Post on 16-Oct-2021
ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU
PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA SECARA ILEGAL KE LUAR
NEGERI
(STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KEBUMEN
NO.84/PID/SUS/2016/PN.KBM)
JURNAL
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
OLEH
LYDIA NATASIA PURBA
NIM : 140200177
DEPARTEMEN HUKUM PIDANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
CURICULLUM VITAE
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Lydia Natasia Purba
NIM : 140200177
Tempat,Tanggal Lahir : Medan, 4 April 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 2 (Dua) dari 2 (Dua) Bersaudara
Agama : Kristen Protestan
Fakultas : Hukum
Program Studi : Ilmu Hukum
Departemen : Hukum Pidana
Alamat : Komplek Perumahan Damai Langgeng Blok A/6
Pekanbaru
Alamat E-mail : lnatasyapurba@gmail.com
B. RIWAYAT HIDUP
Jenjang Nama Institusi Pendidikan Tahun Masuk Tahun Lulus Jurusan /
Bidang Studi
SD SD Harapan Mulia Bekasi 2001 2007 -
SMP SMP Negeri 12 Bekasi 2007 2009 -
SMP SMP Santa Maria
Pekanbaru
2009 2010 -
SMP SMP Santa Maria Medan 2010 2011 -
SMA SMA Santa Maria Medan 2011 2014 IPS
Strata 1 (S1) Universitas Sumatera
Utara
2014 2019 Hukum/Ilmu
Hukum
C. PENGALAMAN ORGANISASI
No. Nama Organisasi Jabatan Periode
1. Mapala Natural Justice – Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
Bendahara
Umum
2015-2017
2. Mapala Natural Justice – Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
Sekretaris
Umum
2018
3. Mapala Natural Justice – Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara
Plt. Ketua
Umum
2018-2019
D. Data Orang Tua
Nama Ayah / Ibu: Drs. Rukun Purba/ Sri Rita Ginting, BA
Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu Rumah Tangga
Alamat :Komplek Perumahan Damai Langgeng Blok A/6 Pekanbaru
i
ANALISIS YURIDIS TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU
PENGIRIMAN TENAGA KERJA INDONESIA SECARA
ILEGAL KE LUAR NEGERI
(STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KEBUMEN
NO.84/PID/SUS/2016/PN.KBM)
ABSTRAK Lydia Natasia Purba, Syafruddin Kalo, Edi Yunara*
Fenomena migrasi tenaga kerja ilegal menjadi penting untuk ditinjau,
karena banyak menimbulkan masalah, tetapi sulit untuk dicegah. Proses migrasi tenaga kerja Indonesia ilegal dilakukan secara berantai dan telah berlangsung lama, tidak saja menuju negara tetangga terdekat yaitu Malaysia, Singapore tetapi juga Saudi Arabia. Jaringan migrasi ilegal merupakan sebuah bentuk jaringan yang bekerja terselubung, tidak berbentuk tetapi memiliki pengaruh yang cukup kuat. Di daerah-daerah tertentu seperti halnya Nusa Tenggara Barat, terdapat ratusan calo (taikong) tenaga kerja yang beraktivitas secara ilegal. Dalam skripsi ini yang menjadi permasalahan mengenai Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia Secara Ilegal ke Luar Negeri. Pengaturan tentang TKI diatur di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku pengiriman TKI ilegal yang membuat TKI yang akan disalurkan meninggal dunia akibat dari orang perseorangan telah sesuai dengan Undang Nomor 39 Tahun 2004 Pasal 102 ayat (1) yang unsur-unsurnya sebagai berikut : unsur barang siapa dan unsur sebagai orang perseorangan dilarang menempatkan warga Negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri. Upaya pencegahan pengiriman TKI secara ilegal yaitu : melakukan sosialisasi tentang prosedur pengiriman TKI ke luar negeri, membuka lapangan kerja, meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan layanan terpadu satu pintu dan meningkatkan keamanan di lokasi pemberangkatan TKI di Indonesia. Penulisan ini menggunakan jenis penelitian hukum yuridis normatif yaitu menitikberatkan pada data sekunder yaitu dengan memaparkan tentang peraturan yang berlaku dalam mengatur pertanggungjawaban pidana pelaku pengiriman tenaga kerja Indonesia secara ilegal ke luar negeri. Jenis data yang digunakan adalah jenis data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah dengan cara kualitatif. Dalam kasus dengan putusan Nomor: 84/Pid.SUS/2016/PN.Kbm bahwa terdakwa Igun Setiyawan bin Mulyono bersalah melakukan tindak pidana “Menempatkan Warga Negara Indonesia Untuk Bekerja Di Luar Negeri Secara Orang Perseorangan” Putusan hakim dalam menjatuhkan hukuman telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Kata Kunci : Pertanggungjawaban Pidana, TKI, Ilegal *) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
ii
JURIDICAL ANALYSIS ON CRIMINAL LIABILITY OF THE PERPETRATOR ILLEGALLY TRASPORTING INDONESIAN WORKERS ABROAD
