Post on 01-Oct-2021
55
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN
SEMEN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
Futkhatul Nur Khamidah
Alumni STIE AMA Salatiga
Pandi Afandi
Dosen Tetap STIE AMA Salatiga
Abstrak
Perusahaan yang tercatat di BEI (go public), harus menunjukkan laporan
keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik dengan hasil yang baik.
Ketika perusahaan sudah berjalan dan go publik apakah kesehatan keungannnya dapat
dipertahankan, ditingkatkan ataukah justru mengalami potensi yang tidak sehat,
memburuk bahkan mengalami kebangkrutan. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetehui kinerja dan kesehatan keuangan pada perusahaan go public khususnya
seluruh perusahaan semen yang tercatat di BEI, yaitu PT Indocement Tunggal perkasa,
Tbk, PT Holcim Indonesia, Tbk dan PT Semen Gresik (Persero), Tbk. Hasil perhitungan
kinerja keungan dengan analisis ratio keungan diperoleh bahwa ketiga perusahaan
semen go public tersebut menunjukkan kinerja keungan jangka pendek yang baik, namun
kinerja keungan jangka panjangnya menunjukkan hasil tidak solvabel (insolvable), untuk
ukuran profitabilitasnya dapat diandalkan dengan tingkat profitability jauh di atas rata-
rata rasio industri, sedangkan rasio aktivitas perusahaan cukup aktif khusunya dari
perputaran persediaan, tapi untuk perputaran aktiva umumnya masih rendah.
Hasil perhitungan Z-score, tahun terakhir PT Holcim Indonesia, Tbk memiliki
potensi kebangkrutan tertinggi dengan Z-score terendah yaitu 1,25, berikutnya PT
Indocement Tunggal Perkasa,Tbk, skor 2,69 dan PT Semen Gresik (Persero) Tbk, selama
tiga tahun kondisinya sangat sehat dengan skor di atas 3, tetapi pada akhir tahun 2010
menyentuh wilayah grey area dengan skor 2,81. Jika ketiga perusahaan tersebut
diurutkan urutan tingkat kesehatan keungannya maka yang pertama PT Semen Gresik
(Persero), Tbk, Kedua PT Indocement Tunggal Perkasa,Tbk dan ketiga PT Holcim
Indonesia,Tbk.
Perbaikan manajemen keuangan dan revitasilsasi posisi keuangan untuk
kesehatan keuangan jangka panjang adalah hal yang disarankan dari hasil penelitian ini.
Kata Kunci : Kinerja keuangan, kesehatan keuangan, Z-score
Latar Belakang Masalah
Pengukuran kinerja perusahaan perlu dilakukan pada tiap akhir periode tertentu,
dan ini merupakan salah satu tindakan penting yang harus dilakukan oleh perusahaan
56
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
guna mengetahui prestasi keuntungan yang dicapainya melalui indikator-indikator
pengukuran tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Dengan mengetahui kinerja
keuangan, perusahaan dapat menentukan langkah-langkah yang efektif agar visi misi
perusahaan terutama terkait dengan capaian prestasi dan posisi keuangan perusahaan yang
semakin memiliki daya saing yang kuat.
Untuk mengetahui kinErja keuangan diperlukan analisis laporan keuangan
dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis Z-Score. Data utama sebagai
input dalam analisis rasio ini adalah laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan
(neraca) perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah rasio dan
selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi
perusahaan. (Syamsudin, 2000:37).
Analisis rasio digunakan untuk menilai kinerja perusahaan yang tercermin
dalam laporan keuangan yang kemudian laporan keuangan tersebut dievaluasi dan dari
hasil evaluasi tersebut akan didapatkan suatu informasi mengenai kondisi dan kinerja
keuangan perusahaan pada masa lalu, saat ini, dan kemungkinan pada masa yang akan
datang. Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan suatu
perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa setiap rasio diuji
secara terpisah. Pengaruh kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pada
pertimbangan para analisis keuangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekurangan dari
analisis rasio tersebut, maka perlu dikombinasikan berbagai rasio agar menjadi suatu
model prediksi yang berarti. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu
mengintepretasikan berbagai hubungan serta kecenderungan yang dapat memberikan
dasar pertimbangan mengenai prediksi masa depan perusahaan apakah dapat bertahan
atau tidak (S. Munawir, 2002:292).
Berbagai analisis yang dilakukan diharapkan dapat memprediksi kelangsungan
hidup suatu perusahaan. Disamping itu, informasi mengenai kemungkinan kegagalan
perusahaan akan melindungi kepentingan masyarakat atau calon investor dari
kemungkinan kerugian yang bisa dideritanya serta merupakan alat untuk menilai
kemampuan adaptasi dan antisipasi perkembangan bisnis dan ekonomis. Untuk itu
diperlukan suatu metode khusus yang mampu memberikan penilaian serta memprediksi
kemampuan financial perusahaan di masa kini serta di masa yang akan datang.
57
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
Kemampuan memprediksi kemampuan keuangan perusahaan yang akan
datang diperlukan untuk memperkecil resiko terjadinya kebangkrutan perusahaan. Hal ini
bisa diketahui dengan melakukan analisis kesehatan keungan yang dikenal dengan
analisis diskriminan Altman merupakan suatu model statistik yang dikembangkan oleh
Altman yang kemudian berhasil merumuskan rasio-rasio finansial terbaik dalam
memprediksi terjadinya kebangkrutan perusahaan. Dari rasio-rasio tersebut kemudian
dirumuskan dalam Z score kebangkrutan perusahaan, dimana perusahaan yang sedang
diteliti mendekati kebangkrutan atau menjauhi dari kebangkrutan di masa yang akan
datang.
Untuk alat analisisnya dalam penelitian ini dapat digunakan empat rasio
keuangan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan. Keempat rasio tersebut terdiri atas
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio nilai pasar. Sedangkan tingkat
kesehatan kesuangan masa yang akan datang digunakan metode diskriminan Almant Z-
Score untuk perusahaan yang go public.
