Post on 02-Mar-2019
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa
adalah kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari
stress yang serius (Kusumawati & Hartono, 2011).
Adapun gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang
kompleks antara berbagai faktor somatis, psikologis dan sosial dan
menandakan dekompensasi proses penyesuaian diri. Gejala gangguan jiwa
tersebut dapat berupa gangguan pada penampilan, bahasa, proses pikir,
sensorium dan fungsi kognitif: kewaspadaan/keterjagaan/kesadaran, perhatian
dan konsentrasi, ingatan, orientasi, fungsi luhur, kemampuan abstraksi, afek
dan emosi, persepsi, psikomotor, kemauan/dorongan kehendak, kepribadian
dan pola hidup (Maramis & Maramis, 2009).
Penyebab gangguan jiwa menurut Maramis dan Maramis (2009),
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu badani, psikologis, sosial, kultural dan
spiritual. Pada bidang badani, setiap faktor yang mengganggu perkembangan
fisik dapat menyebabkan gangguan mental.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Perkembangan psikologis disebabkan oleh pola keluarga yang patogenik dan
masa remaja yang dilalui tidak secara baik. Faktor sosiologis misalnya adat-
istiadat dan kebudayaan yang kaku atau pun perubahan yang cepat dalam dunia
modern ini, sehingga menimbulkan stress pada individu. Suatu masyarakat pun,
seperti seorang individu, dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik yang
dipengaruhi oleh lingkungan atau keadaan sosial masyarakat itu sendiri.
Keperawatan jiwa menurut American Nurses Assosiciation (ANA), dalam
Kusumawati dan Hartono, (2011) adalah area khusus praktik keperawatan yang
menggunakan tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, serta memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan pada paradigma kesehatan yang dibagi
menjadi 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan
(Riyadi & Purwanto, 2009). Sedangkan asuhan keperawatan jiwa merupakan
asuhan keperawatan spesialistik, namun tetap dilakukan secara holistik pada saat
melakukan asuhan keperawatan pada klien (Keliat, 2004).
Menurut data World Health Organization (WHO) (2001), masalah gangguan
kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat
serius. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang didunia
mengalami masalah mental. WHO memperkirakan sekitar 450 juta orang didunia
mengalami gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Tangga (SKRT), tahun 1995 saja, Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1000
anggota rumah tangga mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Dalam hal ini Azrul Azwar, (2005) mengatakan, angka itu menunjukkan
jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi,
yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa
cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai
skizoprenia. Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan
kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta
orang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal
karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan
dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta
setiap tahunnya (Yosep, 2011).
Dari Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 2008, bahwa
185 dari 1.000 anggota rumah tangga mempunyai gejala gangguan jiwa. Angka
gangguan mental emosional penduduk usia >15 tahun adalah 140 per 1.000
anggota rumah tangga (ART). Pola usia penduduk semakin lanjut dengan angka
harapan hidup 66,2 tahun. Hal ini memerlukan penyediaan sarana pelayanan yang
baik termasuk pelayanan kesehatan mental. Angka tersebut diproyeksikan
menjadi 15% pada tahun 2020. Ketidakmampuan yang terjadi disebabkan oleh
depresi, cemas, gangguan penyalahgunaan zat atau napza, skizofrenia, epilepsi,
serta gangguan jiwa pada masa anak dan remaja.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita
gangguan jiwa berat. Bila separuh dari mereka memerlukan perawatan di rumah
sakit dan jika Indonesia berpenduduk 203.460.000 orang, maka berarti ada
203.460 orang dengan gangguan jiwa berat yang memerlukan perawatan di rumah
sakit (Maramis & Maramis, 2009).