(STUDY ON THE DISTRICT COURT’S DECISION OF KEBUMEN NO.84 / PID / SUS / 2016 / PN.KBM)
ABSTRACT
Lydia Natasia Purba, Syafruddin Kalo, Edi Yunara*
Criminal Law Department Faculty of Law of Universitas Sumatera Utara
Phenomenon of illegal labors migration has become important to review since it causes problems, but difficult to prevent. The migration process of illegal Indonesian labors is done continuously and has been going on for a long time, not only to neighboring countries like Malaysia and Singapore but also Saudi Arabia. The illegal migration network is a network that works under cover, takes no shape but has a very strong influence. In certain regions such as West Nusa Tenggara, there are hundreds of labor scalpers (calo/taikong) who do their activities illegally. In this thesis, the main topic is Criminal Liability of Persons Who Illegally Transport Indonesian Labors Abroad. Regulation on Indonesian labors is stipulated under Law Number 39 of 2004 on Placement and Protection of Indonesian Labors Abroad. Criminal liability imposed to those transporting illegal Indonesian labors who cause such Indonesian labors lose their lives due to actions of individuals are in line with Article 102 paragraph (1) of Law Number 39 of 2004, which stipulates that there are the following elements : by whom the action is committed element and prohibition on individuals to transport Indonesians to work abroad. The efforts to prevent the transportations of Indonesian labors illegally, namely : socializing the procedures of transporting Indonesian labors abroad, increase of job opportunities, improve the quality of education, improve the quality of integrated one stop service and improve the security in the point of departure of Indonesian labors in Indonesia. This paper is prepared using normative jurisprudence legal research, by emphasizing secondary data and presenting the prevailing regulations on criminal liability of those transporting Indonesian labors illegally abroad. Type of data used herein is primary and secondary date. The analysis is done using qualitative method. In case Number: 84/Pid.SUS/2016/PN.Kbm it was decided that defendant IgunSetiyawan bin Mulyono is found guilty of committing the crime “Transporting Indonesians Individually to Work Abroad” and the judges’ decision to put the sentence is already in accordance with Law Number 39 of 2004 on Placement and Protection of Indonesian Labors Abroad. Keywords: Criminal Liability, Indonesian labors, Illegal *) Faculty of Law, University of North Sumatra, Medan, Indonesia
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah/ukuran (size)
penduduk yang terjadi akibat berlangsungnya peristiwa kependudukan, yaitu
kelahiran, kematian dan migrasi. Pada lingkup yang lebih kecil, misalnya di
tingkat negara, pertumbuhan penduduk dipengaruhi pula oleh migrasi penduduk
menuju ke dan keluar dari suatu negara.1Penduduk Indonesia dengan populasi
sekitar 266,927,712 orang yang terdiri dari 49,9% laki-laki dan 50,1%
perempuan.
Jumlah penduduk Indonesia luar biasa banyak menempati urutan ke-4
dalam daftar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, dimana China
menempati posisi pertama diikuti India dan Amerika Serikat. 2 Tingginya
pertumbuhan penduduk yang merupakan salah satu faktor utama kelebihan
tenaga kerja secara umum menimbulkan beberapa masalah ketenagakerjaan,
antara lain masalah perluasan lapangan kerja. Bekerja merupakan hak asasi
setiap orang. Dari bekerja, individu akan memperoleh penghasilan yang dapat
digunakan untuk bertahan hidup, baik secara ekonomi maupun sosial dan
memperoleh status sosial dalam masyarakat.3
Namun kenyataannya, negara belum mampu menjamin pekerjaan bagi
setiap warganya. Lapangan pekerjaan masih terbatas sedangkan angkatan kerja
terus meningkat dan hal ini merupakan masalah utama dalam pembangunan di
Indonesia. 4 Implikasi kemiskinan yang terus meningkat menjadikan penduduk
Indonesia melakukan migrasi ke kawasan lain.5
1Mita Noveria, dkk, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, (LIPI Press,
Jakarta, 2011), hlm. 1
2https://www.goinsan.com/2018/04/jumlah-penduduk-indonesia-terbaru.html
(diakses Kamis, 24 Mei 2018, pukul 11.32) 3Sali Susiana, Tenaga Kerja Indonesia: Antara Kesempatan Kerja, Kualitas, dan
Perlindungan, (Pusat Pengkajian, Pengolahn Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR Republik Indonesia, 2011), hlm. 43
4Ibid, hlm. 44
5Ibid, hlm. 105
2
