Post on 24-Dec-2015
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.R DENGAN GANGGUAN
PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG WISMA GATOTKACA RSJ Prof. Dr SOEROYO MAGELANG
Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Desty Dwi Ariyanti (P17420213048)
2. Kevin Alif .P. (P17420213058)
3. Retno Susilowati (P17420213059)
Kelas II B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2014
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.R DENGAN
GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG WISMA GATOTKACA RSJ Prof. Dr SOEROYO MAGELANG
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan oleh:
Nama : Kelompok 8 Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi
Keperawatan Purwokerto
Tanggal : 29 September 2014
Waktu : 08.00 WIB
Ruang : Wisma Gatot Kaca RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Pendidikan : D-I Teknik Komputer
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Gg. Madukoro RT 02/01 Pekuncen, Sempor
Kebumen
No RM : 14862
Tgl Masuk : 24 September 2014
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. J
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat : Gg. Madukoro RT 02/01 Pekuncen, Sempor
Kebumen
Hubungan dengan Pasien : Kakak Kandung
B. ALASAN MASUK
Pasien dibawa oleh keluarganya ke RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang 24
September 2014 pada tanggal 10.00 wib. Keluarga mengatakan sejak 4 hari
sebelum masuk RSJ klien sering marah – marah, mudah tersinggung, sulit
tidur, mengamuk, merusak alat –alat yang ada di sekitarnya , ketawa sendiri,
malas bekerja.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Pasien datang ke RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang Pada tanggal 24 September
2014 dan merupakan sakit yang ke-2. Yang pertama pasien dirawat pada bulan
Januari 2014. Pengobatan yang pertama tidak berhasil karena pasien tidak mau
minum obat dan tidak pernah kontrol sejak pulang dari perawatan pertama pada
bulan Januari 2014. Tidak ada riwayat trauma fisik, aniaya seksual, kekerasan
dalam keluarga, maupun tindakan kriminal. Pasien tidak ada riwayat cidera
kepala berat. Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita gangguan jiwa.
D. FAKTOR PRESIPITASI
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mau minum obat dan tidak pernah
kontrol sejak pulang dari perawatan pertama pada bulan Januari 2014 dan
pasien tinggal sendiri.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,50 C
2. Tinggi Badan dan Berat Badan
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 56 kg
3. Pengkajian Fisik
Tidak ada keluhan fisik
a. Kepala : mesochepal
b. Mata : simetris, penglihatan jelas
c. Telinga : simetris, serumen dalam batas normal
d. Hidung : simetris, tidak ada polip
e. Mulut : bibir kering, rahangnya simetris
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
g. Abdomen : tidak ada nyeri tekan
h. Ekstremitas :
Atas : simetris, tidak terpasang infus, tidak ada edema
Bawah : simetris, tidak terpasang infus, tidak ada edema
F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Kesimpulan:
Pasien merupakan anak ke-4 dari empat bersaudara. Orang tua pasien
sudah meninggal sejak pasien berusia 4 bulan, kemudian pasien dirawat
oleh pakdenya sampai dewasa. Saudara pasien sudah berkeluarga semua
dan tinggal di rumah masing-masing. Sedangkan pasien belum menikah
dan hidup sendiri di rumahnya.
: Laki – laki meninggal
: Laki - laki
: Perempuan
: Tinggal satu rumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
: Perempuan meninggal
: Pasien
Setelah sakit dan pulang dari perawatan pada bulan Januari 2014 pasien
kurang komunikasi dengan keluarganya ataupun tetangganya dan
pengambilan keputusan dilakukan secara mandiri oleh pasien.
