,
jaminan dan prospek usaha dari debiturnya. Bank Niaga harus secara tepat dan
teliti mengambil langkah sebelum melaksanakan proses pengkreditan.
c. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Pasal 29 ayat (3) )
Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, yaitu :
“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya,
bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan
bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan
dananya kepada bank.”
d. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 (Pasal 12 ayat 1)
Pasal 12 UUJF menyebutkan :
“Pendaftaran Jaminan fidusia sebagaimana dimaksud
dalam pasal 11 ayat (1) dilakukan pada Kantor
Pendaftaran Fidusia.”
Pengaturan mengenai jaminan fidusia terkait perjanjian kredit disebutkan
dalam pasal 12 yang menegaskan bahwa untuk memberikan kepastian hukum
terhadap kreditur maupun debitur jaminan fidusia harus didaftarkan. Tujuannya
untuk mengetahui adanya dan juga keadaan suatu objek jaminan fidusia yang
berupa benda (piutang) agar tercegah dari terjadinya fidusia ulang. Fungsi lain
dari pendaftaran ini adalah untuk memenuhi asas prefensi, dimana kedudukan
Bank Niaga didahulukan selaku pihak kreditur atas pembayaran piutangnya.
e. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 (Pasal 17)
Pasal 17 UUJF menyebutkan :
“Pemberi Fidusia dilarang melakukan fidusia ulang
terhadap Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia
yang sudah terdaftar.”
Di dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa fidusia ulang tidak
diperkenankan untuk fidusia yang sudah didaftarkan. Ini merupakan pengaturan
yang melindungi hak dari kreditur. Berdasarkan acuan dari pasal ini, Bank
mengikuti aturan pasal 17 ini guna untuk menekan segala bentuk kerugian.
III. 2. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif baru dilakukan pada saat pelaksanaan
perjanjian berlangsung khususnya pada waktu terjadinya wanprestasi. Dalam hal
ini lebih ditekankan pada upaya kreditur untuk mencari penyelesaian dalam
rangka mempertahankan hak-haknya serta upaya kreditur untuk membuktikan
bahwa perbuatan merugikan atau wanprestasi yang dilakukan oleh debitur benar-
benar menimbulkan kerugian pada kreditur.
a. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 (Pasal 29 ayat 1)
Pasal 29 ayat 1 UUJF menyebutkan :
(1). Apabila debitor atau Pemberi Fidusia cidera janji,
eksekusi terhadap Benda yang menjadi obyek Jaminan
Fidusia dapat dilakukan dengan cara:
a. pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15 ayat (2) oleh Penerima Fidusia;
b. penjualan Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia
atas kekuasaan Penerima Fidusia sendiri melalui
pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan;
c. penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan Pemberi dan Penerima Fidusia jika dengan
cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan para pihak.
b. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 (Pasal 28)
Kemudian di dalam pasal 28 Undang-Undang Jaminan Fidusia juga memberikan
pengaturan yaitu:
“Apabila atas benda yang sama menjadi objek jaminan
fidusia lebih dari 1 (satu) perjanjian jaminan fidusia,
maka hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27, diberikan kepada pihak yang terlebih
dahulu mendaftarkannya pada Kantor Pendaftaran
Fidusia.”
Berdasarkan ketentuan pasal 28 apabila terjadi pelanggaran wanprestasi
maka Bank Niaga haruslah dapat membuktikan bahwa siapa dulu yang melakukan
pendaftaran di kantor Pendaftaran Fidusia. Maka sangat pentinglah bahwa objek
jaminan fidusia wajib untuk didaftarkan, karena merupakan pedoman bukti paling
kuat apabila debitur ingkar janji.
Membahas hal “wanprestasi” tidak terlepas dari masalah “pernyataan
lalai” (ingebrekke stelling) dan “kelalaian” (verzuim). Pengertian dari wanprestasi
adalah “ pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan
tidak menurut selayaknya”. Kalau begitu seorang debitur disebutkan dalam
keadaan wanprestasi, apabila dia dalam melakukan pelaksanaan prestasi
perjanjian yang telah lalai sehingga “terlambat” dari jadwal waktu yang
ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut
“sepatutnya/selayaknya.30
Wanprestasi debitur pada prinsipnya dapat dikategorikan dalam tiga hal yaitu:31
1. Apabila debitur tidak membayar jumlah utang kepada bank berdasarkan
perjanjian kredit sesuai waktu yang telah ditetapkan.
2. Debitur pemberi fidusia lalai dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar
utang kepada bank dan cukup hanya dibuktikan dengan lewatnya waktu yang
ditentukan dalam perjanjian tanpa adanya surat teguran dari juru sita.