Berdasarkan data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri tahun 2017 jumlah Tenaga Kerja
Indonesia yang ditempatkan di Luar Negeri periode Agustus 2017 sebanyak
148.285 orang. Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri dibagi
menjadi dua sektor yaitu sektor formal dan sektor informal. Jumlah Tenaga Kerja
Indonesia yang bekerja di bidang formal mencapai 83.943 orang dan di bidang
informal sebanyak 64.342 orang. Terdapat 60.024 orang Warga Negara
Indonesia yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia sebanyak
64.342 orang, di Taiwan sebanyak 48.737 orang, Hongkong sebanyak 9.687
orang, Singapura sebanyak 11.175 orang, Arab Saudi sebanyak 10.006 orang,
Brunei Darusallam sebanyak 5.416 orang, Korea Selatan sebanyak 4.266 orang,
Uni Emirat Arab sebanyak 1.937 orang, Oman sebanyak 718 orang dan Qatar
sebanyak 794 orang.6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, migrasi adalah perpindahan
penduduk dari satu tempat (negara dan sebagainya) ke tempat (negara dan
sebagainya) lain untuk menetap.7 Secara teoritis, aktivitas migrasi pertama-tama
terjadi didorong oleh keinginan individu atau kelompok untuk tetap survive secara
ekonomi.8
Proses migrasi tenaga kerja Indonesia ilegal dilakukan secara berantai
dan telah berlangsung lama, tidak saja menuju negara tetangga terdekat yaitu
Malaysia, Singapore tetapi juga Saudi Arabia. 9 Jaringan migrasi ilegal
merupakan sebuah bentuk jaringan yang bekerja terselubung, tidak berbentuk
tetapi memiliki pengaruh yang cukup kuat, terutama di dalam masyarakat dimana
terdapat banyak tenaga kerja potensial yang tidak memiliki “pekerjaan” tetap.
Jaringan ini menjadi lebih kuat karena pada tingkat tertentu mampu menjalin lobi
melalui organisasi maupun perorangan yang memiliki pengaruh pada lembaga
pemerintah tertentu khususnya lembaga-lembaga yang berkaitan dengan
6
https://news.detik.com/berita/d-3661292/sepanjang-2017-ada-148285-tki-ditempatkan-di-luar-negeri(diakses pada Sabtu, 20 Juli 2019, pukul 17.35 WIB)
7https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/migrasi(diakses pada Minggu, 22 Juli 2018,
pukul 06.17 WIB) 8Abdul Haris, Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia, (Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2005), hlm. 119 9
M.Arif Nasution, Globalisasi & Migrasi Antar Negara, (Penerbit Alumni, Bandung, 1999), hlm. 11
3
aktivitas keluar masuk individu-individu di dalam sebuah negara, seperti
pengawas perbatasan antar negara dan lembaga imigrasi masing-masing
negara, baik negara asal maupun negara tujuan.10
Calo atau taikong menarik simpati terutama dari kelompok masyarakat
ekonomi bawah dan menarik mereka ke dalam jaringan yang sangat sulit
dihindari. Taikong menciptakan ketergantungan-ketergantungan calon migran
yang menyebabkan migran bersangkutan tidak dapat menghindar, dan kemudian
masuk di dalam “perangkap” jaringan mereka
Calon migran di daerah asal biasanya mengambil keputusan sebagian
besar tanpa dilakukan melalui persetujuan keluarga meskipun pada akhirnya
keluarga merestui. Faktor keluarga memiliki peran yang tidak terlalu besar dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan. Dengan kata lain, sebagian besar
migran ilegal mengambil keputusan sendiri tanpa harus melalui persetujuan
keluarga terlebih dahulu, dan hanya sebagian kecil yang melakukan migrasi atas
dorongan keluarganya. Dalam banyak kasus migrasi ilegal baik dalam konteks
migrasi internal maupun migrasi internasional peran taikong atau calo tenaga
kerja sangat penting. Para taikong menyebarkan informasi berlimpahnya
keselamatan kerja dan kelangkaan tenaga kerja kasar di daerah tujuan
sebagai sasaran mencari calon migran potensial sebanyak mungkin guna dikirim
ke daerah tujuan.11
10
Muslan Abdurrahman, Ketidakpatuhan TKI SEBUAH EFEK DISKRIMINASI HUKUM, (UMM Press, Malang, 2006) hlm. 119
11Ibid, hlm. 121-122
4
II. PEMBAHASAN
A. Sejarah Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia
Jika dilihat dari catatan sejarah, kepergian warga Indonesia untuk
bekerja di luar negeri dimulai pada abad XIX. 12 Gelombang pertama pengiriman
TKI diberangkatkan dari Batavia (Jakarta) pada 21 Mei 1890 dengan Kapal SS
Koningin Emma. Jumlah TKI dalam gelombang pertama sebanyak 94 orang
terdiri atas 61 pria dewasa dan 31 perempuan, termasuk membawa dua anak-
anak, yang dipekerjakan di perkebunan tebu dan pabrik gula Marienburg,
Suriname.13
Selanjutnya, TKI gelombang kedua sebanyak 582 orang tiba di
Suriname tanggal 16 Juni 1894 dengan Kapal SS Voorwaarts. Pengiriman
