Post on 03-Feb-2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS (DM)
A. DEFINISI
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John
(2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau
berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas ,
dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon
insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan
untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan
mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
produksi insulin.
B. ETIOLOGI
1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi
atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini
ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon
abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada
awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula
mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan
DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang
lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila
menderita dua dari tiga gejala yaitu:
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes
Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal,
Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
D. PATOFISIOLOGI
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti
sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi
dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan
setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein
(Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi
lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi
insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini
menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi
hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah
meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang
batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak
bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula
yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria.
Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria.
Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga
pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut
polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-
sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa
lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak
yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman
darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh
berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita
berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan
terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).
KASUS DIABETES PADA IBU “ D “
Ibu D ( 45 thn ) masuk rumah sakit dengan luka diabetikum pada kaki yang lama tidak
sembuh, bahkan lukanya sangat dalam sampai kelihatan bentuk tulangnya. Klien mengatakan
merasa lemas dan sering sekali minum, dan inginnya makan terus terus. Dari hasil pengujian
sementara didapatkan : kondisi umum klien : lemah, TTV TD : 160/90 mmhg HR: 90x/ menit ,
suhu : 37 C, RR: 18x/ menit , sudah terjadi neuropati ekstremitas, kakki teraba dingin dan terlihat
pucat, gula dara sementara: 450/dl, ada riwayat DM pada anggota keluarga ( bapaknya
meninggal karena komplikasi ) . sejak kecilibu D mengalami gizi lebih ( obesitas ) , BB sekarang
: 42 kg , TB : 160 cm, sebelum sakit-sakitan BB nya perna mencapai 84 kg.
A. DATA FOKUS
DS :
Klien mengatakanmerasa lemas
Klien mengatakan sering kencil, sering minum, dan inginya makan terus
Neuropati ekstremitas
Luka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai
kelihatan bentuk tulangnya.
Kaki teraba dingin dan terlihat pucat
Mengalami obesitas sejak kecil
DO :
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 37 C
RR : 18x/ menit
HR : 90x/ menit
Gula dara sementara / sewaktu : 450/dl
BB sekarang : 42 kg
BB dahulu : 84 kg
TB : 160 cm
Diagnisis Medis : Diabetes Mellitus
B. ANALISA DATA
N
O
SYMTOMPETIOLOGI PROBLEM
DS DO
1 Klien
mengatakanmerasa
lemas
Klien mengatakan
sering kencil,
sering minum, dan
inginya makan
terus
BB sekarang : 42 kg
BB dahulu : 84 kg
TD : 160/90 mmHg
TB : 160 cm
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Faktor Biologis
2 Neuropati
ekstremitas
Luka ulkus
diabetikum pada
kaki yang tidak
perna sembuh
bahkan lukanya
sangat dalam
sampai kelihatan
bentuk tulangnya.
Gula darah
sementara : 450/dl
Diagnisis Medis :
Diabetes Mellitus
TD : 160/90 mmHg
Kerusakan
integritas jaringan
Faktor Mekanik
C. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis (ketidakmampuan
tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi ) d/d
DS :
Klien mengatakanmerasa lemas
Klien mengatakan sering kencil, sering minum, dan inginya makan terus
DO :
BB sekarang : 42 kg
BB dahulu : 84 kg
TD : 160/90 mmHg
TB : 160 cm
2. Kerusakan integritas jaringan b/d dengan faktor mekanik: ( terjadinya neuropati ekstremitas ) d/d
DS :
Neuropati ekstremitas
Luka ulkus diabetikum pada kaki yang tidak perna sembuh bahkan lukanya sangat dalam sampai
kelihatan bentuk tulangnya.
DO :
Gula darah sementara : 450/dl
Diagnisis Medis : Diabetes Mellitus
TD : 160/90 mmHg
D. INTERVENSI / PERENCANAAN
Tgl No
Dx
NOC NIC RASIONAL T.T.D
21- 12- 1 Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam klien menunjukan perbaikan status nutrisi
Manajemen Nutrisi kaji pola makan klien
Pengkajian pola makan klien untuk memntau perkembangan nutrisi klien
2012 dengan kriteria hasilNutrisonal Status
100405 :BB stabil tidak terjadi mal nutrisi,
100403 : tingkat energi adekuat,
110401: pemasukan nutrisi adekuat
100402: pemasukan makanan yang baik bagi keadaan klien
Kaji adanya alergi makanan Untuk memastikan tidak adanya gangguan pada peningkatan pola nutrisi dan makan klien
Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.
