Post on 06-Feb-2018
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Kualitas
Kualitas adalah sesuatu yang terus menerus dicari oleh manusia. Manusia
mencari pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dirinya, begitu
pula manusia mengembangkan teknologi bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidupnya. Jadi pada dasarnya, manusia menginginkan hidup yang
berkualitas, yang otomatis membuat manusia selalu ingin mendapatkan
produk yang berkualitas pula.
Ada berbagai definisi tentang kualitas, berdasarkan kamus umum bahasa
Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, kualitas didefinisikan sebagai baik
buruk atau keadaan sesuatu benda.
Proses kelahiran produk dimulai ketika desainer menerima informasi apa yang
diinginkan, deperlukan dan diharapkan oleh konsumen dan kemudian
menterjemahkannya dalam bentuk spesifikasi produk yang mencakup gambar,
dimensi, toleransi, material, proses, perkakas serta alat bantu. Perwujudan
produk melalui proses pembuatan, dimungkinkan karena adanya informasi
tersebut dan kerjasama antara manusia, mesin, material serta metoda.
BAB I PENDAHULUAN 2
Produk memiliki karakteristik tertentu yang menggambarkan performansinya
sehubungan dengan persyaratan atau harapan dari konsumen. Feigenbaum
dalam ”Total Quality Control” mengatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan
gabungan karakteristik produk, mulai dari pemasaran, rekayasa, pembuatan
dan pemiliharaan yang membuat produk tersebut memenuhi harapan kosumen.
Jadi performansi merupakanukuran kualitas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kualitas yang muncul dari suatu produk merupakan
kompromi dari sekelompok karakteristik yang diinginkan konsumen yang
berhasil ditangkap dan diterjemahkan oleh produsen.
Konsumen merupakan elevator kualitas yang sebenarnya, karena pada
akhirnya konsumen yang memutuskan suatu kualitas, bukan insinyur,
pemasaran, atau manajemen. Mereka memilih, dengan ”dompetnya”, produk
mana yang memenuhi persyaratan. Konsumen yang puas merupakan definisi
praktis dari kualitas tinggi.
Pencapaian dan pemeliharaan tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas
produk, merupakan faktor yang menentukan kesehatan, pertumbuhan, dan
kelangsungan hidup perusahaan.
Untuk memuaskan konsumen, produk harus tiba, dalam jumlah, waktu,
tempat, dan memberikan fungsi yang tepat untuk suatu periode waktu dan
harga yang sesuai. Jadi sasaran kebutuhannya adalah kualitas yang
membangun keseimbangan yang tepat antara biaya produk dan nilai yang
diterima konsumen.
1.2 Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari
pemeriksaan atau pengujian, analisa, dan tindakan – tindakan yang harus
diambil dengan memanfaatkan kombinasi seluruh peralatan dan teknik –
teknik guna mengendalikan kualitas produk dengan ongkos minimal. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 3
istilah ”kendali kualitas”, mengandung pengertian bahwa ”kualitas” bukan
berarti ”terbaik”. Di dunia industri, kata itu berarti ”terbaik dalam memuaskan
kebutuhan pelanggan tertentu”.
Feigenbaum mengemukakan dua hal penting dari kebutuhan konsumen, yaitu
fungsi dan harga produk. Dua hal ini dicerminkan dalam beberapa kondisi
produk, diantaranya :
1. Spesifikasi dimensi dan karakteristik
2. Usia produk dan kehandalan
3. Standar yang relevan
4. Biaya rekayasa, pembuatan dan mutu
5. Kondisi pembuatan (persyaratan produk)
6. Fungsi, pemeliharaan, dan pemasangan di lapangan
7. Biaya – biaya operasi dan pemakaian konsumen
Berdasarkan hal – hal diatas, jelas, kualitas tidak hanya berkaitan dengan mutu
teknis produk, tetapijuga nilai ekonomisnya.
Adapun tujuan pelaksanaan pengendalitan kualitas yaitu :
1. Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien.
2. Perbaikan hubungan manusia
3. Peningkatan moral karyawan
4. Pengembangan kemampuan tenaga kerja.
Dengan mengarah pada tujuan diatas, maka pengendalian kualitas akan
meningkatkan produktivitas dan profitabilitas usaha.