tenaga kerja asal Indonesia terus berjalan sepanjang waktu cukup lama sampai
pengiriman terakhir sebanyak 990 orang yang tiba di Suriname pada 13
Desember 1939.14
B. Ketentuan Hukum dan Peraturan Tenaga Kerja Indonesia
1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
Pengaturan Hukum Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke luar
negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri:
a. Pasal 17 ayat (1)
b. Pasal 20
c. Pasal 26
d. Pasal 27
e. Pasal 29
f. Pasal 30
g. Pasal 31
h. Pasal 32 ayat (1)
12
Suria Ningsih, Mengenal Hukum Ketenagagakerjaan (USU Press, Medan, 2011) hlm. 173
13https://www.kompasiana.com/prestonessss/550ea715813311b72cbc64e0/sejar
ahpenempatan-tki-dari-masa-kemasa (diakses Senin, 14 Januari 2019 pukul 15.32) 14
https://www.kompasiana.com/prestonessss/550ea715813311b72cbc64e0/sejarahpenempatan-tki-dari-masa-kemasa (diakses Senin, 14 Januari 2019 pukul 15.35)
5
i. Pasal 33
j. Pasal 34
k. Pasal 35
l. Pasal 38
m. Pasal 42
n. Pasal 55 ayat (1), (2) dan (3)
o. Pasal 67
p. Pasal 69 ayat (1) dan (2)
q. Pasal 71
r. Pasal 72
s. Pasal 73 Pasal (1) dan ayat (2)
t. Pasal 74
u. Pasal 76 ayat (1)
v. Pasal 82
w. Pasal 83
x. Pasal 105
Ketentuan tindak pidana dalam pelaksanaan pengiriman dan
penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri diatur dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia ke Luar Negeri antara lain :
a. Pasal 102
b. Pasal 103
c. Pasal 104
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia
Pengaturan Hukum Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke luar
negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia :
a. Pasal 6 ayat (1)
b. Pasal 8
c. Pasal 15 ayat (1) dan (2)
d. Pasal 16
e. Pasal 19 ayat (1)
6
f. Pasal 21
g. Pasal 24
h. Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2)
i. Pasal 27 ayat (1) dan (2)
j. Pasal 30 ayat (1)
k. Pasal 31
l. Pasal 32 ayat (1)
m. Pasal 33
n. Pasal 34
o. Pasal 35
p. Pasal 50 ayat (1)
q. Pasal 52 ayat (1)
r. Pasal 55 ayat (1)
s. Pasal 61 ayat (1) dan (2)
t. Pasal 63 ayat (1), (2), dan (3)
u. Pasal 66
v. Pasal 67
w. Pasal 68
x. Pasal 69
y. Pasal 70
z. Pasal 72 :
Ketentuan tindak pidana dalam pelaksanaan pengiriman dan
penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri diatur dalam Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
antara lain:
a. Pasal 79
b. Pasal 80
c. Pasal 81
d. Pasal 82
e. Pasal 83
f. Pasal 84
g. Pasal 85
h. Pasal 86
7
C. Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia
1. Masa Pra Penempatan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menentukan bahwa
penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang
pemerintahannya telah membuat perjanjian tertulis dengan pemerintah Republik
Indonesia atau ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang-
undangan yang melindungi tenaga kerja asing.
Perlindungan terhadap TKI juga terus dilakukan salah satunya melalui
Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) di daerah dalam upaya perbaikan dan tata
kelola Tenaga Kerja Indonesia (TKI). LTSA juga bertujuan untuk memberikan
kemudahan dan kepastian dalam pelayanan dan penempatan TKI.
2. Masa Penempatan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor Kep-104 A/MEN/2002 mengatur tentang masa penempatan tersebut
bahwa PJTKI wajib bertanggungjawab atas perlindungan dan pembelaan
terhadap hak dan kepentingan TKI di luar negeri. PPTKIS/PJTKI diharapkan
melalui kunjungan atau pemantauan di tempat kerja TKI/majikan dalam masa 3
bulan sekali, kemudian melaporkan hasil kunjungan tersebut kepada KBRI/KJRI
dan Depnakertrans/Disnaker Pemda asal TKI tersebut.
D. Sosialisasi ke Masyarakat tentang Prosedur Pengiriman Tenaga Kerja
Indonesia ke Luar Negeri
Sosialisasi adalah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai
dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau
masyarakat.15“Sosialisasi mengenai prosedur menjadi TKI secara legal harus
sampai tingkat desa dengan melibatkan stakeholder di tingkat desa.16
15
https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi (diakses Selasa, 12 Februari 2019 pukul 21.53)
16https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/01/26/okdx6p280-
atasi-tki-ilegal-sosialisasi-informasi-harus-sampai-tingkat-desa (diakses Selasa, 12 Februari 2019, pukul 22.23)
8
E. Membuka Lapangan Kerja
Lapangan kerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu bidang
kegiatan atau usaha.17 Adanya lapangan kerja ini akan membuka kesempatan
kerja atau demand for labour bagi para pencari kerja.