Berdasarkan data dari dokumen ruang Bima RSUD Banyumas penderita
penyakit jiwa pada bulan Januari-Juni tahun 2013 tercatat 452 orang. Diantara
data tersebut didapatkan klien yang mengalami gangguan jiwa Skizophrenia
indifferent 202 orang baik laki-laki maupun perempuan, Skizophrenia Residual
125 orang baik laki-laki maupun perempuan, Post Skizophrenia depression 65
orang baik laki-laki maupun perempuan, Skizophrenia Paranoid 29 orang baik
laki-laki maupun perempuan, serta Skizophrenia disorder depresive type 3 orang
baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan skizofrenia itu sendiri menurut
Melinda, (2008, dalam Yosep, 2011) merupakan penyakit neurologis yang
mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku
sosialnya. Dari permasalahan tersebut dengan melihat akibat yang lebih dalam
dari meningkatnya angka kejadian penderita skizofrenia yang antara lain
berpengaruh terhadap gangguan risiko perilaku kekerasan.
Pengertian dari perilaku kekerasan adalah stressor yang dihadapi oleh
seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik
pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan, secara verbal maupun non
verbal bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
(Berkowitz, 2000 dalam Yosep, 2011). Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh
klien skizofrenia paranoid dengan ciri-ciri yaitu kepekaan berlebihan terhadap
kegagalan dan penolakan, kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam,
misalnya menolak untuk memanfaatkan suatu penghinaan dan luka hati atau
masalah kecil, serta kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk
mendistorsikan pengalaman dengan menyalah-artikan tindakan orang lain yang
netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan (Tomb,
2003).
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melaksanakan dan mengelola asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan risiko perilaku kekerasan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan penerapan asuhan keperawatan jiwa pada Ny. R dengan
risiko perilaku kekerasan secara komprehensif di Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan asuhan keperawatan pada
Ny. R dengan risiko perilaku kekerasan meliputi :
a) Pengkajian masalah keperawatan pada klien.
b) Analisa data dan hasil pengkajian, serta merumuskan diagnosa
keperawatan dalam meningkatkan kesehatan mental klien.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
c) Rencana keperawatan dalam meningkatkan kesehatan mental klien.
d) lmplementasi berbagai intervensi yang telah disusun.
e) Evaluasi proses dan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.
C. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data tugas akhir ini menggunakan tehnik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi partisipasi
Cara pengumpulan data dengan melakukan observasi terhadap klien, data
dapat ditemukan dengan melakukan asuhan keperawatan dimana terdapat
interaksi antara perawat-klien.
2. Wawancara
Melalui kegiatan tanya jawab (wawancara) penelitian akan memperoleh data
yang diperlukan. Saat wawancara diperlukan keahlian untuk menanyakan
hal-hal spesifik dari keadaan yang dihadapi klien saat ini, agar informasi
yang diperoleh merupakan informasi akurat dan memang benar-benar
diperlukan. Wawancara (anamnesis) dapat dilakukan klien dan keluarga
klien.
3. Studi literatur
Pengumpulan data yang dilakukan melalui pencarian sumber-sumber baik
berupa buku atau jurnal, mengakses (browsing internet) atau sumber lain yang
diperbolehkan terkait dengan asuhan keperawatan kepada klien.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
4. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan tentang
kasus klien yang terdapat pada format-format dokumentasi maupun yang
terdapat pada rekam medis.
D. TEMPAT DAN WAKTU
Asuhan keperawatan ini dilakukan di RSUD Banyumas ruang Bima pada hari
Senin-Rabu, tanggal 11-13 Juni 2013.
E. MANFAAT PENULISAN
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam
keperawatan khususnya keperawatan jiwa, yaitu sebagai panduan perawat dalam
pengelolaan kasus risiko perilaku kekerasan. Juga diharapkan menjadi informasi
bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan meliputi (Latar Belakang Masalah, Tujuan
penulisan, Pengumpulan Data, Tempat dan Waktu, Manfaat
Penulisan, serta Sistematika Penulisan).
BAB II : Tinjauan Teori.
BAB III : Tinjauan Kasus.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
BAB IV : Pembahasan meliputi (Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan,
Implementasi, dan Evaluasi).
BAB V : Penutup (Kesimpulan dan Saran).
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perilaku
kekerasan adalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat membahayakan
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai
yang disebabkan karena adanya konflik dan permasalahan pada seseorang baik
secara fisik maupun psikologis.
B. Rentang Respons
Perilaku kekerasan dianggap suatu akibat yang ekstrem dari marah.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang di
mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain.
Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, dan marah. Hal ini
akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara
mendalam tersebut terkadang perilaku agresif atau melukai karena
menggunakan koping yang tidak baik.
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Gambar 1. Rentang Respon
(Sumber : Stuart, 2007)
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Perilaku yang ditampakkan mulai dari yang adaptif sampai maladaptif :
Keterangan:
1. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang
lain dan memberikan ketenangan.
2. Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternatif.
3. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif : Perilaku yang menyertai marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol.
5. Amuk : Suatu bentuk kekerasan yang menimbulkan kerusuhan.
Menurut Tomb (2003) pasien gangguan mental yang menunjukkan
peningkatan terhadap risiko timbulnya perilaku kekerasan adalah :
- Sindrom otak organik : Khususnya dengan kebingungan atau
kurangnya pengendalian impuls (misalnya : demensia, penggunaan
obat-obatan pada usia lanjut, hipoglikemia, infeksi SSP, anoksia,
asidosis metabolik).
- Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terutama dengan intoksikasi.
- Skizofrenia, tipe paranoid dan katatonik.
- Dalam keadaan psikotik akut karena berbagai sebab.
- Retardasi mental tertentu.
- Gangguan pemusatan perhatian yang berat dan hiperaktivitas, pada
usia dewasa.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari atau mempermudah
terjadinya perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai
kepercayaan maupun keyakinan.
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor
predisposisi artinya mungkin terjadi/mungkin tidak perilaku kekerasan
(Riyadi & Purwito, 2009).
a. Faktor biologis
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku
kekerasan yaitu sebagai berikut:
1) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif.
2) Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmitter (epineprin,
noreineprin, dopamine, asetil kolin, dan serotonin) sangat berperan
dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
3) Pengaruh genetik, menurut riset Kazua Murakami (2007) dalam
gen manusia terdapat domant (potensi) agresif yang sedang tidur
dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor external. Menurut
penelitian genetik type XYY, pada umumnya dimiliki oleh
penghuni penjara tindak kriminal (narapidana).
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan
berbagai gangguan cerebral, tumor otak, trauma otak, penyakit
ensefalitis, epilepsi terbukti berpengaruh pada perilaku agresif dan
tindak kekerasan.
b. Faktor Psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai tujuan
mengalami hambatan akan timbul serangan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil tidak
menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan dapat membuat konsep diri yang rendah.
Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan yang dapat
meningkatkan citra diri serta memberi arti dalam kehidupannya.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh
peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi
biologik.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
c. Faktor sosial kultural
1) Sosial environment theory (Teori Lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas terhadap
perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima.
2) Sosial learning theory (Teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
(Direja, 2011).
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal, dan lain-lain.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
d. Adanya riwayat perilaku anti-sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
3. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain. Mekanisme
koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya.
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan
ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, depresi, dan reaksi formasi.
a. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu
seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.
c. Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari
kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
d. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan
dengan apa yang benar-benar dilakukan orang lain.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
D. Tanda dan gejala
Menurut Direja (2011) tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
merah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan nada
keras, kasar, dan ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.
E. Psikopathologi
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan
marah. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif
maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata-kata
yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain. Selain
akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnya
perasaan marah dapat teratasi.
Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan
perilaku agresif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan
masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang ditunjukkan pada
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa
tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari
rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian
akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, pada suatu saat dapat
menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada suatu saat dapat
menimbulkan kemarahan yang destruktif yang diajukan pada diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011).
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
F. Pathways
Gambar 1. Psikopathologi
(Sumber : Stuart, 2007)
- Mengungkapkan secara verbal
- Ketegangan menurun
- Rasa marah teratasi
- Merasa kuat - Menantang - Berkepanjan
gan
- Marah tidak terungkap
- Rasa bermusuhan menahun
- Hilang kontrol
Faktor Predisposisi - Faktor psikologis - Rasa frustasi - Kekerasan dalam rumah
tangga - Faktor sosial budaya - Faktor biologis
Faktor Presipitasi - Faktor eksternal:
interaksi dan lingkungan
- Faktor internal: putus asa, agresif
Mekanisme Koping
Konstruktif Destruktif Rentang respon
Adaptif
Maladaptif
- Ancaman kebutuhan - Stress - Cemas - Marah - Merasa terancam
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
G. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan akibat
masalah utama
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah penyebab
Isolasi Sosial
Gambar 2. Pohon masalah risiko perilaku kekerasan
(Sumber : Keliat, 2006)
H. Masalah keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan
2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
3. Harga diri rendah.
4. Isolasi sosial.
Risiko perilaku kekerasan
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
I. Data yang perlu dikaji
Masalah: Risiko perilaku kekerasan.