Perusahaan semen go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
adalah PT. Idocement Tunggal Prakarsa, Tbk, PT. Semen Gresik, Tbk dan PT. Holcim
Indonesia, Tbk. Ketiganya mampu menyajikan laporan keungan secara teratur dan
berkala yang bisa diakses terbuka sehingga ketiga perusahaan semen itulah yang
dijadikan obyek penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada
Perusahaan Semen Go Public Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya
adalah :
1. Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)?
2. Bagaimana Tingkat Kesehatan Keuangan dan prediksi kebangkrutan pada
Perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
58
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) ?
2. Untuk mengetahui tingkat Kesehatan Keuangan dan prediksi kebangkrutan pada
Perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
Landasan Teori
Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan yang mana analisa yang digunakan terdiri dari analisa likuiditas, analisa
solvabilitas, analisa rentabilitas, dan analisa aktivitas (leverage) (Said, 2002:4).
Penganalisa laporan keuangan dalam menganalisa rasio keuangan pada dasarnya
dapat melakukan perbandingan, yaitu :
1) Analisa Time Series, yaitu membandingkan rasio sekarang dengan rasio rasio yang
lampau atau membandingkan antara rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke
periode lainnya. Dengan cara perbandingan tersebut dapat diketahui perubahan-
perubahan rasio dari tahun ke tahun. Pembanding rasio yang dicapai saat ini dengan
rasio-rasio keuangan masa lalu akan memeperlihatkan apakah perusahaan akan
mengalami kemajuan atau kemunduran. Sehingga adanya rasio, manajemen dapat
melihat kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang nantinya dapat dibuat sebagai
dasar untuk membuat rencana-rencana kedepan.
2) Analisa Cross Section, yaitu membandingkan rasio-rasio dari perusahaan dengan
rasio-rasio sejenis dari perusahaan lain yang berada pada industri sama dalam waktu
yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan
dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan berada dalam aspek tertentu
yaitu apakah berada di atas rata-rata industri, berada di bawah atau pada rata-rata
industri. Jadi dengan adanya pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
baik atau buruk suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.
Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat
secara terus-menerus oleh manajemen. (Helfert, 1996:67). Berdasarkan definisi tersebut
di atas bahwa kinerja perusahaan merupakan hasil dari keputusan individual yang dibuat
oleh manajemen secara terus-menerus untuk kelangsungan hidup suatu perusahaan.
59
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
Keputusan individual yang dibuat sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Jika
keputusan yang telah dibuat itu tepat maka kinerja perusahaan tersebut baik dan
sebaliknya jika keputusan yang telah dibuat kurang tepat maka kinerja perusahaan
tersebut kurang baik.
Salah satu aspek kinerja yang penting adalah aspek keuangan. Di mana kinerja
tersebut tercermin dalam laporan keuangan yang dihasilkan. Untuk itu diperlukan analisis
laporan keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan analisis Z-Score.
Data pokok sebagai input dalam analisis rasio ini adalah laporan laba rugi, neraca dan
laporan arus kas perusahaan. Dengan ketiga laporan ini akan dapat ditentukan sejumlah
rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari
operasi perusahaan (Syamsudin, 2000:37).
Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan yang sering digunakan dalam berbagai analisis keuangan adalah
: rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas. J. Fred Weston dalam buku
Sugiono (2009:67), rasio-rasio keuangan dikelompokkan sebagai berikut :
a. Rasio Likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
b. Rasio Leverage, bertujuan mengukur seberapa jauh kebutuhan keuangan perusahaan
dibiayai dengan dana pinjaman.
c. Rasio Aktivitas, bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan
dana.
d. Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada
imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan.
e. Rasio Pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan dalam
industri.
f. Rasio Penilaian, bertujuan mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan karena
rasio ini merupakan pencerminan dari rasio risiko dan rasio imbalan hasil.
b. Rasio Pasar, rasio pasar mengukur harga pasar saham perusahaan, relative terhadap
nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut pandang
60
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan
terhadap rasio-rasio ini (Hanafi, 2004:63). Ada beberapa rasio yang bisa
dihitung dalam rasio pasar ini, yaitu :
1) PER (Price Earning Ratio)
PER melihat harga pasar saham relative terhadap earning-nya. Perusahaan yang
diharapkan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tinggi (yang berarti mempunyai
prospek yang baik), biasanya mempunyai PER yang tinggi.
2) Dividend Yield
Dividend yield merupakan dari sebagian total return yang akan diperoleh investor.
Bagian dari return yang lain adalah capital gain, yang diperoleh dari selisih positif
antara harga jual dengan harga beli.
3) Rasio Pembayaran Dividen
Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen
kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan di investasikan kembali ke
perusahaan.
Altman Model, Tingkat Kesehatan Keuangan Dan Prediksi Kebangkrutan
Prediksi kebangkrutan berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak
tentang kinerja keuangan perusahaan apakah akan mengalami kesulitan keuangan atau
tidak dimasa mendatang. Prediksi kesulitan keuangan ini salah satunya dikemukakan oleh
seorang profesor dari New York University bernama Edward Altman , dengan Altman Z-
Score. Rumus ini merupakan hasil penelitian yang dilakukannya terhadap perusahaan-
perusahaan yang mengalami kebangkrutan di Amerika Serikat. Rasio-rasio yang
digunakan untuk memprediksi kebangkrutan adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas dan rasio nilai pasar. Komponen-komponen yang ada pada Altman Z-Score
adalah modal kerja, aktiva, modal sebelum pajak, laba ditahan, penjualan dan nilai pasar
ekuitas (Darsono, Ashari, 2005:105).
Analisis Z-Score
Analisis Z-Score merupakan analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui
adanya tanda-tanda atau gejala tidak sehatnya perusahaan. Dengan analisis Z-Score,
manajemen dapat memprediksi bagaimana prospek perusahaan di masa mendatang dalam
menjaga kelangsungan hidupnya. Semakin besar nilai Z, maka semakin besar jaminan
61
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
akan kelangsungan hidup perusahaan dan risiko kegagalan akan semakin berkurang.