Menurut Gede Raka, tujuan pengendalian kualitas yaitu :
1. Memperbaiki kualitas produk yang dihasilkan.
2. Penurunan ongkos kualitas secara keselurahan.
BAB I PENDAHULUAN 4
Feigenbaum membagi kegiatan pengendalian kualitas kedalam 4 langkah,
yaitu :
1. Menetapkan standar : standar kualitas biaya, standar kualitas prestasi kerja,
standar kualitas keamanan, dan standar keterhandalan yang diperlukan
oleh suatu produk.
2. Menilai kesesuaian antara produk yang dibuat dengan standar.
3. mengambil tindakan yang diperlukan, yaitu mencari penyebab timbul
masalah dan solusinya
4. Perencanaan peningkatan, berupa pengembangan usaha – usaha yang
kontinu untuk memperbaiki standar – standar biaya, prestasi, keamanan,
dan kerterhandalan.
Kegiatan pengendalian kualitas yang menunjang tercapainya standar kualitas
tertentu tersebut melibatkan unsur – unsur manusia, mesin, perlatan,
spesifikasi, dan metoda pengujian.
Dengan adanya pengendalian kualitas, diharapkan penyimpangan –
penyimpangan yang muncul dapat dikurangi dan proses dapat diarahkan pada
tujuan yang ingin dicapai.
1.3 Latar Belakang Masalah
Dalam paradigma konvensional, kualitas suatu produk dikatakan baik, jika
spesifikasi produk berada dalam batas toleransi spesifikasi yang telah
ditentukan, selainnya produk dinyatakan buruk. Untuk lebih jelasnya hal ini
dapat diilustrasikan melalui gambar 1.1. dibawah ini,
BAB I PENDAHULUAN 5
m
lossloss
cost
ABC
USLLSL Gambar 1.1 Ilustrasi “goalpost syndrome”
Keterangan gambar :
- LSL : Lower Specification Limit, batas bawah ukuran spesifikasi yang masih
ditoleransi
- USL: Upper Specification Limit, batas atas ukuran spesifikasi yang masih ditoleransi
- m : nilai ukuran spesifikasi yang diharapkan
Dari ilustrasi di atas, dapat dilihat bahwa produk C jelas dianggap produk
yang buruk karena berada di luar batas toleransi spesifikasi, produk B dan A
dianggap produk yang baik karena berada dalam batas spesifikasi.
Permasalahannya adalah, dalam paradigma ini, produk B dan A dianggap
sama kualitasnya, padahal jelas terlihat bahwa produk B berada lebih jauh dari
nilai spesifikasi yang diharapkan meskipun masih dalam batas toleransi
spesifikasi. Produk B memiliki loss cost yang lebih besar dibandingkan
produk A. Loss cost disini adalah biaya yang harus dikeluarkan akibat
spesifikasi produk tersebut tidak seperti yang diharapkan oleh para
pelanggannya, bisa berupa biaya garansi yang harus dikeluarkan, ataupun
biaya penggantian produk.
Paradigma konvensional ini, telah menjadi suatu pola pikir yang kemudian
menjadi suatu penghalang bagi pengembangan kualitas dalam suatu proses
industri. Paradigma ini membawa pada pemahaman kualitas produk yang
kurang tepat karena mengabaikan perbedaan variansi nilai spesifikasi produk
terhadap nilai target yang diharapkan, padahal perbedaan variansi ini
BAB I PENDAHULUAN 6
mengakibatkan perbedaan besarnya loss cost dari setiap produk yang
dihasilkan.. Paradigma ini sering disebut sebagai “goalpost syndrome”.
Dr. Genichi Taguchi, seorang pakar manajemen kualitas dari Jepang
mengembangkan suatu paradigma lain dalam melihat kualitas suatu produk.
Menurutnya, baik atau buruknya kualitas suatu produk dilihat dari variansi
produk terhadap nilai target yang diharapkan dari spesifikasi produk tersebut.