3. Wanprestasi tidak diatur dalam akta perjanjian jaminan fidusia namun cukup
diatur dalam perjanjian pokoknya.
30M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung,1986, hlm. 60. 31H. Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia yang Didambakan, Alumni, Bandung,
2004, hlm. 198.
IV. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Kreditur dalam Eksekusi
Jaminan Fidusia atas Objek Jaminan berupa Piutang yang dijaminkan
ulang
IV. 1 Pelaksanaan Perlindungan Hukum Preventif
Untuk membahas permasalahan hukum antara PT. Bank CIMB Niaga dan
pihak debitur, maka penulis menggunakan teori Lawrence M. Friedman untuk
menjawab dan menganalisis permasalahannya sebagai berikut :
Sebelum memberikan kredit kepada debitur Bank Niaga harus meyakini
secara tepat bahwa debiturnya itu sanggup untuk mengembalikan pinjaman sesuai
dengan ketentuan pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan dimana harus dianalisis cecara tepat modal, watak, sampai prospek
usaha dari debiturnya.
Bank Niaga dalam pelaksanaannya melakukan perjanjian kredit dengan
membuat akta otentik. Ditandatanganinya perjanjian kredit tersebut, maka saat itu
pula di hadapan Notaris fidusia piutang didaftarkan bersama Akta Jaminan
Fidusia, kemudian proses selanjutnya adalah mendapatkan Sertifikat Jaminan
Fidusia Piutang. Pihak Debitur menyerahkan daftar fidusia piutang yang berisi
piutang lancar dari end user (nasabah pihak debitur) yang mengajukan kredit di
BPR. Bank Niaga juga tidak hanya memberikan kredit piutang kepada BPR saja,
melainkan juga koperasi. Dimana prosedur Perjanjian Kreditnya juga sama
dengan BPR. Namun pada koperasi, yang dapat melakukan pengajuan kredit
hanya koperasi karyawan. Koperasi karyawan dalam perjalanannya dalam rangka
menjalankan sistem bisnisnya yaitu salah satunya unit simpan pinjam. Kredit pada
Unit simpan pinjam ini hanya berlaku untuk Karyawan Perusahaan tersebut (Baik
Karyawan Tetap, Tidak tetap maupun pensiunan dari perusahaan tersebut). Dan
untuk memenuhi kebutuhan modal kerja untuk simpan pinjam tersebut, Koperasi
karyawan biasanya mendapatkan suntikan dana dari simpanan anggota atau dari
Bank Umum pemberi kredit modal kerja. Dalam usahanya memberikan kredit,
Bank Niaga sudah memenuhi syarat-syarat yang ada pada Undang-Undang
Jaminan Fidusia pasal 11.32
Namun pada pelaksanaannya, di dalam praktek selalu saja terjadi
ketidakserasian antara peraturan perundang-undangan dengan pelaksanaannya.
Pihak Bank Niaga selaku kreditur sudah melaksanakan prosedur pendaftaran
fidusia ke kantor fidusia sesuai dengan syarat-syarat yang ada pada Undang-
Undang Jaminan Fidusia. Namun yang bermasalah disini adalah pihak debitur
yang melakukan wanprestasi dimana data daftar piutang yang diajukan pada
pihak Bank Niaga dijaminkan ulang terhadap bank lain.
Pasal 17 menyatakan bahwa:
“Pemberi fidusia dilarang melakukan fidusia ulang
terhadap benda yang menjadiobjek jaminan fidusia yang
sudah terdaftar”.
Dengan adanya ketentuan di dalam pasal ini, maka debitur dilarang untuk
melakukan penjaminan fidusia secara berulang.
32Ibid
Kemudian di dalam pasal 28 Undang-Undang Jaminan Fidusia juga memberikan
pengaturan yaitu :
“Apabila atas benda yang sama menjadi objek jaminan
fidusia lebih dari 1 (satu) perjanjian jaminan fidusia,
maka hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27, diberikan kepada pihak yang
terlebihdahulu mendaftarkannya pada Kantor
Pendaftaran Fidusia.”
Berpedoman dengan pasal di atas, dalam kasus yang terjadi kali ini
menurut narasumber yang bersangkutan menjelaskan bahwa pada kenyataannya
BPR SAJ (debitur) dapat memberikan daftar piutang dan melakukan perjanjian
kredit penjaminan lebih di satu Notaris. Jadi tidak dapat diketahui bank mana
yang lebih dahulu melakukan pendaftaran akta jaminan fidusia. Kemudian apabila
terjadi eksekusi, baru diketahui bahwa fidusia yang berupa piutang itu telah
dijaminkan ulang terhadap bank-bank lainnya.
