Asuhan Keperawatan Empiema Kelompok 10 Kep.reg. X-A

Post on 01-Jan-2016

24 views 1 download

Transcript of Asuhan Keperawatan Empiema Kelompok 10 Kep.reg. X-A

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT EMPIEMA

Disusun oleh :

Kelompok X

- HAIRI

- HAIRUN NISA- TAKESI ARISANDY

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES PALANGKARAYA

JURUSAN KEPERAWATAN2009

BAB IPENDAHULUAN

A. DEFENISI

a. Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura.

(Diane C. Baughman, 2000).

b. Empiema adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleura.

(Smeltzer, 2001)

c. Empiema adalah keadaan dimana terkumpulnya nanah di dalam rongga pleura

dapat setempat atau mengisi seluruh rongga pleura. (Ngastiyah)

B. Etiologi

Empiema dapat disebabkan oleh infeksi paru yaitu :

Stapilococus

Pnemococus

Streptococcus

Hampir selalu penyebab empiema adalah infeksi paru, kecuali adalah

empiema paska trauma atau selulitis di dekat pleura.

Oleh karena itu infeksi pneumonia terjadi sumbatan bronkioli atau alveoli,

keadaan ini menyebabkan akan mengganggu pengembangan paru atau faal

pernafasan, dengan empiema akan bertambah lagi gangguan pernafasan karena

pendorongan paru atau mediastinum. Infeksi oleh sebab apapun akan mengganggu

penyerapan cairan pleura, dan cairan ini menjadi lebih baik lagi untuk petumbuhan

kuman.

C. Patofisiologi

Oleh karena itu infeksi paru terjadi penyempitan atau tertutupnya bronkioli

dan alveoli. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan pengembangan paru dan

respirasi. Pada empiema akut sekat mediastinum masih dapat bergerak ke kiri dan

ke kanan. Bila ada tekanan positif dari salah satu rongga dada akan menyebabkan

sekat mediastinum ini bergeser ke sisi yang sehat. Bila oleh karena empiema atau

oleh udara baik oleh fitsel atau oleh istrogenik akan menyebabkan gangguan lebih

besar lagi. Radang di pleura akan dirasakan penderita sebagai rasa sakit. Bila

keadaan berlanjut terjadi fibrosis di jaringan paru bawah pleura akan menyebabkan

gangguan faal respirasi.

Perkembangan keadaan empiema dibagi dalam beberapa fase :

1. Fase Eksudat. Pada keadaan ini cairan di pleura biasanya jernih, meskipun

viskositas cairan lebih tinggi daripada cairan transudat. Biasanya fase ini akan

berlangsung dengan cepat, dalam beberapa jam sampai beberapa hari saja.

2. Fase Fibro Purulen. Setelah dilewati fase eksudat akan masuk ke fase fibro

purulen. Pada keadaan ini pus yang didapat adlah kental dan di dalamnya

terdapat fibrin-fibrin yang menyulitkan untuk mengeluarkan pus dengan pungsi

atau dengan WSD . Adanya fibri dapat juga menyeababkam okulasi empiema.

Biasanya fase ini juga berjalan hanya beberapa hari saja.

3. Fase Organisasi. Setelah dilewati fase fibrino purulen, masuk pada fase

organisasi. Pada fase ini tidak berarti empiema sudah baik karena organisasipus

menyebabakan pus akan bersepta-septa lebih sulit. Dengan adanya organisasi

juga menyebabkan penebalan pleura visceralis yang akan menyebabkan

hambatan pengembangan paru.

D. Manifestasi klinis

Pasien mengalami demam, berkeringat malam, nyeri pleura, dispnea,

anoreksia, dan penurunan berat badan. Auskultasi dada memperlihatkan tidak

terdengarnya bunyi napas dan terdapat bunyi datar pada saat perkusi dada, juga

penurunan fremitus (Vibrasi local terdeteksi saat palpasi). Jika pasien telah

mendapat terapi anti mikroba, manifestasi klinis dapat berunah. Diagnosis

ditegakkan dengan hasil rontgen dada dan torasentesis.

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Rontgen dada

2. Torasentesis

3. Sinar X. Mengindentifikasi distribusi struktural, menyatakan abses

luas/infiltrate, empiema (stafilokkokus). Infiltrat menyebar atau

terlokalisasi (bacterial) .

4. GDA/nadi oksimetri. Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas

paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

5. Tes fungsi paru. Dilakukan untuk menentukanpenyebab dispnea, untuk

menetukan apakah fungsi abnormal adlah obstruksi atau retriksi, untuk

memperkirakan derajat disfungsi.