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Pasien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya terutama pada
matanya.
b. Identitas
Pasien adalah seorang laki-laki berumur 34 tahun, anak ke-4 dari
empat bersaudara, pasien belum menikah sehingga merasa malu
dengan tetangga dan saudaranya. Pasien bekerja sebagai teknisi
komputer dan tinggal sendirian di rumah.
c. Peran
Pasien berperan sebagai seorang adik. Namun pasien tidak merasa
puas dengan perannya karena pasien masih menyusahkan saudara-
saudaranya.
d. Ideal Diri
Pasien ingin cepat pulang dan segera bekerja kembali.
e. Harga Diri
Pasien merasa malu karena di usianya yang sudah 34 tahun belum
menikah dan masih menyusahkan saudaranya.
3. Hubungan Sosial
a. Orang Terdekat
Pasien mengatakan kakak perempuannya adalah orang yang paling
dekat dengannya.
b. Peran Serta dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat
Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien aktif mengikuti kegiatan
di Masjid desanya, namun setelah sakit pasien tidak mengikuti
kegiatan di Masjid.
c. Hambatan dalam Hubungan dengan Orang Lain
Pasien merasa malu sejak sakit karena takut menjadi pembicaraan
tetangga.
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Keluarga pasien mengatakan gangguan yang dialami oleh pasien
bukan merupakan kiriman atau guna-guna dari orang lain. Ketika
kambuh keluarga pasien tidak membawa pasien ke dukun melainkan
membawa pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.
Pasien mengatakan ibadah itu penting untuk bekal di akhirat.
b. Kegiatan Ibadah
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien rajin shalat 5
waktu pasien pergi ke masjid untuk shalat berjamaah.
Selama dirawat di rumah sakit pasien tidak menjalankan shalat 5
waktu.
G. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan pasien rapi. Penggunaan baju tidak terbalik, pasien ganti
baju 1x sehari setiap pagi. Pasien mandi 2x sehari pagi dan sore. Rambut
pasien pendek dan bersih.
2. Pembicaraan
Pembicaraan pasien lambat dan komunikasi dengan pasien lain kurang.
Sebelum dibawa ke rumah sakit, saat pasien marah mata pasien merah,
melotot, dan tangan mengepal.
3. Aktivitas Motorik
Pasien tampak lesu dan sering melamun.
4. Alam Perasaan
Pasien tampak sedih dan putus asa karena belum menikah.
5. Afek
Pasien mempunyai afek datar (tidak ada perubahan ekspresi wajah pada
saaat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan).
6. Interaksi Selama Wawancara
Selama interaksi pasien kooperatif, kontak mata kurang, selalu menjawab
jika ditanya.
7. Persepsi
Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
8. Proses Pikir
Sirkumtansial: pembicaraan berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan.
9. Isi Pikir
Pasien tidak mengalami phobia, hipokondria, dan tidak mengalami
waham.
10. Tingkat Kesadaran
Pasien dapat menyebutkan waktu (hari dan tanggal), dapat menyebutkan
nama orang terdekat pasien, dan dapat, menyebutkan tempat dimana ia
sekarang berada.
11. Memori
Jangka panjang : pasien dapat mengingat dimana ia menempuh
pendidikan terakhir
Jangka pendek : pasien dapat mengingat kejadian yang terjadi 1
minggu yang lalu
Saat ini : pasien dapat mengingat kejadian yang baru saja
terjadi.
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Perhatian pasien mudah dialihkan dari satu topik ke topik yang lain.
Pasien mampu konsentrasi dengan baik, tidak meminta pengulangan
pertanyaan, dan mampu berhitung sederhana.
13. Kemampuan Penilaian
Pasien mampu mengambil keputusan ringan seperti memilih makan dulu
ketika lapar daripada tidur terlebih dahulu.
14. Daya Tilik Diri
Pasien mengingkari penyakit yang diderita.
H. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan dan Minum
Pasien makan 3x sehari dan menghabiskan porsi makanan. Pasien
mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun. Pasien dapat setelah
makan pasien meletakan alat makan sesuai pada tempatnya.
2. BAB dan BAK
Pasien BAB dan BAK pada tempatnya. Setelah BAB atau BAK pasien
dapat membersihkan diri dan merapikan pakaian secara mandiri
3. Mandi
Pasien mengatakan mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun,
memotong kuku dan mencukur rambut dengan bantuan perawat. Pasien
terlihat cukup bersih dan tidak terlalu bau badan.