Status kepemilikan terkait fidusia berupa piutang, kreditur sebagai pihak
penerima fidusia piutang berkedudukan sebagai pemegang dari jaminan, kreditur
disini adalah pihak Bank Niaga sendiri. Penerima fidusia piutang berkedudukan
sebagai pemilik dari jaminan, sehingga punya hak untuk menguasai bukti
kepemilikan benda jaminan, dapat melaksanakan pengawasan terhadap objek
jaminan, dapat meminta laporan terkait objek jaminan tentang perubahan status
piutang dari pihak ketiga secara berkala, serta dapat melarang pemberi fidusia
untuk melakukan peralihan objek jaminan fidusia.33
Maka, kreditur penerima fidusia piutang sebagai pemegang jaminan,
sedangkan kewenangan sebagai pemilik yang dipunyainya adalah kewenangan
33Oey Hoey Tiong, Fiducia sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Jakarta, Gahlia
Indonesia, 1985, hlm. 48-49.
yang masih berhubungan dengan jaminan itu sendiri, dikarenakan objek jaminan
berupa fidusia tidak secara langsung dibawah kekuasaannya.34
Pihak bank selaku kreditur merupakan pihak yang melakukan proses
Perlindungan hukum untuk melindungi hak-haknya dan kepentingannya. Dalam
usahanya memberikan penjaminan bank, Bank Niaga telah menerapkan prinsip
yang ada di dalam UUJF dimana pihak kreditur melakukan prosedur pendaftaran
fidusia sesuai ketentuan yang berlaku. Pendaftaran fidusia di kantor fidusia
sekarang sudah berupa pendaftaran online, sehingga memudahkan dalam hal
kepengurusan. Pendaftaran fidusia online diatur dalam PP Nomor 21 Tahun 2015.
Di dalam pasal 1 PP Nomor 21 Tahun 2015 menyebutkan :
“Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia, permohonan
perbaikan sertifikat Jaminan Fidusia, permohonan
perubahan sertifikat Jaminan Fidusia, dan pemberitahuan
penghapusan sertifikat Jaminan Fidusia diajukan oleh
Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya kepada Menteri
melalui sistem pendaftaran Jaminan Fidusia secara
elektronik.”
Permohonan pendaftaran fidusia dapat dilakukan pengajuan dalam kurun
waktu paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal pembuatan akta Jaminan
Fidusia seperti pada ketentuan pada pasal 4. Maka permohonan pendaftaran
fidusia yang sudah memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan dapat
dibuktikan dengan didapatnya dari bukti pendaftarannya.
Pemohon atau sebagai pendaftar melakukan pembayaran melalui bank
persepsi berdasarkan dari bukti pendaftaran. Pendaftaran Jaminan fidusia baru
34Ibid
dicatat secara elektronik apabila pemohon sudah melakukan pembayaran. Jaminan
fidusia ada atau terbit pada tanggal yang sama dengan tanggal Jaminan Fidusia
dicatat. Sertifikat jaminan fidusia kemudian ditandatangani secara elektronik oleh
pejabat pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Lalu langkah berikutnya adalah
Sertifikat Jaminan Fidusia dapat dicetak pada tanggal yang sama dengan tanggal
Jaminan fidusia yang telah dicatat.
Dengan dilakukannya pendaftaran fidusia piutang di Kantor Pendaftaran
Fidusia maka masyarakat dapat mengetahui objek-objek jaminan fidusia telah
dibebani jaminan fidusia atau belum. Dengan menganut asas publisitas maka bank
dapat memperoleh kepastian hukum terkait objek piutang yang telah dibebani
jaminan fidusia.
Namun, harus diperhatikan lagi sebelum mendaftakan ke Kantor
Pendaftaran Fidusia, Bank Niaga dalam pembuatan Akta Jaminan Fidusia dengan
seksama menerapkan unsur penting syarat-syarat sahnya perjanjian yakni pasal
1320 KUH Perdata. Terutama kausa halal, dimana isi pokok perjanjian harus
menguntungkan bagi kedua belah pihak yang melaksanakan perjanjian.
Fasilitas diartikan secara sederhana sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
Ruang lingkupnya adalah terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor
pendukung. Seringkali terjadi suatu peraturan sudah diberlakukan, padahal
fasilitasnya belum tersedia lengkap. Peraturan yang semula bertujuan untuk
memperlancar proses, malah mengakibatkan kemacetan dan masalah. Dalam
melaksanakan tugasnya ini, pemberian fasilitas dalam pelaksanaan perlindungan
hukum oleh bank adalah staf-staf yang berkompeten dalam bidangnya.
