Post on 23-Dec-2020
ANALISIS PERBANDINGAN GAYA KEPEMIMPINAN ANTARA
PONDOK PESANTREN SERAMBI ACEH DAN SERAMBI
MEKKAH DI KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
OLEH :
PUTRA ALMARDHATILLAH
NIM : 09C20201092
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH-ACEH BARAT
2016
vi
ABSTRAK
Putra Al Mardhatillah: Nim, 09C20201092, Analisis Gaya Kepemimpinan
Antara Pondok Pesantren Serambi Aceh dan Serambi Mekkah di Kabupaten
Aceh Barat. Di Bawah Bimbingan: Sudarman Alwy, dan Alimas Jhonsa.
Analisis Gaya kepemimpinan di Pesantren Serambi Mekkah dan Pesantren
Serambi Aceh merupakan pondok pesantren yang ada di Kabupaten Aceh Barat,
dimana pesantren tersebut memiliki sistem kepemimpinan tersendiri yang
dipimpin oleh seorang Teungku. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan teknik penggumpulan data menggunakan purposive sampling. Hasil
analisis terhadap gaya kepemimpinan antara kepemimpinan pondok pesantren
serambi mekkah dan serambi aceh, dimana sama-sama menggunakan gaya
kepemimpinan kharismatik baik di Pondok Pesantren Serambi Aceh maupun di
Pondok Pesantren Serambi Mekkah.. Salah satu buktinya dari gaya kepemimpinan
Tgk. Harmen adalah sosok pemimpin yang di segani oleh ulama, tokoh
masyarakat, dan para borokrasi pemerintah ini, dikarenakan oleh sifat dan
perkataan yang lemah-lembut dan penuh dengan sopan santun. Demikian juga
dengan gaya kepemimpinan pesantren serambi aceh juga memiliki gaya yang
sama, hal tersebut dimana terlihat dari gaya kepemimpinan Abu Mahmudin sangat
bijaksana dan disegani oleh masyarakat, termasuk tokoh masyarakat maupun
santri-santri yang berlajar di pesantren dikarenakan Abu mahmudin memiliki
sifat ramah, sopan santun tetapi tegas dalam mengambil. Hasil analisis penulis
yang membedakan terhadap pola kepemimpinan antara pesantren serambi mekkah
dan serambi aceh, dimana terdapat perbedaan didalam pola kepemimpinan masing
masing pesantren hal itu terlihat dari pola kepemimpinan antara Tgk Harmen
dengan Tgk Abu Mahmudin, dimana pola kepemimpinan Tgk Harmen ada
bercampur urusan politik termasuk didalam kehidupan dayah, hal tersebut banyak
tokoh politik yang datang untuk masalah politik termasuk pada pilkada Kab Aceh
Barat. Sedangkan Tgk Abu mahmudin dalam pola kepemimpinan beliau tetap
pada pola karisma, dimana beliau tetap netral dalam mensikapi semua elemen
yang datang kepada beliau. Namun gaya kepemimpinan tetap gaya yang sama,
yaitu gaya kepemimpinan karismatik.
Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Serambi Aceh, Serambi Mekkah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gaya kepemimpinan didalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan
dan kewajiban untuk mencapai tujuan dari suatu aktivitas yang sedang dipimpin
oleh seorang yang dipercayai untuk menjalankan tugas dan beban sebagai roda
untuk bergeraknya suatu istansi maupun badan, lembaga, serta organisasi dan
sebagainya. Dalam sebuah lembaga atau organisasi, kepemimpinan merupakan
unsur penting, sebab tanpa adanya kepemimpinan dari seseorang pemimpin maka
suatu lembaga atau organisasi tersebut akan mengalami kemunduran.
Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia harus tumbuh dalam pribadi seseorang.
Ia menuntut bakat tertentu, tetapi disamping itu pula pembinaan baik lewat
pendidikan maupun lewat pengalaman hidup sehari-hari. Karena pemimpin
merupakan faktor kritis (crucial factor) yang dapat menentukan maju
mundurnya atau hidup matinya suatu usaha dan kegiatan bersama, baik yang
berbentuk organisasi sosial maupun berbentuk lembaga pemerintahan maupun
badan koorporasi dan usaha dagang. Jadi pemimpin harus mampu mengantisipasi
perubahan yang tiba-tiba dan mengoreksi kelemahan dan sanggup membawa
organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. ( Kartono,
Kartini, 1994: h 76).
Dunia kepemimpinan adalah masa depan. Warisan pemimpin yang unik
adalah penciptaan lembaga yang dihargai dan tetap bertahan dalam berlakunya
waktu.
Dalam organisasi dimana terdapat kegiatan kelompok, kepemimpinan
1
2
sangatlah dibutuhkan. Dengan adanya kepemimpinan maka kegiatan kelompok
menjadi terarah dan lebih mudah serta efektif, dengan kata lain kepemimpinan
merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kehidupan kelompok atau
organisasi yang sehat, sesuai dengan tujuan pembentukan kelompok atau
organisasi itu, (Nata, Abudin. 2001).
Kepemimpinan pada suatu lembaga yang memperoleh legitimasi
masyarakat sekitar merupakan elemen yang paling esensial. Ia merupakan
tugas dan tanggung jawab yang sangat besar dalam menjalankan
kepemimpinannya. Karena kepemimpinan itu akan memberikan sumbangan besar
dalam pembangunan. Setiap pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan,
tempramen, watak dan kepribadian sendiri yang unik, sehingga tingkah
lakunya dan gaya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya hidupnya
itu pasti mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Gaya yang diterapkan
oleh seorang pemimpin dalam setiap lembaga atau organisasi berbeda-beda.
Selain ditentukan kepribadian pemimpinnya, dengan segala sifat, kebiasaan,
tempramen dan wataknya yang menentukan corak organisasi yang dikelola
( Nawawi, Hadari, 1993: h 67).
Gaya kepemimpinan juga kadang-kadang ditentukan oleh pembantunya
yang mengelilingi dirinya, sarana yang dipakai, ideologi yang dianut dan
tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai
pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi
dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap pemimpin
bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih
3
jelek daripada gaya kepemimpinan yang lainnya. Macam gaya kepemimpinan
yang diterapkan dalam suatu organisasi dapat membantu menciptakan
efektifitas kerja yang positif bagi pegawai. Sedangkan yang dimaksud disini
adalah gaya kepemimpinan kharismatik yaitu pemimpin yang mempunyai daya
tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat
menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena
kurangnya pengetahuan tentang Sebab musabab seseorang menjadi pemimpin
kharismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supranatural powers). Kepemimpinan dipondok
pesantren adalah sangat unik, karena mereka memakai sistem kepemimpinan pra-
modern. Relasi sosial antara teungku- santri dibangun atas landasan kepercayaan,
bukan karena patron-klien sebagaimana dilakukan pada masyarakat pada
umumnya, ketaatan santri kepada kiai-ulama lebih dikarenakan mengharapkan
barokah atau grace, sebagaimana dipahami dari konsep sufi, ( Prasetyo, 2009).
Demikian juga gaya kepemimpinan di Pesantren Serambi Mekkah dan
Pesantren Serambi Aceh merupakan pondok pesantren yang ada di Kabupaten
Aceh Barat, dimana pesantren tersebut memiliki sistem kepemimpinan tersendiri
yang dipimpin oleh seorang Teungku. Kepemimpinan yang ada sering tidak
mampu mengimbangi kemajuan dan perkembangan pesantren yang
dikelolanya sehingga sering terjadi penyusutan kewibawaan kepemimpinan
yang satu dalam dua masa yang berbeda. Baik karena tidak mampu memahami
tuntutan yang timbul dari perkembangan keadaan yang baru maupun karena
faktor- faktor lainnya, seperti terhentinya perkembangan kepemimpinan pada
4
waktu pesantren yang dipimpin mengalami perkembangan pesat, kesenjangan
wibawa itu dapat pula membawa akibat yang fatal bagi kehidupan pesantren
yang bersangkutan. paling sedikit akan timbul keadaan kritis yang
dapat mengganggu stabilitas kehidupan.
Berkaitan dengan hal ini, peneliti melihat kepemimpinan Pondok
Pesantren Serambi Aceh dan Serambi Mekkah, dapat mengelola pesantren
tersebut dengan baik, dengan sifat kharisma yang dimilikinya ia sangat
disegani oleh para santri dan masyarakat sekitar. Dan dalam perkembangannya
pesantren yang dipimpinnya mengalami perkembangan yang cukup pesat baik
dari segi jumlah santri maupun perkembangan fisik bangunannya serta
peningkatan kualitas lembaga pendidikannya.
