Post on 24-Oct-2015
description
ANALISIS INSTRUMEN DAN
ANALISIS BUTIR INSTRUMEN
Budiyono2012
Analisis Instrumen Validitas
a. validitas isib. validitas berdasar kriteria c. validitas konstruks
Reliabilitas a. KR-20 (tes pilihan ganda)b. Cronbach Alpa (angket, tes uraian, tes pilihan ganda)
Analisis Butir Instrumen
Tes a. tingkat kesukaran b. daya pembedac. berfungsinya pengecoh
Angket a. konsistensi internal (daya beda angket)
Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi banyaknya peserta yang menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh peserta tes
NBP
• Makin besar nilai P, butir soal semakin mudah• Makin kecil nilai P, butir soal semakin sukar• Rentangan nilai P adalah:
0.1P0.0
Tingkat Kesukaran Butir Soal
Sebuah butir mempunyai tingkat kesukaran baik, dalam arti dapat memberikan distribusi yang menyebar, jika tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah
Tidak ada uji signifikansi untuk tingkat kesulitan
Pada instrumen untuk variabel terikat dituntut mempunyai tingkat kesukaran yang memadai dalam rangka untuk membuat variansi yang besar pada variabel terikat
Tingkat Kesukaran Butir Soal
• Untuk memperoleh skor yang menyebar, nilai P harus makin mendekati 0,5
• Biasanya kriterianya adalah sebagai berikut:
7.0P3.0
Contoh Mencari P
• Butir 1: P = 1.0
• Butir 2: P = 0.0
• Butir 3: P = 0.5
• Butir 4: P = 0.5
• Butir 5: P = 0.5
• Butir 6: P = 0.625
NBP
Daya Beda Butir Soal
Suatu butir soal mempunyai daya pembeda baik jika kelompok siswa pandai menjawab benar butir soal lebih banyak daripada kelompok siswa tidak pandai
Daya beda suatu butir soal dapat dipakai untuk membedakan siswa yang pandai dan tidak pandai
Sebagai tolok ukur pandai atau tidak pandai adalah skor total dari sekumpulan butir yang dianalisis
Daya Beda Butir Soal
Tidak ada uji signifikansi untuk daya pembeda
Rentangan daya beda adalah -1.0 ≤ D ≤ 1.0
Butir soal mempunyai daya pembeda baik jika D ≥ 0.30.
Ada beberapa cara untuk mengukur daya pembeda
Daya Beda Butir Soal
Cara Pertama:bNbB
aNaBD
Cara Kedua:
Cara Ketiga:xp1xp
Y
Y1YpbisrD
dengan
2
nY
n
2YY
Daya Beda Butir Soal
)z(fxp
Y
Y1YbisrD
Cara keempat: dengan korelasi biserial (biserial correlation)
2
2z
21 e)z(f
z dihitung dari px, dengan px merupakan luas daerah pada kurva normal, dihitung dari kanan
Asumsi: X dan Y mempunyai distribusi normal bivariat. The distribution of Y among examinees who have the same (fixed) value of X is a normal distribution.
Daya Beda Butir Soal
Cara kedua dan ketiga disebut korelasi biserial titik (point biserial correlation). Rumus ketiga adalah turunan dari rumus kedua.
Pada ITEMAN, untuk mencari daya beda, digunakan korelasi biserial titik dan korelasi biserial
CATATAN
Contoh Mencari Daya Beda dengan Rumus Pertama
Butir 1: D = 0.0 Butir 2: D = 0.0 Butir 3: D = 1.0 Butir 4: D = -1.0 Butir 5: D = 0.5 Butir 6: D = 0.75 Butir 7: D = 0.0
Dalam hal ini: Aa, Bb, Cc, dan Dd merupakan kelompok atas dan Ee, Ff, Gg, dan Hh merupakan kelompok bawah
bNbB
aNaBD
Contoh Mencari Daya Beda dengan Rumus Kedua untuk Butir Ketiga
Contoh Mencari Daya Beda dengan Rumus Ketiga untuk Butir Ketiga
903079816251
50150
798137557 .D
.
...
..