Jadi di dalam bank ada staff marketing, dimana mereka berkemampuan
untuk menentukan pemberian kredit dengan tahapan-tahapan analisis kredit
dimana mereka dapat menentukan kemampuan bayar dari pihak debitur.35 Dengan
adanya pembagian staf-staf di dalam bank diharapkan memperlancar dan
mempermudah bank untuk melakukan pengawasan dalam rangka perlindungan
hukum untuk dirinya sendiri. Dengan adanya fasilitas atau sarana maka akan lebih
mudah aparat penegak hukum melaksanakan tugasnya, karena fasilitas tersebut
dapat berupa tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang
baik, peralatan yang memadai.
Penegakan hukum dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik
dikarenakan faktor penting yaitu masyarakat itu sendiri. Mengenai warga
masyarakat ini tidak lepas dari masalah derajat kepatuhan yang menjadi salah satu
indikator berlakunya hukum yang bersangkutan. Derajat kepatuhan ini
dipersempit menjadi derajat kepatuhan warga masyarakat terhadap hukum.
Hukum ini tidak dapat dipaksakan berlakunya di dalam segala hal,
sebaiknya penerapannya dihematkan jika ada sarana lain yang lebih efektif.
Dalam penerapannya di dalam kasus ini, masyarakat yang menentukan adalah
pihak debitur yang menentukan hukum atau peraturan yang sudah ditentukan oleh
Undang-Undang sudah dilaksanakan dengan baik oleh pihak kreditur atau belum.
Di dalam kasus ini, yang membuat ketidakseimbangan antara peraturan dan
pelaksanaan di dalam praktek adalah pihak debitur, dimana dalam pelaksanaan
perjanjian kredit pihak debitur melakukan tindakan wanprestasi yaitu melakukan
35Wawancara dengan Bapak Fajar Aditama, Staf Loan Document Safe Keeping, PT. Bank
CIMB Niaga Tbk, pada tanggal 27 Februari 2017
penjaminan ulang fidusia yang objeknya berupa piutang yang jaminannya di
jaminkan ulang di bank lain. Sehingga pelaksanaan perjanjian kredit menjadi
bermasalah dikarenakan pihak debitur yaitu disini BPR tidak mematuhi atau
melanggar dari perjanjian yang ada.
IV.2 Pelaksanaan Perlindungan Hukum Represif
Dengan dibuatnya peraturan perundang-undangan, maka tujuan dari
peraturan tersebut adalah untuk memberi perlindungan hukum terutama dari segi
sanksi apabila bertentangan atau dilakukannya pelanggaran yang tidak sesuai
dengan ketentuan undang-undang. Dengan diterapkannya sanksi didalam undang-
undang maka membuat kepatuhan masyarakat akan hukum lebih terorganisir. Dua
pasal hukum yang mengatur sanksi yang terkait aturan jaminan fidusia yaitu
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 (Pasal 29) Di dalam pasal ini
menerangkan sanksi kepada debitur yang ingkar janji akan prestasinya atau biasa
disebut dengan wanprestasi yaitu dengan cara :
i. Pelaksanaan titel eksekutorial dimana disebutkan di
dalam pasl 15 ayat (2) UUJF dijabarkan bahwa
Sertifikat Jaminan Fidusia punya kekuatan
eksekutorial. Dimana Surat Jaminan Fidusia dapat
dilaksanakan sebagai putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap;
ii. Penjualan benda atau objek jaminan dengan cara
dilelang;
iii. Penjualan dibawah tangan oleh pemberi dan
penerima fidusia berdasarkan dari kesepakatan.
Bank dalam usahanya melindungi haknya dengan menganut pasal tersebut
dijadikannya dasar untuk mengatasi segala pelanggaran atau ingkar janjinya
debitur terhadap bank.Karena belum ada yang mengatur secara pasti bagaimana
eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang berupa piutang. Namun dalam hal
jaminan fidusia berupa piutang, bank baru mengetahui indikasi jaminan yang
didaftarkan ulang setelah dilakukannya eksekusi yang mengharuskan
dilaksankannya pencairan atas jumlah piutang debitur yang menjadi kredit macet.
Setelah dilakukannya pencairan piutang baru diketahui bahwa jaminan fidusia
tidak hanya dijaminkan pada satu kreditur saja.
Kemudian di dalam pasal 28 Undang-Undang Jaminan Fidusia juga
memberikan pengaturan yaitu:
“Apabila atas benda yang sama menjadi objek jaminan
fidusia lebih dari 1 (satu) perjanjian jaminan fidusia,
maka hak yang didahulukan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27, diberikan kepada pihak yang terlebih
dahulu mendaftarkannya pada Kantor Pendaftaran
Fidusia.”
