Post on 04-Oct-2021
ANALISIS SWOT PENGELOLAAN PROGRAM KAMPUNG KELUARGA BERENCANA (KB) DI
KAMPUNG KASO DESA SUKARAJA KECAMATAN WARUNGGUNUNG KABUPATEN LEBAK
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mrmperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Apriadalista Nurul Pertiwi
NIM 6661130228
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Desember 2017
v
MOTTO :
“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.
(QS. Thoha: 25-28)
Persembahan :
“Skripsi ini kupersembahan untuk Kedua
orang tua ku terkasih dan tercinta, Suami
tersayang dan Calon Anakku. Serta kedua
adikku yang telah memberikan do’a tiada henti
dengan tulus dan ikhlas, serta memberikan
semangat baik itu secara moral maupun
materiil dari awal hingga akhir skripsi ini
dibuat.”
vi
ABSTRAK Apriadalista Nurul Pertiwi. 6661130228. Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kabupaten Lebak. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I Dr. Dirlanudin, M.Si. Dosen Pembimbing II Drs. Oman Supriadi, M.Si Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar didunia. Ledakan penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Untuk memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka pemerintah menggalakkan program Kampung KB (Keluarga Berencana), namun dalam pengelolaannya belum maksimal. Seperti kondisi di Kampung Kaso untuk pengelolaannya belum optimal. Masih kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana), masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang program kampung KB (Keluarga Berencana), masih rendahnya dukungan pemerintah dari sisi anggaran, kurang optimalnya koordinasi antar lintas sektoral. Penelitian ini untuk mengetahui strategi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam pengelolaan program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung. Penelitian ini menggunakan teori teknik analisis Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) dikutip dari Siagian (2007:172). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menujukkan belum optimal, dan strategi yang tepat untuk diterapkan yaitu melakukan kerjasama dengan dinas terkait lainnya untuk berkonsentrasi meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat, melakukan evaluasi kebiajakan program pengelolaan dengan pihak-pihak terkait, melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat. Saran penelitian agar strategi lebih optimal adalah meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten dalam program upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata Kunci : Strategi, Pengelolaan, Kampung KB (Keluarga Berencana)
vii
ABSTRACT
Apriadalista Nurul Pertiwi. 6661130228. SWOT Analysis Village's Program Management of Family Planning (KB) in Kaso of Sukaraja Village Lebak Regency. State Administration Science Program. Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Supervisor I Dr. Dirlanudin, M.Si. Supervisor II Drs. Oman Supriadi, M.Si
Indonesia is a country with the fourth largest population in the world. This population explosion occurred because the rate of population growth is very high. To provide a decent living for every citizen, the government promotes the village's program of Family Planning (KB), but in its management has not been maximized. As conditions in Kaso for its management has not been optimal. There are still many human resources in the management of Family Planning (KB) program, the limited facilities and infrastructures supporting the family planning program, the lack of coordination from the budget side, the lack of optimal inter-sectoral coordination. This research is to find out the strategy of Department of Population Control, Family Planning, Women Empowerment and Child Protection in management of KB program in the villages. This study uses theoretical analysis techniques Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) from Siagian (2007: 172). This research uses descriptive qualitative method. The results of the research indicate that it is not optimal yet, and the right strategy to be implemented is to cooperate with other related agencies to improve the quality of community resources, to evaluate the program policies with related parties, to meet with community leaders. Suggestion of research to be more optimal is to increase cooperation and coordination with central government, province and district in program of effort to improve prosperity of society.
Keywords : Strategy, Management, Family Planning Village (Family Planning)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbill’alamin, penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT,
karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dalam rangka memenuhi salah satu
syarat mencapai gelar sarjana pada Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten yang
berjudul “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung
Kabupaten Lebak”.
Selesainya Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang senantiasa mendukung dan membimbing penulis. Maka dari
itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Imam Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom., Wakil Dekan II Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ix
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
6. Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
7. Riswanda, Ph.D., Sekertaris Program Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
8. Dr. Dirlanudin, M.Si., Sebagai Dosen Pembimbing I dan selaku
pembimbing akademik yang selalu memberikan semangat dan
membimbing peneliti dalam menyusun Skripsi ini dan sabar dari awal
hingga saat ini.
9. Drs. Oman Supriadi, M.Si., Sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu
memberikan semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun
Skripsi ini dan sabar dari awal hingga saat ini.
10. Seluruh dosen dan staf Jurusan Admnistrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
11. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Lebak
yang telah mengizinkan dan membantu peneliti mengumpulkan data.
x
12. Seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait yang tergabung
dalam pengelolaan program Kampung KB (Keluarga Berncana) yang
telah mengizinkan dan membantu peneliti mengumpulkan data.
13. Bapak Kepala Desa Sukaraja yang telah membantu dan memberikan
informasi kepada peneliti.
14. Bapak Sekretaris Desa Sukaraja yang telah membantu dan
memberikan informasi kepada peneliti.
15. Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang telah membantu
memberikan data dan proses observasi dari awal.
16. Ibu dan Bapak yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh
strata satu. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan
yang terbaik dan membalas segala kebaikan yang diberikan.
17. Suamiku Andre Apandy Asgar yang selalu membantu dan mendukung
segala proses penyusunan skripsi ini dari awal.
18. Terimakasih kepada seluruh keluarga dan saudara-saudara yang selalu
memberikan semangat selama pembuatan Skripsi.
19. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku Ina Haryani, Alexandra,
Darajatun, Viny Septia, Putri Fadillah, Amalia, Athika, dan Putri Ratna
Dewi, walaupun jarak memisahkan kita tapi selalu memberikan
semangat, canda dan tawa.
20. Untuk Wulan Resti, Eva Yulita, Arum, Sierfi Rahayu, Jumhari, Hanny,
Mila, Faizah, Yunita dan teman-teman Kelas A ANE 2013 terimakasih
xi
karena menjadi supporter terhebat selama menjadi mahasiswa
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
21. Teman-teman KKM Tematik 21 Untirta 2016, yang selalu saling
memberikan support dan masih menjaga silaturahmi.
22. Kawan-kawan Administrasi Negara 2013 yang memberikan warna,
masukan dan nasehat yang bermanfaat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun
tetap dinantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga
Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Serang, November 2017
Penulis
Apriadalista Nurul Pertiwi
xii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................... vi
ABSTRACT .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………..………………... 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………...… 19
1.3 Batasan Masalah ...……………………………………………. 19
xiii
1.4 Rumusan Masalah …………………………………………...... 20
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………... 20
1.6 Manfaat Penelitian ……………………………………………. 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka …………..…………………………………... 22
2.2 Konsep Manajemen Strategi .........................................................23
2.2.1 Pengertian Manajemen ............................................... 23
2.2.2 Fungsi Manajemen ..................................................... 25
2.2.3 Pengertian Strategi ...................................................... 27
2.2.4 Definisi Manajemen Strategi ...................................... 29
2.2.5 Proses Manajemen Strategi ......................................... 31
2.3 Konsep Kampung Keluarga Berencana ........................................ 38
2.4 Analisis SWOT ............................................................................. 45
2.5 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 71
2.6 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 77
2.7 Asumsi Dasar Penelitian ............................................................... 79
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ................................................ 80
3.2 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 82
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................ 82
xiv
3.4 Variabel Penelitian ......................................................................... 83
3.4.1 Definisi Konsep ............................................................. 83
3.4.2 Definisi Operasional ...................................................... 84
3.5 Instrumen Penelitian ..................................................................... 87
3.6 Informan Penelitian ....................................................................... 96
3.7 Teknis Analisis dan Uji Keabsahan Data ...................................... 99
3.7.1 Teknik Analisis Data ...................................................... 99
3.7.2 Uji Keabsahan Data ........................................................ 101
3.8 Jadwal Penelitian ........................................................................... 103
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ............................................................ 105
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lebak ................ 105
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Warunggunung ............... 111
4.1.3 Gambaran Umum DPPKBP3A Kabupaten Lebak ......... 114
4.2 Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 123
4.3 Informan Penelitian ....................................................................... 126
4.4 Analisis Hasil Penelitian ................................................................ 128
xv
4.4.1 Strength (Kekuatan) ........................................................ 129
4.4.2 Weakness (Kelemahan) ................................................... 143
4.4.3 Opportunity (Peluang) ..................................................... 157
4.4.4 Threats (Ancaman) .......................................................... 161
4.5 Pembahasan .................................................................................... 166
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 190
5.2 Saran .............................................................................................. 191
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Persentase Wanita Usia 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin
Menurut Usia Perkawinan Pertama di Provinsi Banten, 2014 ................... 5
1.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Warunggunung tahun 2014 ....................................................................... 11
1.3 Review Terhadap Rancangan Awal PKPD Tahun 2018 Kabupaten
Lebak ......................................................................................................... 13
2.1 Tahapan Perencanaan Strategi .................................................................. 46
2.2 Matriks EFI dan EFE .................................................................................51
2.3 Matriks SWOT ......................................................................................... 54
3.1 Pedoman Wawancara Penelitian .............................................................. 85
3.2 Deskripsi Informan Penelitian ................................................................. 98
3.3 Jadwal Penelitian ................................................................................... 104
4.1 Luas Wilayah Kabupaten Lebak Menurut Kecamatan .......................... 106
4.2 Pembagian Wilayah Administrasi Pembangunan Kabupaten Lebak .... 108
4.3 Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 ..... 108
4.4 Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten
Lebak Tahun 2014 ................................................................................. 110
xvii
4.5 Daftar Kampung di Desa Sukaraja ....................................................... 113
4.6 Informan Penelitian .............................................................................. 126
4.7 Data PUS RW 01 Desa Sukaraja .......................................................... 135
4.8 Matriks SWOT ...................................................................................... 177
4.9 Faktor Pendukung Program Pengelolaan Kampung KB
(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja ...................... 187
4.10 Faktor Penghambat Program Pengelolaan Kampung KB
(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja ..................... 187
4.11 Ringkasan Pembahasan ........................................................................ 188
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Model Manajemen Strategi ...................................................................... 34
2.2 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 78
3.1 Analisis Data Miles dan Huberman .......................................................... 99
4.1 Peta Wilayah Kabupaten Lebak ............................................................... 107
4.2 Peta Kecamatan Warunggunung .............................................................. 112
4.3 Struktur Organisasi DPPKBP3A Kabupaten Lebak ................................ 119
4.4 Pendaftaran pemasangan implan gratis untuk warga Kampung KB
(Keluarga Berencana) ............................................................................. 135
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi
2 Matriks sebelum reduksi data
3 Matriks sesudah reduksi data
4 Catatan Lapangan
5 Pedoman Wawancara
6 Surat Ijin Penelitian
7 Catatan Bimbingan
8 Dokumen pendukung
9 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar
didunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan data yang
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 yang berjudul
Statistik Indonesia 2017 (Statistical Yearbook of Indonesia 2017), Jumlah
Penduduk Indonesia adalah sebanyak 258.704.900 jiwa pada tahun 2016. Angka
tersebut lebih tinggi sekitar 8,5% atau bertambah sebanyak 20.186.200 jiwa
dibandingkan dengan tahun 2015 yang berjumlah 238.518.800 jiwa. Ledakan
penduduk ini terjadi karena laju pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.
Kondisi ini jelas menimbulkan dua sisi yang berbeda. Disatu sisi kondisi tersebut
bisa menjadi salah satu kekuatan yang besar untuk Indonesia. Tetapi di satu sisi
kondisi tersebut menyebabkan beban negara menjadi semakin besar.
Karena berhubungan dengan tinggi rendahnya beban negara untuk
memberikan penghidupan yang layak kepada setiap warga negaranya, maka
pemerintah memberikan serangkaian usaha untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk agar tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar. Gagasan tentang
keluarga berencana menghadapi tantangan yang sangat besar di tahun 1950-an.
Sebagian besar masyarakat cenderung melihat keluarga berencana sebagai upaya
2
pembatasan kehamilan semata, pada saat itu merupakan suatu hal yang dianggap
sebagai bentuk perampasan kemerdekaan yang baru saja mereka nikmati.
Di sisi lain, pada periode tersebut pemerintah belum menyadari manfaat
keluarga berencana bagi peningkatan kualitas bangsa. Saat itu hamil dan
melahirkan ditanamkan sebagai tugas mulia perempuan untuk melahirkan jutaan
generasi baru Indonesia yang akan mengelola sumber daya alam yang melimpah
dan mengangkat citra Indonesia sebagai bangsa yang besar di mata dunia.
(http://pkbi.or.id/profil/)
Keluarga adalah pilar utama untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera. Keluarga yang dimaksud ialah keluarga yang bertanggung jawab yaitu
keluarga yang menunaikan tanggung jawabnya dalam dimensi kelahiran,
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan.
Program Keluarga Berencana dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah
untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya pemerintah
berkeinginan untuk membuat perubahan dari suatu kondisi tertentu ke keadaan
lain yang lebih bernilai. Agar proses perubahan itu dapat menjangkau sasaran-
sasaran perubahan keadaan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai
pengendali masa depan, di dalam melaksanakan pembangunan itu perlu sekali
memperhatikan segi manusianya. Karena dalam arti proses, pembangunan itu
menyangkut makna bahwa manusia itu obyek pembangunan dan sekaligus subyek
pembangunan. Sebagai subyek pembangunan manusia harus diperhitungkan,
sebab dia punya nilai dan potensi yang luar biasa. Oleh karena itu, di dalam
pembangunan perlu sekali mengajak subyek tadi untuk ikut berpartisipasi aktif
3
dalam proses pembangunan secara berkelanjutan (Pasaribu dan Simanjntak,
1986:62).
Program pemerintah kali ini adalah program yang dicanangkan oleh Bapak
Presiden RI, Ir Joko Widodo memerintahkan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), dan bersamaan dengan penggalakan gerakan
revolusi mental, dimana dengan program ini masyarakat dapat melakukan revolusi
mental berbasis kekeluargaan. Joko Widodo ingin memulai pembangunan
Indonesia berawal dari tempat-tempat yang kurang terjangkau, hal inilah yang
menjadi latar belakang program Kampung KB dicanangkan.
Kampung Keluarga Berencana (KB) merupakan program baru pemerintah
dalam mengatasi masalah kependudukan, terutama di wilayah-wilayah yang
jarang terlihat oleh pemerintah. Secara harfiah Kampung Keluarga Berencana
(KB) adalah satuan wilayah setingkat dusun/RW dengan kriteria tertentu dimana
terdapat keterpaduan program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) dan pembangunan sektor terkait yang
dilaksanakan secara sistemik dan sitematis.
Sebagaimana derah berkembang lainnya, jumlah penduduk provinsi
Banten selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk di
Provinsi Banten sebanyak 11.704.887 jiwa, yang terdiri dari 5.971.296 0rang laki-
laki dan 5.733.581 orang perempuan (Banten dalam Angka 2015). Penyebaran
penduduk Provinsi Banten di 8 kabupaten/kota yang ada ternyata tidak merata.
Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk lebih memilih tinggal di
4
wilayah yang potensial secara ekonomi dan memiliki fasilitas umum dan sosial
yang lebih lengkap dibandingkan wilayah lainnya yang masih tertinggal.
Dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal, Presiden Joko Widodo pada tanggal 4 November 2015 telah
menandatangani Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal Tahun 2015 – 2019. Dalam Perpres itu disebutkan, Daerah
Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang
berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.
Kabupaten Lebak dan Pandeglang masih terkategori daerah tertinggal.
Terkait Pandeglang dan Lebak yang menjadi daerah tertinggal, seharusnya hal itu
tidak terjadi mengingat secara geografis letak Banten sangat dekat dengan Ibu
kota Negara Republik Indonesia yaitu Jakarta. Selain itu, potensi sumber daya
alam di kedua daerah tersebut juga sangat kaya. Diketahui Kabupaten Lebak dan
Pandeglang ditetapkan sebagai daerah tertinggal bersama 122 kabupaten kota se-
Indonesia dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 131 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019.
Daerah tertinggal merupakan daerah yang wilayah serta masyarakatnya
dianggap kurang berkembang, berdasarkan kriteria perekonomian masyarakat,
sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, kemampuan keuangan
daerah, aksesibilitas, dan karakteristik daerah dibandingkan dengan daerah lain
dalam skala nasional.
5
Tabel 1.1 Persentase Wanita Usia 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin
Menurut Usia Perkawinan Pertama di Provinsi Banten, 2014
No Kabupaten/Kota <16 Tahun 16-18 Tahun
1 Kabupaten Pandeglang 37,19 30,00
2 Kabupaten Lebak 37,63 31,67
3 KabupatenTangerang 21,78 20,62
4 Kabupaten Serang 31,13 24,03
5 Kota Tangerang 10,99 15,39
6 KotaCilegon 24,07 16,11
7 Kota Serang 28,74 19,86
8 Kota Tangsel 9,25 12,54
Jumlah 100 100
Sumber: Banten Dalam Angka, 2015
Menurut tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa Kabupaten Lebak merupakan
persentase tertinggi dalam Persentase Wanita Usia 10 Tahun Keatas yang Pernah
Kawin Menurut Usia Perkawinan Pertama di Provinsi Banten pada tahun 2014.
Kabupaten Lebak adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia.
Ibukotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Serang dan Kabupaten Tangerang di utara, Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Pandeglang di
barat. Kabupaten Lebak terdiri atas 28 kecamatan, yang dibagi lagi atas 340 desa
dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung, yang berada
6
di bagian utara wilayah kabupaten. Kota ini dilintasi jalur kereta api Jakarta-
Merak. Secara geografis wilayah Kabupaten Lebak berada pada 105 25' - 106 30
BT dan 6 18' - 7 00' LS. Bagian utara kabupaten ini berupa dataran rendah, sedang
di bagian selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Halimun di
ujung tenggara, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi. Sungai Ciujung mengalir ke arah utara, merupakan sungai terpanjang
di Banten.
Dalam kaitannya dengan program Keluarga Berencana sebagai usaha
pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, materiil, dan spirituil
sesuai dengan tujuan pokok yang dirumuskan dalam pembahasan dan batang
tubuh UUD 45, Pemerintah Kabupaten Lebak sesuai dengan Surat Keputusan
Bupati Lebak Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016 mencanangkan Kampung
Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso, Desa Sukaraja, Kecamatan
Warunggunung, guna mendukung percepatan pembangunan yakni keluarga yang
sejahtera dan berharap seluruh kecamatan di daerah ini memiliki Kampung KB
untuk mendorong kesejahteraan keluarga kecil.
Kampung Kaso tersebut memiliki kriteria kumuh juga padat penduduk
yang termasuk dalam kategori prasyarat pembentukan Kampung KB (Juknis
Kampung KB BKKBN Tahun 2015) dan telah ditetapkan oleh keputusan Bupati
Lebak Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016 sebagai Kampung Keluarga Berencana
(KB) di Kabupaten Lebak. Penanganan Kampung KB tersebut melibatkan 12
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) karena adanya keterlibatan melaksanakan
program untuk kesejahteraan. Misalnya, bidang program kesehatan derajat
7
masyarakat melalui Dinas Kesehatan dan sektor usaha pertanian ditangani Dinas
Pertanian. Begitu juga program penghijauan melalui Dinas Kehutanan dan
Perkebunan serta mensukseskan wajib pendidikan 12 tahun melibatkan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan setempat.
Kampung Keluarga Berencana (KB) ini bertujuan agar di suatu wilayah
bisa terbentuk suatu keluarga kecil yang berprestasi, sehingga lonjakan penduduk
bisa dikendalikan, serta pencanangan Kampung Berencana (KB) tidak hanya
berpacu pada penggunaan alat kontrasepsi semata. Sesuai masterplannya, Desa
tersebut bisa terus berkembang baik dalam segi pendidikan, kesehatan dan bidang
lainnya. Apalagi dengan dicanangkannya Kampung Berencana (KB),
permasalahan mengenai kantor Pustu (Puskesmas Pembantu) yang perlu
perbaikan serta jumlah bidan yang hanya terdapat satu orang serta satu orang
tenaga medis lainnya (sumber: Puskesmas) dapat lebih dimaksimalkan lagi, akan
membawa dampak perubahan yang besar kepada Desa.
Selama ini, program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan
keluarga sesungguhnya merupakan upaya peningkatan kualitas dan kesejahteraan
hidup manusia yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Selain itu juga
ketahanan keluarga sebagai pondasi dan benteng kehidupan yang harus terbangun
secara kokoh dalam sepanjang zaman. Saat ini, jumlah angka penduduk di
Indonesia tahun ke tahun populasinya terus meningkat sehingga dapat
menimbulkan permasalahan sosial, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja.
Untuk itu, jajaran pemerintah dan masyarakat harus mendukung Kampung
Keluarga Berencana (KB) agar dapat melahirkan manusia yang berkualitas.
8
Kampung Keluarga Berencana (KB) itu nantinya terintegrasi dengan program
pembangunan lainnya, seperti Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.
Program Kampung Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu
program prioritas nasional yang merupakan perwujudan dari agenda
prioritas pembangunan atau yang biasa dikenal dengan Nawacita, terutama pada
Agenda Prioritas nomor 5 (lima) yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia
Indonesia melalui Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana, serta
melaksanakan Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019 pada dimensi
Pembangunan Manusia. Penggarapan program Kampung Berencana (KB)
membutuhkan keterlibatan semua sektor baik pemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota serta swasta yang memiliki cita-cita mewujudkan masyarakat
yang adil, makmur dan sejahtera.
Untuk memulai menjalankan suatu program, apalagi program tersebut
adalah program baru, maka dibutuhkan suatu perencanaan kegiatan yang matang
agar kedepannya program tersebut berjalan dengan lancar. Terkait dengan maksud
tersebut maka Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Provinsi Banten telah melatih Tim Kampung Keluarga
Berencana (KB) untuk diberikan pelatihan tentang pengelolaan program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di
desa. Dalam pelatihan tersebut peserta dibekali materi tentang pembuatan Work
Plan Kampung Keluarga Berencana (KB) yang akan dijadikan pedoman oleh Tim
Kampung Keluarga Berencana (KB) dalam menjalankan Program Kampung
Keluarga Berencana (KB) di Desanya. Penyusunan Work Plan harus berdasar
9
pada data, permasalahan, situasi dan kondisi masing-masing desa yang dipilih
menjadi Kampung Keluarga Berencana (KB).
Dalam penyusunan Work Plan Kampung Keluarga Berencana (KB), Tim
Kampung Keluarga Berencana (KB) terlebih dahulu menggali permasalahan yang
ditemui terkait lima isu dasar dalam Program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Lima isu dasar tersebut antara lain: 1)
kependudukan, 2) Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), 3) Pengaturan
Kelahiran, 4) Ketahanan Keluarga (Tribina) dan 5) Pemberdayaan Keluarga
(UPPKS).
Permasalahan yang muncul terkait isu kependudukan yang ditemui di
Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja adalah
kurang tertibnya administrasi kependudukan masyarakat desa. Administrasi
kependudukan tersebut meliputi: Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk
(KTP), Akta Nikah/Buku Nikah, dan Akte Anak. Berdasarkan keterangan yang
saya dapatkan dari Petugas Lapangan KB, bahwa banyaknya masyarakat yang
tidak memiliki kelengkapan administrasi kependudukan dikarenakan mereka
malas untuk mengikuti proses birokrasi dalam mengurus administrasi
kependudukan tersebut. Selain itu kurangnya sosialisasi dalam tata cara
pengurusan administrasi kependudukan juga menjadi masalah yang dihadapi oleh
masyarakat. Oleh karena itu untuk menjawab isu ini, perlu campur tangan dari
perangkat desa dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mengatasi
permasalahan yang muncul dari segi kelengkapan administrasi kependudukan.
10
Mengenai isu Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), berdasarkan
keterangan dari Petugas Lapangan KB, bahwa masih banyak terjadi kasus
pernikahan dini di Kampung Kaso ini. Rata-rata pernikahan remaja yang terjadi di
lokasi Kampung Kaso pada kisaran 14 s/d 18 tahun dan tidak sedikit dari mereka
yang mempunyai anak diusia belasan tahun. Rendahnya usia perkawinan pertama
ditengarai disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, yaitu: faktor ekonomi
(menikahkan anaknya diusia remaja untuk melepaskan beban perekonomian orang
tua, dengan harapan setelah menikah para orang tua akan lepas tanggung jawab
untuk menafkahi anaknya), faktor budaya (masih adanya mitos dimasyarakat
bahwa lebih baik menikahkan anak perempuannya diusia remaja dari pada
anaknya menjadi perawan tua) dan yang terakhir adalah adanya kasus hamil
sebelum nikah, sehingga memaksa orang tua menikahkan anaknya diusia yang
masih belia untuk menutupi aib keluarga.
Terkait dengan isu tersebut tampaknya Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dituntut untuk lebih giat lagi dalam
mengkampanyekan Pendewasaan Usia Perkawinan melalui program Genre..
Dalam menjalankan program Genre di Kampung Keluarga Berencana (KB), perlu
kiranya Tim Kampung Keluarga Berencana (KB) mengikutsertakan kader
Genrenya dalam pelatihan pendidik sebaya yang biasa diselengggarakan oleh
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Hal ini
dimaksudkan agar di Kampung Keluarga Berencana (KB) ada pendidik sebaya
yang mampu memberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada
remaja di Kampung Keluarga Berencana (KB), dan mempengaruhi mereka agar
11
dapat melakukan Pendewasaan Usia Perkawinan dan mempunyai perhatian pada
pentingnya kesehatan reproduksi remaja, serta menjalankan perilaku hidup
berwawasan kependudukan.
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan
Warunggunung, 2014
No Desa Petani Buruh Tani Perikanan Buruh
Perikanan
1 Pasir Tangkil 490 268 2 2
2 Sukarendah 633 346 0 0
3 Selaraja 274 460 4 4
4 Warunggunung 460 481 2 0
5 Cibuah 360 230 12 3
6 Baros 509 342 29 6
7 Sindangsari 359 239 2 0
8 Banjarsari 745 938 0 0
9 Cempaka 227 430 4 8
10 Padasuka 347 490 1 0
11 Sukaraja 1,087 1,551 1 0
12 Jagabaya 642 589 2 4
Kecamatan 6,133 6,364 59 27
Sumber : Desa (Pendataan, 2014)
Lanjutan Tabel 1.2
No PNS Sipil dan
TNI/POLRI
Home
Industri Perdagangan Lainnya Jumlah
1 36 27 106 87 1,016
2 154 162 678 276 2,249
3 80 21 201 422 1,462
4 130 1 62 259 1,265
12
5 179 60 218 312 1,371
6 165 56 197 277 1,575
7 28 32 141 134 935
8 29 1 130 295 2,138
9 32 3 239 196 1,131
10 20 2 154 345 1,359
11 13 80 187 398 3,317
12 27 76 63 182 1,581
Kecamatan 763 521 2,376 3,183 19,399
Sumber : Desa (Pendataan, 2014)
Isu Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
(KKBPK) di Kampung Keluarga Berencana (KB) yang terakhir adalah
pemberdayaan keluarga. Menurut Tabel 1.2 diatas, sebagian besar masyarakat
desa di lokasi Kampung Keluarga Berencana (KB) yaitu Kampung Kaso Desa
Sukaraja memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, akan tetapi mata
pencaharian mereka hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
(sandang, pangan dan papan). Belum ada usaha dari masyarakat untuk
mengembangkan usahanya tersebut dengan membuat usaha tambahan berupa
hasil pertanian, untuk kemudian dipasarkan ke desa lainnya atau kabupaten/kota
lainnya. Padahal itu bisa menjadikan penghasilan tambahan untuk mereka. Upaya
ini tentunya membutuhkan sinergitas peran antara Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Organisasi Perangkat Daerah Keluarga
Berencana (OPDKB), Dinas Koperasi, Dinas Ekonomi Kreatif dan sektor terkait
lainnya yang bergerak dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga.
13
Mencermati beberapa permasalahan dari lima isu dasar dalam pengelolaan
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
(KKBPK) di Kampung Kaso yang menjadi lokasi Kampung Keluarga Berencana
(KB) di Kabupaten Lebak. Permasalahan pertama, muncul saat pelaksanaan
program kelompok kegiatan. Masalah tersebut adalah Belum adanya kesesuaian
antara anggaran peningkatan operasional dan penggunaannya dalam
meningkatkan kinerja kelompok kegiatan. Pengertian dana operasional sendiri
ialah merupakan sejumlah biaya/dana yang harus dikeluarkan oleh suatu
perusahaan untuk mendukung operasi atau kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut.
Tabel 1.3 Review terhadap Rancangan Awal (Rencana Kerja Pembangunan
Daerah) Tahun 2018 Kabupaten Lebak
No Program/
Kegiatan
Rancangan Awal RKPD
Lokasi Indikator Kinerja Target
Capaian
Pagu
Indikatif
10 Program Keluarga
Berencana
Kab.
Lebak
Cakupan PUS menjadi
peserta KB aktif 65,5%
5.765.050.
000
1. Pelayanan
KIE
Kab.
Lebak
Meningkatnya pelayanan
KIE melalui teknik
motivasi dan konseling
program KB/KS
228.244
PUS
100.000.0
00
2. Pembinaan
Keluarga
Berencana
Kab.
Lebak
Meningkatnya kinerja
institusi masyarakat
perdesaan dalam promosi
dan pembinaan KB
2 Kegiatan
(TMKK
dan
Harganas)
270.000.0
00
3. Orientasi
Program KB
Kab.
Lebak
Meningkatnya wawasan
PLKB/PKB tentang
173
PPKDB,
50.000.00
0
14
Nasional bagi
petugas
lapangan dan
PPKBD
pelaksanaan program KB 78 PLKB
4. Peningkatan
Operasional
PosKB, Sub
PosKB dan
Kelompok
Akseptor
dalam
Pelaksanaan
Program KB
Kab.
Lebak
Meningkatnya kinerja
institusi masyarakat
perdesaan dalam
promosi dan
pembinaan KB
44 PLKB,
112 PLKB
Non PNS,
346
PPKBD
1.745 Sub
PPKBD
2.096.250.
000
5. Pengadaan
Sarana dan
Prasarana
Kab.
Lebak
Tersedianya sarana
pelayanan KB
2 Unit
kendaraan
Genre KIT
1.805.000.
000
6. Perencanaan
Pengendalian
Penduduk
Kab.
Lebak
Tersusunnya dokumen
perencanaan
pengendalian penduduk
DP2KBP3
A
50.000.00
0
7. Analisis
Dampak
Kependuduka
n
Kab.
Lebak
Tersusunnya dokumen
analisis dampak
kebijakan kependudukan
1
Dokumen
60.000.00
0
Terbinanya mitra kerja
kependudukan 40 mitra
75.000.00
0
8. Pengadaan
Sarana dan
Prasarana KB
(DAK) Non
Fisik (BOKB)
Kab.
Lebak
Terpenuhinya sarana dan
prasarana pelayanan KB
28
kecamatan
1.258.800.
000
Lanjutan...
Hasil Analisis Kebutuhan Catatan
Penting Program/ Lokasi Indikator Kinerja Target Kebutuhan
15
Kegiatan Capaian Dana
1. Pelayanan
KIE
Kab.
Lebak
Meningkatnya
pelayanan KIE
melalui teknik
motivasi dan
konseling program
KB/KS
228.244
PUS 100.000.000
2. Pembinaan
Keluarga
Berencana
Kab.
Lebak
Meningkatnya
kinerja institusi
masyarakat
perdesaan dalam
promosi dan
pembinaan KB
2 Kegiatan
(TMKK
dan
Harganas)
270.000.000
3. Orientasi
Program KB
Nasional
bagi petugas
lapangan
dan PPKBD
Kab.
Lebak
Meningkatnya
wawasan
PLKB/PKB tentang
pelaksanaan
program KB
173
PPKDB,
78 PLKB
50.000.000
4. Peningkatan
Operasional
PosKB, Sub
PosKB dan
Kelompok
Akseptor
dalam
Pelaksanaan
Program KB
Kab.
Lebak
Meningkatnya
kinerja institusi
masyarakat
perdesaan dalam
promosi dan
pembinaan KB
44 PLKB,
112 PLKB
Non PNS,
346
PPKBD
1.745 Sub
PPKBD
2.096.250.00
0
Ada
penamba
han dana
dari
kegiatan
penyuluh
an
kesehata
n ibu,
bayi
5. Pengadaan
Sarana dan
Prasarana
Kab.
Lebak
Tersedianya sarana
pelayanan KB
2 Unit
kendaraan
Genre KIT
1.805.000.00
0
6. Perencanaan
Pengendalia
n Penduduk
Kab.
Lebak
Tersusunnya
dokumen
perencanaan
pengendalian
penduduk
DP2KBP3
A 50.000.000
16
7. Analisis
Dampak
Kependuduk
an
Kab.
Lebak
Tersusunnya
dokumen analisis
dampak kebijakan
kependudukan
1
Dokumen 60.000.000
Terbinanya mitra
kerja kependudukan 40 mitra 75.000.000
8. Pengadaan
Sarana dan
Prasarana
KB (DAK)
Non Fisik
(BOKB)
Kab.
Lebak
Terpenuhinya
sarana dan
prasarana pelayanan
KB
28
kecamatan
1.258.800.00
0
Sumber : Renja (Rencana Kerja) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 1.3 diatas yaitu Renja (Rencana Kerja) Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Tahun 2018 di dalam program Keluarga
Berencana, dimana untuk kegiatan peningkatan operasional dalam usaha
meningkatkan kinerja petugas dengan dana sebesar Rp 2.096.250.000,- untuk
kabupaten lebak, yang berarti tersedia dana sekitar Rp 6.076.087,- untuk setiap
desa/kelurahan di Kabupaten Lebak yang berjumlah 340 desa dan 5 kelurahan.
Tercatat sebanyak 44 Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), 112
Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Non PNS, 346 PPKDB, dan
1.745 Sub PPKBD (Renja (Rencana Kerja) Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun
2018), jika dibagikan jumlah target sasaran dengan anggaran yang ada, bisa
menghasilkan Rp 932.910,- per target sasaran (perorang) sesuai kegunaannya pun
17
dana atau anggaran tersebut untuk biaya operasional, transportasi dan kegiatan
pembinaan kepada masyarakat. Namun pada kenyataannya, anggaran tersebut
tidak ada atau tidak digunakan untuk kegiatan peningkatan operasional dalam
usaha meningkatkan kinerja petugas. Menurut hasil wawancara dengan ketua
Petugas Lapangan KB di lapangan misalnya, beliau mengatakan:
”Mobilitas Petugas Lapangan KB dalam pelaksanaan program Kampung Keluarga Berencana (KB) kurang.” (Wawancara tanggal 17 November 2016).
Pada saat pelaksanaan program pemberian pemasangan implan gratis
untuk seluruh masyarakat PUS (Pasangan Usia Subur) di Kampung Kaso,
dikarenakan beberapa Kader yang tidak memiliki kendaraan bermotor ketua
PLKB harus menjemput para Kader yang bisa dikatakan jarak antara rumah Kader
dan Kantor Pustu tidak dekat dan jalan yang dilalui pun lumayan rusak, hanya
demi kelancaran dan kesuksesan acara tersebut. Permasalahan bukan terletak pada
masalah jarak ataupun teknis penjemputan, akan tetapi biaya operasional seperti
misalnya pengisian bahan bakar kendaraan pribadi yang dipakai untuk
kepentingan program itupun mengalir dari kantong pribadi (tidak ada uang
bensin), dan pada saat itu peneliti juga ikut terjun langsung dalam penjemputan
kader kerumahnya.
Permasalahan kedua, yaitu belum maksimalnya payung hukum yang
konkrit dalam pelaksanaan Kampung KB. Hal tersebut dinyatakan oleh Adpin
BKKBN Provinsi Banten, beliau mengatakan bahwa :
18
“Belum adanya peraturan yang lebih teknis dalam pengelolaan Kampung Keluarga Berencana (KB). Payung hukum besaran tentang pelaksanaan Kampung Keluarga Berencana (KB) saat ini hanya UU No 52 Tahun 2009 dan UU 23 Tahun 2014.” (Wawancara tanggal 3 Januari 2016).
Belum maksimalnya payung hukum yang konkrit dalam pelaksanaan
Kampung KB untuk mendukung operasionalisasinya. Saat ini hanya secara lisan,
seharusnya agar lebih mengikat bisa dikeluarkan melalui instruksi presiden
(Inpres) agar payung hukum dalam pelaksanaan Kampung KB bisa lebih konkrit
lagi.
Permasalahan ketiga, berdasarkan lima isu diatas, maka permasalahan
penelitian ini adalah terlihat bahwa dalam menyelesaikan permasalahan tersebut
dibutuhkan peran dari lintas sektor terutama bidang pengendalian penduduk dan
KB, kesehatan, sosial ekonomi, pendidikan, pemukiman dan lingkungan, serta
bidang lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi kenyataannya
dilapangan, menurut wawancara dengan Petugas Lapangan KB peran dari lintas
sektor itu belum terlihat (belum ada).
“Peran lintas sektor OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait belum melaksanakan tupoksinya masing-masing.” (Wawancara tanggal 17 November 2016).
Peran dari lintas sektor itu belum terlihat (belum ada) dalam upaya ikut
mensukseskan program Kampung Keluarga Berencana (KB) yang sudah
dijelaskan oleh pihak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). Padahal, dengan permasalahan yang ada dilapangan peran dari lintas
sektor sangat dibutuhkan. Karena Kampung Keluarga Berencana (KB) bukan
milik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) saja
tetapi milik semuanya, Kampung Keluarga Berencana (KB) bukan untuk Badan
19
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tetapi untuk
kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB di
Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Belum adanya kesesuaian antara anggaran peningkatan operasional dan
penggunaannya dalam meningkatkan kinerja kelompok kegiatan.