Analisis Z-Score digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Selain itu
analisis kebangkrutan bermanfaat karena bisa membuat perusahaan melakukan antisipasi
yang diperlukan.
Hanafi dan Halim (2005:75) “Model prediksi kebangkrutan sudah dikembangkan
ke beberapa Negara. Altman (1983,-1984) melakukan survei model-model yang
dikembangkan di Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Swiss, Brasil, Australia, Inggris,
Irlandia, Kanada, Belanda dan Perancis. Salah satu masalah yang bisa dibahas adalah
apakah ada kesamaan rasio keuangan yang bisa dipakai untuk prediksi kebangkrutan
untuk semua negara, ataukah mempunyai kekhususan. Tabel berikut ini menyajikan rasio-
rasio keuangan komparatif untuk beberapa Negara studi. Nilai Zi juga disajikan. Nilai
tersebut dicari dengan persamaan diskriminan sebagai berikut ini:
Zi = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,99 X5
Dalam laporannya Altman mengelompokkan perusahaan menjadi dua kategori,
yaitu pailit dan tidak pailit. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai Z rata-rata
kelompok perusahaan yang pailit sebesar -0,2599 dan rata-rata untuk perusahaan yang
tidak pailit sebesar 4,8863. Sebesar patokan untuk mengklasifikasikan perusahaan yang
dipilih batas nilai Z sebesar 2,675 sebagai nilai kritis yang merupakan klasifikasi umum.
Jadi nilai perusahaan dengan nilai skor Z yang lebih besar dari 2,675 diklasifikasikan
perusahaan yang tidak pailit dan skor nilai Z yang kurang dari 2,675 diklasifikasikan
perusahaan yang pailit. Masalah lain yang sering dihadapai oleh Altman dalam
melakukan penelitian di Indonesia adalah sedikitnya perusahaan Indonesia yang go
public. Jika perusahaan tidak go-public, maka nilai pasar menggunakan nilai buku saham
biasa dan preferen sebagai salah satu komponen variabel bebasnya, dan kemudian
mengembangkan model diskriminan kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai
berikut ini :
Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5
Dimana:
X1 = Working Capital to Total Assets ((Aktiva Lancar – Utang lancar)/Total
Aset))
62
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
X2 = Retained Earning to Total Assets (Laba Ditahan/Total Aset)
X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets (Laba Sebelum
Bunga dan Pajak/Total Aset)
X4 = Book Value of Common Stock and Preferred Stock to Book Value of Total
Liabilities (Nilai Buku Nilai Buku Saham Biasa dan Saham Preferen/Nilai
Buku Total Utang)
X5 = Sales to Total Assets (Penjualan/Total Aset)
Nilai Z kritis ditemukan sebagai 1,2. Hal tersebut berarti jika suatu perusahaan
mempunyai nilai Z diatas 1,2 maka perusahaan diperkirakan tidak mengalami
kebangkrutan, dan sebaliknya. Model tersebut kemudian bisa digunakan baik untuk
perusahaan yang go-pulic maupun yang tidak go-public.
Perbandingan nilai skor Z kritis dan skor Z daerah rawan dengan model yang baru
bisa dilihat pada table berikut ini.
Tabel 1
Titik cut-off yang dilaporkan Altman
Titik cut-off Dengan Nilai Pasar Dengan Nilai Buku
Tidak Bangkrut, Jika Z >
Bangkrut, Jika Z<
Daerah Rawan, Jika Z
2,99
1,81
1,81 – 2,99
2,90
1,20
1,20 – 2,90
Sumber : Hanafi dan Halim (2007 : 275)
Kesimpulan dari Tabel tersebut adalah :
a. Z-Score > 2,90 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak
mengalami kesulitan keuangan.
b. 1,20 < Z-Score < 2,90 berada di daerah grey area (daerah abu-abu) sehingga
dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun
kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung
dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan.
c. Z-Score < 1,20 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan
yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan bangkrutnya sangat
besar.
63
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
Rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat dikategorikan dalam tiga
kelompok besar yaitu:
1) Rasio Likuiditas yag terdiri dari X1
2) Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3
3) Rasio Nilai Pasar yang terdiri dari X4
4) Rasio Aktivitas yang terdiri dari X5
Metode Penelitian
Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan
dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah
penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka), dengan
menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang signifikan antara
variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas
gambaran mengenai objek yang diteliti.
Populasi Dan Sampel
Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan cirri-ciri tertentu
yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Sanusi, 2011:87). Ada tiga (3)
perusahaan semen yang go-public dan terdaftar di BEI yaitu, PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk, PT. Holcim Indonesia, Tbk danPT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Jadi
populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga perusahaan semen yang
terdaftar di BEI dan yang telah mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 2006
sampai dengan 2010, ketiga perusahaan semen tersebut sekaligus kesemuanya dijadikan
sampel dalam penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan studi kepustakaan.
Metode dokumentasi merupakan metode yang bersumber pada benda-benda tertulis
berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian
dan sebagainya (Arikunto, 2002:231). Metode ini dilakukan melalui pengumpulan dan
pencatatan dari data historis perusahaan semen, studi literatur, laporan penelitian, dan
64
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan maupun internet yang telah diaudit selama
lima tahun 2006-2010. Data ini juga diperoleh dari website BEI : www.idx.co.id,
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan data dalam penelitian ini juga
diperoleh dari website perusahaan : www.indocement.co.id, www.holcim.co.id dan
www.semengresik.co.id.