Data Subyektif:
- Klien mengancam.
- Klien mengumpat dengan kata-kata kasar.
- Klien mengatakan dendam dan jengkel.
- Klien mengatakan ingin berkelahi.
- Klien menyalahkan dan menuntut.
- Klien meremehkan.
Data Objektif:
- Mata melotot/pandangan tajam.
- Tangan mengepal.
- Rahang mengatup.
- Wajah memerah dan tegang.
- Postur tubuh kaku.
- Suara keras.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara
lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah.
2. Stimulus lingkungan.
3. Status mental.
4. Putus obat.
5. Penyalahgunaan narkoba/alkohol (Direja, 2011).
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
J. Fokus Intervensi
1. Perilaku kekerasan
Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
- Klien mau membalas salam
- Klien mau berjabat tangan
- Klien mau menyebutkan nama
- Klien mau tersenyum
- Klien mau mengetahui nama perawat
Intervensi :
- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
- Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
- Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang.
- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
- Beri rasa aman dengan sikap empati.
- Lakukan kontak singkat tapi sering.
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan perasaannya.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah (dari diri
sendiri, lingkungan, atau orang lain).
Intervensi :
- Beri kesempatan mengungkapkan perasaan
- Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.
- Dengarkan ungkapan rasa kesal/marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap tenang.
TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Kriteria hasil :
- Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah.
- Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala marah/kesal yang dialami.
Intervensi :
- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
- Observasi tanda perilaku kekerasan,
- Simpulkan bersama klien tanda-tanda kesal/jengkel yang dialami
klien.
TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Kriteria hasil :
- Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
- Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah.
Intervensi :
- Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasanya dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan,
dan pada diri sendiri).
- Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
- Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan
hingga masalahnya selesai.
- Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan dapat menyelesaikan
masalah.
TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Kriteria hasil :
- Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
- Akibat pada klien sendiri.
- Akibat pada orang lain.
- Akibat pada lingkungan
Intervensi :
- Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
- Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan klien.
- Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
TUK VI : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan.
Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan
secara fisik.
- Tarik nafas dalam.
- Pukul kasur dan bantal.
- Kegiatan fisik yang lain.
- Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan.
- Klien mempunyai jadual untuk melataih cara pencegahan fisik yang
telah dipelajari sebelumnya.
- Klien mengevaluasi kemampuan dalam melakukan cara fisik, mental
sesuai jadual yang telah disusun.
Intervensi :
- Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
- Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
- Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk
mencegah perilaku kekerasan yaitu : tarik nafas dalam dan pukul
kasur serta bantal.
- Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien.
- Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam.
- Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara
menarik nafas dalam.
- Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara
menarik nafas dalam.
- Tanyakan perasaan klien setelah selesai.
- Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
marah/jengkel.
- Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi yang akan dilakukan
sendiri oleh klien.
- Susun jadual kegiatan untuk melatih cara yang telah diajari.
- Klien mengevaluasi pelaksanaan pelatihan cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadual kegiatan
latihan.
- Validasi kemampuan klien dalam melakukan kegiatan latihan.
- Berikan pujian atas keberhasilan klien.
- Tanyakan pada klien apakah kegiatan cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadual yang telah
dibuat sebagai kegiatan harian.
- Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
- Berikan pujian atas keberhasilan klien.
- Tanyakan kepada klien : ”Apakah kegiatan cara pencegahan perilaku
kekerasan dapat mengurangi marah”.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
TUK VII : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk
mencegah perilaku kekerasan.