Dengan adanya pemaparan diatas, Peneliti merasa tertarik meneliti lebih
mendalam lagi mengenai gaya kepemimpinan dengan judul “Analisis
Perbandingan Gaya Kepemimpinan Antara Pondok Pesantren Serambi
Aceh dan Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh Barat”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gaya kepemimpinan antara Pesantren Serambi Aceh dan
Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh Barat?
2. Apa saja yang membedakan Pola Kepemimpinan antara Pesantren
Serambi Aceh dan Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh Barat?
5
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan antara Pesantren
Serambi Aceh dan Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh Barat.
2. Untuk membedakan Pola Kepemimpinan antara Pesantren Serambi Aceh
dan Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan memiliki
manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat teoritis:
1. Manfaat teoritis, diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi
untuk menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan khususnya dalam
pengembangan ilmu administrasi yang berkaitan dengan bagaimana gaya
kepemimpinan antara Pesantren Serambi Aceh dan Serambi Mekkah di
Kabupaten Aceh Barat.
2. Dari hasil penelitian diharapkan dapat menambah sumber referensi bagi
pihak terkait tentang bagaimana gaya kepemimpinan antara Pesantren
Serambi Aceh dan Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh Barat.
1.4.2 Manfaat praktis:
1. Manfaat Praktis, diharapkan menjadi bahan masukan bagi pemerintah dan
pihak-pihak yang terkait mengenai gaya kepemimpinan antara Pesantren
Serambi Aceh dan Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh Barat.
6
2. Bagi Pemerintah, bahwa penelitian ini dapat menjadikan suatu referensi
maupun tinjauan secara nyata yang mendiskripsikan gaya kepemimpinan
antara Pesantren Serambi Aceh dan Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh
Barat.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini, maka
sistematika skripsi ini ditulis dengan struktur berikut ini:
Bab I :
Pendahuluann bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II :
Tinjauan pustaka bab ini memuat tentang teori-teori yang mendukung
penelitian.
Bab III :
Metodologi penelitian pada bab ini berisi tentang metodologi
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik analisis data dan pengujian kredibilitas data.
Bab IV :
Hasil dan pembahasan memuat tentang uraian laporan hasil penelitian
dan pembahasan hasil penelitian. Yakni deskripsi dari interprestasi
data-data yang diperoleh.
Bab V :
Penutup pada bagian ini memuatkan tentang berisi kesimpulan dan
saran.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Terdahulu
Khadiq Muakrom (2012) Gaya Kepemimpinan Pengasuh Pondok
Pesantren Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal Di Pondok
Pesantren Darul Amanah Kabunan Sukorejo Kendal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Pola
Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Dalam
Meningkatkan Kualitas Input Pendidikan, serta untuk mengetahui Bagaimana
Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Dalam
Meningkatkan Kualitas proses Pendidikan, dan untuk mengetahui Bagaimana
Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Dalam
Meningkatkan Kualitas output Pendidikan.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data
berbentuk uraian deskriptif. Metode pengumpulan data dengan
menggunakan: observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi
dokumentasi. Teknik analisis data yang peneliti gunakan ialah analisis
deskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Dalam meningkatkan
kualitas input pendidikan, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah
menggunakan dua pola kepemimpinan, yaitu pola kepemimpinan demokratis dan
pola kepemimpinan kharismatik. Pola kepemimpinan demokratisnya dituangkan
8
dalam pembentukan sebuah kepanitiaan di setiap pelaksaan kegiatan. Seperti
pelaksaan kegiatan rekrutmen/penerimaan santri baru, perekrutan tenaga
pengajar, dalam merumuskan kurikulum dan dalam memutuskan segala
keputusan dengan bermusyawarah. Dengan kharisma seorang pengasuh pondok
pesantren Darul Amanah, menjadikan hubungan yang cukup baik dengan
lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan pengasuh pondok
pesantren menjalin hubungan kerja sama yang timbal balik dengan
lingkungan dan masyarakat sekitar. Dalam meningkatkan kualitas proses
pendidikan formal, pengasuh pondok pesantren Darul Amanah juga
menggunakan pola kepemimpinan kharismatik dan pola kepemimpinan
demokratis. Hal ini dituangkan dalang menghadapi dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan para guru/ asatidz, seperti dalam menjalankan
rutinitas para guru dan bawahannya yaitu mulai dari diadakannya briefing bagi
guru-guru di setiap pagi hari 15 menit sebelum mengajar dan dilanjutkan
dengan evaluasi oleh pengasuh pondok pesantren sendiri. Dalam hal
meningkatkan kualitas output pendidikan formalnya-pun masih menggunakan
pola kepemimpinan demokratis yang berakar pada pola kepemimpinan
kharismatik.
Syamaun Usman (2011) Gaya Kepemimpinan Pengasuh Pondok
Pesantren Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Formal Di Pondok
Pesantren Darul Makminah, Suka Ramai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Darul
Makminah, Suka Ramai Dalam Meningkatkan Kualitas Input Pendidikan, serta
untuk mengetahui Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok Pesantren
9
Darul Makminah, Suka Ramai Dalam Meningkatkan Kualitas proses Pendidikan,
dan untuk mengetahui Bagaimana Pola Kepemimpinan Pengasuh Pondok
Pesantren Darul Makminah, Suka Ramai Dalam Meningkatkan Kualitas
Pendidikan.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data
berbentuk uraian deskriptif. Metode pengumpulan data dengan
menggunakan: observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi
dokumentasi. Teknik analisis data yang peneliti gunakan ialah analisis
deskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Dalam meningkatkan
kualitas input pendidikan, pengasuh pondok pesantren Darul Makminah, Suka
Ramai menggunakan dua pola kepemimpinan, yaitu pola kepemimpinan
demokratis dan pola kepemimpinan kharismatik. Pola kepemimpinan
demokratisnya dituangkan dalam pembentukan sebuah kepanitiaan di setiap
pelaksaan kegiatan. Seperti pelaksaan kegiatan rekrutmen/penerimaan santri baru,
perekrutan tenaga pengajar, dalam merumuskan kurikulum dan dalam
memutuskan segala keputusan dengan bermusyawarah.
Dengan kharisma seorang pengasuh pondok pesantren Darul Makminah,
Suka Ramai, menjadikan hubungan yang cukup baik dengan lingkungan dan
masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan pengasuh pondok pesantren
menjalin hubungan kerja sama yang timbal balik dengan lingkungan dan
masyarakat sekitar.
10
2.1.1. Perbedaan dan Persamaan dengan Kajian Terdahulu
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Putra Almardhatillah
adalah terletak pada model penelitian yang digunakan. Dimana penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Khadiq Muakrom adalah metode deskriptif dengan pengolah data mengunakan
pendekatan kualitatif.
Sedangkan persamaan antara penelitian ini dengan Putra Almardhatillah
adalah sama-sama melakukan penelitian dengan judul yang sama yaitu Analisis
Perbandingan Gaya Kepemimpinan Antara Pondok Pesantren Serambi Mekkah
dan Serambi Aceh. Hal tersebut sehingga penelitian ini mejadi kajian terdahulu
sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan wilayah
berbeda.
2.2 Tinjauan Gaya Kepemimpinan Kharismatik
2 . 2 . 1 Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu proses, perilaku atau hubungan yang
menyebabkan suatu kelompok dapat bertindak secara bersama-sama atau secara
bekerja sama atau sesuai dengan aturan atau sesuai dengan tujuan bersama. Hal
tersebut seperti dikatakan Ngalim Purwanto, kepemimpinan merupakan
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di
dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka
meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan
batin, serta merasa tidak terpaksa, ( Miftah, Thoha, 2003:h 49).
11
2.2.2 Kepemimpinan Menurut Pandangan Islam
Istilah kepemimpinan sebenarnya telah ada sejak ribuan tahun yang
lalu. Manusia oleh Allah diberikan insting untuk selalu hidup berdampingan,
dengan kata lain bahwa manusia sejak masa dilahirkannya telah
menjadi makhluk sosial. Dengan inilah manusia menciptakan sebuah
peradaban.