Pembahasan Dan Analisis Data
Analisis Rasio Keuangan
Hasil perhitungan rasio keuangan dari tiga perusahaan semen yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010 :
Tabel 2
PT. Indocement Tunggal Prakarsa , Tbk (Rasio Keuangan Periode 2006-2010)
Rasio keuangan Perhitungan
Tahun Rasio
Industri
2006 2007 2008 2009 2010
Rasio Likuiditas :
Rasio Lancar (%) AL/HL x 100% 214 289 179 300 555 190
Rasio cepat (%) AL – Persed/HL x 100%
97 161 101 229 459 80
Rasio solvabilitas :
Total Hutang thdp Total Assets (%)
Tot Hutg/Tot Aktv x 100%
37 31 24 19 15 66
Rasio Profitabilitas :
Profit Margin (%) Laba Bersih/Penj x 100%
9 13 18 26 29 3,1
ROA (%) Laba Brsh/Tot Aktv x 100%
6,18 9,76 15,47 20,69 21,01 4,4
ROE (%) Laba Brsh/Modal
Saham x 100% 9,83 14,22 20,53 25,72 24,68 14
Rasio Aktivitas :
Rata-rata Umur Piutang (hari)
Piutg/Penj : 365 35,6 39,7 34,4 46,4 44,4 47,5
Perputaran Persediaan (kali) HPP/Persediaan 4,38 4,58 3,80 4,31 4,31 4,3
Perputaran Aktiva Tetap (kali)
Penj/Tot Aktv Tetap 0,82 0,96 1,29 1,36 1,45 4,1
Perputaran Aktiva Total (kali)
Penj/Tot Aktiva 0,66 0,73 0,87 0,80 0,73 1,7
65
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2012
Dari tabel analisis tersebut di atas secara keseluruhan dari interpretasi tersebut
dapat dijelaskan bahwa kondisi keuangan perusahaan Indocement dalam jangka pendek
sangat likuid masing-masing di atas 200 persen jauh di atas rasio industri, sedangkan
untuk jangka panjang cenderung mengalami insolvabilitas yang terus menurun dari
kisaran 30 an persen menjadi 15 persen jauh dari kisaran rasio industri 66 persen,
kemampuan perusahaan dari aspek profitability dalam menghasilkan keuntungan cukup
baik dan bisa diandalkan karena dari tahun- ketahun mengalami kenaikan yang signifikan.
Sedangkan tingkat aktivitas perusahaan dilihat dari perputaran persediaan cukup baik
karena berada di atas kisaran rasio industri, yang perlu diwaspadai adalah rata-rata umur
piutang, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva yang masih di bawah rasio
industri. Jadi kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk untuk lima periode
terakhir adalah likuid dan profitable, sedangkan untuk solvabilitas dan aktivitas perlu
ditingkatkan guna menunjang peningkatan kinerja perusahaan.
Tabel 3
PT. Holcim Indonesia , Tbk (Rasio Keuangan Periode 2006-2010)
Rasio keuangan Perhitungan Tahun Rasio
Industri 2006 2007 2008 2009 2010
Rasio Likuiditas :
Rasio Lancar (%) AL/HL x 100% 123 133 165 127 166 190
Rasio cepat (%) AL – Persed/HL x
100% 86 109 131 94 129 80
Rasio solvabilitas :
Total Hutang thdp Total Assets
(%)
Tot Hutg/Tot Aktv x
100% 70 69 66 54 35 66
Rasio Profitabilitas :
Profit Margin (%) Laba Bersih/Penj x
100% 6 5 5 15 14 3,1
ROA (%) Laba Brsh/Tot Aktv x
100% 2,49 2,35 3,44 12,33 7,94 4,4
ROE (%) Laba Brsh/Modal
Saham x 100% 8,38 7,5 10,06 27,02 12,14 14
Rasio Aktivitas :
Rata-rata Umur Piutang (hari) Piutg/Penj : 365 48,4 45,8 42,9 37,1 34,6 47,5
Perputaran Persediaan (kali) HPP/Persediaan 7,51 9,47 7,88 9,67 7,42 4,3
Perputaran Aktiva Tetap (kali) Penj/Tot Aktv Tetap 0,51 0,66 0,92 1,09 0,76 4,1
Rasio Pasar :
PER (%) Hrg psr Shm/Earning perlembar x 100%
3751 3083 970 1836 1821 -
Dividend Yield (%) Dividen perlmbr/Hrg
psr shm perlmbr x 100%
1,83 2,14 - 7,76 7,40 -
Pembayaran Dividen (%) Dividen perlmbr/ Earning perlmbr x
100%
18,63 15,04 - 30,16 30,02 -
66
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
Perputaran Aktiva Total (kali) Penj/Tot Aktiva 0,42 0,52 0,65 0,82 0,57 1,7
Rasio Pasar :
PER (%) Hrg psr Shm/Earning
perlembar x 100% 2918 7916 1711 1326 2081 -
Dividend Yield (%) Dividen perlmbr/Hrg
psr shm perlmbr x 100%
- - - - 2,58 -
Pembayaran Dividen (%) Dividen perlmbr/
Earning perlmbr x 100%
- - - - 21,29 -
Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2012
Berdasarkan hasil analisis dari tebel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa
kondisi keuangan perusahaan Holcim dalam jangka pendek cukup likuid dilihat terutama
dari rasio cepatnya di atas 80 persen, untuk rasio lancarnya perlu diwaspadai karena
masih berada di bawah rasio industri. Untuk jangka panjang semula cukup baik tapi
dalam satu tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup tajam sampai dalam kisaran
35 persen jauh di bawah 66 persen rasio industri. Sedangkan kemampuan perusahaan dari
aspek profitability dalam menghasilkan keuntungan cukup baik meskipun cukup
fluktuatif dapi masih di atas rasio industri. Sedangkan tingkat aktivitas perusahaan dilihat
dari perputaran cenderung menagalami penurunan hingga mendekati bahkan berada di
bawah ratio industri sehingga perlu diwaspadai adalah rata-rata umur piutang,
perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva yang masih di bawah rasio industri.
Jadi kinerja keuangan PT. Holcim Indonesia, Tbk untuk lima periode terakhir adalah
cukup likuid dan profitable, sedangkan untuk solvabilitas dan aktivitas masih perlu
ditingkatkan guna menunjang peningkatan kinerja perusahaan.