2. Belum maksimalnya payung hukum yang konkrit dalam pelaksanaan
program Kampung Keluarga Berencana (KB).
3. Kurang koordinasi dari lintas sektor, terutama bidang pengendalian
penduduk dan KB, kesehatan, sosial ekonomi, pendidikan, pemukiman dan
lingkungan, serta bidang lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian-uraian yang ada dalam keterangan latar belakang dan
identifikasi masalah, maka dengan itu peneliti membatasi penelitiannya pada
Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di
Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak.
20
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Analisis SWOT Pengelolaan Program
Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis SWOT Pengelolaan
Program Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja
Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak.
1.6 Manfaat Penelitian
Umumnya setiap penelitian yang dilakukan mempunyai manfaat tersendiri.
Maka dalam penelitian ini, menjelaskan manfaat penelitian secara teoritik dan
praktik.
1. Manfaat Teoritik
1. Pengembangan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.
2. Dapat dijadikan bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya.
21
2. Manfaat Praktik
1. Sebagai persyaratan untuk mendapatkan nilai pada mata kuliah
Skripsi.
2. Hasil penelitian ini memberi saran kepada Pemerintah Kabupaten
Lebak dalam menangani lebih lanjut mengenai strategi pengelolaan
Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Lebak.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian ini. Deskripsi teori menjelaskan tentang teori-teori dan
atau konsep yang dipergunakan dalam penelitian yang sifatnya utama, tidak
tertutup kemungkinan untuk bertambah seiring dengan pengambilan data di
lapangan. Deskripsi teori menjadi pedoman dalam penelitian ini dan untuk
menenerjemahkan fenomena-fenomena sosial yang ada dalam penelitian. Teori
yang relevan peneliti kaji sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya.
Penelitian mengenai Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB
(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak dikaji dengan beberapa teori dalam ruang
lingkup administrasi negara, yaitu: Manajemen Strategi, Kampung KB, Analisis
SWOT, Surat Keputusan Bupati Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016, dan untuk
melengkapinya peneliti lampirkan penelitian terdahulu yang juga menjadi bahan
kajian dalam penelitian ini.
23
2.2 Konsep Manajemen Strategi
2.2.1 Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata to manage berarti control. Dalam
bahasa Indonesia dapat diartikan: mengendalikan, menangani atau mengelola.
Selanjutnya, kata benda “manajemen” atau management dapat mempunyai
berbagai arti. Pertama sebagai pengelolaan, pengendalian atau penanganan
(“managing”). Kedua, perlakuan secara terampil untuk menangani sesuatu berupa
skillful treatment. Ketiga, gabungan dari dua pengertian tersebut, yaitu
berhubungan dengan pengelolaan suatu perusahaan, rumah tangga atau suatu
bentuk kerja sama dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Tiga pengertian itu mendukung kesepakatan anggapan bahwa manajemen
dapat dipandang sebagai ilmu dan seni. Manajemen sebagai ilmu artinya
manajemen memenuhi kriteria ilmu dan metode keilmuan yang menekankan
kepada konsep-konsep, teori, prinsip dan teknik pengelolaan.
Manajemen sebagai seni artinya kemampuan pengelolaan sesuatu itu
merupakan seni menciptakan (kreatif). Hal ini merupakan keterampilan dari
seseorang. Dengan kata lain, penerapan ilmu manajemen bersifat seni. Oleh
karena itu, manajemen adalah sesuatu yang sangat penting karena ia berkenaan
dan berhubungan erat dengan perwujudan atau pencapaian tujuan. Sedangkan
manajer artinya orang yang mengelola dan menangani suatu perusahaan, hotel dan
sebagainya. Jadi manajer (manager) bisa terdiri dari seseorang atau beberapa
orang, misalnya berupa satu dewan.
24
Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2) adalah :
“Management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resource of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service.” Maksudnya, “manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-
aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa
secara efisien”.
Manajemen menurut W. Taylor dalam Hasibuan (2011:4) adalah :
“The art of management, is defined as knowing exactly what you want to
do, and than seeing that they do it in the best and cheapest way”.
Maksudnya, ilmu manajemen itu dapat diterjemahkan sebagai ilmu
pengetahuan yang mandiri yang sebenarnya akan anda kerjakan, selanjutnya
mengkaji apakah sesuatu itu dikerjakan dengan cara terbaik serta termudah atau
tidak.
Menurut Robbins dan Coulter (2007) Manajemen adalah proses
pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Efisiensi
mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil; digambarkan
sebagai melakukan segala sesuatu secara benar. Sedangkan efektivitas mengacu
25
pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai;
digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu yang benar.
Menurut Solihin (2012:4) manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien”.
Menurut Heene dan Desmidt (2010:8) manajemen adalah serangkaian
aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkannya.
Berdasarkan pendapat para ahli, penulis merangkum pengertian dari
manajemen adalah sebuah proses yang telah ditentukan sebelumnya dimulai dari
perencanaan, pengaplikasian, hingga pengawasan semua sumber daya yang
berada dalam suatu organisasi sehingga dapat mencapai tujuan dari organisasi
tersebut secara efektif dan efisien.
2.2.2 Fungsi Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2007) fungsi-fungsi manajemen sebagai
berikut :
1. Perencanaan (Planning), yaitu proses kegiatan memikirkan hal-hal yang
akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki dan menentukan prioritas ke
depan agar dapat nerjalan sesuai dengan tujuan dasar organisasi.
26
2. Pengorganisasian (Organizing), yaitu prosess penyusunan pembagian kerja
dalam unit-unit kerja dan fungsi-fungsinya serta penempatan orang yang
menduduki fungsi-fungsi tersebut secara tepat.
3. Pengarahan (Directing), yaitu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
4. Pengevaluasian (Evaluating), yaitu proses pengawasan dan pengendalian
performa organisasi untuk memastikan bahwa jalannya organisasi sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi organisasi adalah
sebagai alat dari manajemen strategi untuk mencapai tujuan. Manajemen dan
organisasi memiliki hubungan keterikatan yang erat. Hal ini karena untuk
memasarkan atau menyebarkan unit-unit produk diperlukan manajemen untuk
mengkoordinasikan. Dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik,
maka suatu kegiatan yang ada di dalam organisasi akan terkoordinasi dengan baik.
Sedangkan menurut James A.F Stoner dalam buku (Rachmat, 2014:20)
fungsi manajemen ada empat yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning), menunjukkan bahwa para manajer memikirkan
tujuan dan kegiatan sebelum melaksanakannya. Kegiatan ini berdasarkan
cara, rencana, atau logika, bukan asal tebak.
2. Pengorganisasian (Organization) berarti para manajer mengkoordinasikan
sumber daya manusia dan sumber daya bahan yang dimiliki organisasi.
Efektivitas suatu organisasi bergantung pada kemampuannya untuk
27
mengarahkan sumber daya yang ada dalam mencapai tujuannya. Semakin
terpadu dan terarahnya pekerjaan, semakin efektif organisasi tersebut.
3. Memimpin (Leading) menunjukkan cara para manajer mengarahkan dan
mempengaruhi nawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan
tugas tertentu, dengan menciptakan seuasan tepat, mereka membantu
bawahannya bekerja sebaik mungkin.
4. Pengendalian (Controlling) berarti para manajer berusaha untuk meyakinkan
bahwa organisasi bergerak dalam arah tujuan. Apabila salah satu bagian dari
organisasi menuju arah yang salah, maka para manajer berusaha untuk
mencari penyebabnya kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang
benar.
2.2.3 Pengertian Strategi
Strategi merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup dari suatu
perusahaan untuk mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang efektif dan
efisien, perusahaanharus bisa menghadapi setiap masalah-masalah atau hambatan
yang datang daridalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan, dalam pengembangannya konsep
mengenai strategi harus terus memiliki perkembangan dan setiap orang
mempunyai pendapat atau definisi yang berbeda mengenai strategi. Strategi
dalamsuatu dunia bisnis atau usaha sangatlah di butuhkan untuk pencapaian visi
dan misi yang sudah di terapkan oleh perusahaan, maupun untuk pencapaian
sasaran atau tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
28
Menurut Pearce dan Robbins (2011:2), strategi adalah rencana berskala
besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan
untuk mencapai tujuan Perusahaan dari definisi tersebut, dapat di simpulkan
bahwa pengertian dari Strategi adalah sebuah tindakan proses perencanaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan melalukan hal-hal yang besifat
terus menerus sesuai keputusan bersama dan berdasarkan sudut pandang
kebutuhan pelanggan.
Sedangkan Menurut Fred R. David (2009:18-19) Strategi adalah sarana
bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi adalah aksi
potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya
perusahaan dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah sebuah tindakan aksi atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan untuk mencapai sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan.
Rangkuti (2009:183) berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan
induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan
mencapai semuatujuan yang telah di tetapkan berdasarkan misi yang telah di
tetapkan sebelumnya. Menurut Andrews dan Chaffe dalam bukunya Rangkuti
(2009:3-4) berpendapat bahwa :
“Strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholdares, seperti stakeholders, debhtolders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan”.
Menurut Argirys, Mintzberg, Steiner dan Miner dalam Rangkuti (2009: 5)
menyebutkan bahwa strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun
29
adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan
internal yang dapat mempengaruhi organisasi.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat di simpulkan bahwa strategi
adalah deretan perencanaan yang di ambil dari beberapa pilihan-pilihan yang telah
di buat sebelumnya yang digunakan untuk mencapai tujuaan yang telah ditetapkan
di dalam lingkungan internal dan eksternal suatu organisasi. Strategi yang baik
mendatangkan banyak keuntungan bagi organisasi di masa depan dan juga
membuat semua orang yang ada di dalamnya loyal dan setia kepada organisasi
tersebut.
2.2.4 Definisi Manajemen Strategi
Dalam melakukan pengelolaan dalam suatu organisasi diperlukan
manajemen strategi yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan strategi yang
telah dirumuskan oleh suatu organisasi atau perusahaan.
Menurut Pearce and Robbins (2011:5) berpendapat bahwa Manajemen
strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu set keputusan dan
tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang
untuk meraih tujuan suatu perusahaan. Manajemen strategis meliputi pengamatan
lingkungan, perumusan strategis, implementasi dan evaluasi. Berdasarkan sumber
yang sama diatas, dikatakan pula bahwa Manajemen strategi sebagai suatu bidang
ilmu yang menggabungkan kebijakan bisnis dengan lingkungan dan tekanan
strategis. Oleh karena itu, istilah manajemen strategi biasanya menggantikan
istilah kebijakan bisnis sebagai suatu nama bidang ilmu.
30
Manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial
yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis
meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau
perencanaan jangka panjang), implementasi strategis, dan evaluasi serta
pengendalian. Sedangkan manajemen strategi menurut Fred David (2009:5)
adalah suatu konsep yang didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk
merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas
fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya.
Pengertian manajemen strategi Menurut Hitt & Ireland adalah proses
untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai,
dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Manajemen
strategi merupakan tugas penting manajer yang sangat berkaitan dengan fungsi-
fungsi manajemen. Manajer yang aktif menyadari bahwa manajemen strategi
sangat berperan dalam organisasi, terutama menyangkut kinerjanya. Dalam
sumber lain yaitu menurut Crown Dirgantoro (2007) menyebutkan:
“Manajemen strategi merupakan suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat matc dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsive terhadap perubahan-perubahan didalam lingkungannya baik yang bersifat internal maupun eksternal.”
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2007) :
“Manajemen Strategi adalah proses pengidentifikasian dan pelaksanaan misi organisasi dengan menyesuaikan kemampuan perusahaan dengan tuntutan lingkungan, dan kegunaan manajemen strategi adalah untuk melakukan tindakan pada saat sekarang demi masa depan dan menjadi wahana untuk bertindak mengintegrasikan dan melembagakan mekanisme untuk berubah.”
31
Dengan manajemen strategi setiap unit atau bagian yang ada di perusahaan
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin. Apalagi
melihat perkembangan zaman sekarang ini bahwa setiap organisasi perusahaan
telah melakukan ekspansi pasar untuk mendapatkan keuntungan besar dan semua
itu memerlukan langkah strategi dan taktik yang tepat.
2.2.5 Proses Manajemen Strategi
Proses manajemen strategi didasarkan kepada keyakinan bahwa organisasi
seharusnya terus menerus memonitori peristiwa dan kecendrungan internal dan
eksternal sehingga melakukan perubahan tepat waktu. Kecepatan dan besaran
perubahan yang mempengaruhi organisasi bertambah secara dramatis. Agar dapat
bertahan hidup, semua organisasi harus mampu secara cerdik mengenali dan
menyesuaikan diri dengan perubahan. Proses manajemen strategis bertujuan
memungkinkan organisasi menyesuaikan diri secara efektif untuk berubah dalam
jangka panjang.
Sementara itu proses manajemen strategi menurut Pearce dan Robbins
(2011:20), mengandung Sembilan tugas penting, yaitu:
1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud
keberadaan (purpose), filosofi (phylosophy), dan tujuan (goal).
2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern dan
kapabilitasnya.
3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun faktor-
faktor konstektual umum.
32
4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumberdayanya dengan
lingkungan ekstern.
5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap
opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand
strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.
8. Mengimplementasikan pilihan strategic dengan mengalokasikan sumber daya
anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, SDM, struktur,
teknologi, dan system imbalan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi pengambilan
keputusan yang akan datang.
Proses manajemen strategis dapat dengan cukup mudah dipelajari dan
diaplikasikan dengan menggunakan sebuah model. Fred R. David (2009:21)
mempresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan,
menerapkan, dan menilai strategis. Mengidentifiksi visi, misi, tujuan, dan strategi
yang dimiliki suatu organisasi saat ini merupakan titik mula yang logis untuk
manajemen strategis sebab situasi dan kondisi perusahaan saat ini mungkin
menghalangi strategi tertentu dan bahkan mendikte langkah aksi khusus. Menurut
Fred R. David Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu :
33
1. Perumusan strategi
a. Pengembangan Pernyataan Visi dan Misi
b. Penilaian Eksternal (kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, dan
Lingkungan)
c. Penilaian Internal (Pandangan Berbasis Sumber Daya)
d. Analisa dan Pilihan Strategi
2. Penerapan Strategi
a. Penetapan tujuan tahunan
b. Pembuatan kebijakan
c. Memotivasi karyawan
d. Alokasi sumber daya
e. Struktur organisasional yang efektif
f. Pemasaran
g. Penyiapan anggaran
h. Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi
3. Pengevaluasian Strategis
a. Pengkajian Ulang
b. Pengevaluasian
c. Pengendalian Strategis
34
Gambar 2.1
Model Manajemen Strategi
Sumber: Fred. R. David (2009:21)
Keterangan Gambar:
1. Formulasi Strategi
Pada tahapan ini penekanan lebih diberikan kepada aktivitas-aktivitas
utama yang antara lain adalah :
a. Menyiapkan strategi alternative
b. Pemilihan strategi
c. Menetapkan strategi yang akan digunakan
Membuat pernyataan
visi dan misi
Melakukan Audit
Eksternal
Melakukan Audit
Internal
Menerapkan Tujuan jangka
Panjang
Membuat dan
memilih strategi
Menetapkan kebijakan dan tujuan
tahunan
Alokasi Sumber Daya
Mengukur dan mengevaluasi
kinerja
Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi
35
2. Implementasi Strategi
Pada tahap implementasi ini beberapa aktivitas atau cakupan kegiatan
yang mendapat penekanan antara lain adalah :
a. Menetapkan tujuan tahunan
b. Menetapkan kebijakan/policy
c. Memotivasi karyawan
d. Mengembangkan budaya yang mendukung
e. Menetapkan struktur organisasi yang efektif
f. Menyiapkan budget
g. Mendayagunakan system informasi
h. Menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance
perusahaaan
3. Evaluasi
Aktivitas-aktivitas utama dalam tahap ini adalah :
a. Review factor eksternal dan internal yang merupakan dasar dari strategi
yang sudah ada
b. Menilai performance strategi
c. Melakukan langkah koreksi
Menurut Wheelen dan Hunger (Rachmat, 2014:30) konsep dasar proses
manajemen strategis meliputi empat elemen dasar, yaitu pengamatan lingkungan
(environmental scanning), perumusan strategi (strategy formulation),
implementasi strategi (strategy implementation), dan evaluasi dan pengendalian
36
(evaluation and control). Berikut proses manajemen strategis terdiri dari empat
tahap, yaitu :
1. Pengamatan Lingkungan
Tahap pengamatan lingkungan yaitu dimana pimpinan perlu menyadari
bahwa organisasi selalu berintegrasi dengan lingkungannya. Perjalan
organisasi dipengaruhi oleh suatu peristiwa, perkembangan dan perubahan
yang terjadi pada lingkungannya. Perubahan tersebut bisa berasal dari luar
organisasi ataupun faktor eksternal dan dari dalam organisasi ataupun
faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari oppurtunies (peluang) dan
Threaths (ancaman), sedangkan faktor internal terdiri dari strengths
(kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) yang merupakan faktor-faktor
strategi bagi perusahaan. Contoh faktor eksternal misalnya persaingan,
inflasi, masyarakat, kondisi politik sosial dan budaya. Sedangkan faktor
internal misalnya sumber daya manuasia organisasi, modal, struktur,
budaya dan lain-lain.
2. Perumusan Strategi
Tahap perumusan strategi, yaitu tahap pengambilan keputusan mengenai
alternatif strategi yang dipilih oleh organisasi. Strategi yang dipilih,
merupakan hasil dari pengamatan lingkungan yang telah dilakukan
sebelumnya. Perumusan Strategi dapat dilakukan dengan mengunakan
analis SWOT (Strengths, Weaknesses, Oportunities, Threaths). SWOT
merupakan alat analisis untuk menciptakan sebuah strategi dengan
37
memaksimalkan faktor kekuatan, memanfaatkan faktor peluang, dan
mengurangi faktor kelemahan.
3. Implementasi Strategi
Implementasi strategi menuntut perusahaan untuk menetapkan obyektif
tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat
dilaksanakan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang aktif,
mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan
dan memanfaatkan sistem informasi, dan menghubungkan kompensasi
karyawan dengan prestasi organisasi.
4. Evaluasi dan Pengendalian
Evaluasi dan pengendalian adalah tahap akhir dalam manajemen strategis.
Yaitu membandingkan antara kinerja perusahaan dengan hasil yang
diharapkan perusahaan, bagi pihak manejemen untuk mengevaluasi hasil-
hasil yang di peroleh dan mengambil tindakan perbaikan bila
diperlukan.Melalui evaluasi dan pengendalian ini, semua strategi dapat
dimodifikasi dimasa depan karena faktor-faktor internal dan eksternal
selalu berubah-ubah.
Berdasarkan proses-proses yang ada dalam satu manajemen strategi, dapat
dikatakan bahwa manajemen strategi merupakan suatu usaha yang saling
berkaitan, di dalam suatu usaha organisasi, mulai dari perumusan strategi, sampai
38
ke evaluasi strategi. Dengan melaksanakan sebuah manajemen strategi, suatu
organisasi dapat menciptakan, suatu perubahan dalam jangka waktu yang panjang.
2.3 Konsep Kampung KB (Keluarga Berencana)
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar pelaksanaan Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana menekankan kewenangan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya terbatas
pada masalah Pembangunan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera saja
namun juga menyangkut masalah pengendalian penduduk. Kemudian Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah semakin
mempertegas kewenangan tersebut, dimana pada lampiran Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara
Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada huruf N
(Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana) menegaskan kewenangan dalam pelaksanaan urusan Pengendalian
Pendudukan dan Keluarga Berencana antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Empat sub urusan bidang pengendalian penduduk
dan keluarga berencana yang harus dilaksanakan oleh masing masing tingkatan
perintah yaitu; (1) sub urusan Pengendalian Penduduk, (2) sub urusan Keluarga
Berencana, (3) sub urusan Keluarga Sejahtera, dan (4) sub urusan Sertifikasi dan
Standarisasi.
39
Lebih lanjut terkait dengan arah kebijakan pembangunan nasional
Pemerintah periode 2015-2019, BKKBN diberi mandat untuk dapat turut
mensukseskan Agenda Prioritas Pembangunan (Nawacita), terutama pada
Agenda Prioritas nomor 5 (lima) “Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia
Indonesia” melalui Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana,
serta melaksanakan Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019 (Dimensi
Pembangunan) untuk Dimensi Pembangunan Manusia pada Pembangunan
Bidang Kesehatan dan Mental/Karakter (Revolusi Mental).
Landasan hukum, perkembangan lingkungan strategis dan arah kebijakan
pembangunan Pemerintahan periode 2015-2019 diatas kemudian dijabarkan di
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Strategis (Renstra) BKKBN tahun 2015-2019, dengan 6 (enam) Sasaran Strategis
yang telah ditetapkan; (1) menurunkan rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk
tingkat nasional (persen per tahun) dari 1,38 persen/tahun tahun 2015 menjadi
1,21 persen tahun 2019; (2) Menurunnya Total Fertility Rate (TFR) per
perempuan usia reproduksi dari 2,37 tahun 2015 menjadi 2,28 tahun 2019; (3)
meningkatnya Contraceptive Prevalence Rate (CPR) semua metoda dari 65,2
persen menjadi 66 persen; (4) menurunnya kebutuhan ber-KB tidak
terlayani/unmet need dari jumlah pasangan usia subur (persen) dari 10,6 persen
tahun 2015 menjadi 9,91 persen tahun 2019; (5) menurunnya Age Specific
Fertility Rate (ASFR) dari 46 (pada tahun 2015) menjadi 38 per 1.000
perempuan kelompok umur 15-19 tahun pada tahun 2019; (6) menurunnya
persentase kehamilan yang tidak diinginkan dari Wanita Usia Subur dari 7,1
40
persen tahun 2015 menjadi 6,6 persen tahun 2019. (sumber : Petunjuk Teknis
Kampung KB BKKBN Tahun 2015).
Di dalam upaya pencapaian 6 (enam) Sasaran Strategis diatas,
BKKBN harus dapat melakukan berbagai langkah penguatan program
Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang benar-benar
memiliki daya ungkit terhadap upaya pencapaian target/sasaran, serta penguatan
kegiatan-kegiatan prioritas secara komprehensif dan berkelanjutan di seluruh
tingkatan wilayah. Selain itu, BKKBN juga harus memperhatikan perkembangan
lingkungan strategis dan berbagai permasalahan program yang harus dihadapi saat
ini.
Lebih lanjut dalam langkah penguatan Program KKBPK 2015-2019,
BKKBN menyusun suatu kegiatan/program yang dapat memperkuat upaya
pencapaian target/sasaran Pembangunan Bidang Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana 2015- 2019, dapat menjadi ikon BKKBN serta dapat secara
langsung bersentuhan dan memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia di
seluruh tingkatan wilayah. Dalam hal ini kemudian BKKBN membentuk
Kampung Keluarga Berencana (Kampung KB).
Kampung KB menjadi salah satu inovasi strategis untuk dapat
mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program KKBPK secara
utuh di lini lapangan. Kampung KB merupakan salah satu bentuk/model
miniatur pelaksanaan total Program KKBPK secara utuh yang melibatkan seluruh
Bidang di lingkungan BKKBN dan bersinergi dengan Kementerian/Lembaga,
41
mitra kerja, stakeholders instansi terkait sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
wilayah, serta dilaksanakan di tingkatan pemerintahan terendah (sesuai
prasyarat penentuan lokasi kampung KB) di seluruh kabupaten dan kota.
2.3.1 Definisi Kampung KB (Keluarga Berencana)
Definisi Kampung KB pada “Kamus Istilah Kependudukan dan KB” yang
diterbitkan oleh Direktorat Teknologi Informasi dan Dokumentasi (Dittifdok)
pada tahun 2011(Hal:53) : “Kampung KB adalah salah satu upaya penguatan
Program KKBPK yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk
masyarakat dalam memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat untuk memperoleh pelayanan total program KB, sebagai upaya
mewujudkan keluarga yang berkualitas”.
Kampung KB adalah satuan wilayah setingkat RW, dusun atau setara, yang
memiliki kriteria tertentu, dimana terdapat keterpaduan program kependudukan,
keluarga berencana, pembangunan keluarga dan pembangunan sektor terkait yang
dilaksanakan secara sistemik dan sistematis.
2.3.2 Tujuan Kampung KB (Keluarga Berencana)
1. Tujuan Umum
42
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau
yang setara melalui program kependudukan, keluarga berencana
dan pembangunan keluarga serta pembangunan sektor terkait dalam
rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan peran pemerintah, pemerintah daerah, lembaga
non pemerintah dan swasta dalam memfasilitasi, pendampingan dan
pembinaan masyarakat untuk menyelenggarakan program
kependudukan, keluarga berencana, pembangunan keluarga dan
pembangunan sektor terkait;
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pembangunan
berwawasan kependudukan;
c. Meningkatkan jumlah peserta KB aktif modern;
d. Meningkatkan ketahanan keluarga melalui program Bina Keluarga
Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia
(BKL), dan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja;
e. Meningkatkan pemberdayaan keluarga melalui Kelompok UPPKS;
f. Menurunkan angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT);
g. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
h. Meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk usia sekolah;
i. Meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan kampong
j. Meningkatkan sanitasi dan lingkungan kampung yang sehat dan
bersih
43
k. Meningkatkan kualitas keimanan para remaja/mahasiswa dalam
kegiatan keagamaan (pesantren, kelompok ibadah/kelompok
doa/ceramah keagamaan) di kelompok PIK KRR/remaja
l. Meningkatkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air para
remaja/mahasiswa dalam kegiatan sosial budaya (festival seni dan
budaya, dan lain-lain) di kelompok PIK KRR/mahasiswa dan
seterusnya.
2.3.3 Perencanaan Program dan Kegiatan Kampung KB
Perencanaan Program dan Kegiatan dikoordinasikan oleh Perwakilan
BKKBN Provinsi dengan melibatkan seluruh unsur di dalam Struktur Organisasi
Kampung KB (sesuai SK Bupati/Walikota) melalui Forum Musyawarah atau
inserting dalam forum- forum lain yang sesuai. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam proses perencanaan Program dan Kegiatan Kampung KB adalah:
a. Substansi Program dan Kegiatan yang direncanakan terlebih dahulu dikaitkan
dengan Sasaran Strategis Renstra BKKBN 2015-2019, diutamakan untuk
merencanakan kegiatan yang memiliki daya ungkit terhadap upaya pencapaian
target/sasaran Program KKBPK.
b. Petugas Lapangan (PKB/PLKB) menyiapkan data dan informasi tentang isu
strategis, permasalahan dan kebutuhan baik Program KKBPK maupun lintas
sektor untuk diajukan dalam perencanaan Program dan Kegiatan Kampung KB.
44
c. Rencana pengembangan/keterpaduan kegiatan lintas sektor/bidang disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing wilayah dan disusun berdasarkan hasil
evaluasi data dan informasi wilayah yang tersedia.
d. Rencana Program dan Kegiatan berdasarkan output yang diharapkan serta
dikelompokan berdasarkan Kelompok Kegiatan (Poktan) Kader per-Bidang
(sesuai Struktur Organisasi yang disusun – Bagian 2.1.7.2).
e. Rencana program dan kegiatan melalui proses cascading untuk melihat
keterkaitan dengan indikator-indikator keberhasilan Kampung KB yang telah
ditetapkan.
f. Penyusunan Rincian Anggaran Biaya (RAB) dan Kerangka Acuan
Kegiatan (KAK/TOR).
g. Telaah kebutuhan dan pemetaan alur pengalokasian anggaran kegiatan, dibiayai
oleh APBN Perwakilan BKKBN Provinsi, APBD SKPD KB, Alokasi Dana
Desa, atau lintas sektor terkait.
Dokumen Rencana Program dan Kegiatan Kampung KB direkap oleh
Perwakilan BKKBN Provinsi untuk dilaporkan kepada Kepala BKKBN dengan
ditembuskan kepada Direktorat Bina Lini Lapangan dan Biro Perencanaan
BKKBN.
45
2.4 Tahapan Perencanaan Strategi
Menurut Fred. R. David (2009:323) untuk merumuskan suatu strategi yang
tepat dapat dilakukan dalam 2 tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dipakai untuk
semua jenis organisasi dan dapat membantu perencanaan strategi
mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih strategi yang tepat dan sesuai untuk
diterapkan dalam perusahaannya.Tahap pertama dari kerangka perumusan strategi
yang komprehensif terdiri darimatriks evaluasi faktor eksternal (EFE), matriks
evaluasi faktor internal (EFI). Tahap ini disebut tahap masukan (input stage).
Tahap ini meringkas informasi masukan dasar yang diperlukan untuk
merumuskan strategi. Data internal dapat diperoleh didalam perusahaan itu
sendiri, seperti : Laporan keuangan, Laporan kegiatan sumber daya manusia
jumlah karyawan, pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, turn-over), Laporan
manajemen dan organisasi, Laporan kegiatan pemasaran dan laporan
produksi/operasi. Sedangkan data external dapat diperoleh dari lingkungan luar
perusahaan, seperti : Analisis pasar, Analisis pesaing, Analisis pelanggan
(konsumen) dan Analisis pemerintah.
Tahap kedua disebut tahap analisis, yang fokus pada upaya menghasilkan
strategi alternatif yang dapat dijalankan dengan memadukan factor-faktor
eksternal dan internal. Teknik-teknik tahap kedua terdiri dari matriks Strenghts
(Kekuatan, Weakness (Kelemahan), Oppourtunities (Peluang), dan Threats
(Ancaman). Tahapan ini disebut tahap input untuk menganalisis peluang dan
ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Menganalisis factor-
46
faktor keberhasilan eksternal dan internal merupakan kunci untik membuat
strategi alternatif yang dapat dijalankan oleh perusahaan.
Tabel 2.1
Tahapan Perencanaan Strategi
Tahap 1 : Tahap Input
Matriks EFE dan Matriks EFI
Tahap 2 : Tahap Analisis
Matriks SWOT
Sumber: David, Fred (2009:324)
2.4.1 Tahap Input
Tahap input merupakan tahap awal pengumpulan data, akan tetapi pada
dasarnya tidak hanya pengumpulan data tetapi juga merupakan suatu kegiatan
pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi
dua yaitu data internal dan data eksternal (Rangkuti, Freddy, 2009:21). Alat – alat
analisis yang dapat digunakan pada tahap ini diantaranya yaitu matriks Evaluasi
Faktor Eksternal (EFE) dan matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI). Alat input
mendorong para penyusun strategi untuk mengukur subjektivitas selama tahap
awal proses perumusan strategi. Membuat berbagai keputusan kecil dalam matriks
input menyangkut faktor-faktor eksternal dan internal memungkinkan penyusun
strategi untuk secara lebih efektif menciptakan strategi alternatif.
47
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan berkaitan dengan peluang dan ancaman. Matriks EFI digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dianggap penting. (Fred. R. David, 2009:160).
Penentuan Bobot dilakukan dengan menggunakan Metode pembobotan
dengan Perbandingan Berpasangan (Kinner, 1991). Metode ini digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap bobot setiap variabel dengan menggunakan skala
1, 2, dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah sebagai berikut :
Identitas Kepentingan Definisi Nilai
1 Jika indikator horizontal kurang penting
daripada indikator vertikal
2 Jika indikator horizontal sama penting daripada
indikator vertikal
3 Jika indikator horizontal lebih penting daripada
indikator vertikal
2.4.1.1 Matriks EFI dan Matriks EFE
Matriks EFI (evaluasi faktor internal) merupakan alat untuk meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional
dari suatu usaha dan juga memberikan dasar untuk mengendalikan dan
mengevaluasi hubungan diantara bidang-bidang ini. Matiks EFE (evaluasi factor
eksternal) merupakan alat untuk meringkas dan mengevaluasi faktor-faktor
eksternal perusahaan berkaitan dengan peluang dan ancaman.
48
Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
faktor-faktor eksternal perusahaan. Matriks EFE menggambarkan kondisi
eksternal perusahaan yang terdiri dari peluang dan ancaman yang dihitung
berdasarkan bobot. Berikut adalah Tahap Kerja dari EFE :
a. Tuliskan faktor eksternal seperti diidentifikasi dalam proses audit
eksternal. Tuliskan beberapa faktor yang mencakup peluang dan ancaman
yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang lebih
dahulu dan kemudian ancaman. Buatlah sespesifik mungkin, gunakan
presentase, rasio dan angka komparatif.
b. Berikan bobot untuk masing-masing faktor. peluang sering kali diberi
bobot yang lebih tinggi dari ancaman, tetapi ancaman juga dapat diberi
bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam.
Penjumlahan seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
c. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor guna
mengindikasikan tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini
dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = respon perusahaan superior, 3
= respon perusahaan di atas rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, dan
1 = respon perusahaan buruk. Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman
dan peluang dapat diberi peringkat 1,2,3, atau 4.
d. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan
rata-rata tertimbang untuk masing -masing variabel
e. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk
menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi.
49
Berapa pun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks EFE, total
rata-rata tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0, dengan
rata-rata 2,5. Total rata- rata tertimbang dibawah 2,5 menggambarkan strategi
perusahaan saat ini tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman
eksternal, sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan bahwa perusahaan
merespon sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya.
Dalam kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari
peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari
ancaman eksternal.
Sedangkan Matriks EFI digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh dari faktor-faktor internal perusahaan. Matriks EFI menggambarkan
kondisi internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang
dihitung berdasarkan bobot. Berikut adalah Tahap Kerja dari EFI :
a. Tuliskan faktor intermal seperti diidentifikasi dalam proses audit eksternal.
Tuliskan beberapa faktor yang mencakup peluang dan ancaman yang
mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang lebih dahulu
dan kemudian ancaman. Buatlah sespesifik mungkin, gunakan presentase,
rasio dan angka komparatif.
b. Berikan bobot untuk masing-masing faktor. Kekuatan sering kali diberi
bobot yang lebih tinggi dari kelemahan, tetapi kelemahan juga dapat diberi
bobot yang tinggi jika mereka sangat serius atau sangat mengancam.
Penjumlahan seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
50
c. Berikan peringkat 4 sampai 1 untuk masing-masing faktor guna
mengindikasikan tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini
dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = jika faktor tersebut
merupakan kekuatan utama, 3 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan
kecil, 2 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan kecil, dan 1 = jika
faktor tersebut merupakan kelemahan utama. Penting untuk diperhatikan
bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1,2,3, atau 4.
d. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan
rata-rata tertimbang untuk masing -masing variabel
e. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk
menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi.
Jika total rata-rata tertimbang dibawah 2,5 menggambarkan kondisi
internal perusahaan saat ini tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi,
sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan bahwa kondisi internal
perusahaan memiliki kekuatan untuk mengatasi situasi.
Contoh perhitungan :
1. Perhitungan jumlah/ total variabel
Σ var = Σ var1 + Σ var2 + Σ var3 + Σ var4 + Σ var5 + Σ X6....... Σ Xn
2. Perhitungan Bobot
Bobot var1 = Σ var1 : Σ var
3. Perhitungan Rating :
Rating var1 = Σ var1 : Jumlah responden
51
Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Matriks EFI dan EFE
Variabel yang
Signifikan Bobot Rating Total
Kekuatan:
Kelemahan:
Total EFI
Peluang:
Ancaman:
Total EFE
2.4.2 Tahap Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh
terhadapkelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi.Dalam hal
ini digunakan model matrik TOWS atau matrik SWOT (Strength, Weakness,
Oppurtinity, Threats).
52
2.4.2.1 Matrik SWOT
Analisa SWOT merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan
dalam menganalisa faktor internal dan eksternal organisasi baik organisasi profit
maupun nonprofit, seperti pemerintah. Pendapat lain mengenai analisa SWOT
juga diungkapkan oleh Freddy Rangkuti (2009:18), dimana analisa SWOT
menurutnya adalah singkatan dari lingkungan internal streangths dan weaknesses
serta lingkungan eksternal oppurtinity dan threats yang dihadapi dunia bisnis.
Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities)
dan ancaman (threats) dengan internal kekuatan (strengths) dan kelemahan
(waknesses). Penelitian menunjukan bahwa kinerja perusahaan dapat di tentukan
oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam analisa SWOT.
Strategi SO dalam SWOT matrix ini adalah strategi yang digunakan
perusahaan dengan memanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan yang di
milikinya /Strengths (S) untuk memanfaatkan berbagai peluang /opportunites (O)
yang ada. Sedangkan WO strategi adalah strategi yang digunakan perusahaan
dengan seoptimal mungkin dengan meminimalisir kelemahan/weaknesses (W)
yang ada untuk memanfaatkan berbagai peluang/opportunity (O). Strategi ST
adalah strategi yang digunakan perusahaan dengan memanfaatkan atau
mengoptimalkan kekuatan/strengths(S) untuk mengurangi berbagai
ancaman/threats (T) yang mungkin melingkupi perusahaan. Dan yang terakhir,
strategi WT adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi
53
kelemahan/weaknesses (W) dalam rangka meminimalisir menghindari
ancaman/threats (T).