Berdasarkan pasal tersebut dalam hal usahanya untuk melindungi bank
selanjutnya bahwa bank niaga harus bisa membuktikan bahwa jaminannya sudah
didaftarkan terlebih dahulu di kantor Pendafaran fidusia dan dapat membuktikan
secara tepat bahwa ia adalah kreditur yang diutamakan atau didahulukan.
V. Faktor-Faktor yang Menjadi Hambatan Bagi Kreditur dalam
Pelaksanaan Perlindungan Hukum dalam Eksekusi Jaminan Fidusia
atas Objek Jaminan berupa Piutang yang dijaminkan ulang
Proses pelaksanaan perlindungan hukum pastinya tidak semua berjalan
mulus. Walaupun dari segi substansi tidak ada masalah, bahkan Bank Niaga
selaku penegak hukum untuk melindungi dirinya sendiri sudah mengantisipasi
berbagai hal dalam upaya dalam pemberian kredit jaminan agar tidak merugikan
haknya namun dalam pelaksanaan di lapangan selalu saja terjadi ketidakserasian
antara Das Sollen dan Das Sein. Hambatan- hambatan dalam pelaksanaan
perlindungan hukum bagi kreditur adalah sebagai berikut :
V.1 Faktor-faktor Hambatan Pelaksanaan Perlindungan Hukum Preventif
a. Surat Daftar Piutang Belum Memenuhi Standar Baku
Surat Daftar Piutang masih belum memenuhi syarat standar baku di dalam
pembuatannya. Ini melanggar salah satu syarat di dalam KUH Perdata yakni pasal
1320 yang menyebutkan adanya kausa halal. Isi dari perjanjian pokok tidak
memenuhi standar baku. Di dalam undang-undang juga tidak menyebutkan terkait
standar baku pembuatan Surat Daftar Piutang. Hal yang terjadi pada kasus bank
niaga ini adalah :36
1. Surat Daftar Piutang disiapkan sendiri oleh pihak BPR;
2. Tidak menyebutkan pihak ketiga yang berhutang kepada debitur;
36Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Gani, Loan Document Safe Keeping Head, PT.
Bank CIMB Niaga Tbk, pada tanggal 27 Februari 2017
3. Tidak ada pernyataan atau klausul piutang sudah dijaminkan di
bank lain atau tidak;
4. Surat Daftar Piutang dibuat dan ditandatangani oleh kreditur. Jadi
baru disahkan apabila dilakukannya pendaftaran saja. Tetapi Surat
Daftar Piutangnya dibuat dibawah tangan.
5. Daftarnya dari BPR yang diserahkan kepada bank CIMB niaga itu
tidak ada pernyataan bahwa objek jaminan yang berupa piutang
tersebut sudah dijaminkan ulang.
6. Faktor kesengajaan dan unsur ketidaksengajaan dari pihak BPR.
Jadi daftar-daftar dari en user besar kemungkinan baik secara
sengaja terinput seperti yang dijaminkan pada fasilitas yang
dibiayai oleh Bank / kreditur lain.
Maka pemberi fidusia tidak dapat memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum bagi penerima fidusia. Karena Surat Daftar Piutang tidak
dapat dipertanggungjawabkan kevalidan datanya, Surat Daftar Piutang tersebut
dibuat, ditandatangani sendiri oleh pihak BPR. . Sesuai informasi BPR, hal itu
dilakukan dengan alasan tidak repot atau, piutang lancar mereka hanya terbatas
dalam daftar fidusia piutang lancar yg diserahkan kepada Bank37. Isi dari Surat
Daftar Piutang dapat diingkari oleh debitur karena dibuat secara sepihak dan tidak
dapat dibuktikan kevalidan pembuatannya.
b. Bank kurang Menerapkan Prinsip Kehati-hatian
37 Hasil wawancara dengan Bapak Arthajaya, Staff BPR SAJ, pada tanggal 27 Februari
2017
Di dalam penjaminan kredit antara Bank Niaga dengan BPR, terdapat salah
satu kasus yang sampai hari ini masih dalam proses penanganan yaitu BPR SAJ
melakukan banking dengan Bank Niaga, selama proses berlangsung kegiatannya
berjalan dengan piutang yang lancar, kemudian saat dilakukannya pencairan 1
Milyar, ia mendapatkan Tingkat Kesehatan Bank 95,8% jadi penjaminannya tanpa
ada asuransi.