Tabel 4
Rasio keuangan Perhitungan Tahun Rasio
Industri 2006 2007 2008 2009 2010
Rasio Likuiditas :
Rasio Lancar (%) AL/HL x 100% 284 364 339 358 292 190
Rasio cepat (%) AL – Persed/HL x 100%
214 251 260 297 227 80
Rasio solvabilitas :
Total Hutang thdp Total Assets (%)
Tot Hutg/Tot Aktv x 100%
26 21 23 20 22 66
Rasio Profitabilitas :
Profit Margin (%) Laba Bersih/Penj x
100% 15 18 21 23 25 3,1
ROA (%) Laba Brsh/Tot Aktv x
100% 17,28 20,85 23,80 25,68 23,35 4,4
ROE (%) Laba Brsh/Modal
Saham x 100% 23,56 26,79 31,27 32,62 30,26 14
Rasio Aktivitas :
Rata-rata Umur Piutang (hari) Piutg/Penj : 365 47,7 43,9 44,6 36,2 43,7 47,5
Perputaran Persediaan (kali) HPP/Persediaan 5,26 5,34 4,19 5,41 4,64 4,3
67
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
PT Semen Gresik,Tbk (Ratio Keuangan 2006-2010) Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2012
Dari tabel analisis tersebut di atas dapat dapat dijelaskan bahwa kondisi keuangan
perusahaan Semen Gresik dalam jangka pendek sangat likuid dalam kisaran di atas 280
sampai 350 an persen berada jauh di atas rasio industry 190 persen. Untuk jangka
panjang perusahaan cukup mengkhawatirkan karena berada di kisaran 20 sampai 26
persen jauh dari rasio industri 66 persen sehingga tidak solvabel, Sedangkan kemampuan
perusahaan dari aspek profitability dalam menghasilkan keuntungan juga sangat baik dan
bisa diandalkan hasilnya jauh diatas semua ukuran rasio industri. Tingkat aktivitas
perusahaan dilihat dari perputaran persediaan cukup baik karena berada di atas rasio
industri, yang perlu diwaspadai adalah rata-rata umur piutang, perputaran aktiva tetap,
dan perputaran total aktiva yang masih di bawah rasio industri. Jadi kinerja keuangan PT.
Semen Gresik, Tbk untuk lima periode terakhir adalah sangat likuid dan profitable,
sedangkan untuk solvabilitas dan aktivitas perlu ditingkatkan guna menunjang
peningkatan kinerja perusahaan.
Rekapitulasi Hasil Ratio Keuangan Ketiga Perusahaan
Tabel 5
Rekapitulasi Rasio Kinerja Keuangan Perusahaan Semen
No Rasio Perusahaan
Indocement Holcim Gresik
1 Likuiditas Likuid Likuid Likuid
2 Solvabilitas Insolvabel Insolvabel Insolvabel
3 Profitabilitas Profitable Profitable Profitable
Perputaran Aktiva Tetap
(kali) Penj/Tot Aktv Tetap 2,76 3,11 3,69 3,58 1,87 4,1
Perputaran Aktiva Total (kali)
Penj/Tot Aktiva 1,16 1,13 1,15 1,11 0,92 1,7
Rasio Pasar :
PER (%) Hrg psr Shm/Earning
perlembar x 100% 1690 1873 982 1346 1542 -
Dividend Yield (%) Dividen perlmbr/Hrg
psr shm perlmbr x
100%
- 13,43 15,81 14,54 12,25 -
Pembayaran Dividen (%) Dividen perlmbr/ Earning perlmbr x
100%
- 50,17 50,59 44,56 40,46 -
68
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
4 Aktivitas Aktif Aktif Aktif
Sumber : Data yang telah diolah, 2012
Keseluruhan dari hasil rekapitulasi tiga perusahaan semen yaitu
Indocement, Holcim dan Gresik selama lima periode yaitu tahun 2006 sampai tahun 2010
dapat dilihat bahwa kinerja keuangan masing-masing perusahaan yaitu likuid dan
profitable, sedangkan untuk solvabilitas dan aktivitas masing-masing perusahaan belum
bisa dikatakan maksimal, karena itu perlu ditingkatkan guna menunjang peningkatan
kinerja keuangan masing-masing perusahaan.
Analisis Prediksi Kebangkrutan
Dari data laporan keuangan akan dianalisis dengan menggunakan beberapa rasio
keuangan yang dianggap dapat memprediksi kebangkrutan perusahaan. Beberapa rasio
keuangan yang dapat mendeteksi yaitu, rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan rasio
pasar perusahaan yang akan menghasilkan rasio-rasio atau angka-angka yang akan
diproses lebih lanjut dengan formula Altman Z-score berikut ini.