Tetapi, selain insting untuk selalu hidup berdampingan dan saling
membutuhkan, manusia juga diberikan watak agresif dan tidak adil yang
membuatnya akan selalu saja ada pertikaian diantara mereka sehingga diperlukan
seseorang pemimpin yang kemudian bertugas sebagai pengendali. Pemimpin
mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap
keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu
tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam
menjalankan ke-pemimpinannya.
Begitu pula dengan kemampuan serta keahlian seorang pimpinan menjadi
penentu keberhasilan pengembangan ataupun kemajuan dari lembaga atau
organisasi yang dipimpinnya itu. Sebagaimana Allah Swt berfirman:
ذ ض في جاعل إني لل ملئكة ربك قال وإ ر خليفة ال عل قالوا سد من فيها أتج فك فيها يف ماء ويس الد
ن دك نسبح ونح س بحم لك ونقد لم إني قال لمون ل ما أع تع
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:"Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
12
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui", ( Al-
Qur’an, Al- Baqoroh: 30)”.
“Serta hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang artinya
sebagai berikut: “Tidak dibenarkan (walaupun) bagi tiga orang yang sedang
dalam perjalanan dipadang pasir kecuali mengangkat salah seorang dari mereka
sebagai pemimpin”.
Dalam pengangkatan seorang pemimpin tentunya tidak hanya sembarang
orang yang dipilih tapi juga harus mengetahui sifat-sifat dari pemimpin tersebut.
Menurut Hamzah Ya’qub yang dikutip oleh Cipto Sudarso sifat-sifat
kepemimpinan dalam islam adalah: “keteladanan, bijaksana, berpengaetahuan
luas, dermawan, adil, tengang rasa, berpendirian luas”.
2.3 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Dalam mendiskusikan kemungkinan peralihan generasi kepemimpinan,
rasanya kita terlalu sering berbicara tentang tokoh tokoh yang akan menjadi
pemimpin di masa depan. Dalam kadar tertentu, itu sebenarnya wajar saja.
Namun, pembicaraan seperti itu tidak boleh membuat kita lupa bahwa yang
terpenting sebetulnya bukan lagi pada soal siapa melainkan pada apa dan
bagaimana bentuk kepemimpinan baru itu. Dengan kata lain, yang harus kita
perhatikan bersama bukan lagi sekadar tokoh atau pemimpin tapi
kepemimpinan.
“Tipe kepemimpinan sering disebut perilaku kepemimpinan atau gaya
kepemimpinan (leadership style). Gaya kepemimpinan, pada dasarnya
mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang
13
pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan
tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Gaya
kepemimpinan menurut Prasetyo adalah cara yang digunakan dalam proses
kepemimpinan yang diimplementasikan dalam prilaku kepemimpinan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia
inginkan, ( Prasetyo, 2009:h 23)”.
“Hal tersebut seperti dikatakan Miftah Toha gaya kepemimpinan
merupakan “norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain”.
Oleh karenanya usaha
menselaraskan persepsi di antara yang akan mempengaruhi dengan orang
yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting. Meskipun belum
terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan yang secara luas
dikenal dewasa ini, lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya
ialah : otokratik, paternalistik, kharismatik, laissez faire, dan demokratik. Dan
yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah gaya kepemimpinan kharismatik,
Miftah, Thoha, 2003:h 49)”.
2.4 Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Sampai saat ini belum ditemukan sebab-sebab mengapa seorang
pemimpin mempunyai kharisma, yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang
demikian memiliki daya tarik yang sangat besar. Oleh karena itu pada umumnya
orang yang memiliki kharisma mempunyai pengikut yang sangat besar,
meskipun para pengikut seringkali tidak dapat menjelaskan mengapa mereka jadi
pengikut. Dikatakan pemimpin yang kharismatik itu diberkahi kekuatan gaib
(supranatural power).
14
Kharisma berasal dari bahasa yunani yang berarti ”anugerah”. Kekuatan
yang tidak bisa dijelaskan dengan Logika disebut kekuatan kharismatik.
Kharisma dianggap sebagai kombinasi dari pesona dan daya tarik pribadi yang
berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa untuk membuat orang lain
mendukung visi anda dan juga mempromosikannya dengan semangat.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa “kharismatik”
berarti “bersifat kharisma”. Sedang perkataan kharisma diartikan sebagai
“keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar
dalam kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan
rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya”, atau ”atribut kepemimpinan
didasarkan atas kualitas kepribadian individu.”
Kepemimpinan kharismatik merupakan kepatuhan yang ditunjukkan oleh
masyarakat yang menjadi pengikutnya, adalah karena kewibawaannya dalam
memimpin umat. Kewibawaan timbul karena sang pemimpin tadi memiliki
moral force (kekuatan moral) dan ilmu pengetahuan yang luas. Sejalan dengan
ungkapan diatas gaya kepemimpinan kharismatik dapat diartikan sebagai
kemampuan menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat kepribadian dalam
mempengaruhi pikiran, perasaaan dan tingkah laku orang lain, sehingga dalam
suasana bathin mengagumi dan mengagungkan pemimpin dan bersedia berbuat
sesuatu yang dikehendaki pemimpin.
Keistimewaan kepribadian mendasari prilaku kepemimpinan kharismatik,
sehingga dimata orang-orang yang dipimpinnya secara pasti pemimpin
merupakan seseorang yang memiliki akhlaq yang terpuji. Oleh karena itu prilaku
kepemimpinannya cenderung mengaplikasikan tipe kepemimpinan demokratis
15
atau otoriter. Misalnya seorang presiden memiliki charisma bagi rakyatnya,
ulama’ tertentu bagi umatnya, kepala sekolah atau guru tertentu di lingkungan
murid/siswanya, pemuka adat di tengah-tengah sukunya dan lain-lain. Seorang
pemimpin yang memiliki kharisma dan dan beriman, selalu menyadari dan
mensyukuri kelebihan dalam kepribadiannya sebagai pemberian Allah SWT.
Oleh karena itu akan selalu pula digunakannya untuk mengajak dan mendorong
orang-orang yang dipimpinnya berbuat sesuatu yang diridhai Allah SWT
dalam rangka memakmurkan bumi, sebagai tugas kekhalifahannya.
2.5 Pengertian Pondok Pesantren
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya ruang
tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat
penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya.
Dalam istilah lain dikatakan pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata
"santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa
Arab funduuq ( فنودق ) yang berarti penginapan.
“Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah.
Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan
pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-
adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri
dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup
mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga
Tuhan, ( Marzuki, Wahid dkk, 1999:h 14)”.
16
2.5.1 Jenis-jenis pondok pesantren
Menurut Mas’ud dkk yang di kutip oleh Salman , ada beberapa tipologi
atau model pondok pesantren yaitu :
1). Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya
sebagai tempat menalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi-I-din) bagi para
santrinya. Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya
bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab
(kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan. Pesantren
model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti pesantren
Lirboyo di Kediri Jawa Timur, beberapa pesantren di daeah Sarang
Kabupaten Rembang, Jawa tengah dan lain-lain.
2). Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajarannya,
namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan
tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional
sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari
pemerintah sebagai ijazah formal.
3). Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik
berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam
naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah
DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada yang
sampai Perguruan Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas- fakultas
keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng
di Jombang Jawa Timur adalah contohnya.
4). Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya
17
belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya.
Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah
sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model
inilah yang terbanyak jumlahnya.
2.6 Teori Kepemimpinan Max Weber
“Max Weber sering menyebut sifat kepemimpinan kharismatik ini
dimiliki oleh mereka yang menjadi pemimpin keagamaan. Penampilan seseorang
dianggap kharismatik dapat diketahui dari ciri- ciri fisiknya, misalnya matanya
yang bercahaya, suaranya yang kuat, dagunya yang menonjol atau tanda-tanda
lain. Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa seseorang memiliki jiwa sebagai
pemimpin kharismatik, seperti kepemimpinan para nabi dan sahabatnya, (Max
Weber, 1997, hal-37)”.
Istilah kharismatik menunjuk pada kualitas kepribadian seseorang. Karena
posisinya yang demikian inilah maka ia dapat dibedakan dari orang kebanyakan.
Juga karena keunggulan kepribadiannya itu, ia dianggap bahkan diyakini
memiliki kekuatan supra natural, manusia serba istimewa atau sekurang-
kurangnya istimewa dipandang masyarakat.
