Post on 07-Mar-2020
ANALISIS PRODUKSI ACARA SIARAN RADIO
(STUDI PADA ACARA SITKOM KOSAN UDARA
RRI PRO 2 FM BANDAR LAMPUNG)
(Skripsi)
Oleh:
DWITYA MAHADIKA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
ANALISIS PRODUKSI ACARA SIARAN RADIO
(STUDI PADA ACARA SITKOM KOSAN UDARA
RRI PRO 2 FM BANDAR LAMPUNG)
Oleh
Dwitya Mahadika
Produksi siaran adalah keterampilan dalam memadukan wawasan, kreatifitas, ide
dan kemampuan mengoperasikan peralatan produksi. Untuk menghasilkan sebuah
program acara yang berkualitas dan menarik minat pendengar. Penelitian ini
mengkaji tentang situasi komedi Kosan Udara pada produksi acara siaran radio
RRI Pro 2 FM Bandar Lampung. Situasi komedi yang menceritakan tentang
potret sindiran kehidupan remaja, dikemas dengan gaya hiperbola sehingga
menggambarkan masalah kondisi sosial yang cukup serius. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui tahapan produksi Situasi Komedi Kosan Udara RRI Pro 2 FM
Bandar Lampung dan bagaimana perbedaan serta kesamaan proses produksi
sitkom Kosan Udara periode Januari – Juni 2017.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi. Analisa data menggunakan reduksi,
display, verifikasi dan study kasus dengan pendekatan kualitatif. Teori yang
digunakan adalah teori produksi pesan oleh Stephen W Littlejohn. Penelitian ini
menganalisa dengan membedah kegiatan pra-produksi (penemuan ide), produksi
(acara sitkom Komedi Kosan Udara) dan pasca-produksi (editing teknik analog
dan digital menggunakan offline dan online, mixing).
Hasil penelitian ini menunjukkan produksi Kosan Udara berjalan baik karena
penggunaan bahasa sehari-sehari dalam mengemas pesan sehingga diterima dalam
bentuk feed back pendengar yang positif terhadap program Kosan Udara.
Kesimpulan penelitian ini Kosan Udara mengakomodasi prinsip merancang pesan
yang baik diantaranya studio representatif, penempatan waktu dan hari yang
efektif, pemilihan tema yang sesuai tren, tema sistematis, dan tim kreatif yang
memadai.
Kata Kunci : Produksi Siaran Radio, Acara Radio, Merancang Pesan, RRI
ABSTRACT
ANALYSIS OF RADIO PROGRAM
(STUDY OF SITUATION COMEDY KOSAN UDARA
RRI PRO 2 FM BANDAR LAMPUNG)
By
Dwitya Mahadika
Broadcast production is a skill in combining insight, creativity, ideas and the
ability to operate production equipment. To produce a quality program that
attracts listeners. This study examines the situation of the Kosan Udara comedy
on the production of the RRI Pro 2 FM radio broadcast program in Bandar
Lampung. A comedy situation that tells about a portrait of innuendo in a
teenager's life, packaged in a hyperbolic style so that it illustrates a serious
problem of social conditions. The purpose of this study is to find out the
production stages of the Situation Comedy of the Kosan Udara RRI Pro 2 FM
Bandar Lampung and how the differences and similarities in the production
process of the Kosan Udara sitcom from January to June 2017.
This study uses data collection techniques, namely in-depth interviews,
observation and documentation. Data analysis uses reduction, display, verification
and case studies with a qualitative approach. The theory used is the theory of
message production by Stephen W Littlejohn. This research analyzes by
dissecting pre-production activities (idea discovery), production (Situation
Comedy of the Kosan Udara) and post-production (analog and digital editing
techniques using offline and online, mixing).
The results showed that the production of Kosan Udara runs well because of the
use of everyday language in packing messages so that it is received in the form of
feed back for positive listeners to the Kosan Udara program. Conclusion of this
study Kosan Udara accommodates the principle of designing good messages
including representative studios, effective time and day placements, selection of
themes that fit trends, systematic themes, and adequate creative teams.
Keywords : Radio Production Program, Radio Program, Message Production, RRI
ANALISIS PRODUKSI ACARA SIARAN RADIO
(STUDI PADA ACARA SITKOM KOSAN UDARA
RRI PRO 2 FM BANDAR LAMPUNG)
Oleh
DWITYA MAHADIKA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kota Palembang pada tanggal, 29 Mei
1995, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak H.
Ir. Robby Koesharnowo, M.M. dan Ibu Hj. Dra. Endang
Berthalina.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kartika II-5
pada tahun 2000 hingga tahun 2001. Penulis
melanjutkan pendidikan di SD Kartika II-5 pada tahun 2001 hingga tahun 2007.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP 4 Bandar Lampung pada tahun
2007 sampai 2010. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3
Bandar Lampung pada tahun 2010 hingga tahun 2013.
Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Strata 1 (satu) di
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas
Lampung. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Waya Krui Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.
Motto
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik
untuk hari tua”
-Aristoteles-
“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”
-Lessing-
“Jadilah dirimu sendiri,karena hidup perlu kita syukuri”
-Dwitya Mahadika-
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT.
Penulis persembahkan karya ini untuk :
Kedua Orangtua Tercinta,
H. Ir. Robby Koesharnowo dan Hi. Dra. Endang Berthalina
Kakak-Adik Penulis,
Roberto Rosario, S.E dan Dwitya Pradipta, S.A.B
Almamater,
Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillahirobbilalamiin, segala puji bagi Allah SWT dan Nabi Muhammad
SAW sebagai suri tauladan terbaik bagi umat manusia, penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Produksi Acara Siaran Radio
(Studi pada Acara Sitkom Kosan Udara RRI Pro 2 FM Bandar Lampung)”
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., Mcomn&MediaSt., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih untuk segala kerja
kerasnya untuk kemajuan Jurusan Ilmu Komunikasi serta keikhlasannya
dalam mendidik dan saran dalam membantu mahasiswa selama ini.
3. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Terima kasih untuk segala keikhlasannya dalam mendidik dan membantu
mahasiswa selama ini.
4. Ibu Hestin Oktiani, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah memberikan banyak masukan yang baik dan meluangkan banyak waktu
dan kesabaran dalam membimbing dan memberikan penulis banyak ilmu dan
pengetahuan baru yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Dosen Pembahas Skripsi yang
telah memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik serta meluangkan banyak waktunya.
6. Seluruh Dosen, Staff, Administrasi dan Karyawan FISIP Universitas
Lampung, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu
penulis selama berkuliah dan selama penelitian ini dilakukan.
7. Mama dan Papa tercinta, yang selalu merawat, mencintai dan menyayangi
dengan tulus hati serta selalu memberikan doa, nasihat, dan dukungan yang
tidak pernah putus, sehingga Dika selalu diberikan kemudahan dan
kebahagiaan yang melimpah.
8. Kakak dan kembaranku, Roberto Rosario, S.E dan Dwitya Pradipta, S.A.B
terimakasih untuk segala bentuk dukungan dan semangat yg kalian berikan.
9. Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi 2013, yang selama ini bersama-sama
menjalani dunia perkuliahan mulai dari OSPEK, organisasi, KKN, PKL
sampai dengan penyusunan skripsi.
10. Untuk Anang Bagus Maulana, M Agus Setiawan, Ardhi Rahmanda, Lazuardi
Muharam, Gilbran Ibrahim, Desna Anggraini, Finajar Oktini, Puspandari
Setyowati, Mutiara Langit Pertiwi. Terimakasih atas bantuan dan semangat
selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini dan persahabatan dari awal
kuliah sampai sekarang. Sukses untuk kita semua.
11. Teman-teman KKN Desa Waya Krui, Kecamatan Kalirejo. Lutfhi Hartanto,
Abdi Gusti, Ekananda Putriani, Sri Utami, Mutiara Langit Pertiwi, Rolan,
Agung. Terima kasih telah menjadi keluarga yang sangat luar biasa selama 40
hari. Terima kasih untuk semua waktu, bantuan dan tenaganya, semoga
kedepannya kita semua bisa sukses di jalannya masing-masing.
12. Teman-teman SMA Deddy Narendra, Umar Syarief, Ahmad Alifan Fajri,
Zaldi Risky, Faiq Fadholi, Sandio Sinungan, Ahmad Naufal, Ridho Hafido.
13. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Bandar Lampung, 22 Januari 2019
Penulis,
Dwitya Mahadika
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 9
2.2 Tinjauan Tentang Radio Sebagai Media Massa .............................. 10
2.3 Fungsi dan Tujuan Radio ................................................................. 12
2.4 Tinjauan Tentang Program Acara Radio ......................................... 14
2.5 Tinjauan Tentang Proses Produksi Acara Siaran Radio .................. 16 2.6 Tinjauan tentang Format Program Radio ........................................ 22
2.7 Tinjauan tentang Faktor Daya Tarik Program Siaran Radio ........... 23
2.8 Landasan Teori ................................................................................ 26
2.9 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 33
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian ................................................................................. 36
3.2 Penentuan Informan ......................................................................... 37
3.3 Informan Penelitian ......................................................................... 38
3.4 Fokus Penelitian .............................................................................. 39
3.5 Sumber Data .................................................................................... 40
3.6 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 40
3.7 Teknik Pengolahan Data .................................................................. 41
3.8 Teknik Analisis Data Kualitatif ....................................................... 42
3.9 Teknik Keabsahan Data ................................................................... 43
ii
BAB IV. GAMBARAN UMUM
4.1 Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia ................... 45
4.2 Perkembangan LPP RRI Bandar Lampung ..................................... 46
4.3 Visi dan Misi LPP RRI Bandar Lampung ....................................... 52
4.4 Struktur Organisasi LPP RRI Bandar Lampung ............................. 53
4.5 RRI Pro 2 Bandar Lampung ............................................................ 55
4.6 Kosan Udara .................................................................................... 56
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil ................................................................................................. 58
5.1.1 Identitas Informan .................................................................. 58
5.2 Hasil Wawancara ............................................................................. 62
5.2.1 Hasil Wawancara Pra Produksi .............................................. 63
5.2.2 Hasil Wawancara Produksi .................................................... 76
5.2.3 Hasil Wawancara Pasca Produksi .......................................... 85
5.3 Hasil Observasi ................................................................................ 91
5.3.1 Pra Produksi ........................................................................... 91
5.3.2 Produksi ................................................................................. 94
5.3.3 Pasca Produksi ....................................................................... 97
5.4 Pembahasan .................................................................................... 99
5.4.1 Pra Produksi Program Kosan Udara ...................................... 100
5.4.2 Pelaksanaan Produksi Kosan Udara ....................................... 108
5.4.3 Pasca Produksi........................................................................ 109
5.4.4 Produksi Acara Kosan Udara Sebagai Sebuah
Proses Produksi Pesan ........................................................... 111
5.4.5 Proses Produksi Kosan Udara Periode
Januari – Juni 2018 ................................................................ 116
5.4.6 Pentingnya Merancang Pesan dalam Produksi Situasi
Komedi Kosan Udara ............................................................. 116
5.4.7 Faktor Kelebihan dan Kekurangan Proses Produksi
Program Kosan Udara ............................................................ 118
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 121
6.2 Saran ................................................................................................ 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Perbedaan Kosan Udara dengan Mr. In dan Mr. Tim .......................... 3
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 10
5.1 Rekapitulasi Hasil Wawancara Pra Produksi ....................................... 63
5.2 Rekapitulasi Hasil Wawancara Produksi ............................................. 76
5.3 Rekapitulasi Hasil Wawancara Pasca Produksi ................................... 85
5.4 Kesimpulan Hasil Wawancara Pra Produksi ........................................ 100
5.5 Tema Kosan Udara 2018 ...................................................................... 107
5.6 Kesimpulan Hasil Wawancara Produksi .............................................. 108
5.7 Kesimpulan Hasil Wawancara Pasca Produksi .................................... 109
5.8 Episode Kosan Udara Tahun 2018 ....................................................... 113
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Model Komunikasi Wilbur Schramm .................................................. 29
2.2 Bagan Kerangka Pikir .......................................................................... 35
4.1 Gedung RRI Bandar Lampung ............................................................. 46
4.2 Struktur Organisasi LPP RRI Bandar Lampung .................................. 54
4.3 Penyiar RRI Pro 2 Bandar Lampung .................................................... 55
4.4 Ilustrasi Poster Kosan Udara ................................................................ 56
5.1 Priyonggo Jatmiko ................................................................................ 59
5.2 Filliah Tuah Putrie ................................................................................ 59
5.3 M. Indra Bangsawan ............................................................................ 60
5.4 Indra Julianta ........................................................................................ 60
5.5 Ardi Hussein ......................................................................................... 61
5.6 Tiara Wahyuni ...................................................................................... 61
5.7 Obi Riano ............................................................................................. 62
5.8 Proses Produksi Kosan Udara .............................................................. 94
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat
modern telah memainkan peranan yang begitu penting. Menurut McQuail
(2002:66) ada enam perspektif dalam hal melihat peran media. Salah satunya
melihat media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and
the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada
di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Ternyata peran
media dalam kehidupan sosial bukan sekedar sarana diversion, pelepas
ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai
peran yang signifikan dalam proses sosial. Gambaran tentang realitas yang
dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan
sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari
media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek
sosial itu. Karenanya media massa dituntut menyampaikan informasi secara
akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan
etis dan moral penyajian media massa.