Masalah ketenagakerjaan di Indonesia yang termasuk negara
berkembang, berkaitan dengan:
a) Sempitnya peluang kerja
b) Kualitas tenaga kerja relatif rendah
c) Persebaran tenaga kerja tidak merata
d) Kesempatan kerja masih terbatas
e) Pengangguran18
Minimalnya lapangan pekerjaan di Indonesia menyebabkan munculnya
imigrasi tenaga kerja, yaitu tenaga kerja Indonesia yang berpindah ke tempat lain
untuk bekerja di luar negeri. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) baik laki-laki maupun
perempuan tersebar di beberapa negara seperti Taiwan, Singapura, Jepang,
Arab Saudi, dan Malaysia. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan
salah satu program nasional dengan upaya dapat meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja dan keluarga yang ditinggalinya serta dapat mengembangkan
kualitas sumber daya manusia.
F. Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan di suatu lembaga,
sampai dimana pendidikan tersebut telah mencapai suatu keberhasilan.
Adapun faktor-faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia, yaitu:
1) Rendahnya kualitas sarana fisik
2) Rendahnya kualitas guru
3) Rendahnya kesejahteraan guru
4) Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
5) Mahalnya biaya pendidikan
17
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/lapangan%20kerja (diakses Rabu, 13 Februari 2019 pukul 00.21)
18http://pa-kotamobagu.go.id/ktgonline/2016/10/permasalahan-tenaga-kerja-dan-
solusinya/ (diakses Rabu, 13 Februari 2019 pukul 01.20)
9
G. Meningkatkan Layanan Terpadu Satu Pintu
Layanan Terpadu Satu Pintu adalah pelayanan penempatan yang
dilakukan secara terpadu, terkoordinasi dan terintegrasi pada satu tempat/lokasi
yang meliputi berbagai jenis pelayanan dalam proses penempatan dan
perlindungan TKI sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi dan
lembaga terkait.19
Maksud dan Tujuan Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) :
1. Mewujudkan sistem pelayanan yang terpadu, transparan, dan akuntabel
dalam penempatan dan perlindungan TKI
2. Meningkatkan pelayanan yang mudah, murah, aman, berkualitas dan cepat
dalam rangka penempatan dan perlindungan TKI.20
H. Meningkatkan Keamanan di Lokasi Pemberangkatan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Indonesia
Kementerian Ketenagakerjaan membentuk Satgas Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) Non Prosedural (ilegal) di 21 lokasi pemberangkatan TKI
(debarkasi) di Indonesia. Satgas yang terbentuk pada tahun 2014 ini terdiri dari
unsur Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Imigrasi, Dinas Sosial, Dinas
Kesehatan, Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Dinas Perhubungan, Kepolisian
dan BP3TKI. Upaya lainnya yakni dengan memperkuat sinergitas
kementerian/lembaga terkait di isu tersebut.21
I. Faktor Penyebab Terjadinya Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia secara
ilegal
Jaringan migrasi ilegal, dengan demikian merupakan satu aspek penting
yang perlu diperhatikan dalam upaya memahami proses migrasi ilegal yang
terjadi dari suatu daerah asal ke berbagai daerah tujuan. Faktor penyebab
maraknya TKI ilegal bekerja di luar negeri menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Bruno Kupang:
19
http://www.bnp2tki.go.id/read/12696/5.-LAYANAN-TERPADU-SATU-PINTU-LTSP-2017.html (diakses pada Selasa, 22 Februari 2019 pukul 22.58)
20http://www.bnp2tki.go.id/read/12696/5.-LAYANAN-TERPADU-SATU-PINTU-
LTSP-2017.html (diakses Selasa, 12 Februari 2019 pukul 23.03)
21http://setkab.go.id/cegah-tki-non-prosedural-kemnaker-operasikan-layanan-
satu-atap-di-11-kotakabupaten/ (diakses pada Rabu, 13 Februari 2019 pukul 01.47)
10
1. Calon TKI tidak memahami secara benar prosedur pengiriman TKI
ke luar negeri karena rendahnya tingkat pendidikan.
2. TKI telah menjadi komoditas yang memiliki nilai jual yang sangat
tinggi bagi perusahaan atau mereka yang melakukan rekrutmen
sampai pada pengiriman ke luar negeri.