Menurut Sondang P. Siagian (2008), dalam strategi diperlukan analisis
SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu instrument analisis yang ampuh
apabila digunakan dengan tepat. Telah diketahui pula secara luas bahwa SWOT
merupakan akronim untuk kata-kata Strengths (Kekuatan), Weaknesses
(Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (Ancaman). Faktor kekuatan
dan kelemahan terdapat dalam suatu tubuh organisasi, termasuk satuan bisnis
tertentu, sedangkan peluang danancaman merupakan faktor-faktor lingkungan
yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis yang
bersangkutan.
Jika dikatakan bahwa analisis SWOT dapat merupakan instrumen yang
ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak pada
kemampuan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan
faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai
alat untuk minimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan
menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Jika para penentu
stratgei perusahaan mampu melakukan kedua hal tersebut dengan tepat, biasanya
upaya untuk memilih dan menentukan strategi yang efektif membuahkan hasil
yang diharapkan. Berikut adalah bentuk matrik analisis SWOT menurut Sondang
P. Siagian (2008) :
54
Tabel 2.3
Matrik SWOT
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Peluang
(Opportunity)
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang
Ancaman
(Threats)
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
(Siagian, 2008)
Struktur lingkungan pada dasarnya dapat dibagi atau dibedakan menjadi
dua, yaitu: (1) lingkungan internal (strengths (kekuatan) dan weaknesses
(kelemahan)), dan (2) lingkungan eksternal (opportunities (peluang) dan threats
(ancaman atau tantangan). Lingkungan-lingkungan tersebut mempunyai beberapa
indikator. Indikator-indikator tersebut terdiri dari:
55
A. Lingkungan Internal: Strengths (Kekuatan) dan Weaknesses
(Kelemahan)
Lingkungan internal terdiri dari komponen-komponen atau variabel-
variabel yang berasal atau berada di dalam organisasi itu sendiri. Komponen-
komponen dari lingkungan internal cenderung lebih mudah untuk dikendalikan
oleh organisasi atau berada di dalam jangkauan intervensi suatu organisasi.
Lingkungan internal terdiri dari indikator-indikator, sebagai berikut:
1. Segi organisasi
Organisasi merupakan wadah atau alat untuk mencapai suatu tujuan.
Dengan adanya organisasi maka pembagian tugas serta struktur tata hubungan
kerja dapat dibagi secara merata dan diketahui secara pasti oleh anggota
organisasi. Organisasi menurut Pradjudi Atmosudiro adalah:
“Struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu” (Atmosudiro dalam Hasibuan, 2011:26).
Organisasi dalam pelaksanaan otonomi daerah merupakan salah satu faktor
untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam mengatur dan mengurus rumah
tangganya. Organisasi menurut Kaho jika ditinjau dari prosesnya adalah
organization is the process of combining the work which individuals or group
have to performs with the faculties necessary for its execution, so that the duties
so performed provide the best channels for the efficient, systematic, positive and
coordinated application of effort (organisasi adalah proses penggabungan kerja
seseorang atau kelompok yang mempunyai kekuasaan-kekuasaan dan kewajiban
56
untuk melakukan perbuatan hukum, sehingga kewajiban-kewajiban untuk
melakukan penyediaan dapat menjadi lebih efisien, sistematis, positif dan aplikasi
usaha yang terkoordinasi)
Berdasarkan pada pendapat di atas maka dalam sebuah organisasi harus
ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu dengan menggabungkan beberapa proses
kerja seseorang atau sekelompok orang, dimana dalam pencapaian tujuan tersebut
dibutuhkannya sebuah struktur yang efisien, sistematis, positif dan koordinasi
yang jelas. Strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) dari segi organisasi
mempunyai sub-indikator, sebagai berikut :
a. Struktur Organisasi
Suatu tujuan dengan mudah dapat dicapai apabila dalam organisasi ada
struktur yang jelas sehingga adanya pembagian tugas yang kompleks dan jelas
dimana tidak terjadinya tumpang tindih tugas dan pola pertanggungjawaban yang
mudah. Struktur organisasi menurut Liang Gie adalah:
“Kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan dan peran masing-masing dalam kebulatan kerjasama” (Liang Gie dalam Hasibuan, 2011:34).
Pendekatan desentralisasi atau otonomi merupakan salah satu struktur
organisasi yang dapat menciptakan partisipasi dari anggota organisasi dimana
organisasi tidak lagi dipandang sebagai wadah berbagai proses dan kegiatan
organisasi, tetapi organisasi dapat juga dijadikan sebagai forum interaksi.
57
Struktur organisasi yang diterapkan dalam sebuah organisasi sebagaimana
yang dikemukakan oleh Stoner terdapat empat pilar yang menjadi dasar untuk
melakukan proses pengorganisasian, yaitu:
1. Pembagian kerja (division of work).
2. Pengelompkan kerja (departmentalization).
3. Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy).
4. Koordinasi (coordination).
Berdasarkan pada pilar pengorganisasi di atas, maka penentuan relasi
antarbagian dalam organisasi (hierarchy) atau pyramidal dibagi atas 2 jenis yaitu
hirarki yang bersifat horizontal (flat hierarchy) dan hirarki yang bersifat vertikal
(tall hierarchy).
Pilar organisasi hirarki horizontal (flat hierarchy) bersifat melebar ke
samping secara horizontal, artinya suatu organisasi sub-sub bagian yang bersifat
vertikal dibuat tidak terlalu banyak. Kelebihan dari pilar ini yaitu dapat menutupi
keterbatasan atau kelemahan pada pilar hirarki vertikal, dimana pengambilan
keputusan dapat lebih cepat. Hal tersebut dikarenakan proses identifikasi
masalahnya relatif memerlukan waktu lebih singkat dibanding dengan hirarki
vertikal, karena tingkatan hirarki horizontal tidak terlalu banyak.
b. Tujuan Organisasi
Tujuan dari suatu organisasi dengan mudah dapat dicapai apabila anggota
organisasi tahu dan paham akan tujuan tersebut. Pengetahuan dan pemahaman
anggota organisasi akan tujuan yang hendak dicapai dapat dilakukan oleh
58
organisasi dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mensosialisasikan
tujuan tersebut supaya terciptanya kesatuan tujuan diantara kelompok organisasi.
Jika di dalam organisasi tidak ada kesatuan tujuan, maka organisasi tersebut tidak
akan berjalan dengan baik (Hasibuan, 2011:127).
Tujuan organisasi menurut Glueck diartikan sebagai hasil akhir yang dicari
untuk dicapai oleh organisasi dengan keberadaan dan kegiatan-kegiatannya.
Adanya tujuan yang jelas dalam sebuah organisasi akan memberi arah pada
kegiatan sekelompok orang dan mempunyai sarana dimana kepentingan pihak-
pihak yang disalurkan kedalam usaha bersama. Tujuan dapat berupa hal yang
umum dan mungkin merupakan tujuan akhir serta dapat juga dijadikan sebagai
tujuan antara untuk seluruh organisasi.
Tujuan yang ada pada organisasi mempunyai beberapa sifat seperti yang
dikemukan oleh Reksohadiprodjo berikut:
1. Tujuan utama, seperti:
a. Menciptakan serta mendistribusikan barang-barang dan jasa-jasa;
b. Memenuhi tujuan-tujuan perorangan atau organisasi;
c. Memenuhi kewajiban terhadap masyarakat lingkungan.
2. Tujuan sekunder, seperti:
a. Pelaksanaan tugas-tugas secara ekonomis untuk mencapai tujuan
utama (primer);
b. Keefektifan tugas-tugas dalam pencapaian tujuan-tujuan utama.
59
Tujuan yang ada pada organisasi akan mempunyai banyak manfaat bagi
organisasi yang bersangkutan dalam proses perumusan dan implementasi strategi
apabila manajemen puncak (eksekutif organisasi) dapat dengan baik merumuskan,
melembagakan, mengkomunikasikan dan menguatkan tujuan tersebut melalui
organisasi.
c. Kebijakan
Pencapaian tujuan suatu organisasi baik organisasi pemerintahan maupun
organisasi lainnya dapat dilakukan apabila adanya kesamaan tujuan. Selain itu
pencapaian tujuan dapat dilakukan apabila adanya kebijakan yang mendukung.
Kebijakan pemerintah menurut Thomas R. Dye adalah is whatever governments
choose to do or not to do (apa yang pemerintah pilih dan apa yang tidak
pemerintah pilih) (Thomas R. Dye dalam Budi Winarno, 2012:20). Berdasarkan
pendapat tersebut, apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka
harus ada tujuan dan kebijakan itu harus meliputi semua tindakan-tindakan
pemerintah bukan semata-mata pernyataan keinginan pemerintah. Dengan adanya
kebijakan maka dalam pencapaian tujuan tersebut pemerintah dapat menentukan
hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan.
Pendapat lain mengenai kebijakan juga diungkapkan oleh William N.
Dunn, dimana menurutnya kebijakan publik adalah suatu proses ketata
pemerintahan dan administrasi pemerintah yang menghasilkan keputusan
pemerintah, dimana instansi yang terkait mempunyai wewenang atau kekuasaan
dalam mengarahkan masyarakat dan tanggung jawab melayani kepentingan
umum. (William N. Dunn dalam Budi Winarno, 2012:21).
60
Berdasarkan pada beberapa konsep kebijakan di atas menunjukan bahwa
unsur tujuan dan sarana merupakan unsur pokok yang harus ditetapkan dalam
membuat kebijakan. Selain itu kebijakan sangat erat hubungannya dengan
sasaran-sasaran yang diupayakan dan cara-cara bagaimana tujuan itu harus
dicapai.
2. Segi Keuangan
Keuangan mempunyai posisi yang sangat penting, karena dengan
keuangan suatu organisasi dapat melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu dengan adanya keuangan yang
memadai maka pencapaian tujuan akan lebih mudah. Menurut Wajong, uang
diartikan sebagai:
1. Alat untuk mengukur harga barang dan jasa;
2. Alat untuk menukar barang dan jasa;
3. Alat penabung.
Segi keuangan mempunyai indikator sebagai berikut :
a. Profitabilitas
Profitabilitas menunjang bahwa organisasi dapat memperoleh keuntungan
dari tujuan yang hendak dicapai. Untuk mendapatkan suatu keuntungan maka
organisasi memerlukan beberapa hal, salah satunya adalah keuangan. Dengan
adanya keuangan yang memadai maka organisasi baik organisasi pemerintahan
maupun organisasi swasta berjalan lebih baik. Keadaan keuangan organisasi juga
dapat menentukan corak, bentuk serta kemungkinan-kemungkinan kegiatan yang
akan dilakukan.
61
b. Aktivitas
Aktivitas suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar apabila didukung
oleh keuangan yang memadai. Selain itu dengan adanya keuangan yang memadai
maka aktivitas suatu organisasi dapat berkembang dengan baik tidak terpaku pada
hal-hal itu saja. Dengan keuangan yang memadai juga dapat dilihat berhasil atau
tidaknya suatu aktivitas yang akan dilakukan oleh suatu organisasi, baik
organisasi pemerintah maupun organisasi lainnya.
c. Peluang Investasi
Investasi dapat meningkatkan sumber keuangan organisasi untuk waktu
jangka panjang (Siagian, 2008:107). Pemerintah dapat melalukan investasi kepada
pihak manapun, baik pihak swasta maupun pihak pemerintah itu sendiri. Salah
satu investasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu dalam bidang
pendidikan. Dengan adanya pendidikan yang baik kepada aparatur maka akan
adanya peningkatan kualitas dan kinerja SDM.
3. Segi Teknologi
Pemanfaatan teknologi berperan penting dalam peningkatan efisiensi dan
produktivitas kerja. Teknologi menurut Ignatius Suharto diartikan sebagai
sekumpulan pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan dunia industri.
Disamping itu, pemanfaatan teknologi juga dapat meningkatkan citra pemerintah
sebagai organisasi, apabila pemanfaatan teknologi tersebut dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya (Siagian, 2008:112).
62
4. Segi Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat penting
dalam suatu organisasi dimana SDM dalam organisasi merupakan subyek dalam
setiap aktivitas atau dapat dikatakan sebagai unsur pelaksana. Strengths
(kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) dari segi SDM terdiri dari indikator
sebagai berikut (Siagian, 2008:115):
a. Manajerial
Manajerial atau kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat diperlukan
salah satunya dalam hal pengambilan keputusan. Pemimpin menurut Kartini
Kartono diartikan sebagai seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan – khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dilihat bahwa seseorang pemimpin
harus mempunyai satu atau beberapa kelebihan. Hal tersebut dimaksudkan supaya
pemimpin tersebut mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan
dan membimbing bawahan.
Pendapat lain mengenai kepemimpinan juga diungkapkan oleh Taliziduhu
Ndraha adalah gejala sosial, kemampuan seseorang (suatu pihak) untuk
mempengaruhi orang lain melalui dirinya sendiri dengan cara tertentu sehingga
perilaku orang lain itu berubah atau tetap menjadi integratif .
63
Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas maka kepemimpinan yang
efektif tergantung dari landasan manajerial yang kokoh. Menurut Chapman lima
landasan kepemimpinan yang kokoh, yaitu:
1. Cara berkomunikasi.
2. Pemberian motivasi.
3. Kemampuan memimpin.
4. Pengambilan keputusan.
5. Kekuasaan yang positif.
Berdasarkan pendapat di atas maka seorang pemimpin sangat diperlukan
dalam sebuah organisasi tidak hanya untuk mengambil keputusan yang baik,
tetapi dengan adanya kepemimpinan atau manajerial yang baik dan dengan tipe
kepemimpinan yang baik pula maka dapat meningkatkan motivasi anggota
organisasi. Motivasi sangat diperlukan dalam suatu organisasi, dimana dengan
adanya motivasi maka aparatur mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi.
Seorang pemimpin dalam mempengaruhi para bawahannya mempunyai
gaya atau tipe yang berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
seperti, latar belakang dari pemimpin, lingkungan serta hal lainnya. Gaya atau tipe
kepemimpinan menurut Kartini Kartono dibagi menjadi beberapa tipe, sebagai
berikut:
1. Tipe karismatis;
2. Tipe paternalistis dan maternalistis;
3. Tipe militeristri;
64
4. Tipe otokratis/otoritatif (authoritative, dominator);
5. Tipe laisser faire;
6. Tipe populistis;
7. Tipe administratif;
8. Tipe demokratis (group developer).
Berdasarkan pada hal tersebut, maka demokratis merupakan salah satu tipe
kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin dalam mempengaruhi
bawahannya. Kepemimpinan demokratis lebih berorientasi kepada manusia dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahannya. Kepemimpinan
demokratis dalam pelaksanaanya sangat menghargai potensi setiap individu serta
mau mendengarkan nasehat bawahannya. Dalam kepemimpinan demokratis juga
ada sebuah penekanan pada disiplin diri, dari kelompok untuk kelompok.
b. Keterampilan
Masalah keterampilan SDM dalam suatu organisasi merupakan hal yang
sangat penting, hal tersebut dikarenakan berkaitan dengan kinerja dari anggota
organisasi itu sendiri. Organisasi yang memiliki anggota dengan tingkat
keterampilan yang baik maka akan lebih mudah dalam mencapai tujuan.
Peningkatan terhadap keterampilan SDM dalam suatu organisasi dapat dilakukan
dengan berbagai upaya, seperti pemberian pelatihan dan pengembangan. Dengan
adanya pelatihan dan pengembangan yang diberikan kepada anggota organisasi
juga akan meningkatkan efesiensi dan efektifitas kerja anggota organisasi dalam
mencapai sasaran atau tujuan.
65
B. Lingkungan Eksternal: Peluang (Opportunities) dan Ancaman atau
Tantangan (Threats)
Lingkungan eksternal dapat dikatakan sebagai komponen-komponen atau
variabel lingkungan yang berada atau berasal dari luar organisasi. Dalam rangka
pencapaian tujuan, sasaran dan dalam mengemban misi organisasi, tidak dapat
dielakan lagi bahwa sangat diperlukannya interaksi antara organisasi dengan
lingkungan eksternalnya. Faktor eksternal terdiri beberapa indikator, dimana
indikator tersebut dapat menjadi peluang (opportunities) dan ancaman atau
tantangan (threats).
Indikator tersebut dapat menjadi peluang jika dimanfaatkan dengan baik
oleh organisasi yang bersangkutan. Peluang menurut Siagian diartikan sebagai
berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis
(Siagian, 2008:173). Analisa terhadap peluang bertujuan untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dimanfaatkan oleh organisasi. Jika
peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, maka akan menjadi
ancaman bagi organisasi, dimana ancaman adalah tantangan yang timbul karena
adanya suatu kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan
dalam lingkungan dan akan mengarah kepada penurunan kedudukan organisasi
apabila tidak adanya tindakan dengan tujuan yang tepat. Lingkungan eksternal
terdiri dari indikator, sebagai berikut:
1. Segi Teknologi
Teknologi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
perkembangan suatu organisasi. Teknologi dalam organisasi dapat menciptakan
66
suatu peningkatan efesiensi kerja dan mutu produk. Faktor eksternal dari segi
teknologi terdiri dari sub-indikator sebagai berikut : (Siagian, 2008:80)
a. Perkembangan Teknologi
Teknologi pada saat ini berkembang demikian pesat. Perkembangan
teknologi yang sangat pesat tersebut mempunyai dampak yang positif dimana
lahirnya berbagai ilmu baru. Salah satu ilmu yang lahir setelah terjadinya
perkembangan teknologi yaitu e-Government. Dengan lahirnya ilmu tersebut
maka pemerintah dapat menggunakan teknologi dalam setiap aktivitasnya dan
dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. Selain itu dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi dalam aktivitasnya, pemerintah dapat merubah atau
memangkas panjangnya sistem birokrasi yang ada dengan sistem birokrasi yang
singkat.
b. Orang Semakin Comfortable Menggunakan Komputer
Komputer merupakan salah satu teknologi yang perkembangannya sangat
pesat. Perkembangan dari komputer tersebut tidak hanya harus diikuti oleh
keterampilan dari aparatur organisasi tetapi juga harus diiringi dengan
keterampilan atau keahlian dari masyarakat (Siagian, 2008:81). Berdasakan hal
tersebut maka masyarakat akan semakin nyaman atau comfort dalam
menggunakan komputer dan tidak mengganggap perkembangan teknologi sebagai
suatu hal yang dapat mempersulit mereka. Dengan adanya kenyamanan dari
masyarakat dalam menggunakan komputer maka pemerintah dapat memanfaatkan
peluang itu dengan mengembangkan pemerintahan yang berbasis teknologi, salah
satunya dalam sistem pelayanan publik (Siagian, 2008:81).
67
2. Segi Ekonomi
Segi ekonomi atau dapat dikatakan sebagai faktor keuangan merupakan
hal yang penting dalam setiap organisasi baik itu organisasi pemerintahan maupun
organisasi di luar pemerintahan, karena tidak ada kegiatan yang tidak
membutuhkan biaya. Semakin besar jumlah uang yang tersedia, semakin banyak
pula kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan serta semakin
baik pula pengelolaannya. Segi ekonomi mempunyai indikator, sebagai berikut:
a. Adanya Peningkatan Pendapatan Pelanggan
Peningkatan terhadap pendapatan pelanggan secara tidak langsung adanya
peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik pertumbuhan ekonomi daerah
maupun pertumbuhan ekonomi negara (Siagian, 2008:65-67). Dengan adanya
peningkatan terhadap pendapatan pelanggan, dimana pemerintah sebagai suatu
organisasi dapat meningkatkan kualitas dari produknya, misalnya dengan
meningkatkan kualitas dari produk pelayanan publiknya. Peningkatan terhadap
kualitas dalam setiap organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi
lainnya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Dengan adanya hal tersebut maka
biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat sebagai pelanggan untuk
mendapatkan produk tersebut juga tidak sedikit tetapi karena adanya peningkatan
terhadap pendapatan mereka, maka hal tersebut tidak menjadi permasalahan yang
sangat berarti.
b. Adanya Penurunan Pendapatan Pelanggan
Penurunan terhadap perekonomian juga akan mempengaruhi
pembangunan suatu negara dan juga akan berpengaruh terhadap penurunan
68
pendapat perekonomian masyarakat (pelanggan). Dengan adanya penurunan
terhadap pendapatannya, maka pelanggan tidak menghendaki hal-hal yang
berlebihan dengan biaya yang cukup mahal. Pemerintah sebagai organisasi yang
bergerak di bidang pelayanan terhadap masyarakat dapat memahami situasi
tersebut dengan menurunkan biaya dalam proses pelayanan yang diberikan.
3. Segi Sosial
Berbagai interaksi yang terjadi antara organisasi dengan aneka ragam
kelompok masyarakat yang dilayaninya, untuk itu diperlukannya pengenalan
terhadap berbagai faktor sosial dalam masyarakat, seperti keyakinan, pendidikan
serta sistem nilai yang dianut. Pengenalan terhadap faktor sosial sangat penting
karena faktor sosial dalam masyarakat selalu berubah dimana perubahan tersebut
ada kalanya dengan intensitas yang sangat tinggi. Indikator dari segi sosial terdiri
dari (Siagian, 2008:73-78):
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan sosial yang
menjadi sasaran perhatian semua kalangan. Pendidikan sering digunakan sebagai
salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Masyarakat berdasarkan tingkat
pendidikan dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Masyarakat terbelakang atau tradisional, jika pendidikan masyarakat
rata-rata tingkat sekolah dasar.
2. Masyarakat dengan tingkat kemajuan sedang, jika tingkat pendidikan
masyarakat rata-rata sekolah menengah tingkat pertama.
69
3. Masyarakat maju, jika rata-rata tingkat pendidikan masyarakat sudah
mencapai tingkat sekolah menengah atas atau lebih tinggi.
(Siagian, 2008:74).
Pendidikan dalam sebuah negara atau daerah dapat disoroti dalam berbagai
sudut pandang, seperti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka
dianggap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang makin tinggi pula
(Siagian, 2008:74).
b. Budaya (Kultur)
Setiap organisasi mempunyai kepribadian dan jati diri yang khas.
Kepribadian dan jati diri tersebut tercermin pada kultur yang berlaku dalam
organisasi tersebut. Kultur suatu organisasi harus merupakan sub-kultur dari
kultur yang dianut oleh masyarakat (Siagian, 2008:75). Oleh karena itu, penting
bagi suatu organisasi untuk memahami kultur yang dianut oleh masyarakat.
Kultur suatu masyarakat menunjukan jati diri masyarakat tersebut dan
membedakan dengan masyarakat lainnya. Kultur itu sendiri sangat berperan
dalam penentuan batas-batas berperilaku dan penentuan norma-norma. Selain itu
kultur juga berperan dalam menentukan tata krama yang harus ditaati oleh
seseorang dalam interaksinya dengan orang lain termasuk penggunaan bahasa
(Siagian, 2008:77).
70
c. Demografi
Faktor demografi dapat dilihat dari sudut pengelompokan para anggota
masyarakat pada tiga kelompok utama, yaitu: (Siagian, 2008:78)
1. Kelompok yang belum produktif, kelompok ini terdiri dari bayi hingga
mencapai usia remaja. Para angggota masyarakat ini menurut peraturan
perundang-undangan belum diizinkan untuk memasuki pasaran kerja
tetapi kewajiban mereka lebih diarahkan untuk menuntut ilmu di
lembaga-lembaga formal.
2. Kelompok yang produktif, terdiri dari masyarakat yang kelompok
usianya memasuki dan berada pada pasaran kerja. Masyarakat yang
berada pada kelompok ini juga pada umumnya masih ada yang tidak
berhasil memperoleh pekerjaan (pengangguran).
3. Kelompok yang sudah berusia lanjut, terdiri dari masyarakat yang
pernah mempunyai pekerjaan dan penghasilan tetap sudah memasuki
usia pensiun.
Faktor demografi ini mengarah kepada beban yang harus dipikul oleh
kelompok masyarakat yang berada pada kelompok produktif dan mempunyai
pekerjaan dan penghasilan tetap.
71
2.5 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan penelitian, peneliti mencantumkan penelitian
terdahulu. Penelitian terdahulu merupakan kajian yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya, baik berupa skripsi, tesis, jurnal, buku dan sebagainya yang
dianggap relevan, terutama yang berhubungan dengan kajian pengelolaan program
pemerintah. Hasil-hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan rujukan serta
dipakai sumber untuk menemukan konsep-konsep yang terkait dengan penelitian
ini. Berikut penelitian yang dibaca oleh peneliti.
Shara Anggraini (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Perusahaan
Daerah Kota Tanggerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota
Tanggerang”. Menggunakan teori analisis SWOT dalam Fred R. David (2009;324)
yang terdiri dari empat dimensi dalam Strengths, Weakness, Opportunities dan
Threats. Temuan dari penelitian ini yaitu pelaksanaan strategi perusahaan daerah
pasar dalam penataan pedagang kaki lima di pasar anyar belum berjalan dengan
optimal. Pencapaian strategi yang belum optimal ini tidak terlepas dari faktor-
faktor dalam penerapan strategi tersebut, adapun faktor-faktor yang menyebabkan
belum optimalnua strategi yang dijalankan oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang tersebut terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
Lingkungan internal atau lingkungan yang berasal dari dalam organisasi terdiri
dari faktor kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan yang terdapat dalam Strategi
Perusahaan Daerah Pasar dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar
diantaranya : Perusahaan Daerah Pasar memiliki komitmen yang tinggi untuk
melakukan penataan, sudah berkoordinasi dan berkomunikasi yang baik dengan
72
dinas-dinas terkait, lokasi Pasar Anyar yang strategis yaitu berada di tengah kota,
adanya peningkatan pendapatan dan laba perusahaan yang didapatkan, adanya
upaya pembenahan berbagai sarana dan prasarana di Pasar Anyar yang
berkesinambungan, dan Sumber Daya Manusia Perusahaan Daerah Pasar Kota
Tangerang sudah menunjang dan berkompeten untuk menjalankan suatu program
kerja Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Faktor kelemahan antara lain:
belum bisa merubah mindset dari pedagang kaki lima, jumlah Sumber Daya
Manusia dalam Divisi Teknik dan Penertiban masih terbatas, Anggaran untuk
menjalankan program masih minim, Pengawasan dalam pemberian sanksi kepada
pedagang kaki lima yang melanggar belum tegas, pelayanan yang diberikan
kepada penggunjung pasar masih kurang dan belum ada pembinaan yang
diberikan kepada pedagang. Selain lingkungan internal, Strategi Perusahaan
Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar
Anyar juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal atau
lingkungan yang berasal dari luar organisasi terdiri dari faktor peluang dan
ancaman. Faktor peluang antara lain: memberikan perlindungan kepada pedagang
kaki lima yang berradius 50 meter, adanya potensi pasar yang semakin meningkat,
adanya semacam sinergi atau kerjasama yang baik antara Perusahaan Daerah
Pasar dengan pedagang kaki lima, sumber pendapatan retribusi pedagang menjadi
sepenuhnya hak pengelolaan Perusahaan Daerah Pasar, mendapatkan respon
positif dari pengunjung pasar dan Kota Tangerang memiliki pasar yang berdaya
tarik tinggi dan berpotensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota
Tangerang. Faktor Ancaman antara lain : Adanya pertumbuhan pasar modern
73
yang semakin bertambah, adanya aksi penolakkan yang dilakukan pedagang kaki
lima dan menjamurnya pedagang kaki lima berdampak pada tingkat kriminalitas
yang tinggi.
Roza Mardhatillah (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Strategi Pemasaran dengan Analisis SWOT untuk Meningkatkan Penjualan pada
PT. Forisa Nusapersada Padang”. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk
mengetahui strategi pemasaran yang selama ini digunakan dalam meningkatkan
volume penjualan produk PT. Forisa Nusapersada Padang dan 2) Untuk
mengetahui strategi pemasaran yang sebaiknya digunakan dalam meningkatkan
volume penjualan produk PT. Forisa Nusapersada Padang di masa akan datang.
Metode analisis data yang digunakan adalah tahap pengumpulan data (evaluasi
factor eksternal dan factor internal), lalu analisis PLC perusahaan dan tahap akhir
adalah tahap analisis SWOT dengan matriks SWOT yang akan memberikan
rekomendasi pengambilan keputusan yang tepat bagi pimpinan perusahaan. Jenis
metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Temuan dari hasil
penelitian ini adalah 1). Strategi pemasaran yang selama ini digunakan dalam
meningkatkan volume penjualan produk PT. Forisa Nusapersada Padang antara
lain : berupaya lebih maksimal dalam mempromosikan produk unggulan, aktif
mendekati segmen pasar baru, dan berusaha keras mempertahankan citra produk
yang baik dan 2) Strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh PT. Forisa
Nusapersada Padang untuk meningkatkan penjualan produknya di masa akan
datang antara lain yaitu meningkatkan penjualan produk yang sama pada segmen
74
baru, meningkatkan kegiatan promosi dan jalur distribusi, membuat layanan
konsumen, lebih berinovasi dan meningkatkan kualitas SDM perusahaan.
Dian Faridah (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “ANALISIS
SWOT Program Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMK
Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”. Latar belakang penelitian ini
bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang manajemen salah satu
tugasnya adalah mengatur proses pengelolaan kegiatan sekolah yang ada di SMK
Negeri 5 Yogyakarta. Dalam hal ini ada dua hal faktor yang berperan penting
dalam pencapaian tujuan analisis SWOT program pendidikan dalam peningkatan
mutu sekolah di SMK Negeri 5 Yogyakarta yaitu mengetahui analisis SWOT
yang ada di SMK Negeri 5 Yogyakarta dan bagaimana upaya peningkatan mutu di
sekolah kemudian apakah hasil dari analisis SWOT ini dapat berpengaruh
terhadap peningkatan mutu sekolah di SMK Negeri 5 Yogyakarta. Masalah yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah apa yang menjadi faktor-faktor internal
dan eksternal program pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta, kemudian
bagaimana upaya peningkatan mutu pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta,
dan bagaimana hasil penerapan analisis SWOT program pendidikan dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal program
pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta, mengetahui upaya peningkatan mutu
pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta, mengetahui hasil dari penerapan
analisis SWOT program pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan yang
ada di SMK Negeri 5 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan
75
yang bersifat kualitatif dengan mengambil lokasi di SMK Negeri 5 Yogyakarta.
Metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil
dikumpulkan dan kemudian ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa : (1) faktor internal dan eksternal yang ada di SMK Negeri 5 Yogyakarta
diantaranya yaitu: Tersedianya lahan yang cukup luas, terbatas sarana dan
prasarana sekolah, terbentuknya peluang kerja yang ditawarkan, dan munculnya
beberapa sekolah swasta di sekitaran SMK Negeri 5 Yogyakarta, (2) upaya
sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah yaitu dengan mengadakan pelatihan-
pelatihan untuk peserta didik dan mengadakan diklat untuk pendidik/tenaga
kependidikan, (3) Hasil analisis SWOT program pendidikan dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta diantaranya yaitu mengadakan
sumbangan buku untuk kelas IX dalam rangka menambahkan koleksi buku yang
ada di perpustakaan SMK Negeri 5 Yogyakarta.
Yesy Komala (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi
Peningkatan Pengelolaan Pajak Reklame di DKI Jakarta”. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis strategi peningkatan pengelolaan pajak reklame di DKI
Jakarta. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif melalaui
wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Strategi sangat penting untuk
melihat sejauh mana pajak reklame dapat terealisasi melalui strategi tersebut.
Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi peningkatan pengelolaan pajak
reklame di DKI Jakarta. Peneliti berkesimpulan bahwa strategi yang dilakukan
dinas pelayanan pajak adalah dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pajak.
76
Kemudian ada faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan pajak
reklame. Faktor pendukungnya seperti adanya sistem informasi reklame dan
petugas yang memahami wilayah pemungutan pajak reklamenya. Fakto
penghambat, salah satunya adalah masih maraknya reklame liar.
Semua hasil penelitian yang telah dipaparkan tersebut, sangat
berkontribusi sebagai bahan masukan dan perbandingan dalam penelitian ini,
terkait dengan strategi pengelolaan sebuah program. Yang membedakan penelitian
ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini akan mengkaji lebih dalam
tentang analisis SWOT pengelolaan program kampung KB yang baru berkembang
dan belum dikenal luas oleh masyarakat umum, padahal program ini merupakan
program keluarga berencana yang dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah
untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas, sehingga penelitian ini
sangat menarik dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempromosikan
keberadaan Kampung KB di Kabupaten Lebak.
77
2.6 Kerangka Pemikiran
Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiono, 2009:92) mengemukakan bahwa
seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun
kerangka pemikiran pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran
merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi laju pertumbuhan penduduk agar
tidak terjadi ledakan penduduk yang lebih besar lagi, selain itu salah satu cara
yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lebak dengan menetapkan Program
Kampung KB (Keluarga Berencana) sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Lebak
Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016 mencanangkan Kampung Keluarga Berencana
(KB) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung guna
mendukung percepatan pembangunan yakni keluarga yang sejahtera. Dari latar
belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahannya yaitu: (1) Belum adanya
kesesuaian antara anggaran peningkatan operasional dan penggunaannya dalam
meningkatkan kinerja kelompok kegiatan, (2) Belum maksimalnya payung hukum
yang konkrit dalam pelaksanaan Kampung Keluarga Berencana (KB), dan (3)
Kurang koordinasi dari lintas sektor, terutama bidang pengendalian penduduk dan
KB, kesehatan, sosial ekonomi, pendidikan, pemukiman dan lingkungan, serta
bidang lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teori perencanaan strategi menurut Fred. R. David
(2009:324), dimana menurutnya untuk merumuskan suatu strategi yang tepat
78
dapat dilakukan dalam 2 tahapan, yaitu: Tahap pertama yaitu Tahap Input melalui
Matrik EFI dan EFE, Kemudian Tahap kedua adalah Tahap Analisis melalui
Matrik SWOT. Untuk lebih jelasnya, kerangka berfikir penulis dalam penelitian
ini dapat dilihat gambar dibawah ini:
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
*Sumber: Diolah Peneliti, 2017
Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak
1. Belum adanya kesesuaian antara anggaran peningkatan operasional dan penggunaannya dalam meningkatkan kinerja kelompok kegiatan.
2. Belum maksimalnya payung hukum yang konkrit dalam pelaksanaan program Kampung Keluarga Berencana (KB).
3. Kurang koordinasi dari lintas sektor, terutama bidang pengendalian penduduk dan KB, kesehatan, sosial ekonomi, pendidikan, pemukiman dan lingkungan, serta bidang lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Strategi yang Tepat dalam Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja
Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak
Manajemen Strategi menurut Pearce dan Robbins (2011:20), yaitu :
1. Merumuskan misi perusahaan 2. Mengembangkan profil perusahaan 3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan 4. Menganalisis opsi perusahaan 5. Mengidentifikasi opsi 6. Memilih seperangkat sasaran 7. Mengembangkan sasaran 8. Mengimplementasikan pilihan strategi 9. Mengevaluasi keberhasilan
Strategi dalam Pengelolaan program Kampung KB, Menurut David, Fred (2009:324) tahap perencanaan strategi ada 2 tahap, yaitu : 1. Tahap Input
Matrik EFI dan EFE 2. Tahap Analisis
Matrik SWOT
Surat Keputusan Bupati Lebak
Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016.
Tentang Penetapan Kampung KB di
Kabupaten Lebak.
79
2.7 Asumsi Dasar Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan serta observasi awal
yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa
penelitian mengenai Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB di
Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak
masih belum optimal dan belum memiliki pemilihan strategi yang tepat dalam
mencapai keberhasilannya. Hal ini dilihat berdasarkan dengan masih adanya
permasalahan-permasalahan yang timbul.
80
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan
Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja
Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”, menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif karena bermaksud untuk mendalami dan menghayati suatu
obyek. Menurut David William (dalam Moleong, 2010:5) penelitian kualitatif
adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode
alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Jelas
definisi ini memberi gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar
alamiah metode alamiah dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian
alamiah.
Sedangkan menurut Bogdan & Taylor (dalam Moleong 2010:4),
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada
latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
81
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatkan disintesiskan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. (Moleong, 2010:6)
Penelitian kualitatif sendiri bersifat deskriptif. Langkah kerja untuk
mendeskripsikan suatu obyek, fenomena, atau setting social terjewantah dalam
suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya, data, fakta yang dihimpun berbentuk
kata atau gambar daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti
menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam
menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi kutipan, kutipan dari
data atau fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh
dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan (Satori &
Komariah, 2010:28).
Jadi yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah berbentuk kata,
kalimat, untuk mengeksplorasi bagaimana kondisi faktual yang terjadi dengan
mendeskripsikan variabel yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti dalam
hal ini peneliti mencoba menjelaskan bagaimana Analisis SWOT Pengelolaan
Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja
Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak. Penggunaan pendekatan kualitatif
dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pendekatan kualitatif
relevan dan cocok dengan masalah penelitian. Selanjutnya digunakan untuk
membangun pemahaman dan memberikan eksplanasi terhadap fenomena yang
diteliti.
82
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan suatu bagian yang membatasi dan
menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Dalam hal
ini, ruang lingkup penelitian digunakan untuk menjadi batasan penelitian agar
terfokus pada fokus penelitian. Dengan itu maka diharapkan dapat memudahkan
peneliti untuk lebih fokus pada penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai
“Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di
Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”.