Menurut Ryan Soegiarto (2008: 20), peran media massa seperti pisau bermata
dua, berperan positif sekaligus juga negatif. Peran positif media massa berupa
2
kontribusi dalam menyebarluaskan informasi kepada khalayak sekaligus juga
sebagai alat kontrol publik masyarakat dalam menyikapi informasi yang
sedang berlangsung. Lain halnya dengan negatif, misalnya pemberitaan yang
mereduksi fakta sehingga menghasilkan kenyataan semu (false reality), yang
dapat berakibat menguntungkan kepentingan tertentu dan sekaligus
merugikan pihak lain. Dari penyataan diatas dapat ditarik kesimpulan yang
diperlukan pers ada dua hal yaitu kebebasan dan tanggungjawab.
Berdasarkan UU No 32 tahun 2002 tentang penyiaran, dalam pasal 4 ayat 1
yang berbunyi “Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai
fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan
perekat sosial”, maka sebuah konten dalam media massa harus dibuat secara
sistematis dan secara sadar mengandung unsur-unsur yang sesuai dalam
fungsi lembaga penyiaran meliputi informasi, pendidikan, dan hiburan. Hal
ini bersifat wajib, karena sudah diatur di dalam undang-undang bahwa proses
kreatif produksi konten siaran menjadi cakupan yang mangakomodasi semua
aspek di atas.
Sebagian besar output program siaran ditentukan dari sebuah proses yang
bernama produksi program. Di dalam produksi inilah penentuan bagaiamana
sebuah konten diramu sebelum disajikan kepada khalayak. Motivasi memilih
“Kosan Udara” sebagai objek penelitian adalah proses yang dilakukan oleh
peneliti lewat riset pra-penelitian. Peneliti mencoba mencari program situasi
komedi dalam daftar acara siaran radio dengan segmentasi remaja yang
memiliki kemiripan dalam frekuensi siar di Kota Bandar Lampung. Tersisa
3
dua program sitkom yakni “Mr.In dan Mr.Tim” produksi D-Radio Lampung
dan “Kosan Udara” produksi RRI Pro 2 Bandar Lampung.
Namun dalam perkembangannya, “Mr.In dan Mr.Tim” bergeser menjadi
program tips-tips bagi anak muda sehingga realitas kehidupan tidak terlalu
kental karena sifatnya dialognya yang satu arah yaitu dari pemberi tips dan
penerima. Hal ini peneliti rasakan berbeda dengan konsistensi “Kosan Udara”
yang tetap menyiarkan dialog-dialog khas anak muda, ditambah wawancara
singkat dengan Indra Julianta sebagai penulis ide cerita sitkom ini yang
mengatakan “Kosan udara adalah potret kehidupan anak-anak muda Bandar
Lampung yang kita kemas dengan hiperbola. Tujuannya untuk mengkritisi
gaya hidup kita-kita yang kadang lucu dan semakin jauh dengan nilai-nilai
budaya Indonesia” (Wawancara 1 Juni 2017). Berikut beberapa perbedaan
antara sitkom “Kosan Udara” dengan “Mr. In dan Mr. Tim”.
Tabel 1.1 Perbedaan Kosan Udara dengan Mr. In dan Mr. Tim
Kosan Udara Mr. In dan Mr. Tim
Jumlah Karakter 9 orang 2 orang
Frekuensi Siar Tiga kali / hari Tidak menentu
Kontinuitas Produksi Berkelanjutan setiap bulan
menampilkan episode baru
Tidak menentu
Konten Sitkom Dialog karakter dengan alur tiga
babak (perkenalan–konflik–
resolusi)
Dialog dua karakter
disertai tips untuk anak
muda
Sumber: Penelitian (1 Februari 2017)
Dengan memperhatikan tabel 1.1 di atas, peneliti membuat suatu simpulan
bahwa Kosan Udara memiliki kompleksitas yang lebih dalam sisi
penggarapan produksi sitkom ditambah dengan sifat kontinuitas yang akan
4
memudahkan peneilitian ketika peneliti menetapkan analisis proses produksi
sebagai kajian yang akan diteliti.
Di dalam Kosan Udara terdapat sembilan karakter yang memiliki perbedaan
sifat dasar: Mas Vay penjaga kosan yang obsesif terhadap kebersihan; Ses
Vanny yang centil dan bergaya kebarat-baratan; Virland aktifis kampus yang
tempramen; Viki asisten dosen yang cenderung baku dan kaku; Viko
pengangguran dengan berbagai macam hobi dan kegemaran musiman; Villy
perempuan obesitas yang memiliki hobi makan; Vian laki-laki dengan mimpi
menjadi artis besar; Vara asisten rumah sakit jiwa yang galak; dan Valdi
musisi band yang kuliahnya tidak selesai-selesai.
Dalam frekuensi 92,5 FM dengan durasi siar tiga kali sehari, Kosan Udara
menjadi salah satu program anak muda yang menawarkan situasi komedi
dengan pesan yang peneliti tangkap sebagai cara untuk menyampaikan pesan
sosial dalam bentuk sebuah interaksi bergaya bahasa remaja yang mudah
dimengerti oleh pendengarnya. Percakapan diantara kesembilan karakternya
mencerminkan potret sindiran kehidupan remaja, yang dikemas dengan gaya
hiperbola sehingga menggambarkan masalah kondisi sosial yang cukup
serius.
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran, RRI saat ini berstatus Lembaga Penyiaran Publik (LPP). Pasal 14
Undang Undang Nomor 32/2002 menegaskan bahwa RRI adalah LPP yang
bersifat independen, netral, tidak komersil dan berfungsi melayani kebutuhan
masyarakat. Perubahan ini menyebabkan pergeseran peran RRI, dari yang
5
semula government oriented menjadi public oriented. RRI sebagai LPP juga
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 Tahun 2005
penjabaran lebih lanjut dari Undang Undang Nomor 32/2002. Perubahan RRI
menjadi LPP telah melampaui proses yang cukup panjang, dimulai dari
semangat perubahan yang berawal dari internal RRI yang menganggap bahwa
sudah tidak masanya lagi sebuah radio sebagai corong pemerintah, sosialisasi
perubahan ke pihak eksternal, mengadakan kajian-kajian bersama dengan
pakar hukum dan komunikasi, dan dengan pemantapan status RRI agar
disahkan dalam Undang- undang, sampai akhirnya RRI saat ini menyandang
status sebagai LPP.
LPP yang bersifat independen, netral, tidak komersil dan berfungsi melayani
kebutuhan masyarakat memberi arti bahwa status LPP yang saat ini
disandang RRI diharapkan mampu melakukan perubahan pola berhubungan
dengan masyarakat, menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan melayani
masyarakat melalui siaran-siaran yang diberikan untuk menjangkau seluruh
lapisan masyarakat.
RRI Bandar Lampung yang memiliki misi lembaga penyiaran publik, di
dalam butir keduanya yaitu mengembangkan siaran pendidikan untuk
mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan serta mendorong
kreatifitas masyarakat dalam kerangka membangun karakter bangsa juga butir
ketiga menyelenggarakan siaran yang bertujuan menggali, melestarikan dan
mengembangkan budaya bangsa, memberikan hiburan yang sehat bagi
keluarga, membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa di tengah arus
6
globalisasi (http://rri.co.id/profil.html diakses pada tanggal 25 April 2017
pukul 19.32 WIB), menjadi media masa dalam garda terdepan untuk menjaga
karakter berbangsa sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.
Disini menjadi menarik, karena Kosan Udara dijadikan salah satu upaya
untuk mengajak pendengarnya menertawakan kehidupan sehari-hari yang
terlihat rumit namun justru tidak sesuai dengan kenyataan. Di dalam
penelitian ini peneliti lebih memilih menganalisis bagaimana proses produksi
Kosan Udara karena peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana proses
pembuatan program situasi komedi radio yang menarik dan informatif untuk
masyarakat.
Dalam penelitian ini peneliti akan berfokus kepada hasil produksi Kosan
Udara periode Januari - Juni 2017. Alasan dipilihnya periode tersebut, karena
menurut peneliti kedua periode tersebut adalah periode terbaru yang
diproduksi oleh RRI Pro 2 Lampung, sehingga masih aktual dan relevan
dengan topik terkini. Selain itu alasan lain adalah untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan antara pra produksi, produksi, dan pasca produksi pada
masing-masing periode yang memiliki topik/tema yang berbeda.
Penelitian ini merujuk pada tahapan-tahapan produksi yang dikemukakan
oleh Fred Wibowo (2007) dalam buku Teknik Produksi Program menurut
Fred Wibowo (2007: 39-45), terdapat tiga tahapan dalam proses produksi
sesuai Standard Operational Procedure (SOP), yaitu pra produksi, produksi
dan pasca produksi.
7
Dari ketiga tahapan tersebut memerlukan persiapan yang cukup matang,
pertimbangan yang cukup bijaksana dan sangat harus dilakukan sebelum
memproduksi sebuah program acara. Dari ketiga tahapan tersebut yang paling
penting sebelum memproduksi sebuah program acara adalah tahapan pra
produksi. Karena tanpa adanya tahapan pra produksi sebuah acara tersebut
tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal dan yang pasti segala
sesuatunya akan berantakan dan tidak terkonsep. Maka dari itu sangat penting
pra produksi agar apa yang akan diproduksi sesuai dengan tema yang
diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dibutuhkan perumusan
masalah yang bertujuan untuk upaya membatasi penelitian agar lebih terarah
dan tidak terlalu luas, namun tetap dalam fokus yang diharapkan dan yang
telah ditentukan sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimanakah proses produksi sitkom Kosan Udara periode Januari-Juni
2017?
b. Adakah perbedaan dan kesamaan proses produksi sitkom Kosan Udara
dalam periode Januari-Juni 2017?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas bahwa penelitian ini memiliki
tujuan, yaitu untuk mengetahui bagaimana tahapan produksi Situasi Komedi
Kosan Udara RRI Pro 2 FM Bandar Lampung dan bagaimana perbedaan dan
kesamaan proses produksi sitkom Kosan Udara periode Januari – Juni 2017
yang meliputi:
8
a. Persiapan produksi,
b. Proses produksi, dan
c. Pasca produksi.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Secara Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi
penelitian lanjutan.
2. Memperkaya kajian komunikasi di bidang penyiaran radio.
b. Secara Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
informasi dan masukan terhadap pembaca tentang proses produksi
siaran radio.
2. Untuk RRI Bandar Lampung, diharapkan penelitian ini menghasilkan
panduan tentang proses produksi siaran radio dari sisi akademis yang
dapat dijadikan rujukan dalam proses produksi program berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai
perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian
terdahulu ini menggunakan hasil penelitian lain yang relevan dalam
pendekatan permasalahan penelitian. Peneliti dapat mempelajari hal hal
keperluan penelitian dari beberapa penelitian lain untuk menghindari plagiat
ataupun pengulangan penelitian.