Untuk membantu pasien mendapatkan asupan nutrisi sesui dengan kebutuhan tubuh
Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisinya
Untuk mempercepat kesembuhan dan keseimbangan nurtrisi pada pasien.
Ajarkan pasien bagaimana memili makanan yang sesui dengan kebutuhan tubuh
Agar pasien dapat menja pola makan dan mengontro makanan yang dikonsumsi agar tidak terjadinya peningkatan kadar gula darah
Monitor Nutrisi
Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan.
Monitor adanya gangguan dalam proses mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatanpada pasienselama 6x24 jam penyembuhan luka meningkat dengan kriteria hasil :Wound healing
Penyembuhan Luka mengecil dalam ukuran
Dan adanya peningkatan granulasi jaringan
Wound care Monitor karakteristik luka:tentukan
ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers
Catat karakteristik cairan secret yang keluar
Bersihkan dengan cairan anti bakteri Dressing dengan kasa steril sesuai
kebutuhan Pertahankan tehnik dressing steril
Hubungi atau kolaborasi dengan dokter dalam perawatan luka
Ajarkan pasien atau anggota keluarga prosedur perawatan luka
Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka
Berikan posisi terhindar dari tekanan
agar perawat dapat mengetahui karakteristik luka dan teknik penngobatan
dapat mengetahui cairan dan sekret yang ada pada luka
untuk menghindari infeksi pada luka
untuk membalut luka aga mempercepat proses penyembuhan
untuk mempercepat proses penyembuhan
agar pasien atau anggota kelluaraga dapat melakukan teknik rawat luka mandiri
agar perawat mengetahui perubahan yang terjadi pada luka
agar luka tidak semakin parah
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut b/d
agen injuri fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, tingkat kenyamanan klien meningkat, dan dibuktikan dengan level nyeri: klien dapat melaporkan nyeri pada petugas, frekuensi nyeri, ekspresi wajah, dan menyatakan kenyamanan fisik dan psikologis, TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mntControl nyeri dibuktikan dengan klien melaporkan gejala nyeri dan control nyeri.
Manajemen nyeri :1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
4. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
5. Kurangi ontro presipitasi nyeri.6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis)..7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol
nyeri.10. Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
11. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :.1. Cek program pemberian analogetik; jenis,
dosis, dan frekuensi.2. Cek riwayat alergi..3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal.4. Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgetik.5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat
nyeri muncul.6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
2. Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien menunjukan status nutrisi adekuat dibuktikan dengan BB
Manajemen Nutrisi1. kaji pola makan klien2. Kaji adanya alergi makanan.3. Kaji makanan yang disukai oleh klien.4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan
tubuh bd
ketidakmampuan
tubuh
mengabsorbsi
zat-zat gizi
berhubungan
dengan faktor
biologis.
stabil tidak terjadi mal nutrisi, tingkat energi adekuat, masukan nutrisi adekuat
nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.5. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan
nutrisinya.6. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung
cukup serat untuk mencegah konstipasi.7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
dan pentingnya bagi tubuh klien.Monitor Nutrisi
1. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.2. Monitor respon klien terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.3. Monitor lingkungan selama makan.4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu klien makan.5. Monitor adanya mual muntah.6. Monitor adanya gangguan dalam proses
mastikasi/input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
7. Monitor intake nutrisi dan kalori.
3. Kerusakan
integritas
jaringan bd faktor
mekanik:
perubahan
sirkulasi,
imobilitas dan
penurunan
sensabilitas
(neuropati)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Wound healing meningkatdengan criteria:Luka mengecil dalam ukuran dan peningkatan granulasi jaringan
Wound care1. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan
kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers
2. Catat karakteristik cairan secret yang keluar3. Bersihkan dengan cairan anti bakteri4. Bilas dengan cairan NaCl 0,9%5. Lakukan nekrotomi K/P6. Lakukan tampon yang sesuai7. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan8. Lakukan pembalutan9. Pertahankan tehnik dressing steril ketika
melakukan perawatan luka10. Amati setiap perubahan pada balutan11. Bandingkan dan catat setiap adanya
perubahan pada luka12. Berikan posisi terhindar dari tekanan
4.. Kerusakan
mobilitas fisik bd
tidak nyaman
nyeri, intoleransi
aktifitas,
penurunan
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan, dapat teridentifikasi Mobility levelJoint movement: aktif.Self care:ADLsDengan criteria hasil:
1. Aktivitas fisik meningkat
Terapi Exercise : Pergerakan sendi1. Pastikan keterbatasan gerak sendi yang
dialami2. Kolaborasi dengan fisioterapi3. Pastikan motivasi klien untuk
mempertahankan pergerakan sendi4. Pastikan klien untuk mempertahankan
pergerakan sendi
kekuatan otot 2. ROM normal3. Melaporkan perasaan
peningkatan kekuatan kemampuan dalam bergerak
4. Klien bisa melakukan aktivitas
5. Kebersihan diri klien terpenuhi walaupun dibantu oleh perawat atau keluarga
5. Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan
6. Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual; keteraturan, Latih ROM pasif.Exercise promotion
1. Bantu identifikasi program latihan yang sesuai
2. Diskusikan dan instruksikan pada klien mengenai latihan yang tepatExercise terapi ambulasi
1. Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi
2. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi3. Fasilitasi penggunaan alat Bantu
Self care assistance:Bathing/hygiene, dressing, feeding and toileting.
1. Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan kebersihan diri, berpakaian, makan dan toileting klien
2. Berikan bantuan kebutuhan sehari – hari sampai klien dapat merawat secara mandiri
3. Monitor kebersihan kuku, kulit, berpakaian , dietnya dan pola eliminasinya.
4. Monitor kemampuan perawatan diri klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
5. Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan
6. Promosi aktivitas sesuai usia
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan nya
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pengetahuan klien meningkat.Knowledge : Illness Care dg kriteria :
1 Tahu Diitnya2 Proses penyakit 3 Konservasi energi 4 Kontrol infeksi 5 Pengobatan 6 Aktivitas yang dianjurkan 7 Prosedur pengobatan 8 Regimen/aturan
pengobatan 9 Sumber-sumber
kesehatan 10 Manajemen
penyakit
Teaching : Dissease Process1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
tentang proses penyakit2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda
dan gejala serta penyebab yang mungkin3. Sediakan informasi tentang kondisi klien4. Siapkan keluarga atau orang-orang yang
berarti dengan informasi tentang perkembangan klien
5. Sediakan informasi tentang diagnosa klien6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
7. Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan
8. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
9. Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan atau memperoleh alternatif pilihan
10. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi11. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping
dari penyakit12. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada petugas kesehatan14. kolaborasi dg tim yang lain.
6. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien mampu Perawatan diri Self care :Activity Daly Living (ADL) dengan indicator :
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan, toileting, ambulasi)
Kebersihan diri pasien terpenuhi
Bantuan perawatan diri 1. Monitor kemampuan pasien terhadap
perawatan diri2. Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
berpakaian, toileting dan makan3. Beri bantuan sampai klien mempunyai
kemapuan untuk merawat diri4. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.5. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuannya6. Pertahankan aktivitas perawatan diri secara
rutin7. Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.8. Berikan reinforcement atas usaha yang
dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari.
7. PK: Hipo / Hiperglikemi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan
Managemen Hipoglikemia:1. Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi
perawat akan menangani dan meminimalkan episode hipo / hiperglikemia
2. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar gula darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab pucat, tachikardi, peka rangsang, gelisah, tidak sadar , bingung, ngantuk.
3. Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk / sejenis jahe setiap 15 menit sampai kadar gula darah > 69 mg/dl
4. Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai protokol
5. K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya.
Managemen Hiperglikemia1. Monitor GDR sesuai indikasi2. Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis
; gula darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria, polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur atau kadar Na,K,Po4 menurun.
3. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi4. Berikan insulin sesuai order5. Pertahankan akses IV6. Berikan IV fluids sesuai kebutuhan7. Konsultasi dengan dokter jika tanda dan
gejala Hiperglikemia menetap atau memburuk8. Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi
hipotensi9. Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl
khususnya adanya keton pada urine10. Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi &
irama, warna kulit, waktu pengisian kapiler, nadi perifer dan kalium
11. Anjurkan banyak minumMonitor status cairan I/O sesuai kebutuhan
8. PK : Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan, perawat akan menangani / mengurangi komplikasi defesiensi imun
1. Pantau tanda dan gejala infeksi primer & sekunder
2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
3. Batasi pengunjung bila perlu.4. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci
tangan saat kontak dan sesudahnya.5. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci
tangan.6. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
7. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
8. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
9. Lakukan perawatan luka dan dresing infus setiap hari.
10. Amati keadaan luka dan sekitarnya dari tanda – tanda meluasnya infeksi
11. Tingkatkan intake nutrisi.dan cairan12. Berikan antibiotik sesuai program. 13. Monitor hitung granulosit dan WBC.14. Ambil kultur jika perlu dan laporkan bila
hasilnya positip.15. Dorong istirahat yang cukup.16. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.17. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan
gejala infeksi