Pembatasan ruang lingkup penelitian sendiri didasarkan pada penjabaran
yang terdapat pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan secara ringkas
dalam identifikasi masalah. Adapun, ruang lingkup atau batasan masalah dalam
penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimanakah Analisis SWOT Pengelolaan
Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja
Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak secara mendalam.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yaitu menjelaskan locus penelitian yang akan
dilaksanakan, termasuk dalam menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya.
Penelitian ini dilakukan di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung. Penentuan lokasi penelitian ini dengan alasan bahwa penetapan
program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kabupaten Lebak ialah di
Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung. Oleh karenanya,
peneliti akan meneliti terkait Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB
83
(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual adalah memberikan penjelasan mengenai konsep dari
variabel penelitian yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan
konsep kerangka berpikir penelitian itu sendiri. Variabel penelitian ini adalah
Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di
Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik perumusan
strategi dalam Fred R. David (2009:324) yang menjelaskan bahwa dalam teknik
analisis SWOT terdapat 4 variabel yang mempengaruhi keberhasilan strategi
yang telah digunakan, yaitu Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats.
Keempat variabel ini dinilai tepat untuk menjawab permasalahan yang ada dalam
penelitian ini.
1. Strength (Kekuatan), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari organisasi pada saat ini.
2. Weakness (Kelemahan), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan dari organisasi pada saat ini.
3. Opportunities (Peluang), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan peluang
diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi
dimasa depan.
84
4. Threats (Ancaman), yaitu situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi
yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi
dimasa depan.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian
dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Dalam penelitian Analisis
SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung
Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, peneliti
menggunakan pendekatan Analisis SWOT dimana Analisis SWOT ini merupakan
suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal menjadi langkah-
langkah strategi dalam pengoptimalan usaha. Adapun dimensi dan indikatornya
yang digunakan Tabel 3.1 dibawah ini :
85
Tabel 3.1
Pedoman Wawancara Penelitian
No Indikator Pertanyaan
1. Strengths Apakah tujuan dari adanya program kampung KB di Kampung
Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten
Lebak?
Apa saja manfaat dari adanya program kampung KB oleh
DPPKBP3A Kabupaten Lebak, baik bagi pemerintah dan
masyarakat/warga kampung KB?
Apakah kekuatan yang dimiliki oleh DPPKBP3A Kabupaten
Lebak dalam pengelolaan program kampung KB di kampung
Kaso?
Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya
dan sudah sejauh mana upaya dalam pengelolaan program
kampung KB di kampung Kaso?
2. Weakness Apa kelemahan yang dimiliki oleh DPPKBP3A Kabupaten
Lebak dalam mengelola program kampung KB?
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningktakan
sarana dan prasarana dalam pengelolaan program kampung KB
di Kampung Kaso?
Bagaimana kinerja atau cara DPPKBP3A Kabupaten Lebak
dalam melakukan pengawasan kampung KB di kampung Kaso?
86
Sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait
dalam pengelolaan program kampung KB di kampung Kaso?
Apakah ada pembinaan bagi PLKB (Petugas Lapangan KB)
guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya?
3. Opportunities Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A Kabupaten
Lebak dengan dilakukannya program kampung KB di kampung
Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten
Lebak?
Bagaimana DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam memanfaatkan
peluang yang didapatkan?
4. Threats Apa saja ancaman atau kendala yang dihadapi oleh DPPKBP3A
dalam pengelolaan program kampung KB di kampung Kaso?
Bagaimana pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam
menangani ancaman atau kendala tersebut?
Sumber: Peneliti, 2017
87
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai Instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun kelapangan (Sugiyono, 2009:59). Selanjutnya Nasution (dalam
Sugiyono 2009:60) menyatakan:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, Fokus penelitian, Prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan dua pernyataan dari para ahli tersebut peneliti menarik garis
besar bahwa instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Nasution
(dalam Sugiyono 2009;61) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk
penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap Situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa
test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali
manusia.
88
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau pelaksana
Peneliti sebagai key instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh
peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke lapangan. Validasi
terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun
logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri
seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki
lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya (Sugiyono, 2010: 22).
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data dan
89
pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau
alat penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses
penelitian. (Moleong 2010:168)
Penelitian mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB
(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak”, instrumen yang digunakan adalah peneliti
sendiri. Dalam penelitian ini peneliti menempatkan diri sebagai observer. Adapun
jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Peneliti sebagai key instrument dalam penelitian karena peneliti dapat
merasakan langsung, mengalami, melihat sendiri obyek atau subyek yang sedang
diteliti. Selain itu, peneliti juga mampu menentukan kapan penyimpulan data telah
mencukupi, data telah jenuh, dan kapan penelitian dapat dihentikan.
Peneliti juga dapat langsung melakukan pengumpulan data, melakukan
refleksi secara terus-menerus dan secara gradual membangun pemahaman yang
tuntas mengenai sesuatu, dalam hal ini Analisis SWOT Pengelolaan Program
Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu data-data yang didapat
berupa kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati dari hasil wawancara dan
observasi lapangan. Sedangkan data-data sekunder yang didapatkan berupa
dokumen tertulis berupa catatan atau dokumentasi DPPKBP3A Kabupaten Lebak,
seperti profil instansi, kepegawaian, struktur organisasi, dan data lainnya yang
90
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun alat-alat tambahan yang
digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah pedoman wawancara, alat
perekam, buku catatan dan kamera.
Teknik pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan memengaruhi
penentuan teknik pengumpulan data. Banyak masalah yang telah dirumuskan
tidak dapat dipecahkan dengan baik, karena teknik untuk memperoleh data yang
diperlukan tidak dapat menghasilkan data yang diinginkan (Satori & Komariah,
2010:103). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian mengenai “Analisis
SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung
Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”, dengan
menggunakan beberapa macam teknik, diantaranya:
1. Pengamatan/Observasi
Observasi menurut Satori dan Komariah, (2010:105) bahwa “observasi
adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung
mapun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam
penelitian”. Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh di belakang meja,
tetapi harus terjun ke lapangan, tetangga, organisasi, dan komunitas. Data yang
diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan,
dan keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat berupa
interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam
berorganisasi. Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
91
dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian
ini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan
langsung terhadap objek-objek yang diteliti, kemudian dari pengamatan tersebut
melakukan pencatatan data-data yang diperoleh yang berkaitan dengan aktivitas
penelitian.
Selain itu observasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara
sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain
yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Konsep
yang dikemukakan oleh Faisal dalam Sugiyono (2009:226) yang
mengklasifikasikan observasi sebagai berikut:
a. Observasi berpartisipasi (participant observation)
b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation
and convert observation), dan
c. Observasi yang tidak terstuktur (unstructured observation)
Jadi berdasarkan pengklasifikasian observasi di atas, observasi yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi terang-terangan, dimana
peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada
sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga pihak-pihak
yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Dan
juga peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi sumber data
penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat, lengkap, tajam dan terpercaya.
Selain itu peneliti juga melakukan observasi secara tersamar dimana pihak-pihak
92
yang diteliti belum mengetahui bahwa peneliti sedang melakukan aktivitas
meneliti.
2. Wawancara
Dalam Penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai Instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun kelapangan (Sugiyono,2009;59). Selanjutnya Nasution (dalam
Sugiyono 2009;60) menyatakan:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, Fokus penelitian, Prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan dua pernyataan dari para ahli tersebut peneliti menarik garis
besar bahwa instrument penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Nasution
(dalam Sugiyono 2009;61) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk
penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi
penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
93
3. Tiap Situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa
test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali
manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh.
6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau pelaksana
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
di teliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan
atau keyakinan pribadi (Sugiyono,2012;72).
Wawancara mendalam adalah teknik pengolahan data yang pengumpulan
data didasarkan pada percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu
untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Wawancara dilakukan dengan cara
mendapat berabagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam
penelitian. Wawancara dilakukan pada informan yang dianggap menguasai
94
penelitian. Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti.
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan, kriteria informan,
dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami
peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-
hal sebagai berikut:
a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian
b. Menjelaskan alasan mengapa informan terpilih untuk diwawancarai
c. Menentukan strategi dan taktik wawancara
d. Mempersiapkan pencatat data wawancara
Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan
untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga
informan untuk memberikan keterangan dengan jujur. Selanjutnya, peneliti
mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan kata-kata
dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat.
Wawancara perlu dilakukan lebih dari dua kali karena dua alasan utama.
Pertama adalah pendekatan pengetahuan temporal. Istilah temporal maksudnya
adalah istilah filosofis yang mendefinisikan bagaimana situasi dan pengetahuan
orang saat itu dipengaruhi oleh pengalamannya dan bagaimana situasi saat itu
akan menentukan masa depannya. Alasan kedua melakukan wawancara lebih dari
95
satu kali adalah untuk memenuhi criteria rigor (ketepatan/ketelitian). Selain itu
juga memungkinkan peneliti mengkonfirmasi atau mengklasifikasi informasi yang
ditentukan pada wawancara pertama.
Jadi, dapat disimpulkan wawancara terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama
meliputi perkenalan, memberikan gambaran singkat proses wawancara dan
membangun hubungan saling percaya. Tahap kedua merupakan tahap terpenting
dengan diperolehnya data yang berguna. Tahap terakhir adalah ikhtisar dari
respon informan dan memungkinkan konfirmasi atau adanya informasi tambahan.
3. Studi Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan
catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga
akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode
ini hanya mengambil data yang sudah ada di DPPKBP3A Kabupaten Lebak,
seperti profil instansi, kepegawaian, struktur organisasi, dan data lainnya yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Metode ini juga digunakan
untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Dalam
penelitian sosial, fungsi data yang berasal dari dokumentasi lebih banyak
digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. Penggunaan metode
dokumentasi dalam penelitian mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan Program
Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja
Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”, digunakan sebagai data
96
pendukung terkait masalah penelitian. Dengan adanya data pendukung tersebut
ditujukan sebagai penguat argumentasi dari data-data primer yang didapatkan
dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti sebelumnya.
3.6 Informan Penelitian
Menurut Denzin & Lincoln (dalam Fuad & Nugroho 2014: 57-58), seorang
peneliti harus bisa menemukan “orang dalam” (an insider), salah satu anggota
partisipan yang ingin menjadi informan dan berperan sebagai pengarah dan
penerjemah muatan-muatan budaya, dan pada saat yang lain, jargon dan bahasa
kelompok setempat. Meskipun wawancara dapat dilakukan tanpa bantuan seorang
informan, namun sebaiknya tetap menggunakan informan yang baik, sebab
dengan begitu maka peneliti dapat menghemat waktu lebih banyak dan dapat
menghindarkan kesalahan-kesalahan selama proses berlangsung. Untuk itulah
perlunya key informan dalam penelitian.
Penelitian mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB
(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak”, dalam pemilihan informannya menggunakan
teknik Purposive Sampling (sampel bertujuan). Menurut Bungin (2011:107),
purposive sampling adalah strategi menentukan kelompok peserta yang menjadi
informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian
tertentu. Key informan digunakan sebagai informan didasarkan pada penguasaan
informasi dan secara logika bahwa tokoh-tokoh kunci dalam proses sosial selalu
langsung menguasai informasi yang terjadi di dalam proses sosial itu. Key
97
informan dalam penelitian ini adalah sektor pemerintah sedangkan yang menjadi
secondary informan dalam penelitian ini adalah sektor masyarakat.
Teknik pemilihan informan dalam penelitian mengenai “Analisis SWOT
Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso
Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak” adalah teknik
Purposive Sampling dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu yang dapat
dijadikan informan yang berdasarkan pengetahuan peneliti, informan tersebut
memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Berikut adalah deskripsi
informan dalam penelitian “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB
(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak”, yang diantaranya :
98
Tabel 3.2
Deskripsi Informan Penelitian
Koding Kategori Koding Jabatan/Status Sosial
informan Status Informan
I1
Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga
Berencana,
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak
I1.1 Kepala DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
Key
Informan
I1.2 Sekertaris DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I1.3
Kabid KB-KS
DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I1.4
Kabid Pengendalian
Penduduk, Penyuluhan
& Penggerakan
DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I1.5
Kasie Perlindungan
Anak DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I1.6
Kasie Pengendalian
Penduduk DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I2 Perangkat Desa
I2.1 Kepala Desa Sukaraja
Secondary
Informan
I2.2 Sekertaris Desa
Sukaraja
I2.3 Staff Desa Sukaraja
I3 PLKB dan Masyarakat
Desa Sukaraja
I3.1 PLKB Desa Sukaraja
I3.2 Masyarakat
I3.3 Masyarakat
(Sumber: Peneliti, 2017)
99
3.7 Teknik Analisis dan Uji Keabsahan Data
3.7.1 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong
2010:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam
menganalisis data penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan,
maka peneliti menggunakan analisis data model Miles & Huberman. Model
interaktif Miles & Huberman dapat dipahami dengan gambar dibawah ini:
Gambar 3.1
Analisis Data Miles & Huberman
Berikut adalah penjelasan mengenai gambar analisis data menurut Miles &
Huberman (dalam Fuad & Nugroho 2014:16-18), yang diantaranya:
a. Reduksi Data (Data Reduction), dimaknai sebagai proses memilah dan
memilih, menyederhanakan data yang terkait dengan kepentingan penelitian
Koleksi data
Reduksi Data Kesimpulan /
Verifikasi
Penyajian Data
100
saja, abstraksi dan transformasi data-data kasar dari catatan lapangan.
Reduksi data perlu dilakukan karena ketika peneliti semakin lama di kancah
penelitian akan semakin banyak data atau catatan lapangan yang peneliti
kumpulkan. Tahap dari reduksi adalah memilah dan memilih data yang
pokok, fokus pada hal-hal yang penting, mengelompokkan data sesuai
dengan tema, membuat ringkasan, member kode, membagi data dalam
partisi-partisi dan akhirnya dianalisis sehingga terlihat pola-pola tertentu.
b. Penyajian Data (Data Display) berupa uraian singkat, bagan, hubungan
kausal dengan kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data dapat
membantu peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan analisis
selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami sebelumnya.
c. Menarik kesimpulan/ verifikasi (Conclusion: Drawing/ Verifying),
merupakan langkah terakhir dalam analisis data menurut Miles dan
Huberman. Berdasarkan pola-pola yang sudah tergambarkan dalam penyajian
data, terdapat hubungan kausal atau interaktif antara data dan didukung
dengan teori-teori yang sesuai, peneliti kemudian mendapatkan gambaran
utuh tentang fenomena yang diteliti dan kemudian dapat menyimpulkan
fenomena tersebut sebagai temuan baru.
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian mengenai “Analisis SWOT
Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso
Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”, menggunakan
teknik analisis data Miles & Huberman dengan empat langkah analisis data, yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hal ini
101
digunakan sebagai alat untuk mempermudah peneliti untuk menganalisis data
yang didapat dari hasil penelitian lapangan dan mendapatkan kesimpulan
mengenai penelitian yang dilakukan peneliti.
3.7.2 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan
kemungkinan melakukan terobosan metodologis terhadap masalah-masalah
tertentu yang kemungkinan dapat dilakukan seperti seperti yang dikatakan Denzin
dengan “Triangulasi”. Istilah penggabungan metode ini dikenal lebih akrab di
kalangan pemula dengan istilah „meta-metode‟ atau „mix-method‟, yaitu metode
campuran, dimana metode kuantitatif dan kualitatif digunakan bersama-sama
dalam sebuah penelitian. Metode ini digunakan sebagai alat untuk menguji apakah
data hasil penelitian yang telah dikumpulkan terdapat perbedaan atau tidak,
sehingga dapat diketahui data tersebut dianggap absah atau tidak. Penelitian
mengenai “Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung
Kabupaten Lebak”, menggunakan dua teknik triangulasi pendekatan untuk
menguji keabsahan data dari hasil penelitian lapangan. Berikut adalah teknik
triangulasi pendekatan yang digunakan peneliti, yang diantaranya:
a. Triangulasi sumber, dapat dilakukan dengan mengecek data yang sudah
diperoleh dari berbagai sumber. Data dari berbagai sumber tersebut kemudian
dipilah dan dipilih dan disajikan dalam bentuk tabel matriks. Data dari
102
sumber yang berbeda dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan
yang sama, berbeda dan mana yang lebih spesifik.
b. Triangulasi teknik, dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari berbagai
macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data dari ketiga teknik
tersebut dibandingkan, adakah konsistensi. Jika berbeda, maka dapat
dijadikan catatan dan dilakukan pengecekkan selanjutnya mengapa data bisa
berbeda (Fuad & Nugroho, 2014:19-20).
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam menguji keabsahan data, peneliti
menggunakan dua teknik triangulasi pendekatan. Dengan menggunakan teknik
triangulasi sumber, peneliti memperoleh dari sudut pandang pemerintah dan
masyarakat. Sedangkan, teknik triangulasi teknik, peneliti melakukan cek data
dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hal ini
dijadikan dasar oleh peneliti, untuk mengetahui apakah data yang didapatkan
terdapat perbedaan atau tidak. Dan jika terdapat perbedaan, maka selanjutnya
peneliti dapat melakukan pengecekkan ulang di lapangan, mengapa data yang
diterima berbeda, dan digunakan sebagai catatan penelitian. Selain itu, peneliti
juga menggunakan member check dalam menguji keabsahan data. Member check
dilakukan dengan melakukan pengecekkan data yang diperoleh kepada informan
penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh
telah sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh informan penelitian, sehingga
data yang didapat merupakan data yang valid dan kredibel sesuai dengan yang
telah disesuaikan dan disepakati oleh informan penelitian yang kemudian
103
ditandatangani sebagai bukti autentik bahwa peneliti telah melakukan member
check.
3.8 Jadwal Penelitian
Jadwal Penelitian adalah menjelaskan jadwal penelitian secara rinci beserta
tahapan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan mengenai
“Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di
Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak”,
berikut adalah rincian jadwal penelitian :
104
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Tahun
2016 2017
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov
1 Pengajuan
Judul
2 Observasi
Awal
3 Penyusunan
Proposal
4
Bimbingan
dan
Perbaikan
Proposal
5 Seminar
Proposal
6
Proses
pencarian
data
dilapangan
7
Pengolahan
dan Analisis
Data
8 Penyusunan
Bab 4 dan 5
9 Bimbingan
Bab 4 dan 5
10 Perbaikan
Bab 4 dan 5
11 Sidang
Skripsi
Sumber: Peneliti, 2017
105
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian
yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran
umum Kabupaten Lebak, gambaran umum Desa Sukaraja, gambaran umum
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak. Hal tersebut akan
dipaparkan dibawah ini :
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lebak
Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lebak berada pada rentang
koordinat 105º.25` – 106º.30` BT dan 6º.18` – 7º.00` LS. Wilayah
Kabupaten Lebak sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang dan
Kabupaten Tangerang, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor
dan Kabupaten Sukabumi, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Pandeglang dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia.
Kabupaten Lebak merupakan daerah otonom terluas di Provinsi
Banten dengan luas wilayah 330.507,18 Km² atau 330.507,18 Ha yang
secara administratif membawahi 28 Kecamatan, 340 Desa serta 5
Kelurahan yang dapat diuraikan sebagaimana tabel berikut :
106
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kabupaten Lebak menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas Wilayah (Ha) 1 Malingping 10.201,47 2 Wanasalam 11.419,02 3 Panggarangan 17.715,51 4 Bayah 14.377,21 5 Cilograng 9.601,71 6 Cibeber 40.096,41 7 Cijaku 11.468,42 8 Banjarsari 15.955,50 9 Cileles 15.338,76
10 Gunungkencana 13.801,50 11 Bojongmanik 9.591,83 12 Leuwidamar 14.305,09 13 Muncang 8.695,38 14 Sobang 11.149,34 15 Cipanas 6.525,30 16 Sajira 10.466,64 17 Cimarga 18.752,65 18 Cikulur 6.182,97 19 Warunggunung 4.736,53 20 Cibadak 3.632,71 21 Rangkasbitung 7.309,70 22 Maja 7.817,14 23 Curugbitung 9.317,33 24 Cihara 12.469,86 25 Cigemblong 15.304,93 26 Cirinten 12.254,95 27 Lebakgedong 9.159,98 28 Kalanganyar 2.859,34
Jumlah 330.507,18 Sumber : RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2014 – 2019
Dengan visualisasi Luas Wilayah Kabupaten Lebak berdasar data
tersebut di atas dapat diketahui bahwa luas wilayah total di Kabupaten
Lebak ialah 330.507,18 Ha yang dibagi kedalam 28 kecamatan. Peta
Wilayah Kabupaten Lebak sebagai berikut :
107
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kabupaten Lebak
Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Lebak, RTRW Kab. Lebak 2014-2034
Selanjutnya berdasarkan Pembagian wilayah administrasi di
Kabupaten Lebak dibagi berdasarkan wilayah kerja pembangunan,
diupayakan agar lebih optimal dalam pelaksanaan pembangunan secara
bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan RPJMD Tahun 2014 – 2019.
Adapun wilayah administrasi pembangunan di Kabupaten Lebak dibagi
menurut letak wilayah secara geografis sebagaimana tabel di bawah ini :
108
Tabel 4.2
Pembagian Wilayah Administrasi Pembangunan Kabupaten Lebak
Wilayah Pembangunan Lebak Utara, meliputi :
Wilayah Pembangunan
Lebak Selatan, meliputi :
Wilayah Pembangunan
Lebak Timur, meliputi :
Wilayah Pembangunan
Lebak Barat, meliputi :
a. Kecamatan Rangkasbitung
b. Kecamatan Warunggunung
c. Kecamatan Cibadak d. Kecamatan Cikulur e. Kecamatan
Cimarga f. Kecamatan Maja g. Kecamatan
Curugbitung h. Kecamatan
Kalanganyar
a. Kecamatan Malingping
b. Kecamatan Wanasalam
c. Kecamatan Cijaku d. Kecamatan
Panggarangan e. Kecamatan Bayah f. Kecamatan
Cilograng g. Kecamatan Cibeber h. Kecamatan
Cigemblong i. Kecamatan Cihara
a. Kecamatan Cipanas b. Kecamatan
Muncang c. Kecamatan Sobang d. Kecamatan Sajira e. Kecamatan
Leuwidamar f. Kecamatan
Bojongmanik g. Kecamatan
Lebakgedong h. Kecamatan Cirinten
a. Kecamatan Banjarsari
b. Kecamatan Gunungkencana
c. Kecamatan Cileles
Sumber : RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2014 - 2019
Pembagian wilayah administrasi pembangunan Kabupaten lebak dibagi
menjadi empat wilayah pembangunan, yaitu wilayah pembangunan bagian utara,
wilayah pembangunan bagian selatan, wilayah pembangunan bagian timur, dan
wilayah pembangunan bagian barat, yang masing-masing dikelompokkan dengan
28 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Lebak.
Tabel 4.3
Komposisi Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun 2014
No. Kecamatan Laki-laki (L) Perempuan (P) Jumlah 1 Malingping 28.715 27.983 56.698
109
2 Wanasalam 24.047 22.628 46.675 3 Panggarangan 17.271 16.196 33.467 4 Bayah 20.761 20.031 40.774 5 Cilograng 16.054 14.869 30.923 6 Cibeber 25.131 23.440 48.571 7 Cijaku 12.776 12.238 25.014 8 Banjarsari 28.087 26.639 54.726 9 Cileles 24.342 22.834 47.176 10 Gunungkencana 15.946 15.074 31.020 11 Bojongmanik 10.420 9.789 20.029 12 Leuwidamar 24.772 22.811 47.583 13 Muncang 16.472 15.484 31.956 14 Sobang 13.530 12.670 26.200 15 Cipanas 23.145 22.104 45.249 16 Sajira 22.843 22.192 45.035 17 Cimarga 31.077 29.198 60.275 18 Cikulur 24.031 22.861 46.892 19 Warunggunung 27.095 25.572 52.667 20 Cibadak 30.086 28.274 58.360 21 Rangkasbitung 60.612 57.702 118.314 22 Maja 25.561 23.886 49.447 23 Curugbitung 15.815 14.648 30.463 24 Kalanganyar 16.416 15.286 31.702 25 Lebakgedong 9.218 8.906 18.124 26 Cirinten 12.250 11.305 23.555 27 Cigemblong 8.908 8.515 17.423 28 Cihara 14.300 13.300 27.600 Jumlah 599.681 566.417 1.166.098
Sumber : Disdukcapil Kab. Lebak, Januari 2015 (data diolah)
Komposisi Penduduk Kabupaten Lebak menurut Jenis Kelamin adalah
sebagaimana tabel 4.3 diatas. Gambaran umum demografis wilayah Kabupaten
Lebak yaitu Penduduk Kabupaten Lebak pada Semester I Tahun 2015 berjumlah
1.166.098 jiwa, yang terdiri dari 599.681 laki-laki dan 566,417 perempuan dengan
tingkat kepadatan penduduk rata–rata sekitar 352,82 Jiwa per Km2.
110
Tabel 4.4
Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan Jenis Kelamin
di Kabupaten Lebak Tahun 2014
No. Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga Jumlah Laki – Laki Perempuan
1 Malingping 19.932 3.546 19.478
2 Wanasalam 13.261 2.783 16.044
3 Panggarangan 9.516 1.692 11.208
4 Bayah 11.369 2.050 13.419
5 Cilograng 8.736 1.435 10.171
6 Cibeber 14.766 2.414 17.180
7 Cijaku 6.819 1.582 8.401
8 Banjarsari 15.153 3.432 18.585
9 Cileles 12.345 2.744 15.089
10 Gunungkencana 8.620 1.927 10.547
11 Bojongmanik 5.830 1.212 7.042
12 Leuwidamar 13.518 2.746 15.904
13 Muncang 7.722 1.741 9.463
14 Sobang 7.595 1.416 9.011
15 Cipanas 11.824 2.807 14.631
16 Sajira 11.723 2.743 14.466
17 Cimarga 15.415 13.555 18.970
18 Cikulur 11.767 3.022 14.789
19 Warunggunung 13.456 3.173 16.629
20 Cibadak 15.403 3.254 18.657
21 Rangkasbitung 31.416 6.979 38.415
111
22 Maja 12.171 3.007 15.178
23 Curugbitung 7.552 1.872 9.424
24 Kalanganyar 7.889 1.693 9.582
25 Lebakgedong 4.754 1.093 5.847
26 Cirinten 6.724 1.383 8.107
27 Cigemblong 5.220 1.482 6.702
28 Cihara 7.855 1.469 9.324
Jumlah 314,011 68,252 382.263
Sumber : Disdukcapill Kab. Lebak, Semester I 2015 (data diolah)
Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Lebak berdasarkan data pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada Tahun 2014 adalah 382.263 Kepala
Keluarga yang terbagi kedalam 314.011 laki-laki dan 68.252 perempuan.
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Warunggunung
Warunggunung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten, Indonesia. Kecamatan Warunggunung terletak di sebelah utara Kabupaten
Lebak dengan jarak ± 9 Km dari Ibu kota Kabupaten Lebak dengan ketinggian
350 mdpl. Dalam segi geografis letak Kecamatan Warunggunung sangat strategis
selaian dekat dengan kota Rangkasbitung sebagai pusat pemerintahan Kabupaten
Lebak, Kabupaten Pandeglang yang berjarak ± 12 Km, dan serang sebagai Ibu
kota Provinsi Banten dengan jarak ± 24 Km telah pula ditunjang dengan sarana
jalan yang cukup memadai sehingga memudahkan akses transportasi. Kecamatan
Warungunggunung mempunyai batas-batas wilayah sebagi berikut:
112
- Sebelah Utara : Kabupaten Serang
- Sebelah Timur : Kecamtan Cibadak
- Sebelah Selatan : Kecamatan Cikulur
- Sebelah Barat : Kabupaten Pandeglang
Luas wilayah Kecamatan Warunggunung adalah 5497.05 Ha, dengan
jumlah Desa sebanyak 12 Desa dan penggunaan lahan sebagai berikut : lahan
sawah sebesar 36 %, lahan darat sebesar 49 %, lahan pemukiman sebesar 15 %.
Penduduk Kecamatan Warunggunung hingga tahun 2011 sebanyak 14,926 KK
dan 53,036 jiwa yang terdata di 240 Rt dan 58 Rw.
Gambar 4.2
Peta Kecamatan Warunggunung
Sumber: Kecamatan Warunggunung Dalam Angka 2016
113
Sukaraja adalah salah satu desa di Kecamatan Warunggunung, Kabupaten
Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Desa Sukaraja berbatasan dengan Kabupaten
Serang disebelah Utara, Desa Banjarsari disebelah Selatan, Kabupaten
Pandeglang disebelah Barat, dan Desa Padasuka disebelah Timur.
Tabel 4.5
Daftar Kampung di Desa Sukaraja
No Nama Kampung 1 Kampung Kaso Manggu 2 Kampung Kaso Masjid 3 Kampung Kaso Kobat 4 Kampung Kaso Kandang 5 Kampung Kaso Co’o 6 Kampung Kaso Cibodas 7 Kampung Kaso Aboh 8 Kampung Kaso Cipancir 9 Kampung Kaso Bunut 10 Kampung Kaso Nangklak 11 Kampung Kaso Sabrang 12 Kampung Kaso Pulo 13 Kampung Kaso Kasendor 14 Kampung Pangasih Pasir 15 Kampung Pangasih Kopi 16 Kampung Pangasih Masjid 17 Kampung Baru 18 Kampung Dukuh Asem 19 Kampung Pasir Keris 20 Kampung Pasir Astiam 21 Kampung Pasir Pesing 22 Kampung Panenjoan 23 Kampung Batu Bangkong 24 Kampung Ciloa 25 Kampung Sinangelet 26 Kampung Pasir Awi
114
27 Kampung Pasir Gdg Lebak 28 Kampung Gdg Pasar 29 Kampung Cipakuan 30 Kampung Pamidangan
Sumber: Data Profil Sukaraja, 2016
Di Desa Sukaraja terdapat 30 Kampung dan Kampung KB (Keluarga
Berencana) di Desa ini terdapat di RW 01, yaitu Kampung Kaso Kandang.
Kampung Kaso Kandang memiliki jumlah penduduk sebanyak 287 jiwa. Yaitu
terdapat 151 jiwa penduduk laki-laki dan 136 jiwa penduduk perempuan, yang
terbagi kedalam 91 KK (Kartu Keluarga).
4.1.3 Gambaran Umum Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak
DPPKBP3A Kabupaten Lebak memiliki tugas pokok dan
fungsi sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Lebak Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak, yaitu: “Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang keluarga berencana dan pemberdayaan
perempuan”.
115
Penyediaan pelayanan KB, peningkatan ketahanan
keluarga, perlindungan anak dan perempuan dari tindak kekerasan
serta pemberdayaan perempuan terutama pada keluarga miskin
merupakan tugas pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Lebak
yang harus terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
A. Visi dan Misi DPPKBP3A Kabupaten Lebak
Visi yaitu cara pandang jauh ke depan kemana instansi atau organisasi
harus dibawa agar tetap eksis, antisipatif dan inovatif. Visi merupakan
kondisi masa depan yang dicita-citakan dan merupakan komitmen bersama
tanpa ada paksaan dalam upaya merancang dan mengelola perubahan untuk
mencapai tujuan. Visi dari DPPKBP3A Kabupaten Lebak dirumuskan sejalan
dengan Visi Pemerintah Kabupaten Lebak: “MENUJU KABUPATEN
LEBAK YANG MAJU DAN BERDAYA SAING MELALUI
PEMANTAPAN PEMBANGUNAN PERDESAAN DAN
PENGEMBANGAN EKONOMI KERAKYATAN”, Visi DPPKBP3A
yaitu: “Terwujudnya Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, Kesetaraan Gender
dan Perlindungan Anak”.
Misi merupakan tujuan utama kearah mana perencanaan/program
Intansi Pemerintah ingin dicapai. Misi SKPD adalah rumusan umum
mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi
SKPD.
116
Untuk mencapai Visi tersebut DPPKBP3A telah menetapkan Misi
yaitu:
1. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui pengaturan
kelahiran dan meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi;
2. Meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga serta memperkuat
kelembagaan dan jejaring program KB;
3. Meningkatkan Pengarusutamaan Gender, advokasi dan perlindungan
anak melalui peningkatan kesetaraan dan keadilan gender, peningkatan
penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
B. Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi DPPKBP3A
Kabupaten Lebak.
1) Kedudukan
Kedudukan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak :
a) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak selanjutnya
disebut DPPKBP3A adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah
di bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana.
b) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dipimpin
oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
117
2) Tugas Pokok
Tugas Pokok Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang keluarga
berencana dan pemberdayaan perempuan.
3) Fungsi
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas
DPPKBP3A Kabupaten Lebak mempunyai fungsi yaitu :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan
perempuan dan KB;
b. Pelaksanaan tugas teknis operasional di bidang pemberdayaan
perempuan dan keluarga berencana;
c. Pemberian pelayanan teknis di bidang pemberdayaan
perempuan dan KB;
d. Pengkoordinasian program pemberdayaan perempuan dan KB;
e. Penyusunan rencana dan evaluasi program pemberdayaan
erempuan dan keluarga berencana;
f. Pelaksanaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan,
keuangan, pengelolaan kepegawaian, peralatan, dan
perlengkapan Badan;
g. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis.
118
4) Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretaris, membawahi:
a) Sub bagian program, evaluasi dan pelaporan;
b) Sub bagian keuangan; dan
c) Sub bagian umum.
c. Bidang Pemberdayaan Perempuan membawahi:
a) Sub bidang PUG dan PUA;
b) Sub bidang perlindungan perempuan dan anak.
d. Bidang KB dan KR membawahi:
a) Sub bidang pelayanan dan jaminan Keluarga Berencana;
dan
b) Sub bidang perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi.
e. Bidang Keluarga Sejahtera dan Informasi Keluarga membawahi:
a) Sub bidang informasi dan data keluarga; dan
b) Sub bidang pemberdayaan dan ketahanan keluarga.
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
g. Unit Pelayanan Teknis.
119
Gambar 4.3
Struktur Organisasi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
Bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi dipimpin oleh
seorang kepala bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Badan serta mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (DPPKBP3A) di bidang jaminan pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi, serta perlindungan remaja dan hak-hak
reproduksi.
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN UMUM
BIDANG PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN
BIDANG KELUARGA
SEJAHTERA
BIDANG KELUARGA
BERENCANA
SEKRETARIAT
SUB BIDANG JAMINAN DAN PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA
SUB BIDANG REMAJA DAN
PERLINDUNGAN HAK-HAK
REPRODUKSI
SUB BIDANG PEMBERDAYAAN DAN KETAHANAN
KELUARGA
SUB BIDANG
INFORMASI DAN
DATA KELUARGA
SUB BIDANG
PENGARUSUTAMAAN
GENDER
SUB BIDANG
PERLINDUNGAN
PEREMPUAN DAN
ANAK
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL SUB BAGIAN PROGRAM,
EVALUASI DAN
PELAPORAN
KEPALA
120
Dalam melaksanakan tugasnya bidang keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi mempunyai fungsi :
1) Pengkordinasian dan pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan
kebijakan di bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;
2) Pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, pembinaan, pengawasan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi;
3) Pengkoordinasian dan pelaksanaan pemberian jaminan dan pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi;
4) Pengkoordinasian dan pelaksanaan perlindungan dan penanggulangan
hak-hak kesehatan reproduksi remaja;
5) Pelaksanaan hubungan kerja sama dengan satuan kerja dan instansi
lainnya, baik pemerintah maupun swasta untuk kepentingan
pelaksanaan tugas keluarga berencana dan kesehatan reproduksi ; dan
6) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai
tugas dan fungsinya.
Bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi membawahi :
1) sub bidang pelayanan dan jaminan keluarga berencana; dan
2) sub bidang perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi;
Sub bidang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala sub bidang yang
berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada kepala bidang keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi.
121
1) Sub bidang pelayanan dan jaminan keluarga berencana
Sub bidang pelayanan dan jaminan keluarga berencana
mempunyai tugas tugas melaksanakan dan mengendalikan
program jaminan dan pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi.
Dalam melaksanakan tugasnya sub bidang pelayanan dan jaminan
keluarga berencana mempunyai fungsi :
pelaksanaan program dan kegiatan di bidang pelayanan dan
jaminan keluarga berencana;
pelaksanaan pemberian pelayanan dan jaminan keluarga
berencana;
pelaksanaan hubungan kerja sama dengan satuan kerja dan
instansi lainnya, baik pemerintah maupun swasta untuk
kepentingan pelaksanaan tugas pelayanan dan jaminan keluarga
berencana;
pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan di bidang pelayanan dan jaminan keluarga berencana;
dan
pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan
sesuai tugas dan fungsinya.
122
2) Sub bidang perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi
Sub bidang perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi
mempunyai tugas melaksanakan dan mengendalikan program
perlindungan remaja dan hak-hak reproduksi melalui jalur
keluarga, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugasnya sub bidang perlindungan remaja
dan hak-hak reproduksi mempunyai fungsi :
pelaksanaan program dan kegiatan di bidang perlindungan
remaja dan hak-hak reproduksi;
pelaksanaan pemberian perlindungan remaja dan hak-hak
reproduksi;
pelaksanaan hubungan kerja sama dengan satuan kerja dan
instansi lainnya, baik pemerintah maupun swasta untuk
kepentingan pelaksanaan tugas perlindungan remaja dan
hak-hak reproduksi;
pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan di bidang perlindungan remaja dan hak-hak
reproduksi; dan
pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Badan sesuai tugas dan fungsinya.