Ini merupakan ketentuan internal dari bank, jadi melihat kembali kepada
bentuk perjanjiannya. Dengan bukti Tingkat Kesehatan Bank bagus, pencairannya
lancar jadi bank percaya, punya keyakinan penuh terhadap BPR SAJ tidak akan
macet. Namun menurut peneliti, bank kurang mengantisipasi kejadian yang akan
datang, sehingga mendatangkan kerugian sendiri terhadap bank. Bank kurang
menerapkan prinsip kehati-hatian.
Syarat untuk mendapatkan Asuransi penjaminan kredit oleh Bank CIMB Niaga
untuk BPR berupa nilai TKS pada saat pencairan adalah sebagai berikut38 :
1. Lebih atau sama dengan dari 95,00%, tidak mendapatkan asuransi karena
dianggap kondisi keuangan baik dan memenuhi syarat pemberian kredit
yang baik, karena BPR dianggap kondisi keuangannya akan tetep stabil
sampai pinjaman lunas;
2. Kurang dari 95% sampai dengan 92%, dengan asuransi (dibayar oleh
bank, disetujui dengan diamortisasi selama jangka waktu pinjaman);
3. Kurang dari 91,90% sampai dengan 82%, dengan asuransi (dibayar oleh
BPR).
38Ibid
Berdasarkan ketentuan tersebut, salah satu BPR yang berkerja sama
dengan Bank Niaga adalah BPR SAJ. BPR SAJ dianggap lancar dan tidak ada
indikasi kredit macet, namun seiring berjalannya waktu BPR SAJ mulai batuk-
batuk atau diindikasi kredit macet. karena pada saat pencairan tidak diasuransikan,
sehingga tidak bisa diklaimkan asuransi. Permohonan persetujuan Pengcoveran
Asuransi tidak boleh lebih dari 3 bulan sejak dinyatakan asuransi menyetujui
pencoverannya dan mulai berlakunya asuransi setelah dilakukan pembayaran
premi sebesar jangka waktu kredit.39
Adapun Ketentuan Jumlah Pembayaran Premi Pencoveran Asuransi Kredit
BPR40.:
1. Tertanggung : Bank CIMB Niaga
2. Debitur Tertanggung : BPR / BPD
3. Plafond : Sesuai Persetujuan CIMB Niaga
4. Coverage : 70% dari Nilai Pertanggungan (Plafond)
5. Ganti Rugi : 70% dari Nilai Kerugian dari Nilai pertanggungan
(termasuk bunga dan denda/pinalty)
6. Biaya pertanggungan : *Asuransi Askrindo (berbeda-beda tiap lembaga
asuransi)
39Ibid 40Wawancara dengan Ibu Lindung Raga Sukma, Staf Loan Document Safe Keeping, PT.
Bank CIMB Niaga Tbk, pada tanggal 27 Februari 2017
Tabel 4. Struktur Organisasi Bank CIMB Niaga
Jangka Waktu Rate Premi
Kurang dari 1 tahun 0,59%
Antara 1 sampai 2 tahun 1,26%
Antara 2 sampai 3 tahun 1,94%
Antara 3 sampai 4 tahun 2,61%
Antara 4 sampai 5 tahun 2,84%
Sumber : Data Primer, Diolah, 2017
7. Sistem Pertanggungan : Proporsional Basis
c. Tidak dilakukannya Proses Pengecekan yang baik oleh Bank
Bank dalam pelaksanaan proses pemberian kredit kepada debitur, tidak lepas dari
proses penganilisaan kredit. Terkait dengan larangan fidusia ulang yagng disebutkan pada
pasal 17 UUJF,Tujuan dari analisa kredit yang dilakukan oleh pihak bank ini
adalah :
1. Untuk mengetahui dan dapat membuktikan bahwa kebutuhan dana yang
akan dimintakan atau diajukan sebagai permohonan kredit sesuai atau tepat
jumlahnya.
2. Untuk membuktikan apakah laporan daftar piutang debitur valid atau tidak.
3. Untuk memastikan Repayment Capacity calon debitur.
4. Untuk menentukan besar/kecilnya kredit diberikan berdasarkan TKS atas
tingkat kesehatan dari pihak debitur atau BPR.