3. Kemungkinan mereka yang berkeinginan untuk bekerja di luar
negeri merasa pelayanan sangat birokratis.22
J. Analisis Kasus Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia Secara Ilegal di
Kebumen
1. Pertimbangan Hukum
Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan oleh Penuntut Umum
telah didakwa dengan dakwaan Tunggal, yaitu Pasal 102 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang unsur-unsurnya sebagai berikut :
1. Unsur Barang Siapa;
2. Unsur sebagai orang perseorangan dilarang menempatkan warga
Negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri;
Ad. 1 Unsur Barang Siapa
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “barangsiapa” adalah
subyek hukum sebagai pengemban/pendukung Hak dan Kewajiban, meliputi
subyek Hukum orang/pribadi (natuurlijke persooon) maupun Badan Hukum
(rechtperson) yang dapat dimintakan pertanggungjawaban perbuatan pidana
atas perbuatan yang dilakukannya;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini berdasarkan Fakta-Fakta hasil
pemeriksaan di persidangan dari keterangan Saksi-Saksi dan keterangan
Terdakwa telah menunjuk kepada Subyek Hukum orang/pribadi yaitu Terdakwa/
IGUN SETIAWAN bin MULYONO yang setelah dicocokkan identitasnya masing-
masing di Persidangan sebagaimana ketentuan Pasal 155 ayat (1) KUHAP,
ternyata Terdakwa membenarkan dan telah sesuai pula dengan identitas
Terdakwa dalam surat dakwaan Penuntut Umum dan Terdakwa selama
22https://seruji.co.id/daerah/bali-nusra/ini-faktor-penyebab-maraknya-tki-
ilegal/ (diakses pada Senin, 11 Februari 2019, pukul 01.01)
11
Persidangan telah dapat menerangkan dengan jelas dan terang segala sesuatu
yang berhubungan dengan Dakwaan yang diajukan kepadanya;
Majelis Hakim tidak menemukan bukti yang menerangkan, bahwa
Terdakwa adalah orang yang tidak cakap bertindak dan tidak mampu
mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum, sehingga menurut
hemat Majelis, Unsur “barangsiapa” ini telah terpenuhi menurut hukum.
Ad. 2. Unsur sebagai orang perseorangan dilarang menempatkan
warga
negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri;
Terdakwa IGUN SETIYAWAN bin MULYONO pada hari Minggu tanggal
24 Januari 2016 sekira jam 08.00 WIB dari Kedungbener, Kecamatan Kebumen,
Kabupaten Kebumen bersama Tumiati, suami TUMIATI yaitu saksi TUJAN
masing-masing naik sepeda motor berangkat menuju Bandara Adi Sucipto
Yogyakarta dalam rangka memberangkatkan TUMIATI untuk bekerja sebagai
pembantu rumah tangga di Malaysia melalui Batam;
Menimbang bahwa berdasarkan uraian pertimbangan-pertimbangan
tersebut diatas, maka perbuatan Terdakwa telah memenuhi seluruh Unsur dari
Pasal 102 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, sehingga
Terdakwa dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan Tindak Pidana sebagaimana dalam Dakwaan Tunggal Penuntut
Umum;
Menimbang, bahwa setelah menjatuhkan Pidana, terlebih dahulu majelis
akan mempertimbangkan keadaan yang memberatkan dan keadaan yang
meringankan baik pada latar belakang kehidupan maupun perbuatan Para
Terdakwa berdasarkan fakta-fakta dan data-data Pemidanaan yang terungkap di
Persidangan sebagai berikut:
Keadaan yang memberatkan:
a) Perbuatan terdakwa memberikan duka yang mendalam bagi keluarga
korban TUMIATI
Keadaan yang meringankan:
a) Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatannya
b) Terdakwa belum pernah dihukum
Menimbang, bahwa dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut
12
di atas menurut Majelis Hakim pidana yang dijatuhkan terhadap diri terdakwa
sebagaimana tersebut dalam amar putusan ini adalah sudah sesuai dengan
kadar kesalahan terdakwa dan tidak bertentangan dengan rasa keadilan
masyarakat;
2. Analisis Putusan
Program penempatan Tenaga Kerja Indonesia (selanjutnya disingkat
dengan: TKI) ke luar negeri merupakan salah satu upaya penanggulangan
masalah pengangguran. Selain bermanfaat untuk mengurangi tekanan
pengangguran, program penempatan TKI juga memberikan manfaat berupa
peningkatan kesejahteraan keluarganya melalui gaji yang diterima atau
remitansi. Selain itu, juga meningkatkan keterampilan TKI karena mempunyai
pengalaman kerja di luar negeri. Bagi Negara, manfaat yang diterima adalah
berupa peningkatan penerimaan devisa, karena para TKI yang bekerja tentu
memperoleh imbalan dalam bentuk valuta asing.
Penempatan tenaga kerja terdiri dari: penempatan tenaga kerja di
dalam negeri; dan penempatan tenaga kerja di luar negeri (Pasal 33 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003). Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI
berasaskan keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial,
kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi, serta anti perdagangan
manusia (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004).