123
4.2 Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian adalah penjelasan mengenai data yang
telah didapatkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama
proses penelitian berlangsung. Penelitian mengenai Analisis SWOT
Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso
Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, peneliti
menggunakan teori analisis SWOT yang dikutip dari Siagian (2008:172).
Teori tersebut memberikan gambaran atas komponen penting yang harus
dipertimbangkan oleh pimpinan organisasi untuk menjamin dapat berjalan
dalam sebuah organisasi. Strategi yang sesuai atau efektif itu mencakup antara
hubungan yang konsisten dengan terdiri dari faktor-faktor strategi yaitu secara
internal ada strengths, weaknesess, dan secara eksternal yaitu, opportunities,
threats dari suatu organisasi.
Dalam penentuan strategi, peneliti awalnya menentukan faktor
yang termasuk strengths, weaknesess, opportunities, threats dari sebuah
organisasi penyelenggara program Kampung KB (Keluarga Berencana) di
Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak. Kemudian
peneliti mencocokkan peluang dengan ancaman yang dihadapi oleh organisasi
tersebut dengan kekuatan dan kelemahan ke dalam matriks SWOT untuk
menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis yang akan memberikan
gambaran yang jelas tentang keberhasilan strategi tersebut.
Analisis dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, sehingga data yang diperoleh pun bersifat deskriptif
124
berbentuk kata dan kalimat dari hasil observasi lapangan, hasil wawancara,
dan data atau hasil dokumentasi lainnya. Penelitian ini kata dan tindakan
informan penelitian yang diwawancarai merupakan sumber utama dalam
penelitian ini. Berdasarkan teknik analisis data kualitatif, data tersebut
dianalisa selama penelitian berlangsung, dimana data-data itu merupakan data
yang berkaitan dengan Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB
(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak. Setelah data-data tersebut didapatkan
kemudian dianalisa sehingga nantinya akan menghasilkan pemahaman baru
dari data yang diperoleh.
Sumber data dari informan dicatat menggunakan alat tulis dan
direkam melalui handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber
data sekunder yang didapat berupa dokumentasi, seperti Visi, Misi, Tujuan,
Sasaran, Strategi dan Kebijakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak. Kemudian dalam bentuk foto lapangan, dimana foto tersebut
merupakan foto kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan program
kampung KB (Keluarga Berencana) di Desa Sukaraja.
Dalam penelitian kualitatif ini, data yang sudah didapatkan
kemudian diuji kembali dengan metode triangulasi. Kemudian data dari hasil
observasi, wawancara, kajian pustaka, dipaparkan dalam bentuk tertulis lalu di
reduksi data untuk mendapatkan pola serta diberi kode-kode pada aspek
125
tertentu berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan
permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi data.
Menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan
selama proses pengumpulan data berlangsung. Oleh karena itu, proses analisis
datanya menggunakan model dari Miles dan Huberman yang terdiri dari
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan kegiatan reduksi data, maka peneliti memberikan
kode-kode pada aspek tertentu. Kode tersebut ditentukan berdasarkan jawaban
yang sama dan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Adapun kode-kode
tersebut diantaranya :
a. Kode Q menunjukkan daftar urutan pertanyaan
b. Kode Q1, Q2, Q3 dan seterusnya menunjukkan urutan pertanyaan
c. Kode I menunjukkan informan
d. Kode I1, I2, I3 dan seterusnya menunjukkan daftar urutan informan
Setelah pembuatan koding pada tahap reduksi data, selanjutnya
penyajian data, supaya peneliti dapat mudah melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian dari data penelitian. Data tersebut nanti dipilah
menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk
ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang ada, termasuk nanti
kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Kemudian
triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber data dengan sumber
data lainnya. Setelah semua proses analisis data dilakukan peneliti dapat
126
melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir ini dapat diambil ketika
peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah sampai jenuh.
4.3 Informan Penelitian
Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 3 sebelumnya, bahwa
penelitian ini informan penelitiannya ditentukan dengan teknik purposive,
yaitu suatu teknik pengambilan informan dengan mempertimbangkan dari
pihak peneliti yang memahami objek dan fokus penelitian. Informan dalam
penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik pemerintah daerah
sebagai pengambil kebijakan dan fasilitator, pelaksana penyelenggaraan
program kampung KB (Keluarga Berencana) di Kabupaten Lebak yang
dijadikan informan dalam penelitian ini. Adapun informan yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 4.6
Informan Penelitian
Koding Kategori Koding Jabatan/Status Sosial
informan
Status
Informan
I1
Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga
Berencana,
Pemberdayaan
I1.1 Kepala DPPKBP3A
Kabupaten Lebak Key
Informan I1.2
Sekertaris
DPPKBP3A
127
Perempuan dan
Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak
Kabupaten Lebak
I1.3
Kabid KB-KS
DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I1.4
Kabid Pengendalian
Penduduk,
Penyuluhan &
Penggerakan
DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I1.5
Kasie Perlindungan
Anak DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I1.6
Kasie Pengendalian
Penduduk
DPPKBP3A
Kabupaten Lebak
I2 Perangkat Desa
I2.1 Kepala Desa
Sukaraja
Secondary
Informan
I2.2 Sekertaris Desa
Sukaraja
I2.3 Staff Desa Sukaraja
I3
PLKB dan
Masyarakat Desa
Sukaraja
I3.1 PLKB Desa Sukaraja
I3.2 Masyarakat
I3.3 Masyarakat
Sumber : Peneliti, 2017
128
4.4 Analisis Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dari hasil wawancara,
observasi maupun dokumen yang diperoleh selama penelitian. Analisis data
dilakukan terus menerus dari sejak awal dikumpulkan sampai dengan
penelitian berakhir. Untuk memperkuat dalam analisis data peneliti dalam
penelitian yang berjudul Analisis SWOT Pengelolaan Program Kampung KB
(Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak. Peneliti menggunakan Analisis SWOT
menurut Siagian (2008:172), dimana analisis SWOT terdiri dari strenghts,
weaknesses, opportunity, treaths atau terdiri dari dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara, peneliti dapat
melihat program kampung KB (Keluarga Berencana) yang ada sekarang ini
baik itu bisa dilihat dari program-program yang sudah dilaksanakan dan
perkembangan desa dari sebelum diadakannya program kampung KB
(Keluarga Berencana). Namun memang dalam hal pelaksanaannya itu yang
masih belum optimal, bisa dilihat dari jumlah tenaga atau sumber daya
manusianya yang masih kurang, sarana prasarana desa yang belum optimal,
dan tingkat kesejateraan keluarga atau masyarakat desa yang masih rendah.
Hal ini sudah dikembangkan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak ini, yaitu salah satunya dengan program Kampung KB (Keluarga
129
Berencana) untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Supaya lebih jelasnya,
saya menggunakan analisis SWOT ini.
4.4.1 Strenghts (Kekuatan)
Strenghts (Kekuatan) adalah kondisi kekuatan yang terdapat dalam
sebuah organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang
dianalisis merupakan faktor internal dalam sebuah organisasi. Dalam
program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini, Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak memiliki tujuan diadakannya program Kampung KB
(Keluarga Berencana) ini. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Tujuan dari Kampung KB (Keluarga Berencana) yaitu pendekatan program dan integrasi program. Dimana, program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini bukan hanya Kampung KB nya saja akan tetapi bagaimana menjadikan kampung yang berkualitas. Jadi sebenarnya ini semua sektor yang harus menangani.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, tujuan dari
adanya program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini ialah menjadikan
kampung yang berkualitas, bukan hanya dilihat dari pelayanan mengenai
KB nya saja, akan tetapi bagaimana menjadikan suatu masyarakat ini
menjadi keluarga yang berkualitas. Hal tersebut juga dinyatakan dalam
130
wawancara bersama Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Tujuan dari adanya program Kampung KB (Keluarga Berencana) yaitu merupakan sentuhan pelayanan kepada masyarakat sampai titik dasar (RT/RW) yang bertujuan menjadikan keluarga yang berkualitas.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang tujuan dari
adanya program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini yaitu pelayanan
dari pemerintah kepada masyarakat sampai ke titik dasar keluarga.
Maksud dari keluarga yang berkualitas ini pun bukan hanya dilihat dari
faktor kesehatan, yaitu dengan ikut serta berKB, akan tetapi semua sektor
dalam keluargapun digerakaan seperti sektor ekonomi, pendidikan, sosial,
dan yang lainnya. Sesuai juga dengan pernyataan dari Kepala Bidang
Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, yaitu :
“Tujuan dari program Kampung KB (Keluarga Berencana) ialah menciptakan keluarga yang berkualitas dengan dukungan dari segala sektor. Karena indikator dari keluarga yang berkualitas itu dinilai dari segi pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan yang lainnya.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
131
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, indikator dari
keluarga berkualitas tidak hanya identik dengan penggunaan dan
pemasangan alat kontrasepsi saja, akan tetapi program integrasi dengan
berbagai macam program pembangunan lainnya.
Program Kampung KB (Keluarga Berencana) memang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat ditingkat kampung atau
yang setara melalui program KKBPK (Kependudukan dan KB
Pembangunan Keluarga) serta pembangunan sektor terkait lainnya dalam
rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas.
Mendekatkan akses pelayanan kepada keluarga dan masyarakat
dalam upaya mengaktualisasikan dan mengaplikasikan 8 (delapan) fungsi
atau aspek keluarga secara utuh, yaitu ekonomi, sosial budaya,
lingkungan, reproduksi, cinta dan kasih sayang, serta perlindungan.
Dari berbagai tujuan diadakannya program kampung KB (Keluarga
Berencana) yang dipaparkan diatas, tentunya yang diharapkan adalah
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dan oleh Pemerintah itu
sendiri sebagai penyedia pelayanan dari adanya program kampung KB
(Keluarga Berencana) ini. Menjadi keluarga yang berkualitas, tentu saja
merupakan harapan bagi setiap kalangan. Dimana kita harus memiliki
perencanaan hidup, lalu mengaplikasikannya kedalam praktek hidupnya
masing-masing. Sesuai dengan pernyataan dari Kepala Dinas
132
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Bagi masyarakat, tentu saja merupakan harapan bagi setiap kalangan harus mempunyai perencanaan hidup didalam praktek hidupnya. Karena setiap keluarga memiliki fungsi, yaitu : agama, sosial budaya, ekonomi, dan yang lainnya. Bagi pemerintah, tentu program ini mengaitkan semua sektor terkait. Misalnya dari Dinas Pendidikan, mereka mendata berapa jumlah anak usia sekolah? Apakah tinggi atau rendah? Dan hasil dari setiap pendataan itu merupakan kewenangan dari Dinas Pendidikan untuk menindak lanjuti hal tersebut. Begitupun peran lintas sektor lainnya.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, setiap
keluarga harus mempunyai perencanaan hidup karena setiap keluarga
memiliki fungsi atau aspek yang menjadikan suatu keluarga itu
berkualitas. Akan tetapi apabila manfaat yang dirasakan ingin maksimal,
tentunya harus ada respon dan peran aktif yang tinggi dari masyarakatnya
itu sendiri. Karena bagi Pemerintah, apabila program ini berhasil bisa
dijadikan program percontohan untuk masyarakat atau daerah yang
lainnya. Penjelasan mengenai hal serupa pun dibenarkan oleh Kepala
bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Manfaat program kampung KB (Keluarga Berencana) bagi pemerintah ialah program ini merupakan titik paling dasar (ujung tombak) dan juga sebagai bahan percontohan bagi RW (Rukun Warga) lain dan di daerah yang lainnya juga. Manfaat program kampung KB (Keluarga Berencana) bagi masyarakat, itu tergantung bagaimana respon dan peran aktif masyarakat, jika persentase responnya sangat baik pasti manfaat yang dirasakan pun
133
pasti akan baik juga. Contohnya lingkungan jadi bersih, sehat dan nyaman dan semua aspek keluarga dibantu oleh pemerintah seperti pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan yang lainnya.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang manfaat yang
dirasa dengan adanya program kampung KB (Keluarga Berencana) ini
bisa lebih maksimal dirasakan apabila masyarakatnya dapat perperan aktif
penuh dalam segala kegiatan yang dilakukan di Desa Sukaraja ini. Karena
apabila suatu program bisa dikatakan berhasil, itu bisa dijadikan bahan
percontohan bagi daerah lainnya agar segera menggerakan masyarakat dan
perangkat desa lainnya agar berubah kearah yang lebih baik lagi dalam
segi kehidupannya. Tentunya program yang dilaksanakan pun tidak
sembarangan dilakukan, melainkan harus ada data awal sebagai alasan
pengambilan keputusan mengapa kegiatan ini perlu dilakukan. Penjelasan
mengenai hal serupa pun dibenarkan oleh Kepala Seksi Perlindungan
Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Tentu saja setiap program yang diadakan sebenarnya telah melalui proses analisa dan sesuai data (yang dibutuhkan). Dimana setiap program pasti menuju ke arah perbaikan. Bagi masyarakat sendiri (sasaran program) tentunya banyak manfaat yang dirasakan, karena dari kami sebagai pelayan masyarakat tujuannya adalah melayani sebaik-baiknya untuk kebutuhan apa yang masyarakat butuhkan, akan tetapi kurang mampu dari segi ekonomi. Misalnya pelayanan kesehatan, pendidikan, dan yang lainnya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
134
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, setiap
program yang dilaksanakan harusnya melalui proses pendataan dan analisa
terlebih dahulu agar program yang dilaksanakan benar-benar bermanfaat
dirasakan oleh masyarakat karena memang itu yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Peneliti juga menggunakan data dan dokumentasi untuk
memperkuat pendapat dari Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, yaitu :
Tabel 4.7
DATA PUS (Pasangan Usia Subur) RW 01 Desa Sukaraja
RT PUS KK Jumlah laki-laki Jumlah Perempuan 01 38 50 114 89 02 21 29 51 55 03 52 71 136 140 04 71 84 155 135 05 21 29 43 41 06 42 57 100 104 07 28 43 69 68 08 33 52 97 85 09 36 49 84 74 10 48 67 130 104 11 46 56 98 89 12 28 35 65 50
Jumlah 464 622 1142 1034 Sumber : Data Kampung KB Desa Sukaraja, 2016
135
Gambar 4.4
Pendaftaran pemasangan implan gratis untuk warga Kampung KB
Berdasarkan tabel 4.7 diatas bisa dilihat bahwa PUS (Pasangan
Usia Subur di RW 01 atau di Kampung KB itu sangat besar, yaitu
mencapai 464 pasangan usia subur. Maka dari itu sesuai data, tindak lanjut
program yang akan dilaksanakan ialah mengadakan program pemasangan
implan gratis yang bekerjasama dengan pihak DPPKBP3A Kabupaten
Lebak, Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dan Bidan Desa setempat
(sesuai gambar 4.4 diatas).
Berdasarkan gambar dan tabel diatas, dijelaskan bahwa pendataan
merupakan langkah awal dari adanya program yang akan dilaksanakan
kenudian hari di Kampung KB. Akan tetapi, setiap program yang
dijalankan pun pasti masih adanya kekurangan. Seperti halnya
diungkapkan oleh Kepala Desa Sukaraja sebagai berikut :
136
“Saya rasa, program kampung KB (Keluarga Berencana) ini sangat bagus. Hanya saja program yang akan dilaksanakan selanjutnya diharapkan bisa lebih maksimal dan ada peningkatan secara berkala. Karena pencanangan kampung KB (Keluarga Berencana) ini baru berjalan satu tahun, manfaat yang dirasakan pun belum terlalu besar. Mudah-mudahan kedepannya bisa lebih terus ada perubahan.” (Wawancara dengan Kepala Desa Sukaraja, 17 Juli 2017, pukul 09.00 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pencanangan
kampung KB (Keluarga Berencana) ini baru berjalan satu tahun, maka dari
itu manfaat yang dirasakan pun belum maksimal. Akan tetapi adanya
harapan besar untuk terus mendukung pelaksanaan program-program
selanjutnya demi membantu masyarakat desa menuju perubahan ke arah
yang lebih baik lagi. Seperti halnya diungkapkan oleh Sekertaris Desa
Sukaraja sebagai berikut :
“Sebagian besar manfaat dari program kampung KB (Keluarga Berencana) belum dirasakan. Akan tetapi program-program selanjutnya harus terus berjalan, jangan sampai berhenti ditengah jalan. Karena dengan adanya program kampung KB (Keluarga Berencana) ini, dapat membantu masyarakat desa dan Desa ini sendiri untuk bisa lebih baik dan lebih maju lagi.” (Wawancara dengan Sekertaris Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang manfaat yang
dirasa dengan adanya program kampung KB (Keluarga Berencana) ini
belum sepenuhnya atau belum maksimal dirasakan. Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak memiliki Strenghts atau kekuatan
dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) ini :
137
“Kekuatan dari program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini merupakan kebijakan nasional yang dicanangkan oleh bapak Presiden Jokowi. Dan merupakan implementasi dari Nawacita ke 5 (lima) yaitu membangun dari kampung yang jauh dari perkotaan.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, program
Kampung KB (Keluarga Berencana) ini merupakan kebijakan nasional
yang dicanangkan oleh bapak Presiden Jokowi. Awal mulanya, Bapak
Presiden menginginkan banyaknya stakeholder terkait yang menaungi
masalah program keluarga berencana, jadi tidak hanya dari sektor KB nya
saja. Dan merupakan implementasi dari Nawacita ke 5 (lima) yaitu
membangun dari kampung yang jauh dari perkotaan. Didasari dari Desa,
lalu dinilai dari beberapa aspek sangat tertinggal, lalu muncullah ketetapan
dari kampung KB (Keluarga berencana) di wilayah Kabupaten Lebak,
yaitu di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung.
Kampung berkualitas adalah wujud terintegrasinya program dan
dinamisnya kehidupan keluarga dalam mengamalkan 8 (delapan) fungsi
keluarga. Oleh sebab itu, memperkaya mitra kerja dalam pelaksanaan
program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini adalah salah satu
kekuatannya. Seperti yang diungkapkan oleh Sekertaris Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
138
“Kekuatan dari program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini ialah memperkaya mitra kerja, seperti mitra kerja dengan Dinas Kesehatan, Kodim dan yang lainnya.” (Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa adanya mitra
kerja dalam membantu suksesnya program Kampung KB (Keluarga
Berencana) ini adalah salah satu kekuatan dalam dalam program ini.
Dengan adanya mitra kerja, koordinasi antar mitra kerja pun harus berjalan
dengan optimal. Hal lain pun dikemukakan oleh Kepala bidang KB-KS
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Kekuatan dari program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini yaitu koordinasi lintas sektoral (Organisasi Perangkat Daerah terkait) dan juga koordinasi lintas program. Dimana misalnya: Ada NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang memiliki program “2 anak cukup”. Lalu didalamnya terdapat tiga bina keluarga, yaitu : 1. BKB (Bina Keluarga Balita), 2. BKL ( Bina Keluarga Lansia) dan 3. BKR ( Bina Keluarga Remaja) lalu adanya Puskesmas sebagai wadah pendataan mengenai angka PUS (Pasangan Usia Subur), bayi dan balita, dan yang lainnya.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang selain
koordinasi lintas sektoral (Organisasi Perangkat Daerah terkait) ada juga
koordinasi lintas program, dimana tujuannya memperkaya hubungan antar
program dan sektor lainnya. Walaupun begitu, DPPKBP3A Kabupaten
Lebak, tetaplah menjadi leading sektor dalam program yang dilaksanakan.
139
Sesuai dengan pernyataan dari Kepala Bidang Pengendalian Penduduk,
Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak, yaitu :
“Dari sisi program, DPPKBP3A tetap sebagai leading sektornya. Hanya yang menanganinya sesuai dengan sektor yang ditangani.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, DPPKBP3A sebagai leading sektor
dari program dan merupakan motor penggerak bagi dinas-dinas lainnya
agar cepat ikut bergerak dalam sama-sama mewujudkan keluarga yang
berkualitas dari titik paling dasar masyarakat.
Mengenai setiap program yang dilakukan, tentulah tidak akan lepas
dari peran lintas sektor lainnya yang diharapkan bisa ikut berpartisipasi
aktif dalam terciptanya keberhasilan didalam setiap program. Dan
penjelasan ini pun dikemukakan oleh oleh Kepala Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Bentuk kerjasama dengan cara pendataan mengenai masyarakat di desa, yang awal mulanya dipetakkan terlebih dahulu. Setelah itu koordinasi dengan sektor lainnya, seperti : masalah kesehatan dengan Dinas Kesehatan, masalah pendidikan dengan Dinas Pendidikan, dan seterusnya.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
140
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, bentuk
kerjasama dalam program Kampung KB (Keluarga Berencana) ini selain
dengan Dinas terkait lainnya, akan tetapi juga dengan Desa. Contohnya
mengenai pendataan penduduk, dan keadaan desa itu sendiri. Bentuk
kerjasama dengan desa pun dipaparkan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Bentuk kerjasama kami dengan desa, berupa ibu-ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat) dan POKJA (Kelompok Kerja). Lalu kerjasama dengan Puskesmas, dan dinas terkait lainnya.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat desa pun ikut andil
dalam kerjasama dengan DPPKBP3A Kabupaten Lebak, karena suatu
program yang diadakan pemerintah, tidaklah akan berjalan dengan baik
apabila perangkat desa dan masyarakat sebagai target sasaran tidak ikut
berpartisipasi aktif didalam program tersebut. Hal serupa pun
dikemukakan oleh Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Bentuk kerjasama sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dimana Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaaan Umum (PU), dan yang lainnya bekerjasama untuk mewujudkan keberhasilan dalam program kampung KB (Keluarga Berencana) ini.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
141
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dalam
mewujudkan keberhasilan dalam program kampung KB (Keluarga
Berencana) ini perlulah kerjasama antar sektor terkait lainnya. Hal serupa
pun dibenarkan oleh Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Bentuk kerjasama dengan desa, dengan kecamatan dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) lainnya sangat diperlukan demi terwujudnya tujuan awal dari sebuah program.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, demi
terwujudnya kesuksesan suatu program perlunya kerjasama antar semua
sektor terkait untuk memaksimalkan program-program yang akan
dilaksanakan. Kepala Desa Sukaraja pun menjelaskan bentuk kerjasama
tersebut :
“Biasanya pihak DPPKBP3A selalu bekerjasama dengan desa. Selain itu, Dinas Kesehatan juga dalam pengadaan Bidan Desa, perawat dan tenaga medis lainnya untuk membantu karena keterbatasan tenaga.” (Wawancara dengan Kepala Desa Sukaraja, 17 Juli 2017, pukul 09.00 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, baru
kerjasama program dengan DPPKBP3A dan Dinas Kesehatan terkait
program kesehatan. Hal ini pun dibenarkan oleh Sekertaris Desa Sukaraja
sebagai berikut :
142
“Selain DPPKBP3A sebagai leading sektor, baru ada program KB oleh instansi kesehatan.” (Wawancara dengan Sekertaris Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang belum
sepenuhnya peran lintas sektor lainnya terlihat dalam melakukan
kerjasama didalam program kampung KB (Keluarga Berencana) ini. Hal
serupa pun sama seperti yang dikatakan oleh PLKB (Petugas Lapangan
KB) Desa Sukaraja bahwa hanya program-program dari Dinas Kesehatan
yang sudah dilaksanakan :
“Program dari Dinas Kesehatan yaitu ada program TMKK (Tentara Manunggal KB dan Kesehatan), pencanangan bakti TNI KB Kesehatan, pencanangan KB Kesehatan Bhayangkara tingkat POLDA Banten.” (Wawancara dengan PLKB (Petugas Lapangan KB) Desa Sukaraja, 10 Juli 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor Kecamatan Warunggunung)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui juga bahwa selain
DPPKBP3A Kabupaten Lebak dan Dinas Kesehatan, terdapat intansi
kepolisian dan TNI sudah mulai masuk didalam kegiatan program
Kampung KB (Keluarga Berencana) di Desa Sukaraja ini. Hal serupa pun
dibenarkan oleh salah satu masyarakat Desa Sukaraja :
“Iya, program-program mengenai beberapa pencanangan pernah dilakukan oleh TNI dan Pihak Kepolisian”. (Wawancara dengan salah satu masyarakat Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 10.50 WIB di Rumah Warga)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa dari instansi
Kepolisian dan TNI sudah ada program yang dilakukan di kampung KB
(Keluarga Berencana) ini. Pencapaian keberhasilan suatu program
kampung KB (Keluarga Berencana) pun belum dirasa maksimal,
143
dikarenakan baru beberapa OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang ikut
terlibat didalamnya.
4.4.2 Weaknesses (Kelemahan)
Weaknesses (Kelemahan) adalah keterbatasanatau kekurangan
dalam sebuah organisasi, bisa dapat berupa keterampilan dan kemampuan
yang menjadi penghalang untuk kinerja organisasi yang baik dan
memuaskan. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor internal
organisasi tersebut. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
dalam pengelolaan program Kampung KB (Keluarga Berencana) masih
memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki agar keberhasilan dari
sebuah program bisa berjalan dengan maksimal, seperti yang diungkapkan
oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
yaitu:
“Yang pertama, data belum sepenuhnya lengkap. Yang kedua koordinasi antar sektor lainnya masih belum maksimal. Dan yang ketiga partisipasi masyarakat itu masih harus terus didampingi (kesadaran masyarakat dirasa masih kurang).” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masih belum
sepenuhnya data lengkap mengenai hal yang berhubungan dengan
Kampung KB (Keluarga Berencana). Selain itu juga mengenai belum
maksimalnya koordinasi antar sektor lainnya yang menjadi kelemahan
144
didalam program ini. Dan juga mengenai rendahnya tingkat partisipasi
masyarakat yang perlu terus ditingkatkan. Hal serupa juga ditambahkan
oleh Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Yang pertama dukungan dari sisi anggaran masih minim. Yang kedua, hasil yang diharapkan belum maksimal. Yang ketiga, PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih kecil. Yang keempat, masyarakat masih menganut sistem atau kepercayaan terdahulu (walaupun frekuensinya sudah menurun) yaitu misalnya anggapan bahwa banyak anak akan mendatangkan rezeki yang banyak pula. Dan yang kelima, sumber daya manusianya masih minim. Idealnya 600 (enam ratus) orang lebih, sekarang di DPPKBP3A Kabupaten lebak hanya 112 orang. Ini sangat menghambat yang idealnya satu kecamatan dipegang oleh tujuh sampai delapan orang, sekarang satu kecamatan dipegang oleh satu orang.” (Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa masih
banyaknya kekurangan yang ada di dalam Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak yang perlu sekali perbaikan demi suksesnya pengelolaan
program kampung KB (Keluarga Berencana) ini. Hal serupa pun
dibenarkan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak :
“Koordinasi yang dilakukan dirasa masih kurang. Lalu tanggapan masyarakat yang dirasa belum maksimal. Dan anggaran biaya, biasanya masing-masing OPD (Organisasi Perangkat Daerah) anggaran atau dananya tidak berbarengan.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
145
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat koordinasi antar lintas
sektor yang dirasa masih kurang , anggaran dana dari masing-masing OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) yang makin menguatkan beberapa faktor
kelemahan yang perlu diperbaiki kedepannya. Beberapa kelemahan atau
kekurangan dari pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak, juga dikemukakan
oleh Kepala Desa Sukaraja sebagai berikut :
“Saya rasa, sosialisasi akan pemahaman dari setiap program yang akan dilaksanakan di Kampung KB (Keluarga Berencana) ini masih belum optimal. Perlu ditingkatkan dan dikaji ulang apabila ingin melakukan sosialisasi sebelumnya, agar tingkat partisipasi aktif masyarakat meningkat.” (Wawancara dengan Kepala Desa Sukaraja, 17 Juli 2017, pukul 09.00 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, kurang
optimalnya sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak. Perlu adanya pembenahan dalam
cara melakukan sosialisasi agar tingkat partisipasi aktif masyarakatnya
meningkat. Hal serupa pun dibenarkan oleh Sekertaris Desa Sukaraja
sebagai berikut :
“Pembinaan tentang kampung KB (Keluarga Berencana) dan sosialisasi program-program didalamnya masih kurang maksimal, dan harus ditingkatkan kembali.” (Wawancara dengan Sekertaris Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
146
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang pernyataan
tersebut semakin menguatkan bahwa pihak dari Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak masih kurang dalam melakukan
sosialisasi dan perlu ditingkatkan kembali demi kelancaran dan kesuksesan
setiap program kegiatan yang akan dilaksanakan nantinya.
Tentunya dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga
Berencana) ini juga tidak lepas dari diperlukannya langkah-langkah yang
dilakukan dalam meningkatkan sarana dan prasarana di kampung KB
(Keluarga Berencana), seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sebagai berikut :
“Pertama,kita dorong partisipasi aktif dari masyarakat nya itu sendiri karena program ini juga untuk mereka juga. Lalu mendorong sumber-sumber dana yang ada dianggaran misalnya: setiap rumah tangga, harus punya minimal 1 (satu) bak sampah, dan harus sudah bisa memilah antara sampah organik dan non organik.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa langkah yang
dilakukan oleh pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak ialah
mendorong partisipasi aktif masyarakat, seperti mendorong sumber-
sumber dana desa (Anggaran Dana Desa) untuk mendukung pula program
di kampung KB (Keluarga Berencana), misalnya dengan mengusulkan
147
kepada Kepala Desa untuk menyediakan minimal satu bak sampah yang
sudah bisa dipilah juga mana sampah organik dan mana sampah non
organik. Hal serupa pun dikemukakan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Pertama yaitu melalui koordinasi lalu membentuk OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di Kecamatan, minta dukungan penuh dengan Desa dan Camat setempat. Kemudian Desa mengatur masalah dana dalam ADD (Anggaran Dana Desa).” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat anggaran dana desa
(ADD) juga didorong untuk mendukung penuh segala program yang ada
di kampung KB (Keluarga Berencana) agar semua program yang
dilakukan dapat berjalan dengan maksimal. Selain itu pun adanya petugas
lapangan KB adalah salah satu langkah untuk meningkatkan pelayanan.
Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penduduk,
Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak, yaitu :
“Dengan adanya PLKB (Petugas Lapangan KB) masyarakat dibantu dalam hal pelayanan. Pelatihan dan pembinaan yang dilakukan secara berkala, dan juga fasilitas yang disediakan, misalnya ketika ada pelayanan mengenai kontrasepsi kami menyediakan implan gratis bagi masyarakat yang ada di kampung KB (Keluarga Berencana).” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
148
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, langkah yang
dilakukan adalah sesuai kebutuhan disetiap program. Ketika dalam
program pelayanan kesehatan mengenai kontrasepsi, disediakannya
implan gratis untuk masyarakat yang ada di kampung KB (Keluarga
Berencana). Hal lainnya pun dikemukakan oleh Kepala Seksi
Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Tentunya lebih kepada sosialisasi yang lebih intens, pendekatan terhadap masyarakat dari pihak kami sebagai pemerintah dan DPPKBP3A sebagai leading sektor program kampung KB (Keluarga Berencana) ini. Sehingga semua tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya dapat terealisasi, minimal ada peningkatan disetiap tahunnya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, langkah yang
dilakukan yaitu dengan meningkatkan sosialisasi secara intens guna
melakukan pendekatan kepada masyarakat di kampung KB (Keluarga
Berencana) sehingga setiap program yang dilaksanakan masyarakat bisa
ikut berperan aktif dan bisa ada peningkatan dari program sebelumnya ke
program selanjutnya. Selain itu, Kepala Seksi Pengendalian Penduduk
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak menambahkan :
149
“Koordinasi lebih ditingkatkan lagi dengan rapat antar sektor lainnya, karena keberhasilan suatu program dan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat itu tidak akan lepas dari peran pemerintah setempatnya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, langkah lainnya yang dilakukan
oleh pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak yaitu dengan terus
meningkatkan koordinasi antar lintas sektor lainnya demi berhasilnya
suatu program yang akan dilaksanakan selanjutnya. Pendapat lainnya pun
dikemukakan oleh Kepala Desa Sukaraja :
“Jalani saja terus menerus program-program yang sudah direncanakan, karena disetiap program pasti akan ada perbaikan-perbaikan baik dari segi sarana maupun prasarananya.” (Wawancara dengan Kepala Desa Sukaraja, 17 Juli 2017, pukul 09.00 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara, menurut Kepala Desa Sukaraja
langkah perbaikan itu bukan hanya dirapatkan dan di usulkan saja. Akan
tetapi jalani saja program yang sudah direncanakan, karena setiap program
yang sudah dilakuakn, pasti setelahnya akan ada langkah evaluasi dari
program tersebut, dan disitulah langkah menuju perbaikan bisa
dibicarakan, dan akan ada perbaikan untuk program-program selanjutnya
baik dari sarana maupun prasarananya. Hal tersebut juga dibenarkan oleh
Sekertaris Desa Sukaraja sebagai berikut :
“Dengan terus menerus secara intens melaksanakan program-program di kampung KB (Keluarga Berencana) ini.” (Wawancara dengan Sekertaris Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
150
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang dengan
berjalannya suatu program pasti setelahnya akan ada langkah evaluasi.
Disitulah masyarakat atau perangkat desa berharap adanya perbaikan dari
laporan program yang sudah dijalankan sebelumnya.
Dalam setiap langkah yang dilakukan baik dari pihak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak ataupun lintas sektor terkait
lainnya, pasti perlulah adanya pengawasan didalamnya. Agar setiap
program yang dilaksanakan sesuai alur dan sesuai dengan tujuan atau
target sasaran program yang sudah direncanakan sebalumnya. Seperti yang
diungkapkan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak :
“Dari kita biasanya melakukan pengawasan atau pembinaan setiap saat dengan para kader, dengan perangkat desa, dan dengan masyarakat setempat. Pendekatan material dengan masyarakat itu dirasa sangat penting, karena mereka juga sebagai salah satu tombak keberhasilan dan jalannya sebuah program. (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pengawasan
dilakukan kepada setiap lapisan terutama kepada masyarakat yang
merupakan salah satu tombak keberhasilan dan jalannya sebuah program.
Hal lainnya pun dikemukakan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas
151
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Pengawasan dari Dinas dilakukan secara rutin satu bulan sekali. Memiliki koordinator KB yang dibantu oleh tenaga SS (Suporting Staff). Namun disini kendalanya kita memiliki masalah mengenai sumber daya manusia yang terbatas, dimana saat ini hanya terdapat satu koordinator per satu kecamatan .” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa pengawasan
dari pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak rutin dilakukan satu bulan
sekali, hanya saja memiliki kenadala dalam jumlah sumber daya
manusianya. Hal tersebut pun diungkapkan oleh Kepala Bidang
Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, yaitu :
“Dilakukan pembinaan dan evaluasi disetiap bulannya.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dengan
dilakukannya evaluasi dan pembinaan rutin disetiap bulannya, diharapkan
dapat memaksimalkan pengawasan yang dilakukan oleh pihak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak di kampung KB (Keluarga
152
Berencana). Pernyataan serupa pun dibenarkan oleh Kepala Desa Sukaraja
sebagai berikut :
“Pengawasan dari perwakilan pihak DPPKBP3A biasanya ada ikut dalam pelaksanaan program dilapangan.” (Wawancara dengan Kepala Desa Sukaraja, 17 Juli 2017, pukul 09.00 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, perwakilan
dari pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak di
kampung KB (Keluarga Berencana) melakukan pengawasan dengan ikut
terjun langsung dalam program yang sedang dilaksanakan dilapangan. Hal
tersebut juga dibenarkan oleh Sekertaris Desa Sukaraja sebagai berikut :
“Bentuk pengawasannya dengan cara ikut seerta dalam penyelenggaraan program tersebut.” (Wawancara dengan Sekertaris Desa Sukaraja, 11 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor Desa Sukaraja)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang pihak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak di kampung KB (Keluarga
Berencana) melakukan pengawasan dengan ikut serta dalam kegiatan
dilapangan.
Selain melakukan pengawasan dalam pengelolaan program
kampung KB (Keluarga Berencana), koordinasi antar lintas sektor pun
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan kelancaran didalam sebuah
program. Koordinasi dari pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
153
Lebak tentunya tak lepas dari pihak-pihak terkait lainnya. Seperti yang
dikemukakan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak :
“Merencanakan semuanya dengan BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten Lebak, sesuai dengan tupoksi yang ada.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak selalu berkoordinasi dan
melakukan perencanaan pembangunan di kampung KB (Keluarga
Berencana) bersama BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah) Kabupaten Lebak, sesuai dengan tupoksi yang ada. Tugas Pokok
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang keluarga berencana dan
pemberdayaan perempuan. Hal lain pun dikemukakan oleh Kepala bidang
KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Koordinasi berjalan dengan baik dalam rapat Lokbul (Loka karya Bulanan) di kecamatan, Lokbul (Loka karya Bulanan) di desa yang dilakukan per triwulan.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
154
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa koordinasi
dengan kecamatan dan di desa berjalan dalam rapat Lokbul (Loka karya
Bulanan) yang di lakukan pertriwulan atau tiga bulan sekali. Hal lain pun
dikemukakan oleh Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan
dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Sejauh ini koordinasi DPPKBP3A Kabupaten Lebak baru dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum (PU), walaupun dirasa belum optimal.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, sejauh ini
pun koordinasi yang dilakukan baru dengan pihak Dinas Kesehatan dan
Dinas Pekerjaan Umum (PU), walaupun dirasa belum optimal karena baru
berjalan satu tahun. Dan diharapkan kedepannya bisa lebih optimal lagi.