Contoh Mencari Daya Beda dengan Rumus Keempat untuk Butir Ketiga
13.1D3989.05.0
798.1375.57
px = 0.5; z = 0; f(z) = 0.3989
)z(fxp
Y
Y1YbisrD
Berfungsinya pengecoh butir soal Pengecoh disebut berfungsi jika: (1) dipilih oleh sebagian siswa, (2) siswa kelompok pandai memilih
lebih sedikit daripada siswa kelompok tidak pandai
Suatu butir soal mempunyai pengecoh yang baik jika banyaknya siswa yang memilih pengecoh tersebut sekurang-kurangnya 2,5% (atau 5%) dan siswa kelompok pandai memilih lebih sedikit daripada siswa kelompok tidak pandai
Berfungsinya pengecoh butir soal
Ada yang mengatakan bahwa pada suatu butir soal, pengecoh harus dipilih secara merata oleh peserta tes
Indeks Pengecoh (IP) dirumuskan sebagai berikut:
%100)1/()(xIP
nBNP
dengan:
P = banyaknya peserta tes yang memilih pengecoh tertentu
N = banyaknya seluruh peserta tes
B = banyaknya peserta tes yang menjawab benar butir soal yang bersangkutan
n = banyaknya alternatif jawaban
Konsistensi Internal Butir Angket
Dalam suatu angket, semua butir harus koheren, mempunyai arah yang sama, tidak ada butir-butir yang berlawanan arah
Ini berarti, semua butir dalam suatu angket harus saling konsisten satu sama lain
Hal yang demikian ini menunjukkan bahwa semua butir mempunyai dimensi yang sama
Yang dianggap sebagai arah adalah skor total dari sejumlah butir yang dianalisis
Diperlukan indeks konsistensi internal (yang oleh sementara orang disebut validitas butir, tetapi ini bukan validitas angket)
Konsistensi Internal Butir Angket
Ukuran konsistensi internal suatu butir angket adalah korelasi rXY antara skor butir angket dengan skor total
Tidak ada uji signifikansi untuk ukuran konsistensi internal
Pada umumnya, suatu butir angket disebut mempunyai konsistensi internal yang baik jika rXY ≥ 0.30
Pada tes, konsistensi internal suatu butir soal berfungsi sebagai daya pembeda
Contoh Mencari Konsistensi Internal Butir 1
Ini berarti, butir 1 dapat dipakai
Contoh Mencari Konsistensi Internal Butir 2
Ini berarti, butir 2 tidak dapat dipakai
Validitas Instrumen
Instrumen disebut valid apabila mengukur apa yang seharusnya diukur
Ada tiga jenis validitas: validitas isi, validitas berdasar kriteria, dan validitas konstruks
Untuk mahasiswa S1/S2 diperkenankan hanya melihat instrumen dari validitas isi
Validitas Instrumen
Untuk melihat validitas isi suatu instrumen, diperlukan seorang atau lebih validator
Tugas pokok validator adalah melakukan penilaian konten (content analysis) terhadap instrumen, antara lain:
(1) mencocokkan kisi-kisi dengan definisi konseptual/operasional variabel dan
(2) melakukan penelaahan terhadap butir-butir instrumen
Contoh pertanyaan kepada validator mengenai kesesuaian kisi-kisi dengan definisi variabel
Apakah variabel telah didefinisikan dengan benar?
Apakah kisi-kisi telah sesuai dengan definisi variabel?
Apakah diperlukan revisi pada kisi-kisi? Jika diperlukan revisi, pada bagian mana?
Contoh penelaahan butir-butir instrumen
Segi Materi (Substansi)(1) Materi sudah dipelajari oleh siswa(2) Butir soal sesuai dengan indikator(3) Antar butir tidak saling tergantung Segi Konstruksi(1) Pokok soal dirumuskan dengan singkat dan jelas(2) Pokok soal bebas dari pernyataan yang dapat menimbulkan
penafsiran ganda(3) Butir soal tidak tergantung kepada jawaban butir soal yang
lain(4) Pengecohnya sudah disusun dengan baik Segi Bahasa(1) Soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar(2) Soal menggunakan bahasa yang komunikatif(3) Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
Contoh pertanyaan kepada validator mengenai penelaahan butir tes dengan kisi-kisi
Berilah tanda check pada kolom yang sesuai, jika butir soal telah memenuhi kriteria penelaahan
Reliabilitas Instrumen Secara teoretik, konsep reliabilitas dikembangkan dari
teori-teori pada teori tes klasik. Asumsi pada teori tes klasik:
Reliabilitas Instrumen Dari asumsi-asumsi teori tes klasik tersebut di atas
dapat dibuktikan berlakunya formula berikut:
Reliabilitas Instrumen Instrumen disebut reliabel jika menghasilkan skor
yang konsisten Instrumen disebut reliabel jika menghasilkan skor
dengan kesalahan yang kecil Ada berbagai macam cara untuk mengestimasi
koefisien reliabilitas, misalnya rumus Cronbach alpha atau rumus Kuder-Richardson (KR)
Jika koefisien reliabilitas disebut r11 maka tidak dilakukan uji signifikansi untuk r11, tetapi ditentukan nilai ambang batas tertentu untuk r11
Biasanya digunakan nilai 0.70 sebagai ambang batas. Jadi, suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0.70
Reliabilitas Instrumen
Dengan rumus KR-20 (untuk tes pilihan ganda)
q = 1 - p
Reliabilitas Instrumen
Dengan rumus Cronbach Alpha (untuk angket, atau tes pilihan ganda, atau tes uraian)
Mengestimasi koefisien reliabilitas dengan KR-20
Mengestimasi koefisien reliabilitas dengan Cronbach Alpha
Mencari koefisien reliabilitas dengan Cronbach Alpha (untuk angket)
Ini berarti, angket tersebut reliabel
Matur nuwun sanget awit kawigatosan Panjenengan