Ada beberapa penyebab terjadinya ketidakamanan yang diderita oleh
para TKI, khususnya para Pembantu Rumah Tangga (selanjutnya disebut
dengan: PRT), yaitu:
1. Tingkat pendidikan TKI di luar negeri untuk sektor PRT yang rendah.
2. Perilaku pengguna tenaga kerja yang kurang menghargai dan
menghormati hak-hak pekerjanya. Karakter keluarga atau majikan
yang keras acapkali menjadi sebab terjadinya kasus kekerasan. Hal
ini terjadi karena perbedaan budaya, ritme atau suasana kerja yang
ada di Negara tempat TKI bekerja. Posisi TKI yang sangat lemah,
tidak memiliki keahlian yang memadai, sehingga mereka hanya
bekerja dan dibayar.
3. Regulasi atau peraturan pemerintah yang kurang berpihak pada TKI
di luar negeri, khususnya sektor PRT. Pasal 4 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2004 menegaskan bahwa "Orang perseorangan
13
dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar
negeri.
Perlindungan Negara terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
Dalam pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
dinyatakan bahwa "Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan,
dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar
negeri."
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 mengatur tentang
penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang
pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik
Indonesia atau ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang-
undangan yang melindungi tenaga kerja asing. Oleh sebab itu setiap orang
dilarang menempatkan calon TKI/TKI pada jabatan dan tempat pekerjaan yang
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma kesusilaan serta
peraturan perundang-undangan, baik di Indonesia maupun di negara tujuan atau
di negara tujuan yang telah dinyatakan tertutup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004.
Dalam melakukan perlindungan terhadap TKI, Pasal 7 Undang-undang
Nomor 39 Tahun 2004 menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban:
a. menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang berangkat
melalui pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara
mandiri;
b. mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;
c. membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan
calon TKI di luar negeri;
d. melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan
perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan; dan
e. memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum
pemberangkatan, masa penempatan, dan masa purna penempatan.
Perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri dimulai dan
terintegrasi dalam setiap proses penempatan TKI, sejak proses rekrutmen,
selama bekerja dan ketika pulang ke tanah air.
14
Pasal 80 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa
Perlindungan selama masa penempatan TKI di luar negeri dilaksanakan antara
lain:
a. pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di Negara tujuan serta hukum dan kebiasaan
internasional;
b. pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja
dan/atau peraturan perundang-undangan di negara TKI ditempatkan.
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menyatakan bahwa
setiap calon TKI/TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk:
a. bekerja di luar negeri;
b. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri
dan prosedur penempatan TKI di luar negeri;
c. memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam
penempatan di luar negeri;
d. memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta
kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
keyakinan yang dianutnya;
e. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di
negara tujuan;
f. memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang
diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di negara tujuan;
g. memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat
dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan
di luar negeri;
h. memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan
kepulangan TKI ke tempat asal;
Dalam kasus dengan putusan Nomor:84/Pid.SUS/2016/PN.Kbm bahwa
kejahatan terhadap Tenaga Kerja Indonesia dikenakan Pasal 102 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Menyatakan terdakwa IGUN
15
SETIYAWAN bin MULYONO bersalah melakukan tindak pidana “Menempatkan
Warga Negara Untuk Bekerja Di Luar Negeri Secara Orang perseorangan”.
Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa IGUN SETIYAWAN bin MULYONO oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan pidana denda Rp.
2.000.000.000,- (dua miliar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut
tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan ;
Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan adalah sesuai. Putusan
hakim dalam menjatuhkan hukuman sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia ke Luar Negeri.
16
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengaturan Hukum Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri ke
luar: Pasal 17 ayat (1) : Pelaksana penempatan TKI swasta
wajib menambah biaya keperluan penyelesaian perselisihan
atau sengketa calon TKI/TKI apabila deposito yang digunakan
tidak mencukupi.
b. Pengaturan Hukum Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke luar
negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
di Luar Negeri.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Kep-104 A/MEN/2002 mengatur tentang masa
penempatan tersebut bahwa PJTKI wajib bertanggungjawab atas
perlindungan dan pembelaan terhadap hak dan kepentingan TKI di
luar negeri. Upaya Pencegahan Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia
ke Luar Negeri melalui beberapa upaya, antara lain yaitu :
a. Sosialisasi ke Masyarakat tentang Prosedur Pengiriman
Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri
b. Membuka Lapangan Kerja
c. Meningkatkan Kualitas Pendidikan
d. Meningkatkan Layanan Terpadu Satu Pintu
e. Meningkatkan Keamanan di Lokasi Pemberangkatan Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di Indonesia
3. Dalam kasus dengan putusan Nomor:84/Pid.SUS/2016/PN.Kbm
bahwa kejahatan terhadap Tenaga Kerja Indonesia dikenakan Pasal
102 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar
Negeri. Menyatakan terdakwa IGUN SETIYAWAN bin MULYONO
17
bersalah melakukan tindak pidana “Menempatkan Warga Negara
Indonesia Untuk Bekerja Di Luar Negeri Secara Orang
perseorangan”. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa IGUN
SETIYAWAN bin MULYONO oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 2 (dua) tahun dan pidana denda Rp. 2.000.000.000,- (dua
miliar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar
diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan ; Menetapkan
masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan adalah sesuai.