Selain dengan pihak dinas terkait lainnya, guna untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, adanya pembinaan
terhadap PLKB (Petugas Lapangan KB) dirasa sangat penting dikarenakan
untuk meningkatkan pula kualitas pelayanan masyarakatnya. Hal ini pun
dibenarkan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak :
155
“Pengarahan dan pembinaan pasti ada, akan tetapi itu ranahnya Dinas Kesehatan. Dengan adanya Posyandu itu merupakan media kerja bagi PLKB (Petugas Lapangan KB) nya sendiri. Lalu koordinasi antar kader pun intens dilakukan. Akan tetapi sebenarnya jumlah PLKB (Petugas Lapangan KB) dirasa masih kurang dibanding dengan sasaran.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Pengarahan dan
pembinaan adalah ranah dari Dinas Kesehatan. Dengan adanya Posyandu
merupakan media kerja bagi PLKB (Petugas Lapangan KB) nya sendiri.
Akan tetapi sebenarnya jumlah PLKB (Petugas Lapangan KB) dirasa
masih kurang dibanding dengan sasaran masyarakat. Hal serupa pun
dibenarkan oleh Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak :
“Dari Kabupaten hanya berupa pembinaan dan pendorong.” (Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa pihak
DPPKBP3A hanya mendorong dinas terkait untuk mengadakan
pembinaan oleh Dinas terkait. Hal lain pun dikemukakan oleh Kepala
bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
156
“Ya, selalu. Dibantu dengan adanya program-program di desa, itu merupakan salah satu pembinaan secara langsung dilapangan. Dan ada pembinaan yang diselenggarakan di kecamatan dari pihak Dinas.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa pembinaan yang
dilakukan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
dengan adanya program-program yang dilaksanakan, menurut
DPPKBP3A itu merupakan salah satu pembinaan secara langsung. Akan
tetapi pernyataan berbeda dikemukakan oleh PLKB (Petugas Lapangan
KB) Desa Sukaraja :
“Tidak ada pembinaan, yang ada hanya berbentuk laporan kegiatan yang dibuat setelah setiap program dilaksanakan.” (Wawancara dengan PLKB (Petugas Lapangan KB) Desa Sukaraja, 10 juli 2017, pukul 11.00 WIB di Kantor Kecamatan)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa pernyataan dari
PLKB (Petugas Lapangan KB) Desa Sukaraja tidak pernah ada
pembinaan, yang ada hanya berbentuk laporan kegiatan yang dibuat
setelah setiap program yang telah dilaksanakan.
157
4.4.3 Opportunity (Peluang)
Opportunity (Peluang) adalah kondisi peluang yang berkembang di
masa mendatang. Peluang itu sendiri merupakan faktor eksternal suatu
organisasi. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
mengatakan :
“Ibu bupati memerintahkan seluruh dinas yang berada di Kabupaten Lebak untuk berkonsentrasi meningkatkan sumber daya manusia yang ada dan mulai dari yang terkecil yaitu kampung KB (Keluarga Berencana).” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa peluang dengan
diadakannya program kampung KB (Keluarga Berencana) ini, seluruh
dinas di Kabupaten Lebak untuk berkonsentrasi meningkatkan sumber
daya manusia yang ada dan mulai dari yang terkecil yaitu desa atau
kampung. Hal serupa pun dibenarkan oleh Kepala bidang KB-KS Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Kita dari pihak Dinas sangat bersyukur dengan adanya program ini, karena kita menyentuh langsung ke lapisan masyarakat terkecil yaitu RT/RW.” (Wawancara dengan Kepala bidang KB-KS Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 08.50 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa adanya program
kampung KB (Keluarga Berencana) ini, dinas sebagai pelayan masyarakat
merasa sangat diuntungkan karena program ini merupakan kegiatan yang
158
menyentuh langsung lapisan masyarakat terkecil yaitu RT/RW. Hal lain
pun dikemukakan oleh Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“DPPKBP3A sebagai leading sektor dalam program kampung KB ini memiliki peran dominan dan sebagai percontohan untuk dinas lainnya agar segera bergerak dalam bidang atau aspeknya masing-masing. Dan program ini adalah program yang menangani masyarakat dari lapisan terkecil, yaitu RT/RW, sehingga diharapkan bisa berjalan dengan maksimal.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, peluang dari
DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam program kampung KB ini memiliki
peran dominan dan sebagai percontohan untuk dinas lainnya agar segera
bergerak dalam bidang atau aspeknya masing-masing. Karena DPPKBP3A
adalah sebagai leading sektor dalam dalam program kampung KB
(Keluarga Berencana) ini.
Dengan peluang yang ada, Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak harus memiliki cara untuk memanfaatkan peluang
tersebut, agar peluang tersebut agar program yang dijalankan bisa efektif
dan efisien. Hal ini pun dijelaskan oleh Kepala Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
159
“Yang pertama yaitu meningkatkan koordinasi di semuaa sektor. Yang kedua musyawarah mufakat tingkat desa, dan juga kerjasama dengan semua pihak terkait.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, pihak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak memanfaatkan peluang dengan
cara koordinasi dan juga musyawarah mufakat bersama seluruh sektor dan
kerjasama pihak terkait demi meminimalisirkan kekurangan-kekurangan
yang ada disetiap program yang akan dilaksanakan selanjutnya. Hal lain
pun dikemukakan oleh Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten
Lebak :
“Digunakan momentum untuk mempromosikan, misalnya adanya tim penggerak yaitu dipakailah IBI (Ikatan Bidan Indonesia).” (Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa peluang yang
dilakukan adalah dengan adanya tim penggerak sebagai wadah atau cara
untuk mempromosikan kegiatan yang akan dilaksanakan di kampung KB
(Keluarga Berencana) ini. Hal lain pun dikemukakan oleh Kepala Seksi
Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
160
“Setiap program didalam kamoung KB (Keluarga Berencana), DPPKBP3A sebagai leading sektor ikut andil secara penuh demi kelancaran dan keberhasilan sebuah program. Dan juga sebagai motor penggerak untuk memotivasikan lintas sektor lainnya agar segera ikut terlibat” (Wawancara dengan Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, pihak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sebagai leading sektor dapat
memanfaatkan peluang yang dimiliki dengan cara ikut terjun langsung
supaya program yang dilaksanakan dalam berjalan sesuai harapan. Dan
juga sebagai penngerak bagi peran lintas sektor lainnya. Hal lainnya pun
dikemukakan oleh Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak menambahkan :
“Bekerja semaksimal mungkin sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dari pihak DPPKBP3A.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, pihak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak memanfaatkan peluang dengan
cara bekerja semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang
maksimal sesuai dengan tupoksi atau POKJA (Kelompok Kerja)
DPPKBP3A Kabupaten Lebak.
161
4.4.4 Treaths (Ancaman)
Treaths (Ancaman) adalah kondisi yang mengancam dari luar
organisasi. Ancaman ini dapat juga menganggu organisasi tersebut.
Ancaman ini bisa berupa persaingan, kebijakan pemerintah, atau kondisi
lingkungsn sekitar. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) juga
memiliki hambatan yang disebabkan oleh faktor eksternal, sehingga
akibatnya akibatnya pengelolaan program kampung KB (Keluarga
Berencana) ini belum optimal. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Sebenarnya ancaman yang terlalu membuat program ini sebegitu terancamnya tidak ada. Namun kalau dari sisi tenaga kita masih terbatas dan integrasi program masih terbatas.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa hal yang
mengancam dari luar adalah inegrasi program masih terbatas. Maksudnya
adalah pembauran mengenai program-program yang ada di kampung KB
(Keluarga Berencana) ini belum optimal dan masih terbatas. Program
hanya berputar mengenai kesehatan, reproduksi, implan, dan hal-hal
lainnya yang mengenai kontrasepsi. Padahal disini tujuan dari kampung
KB sendiri yaitu menjadi kan kampung atau keluarga yang berkualitas,
162
tidak hanya dilihat dari aspek kesehatannya saja, akan tetapi aspek yang
lainnya pun ikut terlibat. Hal lainnya pun dikemukakan oleh Sekertaris
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Mengubah stigma atau cara pandang masyarakat tradisional ke masyarakat modern itu dirasa sulit, walaupun presentasinya kecil. Dibawah angka 10% masyarakat mengatakan bahwa haram kumnya ber-KB.” (Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa, hal lainnya
yang mengancam dari luar adalah mengubah stigma masyarakat dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Perlu dilakukannya
pendekatan-pendekatan terhadap ulama atau perwakilan desa setempat
untuk membantu mensosialisasikannya. Hal lainnya pun dikemukakan
oleh Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan
Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak,
yaitu :
“Sulitnya menggerakan atau mendapatkan partisipasi aktif dari masyarakat setempat.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 08.30 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, sulitnya
mendapatkan peran aktif masyarakat itu sendiri dalam setiap program
163
yang dilaksanakan. Sasaran program (dalam hal ini masyarakat) masih
enggan terbuka dan mau membaginya dengan masyarakat, dikarenakan
stigma atau cara pandang mereka yang masih dalam ranah masyarakat
tradisional. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala Seksi Pengendalian
Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
menambahkan :
“Kendalanya dari masyarakat itu sendiri. Bagaimana penerimaaan sebuah program pemerintah, tidak semua tanggapannya positif. Terkadang masyarakat pasif menanggapinya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, kendala ada
pada masyarakat itu sendiri yang kurang berpartisipasi aktif dalam
pelaksanaan setiap program yang diadakan. Perlunya usaha yang giat dari
pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak dalam menangani
hal tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Kepala Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Terus melakukan koordinasi kembali dengan dinas lain (lintas sektor). Stresing dengan PLKB (Petugas Lapangan KB). Pihak kabupaten berkoordinasi langsung dengan desa. Dan pihak kabupaten harus terus turun langsung ke lapangan.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
164
Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam
menangani ancaman yang sudah dipaparkan sebelumnya, pihak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak melakukan berbagai hal untuk
menanganinya, seperti melakukan koordinasi lintas sektor agar tidak ada
yang namanya miskomunikasi dalam melakukan suatu tindakan. Dan
turun langsung kelapangan adalah salah satu cara juga yang dilakukan
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak untuk mengawasi
setiap ancaman yang ada, dan dapat di evaluasi demi kebaikan
pelaksanaan program selanjutnya. Hal serupa pun dikemukakan oleh
Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Dilakukan berbagai macam cara. Misalnya turun koordinasi langsung dengan pihak kecamatan dan ketua majelis ulama setempat. Karena ini merupakan berbenturan dengan agama atau kepercayaan.” (Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 20 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat bahwa turun langsung
berkoordinasi dengan pihak terkait dirasa merupakan langkah real dalam
melakukan sosialisasi pemahaman kepada masyarakat mengenai hal-hal
yang berbenturan dengan agama atau kepercayaan di setiap program yang
akan dilaksanakan. Hal serupa pun dibenarkan oleh Kepala Seksi
165
Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berncana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak :
“Pastinya dengan dengan melakukan peendekatan dengan cara sosialisasi dan duduk berdiskusi dengan tokoh masyarakat dan perangkat desa lainnya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 25 Juli 2017, pukul 10.00 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dengan cara
bersosialisasi dan berdiskusi diharapkan adanya titik terang dalam
ancaman atau penolakan masyarakat dalam pasifnya peran aktif
masyarakat terhada program yang diselenggarakan pemerintah.
Memberikan pemahaman secara rici demi kelancaran dan suksesnya
sebuah program yang akan dilaksanakan. Hal ini pun dikemukakan oleh
Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk,
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak menambahkan :
“Pihak DPPKBP3A terjun langsung untuk melakukan pendekatan terhadap masyarakat. Memberikan pemahaman secara jelas dan rinci agar tanggapan masyarakat bisa maksimal dan terus ikut berperan aktif demi kelancaran dan kesuksesan kamoung KB (Keluarga Berencana) ini.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, 27 Juli 2017, pukul 10.40 WIB di Kantor DPPKBP3A Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, memberikan
pemahaman langsung terhadap masyarakat melalui pendekatan-
pendekatan terhadap tokoh masyarakat setempat, karena masyarakat masih
166
memiliki stigma atau cara pandang yang tradisional. Bagaimana
pemerintah dapat mencari solusi supaya bisa memanfaatkan peluang dan
menghindari ancaman dengan cara yang baik dan efisien untuk
dilaksanakan.
4.5 Pembahasan
Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti
dapatkan di lapangan, serta disesuaikan dengan teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan untuk memberikan
penjelasan terhadap hasil yang diperoleh selama penelitian berlangsung.
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori analisis SWOT dalam Siagian
(2008:172) dimana teori ini memberikan gambaran yang berguna atas
komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan
organisasi dalam memutuskan strategi itu dapat berjalan di organisasi tersebut.
Strategi yang efektif ini mencakup hubungan yang konsisten baik itu dari
faktor internal organisasi yaitu strengths dan weaknesses dengan faktor
eksternal organisasi yaitu opportunities dan threats.
Berdasarkan selama penelitian ini berlangsung, peneliti dapat melihat
bahwa program kampung KB (Keluarga Berencana) ini merupakan program
yang sangat bagus untuk membantu dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakatnya terutama masyarakat di desa. Namun memang dalam hal
pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) yang masih belum
optimal. Hal ini sudah dikembangkan oleh Dinas Pengendalian Penduduk,
167
Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak, yaitu salah satunya dengan mengadakan beberapa kegiatan
dan program di kampung KB (Keluarga Berencana) ini. Supaya lebih jelasnya,
peneliti menggunakan analisis SWOT ini.
Strenghts (Kekuatan)
Strenghts atau kekuatan yang berkaitan dengan keunggulan yang dimiliki
suatu organisasi. Temuan di lapangan terlihat bahwa kekuatan yang dimiliki
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak diantaranya program kampung KB
(Keluarga Berencana) merupakan Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh
Presiden. Program Keluarga Berencana dicanangkan dalam rangka usaha
pemerintah untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya
pemerintah berkeinginan untuk membuat perubahan dari suatu kondisi tertentu ke
keadaan lain yang lebih bernilai. Agar proses perubahan itu dapat menjangkau
sasaran-sasaran perubahan keadaan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai
pengendali masa depan, di dalam melaksanakan pembangunan itu perlu sekali
memperhatikan segi manusianya. Karena dalam arti proses, pembangunan itu
menyangkut makna bahwa manusia itu obyek pembangunan dan sekaligus subyek
pembangunan. Sebagai subyek pembangunan manusia harus diperhitungkan,
sebab dia punya nilai dan potensi yang luar biasa. Oleh karena itu, di dalam
pembangunan perlu sekali mengajak subyek tadi untuk ikut berpartisipasi aktif
dalam proses pembangunan secara berkelanjutan.
168
Program pemerintah dicanangkan oleh Bapak Presiden RI, Ir Joko Widodo
bersama dengan BKKBN, dan bersamaan dengan penggalakan gerakan revolusi
mental, dimana dengan program ini masyarakat dapat melakukan revolusi mental
berbasis kekeluargaan. Joko Widodo ingin memulai pembangunan Indonesia
berawal dari tempat-tempat yang kurang terjangkau, hal inilah yang menjadi latar
belakang program Kampung KB dicanangkan.
Kampung KB merupakan salah satu senjata pamungkas baru pemerintah
dalam mengatasi masalah kependudukan, terutama di wilayah-wilayah yang
jarang terlihat oleh pandangan pemerintah. Secara harfiah Kampung KB adalah
satuan wilayah setingkat dusun/RW dengan kriteria tertentu dimana terdapat
keterpaduan program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (KKBPK) dan pembangunan sektor terkait yang dilaksanakan secara
sistemik dan sitematis.
Dalam kaitannya dengan program Keluarga Berencana sebagai usaha
pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan makmur, materiil, dan spirituil
sesuai dengan tujuan pokok yang dirumuskan dalam pembahasan dan batang
tubuh UUD 45, Pemerintah Kabupaten Lebak sesuai dengan Surat Keputusan
Bupati Lebak Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016 mencanangkan Kampung
Keluarga Berencana (KB) di Kampung Kaso, Desa Sukaraja, Kecamatan
Warunggunung, guna mendukung percepatan pembangunan yakni keluarga yang
sejahtera dan berharap seluruh kecamatan di daerah ini memiliki Kampung KB
untuk mendorong kesejahteraan keluarga kecil.
169
Adanya kerja sama lintas sektor menjadi salah satu kekuatan dalam
pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana). Kampung Kaso telah
ditetapkan oleh keputusan Bupati Lebak Nomor 476/Kep.41-BPPKB/2016
sebagai Kampung Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Lebak. Penanganan
Kampung KB tersebut melibatkan 12 satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
karena adanya keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan. Misalnya,
bidang program kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan dan sektor
usaha pertanian ditangani Dinas Pertanian. Begitu juga program penghijauan
melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta mensukseskan wajib pendidikan
12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.
Kampung KB ini bertujuan agar di suatu wilayah bisa terbentuk suatu
keluarga kecil yang berprestasi, sehingga lonjakan penduduk bisa dikendalikan,
serta pencanangan Kampung KB tidak hanya berpacu pada penggunaan alat
kontrasepsi semata. Sesuai masterplannya, Desa tersebut bisa terus berkembang
baik dalam segi pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya.
Selama ini, program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan
keluarga sesungguhnya merupakan upaya peningkatan kualitas dan kesejahteraan
hidup manusia yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh. Selain itu juga
ketahanan keluarga sebagai pondasi dan benteng kehidupan yang harus terbangun
secara kokoh dalam sepanjang zaman. Kampung KB itu nantinya terintegrasi
dengan program pembangunan lainnya, seperti Pendidikan, Kesehatan dan
Ekonomi. Pembentukan Kampung KB itu didanai dengan anggaran alokasi dana
desa (ADD) dan gotong royong masyarakat setempat.
170
Program Kampung KB merupakan salah satu program prioritas nasional
yang merupakan perwujudan dari agenda prioritas pembangunan atau yang biasa
dikenal dengan Nawacita, terutama pada Agenda Prioritas nomor 5 (lima) yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana, serta melaksanakan Strategi
Pembangunan Nasional 2015-2019 pada dimensi Pembangunan Manusia.
Penggarapan program Kampung KB membutuhkan keterlibatan semua sektor baik
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta swasta yang memiliki cita-
cita mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sebagai leading sektor
dalam program kampung KB (Keluarga Berencana) ini menjadikan bahan
percontohan bagi Dinas terkait lainnya agar segera memotifasikan agar segera ikut
terlibat juga secara penuh dalam mendukung program yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat di daerahnya.
Weaknesses (Kelemahan)
Weaknesses atau kelemahan berkaitan dengan keterbatasan dalam hal
sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang akan menjadi penghalang dalam
kinerja organisasi. Pada temuan dilapangan menunjukkan bahwa Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak masih minim dari sisi anggaran, karena
pembentukan Kampung KB itu didanai dengan anggaran alokasi dana desa
171
(ADD) dan gotong royong masyarakat setempat. Payung hukum besaran tentang
pelaksanaan Kampung KB itu saat ini hanya UU No 52 Tahun 2009 dan UU 23
Tahun 2014. Itu belum cukup untuk operasionalisasi Kampung KB itu butuh
payung yang lebih tajam melalui instruksi presiden (Inpres) yang tertulis, karena
saat ini instruksi presiden hanya sebatas lisan. Itu seharusnya dituangkan kedalam
tata naskah instruksi presiden yang tertulis, tidak hanya surat edaran (SE)
Mendagri saja dasar hukumnya tapi ada Inpres yang akan lebih mengikat, lebih
tajam untuk merangkul teman-teman instansi lain.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lebak yang dinilai masih
minim, mengakibatkan dana tidak terfokuskan pada satu aspek saja, melainkan
harus menyamaratakan dengan aspek-aspek lainnya seperti belanja daerah dan
dana pembangunan lainnya. Alasan itu pula yang menjadikan sarana dan
prasarana belum memadai. Terutama akses jalan menuju Kampung Kaso,
walaupun berjarak sekitar tiga puluh menit menggunakan kendaraan bermotor
menuju Kota Rangkasbitung akses yang harus dilalui dinilai belum memadai.
Dengan masih banyaknya jalan berlubang, jalanan bebatuan, dan harus melalui
hutan dan persawahan. Belum lagi jika hujan turun lebat, akses jalan menuju
Kampung Kaso dinilai cukup ekstrim untuk dilalui, dikarenakan pada jalan yang
belum terkena aspal atau bebatuan, ada jalan yang masih berlumpur, dan kalau
hujan turun bisa menimbulkan genangan dan jalan akan terasa licin untuk dilalui.
Belum lagi jika sudah lewat waktu sore, penerangan jalan sangat minim sekali
bahkan dibeberapa titik benar-benar sama sekali tidak ada lampu penerangan
jalan. Dan tidak disarankan bagi masyarakat untuk keluar masuk kampung lewat
172
petang hari. Selain itu keadaan kantor Pustu (Puskesmas Pembantu) yang
merupakan satu-satunya pelayanan pertolongan pertama untuk masyarakat di
Desa Sukaraja itu keadaannya sangat perlu perbaikan demi kenyamanan
masyarakat juga ketika membutuhkan pertolongan pertama dalam hal kesehatan
atau sekedar berobat.
Kemudian mengenai sumber daya manusia yang masih kurang. Dimana
sumber daya manusia di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sekarang
terdapat 112 (seratus dua belas orang) yang idealnya seharusnya enam ratus lebih
orang. Ini sangat mengahambat kinerja Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga
Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
dalam melakukan program-program yang akan dilaksanakan. Seharusnya idealnya
satu kecamatan disetiap kabupaten itu dipegang atau ditangani oleh tujuh sampai
delapan orang, saat ini sumber daya manusia yang ada harus memegang satu
orang satu kecamatan. Itu merupakan beban sangat berat untuk Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak.
Kemudian yaitu mengenai minimnya koordinasi antar lintas sektoral yang
menyebabkan juga masih minimnya peran dari instansi atau sektor terkait lainnya
yang terlibat di dalam program kampung KB (Keluarga Berencana). Padahal
penanganan Kampung KB tersebut melibatkan 12 satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) karena adanya keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan
masyarakat.
173
Opportunities (Peluang)
Opportunities atau peluang yang berkaitan dengan berbagai situasi yang
menguntungkan bagi suatu organisasi. Pada temuan di lapangan bahwa peluang
yang dimiliki oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak, yaitu
sebagai tingkatan capaian atau harapan dan juga merupakan program peningkatan
kualitas hidup masyarakat. Dimana DPPKBP3A Kabupaten Lebak memiliki tugas
pokok dan fungsi sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Lebak Nomor 6 Tahun 2013, yaitu: “Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan”.
Penyediaan pelayanan KB, peningkatan ketahanan keluarga, perlindungan
anak dan perempuan dari tindak kekerasan serta pemberdayaan perempuan
terutama pada keluarga miskin merupakan tugas pelayanan kepada masyarakat
Kabupaten Lebak yang harus terus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
Visi merupakan kondisi masa depan yang dicita-citakan dan merupakan
komitmen bersama tanpa ada paksaan dalam upaya merancang dan mengelola perubahan
untuk mencapai tujuan. Visi dari DPPKBP3A Kabupaten Lebak dirumuskan sejalan
dengan Visi Pemerintah Kabupaten Lebak yaitu : “MENUJU KABUPATEN LEBAK
YANG MAJU DAN BERDAYA SAING MELALUI PEMANTAPAN
PEMBANGUNAN PERDESAAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI
KERAKYATAN”, Visi DPPKBP3A yaitu: “Terwujudnya Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera, Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak”.
174
Misi merupakan tujuan utama kearah mana perencanaan/program Intansi
Pemerintah ingin dicapai. Untuk mencapai harapan tersebut DPPKBP3A telah
menetapkan Misi yaitu : Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui
pengaturan kelahiran dan meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi;
meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga serta memperkuat
kelembagaan dan jejaring program KB; dan meningkatkan Pengarusutamaan
Gender, advokasi dan perlindungan anak melalui peningkatan kesetaraan dan
keadilan gender, peningkatan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan
anak.
Selain itu, program kampung KB (Keluarga Berencana) merupakan
Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Presiden. Program Keluarga
Berencana dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah untuk membangun
manusia Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya pemerintah berkeinginan
untuk membuat perubahan dari suatu kondisi tertentu ke keadaan lain yang lebih
bernilai. Agar proses perubahan itu dapat menjangkau sasaran-sasaran perubahan
keadaan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai pengendali masa depan.
Maka dari itu, diperintahkan kepada seluruh Dinas terkait untuk berkonsentrasi
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.
Program kampung KB (Keluarga Berencana) merupakan program yang
menyentuh langsung lapisan masyarakat terkecil setara dusun atau RW (Rukun
Warga), jadi pemerintah bisa terfokuskan kepada masyarakat untuk mengatur dan
mengelola segala aspek kehidupan. Kampung berkualitas adalah wujud
175
terintegrasinya program dan dinamisnya kehidupan keluarga dalam mengamalkan
delapan fungsi keluarga, dan sebagai wadah untuk membantu masyarakat desa.
Treaths (Ancaman)
Treaths atau ancaman berkaitan dengan faktor-faktor yang merugikan
suatu organisasi. Pada temuan di lapangan ancaman yang akan mempengaruhi
dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung
Kaso yaitu kepercayaan masyarakat setempat masih dikatakan minim (walaupun
persentasenya kecil, dibawah angka 10%) akan tetapi itu sangat mempengaruhi
terhadap partisipasi masyarakat yang masih minim. Misalnya anggapan
masyarakiat terhadap program pemasangan KB atau implan, sebagian masyarakat
ada yang menganggap bahwa hal tersebut adalah haram dan sangat bertentangan
dengan agama. Padahal di zaman yang serba modern ini, membantu menahan
angka laju pertumbuhan penduduk dan meminimalkan angka kelahiran penduduk
itu sangat penting. Mengingat apabila di desa, jumlah anak tidak sebanding
dengan penghasilan orangtua. Dari awal mula itu bisa banyak berdampak hal
negatif, seperti persentase angka kemiskinan meningkat sehingga angka
kesejahteraan penduduknya juga meningkat. Selain itu dengan keterbatasan dana
atau penghasilan keluarga, dapat menimbulkan tindak kejahatan seperti mencuri,
dan lain sebagainya. Beberapa faktor itu yang menjadi kekhawatiran pemerintah
daerah untuk mengelola masyarakatnya.
176
Dengan pandangan masyarakat yang cenderung masih tradisional, sehingga
partisipasi aktif masyarakat masih minim. Masyarakat cenderung enggan
mengikuti program yang dilaksanakan pemerintah karena menurut mereka
program tersebut tidak sepemahaman dengan mereka. Sosialisasi secara intens
perlu dilakukan oleh pihak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak dan Dinas
terkait lainnya. Yang diharapkan kedepannya respon masyakat dapat lebih
maksimal.
Hal lainnya yaitu masih minimnya peran dari instansi atau sektor terkait
lainnya yang terlibat di dalam program kampung KB (Keluarga Berencana).
Penanganan Kampung KB tersebut melibatkan 12 satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) karena adanya keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan.
Misalnya, bidang program kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan
dan sektor usaha pertanian ditangani Dinas Pertanian. Begitu juga program
penghijauan melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta mensukseskan wajib
pendidikan 12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.
Pada temuan di lapangan, baru dari dinas kesehatan dan DPPKBP3A sendiri yang
melakukan perannya didalam program kampung KB (Keluarga Berencana) ini,
walaupun hasil yang didapat juga belum maksimal. Ini dikarenakan juga program
kampung KB (Keluarga Berencana) ini baru berjalan satu tahun. Tentunya masih
banyak evaluasi dan perbaikan untuk kedepannya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis SWOT dalam Siagian
(2008:172) yang terdiri dari faktor internalnya : strengths, weaknesses dan dari
177
faktor eksternalnya : opportunities, threats dalam penelitiannya, karena sesuai
dengan permasalahan yang ada. Oleh sebab itu peneliti membuat matriks SWOT
ini, sehingga nanti akan menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis.
Berikut dibuat pula matriks analisis SWOT seperti dibawah ini :
Tabel 4.8
Matriks SWOT
faktor-faktor
internal
Faktor-faktor
Eksternal
Kekuatan (S)
a. Kebijakan
Nasional yang
dicanangkan oleh
presiden.
b. Adanya kerjasama
lintas sektor
(memperkaya
mitra kerja)
c. Koordinasi lintas
program
d. DPPKBP3A
sebagai leading
sektor
e. Merupakan wujud
implementasi dari
Nawacita ke 5
(lima)
Kelemahan (W)
a. Dukungan minim
dari sisi anggaran
b. PAD (Pendapatan
Asli Daerah)
masih kecil
c. SDM pegawai
masih kurang
d. Koordinasi lintas
sektor masih
minim
e. Sarana dan
prasarana belum
lengkap
Peluang (O)
a. Perintah kepada
seluruh Dinas
Strategi S-O
a. Memanfaatkan
kebijakan nasional
Strategi W-O
a. Membangun
koordinasi antar
178
untuk
berkonsentrasi
meningkatkan
SDM
b. Sebagai tingkatan
capaian atau
harapan
c. Program yang
menyentuh
langsung ke
lapisan
masyarakat
terkecil
d. Sebagai wadah
untuk membantu
masyarakat Desa
e. Program
peningkatan
kualitas hidup
masyarakat
sebagai perintah
kepada seluruh
Dinas terkait
untuk
berkonsentrasi
meningkatkan
SDM masyarakat
Desa
b. Melakukan
kerjasama lintas
sektor untuk
membantu
peningkatan
kualitas hidup
masyarakat
c. Memanfaatkan
koordinasi lintas
sektor yang
menyentuh
langsung ke
lapisan
masyarakat
terkecil
d. Meningkatkan
tingkatan capaian
atau harapan dari
program
Kampung KB
sebagai wujud
implementasi
Nawacita ke lima
lintas sektor untuk
program
peningkatan
kualitas hidup
masyarakat
b. Menambah SDM
tenaga atau
pegawai teknis
lapangan untuk
memaksimalkan
tingkatan capaian
c. Menggerakan
seluruh Dinas
untuk sama-sama
bekerja sama
meningkatkan
sarana dan
prasarana yang
belum lengkap
d. Menggerakkan
dan meyakinkan
seluruh Dinas
terkait untuk
membantu dari
sisi anggaran yang
masih minim
179
Ancaman (T)
a. Kepercayaan
masyarakat masih
tradisional
b. Partisipasi aktif
masyarakat masih
minim
c. Penerimaan
masyarakat
terhadap program
pemerintah
(respon
masyarakat
minim)
d. Baru beberapa
peran dari
instansi atau
sektor terkait
lainnya yang
terlibat didalam
program
Strategi S-T
a. Melakukan
pertemuan dengan
tokoh masyarakat
mengenai
program yang
akan dilaksanakan
b. Melakukan
kerjasama antar
lintas sektor untuk
mengadakan
sosialisasi secara
intens kepada
masyarakat
setempat
c. Melakukan
evaluasi kebijakan
program
pengelolaan
Kampung KB
dengan piahk-
pihak terkait
Strategi W-T
a. Meningkatkan
pembinaan serta
pertemuan antar
tokoh masyarakat
dengan sektor
terkait
b. Mengadakan
kegiatan lainnya
yang belum
terlaksana
sebelumnya
seperti program
pembangunan
untuk
kesejahteraan
masyarakat
c. Meningkatkan
kerjasama dengan
lintas sektoral
Sumber : Peneliti, 2017
1) Strategi SO (Strenghts-Opportunities)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kampung Kaso berdasarkan strategi SO (Strenghts-
Opportunities) yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan kebijakan
180
Nasional sebagai perintah kepada seluruh Dinas terkait untuk
berkonsentrasi meningkatkan SDM masyarakat Desa. Program Keluarga
Berencana dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah untuk
membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Agar proses perubahan
itu dapat menjangkau sasaran-sasaran perubahan keadaan yang lebih baik
dan dapat digunakan sebagai pengendali masa depan, di dalam
melaksanakan pembangunan itu perlu sekali memperhatikan segi
manusianya. Karena dalam arti proses, pembangunan itu menyangkut
makna bahwa manusia itu obyek pembangunan dan sekaligus subyek
pembangunan. Sebagai subyek pembangunan manusia harus
diperhitungkan, sebab dia punya nilai dan potensi yang luar biasa.
Melakukan kerjasama lintas sektor untuk membantu peningkatan
kualitas hidup masyarakat. Adanya kerja sama lintas dalam pengelolaan
program kampung KB (Keluarga Berencana) tersebut penanganannya
melibatkan 12 (dua belas) satuan kerja perangkat daerah (SKPD) karena
adanya keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan. Misalnya,
bidang program kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan
dan sektor usaha pertanian ditangani Dinas Pertanian. Serta mensukseskan
wajib pendidikan 12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
setempat. Kampung KB ini bertujuan agar di suatu wilayah bisa terbentuk
suatu keluarga kecil yang berprestasi dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, sehingga lonjakan penduduk bisa dikendalikan. Selain itu juga
dapat memanfaatkan koordinasi lintas sektor yang menyentuh langsung ke
181
lapisan masyarakat terkecil. Sehingga penanganannya diharapkan bisa
lebih terkonsentrasi dengan tujuan awal diadakannya program kampung
KB (Keluarga Berencana) ini.
Meningkatkan tingkatan capaian atau harapan dari program
Kampung KB sebagai wujud implementasi Nawacita ke lima. Program
Kampung KB merupakan salah satu program prioritas nasional yang
merupakan perwujudan dari agenda prioritas pembangunan atau yang
biasa dikenal dengan Nawacita, terutama pada Agenda Prioritas nomor 5
(lima) yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia melalui
Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana, serta
melaksanakan Strategi Pembangunan Nasional 2015-2019 pada dimensi
Pembangunan Manusia. Penggarapan program Kampung KB
membutuhkan keterlibatan semua sektor baik pemerintah pusat, provinsi,
dan kabupaten/kota serta swasta yang memiliki cita-cita atau harapan
dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.
2) Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kampung Kaso berdasarkan strategi WO (Weaknesses-
Opportunities) yang dapat dilakukan adalah membangun koordinasi antar
lintas sektor untuk program peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Adanya kerja sama lintas dalam pengelolaan program kampung KB
182
(Keluarga Berencana) tersebut penanganannya melibatkan 12 (dua belas)
satuan kerja perangkat daerah (SKPD) karena adanya keterlibatan
melaksanakan program untuk kesejahteraan. Oleh karena itu, membangun
koordinasi lintas sektor yang baik sangatlah dibutuhkan untuk setiap
program peningkatan kualitas hidup masyarakat desa agar hasilnya lebih
maksimal lagi.
Menambah SDM tenaga atau pegawai teknis lapangan untuk
memaksimalkan tingkatan capaian yang sebelumnya sumber daya manusia
di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak sendiri berjumlah
112 (seratus dua belas) orang, dimana untuk pegawai teknis sekarang
hanya terdapat satu orang untuk memegang satu kecamatan, itu sangat
menghambat kinerja yang idealnya seharusnya dipegang oleh tujuh sampai
delapan orang per kecamatan. Selain itu tenaga PLKB (Petugas Lapangan
KB) juga dipegang oleh satu orang dalam kampung KB (Keluarga
Berencana).
Menggerakan seluruh Dinas untuk sama-sama bekerja sama
meningkatkan sarana dan prasarana yang belum lengkap. Peran dari
instansi atau sektor terkait lainnya yang terlibat di dalam program
kampung KB (Keluarga Berencana). Penanganan Kampung KB tersebut
melibatkan 12 satuan kerja perangkat daerah (SKPD) karena adanya
keterlibatan melaksanakan program untuk kesejahteraan. Misalnya, bidang
program kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan dan sektor
183
usaha pertanian ditangani Dinas Pertanian. Begitu juga program
penghijauan melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan serta
mensukseskan wajib pendidikan 12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan setempat. Semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
harus terus digerakkan demi terlaksananya program untuk kesejahteraan
masyarakat terutama dalam hal infrastruktur, sarana dan prasarana.
Menggerakkan dan meyakinkan seluruh Dinas terkait untuk
membantu dari sisi anggaran yang masih minim. Selain menggerakan
seluruh Dinas untuk sama-sama bekerja sama meningkatkan sarana dan
prasarana yang belum lengkap, disamping itu juga menggerakkan dan
meyakinkan seluruh Dinas terkait juga untuk membantu dari sisi anggaran.
Walaupun sebenarnya penanganan di kampung KB (Keluarga Berencana)
juga di anggarkan dalam ADD (Anggaran Dana Desa) dan keterlibatan
masyarakat sekitar.
3) Strategi ST (Strenghts-Treaths)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kampung Kaso berdasarkan strategi ST (Strenghts-Treaths)
yang dapat dilakukan adalah Melakukan pertemuan dengan tokoh
masyarakat mengenai program yang akan dilaksanakan. Dimana
kepercayaan masyarakat setempat masih dikatakan minim (walaupun
persentasenya kecil, dibawah angka 10%) akan tetapi itu sangat
184
mempengaruhi terhadap partisipasi masyarakat yang masih minim.