Ia percaya bahwa pelanggan akan bertambah tidak puas dengan kualitas suatu
produk jika produk tersebut semakin jauh dari nilai spesifikasi yang
diharapkan.
Ia mengembangkan pendekatan baru untuk mengontrol kualitas produk
menggunakan kurva kuadratik yang menggambarkan loss cost dari produk
yang dihasilkan. Kurva ini disebut Taguchi loss function.
c os t
m
L(y)
LSL USL
A
∆ ∆y
h
Gambar 1.2 Taguchi loss function
Keterangan gambar :
- LSL : Lower Specification Limit, batas bawah ukuran spesifikasi yang masih
ditoleransi
- USL: Upper Specification Limit, batas atas ukuran spesifikasi yang masih ditoleransi
- m : nilai spesifikasi yang diharapkan
- y : nilai spesifikasi suatu produk
- L(y) : Taguchi loss function
- h : loss yang disebabkan deviasi y dari m
- ∆ : jarak toleransi maksimal dari m
BAB I PENDAHULUAN 7
- A : loss yang disebabkan oleh produk yang gagal (berada diluar batas toleransi)
1.4 Perumusan Masalah
Seperti telah dipaparkan diatas, bahwa paradigma “goalpost syndrome”
membawa pada pemahaman terhadap produk yang berkualitas baik secara
kurang tepat karena mengabaikan perbedaan variansi nilai spesifikasi produk
terhadap nilai target yang diharapkan, padahal perbedaan variansi ini
mengakibatkan perbedaan besarnya loss cost dari setiap produk yang
dihasilkan.
Secara umum, tugas akhir ini akan dibahas mengenai manajemen loss cost
produk berdasarkan Taguchi Loss Function pada produk yang nilai
spesifikasinya berdistribusi normal. Lebih detilnya, tugas akhir ini akan
membahas :
1. Aplikasi Taguchi Loss Function pada Shewhart Control Chart
2. Hubungan antara loss cost produk yang dihasilkan dengan peluang
banyaknya produk pada loss cost tersebut.
3. Hubungan antara Taguchi Loss Function dengan Process Capability Rasio
Cp
1.5 Tujuan dan Manfaat
Tujuan utama dari studi pada tugas akhir ini ialah mempelajari sekaligus
menerapkan Taguchi Loss Function pada produk yang nilai spesifikasinya
berdistribusi normal dan hubungannya dengan kehandalan proses produksi
yang ada. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari tugas akhir ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur dapat memproduksi produk yang memiliki
kualitas sangat baik namun memiliki loss cost yang rendah, juga dapat
melihat sejauh mana kehandalan dari proses produksi yang ada.
2. Menyumbang ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen kualitas di
Indonesia, khususnya dalam bidang cost quality control.
BAB I PENDAHULUAN 8
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
Bab I, berisi pendahuluan yang memuat hal-hal yang bersifat umum, definisi
dari kualitas, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari tugas
akhir ini, dan sistematika penulisan.
Selanjutnya, pada Bab II dijelaskan teori-teori yang mendasari permasalahan
yang disebutkan pada subbab 1.2, yaitu Taguchi Loss Function, Shewhart
Control Chart, Process Capability dan Cumulative Sum Control Chart.
Lalu Bab III menjelaskan hubungan antara Taguchi Loss Function dengan
Process Capability Rasio Cp untuk melihat kehandalan dari proses produksi
yang ada, aplikasi dari Taguchi Loss Function pada batas kontrol Shewhart,
dan peluang proses produksi dapat memenuhi loss cost yang ditetapkan.
Kemudian pada Bab IV, dilakukan penerapan Taguchi Loss Function pada
data yang ada dan analisis dari data yang ada tersebut.
Terakhir, Bab V akan berisi kesimpulan penulis dalam mempelajari dan
menerapkan Taguchi Loss Function. Saran penulis kepada rekan-rekan lainnya
yang ingin mempelajari kontrol kualitas biaya dalam hal ini melalui Taguchi
Loss Function juga dibahas, sehingga untuk ke depannya diperoleh manfaat
dan hasil yang lebih baik dari yang didapatkan oleh penulis.