Berikut ini merupakan penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam
melakukan penelitian yaitu: “Pengaruh Narsisme dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia
(LPP RRI) Bandarlampung” oleh Alnia Puastri Saras (2016), “Produksi
Program Radio:Analisis Program Sindo Pagi di Radio Sindo Trijaya FM”
oleh Lisna Okdiana (2013), “Analisis Produksi Program “Negeri Indonesia”
Produksi TVRI Lampung (Studi Kasus TVRI Lampung) oleh Selly Tri
Damayanti Azril (2016), serta “Representasi Perempuan Maskulin Sebagai
Perlawanan Terhadap Patriarki Dalam Sitkom Ok-Jek” oleh Luna Safitri
(2016).
10
Berikut peneliti gambarkan tabel penelitian terdahulu dibawah ini.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti Perbedaan Penelitian Kontribusi
bagi Peneliti
1 Pengaruh Narsisme
dan Stres Kerja
Terhadap Kinerja
Pegawai Pada
Lembaga Penyiaran
Publik Radio
Republik Indonesia
(LPP RRI) Bandar
Lampung
Alnia Puastri
Saras
(Manajeman
FEB Universitas
Lampung 2016)
Penelitian ini memiliki
fokus padapengaruh
narsisme dan stress kerja
menggunakan metode
kuantitatif.
Menjadi masukan
peneliti untuk
mendapatkan
gambaran tentang
SDM RRI
Bandarlampung yang
bertujuan menambah
referensi dalam
manajemen pegawai
dalam memproduksi
program siaran radio
2 Analisis Produksi
Program “Negeri
Indonesia” Produksi
TVRI Lampung
(Studi Kasus TVRI
Lampung)
Selly Tri
Damayanti Azril
(Ilmu
Komunikasi
FISIP
Universitas
Lampung 2016)
Memiliki perbedaan dalam
sisi objek penelitian yakni
program produksi televisi.
Menjadi referensi
dalam tahapan analisis
produksi program pada
media massa
3. Produksi Program
Radio:Analisis
Program Sindo Pagi
di Radio Sindo
Trijaya FM
Lisna Okdiana
(Fakultas Ilmu
Dakwah dan
Ilmu
Komunikasi
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta 2013)
Memiliki perbedaan dalam
sisi objek penelitian yakni
Radio Sindo Trijaya FM
Menjadi referensi
dalam tahapan analisis
yang lebih spesifik,
yaitu produksi program
radio
4. Representasi
Perempuan Maskulin
Sebagai Perlawanan
Terhadap Patriarki
Dalam Sitkom OK-
Jek
Luna Safitri
Salsabil (Ilmu
Komunikasi
Universitas
Sultan Ageng
Tirtayasa 2016)
Perbedaan terdapat pada
metode analisis, dalam
penelitian ini menggunakan
semiotika
Referensi dalam
analisis penelitian
mengenai situasi
komedi
Sumber: Penelitian (2017)
2.2 Tinjauan Tentang Radio Sebagai Media Massa
Radio siaran (broadcasting radio) adalah salah satu jenis media massa yang
merupakan sarana atau saluran komunikasi massa (Channel of mass
communication), seperti halnya surat kabar, majalah atau televisi, dalam hal
ini ciri khas radio adalah auditif yakni dikonsumsi di telinga oleh
pendengarnya “apa yang dilakukan radio adalah memperdengarkan suara
11
manusia untuk mengutarakan sesuatu”, sedangkan kemampuan indra
pendengar dalam menyerap informasi sangat terbatas, hanya sekitar 5-10%
dari keseluruhan informasi yang ia dengarkan. (Masduki, 2000 : 147).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, W.J.S. 1995: 808),
Radio adalah siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara. Sedangkan
radio – tepatnya radio siaran (broadcasting radio) – merupakan salah satu
jenis media massa (mass media), yakni sarana atau saluran komunikasi massa
(channel of mass communication), seperti halnya surat kabar, majalah, atau
televisi. Ciri khas utama radio adalah auditif, yakni dikonsumsi telinga atau
pendengaran. “Apa yang dilakukan radio adalah memperdengarkan suara
untuk mengutarakan sesuatu.
Bahkan media radio dipandang sebagai kekuatan kelima (the fifth state)
setelah lembaga Eksekutif (Pemerintah), Legislatif (Parlemen), Yudikatif
(Lembaga Peradilan), dan Pers atau Surat Kabar (Romli, 2004: 19).
Onong Uchyana Effendi, menyebutkan, dalam buku yang berjudul
”Introduction to radio and television” yang ditulis oleh David C. Philip, John
M. Grogan dijelaskan bahwa penemuan bagi kemajuan radio adalah berkat
ketekunan orang cendekiawan muda, diantaranya adalah seorang ahli ilmu
alam berkebangsaan Inggris bernama James Mazwell yang mendapat julukan
“Scientific Father of Wireless“ berhasil menemukan rumus - rumus yang
diduga mewujudkan gelombang elektro magnetise, yaitu gelombang yang
digunakan radio dan televisi.
12
2.3 Fungsi dan Tujuan Radio
1. Fungsi Radio
Setiap siaran pada dasarnya memiliki fungsi tertentu yang menyebabkan
informasi memiliki makna bagi khalayaknya. Radio harus menyatukan
dengan situasi aktual di sekitar radio itu berada, tidak membawa kultur
lain yang menyebabkan dislokasi sosial atau elitisme. Secara skematis
peran sosial radio sebagai institusi di ruang publik sebagai berikut :
a. Sosialisasi
1) Menyebarkan informasi dan hiburan yang membuat optimisme
serta menjalin interaksi dialogis antar pendengar.
2) Menjalin komunikasi untuk saling berkarya, mengubah berbagai
persepsi dan kecurigaan yang tidak perlu.
b. Aktualisasi
1) Menyegarkan memori pendengar terhadap peristiwa aktual dan
momentum yang penting dengan kehidupan.
2) Mengagendakan masalah-masalah sosial agar menjadi isu dan
keprihatinan bersama ketimbang masalah personal.
c. Advokasi
1) Mendesak makin terbukanya kebijakan politik-ekonomi bagi
partisipasi seluruh lapisan pendengarnya.
2) Mediasi antar berbagai pihak yang sedang berkonflik sehingga
muncul solusi damai dan saling menguntungkan (Masduki, 2004:
10 -11).
13
2. Tujuan Radio
Tujuan penyiaran program di radio siaran secara tradisional adalah untuk
memberikan informasi kepada masyarakat (to inform), memberikan
pendidikan (to educate), memberikan hiburan (to entertaint), memberikan
dorongan perubahan diri (provide self change) dan memberikan sensasi
(giving sensation) (Masduki, 2004: 26). Dari beberapa tujuan di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat (to inform)
Bagi pemerintah di negara-negara berkembang, radio masih dianggap
sebagai media komunikasi yang vital. Radio dipandang mampu
menyebarkan informasi pembangunan kepada masyarakat secara
cepat, murah dan luas jangkauannya. Hambatan teknis radio relatif
kurang berarti dan pendengar radio tidak terlalu dituntut untuk
mempunyai tingkat pendidikan tinggi (Chusmeru, 2001: 91).
b. Memberikan pendidikan (to educate)
Oemar Hamalik mengemukakan : “radio is powerful education tool,
teacher can use it effectively at all educational levels and in nearly all
phase education” Pendapat tersebut menunjukkan bahwa radio
merupakan suatu pendidikan yang digunakan secara efektif untuk
seluruh level dan passé pendidikan (Basyiruddin dan Asnawir, 2002 :
83).
c. Memberikan hiburan (to entertain)
Salah satu program siaran di radio adalah hiburan yang berupa
kesenian, musik, sandiwara, dan lain sebagainya, yang bertujuan untuk
memberikan hiburan bagi pendengar nya.
14
d. Memberi dorongan perubahan diri (provide self change)
Radio dalam menyajikan acara yang sifatnya religius bisa memberikan
dorongan seseorang untuk mengambil keputusan guna memperbaiki
posisinya/dirinya dalam kehidupan.
e. Memberikan sensasi (giving sensation)
Radio juga bertujuan memberikan sensasi, artinya pendengar bisa
terpuaskan oleh acara yang ditampilkan di radio (kepuasan psikologis).
2.4 Tinjauan Tentang Program Acara Radio
Program Acara Siaran radio menurut Harley Prayudha (Harley, 2006:75) di
Indonesia ada beberapa bentuk program siaran yang sangat popular, antara
lain Siaran Hiburan. Aspek Siaran hiburan ini dalam program radio yakni
drama, program musik, program humor, kuis. Drama menurut Moulton adalah
hidup yang ditampilkan dalam gerak (life presented in action). Teknik teknik
drama bisa digunakan dalam beberapa program termasuk dokumentaria, yaitu:
a. Untuk meningkatkan perhatian
b. Untuk memanusiakan cerita
c. Untuk menirukan situasi kehidupan yang nyata
d. Untuk mengkaitkannya dengan pendengar
e. Untuk melibatkan emosi pendengar
Drama atau sandirwara radio yang bagus dapat memikat banyak pendengar.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui dalam produksi drama di radio:
a. Tindakan (Action)
Mengingat bahwa radio bukan media gambar, maka action harus
digambarkan dengan kata-kata melalui suara. Contohnya, gemuruh suara
15
tepuk tangan, teriakan atau riuhnya penonton saat pertandingan bola
basket.
b. Dialog (Dialogue)
Berkata-kata adalah sangat penting dalam drama radio agar alasan mudah
dimengerti. Contohnya, darah yang keluar dari pelipis dilontarkan oleh
penyiar atau percakapan dalam sebuat sudut perkelahian.
c. Alur cerita (Plot)
Alur Cerita adalah bentuk kisah. Seluruh tindakan dan dialog harus
dikembangkan, misalnya beberapa adegan dalam tindakan atau dialog
harus sesuai sepanjang alur cerita dan harus menguatkan pesan. Awal,
tengah dan Akhir (Beginning, Middle, dan End). Biasanya drama
mempunyai urutan kejadian dan kesimpulan. Walaupun elemen-elemen
dramatik dalam produksi drama radio tidak selalu harus komplit dan urut
dari awal, tengah hingga akhir, namun paling tidak harus ada penyelesaian
dan pemecahan masalahnya.
d. Konflik (Conflict)
Konflik dalam sebuah drama tidak harus selalu terjadi pada dua orang
saja. Konflik dapat terjadi atas perjuangan seseorang untuk mengatasi
pusingnya permasalahan. Siaran drama di radio merupakan suatu upaya
untuk menyampaikan pesan-pesan kepada pendengar. Siaran drama
bersambung akan sangat berhasil memikat pendengar untuk mengikuti nya
dan seakan menjadi seperti bagian dari kehidupan pendengar. Bentuk
penyajian acara drama biasanya meliputi pemaparan hal-hal penting dalam
pendukung konflik antara masalah dan tokoh yang dihadapkan pada
16
risiko-risiko. Bagian ini merupakan bagian yang paling panjang dari suatu
naskah sandiwara radio, selain itu segmen ini juga menjelaskan
perkembangan karakter para pelaku yang semakin matang. Selanjutnya,
konflik mencapai puncak (klimaks) dan terjadi keseimbangan dalam suatu
penyelesaian yang dramatis. Sedangkan antiklimaksnya berupa
penyelesaian artistik yang memberikan aksentuasi pada pesan yang
menjadi dasar naskah sandiwara tersebut.
2.5 Tinjauan Tentang Proses Produksi Acara Siaran Radio
Dalam penelitian Lisna Okdiana (2013) menurut Fred Wibowo (2007:39),
produksi siaran adalah keterampilan dalam memadukan wawasan, kreatifitas
dan kemampuan mengoperasikan peralatan produksi. Produksi merupakan
kunci dalam aktivitas di radio siaran. Tahapan pelaksanaan produksi
dilakukan berdasarkan semua kegiatan materi siaran yang telah disiapkan,
pelaksanaannya dari awal siaran hingga akhir siaran. Proses produksi juga
terbagi menjadi on air atau yang disiarkan secara langsung dan off air atau
rekaman suara siaran. Pada umumnya stasiun radio hampir tidak pernah
melibatkan pihak luar dalam proses produksinya. Memproduksi program radio
memerlukan kemampuan dan keterampilan sehingga menghasilkan program
yang menarik didengar.
Adapun tahapan dari proses produksi acara siara radio menurut Fred Wibowo
(2007:39-45) adalah:
a. Pra Produksi
Pra produksi merupakan tahapan awal sebelum melakukan proses
produksi suatu acara radio.