Tabel 6
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk (Perhitungan Z-Score Periode 2006-2010)
Keterangan Tahun (dalam jutaan rupiah, kecuali untuk ratio dan Z-Score)
2006 2007 2008 2009 2010
Aktiva Lancar 1.741.702 2.248.589 3.471.276 5.341.089 7.484.807
Hutang lancer 812.180 779.020 1.943.885 1.779.231 1.347.706
Modal Kerja 929.522 1.469.569 1.527.391 3.561.858 6.137.101
Total Aktiva 9.598.280 10.037.927 11.286.707 13.276.516 15.346.146
Laba ditahan 2.659.660 3.520.398 5.127.091 7.307.623 9.704.288
EBIT 862.197 1.412.570 2.332.787 3.796.327 4.248.476
Nilai Buku Saham Biasa dan Preferen
1.532.486 1.532.486 1.532.486 1.532.486 1.532.486
Nillai Buku Total Utang 3.565.518 3.122.970 2.764.976 2.572.321 2.245.548
Penjualan 6.325.329 7.323.644 9.780.498 10.576.456 11.137.805
X1 = Modal Kerja/Total Aktiva
0,097 0,146 0,135 0,268 0,400
X2 = Laba ditahan/Total Aset 0,277 0,351 0,454 0,550 0,632
X3 = EBIT/Total Aset 0,090 0,141 0,207 0,286 0,277
X4 = Nilai Buku Shm Biasa dan Preferen/Nilai
Buku Total Utang
0,430 0,491 0,554 0,596 0,682
X5 = Penj/Total Aset 0,659 0,730 0,867 0,797 0,726
0,717 X1 0,070 0,105 0,226 0,450 0,287
0,847 X2 0,235 0,450 0,221 0,482 0,535
3,107 X3 0,280 0,438 0,643 0,889 0,861
0,42 X4 0,181 0,206 0,233 0,250 0,286
0,998 X5 0,658 0,729 0,865 0,795 0,725
Nilai Z 1,42 1,93 2,17 2,89 2,69
Hasil Analisis Grey Area Grey Area Grey Area Grey Area Grey Area
Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2012
69
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
Titik cut-off yang dilaporkan Altman
Titik cut-off Dengan Nilai Buku
Tidak Bangkrut Jika Z >
Bankrut Jika Z<
Daerah Rawan
2,90
1,20
1,20 – 2,90
Sumber : Hanafi dan Halim (2007 : 275)
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. pada tahun 2006-2010 mempunyai kinerja
keuangan yang berada pada daerah rawan (grey area). Hal ini dapat dilihat dari nilai Z
yang berada di antara 1,20-2,90 yaitu pada tahun 2006 sebesar 1,42 pada tahun 2007
sebesar 1,93 pada tahun 2008 sebesar 2,17 pada tahun 2009 sebesar 2,89 dan pada tahun
2010 sebesar 2,69. Walaupun dari tahun ke tahun kinerja keuangan perusahaan
mengalami peningkatan tetapi nilai Z masih berada diantara 1,20-2,90 yang menyebabkan
perusahan Indocement berada di daerah rawan sehingga dikategorikan sebagai perusahaan
yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan
bangkrut juga sama besarnya tergantung dari keputusan dan kebijaksanaan manajemen
perusahaan Indocement dalam mengambil keputusan.
Tabel 7
PT. Holcim Indonesia, Tbk (Perhitungan Z-Score Periode 2006-2010)
Keterangan Tahun (dalam jutaan rupiah kecuali untuk ratio & Zscore)
2006 2007 2008 2009 2010
Aktiva Lancar 1.049.572 1.460.971 2.097.090 1.476.338 2.253.237
Hutang lancar 855.818 1.098.383 1.269.636 1.162.542 1.355.830
Modal Kerja 193.754 362.588 827.454 313.796 987.407
Total Aktiva 7.065.846 7.208.250 8.208.985 7.265.366 10.437.249
Laba ditahan 7.772.038 7.563.349 4.917.708 4.407.082 403.849
EBIT 241.519 186.502 298.639 1.296.978 1.147.957
Nilai Buku Saham Biasa dan Preferen
3.890.522 3.890.522 3.890.522 3.890.522 2.587.309
Nillai Buku Total Utang 4.967.178 4.950.893 5.403.056 3.949.183 3.611.246
Penjualan 2.993.197 3.754.906 5.341.054 5.943.881 5.960.589
X1 = Modal Kerja/Total
Aktiva 0,027 0,050 0,101 0,043 0,086
X2 = Laba ditahan/Total Aset 1,093 1,049 0,599 0,607 0,037
X3 = EBIT/Total Aset 0,034 0,026 0,036 0,179 0,110
X4 = Nilai Buku Shm Biasa
dan Preferen/Nilai Buku Total Utang
0,783 0,786 0,720 0,985 0,716
X5 = Penj/Total Aset 0,424 0,521 0,651 0,818 0,571
0,717 X1 0,019 0,036 0,072 0,031 0,062
0,847 X2 0,296 0,889 0,507 0,514 0,031
3,107 X3 0,106 0,081 0,112 0,556 0,342
0,42 X4 0,329 0,330 0,302 0,414 0,301
0,998 X5 0,423 0,520 0,650 0,816 0,516
Nilai Z 1,80 2,58 2,29 2,33 1,25
70
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
Hasil Analisis Grey Area Grey Area Grey Area Grey Area Grey Area
Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2012
Berdasarkan perhitungan Z-Score tahun ke tahun kinerja keuangan perusahaan
mengalami peningkatan tetapi nilai Z masih berada diantara 1,20-2,90 yang menyebabkan
perusahan Indocement berada di daerah rawan sehingga dikategorikan sebagai perusahaan
yang memiliki kesulitan keuangan. Perlu diwaspadai adalah tahun 2010 nilai Z hanya
sebesar 1,25 menurun dari tahun-tahun sebelumnya, kemungkinan terselamatkan dan
kemungkinan bangkrut juga sama besarnya tergantung dari keputusan dan kebijaksanaan
manajemen perusahaan Holcim dalam mengambil keputusan.