Namun yang menjadi permasalahan disini adalah objek jaminannya yang
diserahkan adalah berupa piutang, maka bank kesusahan membuktikan atau
melakukan pengecekan terhadap surat daftar piutang yang diserahkan BPR. Selain
hal tersebut dari pihak Bank Niaga sendiri belum ada ketentuan atau prosedur
mengenai kewenangan terkait pengecekan dari objek jaminan itu sendiri sebelum
disetutujuinya Perjanjian Kredit dengan debitur.
d. Penjaminan Kreditnya di Asuransikan Jiwa41
Untuk mengatasi kredit macet pihak BPR sekarang melakukan
pengasuransian terhadap perjanjian kreditnya. Namun yang BPR gunakan adalah
asuransi jiwa. Jika terjadi masalah, asuransi baru mau mengklaim jika ada yang
meninggal. Padahal yang menjadi masalah sebenarnya disini adalah dari
pelunasan kredit yang macet atau bermasalah yang tidak terbayar dapat
diselesaikan melalui asuransi. Namun, asuransi baru mau membayar jika ada yang
meninggal. Jadi sebenarnya BPR mengalami kerugian sendiri jika menggunakan
asuransi jiwa. Karena ia masih tetap bertanggungjawab sendiri untuk melunasi
hutang-hutangnya. Terlebih lagi apabila nasabahnya tidak meninggal tapi nasabah
tersebut tidak melunasi hutangnya pada debitur.
41Ibid
V.2 Faktor-faktor Hambatan Pelaksanaan Pelindungan Hukum Represif
a. Lemahnya Perlindungan Hukum dari Pelaksanaan Eksekusi
Akta jaminan fidusia yang dibuat oleh notaris mempunyai kekuatan hukum
yang besar. Kemudian apabila sudah sampai pada tahap dikeluarkannya atau
diterbitkannya Sertifikat Jaminan Fidusia akan lebih kuat lagi kekuatan
hukumnya. Karena Sertifikat Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial
yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
yang tetap.
Pasal 15 ayat (2) UUJF menyebutkan :
“Sertifikat Jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.”
Dasar hukum pasal 15 ayat (2) UUJF menjelaskan bahwa titel eksekutorial
merupakan hak bagi pihak kreditur untuk melakukan eksekusi atas objek jaminan
fidusia saat debitur atau pemberi fidusia melakukan wanprestasi atau cidera janji.
Namun belum ada pengaturan lebih jelas terkait pelaksanaan eksekusi dengan
objek jaminan yang berupa piutang.
Baru diketahuinya fidusia yang dijaminkan ulang itu apabila telah
dilakukannya pencairan dari piutang itu sendiri dan dilaksanakannya kegiatatan
eksekusi. Jadi, baru terbukti bahwa fidusia yang berupa piutang telah dijaminkan
ulang di kreditur lain, sekaligus membuktikan kemampuan bayar dari pihak ketiga
sudah melunasi hutangnya pada debitur, atau BPR tidak melaporkan pelunasan
piutang dari end usernya kepada pihak Bank atau kreditur. Hal ini mengakibatkan
Bank Niaga mengalami kerugian dalam pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia
karena harus bersaing dengan kreditur-kreditur lainnya untuk memperjuangkan
haknya dikarenakan penjaminan fidusia piutang ulang.42
VI. Upaya dalam Mengatasi Faktor-Faktor yang Menjadi Hambatan dari
Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Kreditur dalam Eksekusi
Jaminan Fidusia atas Objek Jaminan berupa Piutang yang dijaminkan
ulang
VI.1 Upaya dalam Mengatasi Faktor-Faktor yang Menjadi Hambatan dari
Pelaksanaan Perlindungan Hukum Preventif
a. Bank Memilah Daftar definitif yang diserahkan debitur saat akan
mengajukan kredit. Terutama memilah jangka waktu.
Jatuh tempo fasilitas pinjaman end user ke BPR boleh lebih dulu dari jatuh
tempo fasilitas pinjaman BPR ke PT. Bank CIMB Niaga, Tbk, dengan
ketentuan :
Pengelompokan tenor yang bersesuaian, yaitu :43
a) 01 bulan s/d 12 bulan = 12 bulan
b) 13 bulan s/d 24 bulan = 24 bulan
c) 25 bulan s/d 36 bulan = 36 bulan
d) 37 bulan s/d 48 bulan = 48 bulan
e) 49 bulan s/d 60 bulan = 60 bulan
42Ibid 43Ibid
Artinya untuk pinjaman end user dilakukan pengelompokan jangka waktu,
misal pinjaman end user yang hanya 1 tahun, pinjaman BPR ke Bank juga
seharusnya 1 tahun juga. Beriringan dengan lunasnya pinjaman end user ke BPR.