“Kekuatan dan keistimewaan tersebut adalah karunia tuhan yang diberikan
kepada hambanya yang mewakili di dunia. Kehadiran
seseorang yang
mempunyai tipe-tipe seperti itu dipandang sebagai seorang pemimpi, (Max
Weber, 1997, hal-96)”.
18
2.6.1 Teori Atribusi
“Conger & Kanungo, mengusulkan sebuah teori tentang
kepemimpinan karismatik berdasarkan pada asumsi bahwa karisma
merupakan sebuah fenomena yang berhubungan atribusional, (Conger & Kanugo,
1999, h 24)”.
Menurut teori, atribusi pengikut dari kualitas karismatik bagi seorang
pemimpin bersama-sama ditentukan oleh perilaku, keterampilan pemimpinnya
dan aspek situasi. Kepemimpinan kharismatik adalah sesuatu yang alami.
Karismatik itu bukan hanya suatu bayangan seorang pemimpin, akan tetapi lebih
cenderung kepada dorongan terhadap para bawahanya. Seorang pemimpin akan
terlihat karismanya jika mampu bertanggung jawab atas suatu keputusan yang
diambil terhadap bawahanya. Akan lebih berkesan lagi jika seorang pemimpin
mau bertanggung jawab tanpa mengindahkan uang, status, bahkan posisinya
diperusahaan demi bawahanya.
“Seorang pemimpin membangun visi bagi masa depan dan mengatur
strategi untuk merealisasikannya. Dia menyebabkan terjadinya perubahan. Dia
memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk menuju arah yang benar,
menyertai setiap orang dan berkorban untuk mencapainya, hal ini akan membuat
para bawahan meyakini banwa pemimpinya benar-benar tahu bagaimana cara
memimpin dan mencapai sebuah tujuan, (Conger & Kanugo, 1999, h 64)”.
Hal ini akan membuat mereka bekerja keras dalam menjalankan strategi
yang diberikan pimpinanya. Sehingga peluang suksespun semakin tinggi. Hal ini
dikarenakan seoarang bawahan akan melakukan apa saja jika mereka telah
terpengaruh oleh pimpinanya.
19
2.7. Teori Kepemimpinan Ibnu Khaldun Tentang Siklus Peradaban
Faktor utama yang ditekankan oleh Ibnu Khaldun dari sudut kepimpinan,
para pemimpin harus sedar bahawa Allah s.w.t. telah melantik mereka sebagai
khalifah. Jawatan ini bukanlah untuk dibanggakan sebagai hanya punya jawatan.
Sebarang jawatan dalam segenap lapangan di dunia ini terwujud kerana adanya
tugas dan kerja di sebalik jawatan tersebut. Sehubungan dengan itu, Ibnu
Khaldun menyatakan bahawa hakikat khalifah adalah seseorang yang bertugas
memelihara dan melaksanakan syariat dalam memelihara urusan agama dan
mengelola dunia.
Untuk umat Islam hari ini menjadi pengelola dunia, Ibnu Khaldun
kaitkan dengan memelihara dan melaksanakan perintah Allah. Tegasnya di sini
para pemimpin Islam hari ini perlu mempunyai iman yang mantap.
Dengan keimanan yang bertunjangkan keyakinan dan ketaqwaan, barulah
syariat Allah dapat dijunjung dalam segenap lapisan masyarakat. Jika tidak,
usahkan hendak menegakkan syariat Allah secara global, dirinya sendiri pun
belum tentu mampu membawa ketaatan kepada Allah dalam kehidupan
sehariannya.
Tahapan-tahapan di atas kemudian terulang lagi, dan begitulah seterusnya
hingga teori ini dikenal dengan Teori Siklus. Berdasarkan teorinya ‘ashabiyyah,
Ibn Khaldun membuat teori tentang tahapan timbul tenggelamnya suatu Negara
atau sebuah peradaban menjadi lima tahap, yaitu: (Muqaddimah: 175).
1.Tahap sukses atau tahap konsolidasi, dimana otoritas negara didukung
oleh masyarakat (`ashabiyyah) yang berhasil menggulingkan kedaulatan dari
dinasti sebelumnya.
20
2.Tahap tirani, tahap dimana penguasa berbuat sekehendaknya pada
rakyatnya. Pada tahap ini, orang yang memimpin negara senang mengumpulkan
dan memperbanyak pengikut. Penguasa menutup pintu bagi mereka yang ingin
turut serta dalam pemerintahannya. Maka segala perhatiannya ditujukan untuk
kepentingan mempertahankan dan memenangkan keluarganya.
3.Tahap sejahtera, ketika kedaulatan telah dinikmati. Segala perhatian
penguasa tercurah pada usaha membangun negara.
4.Tahap kepuasan hati, tentram dan damai. Pada tahap ini, penguasa
merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dibangun para pendahulunya.
5.Tahap hidup boros dan berlebihan. Pada tahap ini, penguasa menjadi
perusak warisan pendahulunya, pemuas hawa nafsu dan kesenangan. Pada tahap
ini, negara tinggal menunggu kehancurannya. Tahap-tahap itu menurut Ibnu
Khaldun memunculkan tiga generasi, yaitu:
1. Generasi Pembangun, yang dengan segala kesederhanaan dan solidaritas
yang tulus tunduk dibawah otoritas kekuasaan yang didukungnya.
2. Generasi Penikmat, yakni mereka yang karena diuntungkan secara
ekonomi dan politik dalam sistem kekuasaan, menjadi tidak peka lagi terhadap
kepentingan bangsa dan negara.
3. Generasi yang tidak lagi memiliki hubungan emosionil dengan negara.
Mereka dapat melakukan apa saja yang mereka sukai tanpa memedulikan nasib
negara. Jika suatu bangsa sudah sampai pada generasi ketiga ini, maka keruntuhan
negara sebagai sunnatullah sudah di ambang pintu, dan menurut Ibnu Khaldun
proses ini berlangsung sekitar satu abad.
21
“Ibnu Khaldun juga menuturkan bahwa sebuah Peradaban besar dimulai
dari masyarakat yang telah ditempa dengan kehidupan keras, kemiskinan dan
penuh perjuangan. Keinginan hidup dengan makmur dan terbebas dari kesusahan
hidup ditambah dengan ‘Ashabiyyah di antara mereka membuat mereka berusaha
keras untuk mewujudkan cita-cita mereka dengan perjuangan yang keras. Impian
yang tercapai kemudian memunculkan sebuah peradaban baru. Dan kemunculan
peradaban baru ini pula biasanya diikuti dengan kemunduran suatu peradaban lain
(Muqaddimah: 172)”.
22
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metodelogi Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kulitatif. Menurut
Moh.Nazir (2004, h. 54), ”metode deskriptif komperatif adalah suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki.
Pendekatan kulitatif dengan metode komperatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya. Tipe penelitian ini menggunakan tipe deskripstif kualitatif
komperatif, dimana peneliti mendeskripsikan wawancara perbandingan
mendalam terhadap objek penelitian. Penelitian ini lebih mengarah pada hasil
wawancara dan observasi lapangan tentang “ Analisis Perbandingan Gaya
Kepemimpinan antara Pesantren Serambi Aceh dan Serambi Mekkah di
Kabupaten Aceh Barat”.
Pendekatan kualitatif deskriptif komperatif dipilih karena masalah yang
diteliti adalah sifatnya sangat urgen dan sangat menarik untuk diteliti. Sehingga
hasil terlihat perbandingannya antara kedua gaya kepemimpinan di lembaga
pendidikan tersebut.
23
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bersumber dari data primer (library research) dan data skunder (fileld research).
Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang dipeoleh dengan
mempelajari buku-buku test dan naskah-naskah lain yang ada hubungan dengan
masalah yang akan diteliti. Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh
dengan mewawancarai informan.
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Sukandarumidi (2008, h. 35), “ Observasi adalah melakukan
pengamatan dan pencatatan suatu objek, secara sistemitis yang diselidiki.
Observasi dapat dilakukan sesuai atau berulangkali. Dalam observasi melibatkan
dua komponen, yaitu pelaku observasi (disebut sebagai obsever), dan objek yang
diobservasi (disebut observe)”. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran
secara jelas mengenai gaya kepemimpinan antara pesantren serambi mekkah dan
serambi aceh dan mengamati lokasi penelitian.
2. Wawancara (interview)
Teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian ini adalah
wawancara. Wawancara adalah percakapan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu. Wawancara penelitian adalah suatu metode penelitian
24
yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung antara
pewawancara dan responden (Silvilla, 2003, h. 73).