Tabel 8
PT. Semen Gresik, Tbk (Perhitungan Z-Score Periode 2006-2010)
Keterangan Tahun (Dlm Jutaan rupiah kecuali ratio dan Z-score)
2006 2007 2008 2009 2010
Aktiva Lancar 4.153.263 5.267.912 7.083.422 8.219.007 7.343.605
Hutang lancar 1.460.083 1.445.872 2.090.589 2.294.842 2.517.519
Modal Kerja 2.693.180 3.822.040 4.992.833 5.924.165 4.826.086
Total Aktiva 7.496.419 8.515.227 10.602.964 12.951.308 15.562.999
Laba ditahan 3.659.107 4.786.755 6.229.079 8.146.269 9.955.029
EBIT 1.857.041 2.560.214 3.589.529 4.655.188 4.722.623
Nilai Buku Saham Biasa dan Preferen
1.247.355 1.247.355 1.247.355 1.458.258 1.458.258
Nillai Buku Total Utang 1.915.243 1.795.641 2.429.249 2.633.214 3.423.246
Penjualan 8.727.856 9.600.801 12.209.846 14.387.850 14.344.189
X1 = Modal Kerja/Total Aktiva
0,359 0,449 0,471 0,457 0,310
X2 = Laba ditahan/Total Aset 0,488 0,562 0,587 0,629 0,640
X3 = EBIT/Total Aset 0,248 0,301 0,339 0,359 0,303
X4 = Nilai Buku Shm Biasa dan Preferen/Nilai
Buku Total Utang
0,651 0,695 0,513 0,554 0,426
X5 = Penj/Total Aset 1,164 1,127 1,152 1,111 0,922
0,717 X1 0,257 0,322 0,338 0,328 0,222
0,847 X2 0,413 0,476 0,497 0,533 0,542
3,107 X3 0,771 0,935 1,053 1,115 0,941
0,42 X4 0,273 0,292 0,215 0,233 0,179
0,998 X5 1,162 1,125 1,150 1,109 0,920
Nilai Z 2,88 3,15 3,25 3,32 2,81
Hasil Analisis Grey Area Tidak
Bangkrut
Tidak
Bangkrut
Tidak
Bangkrut Grey Area
Sumber : Data sekunder yang telah diolah, 2012
Berdasarkan perhitungan Z-Score tersebut di atas kemudian disesuaikan dengan
titik cut-off yaPT. Semen Gresik, Tbk. Pada tahun 2006 mempunyai kinerja keuangan
yang berada pada daerah rawan (grey area). Hal ini dapat dilihat dari nilai Z yang berada
di antara 1,20-2,90 yaitu pada tahun 2006 sebesar 2,88. Pada tahun 2007, 2008, 2009
71
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
menunjukkan kinerja keuangan yang bagus yaitu dengan nilai Z di atas 2,90. Pada tahun
2007 sebesar 3,15 pada tahun 2008 sebesar 3,25 dan pada tahun 2009 sebesar 3,15,
menunjuukan kinerja keuangan pada daerah tidak bangkrut atau sehat.
Dilihat dari nilai Z tahun 2006-2009 kinerja keuangan perusahaan mengalami
peningkatan tetapi yang perlu di waspadai pada tahun 2010 nilai Z hanya sebesar 2,81
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan berada diantara 1,20-2,90
menyebabakan tahun 2010 kinerja keuangan perusahaan Gresik berada pada daerah
rawan (grey area) sehingga tahun 2010 dikategorikan sebagai kinerja keuangan yang
memiliki kesulitan keuangan, kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut
juga sama besarnya tergantung dari keputusan dan kebijaksanaan manajemen perusahaan
Gresik dalam pengambilan keputusan.
Hasil Rekapitulasi Z-Score Ketiga Perusahaan Semen
Rekapitulasi hasil perhitungan Z-Score untuk ketiga perusahaan semen go public
sebagai berikut:
Tabel 9
Rekapitulasi Hasil Z-Score Tiga Perusahaan Semen tterdaftar di BEI Pabrik
Semen
Hasil Z-Score
2006 2007 2008 2009 2010
PT.
Indocement 1,42
Daerah
Rawan 1,93
Daerah
Rawan 2,17
Daerah
Rawan 2,89
Daerah
Rawan 2.69
Daerah
Rawan
PT. Holcim 1,80 Daerah
Rawan 2,58
Daerah
Rawan 2,29
Daerah
Rawan 2,33
Daerah
Rawan 1,25
Daerah
Rawan
PT. Semen
Gresik 2,88
Daerah
Rawan 3,15
Tidak
Bangkrut 3,25
Tidak
Bangkrut 3,32
Tidak
Bangkrut 2,81
Daerah
Rawan
Sumber : Data yang telah diolah, 2012
Dasar PenentuanTitik cut-off yang dilaporkan Altman
Titik cut-off Dengan Nilai Buku
Tidak Bangkrut Jika Z >
Bankrut Jika Z<
Daerah Rawan
2,90
1,20
1,20 – 2,90
Sumber : Hanafi dan Halim (2007 : 275)
Dibandingkan dengan titik cut-offnya pada tahun 2006 dapat dilihat bahwa dari
hasil perhitungan Z-score masing-masing perusahaan semen yaitu 1,42 untuk PT,
Indocement, 1,80 untuk PT. Holcim dan 2,88 untuk PT. Semen Gresik, yang berarti
72
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
perusahaan berada pada daerah rawan karena nilai Z masih dibawah nilai titik cut-off
yang ditentukan yaitu 2,90.
Tahun 2007 hasil perhitungan Z-score untuk masing-masing perusahaan semen
yaitu 1,93 untuk PT, Indocement yang berarti perusahaan berada pada daerah rawan, 2,58
untuk PT. Holcim juga berada pada daerah rawan dan 3,15 untuk PT. Semen Gresik
berarti perusahaan tidak mengalami kebangkrutan.
Tahun 2008 hasil perhitungan Z-score untuk masing-masing perusahaan semen
yaitu 2,17 untuk PT, Indocement yang berarti perusahaan berada pada daerah rawan
namun tetap mengalmi peningkatan nilai Z dari tahun sebelumnya, 2,29 untuk PT.
Holcim juga berada pada daerah rawan dan 3,25 untuk PT. Semen Gresik berarti
perusahaan tidak mengalami kebangkrutan.
Tahun 2009 hasil perhitungan Z-score untuk masing-masing perusahaan semen
yaitu 2,89 untuk PT, Indocement yang berarti perusahaan berada pada daerah rawan
namun tetap mengalmi peningkatan nilai Z dari tahun sebelumnya dan hampir mendekati
tidak bangkrut , 2,33 untuk PT. Holcim juga berada pada daerah rawan namun nilai Z nya
meningkat dari tahun ketahun dan 3,32 untuk PT. Semen Gresik berarti perusahaan tidak
mengalami kebangkrutan.