17
Yang termasuk dalam proses pra produksi antara lain:
1. Penentuan Tema
Penentuan tema merupakan bagian yang penting, karena biasanya hal
inilah yang menentukan apakah pendengar tertarik atau tidak dengan
acara tersebut. Tema berita yang ingin diangkat haruslah memiliki
potensi untuk menarik perhatian pendengar, agar dapat terus mengikuti
program yang disiarkan. Misalnya mengangkat tentang berita yang
sedang hangat dibicarakan orang.
2. Mencari Narasumber
Memilih narasumber yang kompeten dan ahli di bidangnya yang
relevan dengan topik yang dibahas. Contohnya topik kesehatan,
biasanya narasumber datang dari kalangan dokter atau topik politik
dengan narasumber dari praktisi politik atau pengamat politik.
3. Mengumpulkan data dan informasi
Untuk membantu penguasaan tema, kita harus mencari sumber
informasi yang tepat. Sumber data dan informasi bisa didapatkan
melalui surat kabar, internet, dokumen atau file, serta dapat pula dicari
melalui kantor berita.
4. Menentukan musik pendukung
Untuk menambah variasi dan menghilangkan kejenuhan pendengar,
maka dipersiapkanlah musik pendukung. Musik disiapkan oleh
seorang penyelia musik atau biasa disebut music director, yang
bertugas dan bertanggung jawab menentukan konsep musik, baik
musik latar belakang, ilustratif, maupun sound effect.
18
5. Penulisan Naskah
Menulis naskah merupakan tugas dari seorang script writer , yang
menulis dan merancang naskah acara secara lengkap dan kreatif. Script
writer menulis keseluruhan rundown acara sebagai acuan dalam proses
produksi dan juga menulis teks yang dibacakan oleh penyiar.
b. Produksi
Produksi acara siaran radio merupakan proses produksi berdasarkan
karakteristik radio guna meningkatkan mutu suatu produk acara radio,
yaitu pesan dalam bentuk acara yang dipublikasikan melalui gelombang
frekuensi yang dapat diterima pendengar. Dalam proses produksi suatu
program, ada dua cara yang bisa digunakan, yaitu:
1. Live atau Siaran Langsung
Suatu program yang disiarkan secara langsung, biasanya dimulai dan
diakhiri sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Siaran langsung
dapat diselenggarakan di dalam studio atau di luar studio, tergantung
dari acara yang akan disiarkan secara langsung tersebut berada
dimana. Misalnya acara tersebut adalah upacara pengibaran bendera
tanggal 17 Agustus yang diadakan di halaman istana negara, maka kru
studio akan menaruh studio mini atau Outside Broadcasting Van (OB
Van) disana. Artinya peralatan audio yang dibutuhkan dibawa di istana
negara termasuk pesawat pemancar untuk mengirim sinyal acara ke
stasiun induk untuk disebar luaskan ke seluruh wilayah jangkauan
pemancar.
19
Pada siaran langsung peralatan yang dibawa minimal adalah mic,
mixer audio, amplifier, alat perekam tape recorder?kaset recorder,
kaset player, pesawat pemancar lengkap dengan antenanya dan
peralatan pendukung seperti kabel power, kabel audio dan genset.
Prosesnya kurang lebih sebagai berikut : Reporter melaporkan apa
yang dilihat dan jalannya upacara di depan mic yang dihubungkan ke
mixer, pada mixer dicampur dengan suara musik perjuangan.
Kemudian output mixer disalurkan ke amplifier untuk diperkuat dan
disalurkan ke tape recorder untuk direkam dan ke pemancar untuk
dipancarkan ke studio pusat melalui antena directional dan langsung
diterima antena stasiun pusat dan diteruskan ke pemancar pusat untuk
disiarkan secara luas.
2. Taping atau Rekaman
Siaran rekaman merupakan siaran yang proses produksinya dilakukan
dahulu baru kemudian pada hari berikutnya disiarkan. Jadi proses
produksinya dilakukan di studio rekaman sehingga dihasilkan produk
penyimpan audio seperti kaset, CD atau naskah. Untuk siaran rekaman
peralatan yang tidak dibawa hanya pesawat pemancarnya karena akan
disiarkan lain waktu. Prosesnya kurang lebih sama dengan siaran
langsung tetapi hanya direkam di tape recorder, tidak dikirim ke
pesawat pemancar. Hasil rekamannya akan dibawa ke studio untuk
disempurnakan dan penyiarannya dilakukan dengan cara memutar
kembali tape hasil rekaman yang sudah disempurnakan dan output
tape recorder-nya disalurkan ke pemancar untuk disalurkan secara
20
luas. Rekaman merupakan cara lain yang digunakan oleh radio dalam
menyiarkan sebuah program. Suatu program yang dilakukan secara
rekaman akan melalui proses editing terlebih dahulu sebelum akhirnya
disiarkan (Sri Sartono, 2008: 160).
c. Pasca Produksi
Tahap terakhir dalam proses produksi sebuah program acara adalah pasca
produksi. Dalam tahap pasca produksi untuk proses produksi siaran
langsung biasanya hanya terdiri dari evaluasi, lain halnya untuk proses
produksi rekaman yang biasanya terdiri dari evaluasi dan editing. Evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan mengetahui hasil dari
kegiatan produksi yang telah dilakukan terkait dengan penyiaran. Evaluasi
juga dijadikan bahan penilaian agar produksi untuk selanjutnya bisa
dilakukan lebih baik lagi. Evaluasi terhadap kegiatan produksi dan
penyelenggaraan acara siaran dilakukan dengan 3 cara, yakni:
1. Evaluasi kualitas produksi, evaluasi terhadap kualitas teknis yang
dimaksudkan untuk mengukur kejernihan suara dan hal lain yang
menyangkut teknis produksi atau penyajian oleh seorang penyiar.
Evaluasi ini bisa juga untuk mengukur kinerja petugas atau
penyelenggara acara siaran, apakah sudah sesuai dengan prinsip
profesionalitas.
2. Evaluasi biaya produksi, untuk mengukur soal biaya apakah cukup
efisien untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan produksi siaran.
3. Evaluasi khalayak, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana jumlah
khalayak yang mendengarkan serta bagaimana reaksinya terhadap
21
suatu acara siaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara sederhana,
yaitu:
a) Menghimpun atensi, berupa surat tanggapan maupun telepon dari
pendengar.
b) Diskusi dengan kelompok khusus dengan cara mengundang atau
mendatangi kelompok – kelompok masyarakat untuk mengetahui
reaksi dan keinginannya terhadap suatu siaran.
c) Dapat pula dilihat pada partisipasi pendengar dalam sebuah acara,
melalui surat berisi jawaban kuis, telepon interaktif, sms pada
acara request lagu dan dari hubungan via telepon dengan
pendengar.
Selanjutnya tahap editing, editing biasanya dilakukan dilakukan
dengan cara memotong dialog yang tidak diperlukan untuk disiarkan.
Setelah semua dialog yang tidak diperlukan sudah diedit, berikutnya
diberi sound effect. Hal ini diperlukan untuk mengatasi latar belakang
suara yang patah-patah sebagai hasil editing. Secara umum sound
effect meliputi: Background Sound, misalnya suara angin, air, burung
agar mampu memberi kesan tertentu bagi pendengar. Hard Effect,
meliputi suara keras seperti ledakan senjata, tabrakan mobil,
buka/tutup pintu. Folley, yaitu merekayasa suara dengan cara tertentu
agar menyerupai suara yang diinginkan, seperti suara langkah kaki.
Musik ilustrasi, biasanya diambil dari musik – musik instrumen.
Setelah kedua hal ini selesai dilakukan maka acara siap untuk
disiarkan (FR. Sri Sartono, 2008 : 171).
22
2.6 Tinjauan tentang Format Program Radio
Dalam penyajian siaran radio, ada dikenal istilah yang disebut format.
Menurut Pringle-starr mcCavitt (1991) seperti dikutip Morissan (2005: 108),
the programming of most stations is dominated by one principle content
element or sound, know as format (format sebagian besar stasiun radio di
dominasi oleh satu elemen isi atau suara yang utama yang dikenal dengan
format). Pengertian format program mengacu pada perencanaan, penyajian
suatu program yang didasari isi materi siarannya. Format produksi
mengandung pengertian bagaimana suatu program disajikan secara tekniknya.
Sedangkan format siaran atau lebih dikenal dengan format stations dapat
dimaknai sebagai bentuk kepribadian suatu stasiun penyiaran radio
sebagaimana dapat didengarkan dari program siarannya. Untuk menjelaskan
secara detailnya, berikut dapat dilihat format- format radio di bawah ini;
1. News/ Berita, format penyajian siarannya porsi dominannya adalah berita
dan program – program interview. Contoh segala isu aktual seputar politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya.
2. Talk/Bincang-Bincang, format yang memfokuskan mengenai topik atau
isu-isu aktual untuk diperbincangkan.
3. Adult contempory, format ini berisi lagu- lagu yang dikhususkan kepada
pendengar dewasa dengan kisaran usia 25 hingga 45 tahun, yang diselingi
info politik,ekonomi, dan budaya.
4. Top 40, format yang dikhususkan pendengar muda dengan rentan usia 12
sampai 21 tahun. Kriteria lagunya pop terbaru atau new entry yang
terdaftar dalam deretan 40 tangga lagu.
23
5. Album Oriented Rock, format didasarkan pada album- album yang
bergenre rock.
6. Dangdut, format musiknya full dangdut dan melayu.
7. Pop Indonesia, materi siarannya mengenai lagu- lagu pop Indonesia.
8. Humor, materi siarannya cenderung humor dan mengandung unsur lucu.
2.7 Tinjauan tentang Faktor Daya Tarik Program Siaran Radio
Menurut Naiza Rosalia (2009) terdapat 4 faktor penting yang menjadi daya
tarik stasiun radio:
a. Faktor Program Siaran
Untuk memiliki keseluruhan program siaran yang dapat dinikmati oleh
target segmennya harus termasuk unsur-unsur dalam faktor ini yaitu
kualitas pemancar dimana pendengar dapat mendengarkan isi siaran
dengan jelas dan nyaman, musik/lagu yang diputarkan pun harus yang
disukai oleh pendengar dimana dalam hal ini music director perlu melihat
lagu apa saja yang sedang banyak diputarkan di televisi, hal ini
dikarenakan terpaan acara musik di TV ini tidak dapat diacuhkan begitu
saja oleh music director maupun praktisi radio, jika kita berkaca pada
fenomena yang terjadi di televisi, newsletter AC Nielsen bulan Agustus
2008 mengatakan bahwa pemirsa televise hanya menghabiskan 10% dari
2 jam 42 menit waktu menonton setiap harinya untuk menonton program
informasi. Sementara 25% dihabiskan untuk program hiburan. Hal ini
menunjukkan bahwa televisi sebagai media massa yang mempunyai
berbagai fungsi salah satunya adalah untuk menyampaikan informasi,
24
ternyata secara prosentase lebih banyak digunakan oleh pemirsanya untuk
mencari hiburan semata.
Begitu juga dengan program siaran yang harus memberikan program yang
disukai oleh pendengarnya, program siaran yang paling disukai adalah
program request yaitu 47,91% responden tertarik pada program request.
Dari prosesntase ini dapat dilihat bahwa pendengar semarang menyukai
program dimana pilihan lagunya diputarkan di radio, hal ini juga
menunjukkan bahwa lagu masih memegang peranan penting. Selanjutnya
yang terakhir dalam faktor ini adalah games atau kuis, permainan yang
dilakukan oleh penyiar dimana di dalam games tersebut berarti ada
interaksi dan hadiah yang diberikan, kedua hal ini perlu diperhatikan
karena berarti pendengar menyukai interaksi yang menantang mereka dan
juga hadiah yang mereka bisa dapatkan, hal ini menuntut tim kreatif radio
untuk terus mengeksplor bentuk games maupun peka terhadap hadiah-
hadiah yang memang diinginkan oleh target pendengarnya.
b. Fakor Materi Siaran
Di dalam faktor yang kedua ini yang mempunyai nilai faktor loading
tertinggi adalah penyiar, penyiar disini adalah salah satu elemen siaran
yang sangat membutuhkan materi siaran, bahkan penyiar sendiri adalah
materi siaran karena penyiarlah yang menyampaikan apapun tentang hal
yang ingin disampaikan bersangkutan dengan program, baik informasi
iklan, informasi mengenai lagu ataupun promosi stasiun radio tersebut, hal
ini yang membuat penyiar radio adalah materi siaran itu sendiri.