Hal ini sesuai dengan tipe penelitian deskriptif yang dipakai yaitu untuk
mengali sebanyak mungkin mengenai informasi atas permasalahan yang di teliti.
Teknik wawancara sengaja dipilih karena komunikas berlangsung dalam bentuk
tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden
merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Keuntungan lain
teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara tidak hanya
menangkap pemahaman atau ide tetapi juga dapat menangkap perasaan,
pengalaman, emosi, motif yang dimiliki responden yang bersangkutan (Gulo,
2003, h. 42).
Sebelum melakukan wawancara, informan terlebih dahulu dimintai
kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan. Wawancara
dilangsungkan dengan informan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan
oleh informan, maka peneliti mengulang dan menanyakan kembali jawaban yang
dirasa kurang jelas.
3. Kajian Perpustakaan Dokumentasi
Penelitian perpustakaan adalah suatu kajian atas bahan-bahan tertulis atau
literatur-literatur yang memuat tentang konflik dan perpustakan atau yang relevan
dengan topik yang akan dibahas. Tujuan dari penelitian perpustakan ini adalah
sebagai landasan teori dalam menguraikan topik yang dibahas. Salah satu hasil
dari penelitian keperpustakaan yang telah dilakkukan adalah diperolehnya
informasi yang terkait dengan teori gaya kepemimpinan di dua pesantren tersebut
di Kabupaten Aceh Barat
25
3.3 Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap
mempunyai informasi (informan kunci) yang dibutuhkan diwilayah penelitian.
Cara yang digunakan untuk menentukan informan tersebut maka penulis
menggunakan “purposive sampling” atau sampling bertujuan, yaitu teknik
sampling yang digunakan oleh peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan
tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2009. h. 128).
Dalam pengecekan tentang kebenaran hasil wawancara yang didapat dari
informan, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu, Tengku
Pimpinan Dayah, Tengku/Guru dan Santri. Pemilihan informan ini berdasarkan
keterangan yang diperoleh penulis bahwa informan tersebut dapat memberikan
informan kunci, sehingga akan menjawab semua permasalahan penelitian yang
akan diteliti oleh penulis.
3.3.1 Karakteristik Informan
Dalam penelitian ini karakteristik informan akan diklasifikasikan
berdasarkan pada jenis kelamin.
Tabel. 3. 1 Data Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 5
2 Perempuan 1
Total 6
Sumber : Hasil Penelitian 2016
Data jumlah informan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki sebanyak 5
orang sedangkan perempuan sebanyak 1 orang.
26
3.4 Instrumen Penelitian
Menurut Moleong (2002, h. 4) “Penelitian yang mengunakan metode
kualitatif, adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alami, maka peneliti adalah sebagai instrument kunci”.
Peneliti merupakan instrument kunci utama, karena peneliti sendirilah yang
menentukan keseluruhan skenario penelitian serta langsung turun ke lapangan
melakukan pengamatan dan wawancara dengan informan. Adapun alat bantu
yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif seperti ini antara lain, alat
kamera, pedoman wawancara, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
masalah penelitian dan alat bantu lainnya.
3.5 Teknik Analisis Data
Setelah seluruh data diperoleh melalaui wawancara dengan para informan
dan observasi, maka hasil wawancara tersebut dicatat atau dibuatkan transkripnya.
Untuk memudahkan analisis data, jawaban dari responden dipilah-pilah,
dihubungkan dan dibandingkan antara satu sama lainnya.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data pada periode tertentu.
Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu memperoleh data yang dianggap kredibel (Sugiyono, 2007, h. 246).
Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data lapangan model Miles dan Huberman, model analisis ini dilakukan melalui
27
tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut yaitu reduksi data (data reduction),
dan penyajian data (data display), dan conclusion drawing/verification (Sugiyono,
2007, h. 247-252).
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mencari dan mengumpulkan data yang
diperlukan yang dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada di
lapangan kemudian data tersebut dicatat.
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyerdehanaan, pengabstrakan data dasar yang muncul dari catatan-catatan yang
ditulis dilapangan (Miles dan Huberman, 20076, h. 17).
Reduksi data ini bertujuan untuk menganalisis data lebih mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data agar diperoleh
kesimpulan yang dapar ditarik atau verifikasi. Data penelitian ini, proses reduksi
data dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi kemudian dipilih dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah pengumpulan informasi yang tersusun memberikan
kemungkinan adanya Penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles
dan Huberman, 20076, h. 18).
Dalam hal ini, data yang telah dikategorikan tersebut kemudian
diorganisasikan sebagai bahan penyajian data. Data tersebut disajikan secara
deskriptif yang didasarkan pada aspek yang diteliti.
28
4. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi data adalah sebagaian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-
makna yang muncul dari data yang telah disajikan dan diuji kebenerannya,
kekokohannya dan kecocokannya (Miles dan Huberman, 20076, h. 19). Penarikan
kesimpulan berdasarkan pada pemahaman terhadap dapat yang disajikan dan di
buat dalam pernyataan singkat dan mudah di pahami dengan mengacu pada pokok
permasalahan yang diteliti.
3.6 Pengujian Kredibilitas Data
Uji kredibilitas data ataupun kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, trianggulasi, diskussi dengan teman sejawat, dan
member check. Pengujian kredibilitas data digunakan untuk mendapatkan data
yang lebih mendalam mengenai subjek penelitian (Sugiyono, 2007, h. 270).
Adapun pengujian kredibiltas data adalah sebagai berikut:
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan karena berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, yang dirasakan data yang diperoleh masih
kurang memadai.
Menurut Moleong (2007, h. 327) Perpanjangan pengamatan berarti
peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data
tercapai. Dalam pengumpulan data, pengamatan yang dilakukan tidak hanya
dilakukan dalam waktu yang singkat melainkan memerlukan perpanjangan
pengamatan dengan ke ikutsertaan pada data penelitian. Perpanjangan pengamatan
yang dilakukan peneliti adalah dengan sering melakukan hubungan interaksi
29
dengan masyarakat dan apartul gampong maupun aparatur kecamatan serta
sering melakukan pengamatan di lapangan.
2. Peningkatan Ketekunan
Peningkatan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam untuk memperoleh kepastian data. Meningkatkan ketekunan dilakukan
dengan cara membaca berbagai referensi baik buku maupun dokumen yang terkait
dengan temuan yang diteliti sehingga berguna untuk memeriksa data apakah benar
dan bisa dipercaya atau tidak.
3. Trianggulasi
Analisa trianggulasi merupakan suatu metode analisis untuk mengatasi
masalah akibat dari kajian mengandalkan suatu teori saja, satu macam data atau
suatu metode penelitian saja (Sugiyono, 2007, h. 225). Trianggulasi dapat
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara.
Menurut (Sugiyono, 2007,h. 273).
4. Pemeriksaan teman sejawat
Pemeriksaan teman sejawat dilakukan dengan mendiskussikan data hasil
temuan dengan rekan-rekan sesama mahasiswa maupun teman yang bukan
mahasiswa. Melalui diskusi ini diharapkan ada saran atau masukan yang berguna
untuk proses penelitian.
5. Analisis Kasus Nagatif
Menurut Sugiyono, ((2007, h. 225), melakukan analisis kasus negatif
berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data
yang telah ditemukan.
30
6. Member Check
Member check atau pengujian anggota dilakukan dengan cara
mendiskussikan hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan
data untuk mengecek kebenaran data dan interprestasinya.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam hal melaksanakan penelitian ini, peneliti mengetahui kondisi
lingkungan yang akan diteliti merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus
di ketahui oleh peneliti. Adapun lokasi penelitian yang diambil pada penelitian ini
adalah Pesantren Serambi Mekkah dan Serambi Aceh di Kabupaten Aceh Barat.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka perlu diketahui deskripsi lembaga
tersebut.
4.1.1 Deskripsi Pesantren Serambi Mekkah
Pondok pesantren terpadu Serambi Mekah, di Desa Blang Beurandang,
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, yang didirikan oleh Abuya M
Nasir Waly Lc, hingga saat ini masih terus berlangsung. Bahkan jumlah santri
terus bertambah, sehingga baru-baru ini sekitar 100 santri terpaksa ditolak akibat
sarana seperti gedung yang kurang.