4. Berpakaian
Pasien dapat mengambil dan menggunakan pakaian secara mandiri.
Penampilan pasien rapi, penggunaan baju tidak terbalik. Pasien ganti baju
1x sehari pada pagi hari.
5. Istirahat dan Tidur
Pasien dapat tidur siang ± 3 jam lamanya, dan tidur malam mulai jam
20.00 wib sampai pukul 05.00 wib.
6. Penggunaan Obat
Pasien minum obat oral 3x sehari yaitu pukul 06.00 wib, 14.00 wib dan
pukul 22.00 wib.
Jenis obat yang diminum :
− Haloperidol 5 mg
− Trihexyphenidyl 2 mg
− Alprazolam 1 mg
− Obat injeksi per IM: Lodomer 5 mg kalau perlu.
Pemberian obat diawasi perawat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien membutuhkan bantuan orang lain dan sistem pendukung yang
dimiliki pasien yaitu keluarga untuk mengawasi minum obat.
8. Aktivitas dalam Rumah
Pasien mampu mempersiapkan makanan, menjaga kebersihan rumah,
mencuci pakaian sendiri dan bekerja sebagai seorang teknisi komputer.
9. Aktivitas di Luar Ruangan
Pasien dapat bepergian dengan berjalan kaki ataupun kendaraan pribadi.
I. MEKANISME KOPING
Pasien mengungkapkan emosinya dengan pasif (lebih banyak diam), tidak
mau mengungkapkan masalah kepada orang lain dan apabila sudah sangat
emosi reaksi pasien berlebihan seperti memukul dan membanting barang-
barang.
J. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Menurut keluarga semenjak klien marah-marah dan mengamuk, lingkungan
tidak mau menerima klien dan hal ini membuat klien menjadi lebih menarik
diri.
K. PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, apa
yang harus ia lakukan untuk menghilangkan gangguannya, dan tidak
mengetahui bagaimana pengobatan yang harus dilakukan agar tidak sakit
kembali.
L. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : F 20.3 (Skizofrenia Undefrentiated)
Terapi Medik :
− Haloperidol 5 mg 3x1
− Trihexyphenidyl 2 mg 3x1
− Alprazolam 1 mg 3x1
− Injeksi Lodomer 5 mg
II. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS MASALAH TTD
1. D DS : Keluarga mengatakan sejak 4
hari sebelum masuk RS klien
marah - marah, mengamuk,
merusak alat – alat yang ada di
sekitarnya.
DO : Sebelum dibawa ke rumah sakit,
saat pasien marah mata pasien merah,
Resiko Perilaku
Kekerasan
Kevin,
Desty,
Retno
melotot, dan tangan mengepal. Pasien
merusak dan mengamuk.
2. D DS : Pasien mengatakan malu karena
belum menikah atau
berkeluarga.
DO : - Kontak mata kurang.
- Pasien kurang komunikasi
dengan pasien lain.