Misalnya anggapan masyarakat terhadap program pemasangan KB atau
implan, sebagian masyarakat ada yang menganggap bahwa hal tersebut
adalah haram dan sangat bertentangan dengan agama. Padahal di zaman
yang serba modern ini, membantu menahan angka laju pertumbuhan
penduduk dan meminimalkan angka kelahiran penduduk itu sangat
penting. Mengingat apabila di desa, jumlah anak tidak sebanding dengan
penghasilan orangtua. Dari awal mula itu bisa banyak berdampak hal
negatif, seperti persentase angka kemiskinan meningkat sehingga angka
kesejahteraan penduduknya juga meningkat. Selain itu dengan
keterbatasan dana atau penghasilan keluarga, dapat menimbulkan tindak
kejahatan seperti mencuri, dan lain sebagainya. Beberapa faktor itu yang
menjadi kekhawatiran pemerintah daerah untuk mengelola masyarakatnya.
Melakukan kerjasama lintas sektor untuk mengadakan sosialisasi
secara intens kepada masyarakat setempat. Dari dua belas SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) yang tergabung, misalnya dalam hal kesehatan,
Dinas Kesehatan yang melakukan sosialisasi, dari segi pendidikan, Dinas
Pendidikan yang mengadakan sosialisasi kepada masyarakat setempat, dan
sebagainya. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar
program yang selanjutnya akan dilaksanakan tidak mendapatkan respon
penolakan dikarenakan salah dalam memahaminya. Oleh karena itu,
kinerja dinas terkait untuk melakukan sosialisasi intens harus dilakukan
untuk melakukan berbagai teknik pendekatan terhadap masyarakat agar
185
pemerintah sebagai penyedia dan pelayan masyarakat bisa mendapatkan
kepercayaan dari masyarakatnya.
Melakukan evaluasi kebijakan program pengelolaan Kampung KB
dengan piahk-pihak terkait itu sangat penting dilakukan. Karena untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, disetiap program perlunya ada langkah
evaluasi sebagai bahan perbaikan dalam program-program yang akan
dilaksanakan selanjutnya. Akan pelayanan terhadap masyarakat pun bisa
maksimal dirasakan.
4) Strategi WT (Weaknesses-Treaths)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kampung Kaso berdasarkan strategi WT (Weaknesses-
Treaths) yang dapat dilakukan adalah Meningkatkan pembinaan serta
pertemuan antar tokoh masyarakat dengan sektor terkait. Perlunya sebuah
kesepakatan diantara penyelenggara program dan target sasaran program,
dimana nantinya adanya kesepakatan dan kerja sama yang baik antara
kedua belah pihak. Sehingga nantinya dapat meminimalisir penolakan atau
setidaknya dapat mengurangi angka partisipasi pasif masyarakatnya.
Mengadakan kegiatan lainnya yang belum terlaksana sebelumnya
seperti program pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Kampung
KB ini bertujuan agar di suatu wilayah bisa terbentuk suatu keluarga kecil
186
yang berprestasi, sehingga lonjakan penduduk bisa dikendalikan, serta
pencanangan Kampung KB tidak hanya berpacu pada penggunaan alat
kontrasepsi semata. Sesuai masterplannya, Desa tersebut bisa terus
berkembang baik dalam segi pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya.
Selama ini, program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan
keluarga sesungguhnya merupakan upaya peningkatan kualitas dan
kesejahteraan hidup manusia yang harus dilakukan secara sungguh-
sungguh. Selain itu juga ketahanan keluarga sebagai pondasi dan benteng
kehidupan yang harus terbangun secara kokoh dalam sepanjang zaman.
Kampung KB itu nantinya terintegrasi dengan program pembangunan
lainnya, seperti Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi.
Meningkatkan kerjasama dengan lintas sektoral. Hal ini berkaitan
dengan segala program yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pengendalian
Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak. Misalnya, bidang program
kesehatan derajat masyarakat melalui Dinas Kesehatan dan sektor usaha
pertanian ditangani Dinas Pertanian. Serta mensukseskan wajib pendidikan
12 tahun melibatkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.
Kampung KB ini bertujuan agar di suatu wilayah bisa terbentuk suatu
keluarga kecil yang berprestasi dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, sehingga lonjakan penduduk bisa dikendalikan. Agar
penanganannya diharapkan bisa lebih terkonsentrasi dengan tujuan awal
diadakannya program kampung KB (Keluarga Berencana) ini.
187
Tabel 4.9
Faktor Pendukung Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung
Kabupaten Lebak
Faktor Pendukung No Faktor Internal No Faktor Eksternal
1 Adanya kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Presiden
1
Perintah kepada seluruh Dinas terkait untuk berkonsentrasi meningkatkan kualitas SDM nya.
2 DPPKBP3A Kabupaten Lebak sebagai leading sektor program Kampung KB
2
Sebagai wadah untuk membantu masyarakat dari lapisan masyarakat terkecil yaitu RT/RW
3 Adanya kerja sama antar lintas sektor terkait
4 Perkembangan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern
Sumber : Peneliti, 2017
Tabel 4.10
Faktor Penghambat Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung
Kabupaten Lebak
Faktor Penghambat No Faktor Internal No Faktor Eksternal
1 SDM (Sumber Daya Manusia) pegawai teknis masih kurang 1 Belum optimalnya saran dan
prasarananya
2 PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kabupaten Lebak masih minim 2 Stigma yang dianut masyarakat
setempat masih tradisional
188
dan anggaran yang disediakan masih terbatas
3 Peran serta masyarakat masih minim
4 Peran lintas sektor lainnya masih belum maksimal
Sumber : Peneliti, 2017
Berikut merupakan ringkasan pembahasan mengenai Analisis
SWOT Pengelolaan Program Kampung KB (Keluarga Berencana) di
Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung Kabupaten
Lebak dengan menggunakan teori mengenai teknik analisis SWOT yang
dikutip dari Siagian (2008:172) sebagai berikut :
Tabel 4.11
Ringkasan Pembahasan
Analisis SWOT Dimensi Temuan Lapangan
Strenghts (Kekuatan) a. Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh presiden.
b. Adanya kerjasama lintas sektor (memperkaya mitra kerja)
c. Koordinasi lintas program d. DPPKBP3A sebagai leading sektor e. Merupakan wujud implementasi dari
Nawacita ke 5 (lima) Weaknesses (Kelemahan) a. Dukungan minim dari sisi anggaran
b. PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih kecil c. SDM (Sumber Daya Manusia) pegawai
masih kurang d. Koordinasi lintas sektor masih minim e. Sarana dan prasarana belum lengkap
Opportunities (Peluang) a. Perintah kepada seluruh Dinas untuk berkonsentrasi meningkatkan SDM
189
b. Sebagai tingkatan capaian atau harapan c. Program yang menyentuh langsung ke
lapisan masyarakat terkecil d. Sebagai wadah untuk membantu masyarakat
Desa e. Program peningkatan kualitas hidup
masyarakat Treaths (Ancaman) a. Kepercayaan masyarakat masih tradisional
b. Partisipasi aktif masyarakat masih minim c. Penerimaan masyarakat terhadap program
pemerintah (respon masyarakat minim) d. Baru beberapa peran dari instansi atau sektor
terkait lainnya yang terlibat didalam program Sumber : Peneliti, 2017
190
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang ada dilapangan, maka
peneliti menarik kesimpulan bahwa pengelolaan program kampung KB (Keluarga
Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggunung
Kabupaten Lebak belum berjalan dengan optimal. Strategi yang dilakukan Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak yaitu melalui koordinasi antar lintas
sektoral, pendampingan dan pengawasan di setiap program yang akan
dilaksanakan, serta pendekatan material dengan masyarakat. Untuk pencapaian
strategi yang belum optimal ini tidak lepas dari faktor-faktor dalam penerapan
strategi tersebut, yaitu faktor internal juga dari faktor eksternal.
Dilihat dari faktor internal seperti dukungan minim dari sisi anggaran,
PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih minim, masih kurangnya sumber daya
manusia (SDM) pegawai, koordinasi lintas sektor yang masih minim, dan sarana
dan prasarana yang belum lengkap. Sedangkan dari faktor eksternalnya seperti
kepercayaan masyarakat yang masih tradisional, partisipasi aktif masyarakat
masih minim, penerimaan masyarakat terhadap program pemerintah (respon
masyarakat minim) dan belum maksimalnya peran serta dari instansi atau sektor
terkait lainnya. Apabila melihat dari faktor secara internal dan ekternal, maka
191
yang masih banyak permasalahan yaitu faktot secara internal dibanding dengan
ekternalnya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan mengenai analisis SWOT pengelolaan program
kampung KB (Keluarga Berencana) di Kampung Kaso Desa Sukaraja Kecamatan
Warunggunung Kabupaten Lebak, maka peneliti mencoba untuk memberikan
saran-saran mengenai hasil penelitiannya agar dapat membantu pihak Dinas
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak dalam pengelolaan Kampung KB di Kabupaten Lebak,
sebagai berikut :
1. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak dalam pengelolaan Kampung KB
di Kabupaten Lebak disarankan mengusulkan penambahan anggaran
program Kampung KB (Keluarga Berencana) kepada Dinas
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Lebak.
2. Mendorong dirumuskannya Instruksi Presiden (Inpres) sebagai aturan
yang lebih teknis untuk merangkul instansi terkait lainnya ikut
berperan aktif didalam pelaksanaan Kampung KB (Keluarga
Berencana).
192
3. Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak dalam pengelolaan Kampung KB
di Kabupaten Lebak lebih meningkatkan koordinasi dan kerjasama
antar lintas sektor lainnya dalam hal kegiatan untuk lebih
meningkatkan peran serta terhadap pengelolaan program kampung KB
(Keluarga Berencana) ini, terutama di bidang pembangunan dan
perbaikan infrastruktur juga kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Hasibuan, S. M. (2011). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Herujito, Y. (2006). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Huberman, M. (2009). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-
Metode Bru. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rangkuti, F. (2015). Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta: PT
Gramedia.
Siagian, S. (2007). Manajemen Strategik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
CV Alfabeta.
______. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Dokumen :
Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang Nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Surat Edaran Mendagri Nomor 440/70/SJ tentang Pencanangan dan Pembentukan
Kampung KB
Surat Keputusan Bupati Lebak Nomor 476/Kep. 41-BPPKB/2016 tentang
Penetapan Kampung KB di Kabupaten Lebak Tahun 2016
Revisi Rencana Kerja (Renja) DP2KBP3A Kabupaten Lebak Tahun 2017
Perubahan Rencana Strategis (Renstra) DP2KBP3A Kabupaten Lebak Tahun
2016
Petunjuk Teknis Kampung KB BKKBN Provinsi Banten Tahun 2016
Laporan Kinerja (LAKIP) BKKBN Provinsi Banten Tahun 2015
Sumber Lain :
Dian Faridah. (2015). Analisis SWOT Program Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di SMK Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Mursi. (2016). Strategi Dinas Kesehatan dalam Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan di Kota Serang. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi
yang tidak dipublikasikan.
Roza Mardhatillah. (2015). Analisis Strategi Pemasaran dengan Analisis SWOT untuk
Meningkatkan Penjualan pada PT. Forisa Nusapersada Padang.
Shara Anggraeni. (2016). Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang
dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Sierfi Rahayu. (2017). Strategi Dinas Perikanan dalam Pengembangan Potensi
Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Yesy Komala. (2012). Strategi Peningkatan Pengelolaan Pajak Reklame di DKI
Jakarta. Universitas Indonesia. Universitas Tamansiswa Padang: Skripsi
yang tidak dipublikasikan.
http://www.tangeranghits.com/mega-metropolitan/berita/44865/pemkab-lebak-
canangkan-kampung-kb-di-desa-tertinggal (Diakses Minggu, 16 Oktober
2016. 11.53)
http://www.wawasanpendidikan.com/2014/08/Makalah-Program-Keluarga-
Berencana-di-Indonesia.html (Diakses Minggu, 16 Oktober 2016. 1.28)
http://eprints.uny.ac.id/7900/3/bab2%20-%2006101244019.pdf (Diakses Sabtu,
22 Oktober 2016. 13.40)
http://kalbar.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=150&ContentTypeId=
0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897 (Diakses Senin, 20
Maret 2017, 13.09).
https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2015/11/20/83632/jumlah-
pendududari-perempuan.html (Diakses Senin, 20 November 2017, 14.09).
http://pkbi.or.id/tentang-kami/sejarah-pkbi/ (Diakses Senin, 20 November 2017,
14.29).
http://ilmupengetahuanumum.com/jumlah-penduduk-indonesia/ (Diakses Rabu,
06 Desember 2017, 14.30).
DOKUMENTASI
Gambar 1. Wawancara dengan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
Gambar 2. Wawancara dengan Sekertaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kabupaten Lebak
Gambar 3. Puskesmas Pembantu (Pustu) Sukaraja
Gambar 4. Pendaftaran pemasangan implan gratis untuk warga Kampung KB (Keluarga Berencana)
Gambar 5. Persiapan Melakukan Pemasangan KB Implan yang dilakukan oleh Bidan Desa
Gambar 6. Pemasangan implan gratis oleh Bidan Desa
Gambar 7. Wawancara dengan Kepala Bidang KB-KS Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak
Gambar 8. Wawancara dengan Kepala Seksi Pengendalian Penduduk Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Lebak
Gambar 9. Wawancara dengan Sekertaris Desa Sukaraja
Gambar 10. Wawancara dengan Petugas Lapangan Kampung KB
Gambar 11. Spanduk Selamat Datang di Kampung Keluarga Berencana (KB) Desa Sukaraja
Gambar 12. Acara Pelatihan Kader Posyandu Desa Sukaraja
Gambar 13. Slogan dari Bupati Lebak yang di pasang oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Lebak
Gambar 14. Penandatanganan Surat Kegiatan Desa oleh Kepala Desa Sukaraja
Matriks Hasil Wawancara Sebelum Reduksi Data
I
Q
I1.1
Q1 Menurut bapak, apa tujuan dan adanya program Kampung Keluarga
Berencana (KB) di Kabupaten Lebak?
Tujuan itu ada 2, yaitu: 1.Pendekatan program dan 2. Integrasi program
jadi program Kampung Keluarga Berencana (KB) ini bukan hanya
Kampung Keluarga Berencana nya saja akan tetapi bagaimana
menjadikan Kampung yang berkualitas jadi sebenarnya ini semua sektor
yang harus menangani
Q2 Apa saja manfaat dari adanya program kampung Keluarga Berencana,
baik bagi pemerintah maupun masyarakat?
- Bagi masyarakat tentu saja itu merepukan harpan bagi setiap kalangan
harus mempunyai perencanaan hidup didalam praktek hidupnya.Karena
setiap keluarga memiliki fungsi, yaitu: fungsi agama, sosial budaya,
ekonomi dan lain-lain.
- Bagi Pemerintah, tentu program ini mengkaitkan semua sektor terkait
misalnya: dari Dinas Pendidikan, mereka mendata berapa jumlah anak
usia sekolah? Tinggi/rendah? Dan hasil dari setiap pendataan, itu
merupakan kewenangan dari Dinas Pendidikan untuk menindak lanjut
hal tersebut begitupun Dinas lainnya.
Q3 Apa saja kekuatan yang dimiliki oleh DP2KBP3A?
Merupakan kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Presiden dan
Implementasi dari Nawacita ke 5,yaitu membangun dari kampung yang
jaug dari Perkotaan.
Q4 Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
Pendataan mengenai masyarakat di Desa, yang awal mulanya dipetakkan
terlebih dahulu. Setelah itu koordinasi dengan sektor lainnya, seperti:
masalah kesehatan dengan Dinas Kesehatan, masalah Pendidikan dengan
Dinas Pendidikan,dan seterusnya.
Q5 Apa saja kelemahan/kendala yang dimiliki oleh DP2KBP3A dalam
mengelola program kampung Keleuarga Berencana(KB)?
Yang pertama, data belum sepenuhnya lengkap. Yang kedua koordinasi
antar sektor lainnya masih belum maksimal. Dan yang ketiga partisipasi
masyarakat itu masih harus terus didampingi (Kesadaran masyarakat
dirasa masih kurang)
Q6 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana
dan prasarana?
Pertama, kita dorong partisipasi aktif dari masyarakat nya itu sendiri
karena program ini juga untuk mereka juga. Lalu mendorong sumber-
sumber dana yang ada dianggaran misalnya: setiap rumah tangga, harus
punya minimal 1 (satu) bak sampah, dan harus sudah bisa memilah
antara sampah organik dan non organik.
Q7 Bagaimana cara BP2KBP3A dalam melakukan pengawasan di Kampung
Keluarga Berencana(KB)?
Dari kita biasanya melakukan pengawasan/pembinaan setiap saat dengan
para koder, dengan perangkat desa, dan dengan masyarakat setempat.
Pendekatan material dengan masyarakat itu dirasa sangat penting, karena
meraka juga sebagai salah satu tombak keberhasilan dan jalannya sebuah
program.
Q8 Sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait?
Merencanakan segalanya dengan BAPPEPA,sesuai dengan Tupoksi
yang ada.
Q9 Apakah ada pembinaan bagi PLKB guna menigkatkan kualitas SDM?
Pengarahan dan Pembinaan pasti ada,akan tetapi itu ranahnya Dinas
Kesehatan disini POSYANDU itu kan merupakan media kerja bagi
PLKB nya sendiri lalu koordinasi antar Kader pun intens dilakukan.
Akan tetapi sebenarnya PLKB (Tenaga Kesehatan) masih kurang
dibanding dengan sasaran
Q10 Apa saja peluang yang dimiliki oleh DP2KBP3A?
Ibu Bupati memerintahkan seluruh Dinas yang berada di Kabupaten
Lebak untuk berkosentrasi menigkatkan sumber daya manusia yang ada
dan dimulai dari yang terkecil, yaitu Kampung Keluarga Berencana(KB)
Q11 Bagaimana cara DP2KBP3A dalam memanfaatkan peluang?
Yang pertama yaitu meningkatkan koordinasi di semua sektor. Yang
kedua, musyawarah mufakat tingkat desa, dan juga kerjasama dengan
semua pihak
Q12 Apa saja ancaman yang dihadapi oleh BP2KBP3A?
Sebenarnya ancaman yang terlalu membuat program ini sebegitu
terancamnya ya tidak ada. Namun kalau dari sisi tenaga ya kita masih
terbatas dan Integrasi program masih parsial
Q13 Bagaimana pihak DP2KBP3A dalam menangani hal tersebut?
- Terus melakukan koordinasi kembali dengan Dinas lain(Lintas Sektor)
- Stresing dengan PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana)
- Pihak Kapubaten Koordinasi langsung dengan Desa
- Pihak Kabupaten turun langsung kelapangan
Misalnya setiap ibu hamil harus dipasang bendera didepan rumahnya
(Sebagai Ciri) dan itu dianggarkan oleh Desa Anggaran Dana Desa
(ADD)
I
Q
I1.2
Q1 Menurut Bapak, bagaimana awal mula adanya Kampung Keluarga
Berencana(KB)?
Awal mula ini dari Bapak Presiden, ingin banyak Stakeholder yang
menaungi masalah progaram Keluarga Berencana. Tidak hanya dari
sektor Keluarga Berencana nya saja. Didasari dari Desa, Lalu dinilai dari
beberapa aspek sangat tertinggal, muncul lah ketetapan dari Kampung
Keluarga Berencana di wilayah Kabupaten Lebak yaitu di kampung
Kaso Desa Sukaraja Kecamatan Warunggung dan program ini
merupakan adopsi dari program P2WKSS (Peningkatan Peran Wanita
Menuju Keluarga Sehat Sejahtera)
Q2 Apa saja manfaat dari adanya program Keluarga Berencana(KB) di
Kabupaten Lebak ini?
Ada satu gerakan yang sangat signifikan/diuntungkan tapi masyarakat
juga harus ikut berpartisipasi dan berperan aktif
Q3 Apa saja kekuatan yang dimiliki oleh DP2KBP3A?
Memperkaya mitra kerja, mitra kerja dengan Dinas kesehatan, Kodim
dan lain-lain
Q4 Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
- Belum pernah ada MOU (Kerjasama Antar Lintas Sektor)
- Setelah OTDA ikatan agak tersedat, BKKBN harus banting stir
Q5 Menurut Bapak, apa saja kelemahan/kendala yang dihadapi oleh
DP2KBP3A?
- Dukungan dari sisi anggaran masih minim
- Hasil yang diharapkan belum maksimal
- PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih kecil
- Masyarakat masih menganut sistem/kepercayaan terdahulu (Walaupun
frekuensinya sudah menurun). Misalnya anggapan bahwa banyak anak
rezeki.
- Sumber Daya Manusia masih minim, seharusnya idealnya 600 lebih,
sekarang di DP2KBP3A 112 Orang ini menghambat, yang idealnya 1
kecamatan itu dipegang oleh 7-8 orang sekarang 1 kecamatan dipegang
oleh 1 orang
Q6 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana
dan prasarana?
Dari kita selalu mendiskusikannya dengan Dewan (Setiap Tahun) dan
melaporkan apa-apa saja yang masih kurang
Q7 Bagaimana cara DP2KBP3A dalam melakukan pengawasan?
Karena kampung Keluarga Berencana (KB) diserahkan ke desa, jadi
stakeholder di desa juga di dorong demi kelancaraan dan keberhasilan
program
Q8 Sudah sejauh mana koordinasi yang dilakukan?
Output tidak lepas dari akseptor dari pihak Dinas Kesehatan koordinasi
antar pegawai DP2KBP3A
Q9 Apakah ada pembinaan bagi PLKB?
Dari Kabupaten, hanya berupa pembinaan dan pendorong
Q10 Apa peluang bagi DP2KBP3A?
Sebagai tingkatan capaian/harapan
Q11 Bagaimana DP2KBP3A dalam memanfaatkan peluang yang didapatkan?
Digunakan momentum untuk mempromosikan, misalnya: Adanya tim
penggerak yaitu dipakailah IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
Q12 Apa saja ancaman yang dihadapi oleh DP2KBP3A?
Kalau secara spesifik tidak ada. Akan tetapi mengubah stigma
masyarakat tradisional ke masyarakat modern itu sulit. Walaupun
persentasinya kecil, dibawah angka 10% masyarakat menyatakan haram
ber-KB
Q13 Bagaimana pihak DP2KBP3A dalam menangani ancaman tersebut?
Dilakukan berbagai trik/cara. Misalnya turun koordinasi langsung
dengan pihak kecamatan dan ketua majelis utama setempat karena ini
benturan terhadap agama (Kepercayaan masing-masing masyarakat).
Dan juga program yang sudah terintegrasi oleh semua lintas sektor
I
Q
I1.3
Q1 Apa tujuan dari program Kampung Keluarga Berencana(KB)?
Sentuhan pelayanan kepada masyarakat sampai titik dasar (RT/RW)
menjadikan keluarga yang berkualitas. Kampung Keluarga Berencana
(KB) itu terbagai ke dalam 2 yaitu: 1. Keluarga Berencana (Skup nya
Dinas Kesehatan) dan 2. Keluarga Berkualitas, yaitu semua OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) yang terlibat, seperti: Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, DP2KBP3A, Dinas Sosial, Dinas Perhubungan dan
lain-lain. Selain itu, mewujudkan cita-cita Bupati yang mencanangkan
Lebak Sehat, Lebak Pintar dan Lebak Sejahtera
Q2 Apa saja manfaat dari adanya program Kampung Keluarga Berencana
(KB) bagi pemerintah maupun masyarakat?
- Bagi Pemerintah: Karena program ini merupakan titik paling dasar
(Ujung Tombak) dan Sebagai bahan percontohan bagi RW lain di daerah
yang lainnya juga.
- Bagi Masyarakat: Tergantung bagaimana respon dan peran masyarakat
nya sendiri kalau positif dan berperan aktif, pasti akan banyak merasakan
dampak positifnya/manfaatnya. Contoh: Lingkungan jadi bersih sehat
dan nyaman, semua aspek keluarga dibantu pemerintah, dari mulai
pendidikan, kesehatan, dan yang lainnya
Q3 Apa kekuatan yang dimiliki oleh DP2KBP3A?
A. Koordinasi lintas sektoral (OPD terkait)
B. Koordinasi lintas program misalnya: Ada NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera). Programnya 2 anak cukup lalu terdapat 3 Bina
keluarga, yaitu: 1. BKP (Bina Kelompok Balita), 2. BKL (Bina Keluarga
Lansia) dan 3. BKR (Bina Kelompok Remaja). Lalu adanya Puskemas
sebagai wadah pendataan mengenai angka PUS (Pasangan Usia Subur),
Bayi dan Balita dll.
Q4 Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
Bentuk kerjasama kami dengan Desa, berupa oleh ibu-ibu PKK dan
POKJA (Kelompok Kerja) 4. Lalu kerjasama dengan puskesmas, dan
Dinas terkait lainnya
Q5 Apa saja kelemahan atau kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A dalam
mengelola program Kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Biasanya, bagaimana jalannya masing-masing program, koordinasi yang
dilakukan dirasa masi kurang. Lalu tanggapan masyarakat yang dirasa
belum maksimal. Dan anggaran biaya, biasanya masing-masing OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) anggaran/dananya tidak berbarengan
Q6 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana
dan prasarana oleh DP2KBP3A?
Pertama yaitu melalui koordinasi, lalu membentuk OPD (Organisasi
Perangkat Daerah) di kecamatan minta didukung penuh dengan Desa dan
Camat setempat. Kemudian Desa mengantur masalah Dana dalam ADD
(Anggaran Dana Desa)
Q7 Bagaimana cara yang yang dilakukan oleh DPPKBP3A Kabupaten
Lebak dalam melakukan pengawasan di Kampung Keluarga Berencana
(KB)?
Pengawasan dari Dinas dilakukan secara rutin satu bulan sekali.
Memiliki koordinator KB yang dibantu oleh tenaga SS (Suporting Staff)
Namun disini kita memiliki kendala masalah sumber daya manusianya
yang terbatas, dimana saat ini dalam 1 kecamatan hanya terdapat 1
koordinator, 1 PLKB (Petugas Lapangan KB) dan 2 tenaga SS
(Suporting Staff)
Q8 Sejauh mana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait?
Koordinasi berjalan dalam rapat Lokbul (Lokakarya Bulanan)
dikecamatan, Lokbul di Desa yang dilakukan pertriwulan atau tiga bulan
sekali
Q9 Apakah ada pembinaan bagi PLKB (Petugas Lapangan KB)?
Ya, selalu dibantu dengan adanya program-program di Desa itu
merupakan salah satu pembinaan secara langsung dilapangan. Dan ada
pelatihan yang diselenggarakan di kecamatan dari pihak Dinas
Q10 Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Kita dari pihak Dinas sangat bersyukur adanya program ini,karena kita
menyentuh langsung ke lapisan masyarakat terkecil yaitu RT/RW. Dan
Dinas sendiri merasa diuntungkan
Q11 Bagaimana DPPKBP3A dalam memanfaatkan peluang tersebut?
Utuk setiap keberhasilan suatu program, semua kegiatan yang berbaur
dimasyarakat ditangani oleh DPPKBP3A Kabupaten Lebak
Q12 Apa saja ancaman yang dihadapi oleh BP2KBP3A?
Ancaman sebenarnya tidak ada. Yang ada hanya kekhawatiran terhadap
masyarakat tidak mau (partisipasi pasif/minim) penerimaannya terhadap
program tersebut
Q13 Bagaimana untuk menangani hal tersebut?
Melalui pendekatan-pendekatan ketua RT,RW dan tokoh masyarakat
setempat
I
Q
I1.4
Q1 Apa tujuan dari adanya program kampung Keluarga Berencana(KB)?
Menciptakan keluarga yang berkualitas dengan dukungan dari segala
sektor. Indikator keluarga yang berkualitas itu dinilai dari segi
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan lain-lain
Q2 Apa manfaat dari adanya program Keluarga Berencana (KB) ini?
Manfaat bisa dirasakan melalui proses dimana setiap kegiatan di dalam
program, itu bagaimana masyarakat itu sendiri merasakannya. Karena
setiap aspek dari keluarga seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi dan
lain-lain. Itu diperhatikan oleh pemerintah. Jadi bagaimana masyarakat
itu sendiri menanggapinya. Seharusnya ada banyak sekali manfaat yang
dirasakan
Q3 Kekuatan apa yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Dari sisi program, DPPKBP3A sebagai leading sektornya
Q4 Bagaimana bentuk kerjasama dengam peran lintas sektor lainnya?
Dengan adanya POKJA (Kelompok Kerja) bersama Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum dll. Lalu BPPKBP3A sendiri
dengan Desa, yaitu adanya BKL (Bina Keluarga Lansia), BKB (Bina
Keluarga Balita) dan BKR (Bina Keluarga Remaja)
Q5 Apa saja kelemahan/kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Perbedaan pemahamaan antar lintas sektor lainnya, dan baru beberapa
sektor yang ikut terlibat dalam program kampung Keluarga Berencana
ini (KB) ini
Q6 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana
dan prasana dalam pengelolaan program kampung Keluarga
Berencana(KB)?
Dengan adanya PLKB (Petugas Lapangan KB) masyarakat dibantu
dalam hal pelayanan terhadap masyarakat. Pelatih dan pembinaan yang
dilakukan secara berkala. Dan juga fasilitas disediakan, misalnya ketika
ada pelayaan masalah KB, Dinas menyediakan Implan gratis
Q7 Bagaimana cara DPPKBP3A dalam melakukan pengawasan kampung
Keluarga Berencana(KB)?
Dilakukan pembinaan dan Evaluasi disetiap bulan
Q8 Sejauhmana koordinasi yang dilakukakan oleh pihak-pihak terkait?
Sejauh ini koordinasi DPPKBP3A baru dengan Dinas Kesehatan dan
Dinas PU (Pekerja Umum), Walupun belum optimal
Q9 Apakah ada pembinaan bagi PLKB (Petugas Lapangan KB)?
Ada bintek terhadap PLKB, koordinator dan SS (Suporting Staff)
Q10 Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Tinggal pembinaan saja yang lebih intens
Q11 Bagaimana DPPKBP3A dalam memanfaatkan peluang tersebut?
Memberikan penyuluhan yang lebih efektif
Q12 Apa saja ancaman yang dihadapi oleh DPPKBP3A?
Sulitnya menggerakan/mendapatkan partisipasi masyarakat
Q13 Bagaimana pihak DPPKBP3A dalam menangani ancaman tersebut?
Mengubah mainset masyarakat dari kedaerahan menuju pemahan
masyarakat lebih modern
I
Q
I1.5
Q1 Apa tujuan dari adanya program kampung Keluarga Berencana (KB)?
Membangun suatu keluarga yang berkualitas pada lapisan masyarakat
sehingga setiap aspek keluarga bisa meningkat/membaik dari
sebelumnya. Seperti dari segi aspek ekonomi, pendidikam, kesehatan
dan lain-lain
Q2 Apa saja manfaat dari adanya program kampung Keluarga Berencana
(KB) ini bu?
Tentu saja setiap program yang diadakan sebelumnya telah melalui
proses analisa dan sesuai data (yang dibutuhkan). Dimana setiap
program pasti menuju arah perbaikan . Bagi masyarakat sendiri (sasaran
program) tentunya banyak manfaat yang dirasakan, karena dari kami
sebagai pelayan masyarakat tujuannya adalah melayani sebaik-baiknya
untuk kebutuhan apa yang masyarakat butuhkan, akan tetapi kurang
mampu dari segi ekonomi. Misalnya pebiayaan kesehatan, pendidikan,
dan yang lainnya
Q3 Apakah kekuatan yang dimiliki oleh DPPKBP3A dalam pengelolaan
program kampung Kelurga Berncana (KB)?
Program Kampung KB ini merupakan wujud (Implementasi) dari
Nawacita ke 5, yaitu membangun dari perkampungan yang jauh dari
perkotaan
Q4 Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
Bentuk kerjasama sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dimana Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum (PU), dan yang
lainya bekerjasama untuk mewujudkan keberhasilan dalam program
Kampung Keluarga Berencana (KB) ini
Q5 Apa saja kelemahan/kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Setiap program pasti adanya kendala ya neng, akan tetapi bagaimana
Dinas sendiri tanggap dalam meresponnya. Masyarakat yang belum
sepenuhnya mengerti akan apa artinya program kampung Keluarga
Berencana ini. Sebagian besar hanya mengetahui program ini hanya
menyangkut seputar KB, Implan dan Imunisasi gratis padahal program
ini sudah menyangkut semua aspek didalam Keluarga seperti: Aspek
Kesehatan, Aspek Pendidikan, Aspek Ekonomi dll
Q6 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani kendala
tersebut?
Tentunya lebih kepada sosialisasi yang lebih intens, pendekatan terhadap
masyarakat dari pihak kami sebagai pemerintah dan DPPKBP3A sendiri
sebagai leading sektor program kampung Keluarga Berencana (KB) ini.
Sehingga semua tujuan yang sudah direncanakan dapat terealisasi,
minimal ada peningkatan di setiap tahunnya
Q7 Bagaimana cara DPPKBP3A dalam melakukan pengawasan?
Kita punya 1 orang PLKB (Petugas Lapangan KB) yang mendata dan
melaporkan segala bentuk yang berhubungan dengan program kampung
KB. Dari laporan tersebut kita dapat mengawasi juga mengevaluasi
untuk kegiatan-kegiatan selanjutanya
Q8 Sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait?
Koordinasi biasanya diadakan dalam Lokalnya Bulanan (LOKBUL)
yang dilaksanakan 3 bulam sekali di Desa
Q9 Apakah ada pembinaan bagi PLKB?
Kita selalu koordinasi aktif dengan petugas lapangan Keluarga
Berencana, apa-apa yang kurang dan yang belum sesuai, itu selalu
dibicarakan dan diarahkan
Q10 Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A dalam pengeldaan
kampung KB?
DPPKBP3A sebagai leading sektor dalam program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini, memiliki peran dominan dan sebagai percontohan
untuk Dinas lainnya agar segera bergerak dalam bidang/aspeknya
masing-masing. Dan lainnya program ini adalah program yang
menangani masyarakat dari lapisan terkecil, yaitu RT/RW, sehingga
diharapkan bisa berjalan dengan maksimal
Q11 Bagaimana DPPKBP3A kabupaten lebak dalam memanfaatkan peluang
tersebut?
Setiap program di dalam kampung Keluarga Berencana (KB),
DPPKBP3A sebagai leading sektor ikut andil secara penuh demi
kelancaraan dan keberhasilan. Dan sebagai penggerak memotivasikan
lintas sektor lainnya agar segara ikut terlibat
Q12 Apa aja ancaman yang dihadapi oleh DPPKBP3A?
Ketakutan terhadap tanggapan masyarakat yang kurang berperan aktif di
dalam setiap kegiatan
Q13 Bagaimana pihak DPPKB3A dalam mengenai ancaman tersebut?
Pastinya dengan pendekatan dengan cara sosialisasi dan terdiskusi
dengan tokoh masyarakat dan perangkat desa lainnya
I
Q
I1.6
Q1 Apa tujuan dari adanya program kampung Keluarga Berencana (KB) ?
Sebagai salah satu implementasi dari program pengendalian penduduk,
seperti laju pertumbuhan penduduk dan lain-lain
Q2 Apa saja manfaat dari adanya program kampung Keluarga Berencana
(KB) ?
Merupakan harapan bagi setiap kalangan harus memiliki perencanaan
hidup, agar menjadi sebuah keluarga yang berkualitas. Baik dilihat dari
aspek kesehatan,ekonomi,pendidikan, dan lain-lain
Q3 Apa kekuatan yang dimiliki oleh DPPKBP3?
Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Bapak Presiden
Q4 Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya?
Bentuk kerjasama dengan Desa, dengan Kecamatan dan OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) lainnya
Q5 Apa saja kelemahan/kendala yang dihadapi oleh DPPKBP3A?
Koordinasi antar lintas sektor masih kurang dan dukungan dana dari sisi
anggaran masih minim
Q6 Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani kendala
tersebut?
Koordinasi lebih ditingkatkan lagi dengan rapat antar sektor lainnya
misalnya, karena keberhasilan sebuah program dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat itu tidak akan lepas dari peran pemerintah
setempatnya
Q7 Bagaimana cara DPPKBP3A dalam melalukan pengawasan?
Pengawasan dilakukan dengan para kader, dengan perangkat desa, dan
dengan masyarakat setempat
Q8 Sejauh mana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait?
Koordinasi dilakukan didalam LOKBUL (Lokal Bulanan) yang
dilaksanakan 3 bulan sekali
Q9 Apakah ada pembinaan bagi PLKB?
Ada Bintek (Bina Teknologi) terhadap petugas Lapangan KB (PLKB)
Q10 Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
DPPKBP3A sebagai leading sektor program kamupung Keluarga
Berencana (KB) ini diharapkan bisa menjadi bahan percontohan untuk
Dinas/daerah yang lainnya
Q11 Bagaimana DPPKBP3A dalam memanfaatkan peluang tersebut?
Bekerja semaksimal mungkin sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dari
pihak DPPKBP3A
Q12 Apa saja ancaman atau kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A?
Kendala dari masyarakat itu sendiri. Bagaimana penerimaan sebuah
program pemerintah, tidak semua tanggapan positif. Terkadang
masyarkat pasif menanggapinya
Q13 Bagaimana pihak DPPKBP3A dalam menanggapi ancaman tersebut?