Tahun 2010 dapat dilihat bahwa dari hasil perhitungan Z-score masing-masing
perusahaan semen yaitu 2,69 untuk PT, Indocement, 1,25 untuk PT. Holcim dan 2,81
untuk PT. Semen Gresik, yang berarti perusahaan berada pada daerah rawan karena nilai
Z masih dibawah nilai titik cut-off yang ditentukan yaitu 2,90. Jadi perusahaan perlu
memperbaiki kinerja perusahaannya supaya tidak mengalami kebangkrutan.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
1. Kinerja keuangan perusahaan semen periode 2006-2010 dilihat dari analisis rasio
keuangannya adalah sebagai berikut :
a. Kinerja Keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dari tahun 2006-2010
dilihat dari rasio likuiditas sangat likuid, tetapi tida solvable. Kemampuan aspek
profitability cukup baik dan bisa diandalkan. Sedangkan tingkat aktivitas
perusahaan dilihat dari perputaran persediaan cukup baik, yang perlu diwaspadai
adalah rata-rata umur piutang, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva.
73
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
b. Kinerja Keuangan PT. Holcim Indonesia, Tbk periode 2006-2010 untuk rasio
likuiditas cukup likuid terutama rasio cepatnya, untuk rasio lancarnya perlu masih
berada di bawah rasio industri. Untuk jangka panjang tidak solvabel, sedangkan
dari aspek profitability baik dan bisa diandalkan. Sedangkan tingkat aktivitas
perusahaan dilihat dari perputaran persediaan cukup baik, yang perlu diwaspadai
adalah rata-rata umur piutang, perputaran aktiva tetap, dan perputaran total aktiva
yang masih di bawah rasio industri.
c. Kinerja Keuangan PT. Semen Gresik, Tbk periode 2006-2010 dari rasio
likuiditasnya sangat likuid, tetapi untuk jangka panjang tidak solvable. Sedangkan
kemampuan perusahaan dari aspek profitability sangat baik dan bisa diandalkan.
Sedangkan tingkat aktivitas perusahaan dilihat dari perputaran persediaan cukup
baik, yang perlu diwaspadai adalah rata-rata umur piutang, perputaran aktiva
tetap, dan perputaran total aktiva yang masih di bawah rasio industri.
2. Tingkat kesehatan a keuangan perusahaan semen periode 2006-2010 dilihat dari
prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode diskriminan Altman Z-score
adalah sebagai berikut :
a. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk pada tahun 2006 sampai 2010 berada pada
daerah rawan (grey area), yaitu berada dalam kisaran Z-score 1,20-2,90, untuk itu
perlu antisipasi dan perabikan serius dalam menata posisi keuangannnya untuk
masa yang akan datang.
b. PT. Holcim Indonesia, Tbk. juga memiliki indikasi serpa dengan PT Indocement
Tunggal Perkasa,Tbk yang berada pada daerah rawan (grey area). Selama tahun
2006-2010 nilai Z perusahaan berada diantara 1,20-2,90, yang sangat drastis tahun
2010 yang mengalami penurunan dan hampir mendekati kebangkrutan dengan Z-
score 1,25. Agar terhindar dari kebangkrutan perlu merivitalisasi posisi perbaikan
keuangan secara menyeluruh.
c. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk dilihat dari nilai Z tahun 2006-2009 berada pada
daerah tidak bangkrut atau sehat, karena nilai Z > 2.90, tetapi tahun 2010 nilai Z-
score 2,81 menurun sehingga berada di daerah rawan (grey area).
74
Among Makarti, Vol.5 No.9, Juli 2012
3. Diantara ketiga perusahaan PT Semen Gresik Tbk, menunjukkan kecenderungan
tingkat kinerja keuangan dan kesehatan keuangan yang lebih baik menyusul
kemudian PT Indocement Tunggal Perkasa,Tbk dan PT Holcim Indonesia,Tbk.
Saran
Diperlukan perbaikan yang elementer terkait dengan manejemen keuangan untuk
kesehatan dan kinerja keuangan ketiga perushaan semen Go Public di BEI tersebut,
menigngat ketiga-tiganya berpotensi mengalami penurunan kinerja keungan dan
kebangkrutan.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Pandi. 2010. Akuntansi manajemen. Media Profesional Press. Salatiga
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta
Ary Daryani. 2004. Rasio Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kebangkrutan Perusahaan
Go Public di Indonesia. Skripsi
Darsono, Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Andi.
Yogyakarta.
Djarwanto. 2002. Pokok-Pokok Analisis laporan Keuangan. BPFE. Yogyakarta
Harahap, Sofyan S. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi Kesatu. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan. Bumi Akasara. Jakarta
http://www.holcim.co.id. 2012
http://www.idx.co.id. 2012
http://www.indocement.co.id. 2012
http://www.semengresik.co.id. 2012
Indonesian Capital Market Directory. 2009. JSX, Jakarta
. 2011. JSX, Jakarta
Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta.
Mamduh, M. Hanafi. 2003. Analisa Laporan Keuangan. UPP MPP YKPN. Yogyakarta.
. 2004. Manajemen Keuangan. BPFE - YOGYAKARTA.
Yogyakarta.
Mamduh, M. Hanafi, Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi kedua. UUP
MPP YKPN. Yogyakarta.
Munawir, S. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta.
Prastowo, Dwi, Rifka Julianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan-Konsep dan Aplikasi.
Edisi Kedua. AMP YKPN. Yogyakarta.
Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Salemba Empat. Jakarta
75
Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan Pada Perusahaan Semen Go Public
Di Bursa Efek Indonesia (Fukhatul Nur Hamidah, Pandi Afandi
Sito Kurniawan. 2009. Prediksi Kebangkrutan Ditinjau dari Analisis Laporan Keuangan.
Skripsi
Soeratno, Lincolin. 2008. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. UPP STIM
YKPN. Yogyakarta
Sugiono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. CV. Bandung
Umar, Husain. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Ghalia Indonesia. Jakarta