- Pasien mempunyai afek datar
- Pasien tampak sedih dan putus
asa karena belum menikah
Gangguan konsep
diri : harga diri
rendah
Kevin,
Desty,
Retno
III. POHON MASALAH
Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
Resiko Perilaku Kekerasan
Koping Individu Tidak Efektif
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
V. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal/Jam DX Tujuan Intervensi
29
September
2014
I Setelah dilakukan tindakan
keperawatandi harapkan
pasien dapat mengontrol
perilaku kekerasan dengan
kriteria hasil :
1. Membina hubungan
saling percaya
2. Pasien dapat
menyebutkan
penyebab PK
3. Pasien dapat
Menyebutkan tanda
gejala PK
4. Pasien dapat
mengidentifikasi PK
yang dilakukan
5. Pasien dapat
mengidentifikasi akibat
PK
6. Pasien menyebutkan cara
mengontrol PK
SP PASIEN
SP I p
1. bina hubungan
saling percaya
2. identifikasi
penyebab marah
3. identifikasi tanda
dan gejala PK
4. Identifikasi PK
yang dilakukan
5. Identifikasi akibat
PK
6. Identifikasi cara
kontrol PK
7. Latih cara kontrol
PK dengan Fisik I
( nafas dalam )
8. Bimbing pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
7. Pasien mampu
mempraktekkan latihan
cara mengontrol PK
dengan nafas dalam,
pukul bantal atau kasur,
secara verbal, secara
spiritual dan penggunaan
obat dengan benar
SP II p
1. Evaluasi
kemampuan
pasien mengontrol
PK dengan cara
fisik I
2. Latih pasien
konrol PK dengan
cara fisik II
3. Bimbing pasien
emasukkan jadwal
kegiatan harian
SP KELUARGA
SP I k
1. Diskusikan
masalah yang
dirasakan
keluarga dalam
merawat pasien
2. Jelaskan
pengertian, tanda
dan gejala
perilaku
kekerasan yang
dialami pasien
beserta proses
terjadinya
3. Jelaskan cara-cara
merawat pasien
dengan gangguan
perilaku
kekerasan
SP II k
1. Latih keluarga
mempraktekkan
cara merawat
pasien dengan
harga diri rendah
29
September
2014
2. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan klien
memiliki konsep diri yang
positif dengan Kriteria Hasil :
1. Klien dapat
mengidentfikasi
kemampuan dan aspek
positif yang di miliki
SP PASIEN
SP I p
1. Idenfikasi
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki pasien
2. Bantu pasien
menilai
kemampuan
pasien yang masih
dapat digunakan
3. Bantu pasien
memilih kegiatan
yang akan dilatih
sesuai dengan
kemampuan
pasien
4. Latih pasien
kegiatan yang
dipilih sesuai
kemampuan
5. Bimbing pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II p
1. Validasi masalah
dan latihan
sebelumnya.
2. Latih kegiatan
kedua (atau
selanjutnya) yang
dipilih sesuai
kemampuan
3. Bimbing pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian.
SP KELUARGA
SP I k
4. Diskusikan
masalah yang
dirasakan
keluarga dalam
merawat pasien
5. Jelaskan
pengertian, tanda
dan gejala harga
diri rendah yang
dialami pasien
beserta proses
terjadinya
6. Jelaskan cara-cara
merawat pasien
harga diri rendah
SP II k
2. Latih keluarga
mempraktekkan
cara merawat
pasien dengan
harga diri rendah
3. Latih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien
harga diri rendah
SP III k
1. Bantu keluarga
membuat jadual
aktivitas di rumah
termasuk minum
obat (discharge
planning)
2. Jelaskan follow up
pasien setelah
pulang
VI. CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl/jam Diagnosa
Keperawat
an
SP Implementasi Evaluasi Paraf
29
Septem
ber
2014
08.0
0 wib
Perilaku
Kekerasan
I P
S SP I Pasien
1. Membina
hubungan
saling
percaya
2. mendiskusik
an bersama
klien
penyebab
marah, tanda
dan gejala
PK, PK yang
dilakukan
saat marah,
akibat PK,
cara kontrol
PK
3. mengajarkan
cara kontrol
PK dengan
Fisik I ( tarik
nafas dalam )
4. membimbing
S:
klien
mengatakan
namanya Rusli
suka dipanggil
Rusli.
O: klien bicara
lancar, tampak
gelisah dan tidak
terfokus
A: Dapat terbina
hubungan saling
percaya
P: lanjutkan
intervensi 2
Retno,
Desty
Gangguan
konsep
diri: Harga
diri
I P
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan
harian
SP I Pasien
1. Mengidenfikas
i kemampuan
dan aspek
positif yang
dimiliki pasien
2. Membantu
pasien menilai
kemampuan
pasien yang
masih dapat
digunakan
3. Membantu
pasien
memilih
kegiatan yang
akan dilatih
sesuai dengan
kemampuan
pasien
S : Pasien
mengatakan
kemampuan
yang dimiliki
adalah
memperbaiki
komputer,
kegiatan
yang bisa
dilakukan di
rumah sakit
yaitu
merapikan
tempat tidur
O : Pasien
mampu
merapikan
tempat tidur.