Dayah Terpadu Serambi Mekah dipimpin oleh Tgk Harmen Nuriqmar,
yang tidak lain adalah menantu dari almarhum Abuya Nasir Waly. Beliau
melanjutkan estafet Abuya mengelola Ponpes dengan harapan ke depan akan terus
menjadi Ponpres yang terbaik di Aceh.
Dimana saat ini jumlah santri di dayah saat ini 423 orang, sebanyak 184
orang di antaranya santri laki-laki, dan 239 orang santri perempuan dengan jumlah
guru 29 orang. Dayah Terpadu Serambi Mekah selain terdapat pendidikan agama,
32
para santri juga diberi kesempatan belajar di pendidikan formal. Di sana saat ini
terdapat MTsS Serambi Mekah yang didirikan tahun 2002, dengan jumlah siswa
224 orang, dan SMU Islam dengan jumlah siswa 203 orang, berdiri tahun 2008.
Aktifitas belajar belajar di Ponpres dimulai setelah shalat Subuh, setelah
shalat Zuhur, dan setelah shalat Isya. Sedangkan pada jam lain siswa belajar pada
sekolah formal yang letaknya juga di kompleks Ponpes. Sementara untuk tenaga
pengajar adalah teungku-teungku dari sejumlah kabupaten di Aceh.
Pimpinan pesantren Serambi Mekah ini didampingi ketua umum dayah,
Tgk Hasbi Amin peralihan dari Tgk Abu Erwin menambahkan, untuk biaya santri
paling murah di Serambi Mekah yakni cuma Rp 250 ribu/tahun. Guru-guru yang
mengajar di dayah ini memberikan ilmu secara gratis dan tidak pernah menerima
gaji. Sedangkan biaya yang dibebankan pada santri adalah untuk keperluan
Ponpres seperti bayar listrik, dan kepeluan lainnya.
4.1.2 Deskripsi Pesantren Serambi Aceh
Pondok pesantren Serambi Aceh, di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat. Dimana Dayah Serambi Aceh dipimpin oleh Abu Mahmudin, dimana
saat ini jumlah santri di dayah saat ini sebanyak 254 orang santri laki-laki.
Di Dayah Serambi Aceh selain terdapat pendidikan agama, para santri juga
tidak ada pembelajaran di pendidikan formal. Aktifitas belajar belajar di Ponpres
dimulai setelah shalat Subuh, setelah shalat Zuhur, dan setelah shalat Isya.
Sementara untuk tenaga pengajar adalah teungku-teungku dari sejumlah
kabupaten di Aceh.
33
4.2 Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian dilapangan dengan mewawancarai beberapa
informan, maka terkumpullah berbagai macam informasi atau terhadap Analisis
Gaya Kepemimpinan Antara Pondok Pesantren Serambi Aceh dan Serambi
Mekkah di Kabupaten Aceh Barat. Dimana informasi tersebut merupakan
serangkaian berbagai macam gaya kepemimpinan yang terjadi didalam kehidupan
masyarakat pondok pesantren selama ini, yang kemudian dibahas secara ilmiah
pada bab hasil penelitian ini.
4.3 Gaya Kepemimpinan antara Pondok Pesantren Serambi Mekkah dan
Serambi Aceh di Kabupaten Aceh Barat.
4.3.1 Tanggapan Masyarakat Terhadap Gaya Kepemimpinan di Pondok
Pesantren Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh Barat.
Gaya kepemimpinan di pesantren serambi mekkah, merupakan tipelogi
kepemimpinan antara ayah dan anak, hal tersebut dikarenakan oleh sifatnya lebih
pada kedekatan hubungan emosional sehingga para santri merasakan lebih
nyaman dan patuh pada apa yang menjadi kewajiban mereka sebagai santri dan
santriwati.
Gaya kepemimpinan tersebut mampu membawa pesantren serambi
mekkah kearah yang lebih efektif dalam proses pengajaran ilmu agama pada
santri. Hal tersebut tidak terlepas dari gaya kepemimpinan yang pegang oleh
Teungku Harmen dalam memimpin pesantren serambi mekkah, sehingga nampak
pada perubahan dan kemajuan pesantren tersebut. Hal yang demikian tidak hanya
dirasakan oleh para santri, tetapi juga oleh masyarakat di lingkungan pesantren itu
sendiri.
34
Hal tersebut ditanggapi oleh Tengku Alfthur Rizal yang merupakan warga
penduduk dilingkungan setempat.
Menurut pendapat gaya kepemimpinanya sangat baik. Karean T.
Harmen adalah sosok pemimpin yang di segani oleh ulama,
tokoh masyarakat, dan para borokrasi pemerintah ini, dikarenakan
oleh sifat dan perkataan yang lemah-lembut dan penuh dengan
sopan santun, sehingga apapun yang beliau katakan dapat
diterima oleh seluruh masyarakat dan santri-santri yang menutut
ilmu di pesantren tersebut. Bisa dikatakan gaya kepemimpanan
beliau seperti ayah dan anak, (Wawanacara dengan informan Tgk
Alfthur Rizal, tanggal 17 Juli 2016).
Hal yang demikian juga disampaikan oleh Ustadzah Umi Kalsum yang
merupakan guru di ponpres tersebut.
Menurut pendapat gaya kepemimpinanya cukup baik, ini
disebabkan karena oleh sifat dan perkataan yang sopan dan santun
dalam penyampaian pesan maupun dalam berpendapat dan T.
Harmen juga seorang sosok ulama yang bisa menerimah pendapat
orang lain ( tidak egois) sehingga bagi masyarakat memadang
teuku harmen sebagai pemipin yang bersahabat, (Wawancara
dengan informan Ustadzah Umi Kalsum, tanggal 18 Juli 2016).
Demikian juga disampaikan oleh Tgk Amir Hasan yang merupakan
penduduk dilingkungan ponpres tersebut.
Menurut pendapat gaya kepemimpinanya sangat baik , ini terlihat
dari sistem komunikasi dan penyampaian pendapat dalam
berbagai masalah yang terjadi baik didalam internal pesantren
maupun di ekternal pesantren, sehingga didesa/gampong
masyarakat setempat memandang teuku harmen sebagai salah
satau tempat mencari solusi atas permasalahan yang terjadi. Ini
salah satu tanda bahwa gaya kepemimpinan di Serambi mekkah,
yang santun dalam membimbing santri dan masyarakat setempat,
(Wawanacara dengan informan Tgk Amir Hasan, tanggal 21 Juli
2016).
Berdasarkan beberapa jawaban informan diatas dapat disimpulkan bahwa,
gaya kepemimpinan di pesantren serambi mekkah sangat baik. Hal tersebut karena
Tgk. Harmen adalah sosok pemimpin yang di segani oleh ulama, tokoh
35
masyarakat, dan para borokrasi pemerintah ini, dikarenakan oleh sifat dan
perkataan yang lemah-lembut dan penuh dengan sopan santun, sehingga apapun
yang beliau katakan dapat diterima oleh seluruh masyarakat dan santri-santri yang
menutut ilmu di pesantren tersebut.
Demikian juga dipengaruhi oleh sifat dan perkataan yang sopan dan santun
dalam penyampaian pesan maupun dalam berpendapat dan Tgk. Harmen juga
seorang sosok ulama yang bisa menerimah pendapat orang lain ( tidak egois)
sehingga bagi masyarakat memadang Tgk Harmen sebagai pemipin yang
bersahabat.
Salah satunya terlihat dari sistem komunikasi dan penyampaian pendapat
dalam berbagai masalah yang terjadi baik didalam internal pesantren maupun di
ekternal pesantren, sehingga didesa/gampong masyarakat setempat memandang
Tgk Harmen sebagai salah satau tempat mencari solusi atas permasalahan yang
terjadi. Ini salah satu tanda bahwa gaya kepemimpinan di Serambi mekkah, adalah
tipe kepemimpinan kharismatik yang santun dalam membimbing santri dan
masyarakat setempat.
4.3.2 Tanggapan Masyarakat Terhadap Gaya Kepemimpinan di Pondok
Pesantren Serambi Aceh di Kabupaten Aceh Barat.
Gaya kepemimpinan di pesantren Serambi Aceh, merupakan tipelogi
kepemimpinan kharismatik, hal tersebut dikarenakan oleh sifatnya lebih disegani
oleh semua lapisan masyarakat, sehingga para santri merasakan lebih nyaman dan
patuh pada apa yang menjadi kewajiban mereka sebagai santri dan santriwati.