Kriteria hasil :
- Klien dapat mendemonstrasikan dengan menyebutkan cara verbal
(bicara) yang baik dalam mencegah perilaku kekerasan.
- Meminta dengan baik.
- Menolak dengan baik.
- Mengungkapkan perasaan dengan baik.
- Klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik.
Intervensi :
- Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien.
- Beri contoh cara bicara yang baik.
- Meminta dengan baik.
- Menolak dengan baik.
- Mengungkapkan perasaan dengan baik.
- Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.
- Meminta dengan baik : “Saya minta uang untuk membeli makanan”.
- Menolak dengan baik : “Maaf saya tidak dapat melakukan karena
ada kegiatan yang lain”.
- Mengungkapkan perasaan dengan baik : “Saya kesal karena
permintaan saya tidak dikabulkan”. Disertai nada suara yang rendah.
- Minta klien untuk mengulang sendiri.
- Beri pujian atas keberhasilannya.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
TUK VIII : Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk
mencegah perilaku kekerasan.
Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan nama ibadah yang biasa dilakukan.
- Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih.
- Klien mempunyai jadual untuk melatih kegiata ibadah.
- Klien dapat mengevaluasi terhadap kemampuan melakukan kegiatan
ibadah.
Intervensi :
- Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan.
- Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan
- Bantu memilih kegiatan yang akan dilakukan.
- Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
- Beri pujian atas keberhasila klien.
- Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan ibadah.
- Susun jadual kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah.
- Klien mengevaluasi pelatihan kegiatan ibadah dengan mengisi
jadual.
- Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
- Beri pujian atas keberhasilan klien.
- Tanyakan kepada klien : ”Bagaimana perasaan setelah teratu
melakukan ibadah, apakah marah berkurang?”.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
TUK IX : Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat
untuk mencegah perilaku kekerasan.
Kriteria hasil :
- Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta
manfaatnya.
- Prinsip 5 benar : benar obat, orang, dosis, waktu, dan cara
pemberian.
- Klien dapat mendemontrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadual
yang ditetapkan.
- Klien mengeveluasi kemempuan dalam mematuhi minum obat.
Intervensi :
- Diskusikan tentang jenis obat yang diminumnya dan waktu minum
obat.
- Diskusikan klien tentang manfaat minum obat secara teratur.
- Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, contohnya :
penyakitnya kambuh.
- Diskusikan tentag proses minum obat.
- Susun jadual minum obat bersama klien.
- Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat sesuai jadual.
- Validasi pelaksanaan minum obat.
- Beri pujian atas keberhasilan klien.
- Tanyakan kepada klien bagaimana perasaan dengan minum obat
secara teratur.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil :
- Klien mau membalas salam.
- Klien mau berjabat tangan.
- Klien mau menyebutkan nama.
- Klien mau tersenyum.
- Klien mau mengetahui nama perawat.
Intervensi :
- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat, dan jelaskan maksud tujuan interaksi.
- Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
- Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang.
- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
- Beri rasa aman dan sikap empati.
- Lakukan kontak singkat tapi sering.
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki.
Kriteria hasil : Klien dapat mengingat dan mengungkapkan kemampuan
positif yang dimiliki klien kepada perawat.
Intervensi :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Setiap bertemu klien hindari penilaian yang negatif.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Utamakan beri pujian realistis.
TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat
dilakukan.
Kriteria Hasil : Klien mampu mengungkapkan kemampuan yang masih
dapat digunakan selama sakit.
Intervensi :
- Diskusikan dengan klien kemampuan yang digunakan selama sakit.
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
TUK IV : Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Hasil : Klien dapat memilih kegiatan yang masih dapat dilakukan
selama di rumah sakit (kegiatan mandiri, kegiatan dengan
bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan total).
Intervensi :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai dengan kemampuan :
- Kegiatan mandiri
- Kegiatan dengan bantuan sebagian.
- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
- Tingkatkan bantuan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh dalam cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan
klien.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
TUK V : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuan lainnya.
Kriteria Hasil :
- Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan yang dipilih.
- Klien dapat mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan kegiatan
yang dipilih.
Intervensi :
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
- Beri pujian atas keberhasilan klien.
- Diskusikan pelaksanaan di rumah.
Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013