25
Posisi brand dimana lebih menitik beratkan pada usia brand tersebut
dimana hal ini juga akan berpengaruh pada materi siaran yang
diungkapkan oleh penyiar. Sebagai contoh, jika radio tersebut baru maka
penyiar akan terus menerus melakukan promosi agar target pendengarnya
dapat mendengarkan siarannya, namun jika radio tersebut baru hal ini juga
dapat dijadikan materi siaran dengan cara yang diucapkan oleh penyiar
lebih mengarah ke menjaga agar brand radionya terus diingat oleh
pendengar yang sudah ada dan dapat menjaring pendengar baru.
c. Faktor Audio Environment
Atmosfer atau environment on air harus dikondisikan dengan indah,
karena bisnis siaran radio adalah “bisnis telinga” maka segala suatu yang
berhubungan audio juga harus indah, keberadaan efek suara dan feature
lah yang akan memperindah on air. Kedua hal ini sifatnya adalah
pelengkap atau bisa dikatakan sebagai variasi dalam siaran radio. Efek
suara digunakan untuk melengkapi sebuah drama atau games atau pada
saat penyiar bercerita tentang sesuatu, karena radio sifatnya audio maka
efek suara ini akan membantu pendengar untuk memvisualisasikan apa
yang sedang disiarkan, efek suara membantu pendengar untuk mengetahui
latar belakang cerita. Selain itu terkadang efek suara juga dapat digunakan
untuk menambah sisi humor dari penyiar atau games yang sedang
dibawakan oleh penyiar. Jadi efek suara ini dapat menambah kekayaan
audio pada saat siaran.
26
d. Faktor Brand Activation
Di faktor yang keempat ini cukup unik, karena ketiga variabel yang
termasuk di dalamnya, yaitu radio streaming, off air dan endorser, dapat
dikatakan tidak bersinggungan secara langsung dengan on air oleh karena
itu disebut sebagai brand activation karena ketiga hal inilah yang akan
mendukung dan memperkuat brand suatu stasiun radio. Radio streaming
misalnya, walaupun menyiarkan on air namun kali ini dilakukan melalui
web, tapi keberadaan radio streaming dalam faktor ini menandakan bahwa
pendengar radio di Semarang mulai akrab dengan teknologi ini, mereka
sudah aware dengan keberadaan radio streaming, dimana mereka dapat
mendengarkan radio tanpa perangkat radio, namun yang mereka perlukan
hanyalah koneksi internet.
2.8 Landasan Teori
Teori penyusunan pesan menggambarkan skenario yang lebih komplek,
dimana pelaku komunikasi benar benar menyusun pesan yang sesuai dengan
maksud mereka dalam situasi yang mereka hadapi. Teori produksi pesan oleh
Stephen W Littlejohn (2000:199) dalam bukunya Theories of Human
Communication dan Katrine Miller (2002:120) dalam bukunya
“Communication Theories : Perspectives, Processes and Contexts” edisi
kedua pada bab 7 terdapat teori “Plain and Goals Theory”.
Pengembangan teori produksi pesan ini mempertimbangkan perencanaan
dan tujuan. Teori ini memberikan kerangka pemahaman tentang
struktur kognitif dan bagaimana mereka mempengaruhi struktur verbal dan
27
perilaku non verbal. Menurut Miller (2005:116) konsepsi mengenai tujuan dan
rencana sering dilakukan untuk menjelaskan bagaimana memahami perilaku
orang lain dan tindakan simbolisnya dalam teks naratif. Dalam hal ini terdapat
tiga aspek tentang konsep tujuan terkait area kerja teori ini, yaitu: pertama
individu akan mempunyai beraneka ragam tujuan dalam berbagai interaksi.
Dalam hal ini, menurut Onong Uchjana (1990:121) memberikan pertimbangan
beberapa tujuan dengan membedakannya antara tujuan primer dan tujuan
skunder. Tujuan primer ditetapkan pada situasi yang komunikatif untuk
menyempurnakan interaksi. Contohnya, seseorang yang mungkin mempunyai
tujuan untuk mengubah sikap, menghibur, mendapatkan kebutuhan. Tujuan
primer ini memberikan dorongan atau motivasi dalam berinteraksi. Sebaliknya
tujuan skunder sering menyediakan kekuatan pada tujuan primer dan biasanya
bersangkutan dengan isu terkait.
Yang kedua, meliputi tujuan yang belum jelas yang mempengaruhi interaksi.
Dan yang terakhir, menyangkut cara dimana tujuan itu dibentuk dan
diaktifkan dalam system kognitif. Teori perencanaan yang dikemukakan
Bergers memberikan penjelasan tentang bagaimana rencana dibuat dan
dirumuskan. Teori perencanaan dalam bidang komunikasi dibuat oleh Charles
Berger untuk menjelaskan proses individu melakukan perencanaan dalam
perilaku komunikasi mereka (Littlejohn, 2008:126).
Perencanaan adalah proses berfikir atas rencana aksi. Karena komunikasi
sangat penting untuk mencapai tujuan. Teori yang berangkat dari psikologi
28
sosial ini juga dapat menjelaskan tentang proses proses yang berlangsung
dalam diri manusia dalam proses komunikasi yakni ketika proses membuat
pesan dan proses memahami pesan. Manusia dalam proses menghasilkan
pesan melibatkan proses yang berlangsung secara internal dalam diri manusia
seperti proses berfikir, pembuatan keputusan, sampai dengan proses
menggunakan symbol. Demikian pula dalam proses memahami pesan yang
diterima, manusia juga menggunakan proses psikologis seperti berfikir,
memahami, menggunakan ingatan jangka pendek dan panjang hingga
membuat suatu pemaknaan. Pendekatan psikologis social memberi perhatian
terhadap aspek diri manusia. Proses komunikasi manusia merupakan proses
yang berlangsung dalam diri manusia.
Menurut Onong Uchjana (2003:265), Wilburn Scharmm mengatakan dalam
sebuah pertanyaannya yang terkenal bahwa seorang komunikator dapat
menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang
pastif tidak berdaya. Tetapi kemudian dalam karya tulisnya yang diterbitkan
awal tahun 1970-an Schramm meminta kepada para peminatnya agar teori
peluru komunikasi itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yang menjadi
sasaran media itu ternyata tidak pasif.
Ia kemudian merupakan orang pertama yang mengubah model Shannon and
Weaver. Ia memiliki konsep decoding dan encoding sebagai aktifitas yang
dilakukan secara simultan oleh pengirim dan penerima, Wilbur juga membuat
ketentuan ketentuan untuk pertukaran dua arah pesan. Schramm memberikan
gagasan tambahan “fields of experience”, atau kerangka acuan psikologis, hal
29
ini merujuk pada jenis orientasi atau sikap dari interactants (orang yang
berinteraksi) mempertahankan terhadap satu.
Dalam model Schramm dia mencatat, seperti yang dilakukan Aristoteles,
komunikasi selalu membutuhkan tiga elemen – sumber, pesan dan tujuan.
Idealnya, sumber encode pesan dan mengirimkannya ketempat tujuan mulai
beberapa saluran, dimana pesan telah diterima dan diterjemahkan. Namun
mengambil aspek-aspek sosiologis yang terlibat dalam komunikasi menjadi
pertimbangan, Schramm menunjukkan bahwa untuk memahami
berlangsungnya antara sumber dan tujuan, mereka harus memiliki sesuatu
yang sama. Jika sumber dan tujuan bidang tentang pengalaman tumpang
tindih, komunikasi dapat terjadi. Jika tidak ada tumpang tindih, atau hanya
sebuah area kecil yang sama, komunikasi sulit.
Gambar 2.1 Model Komunikasi Wilbur Schramm
Sumber: http://www.shkaminski.com/Classes/Handouts/Communication%20Models.html
30
Dalam hal ini proses penyanmpaian pesan terlebih dahulu melalui proses
produksi. Produksi program televisi adalah suatu proses kerjasama tim untuk
menciptakan sebuah tayangan yang berkualitas dan bermanfaat. Dalam
penelitian ini peneliti merujuk pada tahapan-tahapan produksi televisi yang
dikemukakan oleh Fred Wibowo (2007) dalam buku Teknik Produksi
Program Televisi.
Menurut Fred Wibowo (2007: 39-45), terdapat tiga tahapan dalam proses
produksi sesuai Standard Operational Procedure (SOP), yaitu pra produksi,
produksi dan pasca produksi.
1. Pra Produksi
Ini merupakan tahap yang sangat penting, sebab jika pada tahapan ini
direncanakan secara rinci dan baik, maka proses produksi akan berjalan
dengan lancar sesuai yang diharapkan.Tahap pra produksi meliputi tiga
bagian, yaitu:
a. Penemuan Ide
Pada tahap ini, produser akan menemukan ide atau gagasan, yang
kemudian akan dibuat riset bersama timnya dan menuliskan naskah
atau meminta bantuan kepada penulis naskah untuk mengembangkan
gagasannya tersebut.
b. Perencanaan
Pada tahapan ini, segala perencanaan seperti pemilihan artis atau
talent, perencanaan biaya, lokasi, dan crew. Dan juga menentukan time
schedule.
31
c. Persiapan
Pada tahapan ini, produser akan menyelesaikan pemberesan semua
kontrak dan surat menyurat. Meneliti dan melengkapi segala peralatan
yang kurang.
2. Produksi
Setelah perencanaan dan persiapan sudah betul, maka akan dilaksanakan
proses produksi. Dan selama proses produksi berlangsung, produser akan
ikut terlibat, untuk menentukan agar program yang dibuatnya berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan.
3. Pasca Produksi
Pada tahapan ini akan berlangsung proses editing dalam program yang
ditayangkan secara tapping. Namun jika program yang ditayangkan secara
live maka akan dilakukan evaluasi setelah program berakhir yang
tujuannya untuk memperbaiki kesalahan, sehingga tidak terulang esok
hari. Adapun dalam tahapan ini, terdapat dua macam teknik editing, yaitu:
Editing dengan teknik analog atau linier, dan Editing dengan teknik digital
atau non linier dengan komputer.
a. Editing Offline dengan Teknik Analog
Setelah proses shooting kelar, script boy/girl membuat logging, yaitu
mencatat kembali segala hal yang diambil pada saat proses shooting
berlangsung, berupa digit frame, detik, menit dan jam dimunculkan
dalam gambar, berdasarkan catatan shooting dan gambar. Kemudian
materi-materi tersebut akan dipilih oleh sutradara yang kemudian akan
32
dibuat editing kasar atau editing offline. Proses berikutnya merupakan
proses editing script, yaitu proses berlangsungnya editing naskah yang
sebelumnya sudah dilengkapi dengan dubbing suara dan ilustrasi
musik. Kemudian hasil shooting asli akan diserahkan kepada editor
untuk dilakukan editing online.
b. Editing online dengan teknik analog
Editor akan menyambungkan setiap gambar persis berdasarkan catatan
time code dalam naskah editing. Editor akan memasukan sound asli
dengan level yang seimbang dan sempurna.
c. Mixing (pencampuran gambar dengan suara)
Dalam tahapan ini, editor akan memadupadankan musik dan sound
effect berdasarkan gambar yang telah ditentukan di dalam script.
Editor juga akan menggabungkan hasil dari narasi yang telah direkam
sebelumnya, yang kemudian akan dicocokkan berdasarkan gambar
hasil shooting menurut naskah. Setelah proses ini selesai, maka akan
dilanjutkan dengan proses preview, dalam proses ini biasanya akan
dilihat kekurangan yang terdapat dalam proses mixing, dan bila
terdapat hal-hal yang kurang cocok, maka akan dilakukan perubahan
atau tambahan kembali dalam proses mixing.
d. Editing offline dengan teknik digital atau non-linier
Dalam proses ini, editing akan berlangsung dengan menggunakan
komputer yang memiliki peralatan khusus untuk proses editing. Proses
ini akan diawali dengan mentransfer hasil gambar yang telah diambil
ke dalam hardisk komputer (capturing). Hasil gambar ini kemudian
33
akan disusun oleh sutradara ataupun reporter yang melakukan liputan
secara kasar. Setelah tersusun dengan baik dan sesuai berdasarkan
naskah, kemudian gambar-gambar ini akan dipersatukan agar dapat
terlihat secara utuh (render). Kemudian setelah proses tersebut selesai,
tanggung jawab akan diserahkan kepada editor untuk dilakukan
editing offline.
e. Editing online dengan teknik digital
Dalam tahapan ini, editor bertugas untuk melakukan mixing gambar
dengan ilustrasi musik, dubbing, serta sound effect berdasarkan
naskah. Setelah semua selesai, hasil editing online ini akan
dimasukkan kembali dari file menjadi gambar pada pita Betacam SP
atau pita dengan kualitas broadcast standard. Setelah program
dimasukan ke dalam pita, selanjutnya akan diserahkan kepada stasiun
televisi.