Gaya kepemimpinan tersebut merupakan kepatuhan yang ditunjukkan oleh
36
masyarakat yang menjadi pengikutnya, adalah karena kewibawaannya dalam
memimpin umat. Kewibawaan timbul karena sang pemimpin tadi memiliki
moral force (kekuatan moral) dan ilmu pengetahuan yang luas.
Sejalan dengan ungkapan diatas gaya kepemimpinan kharismatik dapat
diartikan sebagai kemampuan menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat
kepribadian dalam mempengaruhi pikiran, perasaaan dan tingkah laku orang lain,
sehingga dalam suasana bathin mengagumi dan mengagungkan pemimpin dan
bersedia berbuat sesuatu yang dikehendaki pemimpin.
Hal tersebut ditanggapi oleh Sulaiman yang merupakan warga penduduk
dilingkungan setempat.
Menurut pendapat saya sangat bijaksana sebagai pemimpin di
pesantren serambi aceh, dimana Abu Mahmudin sangat disegani
oleh masyarakat, termasuk tokoh masyarakat maupun santri-
santri yang berlajar di pesantren tersebut, ini dikarenakan Abu
mahmudin memiliki sifat ramah, sopan santun tetapi tegas dalam
mengambil keputusan, (Wawancara dengan informan Sulaiman,
tanggal 23 Juni 2016).
Hal yang demikian juga disampaikan oleh Tgk Zaldi Mahamadin yang
merupakan santri di ponpres tersebut
Menurut pendapat saya gaya kepemimpinan sangat baik , sebagai
salah satu ulama aceh barat Abu Mahmudin dapat menjadi
contoh pemimpin yang baik bagi masyarakat dan pemimpin-
pemimpin yang ada di aceh barat dengan memiliki sifat yang
sopan dan sikap yang tenang Abu Mahmudin sangat disegani
dikalangan para pemimpin- pemimpin lainnya, (Wawancara
dengan informan Tgk.Zaldi Muhamadin, tanggal 25 Juni 2016).
Demikian juga disampaikan oleh Tgk Rusdi Evendi yang merupakan
penduduk dan sekaligus guru dilingkungan ponpres tersebut
Menurut pandangan saya selama ini gaya kepemimpiannya sangat
luar biasa baik, ini dikarenakan Abu Mahmudin adalah pemimpin
pondok pesantren termasyur di Aceh Barat saat ini baik dalam
37
jumlah para santri maupun dari segi pembangunan pondok
pesantren, semua ini di dapatkan dari keyakinan dan kerja keras
serta kesabaran dalam berdakwah dan mengajar para generasi
pemuda pemudi Aceh, (Wawancara dengan informan Tgk Rusdi
Evendi, tanggal 3 Juli 2016).
Berdasarkan beberapa jawaban informan diatas dapat disimpulkan bahwa,
gaya kepemimpinan sangat bijaksana sebagai pemimpin di pesantren serambi
aceh, dimana Abu Mahmudin sangat disegani oleh masyarakat, termasuk tokoh
masyarakat maupun santri-santri yang berlajar di pesantren tersebut, ini
dikarenakan Abu mahmudin memiliki sifat ramah, sopan santun tetapi tegas
dalam mengambil keputusan.
Gaya kepemimpinan Abu Mahmudin dapat menjadi contoh pemimpin
yang baik bagi masyarakat dan pemimpin-pemimpin yang ada di Aceh Barat
dengan memiliki sifat yang sopan dan sikap yang tenang, selain itu Abu
Mahmudin sangat disegani dikalangan para pemimpin- pemimpin lainnya. Hal
tersebut diatas sebagai bukti bahwa gaya kepemimpinan di pesantren serambi
aceh, menggunakan gaya kepemimpinan kharismatik.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Analisis Gaya Kepemimpinan antara Pondok Pesantren Serambi
Mekkah dan Pondok Serambi Aceh di Kabupaten Aceh Barat.
Tipe kepemimpinan sering disebut perilaku kepemimpinan atau gaya
kepemimpinan (leadership style). Gaya kepemimpinan, pada dasarnya
mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang
pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin.
Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
38
Gaya kepemimpinan menurut Prasetyo adalah cara yang digunakan dalam proses
kepemimpinan yang diimplementasikan dalam prilaku kepemimpinan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia
inginkan, ( Prasetyo, 2009:h 23).
Hal tersebut seperti dikatakan Miftah Toha gaya kepemimpinan
merupakan “norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain”.
Oleh karenanya usaha
menselaraskan persepsi di antara yang akan mempengaruhi dengan orang
yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting. Meskipun belum
terdapat kesepakatan bulat tentang tipologi kepemimpinan yang secara luas
dikenal dewasa ini, lima tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya
ialah : otokratik, paternalistik, kharismatik, laissez faire, dan demokratik. Dan
yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah gaya kepemimpinan kharismatik,
Miftah, Thoha, 2003:h 49).
Hal tersebut sama halnya dengan gaya kepemimpinan di pondok pesantren
serambi mekkah dan serambi aceh, dimana ponpres tersebut masih mengunakan
gaya kepemimpinan yang sama yaitu gaya kepemimpinan kharismatik, hal
tersebut terlihat dari pola mereka dalam memimpin lembaga masing-masing.
Sebagaimana teori Atribusi Conger & Kanungo mengusulkan
sebuah teori tentang kepemimpinan karismatik berdasarkan pada asumsi
bahwa karisma merupakan sebuah fenomena yang berhubungan (atribusional).
Menurut teori ini, atribusi pengikut dari kualitas karismatik bagi seorang
pemimpin bersama-sama ditentukan oleh perilaku, keterampilan pemimpinnya
dan aspek situasi.
39
Kepemimpinan kharismatik adalah sesuatu yang alami. Karismatik itu
bukan hanya suatu bayangan seorang pemimpin, akan tetapi lebih cenderung
kepada dorongan terhadap para bawahanya. Seorang pemimpin akan terlihat
karismanya jika mampu bertanggung jawab atas suatu keputusan yang diambil
terhadap bawahanya. Akan lebih berkesan lagi jika seorang pemimpin mau
bertanggung jawab tanpa mengindahkan uang, status, bahkan posisinya
diperusahaan demi bawahanya. Seorang pemimpin membangun visi bagi
masa depan dan mengatur strategi untuk merealisasikannya. Dia menyebabkan
terjadinya perubahan. Dia memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk
menuju arah yang benar, menyertai setiap orang dan berkorban untuk
mencapainya, hal ini akan membuat para bawahan meyakini banwa pemimpinya
benar-benar tahu bagaimana cara memimpin dan mencapai sebuah tujuan.
Hal ini akan membuat mereka bekerja keras dalam menjalankan strategi
yang diberikan pimpinanya. Sehingga peluang suksespun semakin tinggi. Hal ini
dikarenakan seoarang bawahan akan melakukan apa saja jika mereka telah
terpengaruh oleh pimpinanya. Sehingga secara tidak langsung hal ini akan
mempengaruhi para bawahannya ataupun bawahannya.
Hal yang demikian juga terjadi pada gaya kepemimpinan serambi mekkah
dan serambi aceh. Hal tersebut dari gaya kepemimpinan Tgk. Harmen adalah
sosok pemimpin yang di segani oleh ulama, tokoh masyarakat, dan para borokrasi
pemerintah ini, dikarenakan oleh sifat dan perkataan yang lemah-lembut dan
penuh dengan sopan santun, sehingga apapun yang beliau katakan dapat diterima
oleh seluruh masyarakat dan santri-santri yang menutut ilmu di pesantren tersebut.
40
Salah satunya terlihat dari sistem komunikasi dan penyampaian pendapat
dalam berbagai masalah yang terjadi baik didalam internal pesantren maupun di
ekternal pesantren, sehingga didesa/gampong masyarakat setempat memandang
Tgk Harmen sebagai salah satau tempat mencari solusi atas permasalahan yang
terjadi. Ini salah satu tanda bahwa gaya kepemimpinan di Serambi mekkah, adalah
tipe kepemimpinan kharismatik yang santun dalam membimbing santri dan
masyarakat setempat.
Sedangkan gaya kepemimpinan pesantren serambi aceh juga memiliki
gaya yang sama, hal tersebut dimana terlihat dari gaya kepemimpinan Abu
Mahmudin sangat bijaksana dan disegani oleh masyarakat, termasuk tokoh
masyarakat maupun santri-santri yang berlajar di pesantren tersebut, ini
dikarenakan Abu mahmudin memiliki sifat ramah, sopan santun tetapi tegas
dalam mengambil keputusan.