A : Pasien dapat
30
Septem
ber
2014
15.30
wib
Perilaku
Kekerasan
II P
4. Melatih pasien
kegiatan yang
dipilih sesuai
kemampuan
5. Membimbing
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan
harian.
SP II Pasien
1. Memvalidasi
masalah.
2. Melatih cara
kontrol PK
dengan Fisik
II ( pukul
bantal )
3. Membimbing
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan
harian
4. Melatih cara
mendemonstr
asikan
dengan baik
bagaimana
cara
merapikan
tempat tidur.
SP I pasien
tercapai.
P : Optimalkan
SP Lanjutkan
SP I
S : klien
mengatakan
pernah memukul
Pak.de nya
ketika meminta
di timang –
timang seperti
bayi. Klien
merasa bersalah
dan meminta
diajari cara
mengontrol
marah,
O : klien
kooperatif,
Desty,
Kevin
Gangguan
konsep
diri: Harga
diri
II P
control PK
dengan cara
fisik II (pukul
bantal)
5. Mengikut
sertakan klien
dalam jadwal
kegiatan
sehari-hari.
SP II Pasien
1. Memvalidasi
masalah dan
latihan
sebelumnya.
2. Melatih
kegiatan kedua
(atau
selanjutnya)
yang dipilih
sesuai
tatapan mata
tajam,
tampak
tegang, klien
dapat
memahami
perilaku
kekerasan
A : PK dapat
terpahami
oleh
klien
P: lanjutkan
intervensi 3
S : pasien
mengatakan
sudah bisa
merapikan
tempat tidur
dengan baik,
dan memilih
belajar
merapikan
tempat makan.
O : Pasien dapat
merapikan
1
Septem
ber
2014
16.0
0 wb
Perilaku
Kekerasan
I K
kemampuan
3. Membimbing
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan
harian.
SP I Keluarga
1. Mendiskusika
n masalah
yang dirasakan
keluarga
dalam
merawat
pasien
2. Menjelaskan
pengertian,
tempat
makan
dengan baik.
A : Pasien dapat
mendemonstr
asikan cara
merapikan
tempat
makan
dengan baik.
SP II tercapai
P : Optimalkan
SP II
S : Keluarga
pasien
mengatakan
sudah tahu
tentang apa yang
dialami pasien
dan sudah tahu
tentang cara
merawat pasien
di rumah.
O : Keluarga
pasien dapat
Kevin
,Retno
,Desty
Gangguan
konsep
diri: Harga
diri
I K
tanda dan
Perilaku
kekerasan
yang dialami
pasien beserta
proses
terjadinya
3. Menjelaskan
cara-cara
merawat
pasien dengan
gangguan
perilaku
kekerasan
SP I Keluarga
1. Mendiskusika
n masalah
yang dirasakan
keluarga
dalam
merawat
menjelaskan
kembali apa
yang
dijelaskan
perawat.
A : SP I
keluarga
tercapai
P : Optimalkan
SP I
keluarga.
Lanjutkan SP
II keluarga
S : Keluarga
pasien
mengatakan
sudah tahu
tentang apa yang
dialami pasien
dan sudah tahu
tentang cara
merawat pasien
di rumah.
pasien
2. Menjelaskan
pengertian,
tanda dan
gejala harga
diri rendah
yang dialami
pasien beserta
proses
terjadinya
3. Menjelaskan
cara-cara
merawat
pasien harga
diri rendah
O : Keluarga
pasien dapat
menjelaskan
kembali apa
yang
dijelaskan
perawat.
A : SP I
keluarga
tercapai
P : Optimalkan
SP I
keluarga.
Lanjutkan SP
II keluarga