Serta Sebagai bukti end user tersebut lancar, hendaknya saat menyerahkan
daftar definitif, diserahkan juga laporan kolektibilitas atau laporan angsuran per
end user yang membuktikan bahwa end user tersebut benar-benar lancar
pembayaran angsuran.
b. Melakukan Update Daftar Fidusia Piutang
Bank belum memiliki prosedur kewenangan terkait dengan pengecekan
objek jaminan sebelum disetujuinya dari suatu perjanjian kredit dan peraturan
perundang-undangan juga belum ada yang mengatur terkait pengecekan objek
jaminan fidusia sebelum dilaksanakan perjanjian kredit, sehingga dalam
usahanya untuk melindungi haknya maka Bank Niaga mempunyai prosedur
kewenangan berupa Mensyaratkan kepada BPR agar setiap 3 bulan sekali
menyerahkan update daftar fidusia piutang yang dijaminkan di CIMB Niaga,
dengan syarat :
a) Mengganti end user yang berkolektibilitas diatas 1 menjadi
hanya end user berkolektibilitas 1 (lancar) saja.
b) Mengganti end user yang telah lunas dengan end user baru yang
pinjaman masih ada (current) dan lancar.
c) Sebagai bukti end user tersebut lancar, hendaknya saat
menyerahkan daftar update piutang, diserahkan juga laporan
kolektibilitas atau laporan angsuran per end user yang
membuktikan bahwa end user tersebut benar2 lancar
pembayaran angsuran.
d) Setiap periode tertentu, misal 4 bulan sekali. Bank melakukan
verifikasi atas daftar piutang yang diserahkan oleh BPR, dengan
tujuan memastikan bahwa end user tersebut tidak fiktif dan
pembayaran lancar.
c. Perjanjian Pinjaman Menggunakan Asuransi Kredit dan Subsidi Bunga
Murah dari pemerintah terhadap Bank pemberi pinjaman
BPR Disyaratkan pada perjanjiannya untuk pinjaman yang diambil
menggunakan asuransi kredit. Kepada BPR disyaratkan untuk pinjaman yang
diambil oleh CIMB Niaga, hendaknya kredit tersebut dijaminkan kreditnya pada
asuransi kredit (meliputi asuransi Jiwa), jika dirasa mahal dari sisi biaya
administrasi terhadap end user, hendaknya pembayaran dibagi secara prorate
antara BPR dan end user yang dihitung secara amortiasi sepanjang jangka waktu
kredit, sehingga jika dikemudian hari ada macet pembayaran, bisa dilakukan
klaim asuransi.
Subsidi Bunga Murah dari pemerintah terhadap Bank pemberi pinjaman,
(karena sampai hari ini, pemberian subsidi bunga murah hanya kepada Bank
Pemerintah / Plat Merah) agar dana yang dijual lagi sebagai kredit modal kerja,
bisa diterima murah juga oleh BPR. Sehingga BPR tidak terlalu memberatkan end
user jika terdapat pencadangan biaya asuransi kredit.
VI.2 Upaya dalam Mengatasi Faktor-Faktor yang Menjadi Hambatan dari
Pelaksanaan Perlindungan Hukum Represif
Bank memberikan kesempatan kepada BPR untuk Penyelesaian secara
administratif dan Penyelesaian secara Hukum
Pelaksanaan dari eksekusi jaminan fidusia memiliki kendala dimana fidusia
piutang baru diketahui dijaminkan ulang apabila pada saat eksekusi tersebut
piutang haruslah dicairkan terlebih dahulu baru diketahui bahwa objek jaminan
tersebut telah dijaminkan ulang terhadap Bank Umum lainnya. Dikarenakan
belum ada peraturan lebih lanjut terkait pelaksanaan eksekusi yang objek
jaminannya berupa piutang, maka Bank Niaga menyelesaikan dengan cara BPR
diberi kesempatan untuk memperbaiki kondisi keuangan, dengan jalan
restukturisasi kredit.
Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan BPR dalam
kegiatan perkreditan terhadap Debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya, yang dilakukan melalui:44
a.) Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal
pembayaran kewajiban Debitur atau jangka waktu;
b.) Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau
seluruh persyaratan Kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadual
pembayaran, jangka waktu, dan/atau persyaratan lainnya sepanjang
tidak menyangkut perubahan maksimum plafon Kredit; dan/atau
44Ibid
c.) Penataan kembali (restucturing), yaitu perubahan persyaratan Kredit
yang menyangkut penambahan fasilitas Kredit dan konversi seluruh
atau sebagian tunggakan angsuran bunga menjadi pokok Kredit baru
yang dapat disertai dengan penjadualan kembali dan/atau persyaratan
d.) Bank terhadap BPR untuk Dilakukan penyelesaian hukum (langkah
terakhir yang ditempuh)45
1) Melalui Panitia Urusan Piutang Negara;
2) Melalui badan peradilan;
3) Melalui arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa
45Hasil wawancara dengan Bapak Agus Priyono, staff Marketing Officer, PT. Bank
CIMB Niaga Tbk, pada tanggal 27 Februari 2017