2.9 Kerangka Pemikiran
Radio tidak hanya sebagai media hiburan, melainkan dapat menjadi media
komunikasi massa. Dalam program siaran radio dapat terkandung fungsi
informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Program acara radio yang akan
saya teliti yaitu situasi komedi Kosan Udara di RRI Pro 2 FM Bandar
Lampung ini menceritakan kehidupan remaja sehari hari yang tinggal
disebuah kos kosan bernama Kosan Udara. Dalam program acara ini kita
dapat mendengarkan representasi realitas kehidupan, isu hangat yang sedang
ramai dibicarakan.
34
Dalam hal ini analisis deskriptif merupakan sebuah teori yang mampu
membantu peneliti memahami dan mengetahui bagaimana program acara
situasi komedi Kosan Udara diproduksi melalui proses penafsiran pada dialog
yang diperankan para tokoh sitkom Kosan Udara.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Sehingga
peneliti akan menjabarkan bagaimana proses produksi sebuah acara sitkom
Kosan Udara mulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi. Untuk
mendapatkan gambaran mengenai produksi program acara situasi komedi
Kosan Udara di RRI Pro 2 FM Bandar Lampung. Dari pemaparan diatas,
dapat digambarkan sebuah bagan untuk mempermudah memahami kerangka
pemikiran dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:
35
Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir Sumber: Peneliti,5 September 2017
RRI
Programa 2
(Programa Remaja)
Proses Produksi
Pra Produksi
1. Penentuan Tema
2. Mencari narasumber
3. Mengumpulkan data
4. Menentukan Musik
Pendukung
5. Penulisan Naskah
Produksi
1. Latihan
2. Rekaman /
Tapping
3. Editing
4. Review
Pasca Produksi
1. Evaluasi Kualitas
Produksi
2. Evaluasi Biaya
Produksi
3. Evaluasi Khalayak
Profil Proses Produksi Acara Sitkom Kosan Udara
RRI Pro 2 Bandar Lampung
Analisis Deskriptif
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi siaran acara radio situasi
komedi Kosan Udara RRI Pro 2 Bandar Lampung. Oleh karena itu, tipe
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif.
Penelitian kualitatif menurut Moleong (2004:145) adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian. Misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain,
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Dengan pendekatan kualitatif yang digunakan pada penelitian ini, diharapkan
dapat diperoleh gambaran yang lengkap dari permasalahan yang dirumuskan
dengan memfokuskan pada proses pencarian makna di balik fenomena yang
muncul dalam penelitian. Dengan harapan, agar informasi yang dikaji lebih
bersifat komprehensif, mendalam, alamiah, dan apa adanya.
37
3.2 Penentuan Informan
Subjek penelitian ini adalah proses proudksi siaran acara radio Situasi
Komedi Kosan Udara, sehingga peneneliti mempunyai simpulan bahwa
informan yang akan diteliti adalah tim produksi Kosan Udara yang meliputi
pegawai RRI Pro 2 Bandar Lampung.
Moleong (2004:146) menyatakan bahwa informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang latar penelitian. Jadi ia
harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia
“berkewajiban” secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun
hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan dengan
kesukaannya ia dapat memberikan pandangan dari segi orang-dalam tentang
nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar
penelitian setempat.
Menurut Spradley (dalam Moleong, 2004:147) informan harus memiliki
beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau
medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti dan ini
biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala
tentang sesuatu yang ditanyakan.
2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan
kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.
3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai
informasi.
38
4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau
dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan
informasi.
Informan dalam penelitian ini ditentukan beradasarkan salah satu teknik
penentuan infroman peneltian kualitatif yaitu purposive. Informan dipilih
menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kriteria ini harus sesuai
dengan topik penelitian. Mereka yang dipilih dianggap kredibel untuk
menjawab masalah penelitian.
3.3 Informan Penelitian
Informan adalah orang-orang yang secara langsung terlibat dalam produksi
Sitkom Kosan Udara seperti produser, penulis naskah, talent, dan editor.
Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
1. Informan Pra Produksi
Pada tahapan pra produksi, terdapat tiga informan yang merupakan
penyiar dan juga personil dari sitkom Kosan Udara yaitu Villy, Vara dan
Valdi. Dalam pra produksi, ketiga informan melakukan kegiatan pra
produksi.
2. Informan produksi
Pada tahapan produksi, yang menjadi informan adalah seluruh personil
kosan udara yaitu Viki, Vian, Valdi, Viko, Vara, Villy, Virland, Mas Vay
dan Ses Vany.
3. Informan pasca produksi
Pada tahapan pasca produksi, yang menjadi informan penelitian adalah
Viki dan Viko. Karena kedua informan inilah yang melakukan kegiatan
pasca produksi.
39
Pendekatan yang dilakukan peneliti dalam mendekatkan diri kepada para
informan penelitian adalah dengan upaya-upaya berikut ini:
1. Menghubungi kepala LPP RRI Bandar Lampung untuk menjelaskan
maksud dan tujuan melakukan penelitian.
2. Melibatkan diri dalam proses yang dimulai dari menentukan ide sampai
dengan tayang di udara (on air).
3. Melakukan wawancara secara mendalam kepada anggota tim produksi
Sitkom Kosan Udara.
Dengan upaya-upaya tersebut peneliti berusaha menciptakan kenyamanan
akan kehadiran peneliti di tengah-tengah kegiatan produksi. Dengan
demikian proses mendapatkan informasi akan menjadi lebih mudah dan
nyaman untuk dilakukan.
3.4 Fokus Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian kualitatif yaitu apa yang menjadi sasaran
peneliti dalam penelitiannya. Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul
dan topik penelitian tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan
masalah penelitian yaitu mengetahui proses produksi Sitkom Kosan Udara di
RRI Pro 2 Bandar Lampung yang dalam buku Fred Wibowo (2007:39),
produksi siaran adalah keterampilan dalam memadukan wawasan, kreatifitas
dan kemampuan mengoperasikan peralatan produksi.
Produksi merupakan kunci dalam aktivitas di radio siaran. Tahapan
pelaksanaan produksi dilakukan berdasarkan semua kegiatan materi siaran
yang telah disiapkan, pelaksanaannya dari awal siaran hingga akhir siaran.
40
Proses produksi juga terbagi menjadi on air atau yang disiarkan secara
langsung dan off air atau rekaman suara siaran. Secara garis besar proses
produksi acara terdiri dari pra produksi, produksi dan pasca produksi. Inilah
yang menjadi fokus penelitian di dalam penelitian ini.
3.5 Sumber Data
Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang digunakan, yaitu data primer
dan data sekunder.
1. Data Primer, yaitu data utama dalam penelitian yang akan diteliti. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik melalui
pengamatan sendiri, maupun melalui daftar pertanyaan yang telah
disiapkan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
wawancara dan jawaban dari daftar pertanyaan yang akan diajukan.
2. Data Sekunder, yaitu data yang mendukung data primer, mencakup data
lokasi penelitian dan data lain yang mendukung masalah penelitian. Data
sekunder diperoleh dari observasi dan literatur yang relevan dengan
penelitian yang sedang dilakukan.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan kedua sumber diatas, maka penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data, antara lain:
1. Wawancara mendalam (Indepth Interview), yaitu teknik mengumpulkan
data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada
informan. Peneliti dalam hal ini mempersiapkan daftar pertanyaan yang
relevan dengan tujuan penelitian yang berkaitan dengan efektifitas
41
tayangan Garage Life aplikasi modifikasi motor para biker kustom kultur.
Wawancara dilakukan kepada informan yang telah ditentukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang serupa. Dalam proses wawancara,
peneliti merekam dan atau mencatat hasil jawaban yang diberikan oleh
informan.
2. Observasi, adalah pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan
secara langsung ke tempat objek penelitian. Peneliti dalam hal ini
melakukan pengamatan langsung dengan cara ikut dalam proses produksi
Sitkom Kosan Udara Selanjutnya, peneliti mencatat hal – hal yang relevan
dengan tujuan penelitian.
3. Dokumentasi, di dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data dokumentasi dengan dokumen berupa catatan-catatan
lapangan, dokumentasi dan publikasi, serta sumber-sumber lainnya yang
relevan dan berkaitan dengan penelitian ini yang akan digunakan sebagai
pendukung hasil wawancara dan observasi.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Menurut Hastono (2007:132), Setelah data terkumpul agar analisis penelitian
menghasilkan informasi yang benar harus melalui empat tahap dalam
pengolahan data, yaitu :
a. Editing
Tahap editing yaitu teknik mengolah data dengan meneliti kembali data
yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan dokumentasi agar
menghindari kekeliruan dan kesalahan. Di dalam tahap ini penulis
42
berusaha mengolah data dengan cara memilah dan memilih data yang
diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan juga dokumentasi manakah
yang sesuai dengan fokus penelitian.
b. Coding
Setelah dilakukan editing, peneliti melakukan koding terhadap data
tersebut yaitu merubah data yang berbentuk huruf menjadi berbentuk
angka, sehingga mempercepat entry data dan mempermudah proses
analisis data.
c. Processing
Pada tahap ini data dimasukan ke dalam program komputer.
d. Cleaning
Proses akhir dalam pengolahan data adalah dengan melakukan pengecekan
kembali data yang sudah di entry untuk melihat ada tidaknya kesalahan
terutama kesesuaian pengkodean yang telah ditetapkan dengan pengetikan
melalui komputer.
3.8 Teknik Analisis Data Kualitatif
Analisis data menurut Patton (1980 : 156) adalah proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Adapaun teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan tahap sebagai
berikut:
1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian, dan
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Di mana setelah penulis
43
memperoleh data harus lebih dulu dikaji kelayakannya dengan memilih
data mana yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Display atau penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi
tersusun yang disesuaikan dan diklarifikasi untuk mempermudah peneliti
dalam menguasai data dan tidak terbenam dalam setumpuk data.
3. Verifikasi atau menarik kesimpulan dilakukan dengan cermat dengan
melaukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan
sehingga data-data yang telah diuji validitasnya sehingga kesimpulan
diperoleh dengan jelas dan benar kegunaannya.
4. Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti
menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan.
3.9 Teknik Keabsahan Data
Penelitian kualitatif menghadapi persoalan penting mengenai pengujian
keabsahan data. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya
karena beberapa hal, seperti subjektivitas peneliti merupakan hal yang
dominan dalam penelitian kualitatif dan alat penelitian yang diandalkan
adalah wawancara dan observasi (apapun bentuknya) mengandung banyak
kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol (dalam
observasi). Untuk itu perlu dibangun sebuah mekanisme untuk mengatasi
keraguan terhadap hasil penelitian kualitatif. (Moleong, 2004:160).
44
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong (2012:330) “triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu”. Denzin (dalam Lexy J. Moleong, 2012:330) membedakan
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik keabsahan data triangulasi
dengan sumber dan triangulasi dengan metode. Menurut Patton (dalam Lexy
J. Moleong, 2012:330) triangulasi dengan sumber “berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”. Sedangkan
triangulasi dengan metode menurut Patton (dalam Lexy J. Moleong,
2012:330) terdapat dua strategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan
pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
Dengan teknik triangulasi dengan sumber, peneliti membandingkan hasil
wawancara yang diperoleh dari masing-masing sumber atau informan
penelitian sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang
didapatkan. Selain itu peneliti juga melakukan pengecekan derajat
kepercayaan melalui teknik triangulasi dengan metode, yaitu dengan
melakukan pengecekan hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data
yang berbeda yakni wawancara, observasi, dan dokumentasi sehingga derajat
kepercayaan data dapat valid.