Gaya kepemimpinan Abu Mahmudin dapat menjadi contoh pemimpin
yang baik bagi masyarakat dan pemimpin-pemimpin yang ada di Aceh Barat
dengan memiliki sifat yang sopan dan sikap yang tenang, selain itu Abu
Mahmudin sangat disegani dikalangan para pemimpin- pemimpin lainnya.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa, hasil
analisis terhadap gaya kepemimpinan antara kepemimpinan pondok pesantren
serambi mekkah dan serambi aceh, dimana sama-sama menggunakan gaya
kepemimpinan kharismatik. Hal tersebut terlihat dari gaya mereka didalam
memimpin lembaga masing-masing, serta hal ini juga dikagumi oleh semua
lapisan masyarakat. Salah satu buktinya dari gaya kepemimpinan Tgk. Harmen
adalah sosok pemimpin yang di segani oleh ulama, tokoh masyarakat, dan para
41
borokrasi pemerintah ini, dikarenakan oleh sifat dan perkataan yang lemah-lembut
dan penuh dengan sopan santun, sehingga apapun yang beliau katakan dapat
diterima oleh seluruh masyarakat dan santri-santri yang menutut ilmu di pesantren
tersebut.
Bukti lainnya terlihat dari sistem komunikasi dan penyampaian pendapat
dalam berbagai masalah yang terjadi baik didalam internal pesantren maupun di
ekternal pesantren, sehingga didesa/gampong masyarakat setempat memandang
Tgk Harmen sebagai salah satau tempat mencari solusi atas permasalahan yang
terjadi.
Sedangkan gaya kepemimpinan pesantren serambi aceh juga memiliki
gaya yang sama, hal tersebut dimana terlihat dari gaya kepemimpinan Abu
Mahmudin sangat bijaksana dan disegani oleh masyarakat, termasuk tokoh
masyarakat maupun santri-santri yang berlajar di pesantren tersebut, ini
dikarenakan Abu mahmudin memiliki sifat ramah, sopan santun tetapi tegas
dalam mengambil keputusan.
Gaya kepemimpinan Abu Mahmudin dapat menjadi contoh pemimpin
yang baik bagi masyarakat dan pemimpin-pemimpin yang ada di Aceh Barat
dengan memiliki sifat yang sopan dan sikap yang tenang, selain itu Abu
Mahmudin sangat disegani dikalangan para pemimpin-pemimpin lainnya.
42
Page | 42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian maka dapat diambil kesimpulan secara
umum terhadap “ Analisis Gaya Kepemimpinan Antara Pondok Pesantren
Serambi Aceh dan Serambi Mekkah di Kabupaten Aceh Barat ”, dimana dengan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil analisis terhadap gaya kepemimpinan antara kepemimpinan pondok
pesantren serambi mekkah dan serambi aceh, dimana sama-sama
menggunakan gaya kepemimpinan kharismatik baik di Pondok Pesantren
Serambi Aceh maupun di Pondok Pesantren Serambi Mekkah. Hal
tersebut terlihat dari gaya mereka didalam memimpin lembaga masing-
masing, serta hal ini juga dikagumi oleh semua lapisan masyarakat. Salah
satu buktinya dari gaya kepemimpinan Tgk. Harmen adalah sosok
pemimpin yang di segani oleh ulama, tokoh masyarakat, dan para
borokrasi pemerintah ini. Demikian juga dengan gaya kepemimpinan
pesantren serambi aceh juga memiliki gaya yang sama, hal tersebut
dimana terlihat dari gaya kepemimpinan Abu Mahmudin sangat bijaksana
dan disegani oleh masyarakat, termasuk tokoh masyarakat maupun santri-
santri yang berlajar di pesantren tersebut, ini dikarenakan Abu mahmudin
memiliki sifat ramah, sopan santun tetapi tegas dalam mengambil
43
keputusan serta sangat disegani dikalangan para pemimpin-pemimpin
lainnya.
2. Hasil analisis yang membedakan terhadap pola kepemimpinan antara
pesantren serambi mekkah dan serambi aceh, dimana terdapat sedikit
perbedaan didalam pola kepemimpinan masing masing pesantren hal itu
terlihat dari pola kepemimpinan antara Tgk Harmen dengan Tgk Abu
Mahmudin, dimana pola kepemimpinan Tgk Harmen ada bercampur
urusan politik termasuk didalam kehidupan dayah, hal tersebut terlihat dari
termasuk banyak tokoh politisi yang datang untuk masalah politik
termasuk pada pilkada Kab Aceh Barat. Sedangkan Tgk Abu mahmudin
dalam pola kepemimpinan beliau tetap pada pola karisma, dimana beliau
tetap netral dalam mensikapi semua elemen yang datang kepada beliau.
Namun gaya kepemimpinan tetap gaya yang sama, yaitu gaya
kepemimpinan karismatik.
5.2 Masukan Dan Saran
Semoga tulisan ini menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak
tokoh masyarkat hususnya terhadap gaya kepemimpinan antara pesantren
serambi mekkah dan serambi aceh di Kabupaten Aceh Barat. Serta saran penulis
juga kepada pihak lembaga pesantren tersebut agar selalu mengarahkan dan
membimbing kepada santri-santriawti agar tertetap menjaga almamater ponpres
dalam bingkai keilmuan agama, sehingga ilmu yang didapatkan oleh para santri
benar-benar dapat diinplementasikan didalam kehidupan sosial masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
LP3ES:Yogyakarta
Abdurrahman Wahid, 2001. Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren, Lkis,
Yogyakarta
Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Sosial, Airlangga
University Press:Surabaya.
Dhofir, Zamarkhasyri. 1990. Tradisi Pesantren, LP3ES:Yogyakarta
G.R Terry L. W. Rue. 1982. Dasar Dasar Manajemen. Bumi. Aksara: Bandung
James M. Kouzes dan Barry Z. Posner, 1999, h.21. Tantangan Kepemimpinan,
Balai Iinterraksa.
Kartono, Kartini. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan, PT. Raja
Grafindo Persada:Jakarta.
Kartini Kartono, 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Marzyki Wahid, dkk, 1999. Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren, Pustaka Hidayah Bandung.
Miftah, Thoha, 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian
Kualitatif,Remaja Rosdakarya:Bandung.
Mubarok, Zulfi Konspirasi.2006. Politik Elit Tradisional Di Era Reformasi,
Aditya Media:Malang.
Munawir, EK. 1999. Asas-Asas Kepemimpinan dalam Islam, Usaha
Nasional:Surabaya
Nata, Abudin. 2001. Sejarah Pertumbuhan Lembaga-lembaga Pendidikan Islam
DI Indonesia, Grasindo : Jakarta.
Nawawi, Hadari, 1 9 9 3 . kepemimpinan Menurut Islam, Gajah Mada
University Press:Yogyakarta
Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian, Balai Aksara:Jakarta.
Nimron,Umran, 1997. Prilaku Organisasi cet 1, CV. Citra Media:Surabaya.
Umran, Nimron, 1997. Prilaku Organisasi cet 1, CV. Citra Media, Surabaya.
Partanto,Pius A. 1994. Kamus Ilmiah Populer , Arkola:Surabaya.
Posner,Kouzes. 1999. Tantangan Kepemimpinan, Bata:Iinterraksa.
Purwanto, Ngalim. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Cet
XVI,PT. Remaja Rosda:Karya Bandung.
Prasetyo, 2009. Macam Gaya Kepemimpinan, diakses pada tgl 29 oktober 2016
dari http//jurnal- sdm.blogspot.com/2009/29/macam-gaya-kepemimpinan-
kepemimpinan.html
Siagian, Sondang P. 1991. Teori dan Peraktek Kepemimpinan Cet II, Rineka
Cipta, cet. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta:Bandung.
Sarlito, Wirawan, Sarwono, 2015. Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan
Psikologi Terapan, Balai Pustaka Jakarta.
Susilo, Martoyo, 1987. Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. BPFE,
Yogyakarta.
Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen, Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Wahid, Abdurrahman. 2001. Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren,
Lkis:Yogyakarta.
Wahid, Marzyki dkk. 1999. Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren, Pustaka Hidayah:Bandung.
http://www.al-ulama.net/home-mainmenu-1/articles/232-perspektif
kepemimpinan-dalam-islam.html