Post on 02-Mar-2019
912
Aspek-aspek penting budidaya jelutung rawa dengan sistem
agroforestri di lahan gambut dalam (ketebalan gambut 200-300 cm)
meliputi penyiapan lahan, penanaman, pengelolaan kesuburan tanah,
pengelolaan air dan pola tanam.Pertama, penyiapan lahan. Penyiapan lahan merupakan aspek
paling penting dalam budidaya tanaman sistem agroforestri di lahan
gambut tebal. Penyiapan lahan dilakukan dengan membagi lahan
dalam petakan-petakan dengan parit sebagai pembatas antar petakan
(teknik petak berparit). Pembuatan parit berfungsi ganda yaitu sebagai
pengelolaan tata air dan sebagai sekat bakar, terutama untuk api
bawah tanah. Adanya parit dapat mempertahankan muka air tanah
(lengas tanah) antara 60 – 100 cm dari permukaan tanah sehingga
memberi peluang akar tanaman dapat tumbuh dengan baik (drainase
dan aerasi tanah berlangsung dengan baik). Ukuran parit yang
digunakan untuk luas lahan 1 ha adalah 50 – 100 cm untuk lebar dan
kedalaman parit. Nenas ditanam di sekeliling parit drainase, yang
berfungsi untuk memadatkan tanah di sekitar parit agar tidak mudah
longsor, sebagai sekat bakar hijau terutama untuk api permukaan dan
membantu mencegah masuknya gulma ke lahan budidaya. Menurut
Noor (2001) salah satu kendala dalam budidaya pohon di lahan
gambut adalah rendahnya kerapatan lindak (bulk density) dan kecilnya
daya dukung tanah sehingga tanaman menjadi mudah rebah dengan
semakin meningkatnya bobot tanaman di atas tanah. Peningkatan
daya dukung tanah memerlukan pemadatan, khususnya pada
mintakat perakaran atau jalur tanaman. Teknik pemadatan yang
dilakukan oleh petani lokal secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu menggunakan vegetasi dan pemadatan yang
dilakukan di dalam lubang tanam. Vegetasi yang biasa digunakan
untuk kegiatan pemadatan tanah adalah nenas dan ubi kayu.
Kearifan petani dalam memanfaatkan limbah hasil panen dan
gulma sebagai bahan organik bersifat spesifik untuk tiap-tiap individu
petani. Secara umum hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi
empat, yaitu: (a) memberikannya langsung ke tanah, baik itu sebagai
mulsa pada permukaan tanah maupun dipendam dalam tanah; (b)
membakar bahan organik (mengakibatkan mineralisasi). Abu hasil
pembakaran tersebut berfungsi sebagai bahan amelioran yang cepat
dan murah; (c) mengomposkan bahan organik tersebut dengan teknik
“puntal sebar” dan (d) menjadikannya sebagai pakan ternak,
selanjutnya kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk kandang. Ketiga, pengelolaan air. Kegiatan ini dilakukan oleh petani lokal
meliputi pembuatan saluran keliling dan sistem tabat. Sistem tabat
dilakukan petani lokal untuk mempertahankan muka air selama musim
tanam (lacak) pada sekitar bulan Maret – April. Tabat dibuka pada akhir
musim kemarau atau menjelang musim hujan untuk mengeluarkan
unsur pemcemar (Al, Fe, H2S). Keempat, pola tanam. Sistem agroforestri berbasis jenis
jelutung rawa yang telah dikembangkan oleh petani lokal dapat
dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Pola tanam
yang telah dikembangkan oleh petani lokal tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yakni: (a) agrosilvofishery, (b) mixed
cropping, dan (c) alleycropping. Ketiga pola tanam tersebut seperti
dijelaskan pada Tabel 1 dan Gambar 4.
1110
Pola
Agro
fore
stri
Desk
ripsi
Sin
gka
t(S
usu
nan K
om
ponen)
Kom
ponen U
tam
a
Alle
y cr
oppin
gdengan t
ekn
ikgunduka
n(t
ongko
ngan).
Alle
y cr
oppin
gdengan
tekn
ik s
urj
an.
Agro
silv
ofish
ery
dengan
tekn
ik s
urj
an.
Lahan d
ibagi m
enja
di ta
buka
n y
ang b
erf
ungsi
sebagai ko
lam
ika
n p
elih
ara
an m
aupun b
eje
(kola
m p
era
ngka
p ika
n)
dan b
agia
ngulu
dan y
ang d
itanam
i ta
nam
an k
era
s(j
elu
tung, durian, gaharu
, ka
ret
dan m
angga k
ueni)
sert
a t
anam
an b
uah-b
uahan (
sala
k pondoh).
Pohon:
kare
t, jelu
tung,
gaharu
, m
angga k
ueni,
dan d
urian.
Tanam
an b
uah-b
uahan:
sala
k pondoh,
Kola
m ika
n d
an b
eje
.
Pohon:
kare
t, jelu
tung.
Tanam
an s
em
usi
m:
padi lo
kal (t
ahun).
Tanam
an p
adi ditanam
pada loro
ng y
ang
terb
entu
k dari b
aris
tanam
an p
ohon
yang d
itanam
dengan t
ekn
ikgunduka
n (
tongko
ngan).
Lahan d
ibagi m
enja
di ta
buka
n y
ang d
itanam
ipadi lo
kal (p
adi ta
hun)
dan b
agia
n g
ulu
dan
yang d
itanam
i ta
nam
an k
era
s(k
are
t dan a
tau jelu
tung).
Pohon:
kare
t, jelu
tung.
Tanam
an s
em
usi
m:
padi lo
kal/ta
hun.
Tabel 1 P
ola
agro
fore
stri y
ang d
ikem
bangka
n o
leh p
eta
ni di la
han g
am
but
dangka
l
Gambar 4. Alley cropping dengan teknik gundukan (kiri), Alley
cropping dengan teknik surjan (tengah) dan
Agrosilvofishery dengan teknik surjan (kanan).