Putusan hakim dalam menjatuhkan hukuman sesuai dengan Undang-
Undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri.
B. Saran
1. Saran Kepada Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Pilihlah penyalur resmi TKI yang langsung bekerja sama dengan
Pemerintah Indonesia bukan penyalur ilegal
2. Saran Kepada Pemerintah Indonesia
Buatlah pelayanan TKI yang resmi yang terintegrasi melalui sistem
yang dapat melacak dan memberikan perhatian khusus untuk para TKI
baik yang berkaitan dengan pekerjaannya, maupun urusan hukum lainnya.
Gunakan juga perundang-undangan yang mengatur semua aspek yang
berhubungan dengan TKI yang melindungi Hak Asasi para TKI.
3. Saran Kepada Para penyalur TKI
Selalu peduli terhadap para TKI, semisal tidak mau disogok oleh majikan
tertentu supaya menutupi kasusnya, ingat mereka juga manusia dan anda
juga manusia tidak seharusnya membela kesalahan orang lain
demi uang yang memberikan kebahagiaan semu diatas penderitaan orang
lain. Pembekalan skills dan penempatan sesuai dengan keahlian yang
mumpuni menjadi sebuah keharusan yang wajib mereka miliki sebagai
bekal di dunia kerja nantinya. Selain itu perhatikan juga masalah
keluarga dan gaji para TKI. Intinnya tetap menjadi sebuah tembok
pertahanan pertama apabila terjadi sesuatu dengan mereka.
18
. DAFTAR PUSTAKA
A. Buku:
Abdurrahman,Muslan,Ketidakpatuhan TKI SEBUAH EFEK DISKRIMINASI
HUKUM, (UMM Press, Malang, 2006)
Arif Nasution, M, Globalisasi & Migrasi Antar Negara, (Penerbit Alumni,
Bandung, 1999)
H. Manullang, Sendjun,Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,
(Rineka Cipta, Jakarta, 2001)
Haris, Abdul Gelombang Migrasi dan Jaringan Perdagangan Manusia, (Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 2005)
Ningsih, Suria, Mengenal Hukum Ketenagakerjaan, (USU Press, Medan, 2011)
Noveria, Mita, dkk, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, (LIPI Press,
Jakarta, 2011)
Susiana, Sali, Tenaga Kerja Indonesia: Antara Kesempatan Kerja, Kualitas, dan
Perlindungan, (Pusat Pengkajian, Pengolahn Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR Republik Indonesia, 2011)
B. Peraturan Perundang-Undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
C. Internet:
http://www.bnp2tki.go.id/frame/9003/Sejarah-Penempatan-TKI-Hingga-
BNP2TKIdiakses Senin, 14 Januari 2019, pukul 15.29
http://www.bnp2tki.go.id/read/12696/5.-LAYANAN-TERPADU-SATU-PINTU-
LTSP-2017.html diakses Selasa, 22 Februari 2019 pukul 22.58
19
https://www.goinsan.com/2018/04/jumlah-penduduk-indonesia-terbaru.html
diakses Kamis, 24 Mei 2018, pukul 11.32
https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi diakses Selasa, 12 Februari 2019 pukul
21.53
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/lapangan%20kerja diakses Rabu, 13 Februari
2019 pukul 00.21
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/migrasi diakses Minggu, 22 Juli 2018, pukul
06.17 WIB
https://www.kompasiana.com/prestonessss/550ea715813311b72cbc64e0/sejara
hpenempatan-tki-dari-masa-kemasa diakses Senin, 14 Januari 2019 pukul 15.27
https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/01/26/okdx6p280-atasi-
tki-ilegal-sosialisasi-informasi-harus-sampai-tingkat-desa diakses Selasa, 12
Februari 2019, pukul 22.23
https://news.detik.com/berita/d-3661292/sepanjang-2017-ada-148285-tki-
ditempatkan-di-luar-negeri diakses Sabtu, 20 Juli 2019, pukul 17.35 WIB
http://pa-kotamobagu.go.id/ktgonline/2016/10/permasalahan-tenaga-kerja-dan-
solusinya/ diakses Rabu, 13 Februari 2019 pukul 01.20
https://seruji.co.id/daerah/bali-nusra/ini-faktor-penyebab-maraknya-tki-
ilegal/ diakses Senin, 11 Februari 2019, pukul 01.01
http://setkab.go.id/cegah-tki-non-prosedural-kemnaker-operasikan-layanan-satu-
atap-di-11-kotakabupaten/ diakses Selasa, 12 Februari 2019 pukul 23.38