45
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1. Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia
RRI adalah satu-satunya radio yang menyandang nama negara yang siarannya
ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara. RRI sebagai Lembaga
Penyiaran Publik yang independen, netral dan tidak komersial yang berfungsi
memberikan pelayanan siaran informasi, pendidikan, hiburan yang sehat,
kontrol sosial, serta menjaga citra positif bangsa di dunia internasional
(Sumber http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
Besarnya tugas dan fungsi RRI yang diberikan oleh negara melalui UU No 32
Tahun 2002 tentang Penyiaran, PP 11 Tahun 2005 tentang Lembaga
Penyiaran Publik, serta PP 12 Tahun 2005, RRI dikukuhkan sebagai satu-
satunya lembaga penyiaran yang dapat berjaringan secara nasional dan dapat
bekerja sama dalam siaran dengan lembaga penyiaran asing (Sumber
http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
Dengan kekuatan 62 stasiun penyiaran termasuk Siaran Luar Negeri dan 5
(lima) satuan kerja (satker) lainnya yaitu Pusat Pemberitaan, Pusat Penelitian
dan Pengembangan (Puslitbangdiklat) Satuan Pengawasan Intern, serta
diperkuat 16 studio produksi serta 11 perwakilan RRI di Luar negeri RRI
46
memiliki 61 (enampuluh satu) programa 1, 61 programa 2, 61 programa 3, 14
programa 4 dan 7 studio produksi maka RRI setara dengan 205 stasiun radio
(Sumber http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
4.2. Perkembangan LPP RRI Bandar Lampung
Gambar 4.1 Gedung RRI Bandar Lampung
Sumber: Instagram/produalampung (1 Juni 2018)
Pada tahun 1957 Myrin Kusomo dalam kapasitasnya sebagai kepala RRI
Palembang melakukan survei untuk pertama kali menjajagi kemungkinan
pendirian RRI diwilayah karesidenan Lam-pung. Hal ini menggugah
berbagai kalangan masyarakat di karesidenan Lampung untuk mewujudkan
studio RRI didaerahnya. Kemudian dengan adanya undang-undang. Hal ini
menggugah berbagai kalangan masyarakat dikaresidenan Lampung untuk
mewujudkan studio RRI didaerahnya. Kemudian dengan adanya undang-
undang No. 14 tahun 1964, karesidenan Lampung ditingkatkan statusnya
menjadi Provinsi Lampung yang terpisah dari Sumatera Selatan (Sumber
http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
47
Perubahan ini mempercepat proses kelahiran RRI Tanjung Karang, yang
diawali dengan pembentukan panitia pembangunan RRI Tanjung Karang.
Panitia inilah yang membidani kelahiran Studio persiapan RRI Tanjung
Karang yang mengudara dengan dukungan sebuah pemancar radiofon
berkekuatan 75 Watt (Sumber http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal
17 Mei 2018).
Dan tepat pada 11 September 1966 HUT RRI ke 21 diserah terimakan RRI
persiapan tanjung karang kepada direktorat Radio. Kemudian sejak saat itu
berkumandang siaran RRI Tanjung Karang diudara dari lokasi JL. Jend.
A.Yani dengan dukungan pemancar GATES berkekuatan 1 Kw eks
pemancar perjuangan TRIKORA saat merebut Irian Barat. Keberadaan
RRI di Studio Tanjung Karang di Provinsi Lampung ditetapkan
berdasarkan surat keputusan menteri penerangan RI No.65/SK/M/66
Tanggal 9 juli 1996. RRI Studio Tanjung Karang dengan peralatan
sederhana, kantor dan studio secara darurat dirumah kontrakan dengan antena
bambu bersambung, namun RRI Tanjung Karang dapat memenuhi hasrat
masyarakat dan pemerintah daerah Provinsi Lampung. Saat itu struktur
organisasi RRI Tanjung Karang tahun 1996 adalah: kepala studio A.
Hamid Yusuf, kepala bagian umum M. Ali Hs. Kepala bagian siaran Ramli
Iiyas, BA, kepala bagian Teknik M. Idrus (Sumber http://www.rri.co.id/
profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
Dan pada tahun 1967 RRI Tanjung Karang menerimah bantuan sebuah
Rumah untuk kantor dan studio yang semula diperuntukan sebagai ketua
48
DPRDGR Provinsii Lampung di Jl. Urip Sumoharjo 1 (Sekarang Jl. Gatot
Subroto No. 26) Pahoman Bandar Lampung. Kegiatan Operasional siaran
berlangsung di Jl. A, Yani sampai pertengahan 1969, dan kemudian
berpindah ke Jl. Gatot Subroto No.26 Pahoman Bandar Lampung hingga
saat ini, lokasi yang merupakan bantuan pemerintah daerah tinggkat 1
Lampung yang diserah terimakan oleh Gubernur H.Zainal Abidin Pagar
Alam pada hari senin, 9 0oktober 1967 dengan surat terima gedung RRI
No.2589/KUE/1/1967. Pada tanggal 1 September 1972 pengantian kepala
studio dari Bapak A. Hamid Yusuf kepada Bapak Awaluddin Gindo yang
bertugas hingga 1 Januari 1979 dan lahirlah bagian pemberitaan, pemancar
Gedung Air, pemancar di Kedaton III (Sukarame). Pada tanggal 1 Januari
1979 dari Bapak Awaluddin Gindo kepada Bapak Drs. Hamdan Syahbeni
yang bertugas hingga 26 Januari 1987 (Sumber http://www.rri.co.id/
profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
Kemudian sebagai realisasi SK menpen RI No. 100/KEP/MENPEN/79, pada
tahun 1981 telah diangkat 20 pejabat Struktural terdiri dari eselon III/a, 4
pejabat eselon IV/a dan 15 pejabat eselon V/a. serta operasional siaran
dilaksanakan 24 Jam setiap hari. Tanggal 26 Januari 1987 serah terima
jabatan dari Drs. H Hamdan Syahbeni kepada Bapak H. Hanafie Umar yang
masa jabatannya 24 Maret 1992. Kemudian dilanjutkan oleh Adjusar Tjang
Abbas sampai digantikan oleh pak Drs. H. M Nasir Agun, MBA pada
tanggal 24 Januari 1997. Priode ini pegawai RRI berjumlah 131 orang dan
menggalami perubahan jam siaran yang semula 24 jam/hari menjadi
19jam/hari sebagai upaya penghematan dan efisiensi energi listrik. Pada
49
tanggal 13 Agustus 1999 serah terima dari Bapak Drs. HM. Nasir
Agung, MBA kepada Drs. Ade Solihin, pada masa ini RRI Bandar Lampung
yang semula merupakan unit pelaksanaan teknis pada departemen penerangan
RI berubah statusnya menjadi perusahaan jawatan dengan nama RRI Cabang
Muda Bandar Lampung berdasarkan PP No.37 tahun 2000 tanggal 7
Juni 2000, hal itu sesuai dengan SK direktur utama No.07/Dirut/2002
tanggal 20 April 2002. Pengawal yang berjumlah 131 orang semula berada
dilingkungan Departemen Penerangan RI dialihkan menjadi PNS
dilingkungan Departemen Keuangan RI berdasarkan SK BKN
No.002.KEP/06.1871/V/2001 tanggal 1 Mei 2001. Perjan RRI cabang
muda Bandar Lampung memiliki lima seksi yakni Seksi Siaran, Seksi
Pemberitaan, Seksi Teknik, Seksi LPU dan Sub Bag Administrasi dan
Keuangan. Serah terima jabatan dari Bapak Ade Solihin kepada Bapak
Drs. Syaipul Anwar, MBA berlangsung 20 Desember 2001, pada masa
ini jumlah pegawai 127 orang. Pada tanggal 1 April 2002 diresmikan
Programa Dua sebagai siaran radio untuk segmen pendengar anak muda
dengan sapaan sahabat kreatif, kemudian pada bulan September 2002
Programa Tiga beroprasi kembali memproduksi acara sendiri dengan 8 mata
acara siaran. Dan pada tanggal 23 Juli 2004 serah terima jabatan dari
Bapak Drs. Syaiful Anwar, MBA kepada Bapak Drs. Taufiq Bachtiar, MM
(Sumber http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
Kemudian setelah dikeluarkan rancangan undang-undang penyiaran
tahun 2001 dan di syahkanlah UU penyiaran No.32 tahun 2002 pada pasal 14
RRI sebagai lembaga penyiaran public berbentuk badan hokum yang
50
didirikan oleh negara bersifat independen, netral. Dengan telah
dikeluarkannya undang-undang penyiaran tahun 2002 pasal 14 RRI termasuk
RRI Bandar Lampung menjadi lembaga penyiaran publik yang saat ini telah
memiliki pemancar diantaranya:
1. Program 1 FM 90,9 Mhz dan am 1035 Khz
a. Liwa : FM 99,4 Mhz (100 watt)
b. Wonosobo : FM 97 Mhz (100 watt)
c. Padang Cermin : FM 93,8 Mhz (100 watt)
d. Simpang Pematang : FM 102,2 Mhz (100 watt)
e. Ketapang : FM 93,8 Mhz (100 watt)
f. Bakauheni : FM 93 Mhz (100 watt)
g. Stasiun Produksi Way Kanan : FM 103,6 Mhz
2. Program 2 FM 92,5 Mhz (5 KW) Program 3 FM 87,7 Mhz (5 KW)
3. Program 3 FM 87,7 Mhz (5 KW)
Dengan seiring perjalanan waktu kepemimpinan RRI Bandar Lampung terus
mengalami perubahan kepemimpinan terutama kepada kantor yang
berlangsung pada selasa 27 Desember 2005 telah dilaksanakan serah terima
jabatan dari Bapak Drs. Taufik Bachtiar, MM kepada Bapak Drs.H. Anhar
Achmad, SH, MM, MH, dan pada bulan oktober 2010 juga diadakan serah
terima jabatan dari Bapak Drs. H. Anhar Achmad, SH, MM kepada Bapak
Arie Buchari, SH serta pada awal bulan Agustus 2011 Bapak Ari Buchari,
SH memasuki masa purna Bhakti. Untuk menjalankan roda kepemimpinan di
LPP RRI Bandar Lampung berdasarkan SK Direktur utama LPP RRI telah
ditunjuk sebagai pelaksana tugas kepala LPP RRI Bandar Lampung Bapak
51
Drs.H. Zahral Mutzaini, MM hingga tanggal 30 September 2011 secara resmi
kepada RRI Bandar Lampung di serahterimakan dari pelaksana tugas kepada
Bapak Drs.Nuryanto Budiharjo (Sumber http://www.rri.co.id/profil.html
diakses tanggal 17 Mei 2018).
Dan pada tanggal 20 Agustus 2013 kembali kepada LPP RRI Bandar
Lampung diserahterimakan kepada pejabat baru yaitu ibu Dra.Sophia Endang
Widowati, sedangkan jumlah pegawai pada saat ini terdiri dari 61 orang PNS
dan 45 orang BPNS. Dan pada hari Rabu, 3 September 2014 telah lahir
studio produksi RRI Way Kanan dengan Frekuensi 103,6 Mhz dan 104.4
Mhz yang diresmukan oleh bupati Way Kanan Bapak Bustami Zainuddin,
S.Pd.M.Hum dan Direktur program dan produksi LPP RRI Bapak Kabul
Budiono (Sumber http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal 17 Mei
2018).
Program 4 LPP RRI Bandar Lampung lahir pada tanggal 15 September 2014
tepat pada hari ulang tahun RRI ke 69 diumumkan langsung oleh direktur
utama LPP RRI Ibu Dra. Rosarita Niken Widyastuti, M.Si. dan
diresmikan pada hari kamis 7 Januari 2015 pukul 20.00 WIB Dihadiri oleh
direktur Teknologi Media baru Bapak Muhammad Rohanuddin, Direktur
ppasca sarjana unisab Bapak H.Dr.Edy Irawan Arief, SE. ME,C, dan
budayawan Bapak Yuri Tubarat Serta Bapak Drs. Effendi Afati kepala LPP
RRI Bandar Lampung yang baru. Pergantian kepala LPP RRI Lampung
kembali diserahterimakan kepada pejabat baru dari Dra. Sophia Endang
Widowati kepada Drs. Effendi Afati pada tanggal 8 Januari 2015. Untuk
saat ini LPP RRI Bandar Lampung dipimpin oleh Maladi Amin, SH. (Sumber
http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
52
4.3. Visi dan Misi LPP RRI Bandar Lampung
a. Visi Radio Republik Indonesia RRI Bandar Lampung
Menjadikan LPP RRI radio berjaringan terluas, membangun karakter
bangsa, berkelas dunia.
b. Misi Radio Republik Indonesia Bandar Lampung
1. Memberikan pelayanan informasi terpecaya yang dapat menjadi acuan
dan ssarana kontrol sosial masyarakat dengan memperhatikan kode
etik jurnalistik/kode etik penyiaran.