Pihak DPPKBP3A terjun langsung untuk melakukan pendekatan
terhadap masyarakat. Memberikan pemahaman secara jelas dan rinci
agar tanggapan masyarakat bisa maksimal dan terus ikut berperan aktif
demi kelancaraan dan kesuksesan kampung Keluarga Berencana (KB)
ini
I
Q
I2.1
Q1 Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya,benar. Tepatnya dikampung Kaso RW 01 neng
Q2 Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Saya rasa, program kampung Keluarga Berencana (KB) ini sangat
bagus, hanya saja program yang akan dilaksanakan selanjutnya
diharapkan bisa lebih maksimal dan ada peningkatan
Q3 Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Karena pencanangan kampung Keluarga Berencana (KB) ini baru
bejalan satu tahun, manfaat yang dirasakan mungkin belum terlalu
besar. Mudah-mudahan kedapannya bisa lebih terasa perubahannya
Q4 Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
Program-program kesehatan seperti KB, Implan dan Imunisasi, dan
juga ada PIK-R (Pusat Informasi dan konselinng Remaja)
Q5 Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Iya, dari pihak DPPKBP3A selalu bekerjasama dengan Desa
Q6 Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Biasanyasih dari Dinas Kesehatan sendiri seperti buat Bidan, Perawat
dan Tenaga Medis lainnya untuk membantu karena keterbatasaan
tenaga, yamg dilaksanakan dengan DPPKBP3A
Q7 Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Partisipasi masyarakatnya sih yang dirasa belum maksimal
Q8 Meburut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Jalani saja terus program-program yang sudah direncanakan
sebelummya, karena disetiap program pasti akan ada perbaikan-
perbaikan baik sarana dan prasarana secara terus menerus
Q9 Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Ya,ada biasanya perwakilan dari pihak DPPKBP3Anya
Q10 Bagaimana bentuk penguasanya ?
Ikut dalam pelaksanaan program dilapangan biasanya
Q11 Sejauh mana koordinasi dari pihak Desa dengan pihak DPPKBP3A
dalam pengelolaan dikampung Keluarga Berencana(KB)?
Koordinasi berjalan dengan baik. Apabila akan diadakan suatu
program, sudah dibicarakan terlebih dahulu sebelummya
Q12 Apakah ada pembinaan dari pihak DPPKBP3A untuk petugas
lapangan KB (PLKB) guna meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya?
Iya, ada
Q13 Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Setiap program yang sudah berjalan, terus diadakan evaluasi agar
kekurangan dari program sebelumnya bisa diperbaiki diprogram
selanjutnya
Q14 Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Semoga dengan adanya program kampung Keluarga Berencana (KB)
ini, DeS dan masyarakatnya bisa berkembang dan ada nya perubahan
ke arah yang lebih baik lagi, terutama dari segala aspek keluarga. Baik
dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain
Q15 Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Mungkin sosialisasi akan pemahaman dari setiap program lebih
ditingkatkan lagi agar partisipasi aktif masyarakat bisa meningkat
Q16 Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Program harus di fokuskan kepada kebutuhan masyarakat yang dinilai
masih kurang. Seperti dalam hal pembangunan, baik pembangunan
jalan desa, perbaikan sarana dan prasarana umum dan lain-lain
Q17 Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Kedepannya masyarakat bisa lebih berperan aktif di dalam setiap
program pemerintah agar kesejahteraan hidup masyarakatnya juga bisa
meningkat
I
Q
I2.2
Q1 Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya,benar neng
Q2 Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Program kampung Keluarga Berencana (KB) sangat bagus, hanya saja
program-program yang dilaksanakan di desa sukaraja ini masih belum
maksimal
Q3 Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Sebagian besar manfaat dari program kampung Keluarga Berencana
(KB) belum dirasakan
Q4 Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja), program kesehatan
dan program pembuatan emping
Q5 Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Iya, ada. Dari Kabupaten
Q6 Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Program KB oleh instansi kesehatan
Q7 Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Keikutsertaan masyarakatnya dalam program kampung Keluarga
Berencana (KB) masih kurang, jadi program-program tidak dapat
berjalan sesuai dengan keinginan.
Q8 Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Dengan terus menerus secara intens melaksanakan program-program
di kampung Keluarga Berencana (KB) ini
Q9 Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Iya, ada
Q10 Bagaimana bentuk penguasanya ?
Dengan cara ikut serta dalam penyelenggaraan program tersebut
Q11 Sejauh mana koordinasi dari pihak Desa dengan pihak DPPKBP3A
dalam pengelolaan dikampung Keluarga Berencana(KB)?
Koordinasi masih terus berjalan dengan baik dengan pihak
DPPKBP3A
Q12 Apakah ada pembinaan dari pihak DPPKBP3A untuk petugas
lapangan KB (PLKB) guna meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya?
Iya, ada
Q13 Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Program-program harus terus berjalan, jangan sampai berhenti
Q14 Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Dengan adanya program kampung Keluarga Berencana (KB) ini dapat
membantu masyarakat Desa dan Desa ini sendiri bisa lebih baik dan
lebih maju lagi
Q15 Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Pembinaan tentang kampung Keluarga Berencana (KB) dan program-
program didalamnya masih kurang maksimal, dan harus ditingkatkan
lagi
Q16 Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Program di fokuskan untuk pembangunan di Desa agar masyarakat
bisa lebih sejahtera
Q17 Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Kami berharap Desa bisa lebih maju dan berkembang dengan
diadakannya program kampung Keluarga Berencana (KB) ini dan bisa
membantu masyarakat Desa untuk hidup lebih baik lagi
I
Q
I2.3
Q1 Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya, benar
Q2 Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Program kampung Keluarga Berencana (KB) bagus. Tapi belum ada
bukti dari segi infrastruktur dari program kampung Keluarga
Berencana (KB)
Q3 Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Adanya program PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja)
sehingga remaja-remaja di kampung ini bisa tambah wawasan lagi
Q4 Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja), GENRE (Generasi
Berencana) dan PAUD PIKMAS (Pusat Informasi dan Konseling
Masyarakat)
Q5 Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Instansi Dinas dan pendidikan, seperti UNTIRTA
Q6 Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Program kesehatan oleh instansi kesehatan
Q7 Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Belum terlaksananya pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana
Q8 Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Harus lebih ditingkatkan lagi dari segi segala programnya
Q9 Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Iya, ada
Q10 Bagaimana bentuk pengawasannya ?
Dengan cara ikut serta dalam pelaksanaannya
Q11 Sejauh mana koordinasi dari pihak Desa dengan pihak DPPKBP3A
dalam pengelolaan dikampung Keluarga Berencana(KB)?
Koordinasi berjalan dengan baik
Q12 Apakah ada pembinaan dari pihak DPPKBP3A untuk petugas
lapangan KB (PLKB) guna meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya?
Iya, ada pembinaan
Q13 Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Pihak DPPKBP3A harus terus ikut serta dalam keberlangsungan
program demi suksesnya program sesuai harapan
Q14 Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Supaya lebih baik lagi, agar masyarakat lebih bisa merasakan manfaat
dari kampung Keluarga Berencana (KB) ini
Q15 Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Iya, masih kurang maksimal
Q16 Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Agar segera dilaksanakan setiap programnya yang sudah direncanakan
sebelumnya
Q17 Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Agar sumber daya manusianya bisa lebih baik dan lebih maju lagi
I
Q
I3.1
Q1 Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya, benar
Q2 Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Program kampung Keluarga Berencana (KB) itu sangat bagus, untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat ditingkat kampung atau yang
setara melalui program KKBPK (Kependudukan dan KB
Pembangunan Keluarga)
Q3 Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Mempunyai wawasan tentang pengasuhan anak dari balita sampai
remaja dan tahu bagaimana mengurus lansia
Q4 Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
Untuk saat ini hanya program KB, khusunya kontrasepsi jangka
panjang yang diadakan secara gratis
Q5 Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Ya, tentunya ada kerjasama dengan instansi lainnya khususnya Dinas
Kesehatan
Q6 Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Instansi atau Dinkes dalam program TMKK (Tentara Manunggal KB
dan Kesehatan), pencanangan bakti TNI KB Kesehatan, Pencanangan
KB Kesehatan Bhayangkara tinggkat POLDA Banten
Q7 Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Kurangnya peran serta dalam program, dan kurangnya respon
masyarakat sekitar
Q8 Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Menurut saya, DPPKBP3A memberikan sarana dan prasarana ke
POKTAN-POKTAN (Kelompok Kegiatan) yang ada di di kampung
Keluarga Berencana (KB). Contohnya DPPKBP3A memfasilitasi
makan dan minum setiap pertemuan rutin POKTAN. Lalu
menyediakan pamflet dan yang lainnya untuk menarik perhatian
masyarakat. Menjembatani dengan instansi lain yang ada kaitannya
dengan program KKBPK (Kependudukan dan KB Pembangunan
Keluarga), misalnya pelayanan publik gratis pembuatan KTP, KK,
AKTE, dan yang lainnya. Membantu anak yang putus sekolah,
membantu masyarakat yang kurang mampu dan perbaikan jalan guna
percepatan pembangunan
Q9 Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Kegiatan diawasi oleh DPPKBP3A
Q10 Bagaimana bentuk pengawasannya ?
Bentuk pengawasan dalam bentuk pencatatan dan pelaporan
Q11 Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Supaya meningkatkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di
kampung Keluarga Berencana (KB). Contohnya : Laptop, karena
adanya rumah data jadi laptop sangat penting untuk kelancaran
program
Q12 Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Supaya program kampung Keluarga Berencana (KB) ini bisa berjalan
dengan baik, adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya
dari wilayah kampung Keluarga Berencana (KB). Adanya peran dari
instansi lain yang terkait dengan KKBPK (Kependudukan dan KB
Pembangunan Keluarga) ikut andil dalam program ini
Q13 Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Banyak program yang belum maksimal
Q14 Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Semua program tidak akan berjalan apabila tidak ada kekompakkan
semua unsur yang terkait. Untuk program selanjutnya diharapkan
semua bisa saling berperan aktif dari masyarakat, Kader, RT, RW,
Desa dan semua instansi terkait demi wujudkan masyarakat bahagia
dan sejahtera.
Q15 Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Tidak ada lagi anak yang putus sekolah, tidak ada lagi pernikahan usia
dini, tidak ada lagi masyarakat yang tidak mempunyai KTP, KK,
AKTE, dan yang lainnya. AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB
(Angka Kematian Balita), semua jalan dilingkungan desa bagus, dan
lingkungan yang asri dan bersih
I
Q
I3.2
Q1 Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
ya, benar
Q2 Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Merupakan program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat
Q3 Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Masyarakt belum sepenuhnya dirasakan karena baru beberapa program
yang berjalan. Jadi belum semua aspek terlaksana
Q4 Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
Program PAUD PIKMAS ( Pusat Informasi dan Konseling Remaja ),
GENRE (Generasi Berencana), dan juga program kesehatan.
Q5 Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Iya, ada
Q6 Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Iya, program-program pencanangan oleh TNI dan POLRI pernah
diadakan
Q7 Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Belum berjalan dengan lancar, karena bahan dan peralatannya belum
memadai
Q8 Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Terus meningkatkan pelayanan DPPKBP3A dimasyarakat baik sarana
dan prasarananya
Q9 Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Iya, ada secara langsung
Q10 Bagaimana bentuk pengawasannya ?
Pengawasannya, dengan ikut serta hadir dalam setiap programnya
Q11 Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Agar terus ditingkatkan lagi pengelolaan dalam setiap program
Q12 Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Agar terus ditingkatkan lagi pelayanannya
Q13 Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Masih kurang maksimal dan perlu ditingkatkan kembali
Q14 Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Setiap program yang ada atau yang akan datang, dilaksanakan dengan
baik baik dan ditingkatkan kembali agar bermanfaat untuk masyarakat
Q15 Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Desa agar lebih maju dan lebih baik lagi, dan meningkatkan sumber
daya manusia dimasyarakat, khususnya di Desa Sukaraja
I
Q
I3.3
Q1 Apakah benar di Desa Sukaraja ini di jadikan kampung Keluarga
Berencana (KB)?
Iya, benar
Q2 Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai program Kampung KB di
Desa ini?
Program yang bagus, mengadakan beberapa program yang
memperhatikan dan melayani masyarakat desa
Q3 Menurut pendapat bapak/ibu manfaat apa saja yang dirasakan dengan
adanya program kampung Keluarga Berencana tersebut (KB)?
Bisa dapat implan, KB, dan imunisasi gratis juga pemahaman tentang
perencanaan keluarga menuju keluarga yang berkualitas
Q4 Program apa saja yang sudah dilakukan di kampung Keluarga
Berencana (KB) ini?
Program kesehatan seperti implan dan KB gratis bagi warg, imunisasi
untuk balita dan sosialisasi mengenai keluarga berkualitas
Q5 Untuk program yang sudah dilaksanakan dikampung Keluarga
Berencana (KB) ini, Apakah ada kerja sama dengan istansi lainnya?
Iya, ada
Q6 Jika “Ya” instansti mana saja dan dalam program apa saja?
Program KB oleh Dinas Kesehatan dan DPPKBP3A
Q7 Apa saja kendala yang dihadapi selama program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini berjalan?
Kadang masyarakat kurang ikut berpartisipasi, karena tidak mau ikut
ber-KB misalnya dikarenakan takut jarum suntik dan lebih memilih pil
dibandingkan dengan implan
Q8 Menurut bapak/ibu, apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh pihak oleh pihak DPPKBP3A untuk meningkatkan sarana dan
prasarana di kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Lebih intens sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat, agar
masyarakat sadar akan kesehatan dan demi kemajuan masyarakat dan
desa juga
Q9 Dalam setiap program kampung Keluarga Berencana (KB) apakah ada
pengawasan dari pihak DPPKBP3A baik secara langsung ataupun
tidak langsung?
Iya, ada
Q10 Bagaimana bentuk penguasanya ?
Biasanya kalau ada acara, suka ada pengawasan
Q11 Apa tanggapan bapak/ibu sebagai masukan untuk pihak DPPKBP3A
sebagai bahan perbaikan kedepannya?
Diawasin aja kalau ada kegiatan, supaya kegiatan sesuai target dan
bisa berjalan dengan lancar dan sukses.
Q12 Harapan bapak/ibu sebagai perangkat Desa dengan adanya program
kampung Keluarga Berencana (KB) ini?
Biar masyarakat maju dan ada perubahan yang lebih baik buat
kedepannya
Q13 Menurut bapak/ibu, apakah masih ada hal yang dirasa kurang atau
belum maksimal dalam setiap program yang sudah dijalankan ?
Lebih dimaksimalkan lagi aja, juga sarana dan prasarana untuk
pelayanan diperbaiki, seperti kantor PUSTU (Puskesmas Pembantu)
biar masyarakat lebih nyaman
Q14 Bagaimana seharusnya untuk perbaikan program selanjutnya ?
Adakan program lainnya agar sumber daya masyarakatnya
berkembang
Q15 Sebagai perangkat desa, apa harapan bagi keadaan desa untuk
kedapannya?
Desa lebih baki lagi, pelayanan kepada masyarakat lebih baik lagi dan
masyarakatnya berubah kearah yang lebih baik lagi
Matriks Hasil Wawancara Sesudah Reduksi Data
I. Kekuatan / Strenghts
Q
I
Apa tujuan dari adanya program kampung KB (Keluarga Berencana) ?
I1.1 Tujuan itu ada 2, yaitu: 1.Pendekatan program dan 2. Integrasi program
jadi program Kampung Keluarga Berencana (KB) ini bukan hanya
Kampung Keluarga Berencana nya saja akan tetapi bagaimana
menjadikan Kampung yang berkualitas jadi sebenarnya ini semua sektor
yang harus menangani
I1.3 Sentuhan pelayanan kepada masyarakat sampai titik dasar (RT/RW)
menjadikan keluarga yang berkualitas. Kampung Keluarga Berencana
(KB) itu terbagai ke dalam 2 yaitu: 1. Keluarga Berencana (Skup nya
Dinas Kesehatan) dan 2. Keluarga Berkualitas, yaitu semua OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) yang terlibat, seperti: Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, DP2KBP3A, Dinas Sosial, Dinas Perhubungan dan
lain-lain. Selain itu, mewujudkan cita-cita Bupati yang mencanangkan
Lebak Sehat, Lebak Pintar dan Lebak Sejahtera
I1.4 Menciptakan keluarga yang berkualitas dengan dukungan dari segala
sektor. Indikator keluarga yang berkualitas itu dinilai dari segi
pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan lain-lain
I1.5 Membangun suatu keluarga yang berkualitas pada lapisan masyarakat
sehingga setiap aspek keluarga bisa meningkat/membaik dari
sebelumnya. Seperti dari segi aspek ekonomi, pendidikam, kesehatan
dan lain-lain
I1.6 Sebagai salah satu implementasi dari program pengendalian penduduk,
seperti laju pertumbuhan penduduk dan lain-lain
Q
I
Apa saja manfaat dari adanya program kampung KB (Keluarga
Berencana) ?
I1.1 - Bagi masyarakat tentu saja itu merepukan harpan bagi setiap kalangan
harus mempunyai perencanaan hidup didalam praktek hidupnya.Karena
setiap keluarga memiliki fungsi, yaitu: fungsi agama, sosial budaya,
ekonomi dan lain-lain.
- Bagi Pemerintah, tentu program ini mengkaitkan semua sektor terkait
misalnya: dari Dinas Pendidikan, mereka mendata berapa jumlah anak
usia sekolah? Tinggi/rendah? Dan hasil dari setiap pendataan, itu
merupakan kewenangan dari Dinas Pendidikan untuk menindak lanjut
hal tersebut begitupun Dinas lainnya.
I1.3 - Bagi Pemerintah: Karena program ini merupakan titik paling dasar
(Ujung Tombak) dan Sebagai bahan percontohan bagi RW lain di
daerah yang lainnya juga.
- Bagi Masyarakat: Tergantung bagaimana respon dan peran masyarakat
nya sendiri kalau positif dan berperan aktif, pasti akan banyak
merasakan dampak positifnya/manfaatnya. Contoh: Lingkungan jadi
bersih sehat dan nyaman, semua aspek keluarga dibantu pemerintah,
dari mulai pendidikan, kesehatan, dan yang lainnya
I1.5 Tentu saja setiap program yang diadakan sebelumnya telah melalui
proses analisa dan sesuai data (yang dibutuhkan). Dimana setiap
program pasti menuju arah perbaikan . Bagi masyarakat sendiri (sasaran
program) tentunya banyak manfaat yang dirasakan, karena dari kami
sebagai pelayan masyarakat tujuannya adalah melayani sebaik-baiknya
untuk kebutuhan apa yang masyarakat butuhkan, akan tetapi kurang
mampu dari segi ekonomi. Misalnya pebiayaan kesehatan, pendidikan,
dan yang lainnya
I1.6 Merupakan harapan bagi setiap kalangan harus memiliki perencanaan
hidup, agar menjadi sebuah keluarga yang berkualitas. Baik dilihat dari
aspek kesehatan,ekonomi,pendidikan, dan lain-lain
I2.1 Saya rasa, program kampung Keluarga Berencana (KB) ini sangat
bagus, hanya saja program yang akan dilaksanakan selanjutnya
diharapkan bisa lebih maksimal dan ada peningkatan
I2.2 Program kampung Keluarga Berencana (KB) sangat bagus, hanya saja
program-program yang dilaksanakan di desa sukaraja ini masih belum
maksimal
I3.2 Merupakan program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat
I3.3 Program yang bagus, mengadakan beberapa program yang
memperhatikan dan melayani masyarakat desa
Q
I
Apa saja kekuatan yang dimiliki oleh DP2KBP3A Kabupaten Lebak
dalam pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) ?
I1.1 Merupakan kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Presiden dan
Implementasi dari Nawacita ke 5, yaitu membangun dari kampung yang
jaug dari Perkotaan
I1.2 Memperkaya mitra kerja, mitra kerja dengan Dinas kesehatan, Kodim
dan lain-lain
I1.3 A. Koordinasi lintas sektoral (OPD terkait)
B. Koordinasi lintas program misalnya: Ada NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera). Programnya 2 anak cukup lalu terdapat 3 Bina
keluarga, yaitu: 1. BKP (Bina Kelompok Balita), 2. BKL (Bina
Keluarga Lansia) dan 3. BKR (Bina Kelompok Remaja). Lalu adanya
Puskemas sebagai wadah pendataan mengenai angka PUS (Pasangan
Usia Subur), Bayi dan Balita dll
I1.4 Dari sisi program, DPPKBP3A sebagai leading sektornya
I1.5 Program Kampung KB ini merupakan wujud (Implementasi) dari
Nawacita ke 5, yaitu membangun dari perkampungan yang jauh dari
perkotaan
I1.6 Kebijakan Nasional yang dicanangkan oleh Bapak Presiden
Q
I
Bagaimana bentuk kerjasama dengan peran lintas sektor lainnya dan
sudah sejauh mana upaya dalam pengelolaan program kampung KB di
kampung Kaso?
I1.1 Pendataan mengenai masyarakat di Desa, yang awal mulanya
dipetakkan terlebih dahulu. Setelah itu koordinasi dengan sektor
lainnya, seperti: masalah kesehatan dengan Dinas Kesehatan, masalah
Pendidikan dengan Dinas Pendidikan,dan seterusnya
I1.3 Bentuk kerjasama kami dengan Desa, berupa oleh ibu-ibu PKK dan
POKJA (Kelompok Kerja) 4. Lalu kerjasama dengan puskesmas, dan
Dinas terkait lainnya
I1.5 Bentuk kerjasama sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dimana Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum (PU), dan yang
lainya bekerjasama untuk mewujudkan keberhasilan dalam program
Kampung Keluarga Berencana (KB) ini
I1.6 Bentuk kerjasama dengan Desa, dengan Kecamatan dan OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) lainnya
I2.1 Biasanyasih dari Dinas Kesehatan sendiri seperti buat Bidan, Perawat
dan Tenaga Medis lainnya untuk membantu karena keterbatasaan
tenaga, yamg dilaksanakan dengan DPPKBP3A
I2.2 Program KB oleh instansi kesehatan
I3.1 Instansi atau Dinkes dalam program TMKK (Tentara Manunggal KB
dan Kesehatan), pencanangan bakti TNI KB Kesehatan, Pencanangan
KB Kesehatan Bhayangkara tinggkat POLDA Banten
I3.2 Iya, program-program pencanangan oleh TNI dan POLRI pernah
diadakan
II. Kelemahan / Weaknesses
Q
I
Apa saja kelemahan atau kendala yang dimiliki oleh DPPKBP3A
Kabupaten Lebak dalam mengelola program kampung KB?
I1.1 Yang pertama, data belum sepenuhnya lengkap. Yang kedua koordinasi
antar sektor lainnya masih belum maksimal. Dan yang ketiga partisipasi
masyarakat itu masih harus terus didampingi (Kesadaran masyarakat
dirasa masih kurang)
I1.2 - Dukungan dari sisi anggaran masih minim
- Hasil yang diharapkan belum maksimal
- PAD (Pendapatan Asli Daerah) masih kecil
- Masyarakat masih menganut sistem/kepercayaan terdahulu (Walaupun
frekuensinya sudah menurun). Misalnya anggapan bahwa banyak anak
rezeki.
- Sumber Daya Manusia masih minim, seharusnya idealnya 600 lebih,
sekarang di DP2KBP3A 112 Orang ini menghambat, yang idealnya 1
kecamatan itu dipegang oleh 7-8 orang sekarang 1 kecamatan dipegang
oleh 1 orang
I1.3 Biasanya, bagaimana jalannya masing-masing program, koordinasi yang
dilakukan dirasa masi kurang. Lalu tanggapan masyarakat yang dirasa
belum maksimal. Dan anggaran biaya, biasanya masing-masing OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) anggaran/dananya tidak berbarengan
I1.4 Perbedaan pemahamaan antar lintas sektor lainnya, dan baru beberapa
sektor yang ikut terlibat dalam program kampung Keluarga Berencana
ini (KB) ini
I1.6 Koordinasi antar lintas sektor masih kurang dan dukungan dana dari sisi
anggaran masih minim
I2.1 Mungkin sosialisasi akan pemahaman dari setiap program lebih
ditingkatkan lagi agar partisipasi aktif masyarakat bisa menigkat
I2.2 Pembinaan tentang kampung Keluarga Berencana (KB) dan program-
program didalamnya masih kurang maksimal, dan harus ditingkatkan
lagi
Q
I
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk untuk meningkatkan
sarana dan prasarana dalam pengelolaan program kampung KB di
Kampung Kaso?
I1.1 Pertama, kita dorong partisipasi aktif dari masyarakat nya itu sendiri
karena program ini juga untuk mereka juga. Lalu mendorong sumber-
sumber dana yang ada dianggaran misalnya: setiap rumah tangga, harus
punya minimal 1 (satu) bak sampah, dan harus sudah bisa memilah
antara sampah organik dan non organik
I1.3 Pertama yaitu melalui koordinasi, lalu membentuk OPD (Organisasi
Perangkat Daerah) di kecamatan minta didukung penuh dengan Desa
dan Camat setempat. Kemudian Desa mengantur masalah Dana dalam
ADD (Anggaran Dana Desa)
I1.4 Dengan adanya PLKB (Petugas Lapangan KB) masyarakat dibantu
dalam hal pelayanan terhadap masyarakat. Pelatih dan pembinaan yang
dilakukan secara berkala. Dan juga fasilitas disediakan, misalnya ketika
ada pelayaan masalah KB, Dinas menyediakan Implan gratis
I1.5 Tentunya lebih kepada sosialisasi yang lebih intens, pendekatan
terhadap masyarakat dari pihak kami sebagai pemerintah dan
DPPKBP3A sendiri sebagai leading sektor program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini. Sehingga semua tujuan yang sudah direncanakan
dapat terealisasi, minimal ada peningkatan di setiap tahunnya
I1.6 Koordinasi lebih ditingkatkan lagi dengan rapat antar sektor lainnya
misalnya, karena keberhasilan sebuah program dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat itu tidak akan lepas dari peran pemerintah
setempatnya
I2.1 Jalani saja terus program-program yang sudah direncanakan
sebelummya, karena disetiap program pasti akan ada perbaikan-
perbaikan baik sarana dan prasarana secara terus menerus
I2.2 Dengan terus menerus secara intens melaksanakan program-program di
kampung Keluarga Berencana (KB) ini
I3.1 Menurut saya, DPPKBP3A memberikan sarana dan prasarana ke
POKTAN-POKTAN (Kelompok Kegiatan) yang ada di di kampung
Keluarga Berencana (KB). Contohnya DPPKBP3A memfasilitasi
makan dan minum setiap pertemuan rutin POKTAN. Lalu menyediakan
pamflet dan yang lainnya untuk menarik perhatian masyarakat.
Menjembatani dengan instansi lain yang ada kaitannya dengan program
KKBPK (Kependudukan dan KB Pembangunan Keluarga), misalnya
pelayanan publik gratis pembuatan KTP, KK, AKTE, dan yang lainnya.
Membantu anak yang putus sekolah, membantu masyarakat yang
kurang mampu dan perbaikan jalan guna percepatan pembangunan
I3.3 Lebih intens sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat, agar
masyarakat sadar akan kesehatan dan demi kemajuan masyarakat dan
desa juga
Q
I
Bagaimana kinerja atau cara DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam
melakukan pengawasan kampung KB di kampung Kaso?
I1.2 Karena kampung Keluarga Berencana (KB) diserahkan ke desa, jadi
stakeholder di desa juga di dorong demi kelancaraan dan keberhasilan
program
I1.3 Pengawasan dari Dinas dilakukan secara rutin satu bulan sekali.
Memiliki koordinator KB yang dibantu oleh tenaga SS (Suporting Staff)
Namun disini kita memiliki kendala masalah sumber daya manusianya
yang terbatas, dimana saat ini dalam 1 kecamatan hanya terdapat 1
koordinator, 1 PLKB (Petugas Lapangan KB) dan 2 tenaga SS
(Suporting Staff)
I1.4 Dilakukan pembinaan dan Evaluasi disetiap bulan
I1.5 Kita punya 1 orang PLKB (Petugas Lapangan KB) yang mendata dan
melaporkan segala bentuk yang berhubungan dengan program kampung
KB. Dari laporan tersebut kita dapat mengawasi juga mengevaluasi
untuk kegiatan-kegiatan selanjutanya
I2.1 Ikut dalam pelaksanaan program dilapangan biasanya
I2.2 Dengan cara ikut serta dalam penyelenggaraan program tersebut
I3.1 Bentuk pengawasan dalam bentuk pencatatan dan pelaporan
I3.2 Pengawasannya, dengan ikut serta hadir dalam setiap programnya
Q
I
Sejauhmana koordinasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam
pengelolaan program kampung KB di kampung Kaso?
I1.1 Merencanakan segalanya dengan BAPPEPA, sesuai dengan Tupoksi
yang ada
I1.3 Koordinasi berjalan dalam rapat Lokbul (Lokakarya Bulanan)
dikecamatan, Lokbul di Desa yang dilakukan pertriwulan atau tiga
bulan sekali
I1.4 Sejauh ini koordinasi DPPKBP3A baru dengan Dinas Kesehatan dan
Dinas PU (Pekerja Umum), Walupun belum optimal
I1.5 Koordinasi biasanya diadakan dalam Lokalnya Bulanan (LOKBUL)
yang dilaksanakan 3 bulam sekali di Desa
Q
I
Apakah ada pembinaan bagi para PLKB (Petugas Lapangan KB)guna
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya?
I1.1 Pengarahan dan Pembinaan pasti ada,akan tetapi itu ranahnya Dinas
Kesehatan disini POSYANDU itu kan merupakan media kerja bagi
PLKB nya sendiri lalu koordinasi antar Kader pun intens dilakukan.
Akan tetapi sebenarnya PLKB (Tenaga Kesehatan) masih kurang
dibanding dengan sasaran
I1.2 Dari Kabupaten, hanya berupa pembinaan dan pendorong
I1.3 Ya, selalu dibantu dengan adanya program-program di Desa itu
merupakan salah satu pembinaan secara langsung dilapangan. Dan ada
pelatihan yang diselenggarakan di kecamatan dari pihak Dinas
I1.4 Ada bintek terhadap PLKB, koordinator dan SS (Suporting Staff)
I1.5 Kita selalu koordinasi aktif dengan petugas lapangan Keluarga
Berencana, apa-apa yang kurang dan yang belum sesuai, itu selalu
dibicarakan dan diarahkan
I1.6 Ada Bintek (Bina Teknologi) terhadap petugas Lapangan KB (PLKB)
I2.1 Iya, ada
I2.2 Iya, ada
III. Peluang / Opportunities
Q
I
Apa saja peluang yang dimiliki oleh DPPKBP3A Kabupaten Lebak
dalam program kampung KB di kampung Kaso ?
I1.1 Ibu Bupati memerintahkan seluruh Dinas yang berada di Kabupaten
Lebak untuk berkosentrasi menigkatkan sumber daya manusia yang ada
dan dimulai dari yang terkecil, yaitu Kampung Keluarga Berencana
(KB)
I1.2 Sebagai tingkatan capaian/harapan
I1.3 Kita dari pihak Dinas sangat bersyukur adanya program ini,karena kita
menyentuh langsung ke lapisan masyarakat terkecil yaitu RT/RW. Dan
Dinas sendiri merasa diuntungkan
I1.5 DPPKBP3A sebagai leading sektor dalam program kampung Keluarga
Berencana (KB) ini, memiliki peran dominan dan sebagai percontohan
untuk Dinas lainnya agar segera bergerak dalam bidang/aspeknya
masing-masing. Dan lainnya program ini adalah program yang
menangani masyarakat dari lapisan terkecil, yaitu RT/RW, sehingga
diharapkan bisa berjalan dengan maksimal
I1.6 DPPKBP3A sebagai leading sektor program kamupung Keluarga
Berencana (KB) ini diharapkan bisa menjadi bahan percontohan untuk
Dinas/daerah yang lainnya
Q
I
Bagaimana DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam memanfaatkan
peluang yang didapatkan ?
I1.1 Yang pertama yaitu meningkatkan koordinasi di semua sektor. Yang
kedua, musyawarah mufakat tingkat desa, dan juga kerjasama dengan
semua pihak
I1.2 Digunakan momentum untuk mempromosikan, misalnya: Adanya tim
penggerak yaitu dipakailah IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
I1.4 Memberikan penyuluhan yang lebih efektif
I1.5 Setiap program di dalam kampung Keluarga Berencana (KB),
DPPKBP3A sebagai leading sektor ikut andil secara penuh demi
kelancaraan dan keberhasilan. Dan sebagai penggerak memotivasikan
lintas sektor lainnya agar segara ikut terlibat
I1.6 Bekerja semaksimal mungkin sesuai POKJA (Kelompok Kerja) dari
pihak DPPKBP3A
IV. Ancaman / Threats
Q
I
Apa saja ancaman atau yang dihadapi oleh DPPKBP3A dalam
pengelolaan program kampung KB (Keluarga Berencana) ?
I1.1 Sebenarnya ancaman yang terlalu membuat program ini sebegitu
terancamnya ya tidak ada. Namun kalau dari sisi tenaga ya kita masih
terbatas dan Integrasi program masih parsial
I1.2 Kalau secara spesifik tidak ada. Akan tetapi mengubah stigma
masyarakat tradisional ke masyarakat modern itu sulit. Walaupun
persentasinya kecil, dibawah angka 10% masyarakat menyatakan haram
ber-KB
I1.3 Ancaman sebenarnya tidak ada. Yang ada hanya kekhawatiran terhadap
masyarakat tidak mau (partisipasi pasif/minim) penerimaannya terhadap
program tersebut
I1.4 Sulitnya menggerakan/mendapatkan partisipasi masyarakat
I1.5 Ketakutan terhadap tanggapan masyarakat yang kurang berperan aktif di
dalam setiap kegiatan
I1.6 Kendala dari masyarakat itu sendiri. Bagaimana penerimaan sebuah
program pemerintah, tidak semua tanggapan positif. Terkadang
masyarkat pasif menanggapinya
I2.1 Mungkin sosialisasi akan pemahaman dari setiap program lebih
ditingkatkan lagi agar partisipasi aktif masyarakat bisa meningkat
I2.2 Pembinaan tentang kampung Keluarga Berencana (KB) dan program-
program didalamnya masih kurang maksimal, dan harus ditingkatkan
lagi
Q
I
Bagaimana pihak DPPKBP3A Kabupaten Lebak dalam menangani
ancaman atau kendala tersebut ?
I1.1 - Terus melakukan koordinasi kembali dengan Dinas lain(Lintas Sektor)
- Stresing dengan PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana)
- Pihak Kapubaten Koordinasi langsung dengan Desa
- Pihak Kabupaten turun langsung kelapangan
Misalnya setiap ibu hamil harus dipasang bendera didepan rumahnya
(Sebagai Ciri) dan itu dianggarkan oleh Desa Anggaran Dana Desa
(ADD)
I1.2 Dilakukan berbagai trik/cara. Misalnya turun koordinasi langsung
dengan pihak kecamatan dan ketua majelis utama setempat karena ini
benturan terhadap agama (Kepercayaan masing-masing masyarakat).
Dan juga program yang sudah terintegrasi oleh semua lintas sektor
I1.3 Melalui pendekatan-pendekatan ketua RT,RW dan tokoh masyarakat
setempat
I1.5 Pastinya dengan pendekatan dengan cara sosialisasi dan terdiskusi
dengan tokoh masyarakat dan perangkat desa lainnya
I1.6 Pihak DPPKBP3A terjun langsung untuk melakukan pendekatan
terhadap masyarakat. Memberikan pemahaman secara jelas dan rinci
agar tanggapan masyarakat bisa maksimal dan terus ikut berperan aktif
demi kelancaraan dan kesuksesan kampung Keluarga Berencana (KB)
ini
I2.1 Program harus di fokuskan kepada kebutuhan masyarakat yang dinilai
masih kurang. Seperti dalam hal pembangunan, baik pembangunan jalan
desa, perbaikan sarana dan prasarana umum dan lain-lain
I2.2 Program di fokuskan untuk pembangunan di Desa agar masyarakat bisa
lebih sejahtera
I3.1 Semua program tidak akan berjalan apabila tidak ada kekompakkan
semua unsur yang terkait. Untuk program selanjutnya diharapkan semua
bisa saling berperan aktif dari masyarakat, Kader, RT, RW, Desa dan
semua instansi terkait demi wujudkan masyarakat bahagia dan sejahtera
I3.2 Setiap program yang ada atau yang akan datang, dilaksanakan dengan
baik baik dan ditingkatkan kembali agar bermanfaat untuk masyarakat
I3.3 Adakan program lainnya agar sumber daya masyarakatnya berkembang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Apriadalista Nurul
Pertiwi
Kewarganegaraan Indonesia
NIM 6661130228 Jenis Kelamin Perempuan
Tempat, Tanggal,
Lahir
Lebak, 12 April 1995 Status Menikah
Alamat BTN Griya Kaduagung
Indah Blok D No 9,
Rt/Rw 02/05, Desa
Kaduagung Timur,
Kec. Cibadak, Kab.
Lebak-Banten
Email apriadalistanp@gmail.com
Agama Islam No. HP 081290540233
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Nama Sekolah/Universitas Tahun Lulus/Tidak
S-1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2013-2017 Lulus
SMA SMAN 1 Rangkasbitung 2013 Lulus
SMP SMPN 1 Rangkasbitung 2010 Lulus
SD SDN 1 Rangkasbitung Barat 2007 Lulus