6. Pemeriksaan Gram/kultur sputum dan darah.

Dapat diambil dengan biopsy jarum, aspirasi transtrakeal,

bronkoskopi fibreoptik atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi

organisme penyebab. Lebih dari satu tipe organisme ada : bakteri yang

umum meliputi diplokokus pneumonia, stafilokokus aureus, A-hemolitik

streptokokus, haemophillus influenza : CMV. Catatan : Kultur sputum

dapat tak mengindentifikasi semua organisme yang ada, kultur darah dapat

menunjukkan bakterimia sementara.

7. EKG latihan, tes stress

Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru perencanaan/evaluasi

program latihan.

F. Penatalaksanaan (Medik)

Sasaran penatalaksanaan adalah mengaliran cavitas p;eura hingga

mencapai ekspansi paru yang optimal. Dicapai dengan drainase yang adekuat,

anti biotika (dosis besar) dan atau streptokinase. Drainase cairan pleura atau pus

tergantung pada tahapan penyakit dengan :

a. Aspirasi jarum (Thorasintesis) jika cairan tidak terlalu kental.

b. Drainase tertutup dengan WSD, indikasi bila nanah sangat kental,

pneumothoraks

c. Drinase dada terbuka untuk mengeluarkan pus pleural yang mengental

dan debris serta mesekresi jaringan pulmonmal yang mendasari

penyakit.

d. Dekortikasi, jika inflamsi telah bertahan lama.

G. Perubahan Fibrotik yang tidak dapat sembuh yang menggu ventilasi paru yang

disebabkan terjebaknya paru pada sisi yang terkena.

BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EMPIEMA

A. PENGKAJIAN

Dasar data pengkajian.

o Aktivitas / istirahat.

Gejala ; keletihan, kelemahan, malaise.

Ketidakmampuan melakukan ADL karena sulit bernapas.

Ketidakmampuan untuk tidur.

Dispneu pada saat istirahat.

o Sirkulasi ; pembengkakan pada ekstremitas bawah.

o Integritas ego; peningkatan factor resiko, perubahan pola hidup.

o Makanan/cairan ; mual muntah nafsu makan menurun .

o Higiene ; penurunan kemampuan melakukan ADL.

o Pernafasan ; nafas pendek batuk menetap dengan produksi sputum, riwayat

pneumoni berulang , episode batuk hilang timbul.

o Keamanan. ; riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan.

o Seksualitas. ; penurunan libido.

o Interaksi social ; hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, penyakit

lama.

Prioritas Keperawatan.

1. Mempertahankan patensi jalan nafas

2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.

3. Meningkatkan masukan nutrisi

4. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi

5. Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan program

pengobatan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI, RASIONAL DAN

IMPLEMENTASI

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronchus spsame,

peningkatan produksi secret, kelemahan

Kriteria hasal :

1. Pertahankan jalan nafasa paten dengan bunyi nafas bersih

2. Menunjukkan perilaku batuk efektif dan mengeluarkan secret

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi nafas, kaji dan pantau suara

pernafasan

Rasional :

Untuk mengetahui adanya obstruksi jalan nafas, tachipneu merupakan derajat yan

ditemukan adanya proses infeksi akut.

b. Catat adanya atau derajat dispneu, gelisah ,ansietas dan distress pernafasan

Rasional :

Disfungsi pernafasan merupakan tahap proses kronis yang yang dapat menimbulkan

infeksi atau reaksi alergi.

c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman , misalnya peninggian kepala tempat

tidur.

Rasional :

Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan

menggunakan gravitasi.

d. Bantu latihan nafas abdomen atau bibir.

Rasional :

Memberikan pasien berbagao cara untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan

menurunkan jebakan udara.

e. Observasi karakteristik batuk

Rasional :

Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif khususnya bila pasien lansia, sakit akut,

atau kelemahan.

f. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml per hari sesuai toleransi jantung.

Rasional :

Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret , mempermudah pengeluaran

g. Memberikan obata sesaui indikasi

Rasional :

Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan

nafas, mengi, dan produksi mukosa.

2. Diagnosa keperawatan : Pertukaran gas, kerusakan berhubungan dengan

gangguan suplai oksigen , kerusakan alveoli .

Kriteria hasil :

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat,berpartisipasi

dalam program pengobatan.