2. Mengembangkan siaran pendidikan untuk mencerahkan,
mencerdaskan, dan memberdayakan serta mendorong kreatifitas
masyarakat dalam kerangka membangun karaktek bangsa.
3. Menyelenggarakan siaran yang bertujuan menggali, melestarikan dan
mengembangkan budaya bangsa, memberikan hiburan yang sehat bagi
keluarga, membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa di tengah arus
globalisasi.
4. Menyelenggarakan program siaran berperspektif gender yang sesuai
dengan budaya bangsa dan melayani kebutuhan kelompok minoritas.
5. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan untuk menjaga
kedaulatan NKRI.
6. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang
mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.
7. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses penyelenggaraan siaran
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program
siaran.
53
8. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas jangkauan siaran secara
nasional dan internasional dengan mengoptimalkan sumberdaya
teknologi yang ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi
penyiaran serta mengefisienkan pengelolaan operasional maupun
pemeliharaan perangkat teknik.
9. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif, dan efisien dengan
sistem manajemen sumber daya (SDM, keuangan, asset, informasi dan
operasional) berbasis teknologi informasi dalam rangka mewujudkan
tata kelola lembaga yang baik (good corporate governance).
10. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan program siaran yang
mencerminkan politik negara dan citra positif bangsa.
11. Memberikan pelayanan jasa-jasa yang terkait dengan penggunaan dan
pemanfaatan asset negara secara profesional dan akuntabel serta
menggali sumber-sumber penerimaan lain untuk mendukung
operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan pegawai. (Sumber
http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
4.4 Struktur Organisasi LPP RRI Bandar Lampung
Struktur organisasi merupakan elemen penting untuk mempertahankan
kelanggengan perkembangan sebuah organisasi, tidak terkecuali stasiun radio,
karena aspek ini akan menjadi dasar dari pembagian dan mekanisme tugas
dari personel yang terlibat selanjutnya akan sangat berpengaruh terhadap
kuantitas dan kualitas, baik program relay, on air maupun off air.
54
Gambar 4.2 Struktur Organisasi LPP RRI Bandar Lampung
Sumber: Dokumen RRI Bandar Lampung (1 Juni 2018)
55
55
4.5 RRI Pro 2 Bandar Lampung
Programa Dua Radio Republik Indonesia (Pro 2 RRI) adalah salah satu dari
empat kanal utama Radio Republik Indonesia. Kanal ini merupakan pusat
kreatifitas anak muda yang menyiarkan hiburan bagi kaum-kaum remaja.
Umumnya, kanal ini menyiarkan informasi anak muda, gaya hidup, dan musik
terbaru. Karena merepresentasikan gaya hidup anak muda, cakupan wilayah
RRI Pro 2 biasanya berada di kota –kota besar, sehingga tidak semua stasiun
RRI memilikinya, saat ini (per 7 Januari 2018), terdapat 62 dari 84 stasiun
RRI yang memiliki Programa 2. Pada tanggal 1 April 2002 diresmikan
Programa Dua Bandar Lampung sebagai siaran radio untuk segmen
pendengar anak muda dengan sapaan sahabat kreatif. Melalui frekuesi 92,5
FM, ragam acara yang disajikan menyajikan informasi viral serta terkini dan
yang berkaitan dengan gaya hidup anak muda, menyajikan lagu-lagu hits
terbaru, terutama top 40 yaitu lagu-lagu populer yang sesuai dengan
segmentas remaja berusia 13-25 tahun.
(Sumber http://www.rri.co.id/profil.html diakses tanggal 17 Mei 2018).
Gambar 4.3 Penyiar RRI Pro 2 Bandar Lampung
Sumber: Instagram/produalampung (1 Juni 2018)
56
Saat ini RRI Pro 2 Bandar Lampung terdiri dari enam penyiar: Villiya
Dahayu, Viko Fanlo, Viki Baquesy, Vian Fabian, Vara Abhyakta, dan Valdi
Briano. Dikepalai oleh seorang kepala bidang siaran yaitu Muhsin Zein, S.H.
4.6. Kosan Udara
Kosan udara merupakan program situasi komedi yang diproduksi oleh RRI
Pro 2 Bandar Lampung. Menurut Indra Julanta, S.I.Kom., salah satu
penggagas sitkom Kosan Udara, dalam wawancara dengan peneliti meng-
atakan “Kosan udara adalah potret kehidupan anak-anak muda Bandar
Lampung yang kita kemas dengan hiperbola. Tujuannya untuk mengkritisi
gaya hidup kita-kita yang kadang lucu dan semakin jauh dengan nilai-nilai
budaya Indonesia” (Wawancara 1 Juni 2018).
Gambar 4.4 Ilustrasi Poster Kosan Udara
Sumber: Instagram/produalampung (1 Juni 2018)
Di dalam Kosan Udara terdapat sembilan karakter yang memiliki perbedaan
sifat dasar: Mas Vay penjaga kosan yang obsesif terhadap kebersihan; Ses
Vanny yang centil dan bergaya kebarat-baratan; Virland aktifis kampus yang
tempramen; Viki asisten dosen yang cenderung baku dan kaku; Viko
57
pengangguran dengan berbagai macam hobi dan kegemaran musiman; Villy
perempuan obesitas yang memiliki hobi makan; Vian laki-laki dengan mimpi
menjadi artis besar; Vara asisten rumah sakit jiwa yang galak; dan Valdi
musisi band yang kuliahnya tidak juga kunjung selesai (Wawancara 1 Juni
2018).
Dalam frekuensi 92,5 FM dengan durasi siar tiga kali sehari, Kosan Udara
menjadi salah satu program anak muda yang menawarkan situasi komedi
dengan pesan yang peneliti tangkap sebagai cara untuk menyampaikan pesan
sosial dalam bentuk sebuah interaksi bergaya bahasa remaja yang mudah
dimengerti oleh pendengarnya. Percakapan diantara kesembilan karakternya
mencerminkan potret sindiran kehidupan remaja, yang dikemas dengan gaya
hiperbola sehingga menggambarkan masalah kondisi sosial yang cukup serius
(Wawancara 1 Juni 2018).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan informan yang
merupakan tim produksi Kosan Udara RRI Pro 2 FM Bandar Lampung, maka
didapatkan kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Proses produksi Kosan Udara memiliki tahapan produksi yaitu pra-
produksi yang meliputi penemuan ide, rapat produksi, perencanaan.
Proses selanjutnya adalah produksi meliputi observasi, rekaman dengan
sistem putar ulang atau tapping. Tahap terakhir adalah proses pasca-
produksi meliputi editing, review, penyiaran, dan evaluasi.
2. Produksi Kosan Udara mengakomodasi acuan landasan teori dan
mencakup prinsip merancang pesan yang baik, diantaranya :
a. Proses produksi yang didukung dengan fasilitas studio yang sesuai
standar broadcasting.
b. Penempatan waktu dan hari yang cukup efektif selama tiga kali
sehari dan diputar setiap hari.
c. Pemilihan tema yang sesuai dengan fenomena yang sedang menjadi
trend dan dekat dengan kehidupan remaja.
d. Adanya tema yang sistematis sehingga setiap hari pembahasannya
sesuai dengan temanya.
e. Pembiayaan produksi yang rendah.
122
f. Sumber daya tim produksi yang kompak dan kondusif, serta tim
kreatif yang memadai.
3. Kosan Udara juga memiliki kekurangan. Adapun kekurangan pada
program Kosan Udara sebagai berikut:
a. Masih seringnya program yang diulang-ulang karena penjadwalan dan
proses rekaman yang tidak sesuai dengan perencanaan.
b. Kurangnya kerjasama para kerabat kerja sehingga banyak yang
merangkap dua pekerjaan.
c. Tidak adanya survey terlebih dahulu ke masyarakat untuk
mengetahui tanggapan tentang program siaran Kosan Udara.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dalam produksi Kosan Udara RRI Pro 2 Bandar
Lampung, maka peneliti memiliki beberapa opsi saran yang dilakukan secara
objektif, diantaranya:
1. Masih seringnya program yang diulang-ulang karena penjadwalan dan
proses rekaman yang tidak sesuai dengan perencanaan, sehingga
dibutuhkan komitmen dan konsistensi akan jadwal yang dapat dipantau
langsung oleh Seksi Program dan Produksi.
2. Proses evaluasi yang hanya dilakukan satu tahun sekali, sehingga peneliti
rasa kurang aktual dalam mewakili tanggapan masyarakat terkini.
3. Kurangnya kerjasama para kerabat kerja sehingga banyak yang
merangkap dua pekerjaan, sehingga dibutuhkan spesialisasi yang
diperkuat dengan tim kerabat kerja dengan sepengatahuan Kepala Biadng
Siaran.
4. Melakukan survey terlebih dahulu ke masyarakat untuk mengetahui
tanggapan tentang program siaran Kosan Udara.
DAFTAR PUSTAKA
Basyiruddin, M. Usman dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta :
Ciputat Pers.
Effendi, Onong Uchjana. 1990. Radio Siaran Teori dan Praktek, Bandung:
Mandar Maju.
Effendi, Onong Uchjana. 2003. Radio Siaran Teori dan Praktek, Bandung:
Mandar Maju.
Fred, Wibowo. 2007. Teknik Produksi Program Televisi, Surabaya: Pinus Book
Publisher.
FR. Sri Sartono. 2008. Modul Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio,
Televisi dan Film Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
Harley, Prayudha. 2006. Program Acara Siaran Radio. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hastono, PS. 2007. Analisis Data. Jakarta: FKMUI.
Littlejohn, Stephen W. 2000. Theories of Human Communication. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Littlejohn, Stephen W. 2008. Theories of Human Communication. Edisi
Kedepalan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Masduki, 2000. Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar.
Yogyakarta: LKIS.
Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: LKIS.
McQuil, Dennis. 2002. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Miller, Katrine. 2002. Communication Theories : Perspectives, Processes and
Contexts. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Miller, Katrine. 2005. Communication Theories : Perspectives, Processes and
Contexts. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Patton, Michael Quinn. 1980. Utilization Focused Evalution. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Poerwadarminta, W.J.S. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Pinus Book Publisher.
Romli, Asep Syamsul M. 2004. Broadcast Journalism: Panduan Menjadi
Penyiar, Reporter, dan Scriptwriter. Bandung: Penerbit Nuansa.
Romli, Asep Syamsul M. 2009. Dasar-Dasar Siaran Radio: Basic Announcing,
Bandung: Penerbit Nuansa.
Sugiarto, Ryan. 2008. Mengenal Pers Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Instan
Mad.
Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book
Publisher.
Skripsi:
Okdiana, Lisna. 2013. “Produksi Program Radio:Analisis Program Sindo Pagi
di Radio Sindo Trijaya FM”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Puastri Saras, Alnia. 2016. “Pengaruh Narsisme dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik
Indonesia (LPP RRI) Bandar lampung”. Skripsi Universitas Lampung.
Safitri Salsabil, Luna. 2016. “Representasi Perempuan Maskulin Sebagai
Perlawanan Terhadap Patriarki Dalam Sitkom Ok-Jek”. Skripsi
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Tri Damayanti Azril, Selly. 2016. “Analisis Produksi Program “Negeri
Indonesia” Produksi TVRI Lampung (Studi Kasus TVRI Lampung)”.
Skripsi Universitas Lampung.
Jurnal:
Rosalia, Naiza. 2009. Faktor-faktor Penting Daya Tarik Stasiun Radio Bagi
Pendengar Radio di Kota Semarang.
Undang-Undang:
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran.
Website:
http://rri.co.id/profil.html diakses pada tanggal 25 April 2017 pukul 19.32 WIB.