Intervensi :

a. Kaji frekwensi,kedalaman pernapasan

Rasional :

Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya penyakit

b. Tinggikan kepala tempat tidur

Rasional ;

Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi tinggi dan latihan napas untuk

menurunkan kolap jalan napas.

c. Auskultasi bunyi nafas catat area penurunan aliran udara ,bunyi tambahan

Rasional :

Bunyi nafas redup karena penurunan aliran udara ,mengi ; indikasi spasme

bronchus / tertahannya sekret, Krekels basah menyebar menujukkan cairan pada

dekompensasi jantung.

d. Palpasi primitus.

Rasional :

Penurunan getarn fibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau udara terjebak

e. Awasi tanda vital dan irama jantung.

Rasional.

Tachikardia ,disritmia, perubahan tekanan darah dapat menujukkan efek hipoksemia

sistemik pada fungsi jantung.

3. Diagnosa keperawatan : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan dispneu, kelemahan, anoreksia, mual muntah.

Kriteria hasil :

Menunjukkan peningkatan berat badan mempertahankan berat badan

Intervensi :

a. Kaji kebiasaan diit ,catat derajat kesulitan makan

Rasional :

Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispneu, produksi sputum.

b. Auskultasi bunyi usus .

Rasional :

Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan motilitas gaster dan kostipasi

yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk,

penurunan aktivitas dan hipoksemia.

c. Hindari makan yang mengandung gas.dan minuman karbonat

Rasional :

Dapat menghasilakan distensi abdomen yang menganggu nafas abdomen dan gerakan

diagframa yang dapat meningkatan dispnea.

d. Hindari makan yang sangat panas dan dingin

Rasional :

Suhu ekstrim dapat mencetuskan / meningkatkan spasme batuk

e. Timbang berat badan sesuai indikasi

Rasional :

Berguna untuk menetukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan dan

evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

f. Kolaborasi dengan ahli gizi / nutrisi.

Rasional :

Metode makan dan kebutuhan dengan upaya kalori didasarkan pada kebutuhan

individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal pasien

/penggunaan energy.

4. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi

Kriteria hasil :

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi

Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan

yang aman.

Intervensi :

a. Awasi suhu

Rasional :

Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.

b. Observasi warna ,bau sputum.

Rasional :

Sekret berbau, kuning atau kehijauan menujukkan adanya infeksi paru.

c. Dorong kesimbangan antara aktivitas dan istirahat.

Rasional :

Menurunkan konsumsi / kebutuhan kesimbangan oksigen dan memperbaiki

pertahan pasien terhadapa infeksi, peningkatan penyembuhan .

d. Diskusi masukan nutrisi adekuat.

Rasional :

Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan

terhadap infeksi.

e. Kolaborasi pemeriksaan sputum.

Rasional :

Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan

terhadap anti microbial.

5. Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

informasi tentang penyakitnya.

Kriteria hasil :

Nyatakan atau pemahaman kondisi atau proses penyakit.

Intervensi :

a. Jelaskan proses penyakit individu.

Rasional :

Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan

b. Berikan latihan atau batuk efektif

Rasional :

Pernafasan bibir dan nafas abdomen / diagframatik menguatkan otot pernafasan,

membantu meminimalkan kolaps jalan nafas.

c. Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan untuk menghentikan rokok.

Rasional :

Penghentian merokok dapat menghambat kemajuan PPOM

d. Diskusi pentingnya mengikuti perawatan medik ( Foto Thoraks dan kultur

sputum)

Rasional :

Pengawasan proses penyakit untuk membuata program therapy .

e. Kaji kebutuhan / dosis oksigen untuk pasien

Rasional :

Menurunkan resiko kesalahan penggunaan oksigen dan komplikasi lanjut.

EVALUASI KEPERAWATAN

1. Pasien dapat menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas.

2. Pasien menunjukkan jalan nafas paten, bunyi nafas bersih.

3. Pasien dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif dan nafas dalam.

4. Pasien menunjukkan pola pernafasan efektif.

5. Pasien menunjukkan ekspansi dada simetris.

6. Pasien menunjukkan paerasaan rileks dan peningkatan aktivitas (secara fisik dan

psikologis).

7. Pasien terpenuhi status nutrisinya atau mencapai kebutuhan metabolik.

DAFTAR PUSTAKA

Diana C. Baughman. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Lewis, Sharon, M, Heitkemper, Margaret, M, and Dreksen, Shannon. 2000. Medical

Surgical Nursing; Asessment and Management of Clinical Problem. St. Louis : Cv.

Mosby.

Marilyn E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Smeltzer, S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta : EGC.